ANALISIS KEBIJAKAN HEDGING LINDUNG NILAI

ANALISIS KEBIJAKAN HEDGING (LINDUNG NILAI) SEBAGAI STRATEGI
MANAJEMEN RESIKO HUTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH
Alfiah Kusumaningrum
Mahasiswi Diploma IV Akuntansi Kurikulum Khusus STAN Tahun 2015
Kelas 7C / 03
pbn.alfiahk@gmail.com
Abstract
External debt management has some serious risk such as exchange rate risk. Because of
changing in ecxhange rate, outstanding external debt of our government is increase year
by year. It was because the Indonesian rupiah exchange rate been depreciating lately. The
government spent their budget for something we shouldn’t pay for that incerases. There’s
one policy which can save our outstanding debt. Government must take hedging policy.
This paper made to analyze hedging policy as one of external debt risk management and
its impact in total outstanding debt,
Keywords: hedging, debt management, exchange rate risk

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tidak dipungkiri bahwa porsi hutang
luar negeri pemerintah pusat setiap tahunnya
mengalami lonjakan. Hasil Pemeriksaan

BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat tahun 2012 menunjukkan adanya
kenaikan utang luar negeri dari tahun 2012
senilai Rp1.981 triliun menjadi senilai
Rp2.375 triliun atau bertambah Rp393
triliun.
Kenaikan utang tersebut salah
satunya dipicu oleh selisih kurs senilai
Rp163,24 triliun dan pemerintah harus
membayar adanya selisih kurs tanpa adanya
tambahan manfaat dari pembayaran tersebut.
BPK
menyebutkan
perlunya
kebijakan dalam mengelola hutang luar
negeri pemerintah untuk mengatasi resiko
nilai tukar, yaitu dengan melakukan
transaksi lindung nilai (hedging), karena
pemerintah tidak mau menanggung kerugian
akibat fluktuasi nilai tukar.

Menindaklanjuti rekomendasi Badan
Pemeriksa Keuangan serta BUMN yang
menghendaki adanya kebijakan hedging
maka Kementerian Keuangan c.q. Direktorat
Jenderal Pengelolaan Utang menerbitkan
aturan yang secara khusus menangani
masalah
Kebijakan
Lindung
Nilai.
Kemudian
Pemerintah
menerbitkan

Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 12/PMK.08/2013 Tentang
Transaksi Lindung Nilai Dalam Pengelolaan
Utang Pemerintah.
Keputusan
Menteri

Keuangan
Nomor 113/KMK.08/2014 tentang Strategi
Pengelolaan Utang Negara Tahun 20142017 juga menyebutkan tentang penerapan
kebijakan hedging sebagai salah satu strategi
pengelolaan hutang.
Data
Kementerian
Keuangan
menyebutkan bahwa dalam beberapa tahun
terakhir nilai tukar mata uang rupiah
terhadap USD, Euro, JPY cenderung
melemah. Bahkan nilai tukar rupiah hingga
Januari 2015 mencapai 12.500 per USD .

Resiko Nilai Tukar (Exchange Rate
Risk)
Terdapat empat indiikator resiko
utang, yaitu: risiko tingkat bunga, risiko nilai
1


tukar, resiko refinancing (pembiayaan
kemballi), dan ratio utang terhadap GDP.
Pada penelitian kali ini, penulis akan
mengulas mengenai resiko yang kedua yakni
resiko nilai tukar.
Risiko nilai tukar meningkat dimana
porsi utang valas pada akhir Desember 2014
semakin besar hingga mencapai 43.3%. Hal
ini terutama disebabkan oleh pelemahan
nilai tukar rupiah terhadap mata uang USD
dalam periode tersebut. Dampak dari
pelemahan nilai tukar dimaksud telah
menambah outstanding utang. Namu
demikian resiko ini diperkirakan dapat
menurun apabila rupiah kembali menguat
dan didukung dengan kebijakan pembatasan
utang baru dalam mata uang valuta asing.

Berdasarkan tabel di atas dapat diilihat
bahwa perubahan kurs dapat menyebabkan

perubahan outstanding utang yang cukup
signifikan. Peningkatan kurs USD yang
merupakan porsi terbesar pada portofolio
utang valas sebesar Rp 100 akan
menyebabkan outstanding utang berubah
sebesar 5,68 triliun di tahun 2013.
Meningkat jika dibandingkan kondisi pada
tahun 2012.
Tinjauan Pustaka Hedging
Hedging (Lindung Nilai) adalah
kegiatan yang dilakukan untuk memitigasi
risiko atau melindungi posisi nilai suatu aset
atau kewajiban yang mendasarinya terhadap
risiko fluktuasi tingkat bunga dan nilai mata
uang di masa yang akan datang.
Transaksi Lindung Nilai adalah
transaksi yang dilakukan oleh Pemerintah
dengan
counterparty
dalam

rangka
mengendalikan risiko fluktuasi beban
pembayaran bunga dan kewajiban pokok
utang, dan/atau melindungi posisi nilai
utang, dari risiko yang timbul maupun yang
diperkirakan akan timbul akibat adanya
volatilitas faktor-faktor pasar keuangan.
Counterparty Lindung Nilai yang
selanjutnya disebut Counterparty adalah
Bank atau Lembaga Keuangan Bukan Bank
2

dan/atau Lembaga Keuangan Internasional
yang bersedia dan sepakat melakukan
Transaksi Lindung Nilai dengan Pemerintah.
Hedging Trigger Point adalah
ambang batas minimal yang menandakan
perlunya dilakukan Transaksi Lindung Nilai
untuk mengantisipasi risiko yang mungkin
timbul.

Tujuan Transaksi Lindung Nilai
adalah:
1. mewujudkan struktur portofolio yang
optimal; dan
2. mengendalikan fluktuasi pembayaran
kewajiban utang Pemerintah yang terdiri
dari pokok, bunga, dan biaya lainnya
akibat risiko fluktuasi nilai tukar
dan/atau tingkat bunga dalam jangka
waktu tertentu
Kebijakan Lindung Nilai memuat:
1. tujuan;
2. target risiko pasar dari portofolio utang;
3. target batas volatilitas pembayaran
kewajiban utang;
4. instrumen Lindung Nilai yang dapat
digunakan; dan
5. masa berlaku kebijakan.
Jeff Madura dalam bukunya yang
berjudul

International
Financial
Management, terdapat empat metode
hedging yang dapat digunakan untuk
melindungi nilai hutang, yaitu futures hedge,
forward hedge money market hedge, dan
currency option hedge.
1. Future Hedge dan Forward Hedge
Forward contract dan future contract
memungkinkan suatu entitas untuk membeli
mata uang tertentu pada kurs. Pembeli dan
penjual akan melakukan negosiasi untuk
menentukan:
• Mata uang yang akan entitas bayarkan
• Mata uang yang akan entitas terima
• Jumlah mata uang yang akan diterima
oleh entitas
• Tingkat nilai tukar atas mata uang
tersebut
• Waktu transaksi pertukaran

Konsep forward hedge dan future
hedge sangatlah mirip. Perbedaan antara
keduanya adalah dengan siapa entitas
melakukan perjanjian. Forward contract

merupakan hasil negosiasi antara entitas dan
bank komersial, sementara future contract
dilakukan di pasar modal secara terorganisir
dan terstandarisasi.
2. Money Market Hedge
Penggunaan metode money market
hedging menggunakan instrumen pasar uang
untuk melindungi nilai hutang atau piutang
di masa yang akan datang dengan melakukan
pengambilan posisi di pasar uang. Beberapa
waktu sebelum utangnya jatuh tempo, entitas
meminjam mata uang domestik ke pasar
uang dan mengkonversikannya ke dalam
mata uang tertentu. Setelah itu, mata uang
asing ini akan diinvestasikan hingga

pembayaran hutang jatuh tempo. Ketika
waktu jatuh tempo tiba, entitas akan menarik
uang
yang
diinvestasikan
beserta
keuntungan yang diperoleh untuk membayar
utang luar negerinya.
3. Currency Option Hedge
Dalam
metode
ini,
entitas
membayarkan sejumlah uang sebagai premi
atas hak/opsi pembelian valuta asing pada
harga yang ditentukan dalam rentang waktu
yang telah disepakati. Berbeda dengan
forward contract dan future contract, entitas
tidak diwajibkan membeli mata uang pada
harga yang telah ditentukan. Jika saat jatuh

tempo, kurs spot lebih rendah dari kurs yang
telah ditentukan dalam kontrak, entitas dapat
membiarkan opsi tersebut berakhir dan
membeli valuta asing dalam kurs spot. Tentu
saja apabila hal tersebut terjadi, premi yang
telah dibayarkan dianggap ‘hangus’.
4. Cross Currency Swap
Selain keempat metode hedging di
atas, terdapat metode lain yang lazim
digunakan untuk melindungi nilai aset atau
kewajiban suatu entitas, yaitu tranksasi
swap. Transaksi swap merupakan gabungan
dari transaksi spot dan forward.
Pada metode cross currency swap,
terdapat dua pihak yang saling menukar dua
mata uang berbeda, dengan kurs yang
disepakati bersama. Praktik ini biasanya
berjangka panjang. Saat jatuh tempo, kedua
mata
uang
dipertukarkan
kembali
berdasarkan kurs yang telah ditentukan
dalam kontrak swap
3

Pada tulisan kali ini penulis akan
menganalisis mengenai kebijakan hedging
(lindung nilai) yang diterapkan ke hutang
luar negeri pemerintah sebagai salah satu
strategi
manajemen
resiko
hutang
pemerintah. Pemerintah sendiri belum
pernah melaksanakan kebijakan hedging.
Kebijakan ini adalah terobosan baru yang
diambil oleh Pemerintah di tengah pasar
keuangan
global
yang
mewajibkan
pemerintah menyesuaikan keadaan agar
negara tidak merugi. Penulis akan menilai
berapa dampak penurunan outstanding
hutang valas pemerintah dengan atau tanpa
mekanisme hedging.
Metode yang digunakan adalah
metode simulasi atau eksperimen, yaitu
dengan meggunakan serangkaian asumsi
jika hedging terjadi pada formula yang telah
ditentukan. Dalam simulasi ini penulis
menguji formula-formula yang bersifat
teoritis untuk kemudian hasilnya dapat
menjadi acuan pengambilan kebijakan.
PEMBAHASAN
Keputusan
Menteri
Keuangan
Nomor 113/KMK.08/2014 tentang Strategi
Pengelolaan Utang Negara Tahun 20142017 menyebutkan bahwa indikator resiko
utang yang menjadi target SPUN 2014-2017
salah satunya adalah menjaga agar rasio
utang valas terhadap total hutang berkisar di
angka 42% sampai dengan 39% seperti pada
tabel berikut :
Target Ratio Utang Valas terhadap
Total Utang
Tahun
Target
2014
42,0
2015
41,0
2016
40,0
2017
39,0
Komposisi Penerbitan/ Penarikan Utang
Baru
Tahun
Dlm Rupiah
Valas
2014
70%
30%
2015
75%
25%
2016
75%
25%
2017
75%
25%

Terdapat alternatif utama untuk
memnuhi
target
indikator
strategi
pengelolaan di atas yaitu kebijakan untuk
mengurangi jumlah utang luar negeri dengan
memaksimalkan potensi pembiayaan dengan
utang dalam negeri. Namun kebijakan
tersebut memerlukan implementasi jangka
panjang dengan penelitian-penelitian dan
pertimbangan
ketika
pemerintah
mengurangi utang luar negerinya. Salah satu
solusi sementara yang dapat ditempuh oleh
Pemerintah untuk mengendalika laju
outstanding hutang luar negeri adalah
dengan melakukan kebijakan hedging.
Kebijakan hedging akan menjaga stabilitas
nilai outstanding hutang luar negeri agar
aman dari resiko nilai tukar. Terlebih lagi
nilai tukar USD adalah kebijakan
internasional di luar kekuasaan Pemerintah
sehingga mau tidak mau apapun yang terjadi
ataupun bergejolak di perekonomian
Amerika Serikat, secara tidak langsung
Indonesia akan terkena dampaknya terlebih
jika itu menyangkut nilai tukar dan posisi
hutang luar negeri.
Asumsi makroekonomi untuk nilai
tukar di tahun 2015 adalah Rp 11.900 per
dolar AS. Sementara per Januari 2015, nilai
tukar telah menembus angka 12.500.
Simulasi I (Forward Hedging)
Cara menghitung utang ekspedisi
luar negeri dengan menggunakan teknik
hedging forward contract adalah dengan
cara mengalikan nilai utang luar negeri
(US$) dengan masing-masing forward rate
(Rp/US$) yang telah disepakati oleh
Pemerintah dan bank devisanya.
Pada saat transaksi, pencatatan utang
negeri dihitung berdasarkan jumlah utang
saat transaksi dikalikan dengan nilai tukar
rupiah terhadap dollar Amerika pada saat
terjadinya transaksi (spot rate). Sedangkan
pada saat jatuh tempo pelunasan utang luar
negeri perusahaan dihitung berdasarkan
jumlah utang saat transaksi dikalikan dengan
nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika
pada saat tanggal jatuh tempo.
Pada saat jatuh tempo, pemerintah
akan membayar utang valasnya dengan spot
4

rate saat jatuh tempo. Spot Rate yang
berlaku dapat lebih tinggi maupun lebih
rendah tergantung besarnya supply dan
demand terhadap mata uang Rupiah
terhadap dollar Amerika yang terjadi di
pasar valas. Fluktuasi tersebut akan
mempengaruhi nilai utang yang harus
dibayarkan pemerintah.
Yang selama ini terjadi adalah
pemerintah membayar utang berdasarkan
spot rate pada saat jatuh tempo. Dengan
mekanisme pembayaran jatuh tempo hutang
yang seperti ini maka pemerintah tidak dapat
memperoleh kepastian berapa jumlah cash
flow yang harus dikeluarkan untuk
membayar utang dalam rupiah.
Data Hutang saat Issuance :
Tahun

2009
2010
2011
2012
2013
2014

Total
Hutang
($)
100.991
113.746
136.896
164.460
187.836
200.196

Kurs
Spot
(Rp)
9.400
8.991
9.068
9.670
12.196
12.440

Total Hutang
(Rp)
949.315.400
1.022.690.286
1.241.372.928
1.590.328.200
2.290.847.856
2.490.438.240

Formula Jatuh Tempo tanpa Hedging
Tahun

2009
2010
2011
2012
2013
2014

Total
Hutang
($)
100.991
113.746
136.896
164.460
187.836
200.196

Asumsi
kurs jatuh
tempo(Rp)
10.000
9.500
9.500
10.000
12.500
12.700

Total (Rp)

1.009.910.000
1.080.587.000
1.300.512.000
1.644.600.000
2.347.950.000
2.542.489.200

Formula Hutang Dengan Kurs Forward
Hedging
Tahun

Total
Hutang
($)

2009
2010
2011
2012
2013
2014

100.991
113.746
136.896
164.460
187.836
200.196

Asumsi
Kurs
Forward
(Rp)
9.500
9.000
9.100
9.700
12.200
12.500

Total Hutang
(Rp)

959.414.500
1.023.714.500
1.245.753.600
1.595.262.200
2.291.599.200
2.502.450.000

Selisih antara dengan atau tanpa forward
hedging:
Tahun
2009

Tanpa
Hedging
1.009.910.000

Dengan
Hedging
959.414.500

Selisih
50.495.500

2010
2011
2012
2013
2014

1.080.587.000
1.300.512.000
1.644.600.000
2.347.950.000
2.542.489.200

1.023.714.500
1.245.753.600
1.595.262.200
2.291.599.200
2.502.450.000

56.873.000
54.758.400
49.338.000
56.350.800
40.039.200

Berdasarkan perhitungan forward
hedging, pemerintah dapat meminimalisasi
resiko yang timbul karena fluktuasi nilai
tukar. Hal ini terlihat dari tabel perhitungan
selisih antara sebelum kebijakan hedging
diterapkan dan setelah kebijakan hedging
diterapkan. Pemerintah dapat menghemat
sebesar selisih tersebut setiap tahunnya. Ada
dua asumsi berkenaan dengan selisih antara
formula tanpa hedging dengan formula
forward hedging, yaitu
1. Depresiasi Rupiah
Jika pada tahun jatuh tempo nilai tukar
rupiah mengalami depresiasi atau
melemah terhadap USD maka kebijakan
adalah suatu langkah tepat untuk
menjaga jumlah outstanding eksternal
debt. Karena hal ini mengindikaasikan
pemerintah memiliki “gain” sebagai
akibat dari selisih pembayaran hutang.
2. Apresiasi Rupiah
Namun, jika di kemudian hari mata uang
Rupiah menguat terhadap USD yang
menyebabkan kurs forward menjadi
lebih tinggi dari kurs saat jatuh tempo,
maka pemerintah akan mengalami
kerugian karena melakukan forward
dengan proyeksi kurs yang meleset.
Apabila hal ini terjadi maka pemerintah
mengalami “loss” akibat resiko nlai
tukar.
Disebutkan dalam PMK Nomor
12/PMK.08/2013 Tentang Transaksi
Lindung Nilai Dalam Pengelolaan Utang
Pemerintah bahwa kerugian akibat
transaksi lindung nilai akan ditanggung
oleh APBN.
Simulasi II (Money Market Hedging)
Teknik hedging yang kedua adalah
Money Market Hedging. Metode ini
digunakan ketika pemerintah tidak memiliki
kebutuhan valas yang cukup untuk
pembayaran utang luar negeri. Caranya
5

adalah pemerintah meminjam dana dalam
mata uang Rupiah kemudian ditukarkan ke
dalam mata uang USD atau mata uang asing
lainnya. Dana yang telah ditukarkan tersebut
akan digunakan untuk membayar hutang
yang akan jatuh tempo.
Langkah-langkah dalam metode
Money Market Hedging adalah sebagai
berikut :
1. Menghitung net present value dari
jumlah utang dalam valas yang akan
jatuh tempo pada waktu tertentu.
2. Meminjam sejumlah dana dalam mata
uang rupiah sesuai dengan kebutuhan
present value dari hutang kurs USD.
3. Menginvestasikan present value tersebut
pada tingkat suku bunga tertentu untuk
mendapatkan sejumlah dana dalam
USD.
4. Pada saat jatuh tempo, pemerintah
membayarkan hutang dalam Rupiah dan
bunganya.
(i) Data jatuh tempo hutang
asumsi rate : 6%,
asumsi jatuh tempo : 1 tahun
Tahun

2009
2010
2011
2012
2013
2014

Total Hutang
Jatuh Tempo
($)
100.991
113.746
136.896
164.460
187.836
200.196

NPV Hutang hasil
hitungan ($)
95.274
107.307
129.147
155.150
177.203
188.864

(ii) Meminjam rupiah sesuai kebutuhan
present value dari hutang kurs USD
Tahun

2009
2010
2011
2012
2013
2014

NPV
Hutang
hasil
hitungan
($)
95.274
107.307
129.147
155.150
177.203
188.864

Kurs
jatuh
tempo
(Rp)

Jumlah rupiah
yg dibutuhkan
(Rp)

10.000
9.500
9.500
10.000
12.500
12.700

952.745.283
1.019.421.698
1.226.898.113
1.551.509.433
2.215.047.574
2.398.574.716

(iii) Menghitung jatuh tempo rupiah

Asumsi tingkat suku bunga pinjaman
rupiah berdasarkan data Bank Indonesia
adalah 10%. Membayar pinjaman
ditambah bunga pada saat jatuh tempo :
(jml rupiah yg dibutuhkan) x (1+r/12)
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
2014

Jumlah rupiah yg
dibutuhkan (Rp)
952.745.283
1.019.421.698
1.226.898.113
1.551.509.433
2.215.047.574
2.398.574.716

Jml Hutang Jatuh
Tempo
960.684.827
1.027.916.878
1.237.122.264
1.564.438.679
2.233.505.896
2.418.562.839

Maka selisih antara hutang tanpa
hedging dan setelah money market hedging
adalah :
Thn
2009
2010
2011
2012
2013
2014

Tanpa
Hedging
1.009.910.000
1.080.587.000
1.300.512.000
1.644.600.000
2.347.950.000
2.542.489.200

Dengan
Hedging

Selisih

960.684.827
1.027.916.878
1.237.122.264
1.564.438.679
2.233.505.896
2.418.562.839

49.225.172
52.670.121
63.389.735
80.161.320
114.444.103
123.926.360

Berdasarkan hasil perhitungan dua
simulasi diatas didapatkan selisih signifikan
antara jumlah hutang tanpa dan setelah
dilakukan hedging.
Pada
penelitian
ini
penulis
menggunakan metode sederhana dengan
mengakumulassi jumlah hutang secara
tahunan. Pada kenyataannya terdapat
berbagai
indikator
penting
dalam
merumuskan
perhitungan
kebijakan
hedging.
Indikator-indikator penting lainnya
adalah :
1. Proyeksi nilai tukar yang lebih
memadai
2. Hedging Trigger Point, yaitu
batas jumlah outstanding hutang
luar negeri sehingga hedging
dapat dilakukan
3. Pemilihan counterparty atau
bank partner
4. Pemilihan metode hedging yang
sesuai

6

SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan dua metode hedging
yang
telah
disimulasikan
maka
perbandingan nilai kewajiban/utang luar
negeri pemerintah adalah sebagai berikut :
Tahun

Nilai Tanpa
Hedging

2009
2010
2011
2012
2013
2014

1.009.910.000
1.080.587.000
1.300.512.000
1.644.600.000
2.347.950.000
2.542.489.200

Forward
Contract
Hedging
959.414.500
1.023.714.500
1.245.753.600
1.595.262.200
2.291.599.200
2.502.450.000

Money
Market
Hedging
960.684.827
1.027.916.878
1.237.122.264
1.564.438.679
2.233.505.896
2.418.562.839

Simpulan dari penulis adalah bahwa
kebijakan hedging mampu mengendalikan
jumlah outstanding hutang luar negeri
pemerintah.
Pada penelitian ini penulis hanya
menggunakan
asumsi
sederhana
berdasarkan portofolio hutang luar negeri
pemerintah secara tahunan. Saran untuk
mengembangkan penelitian ini adalah
dengen menggunakan asumsi dan proyeksi
nilai tukar yang lebih akurat.
Saat ini belum ada pencatatan
akuntansi untuk mencatat transaksi hedging,
Oleh karena itu saran dari penulis adalah
pengembangan penyususnan pencatatan
akuntansi untuk transaksi lindung nilai
hutang pemerintah yang akan disajikan
dalam laporan keuangan pemerintah.
Perkembangan
terakhir
menyebutkan bahwa Pemerintah telah
menerbitkan peraturan khusus tentang
Transaksi Lindung Nilai untuk BUMN yaitu
dengan S-687/MBU/2014 tanggal 17
Oktober 2014 tentang Pedoman Penyusunan
SOP Transaksi Lindung Nilai (Hedging)

Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 12/PMK.08/2013
Tentang Transaksi Lindung Nilai
Dalam Pengelolaan Utang Pemerintah
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang.
(2014). Statistik Utang Luar Negeri
Indonesia
Direktorat Jendeal Pengelolaan Utang.
(2015). Profil Utang Pemerintah
Pusat
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang.
(2013). Laporan Analisis Portofolio
dann Risiko Utang Tahun 2013
Sujana, Saefudin Zuhdi, Purwita. (2006).
Teknik Analisis Forward Contract
Hedging dengan Money Market
Trading
dalam
Meminimalisasi
Tingkat Resiko Utang
Anthonius. (2009). Analisa Perbandingan
Penggunaan Open Position, Forward
Contract Dan Money Market Hedging
Terhadap Utang Ekspedisi Luar
Negeri
(Studi
Kasus:Pada
Perusahaan Jasa PT.X Di Bandung)

DAFTAR PUSTAKA
Biro Humas dan Luar Negeri BPK. (2014).
Siaran Pers Badan Pemeriksaan
Keuangan - BPK : Perlunya
Pengamanan Rupiah Melalui Transaksi
Lindung Nilai (Hedging).
Keputusan Menteri Keuangan Nomor
113/PMK.08/2014 Tentang Strategi
Pengelolaan Utang Negara Tahun 20142017
7