Holistik dan Integratif di PAUD

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah hak warga negara, tidak terkecuali pendidikan di usia
dini merupakan hak warga negara dalam mengembangkan potensinya sejak dini.
Berdasarkan berbagai penelitian bahwa usia dini merupakan pondasi terbaik
dalam mengembangkan kehidupannya di masa depan. Selain itu pendidikan di
usia dini dapat mengoptimalkan kemampuan dasar anak dalam menerima proses
pendidikan di usia-usia berikutnya.
Dengan terbitnya Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas), keberadaan pendidikan usia dini diakui secara
sah. Hal itu terkandung dalam bagian tujuh, pasal 28 ayat 1-6, di mana pendidikan
anak usia dini diarahkan pada pendidikan pra-sekolah yaitu anak usia 0-6 tahun.
Dalam penjabaran pengertian, UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
menyatakan bahwa: Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan

melalui

pemberian


rangsangan

pendidikan

untuk

membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Undang-Undang Republik Indonesia.
Nomor 20 Tahun 2003).
Pendidikan kita selama ini memandang sekolah sebagai tempat untuk
menyerahkan anak didik sepenuhnya. Sekolah dianggap sebagai tempat segala
ilmu pengetahuan dan diajarkan kepada anak didik. Cara pandang ini sangat keliru
mengingat sistem pendidikan juga harus dikembangkan di keluarga. Sekolah
hanyalah sebagai instrumen untuk memperluas cakupan dan memperdalam

Lomba Pengelola PAUD/ Apresiasi PTK PAUDNI
Berprestasi Tahun 2013

1

intensitas penanaman cita-cita sosial budaya yang tidak mungkin lagi
dikembangkan melalui mekanisme keluarga (Mukhlishah, 2002).
Dewasa ini telah terjadi pergeseran arah perubahan kebijakan di bidang
pendidikan, di mana kini bidang pendidikan diletakkan pada desentralisasi yang
kemudian menempatkan/menyerahkan pendidikan menjadi bagian dari otonomi
daerah. Sehingga pendidikan yang selama ini dikelolah secara sentralistik harus
diubah mengikuti irama yang sedang berkembang di daerah.
Di era reformasi saat ini, terjadi perubahan cukup mendasar di bidang
pendidikan dengan diundangkannya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah, dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pusat dan Daerah yang kemudian disempurnakan menjadi UU
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah dan UU Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, yang telah meletakkan
sektor pendidikan sebagai salah satu yang diotonomisasikan dan UU No.20 Tahun
2003 tentang Sistem pendidikan Nasional (SISDIKNAS), sebagai pengganti UU
No.2 Tahun 1989. Hal ini menunjukkan bahwa otonomi pendidikan sudah
dicanangkan dan tidak lagi menganut sistem sentralistik, tetapi lebih bertumpu
pada dua paradigma baru yaitu desentralisasi dan otonomi. Artinya, banyak hal

yang sudah dipercayakan untuk ditangani dan dikelola oleh daerah bahkan
sekolah.
Demikian pula dalam penyelenggaraan PAUD, dapat diawali dari
pendirian PAUD yang terintegrasi dari Posyandu setempat, yang kemudian
dinamai POS PAUD. Sistem pengelolaannya sangat sederhana, dan dikelola oleh
kader Posyandu serta tenaga pendidik yang kadang juga merupakan salah satu
wali murid atau orang tua AUD peserta Posyandu.

Lomba Pengelola PAUD/ Apresiasi PTK PAUDNI
Berprestasi Tahun 2013
2

Meskipun demikian penyelenggaraan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini
( PAUD ) yang kini kian menjamur, masih asing bagi warga pedesaan, khususnya
bagi mereka yang setiap harinya selalu bergelut dengan padi dan sawah. Belum
terpikir oleh mereka jika anak balita mereka sudah selayaknya masuk dalam dunia
pendidikan usia dini sebelum balita mereka tumbuh besar dan siap menerima
jenjang pendidikan di sekolah dasar.
Penyelenggaraan PAUD yang berada di wilayah pedesaan juga terbentur
pada kondisi ekonomi masyarakat yang tergolong kurang mampu. PAUD sebagai

lembaga pendidikan akan dipandang sebelah mata,. Dalam pola pikir mereka
tersirat bahwa pendidikan identik dengan biaya yang mahal dan jika anak - anak
disekolahkan pada usia dini maka kebutuhan ekonomi akan meningkat. Jika pola
pikir yang demikian terus berlanjut maka itu berarti sebagian penerus dan pengisi
kemerdekaan bangsa ini telah kehilangan momentum penting dalam hidupnya,
yaitu layanan Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ).
Bertolak

pada

hal

tersebut,

kini

masyarakat

tidak


ragu

lagi

mengembangkan sistem pendidikan yang berbasis masyarakat. Meskipun secara
teori tidak banyak mereka pahami, namun hal tersebut sudah mereka laksanakan
dengan cukup baik. Alasan penyelenggaraan PAUD berbasis masyarakat
diantaranya adalah keterbatasan dana pemerintah, serta penguatan masyarakat
madani. Sedangkan salah satu tujuannya adalah untuk mendukung prakarsa
pemerintah dalam meningkatkan dukungan masyarakat terhadap sekolah,
khususnya orang tua dan masyarakat melalui kebijakan desentralisasi.
Untuk berperan sebagai kekuatan pendidikan nasional, sekaligus untuk
memberikan sumbangan yang sebesar-besarnya kepada masyarakat, maka
Pendidikan

Berbasis

Masyarakat

harus


mengedepankan;

Lomba Pengelola PAUD/ Apresiasi PTK PAUDNI
Berprestasi Tahun 2013
3

pertama,

pola

pengembangan yang melibatkan seluruh potensi di dalam masyarakat untuk turut
bertanggung jawab mengenai mutu pendidikan setempat khususnya, dan mutu
pendidikan nasional pada umumnya.
Kedua, pola berbasis masyarakat mengutamakan pengelolaan sendiri
pendidikan di dalam konteks masyarakat, meliputi; penentuan prioritas program
pendidikan yang khas, penyediaan dana operasional dan infrastruktur, pengadaan
tenaga-tenaga yang kompeten, pelaksanaan dan pemantauan secara menyeluruh,
penilaian dan peningkatan efisiensi dan efektifitas.
Mengingat


anak

merupakan

suatu

totalitas

yang

utuh,

maka

pengembangannya harus dilakukan secara holistik (utuh dan menyeluruh) dan
tidak tersekat-sekat oleh ego sektoral. Sehingga perlu dikembangkan strategi
pengelolaan PAUD yang berbasis masyarakat secara holistik (menyeluruh) serta
terintegrasi. Disebut Holistik-Integratif karena program layanan yang diberikan
tidak hanya bergerak dalam bidang pendidikan saja, namun juga mencakup

program layanan yang terkait dengan kesehatan dan gizi, pengasuhan, serta
perlindungan anak.
B. MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka muncul
sebuah rumusan masalah sebagi berikut :
“Bagaimana mengelola PAUD berbasis masyarakat dengan pendekatan holistik
integratif?”
C. TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari karya tulis ini adalah : memaparkan
pengelolaan PAUD berbasis masyarakat dengan pendekatan holistik integratif.
D. MANFAAT

Lomba Pengelola PAUD/ Apresiasi PTK PAUDNI
Berprestasi Tahun 2013
4

Dengan adanya karya tulis ini, manfaat yang dapat diperoleh antara lain :
1. Menguraikan strategi pengelolaan PAUD yang berbasis masyarakat.
2. Memberikan pengetahuan kepada para pengelola PAUD dalam mengelola
PAUD di tengah-tengah masyarakat yang multikultur

3. Sebagai salah satu pedoman mengembangkan PAUD dengan pendekatan
holistik integratif
4. Sebagai bahan referensi pembaca dalam mengembangkan pendidikan
berbasis masyarakat dengan pendekatan holistik integratif

Lomba Pengelola PAUD/ Apresiasi PTK PAUDNI
Berprestasi Tahun 2013
5

BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Pengertian Pendidikan Berbasis Masyarakat
Pendidikan berbasis masyarakat atau Community based educatioan (CBE)
diartikan sebagai proses dimana individu atau orang dewasa menjadi lebih
kompeten menangani keterampilan, sikap, dan konsep mereka dalam hidup di
dalam dan mengontrol aspek-aspek lokal dari masyarakatnya melalui partisipasi
demokratis (Michael W. Galbraith, dalam pengemprogpls.doc Pendidikan
Berbasis

Masyarakat.


http://agus.blogchandra.com/standar-pengelolaan-

pendidikan, diunduh Kamis, 11 April 2013, pukul 09:10 WIB ).
CBE adalah sebuah proses yang didesain untuk memperkaya kehidupan
individual dan kelompok dgn mengikutsertakan orang-orang dalam wilayah
geografi, atau berbagi mengenai kepentingan umum, untuk mengembangkan
dengan suka rela tempat pembelajaran, tindakan, dan kesempatan refleksi yang
ditentukan oleh pribadi, sosial, ekonomi, dan kebutuhan politik mereka.
CBE berasumsi bahwa masyarakat memiliki potensi untuk mengatasi
masalahnya dengan mempercayai kepada sumber daya yang dimilikiny dan
dengan memobilisasi masy bertindak bagi pemecahan masalah (Hamilton &
Cunningham).
Fadli Yanur (dalam http://fadliyanur.multiply.com, 2007) mengemukakan
bahwa pendidikan berbasis masyarakat merupakan perwujudan dari demokratisasi
pendidikan

melalui

perluasan


pelayanan

pendidikan

untuk

kepentingan

masyarakat. Pendidikan berbasis masyarakat menjadi sebuah gerakan penyadaran
masyarakat untuk terus belajar sepanjang hayat dalam mengatasi tantangan
kehidupan yang senantiasa terus berubah.

Lomba Pengelola PAUD/ Apresiasi PTK PAUDNI
Berprestasi Tahun 2013
6

Maryono (dalam http://library.uny.ac.id, 2003) mengemukakan bahwa
secara konseptual, pendidikan berbasis masyarakat adalah model penyelenggaraan
pendidikan yang bertumpu pada prinsip “dari masyarakat, oleh masyarakat dan
untuk masyarakat”. Pendidikan dari masyarakat artinya pendidikan memberi
jawaban atas kebutuhan masyarakat. Pendidikan oleh masyarakat artinya
masyarakat ditempatkan sebagai subyek/ pelaku pendidikan, bukan obyek
pendidikan. Pada konteks ini masyarakat dituntut peran dan partisipasi aktif dalam
setiap program pendidikan. Adapun pengertian pendidikan untuk masyarakat
artinya masyarakat diikutsertakan dalam semua program yang dirancang untuk
menjawab kebutuhan mereka. Secara singkat dapat dikatakan, bahwa masyarakat
perlu

diberdayakan,

diberi

peluang

dan

kebebasan

untuk

mendesain,

merencanakan, membiayai, mengelola dan menilai sendiri apa yang diperlukan
secara spesifik didalam, untuk dan oleh masyarakat sendiri.
Abu Hadfi Effendi (dalam http://re-searchengines.com, 2008) menyatakan
bahwa tujuan dari pendidikan berbasis masyarakat mengarah pada isu-isu
masyarakat yang khusus seperti pelatihan keterampilan, perhatian terhadap
lingkungan, pendidikan dasar, budaya dan sejarah etnis, kebijakan pemerintah,
pendidikan politik dan kewarganegaraan, pendidikan keagamaan, penanganan
masalah kesehatan seperti korban narkotika, HIV/AIDS dan sejenisnya. Serta,
lembaga yang memberikan pendidikan kemasyarakatan bisa dari kalangan bisnis
dan industri, lembaga-lembaga berbasis masyarakat, organisasi pelayanan
kemanusiaan, lembaga keagamaan dan lain-lain. Jadi munculnya pendidikan
berbasis masyarakat didorong oleh kebutuhan belajar keterampilan dalam
berbagai bidang dan pengetahuan baru dalam rangka mengatasai berbagai
masalah sosial yang ada.

Lomba Pengelola PAUD/ Apresiasi PTK PAUDNI
Berprestasi Tahun 2013
7

Dari sini dapat ditarik pemahaman bahwa pendidikan dianggap berbasis
masyarakat jika tanggung jawab perencanaan hingga pelaksanaan berada ditangan
masyarakat. Konteks berbasis masyarakat disini menunjuk pada derajat
kepemilikian masyarakat. Masyarakat memiliki otoritas dalam mengambil
keputusan dan menentukan tujuan pendidikan, sasaran, pembiayaan, kurikulum,
standar dan ujian, kualifikasi guru, persyaratan siswa, tempat penyelenggaraan
dan lain-lain.
Dengan demikian, pendidikan berbasis masyarakat merupakan sebuah
proses dan terprogram. Secara esensial, pendidikan berbasis masyarakat adalah
munculnya kesadaran tentang bagaimana hubungan-hubungan sosial bisa
membantu mengembangkan interaksi sosial yang membangkitkan concern
terhadap pembelajaran, sosial, politik, lingkungan, ekonomi dan faktor-faktor lain.
Sementara pendidikan berbasis masyarakat sebagai program harus berlandaskan
pada keyakinan dasar bahwa partisipasi aktif dari warga masyarakat adalah hal
yang pokok. Untuk memenuhinya, maka partisipasi warga harus didasari
kebebasan dan atau tanpa tekanan, kemampuan berpartisipasi dan keinginan untuk
berpartisipasi.
Lebih lanjut dalam Bagian Kedua Pasal 55 tentang pendidikan berbasis
masyarakat diuraikan :
(1)

Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat
pada pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kekhasan agama,
lingkungan sosial, dan budaya untuk kepentingan masyarakat.

(2)

Penyelenggara pendididkan berbasis masyarakat mengembangkan dan
melaksanakan kurikulum dan evaluasi pendidikan, serta manajemen dan
pendanaannya sesuai dengan standar nasional pendidikan

Lomba Pengelola PAUD/ Apresiasi PTK PAUDNI
Berprestasi Tahun 2013
8

(3)

Dana penyelenggaraan pendidikan

berbasis masyarakat dapat

bersumber dari penyelenggara, masyarakat, Pemerintah, Pemerintah Daerah
dan/atau sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
(4)

Lembaga pendidikan berbasis masyarakat dapat memperoleh bantuan
teknis, subsidi dana, dan sumber daya lain secara adil dan merata dari
Pemerintah dan/atau pemerintah Daerah

(5)

Ketentuan mengenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan pemerintah.
Dari ketentuan yang tersurat dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional terlihat bahwa pendidikan berbasis
masyarakat ditujukan untuk memperoleh output pendidikan yang dapat berperan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Namun keberadaan dari pendidikan
berbasis masyarakat ini justru akan menajamkan friksi kemajemukan masyarakat
bangsa

Indonesia,

diselenggarakan

karena

dengan

berdasarkan

penyelenggaraan

karakteristik

wilayah,

pendidikan
sosial

dan

yang
budaya

masayarakat Indonesia maka ego kedaerahan akan semakin tinggi dan ini sangat
berbahaya.
Bila

pendidikan

menyelesaikan

masalah

berbasis
krisis

masyarakat

ekonomi

di

tersebut
Indonesia

ditujukan
yang

untuk

kemudian

mempengaruhi kemampuan negara untuk menyediakan dana pendidikan, hal ini
dapat diterima. Tetapi bila model pendidikan ini akan terus dikembangkan, maka
yang perlu diantisipasi adalah kemungkinann adanya keberagaman dalam mutu
pendidikan, yang disatu sisi hal ini akan mendukung otonomi daerah dan juga

Lomba Pengelola PAUD/ Apresiasi PTK PAUDNI
Berprestasi Tahun 2013
9

otonomi pendidikan, tetapi di sisi lain memiliki kemungkinan yang besar dalam
mengancam

intergrasi

nasional

serta

mempengaruhi

keberhasilan

dari

pembangunan karakter manusia Indonesia.
B. Penerapan Manjemen Pendidikan Berbasis Masyarakat
Achmad Munib (2011: 106) menyatakan bahwa lembaga pendidikan
formal masih dinilai lamban dalam merespon tuntutan dan kebutuhan masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan dasar yaitu, terkait dengan kesejahteraan. Oleh
karena itu, dunia pendidikan dituntut untuk membuka diri dalam merespon
perubahan di antaranya dengan memodernisasi manajemen pengelolaannya.
Sudah saatnya dioptimalkan manajemen pendidikan ditangani secara rapi sesuai
prinsip-prinsip manajemen yang benar berbasis kemasyarakatan. Manajemen pada
konteks ini dimaksudkan sebagai proses perencanaan dan pembuatan keputusan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian keuangan, fisik, dan sumber
informasi untuk memanfaatkan sumber daya yang ada guna mencapai tujuan yang
telah ditetapkan secara efektif dan efisien (Kamisa 1997: 49). Efektif dan efisien
dimaksudkan ketepatan cara, usaha, kerja dalam menjalankan sesuatu dengan
tidak membuang waktu, tenaga, biaya; kedayagunaan; ketepatgunaan.
Zubaedi (2007: 156) menyatakan bahwa desain manajemen pendidikan
berbasis masyarakat meliputi; perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan
pengembangan yang terus-menerus melalui budgeting dan evaluasi. Berikut
dijelaskan secara rinci penerapan desain manajemen pendidikan berbasis
masyarakat.
1. Perencanaan (planning)
Abad milenium sekarang ini, yang menjadi perhatian serius adalah sebuah
realita bahwa nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat

Lomba Pengelola PAUD/ Apresiasi PTK PAUDNI
Berprestasi Tahun 2013
10

semakin terkikis eksistensinya. Hal ini terjadi karena generasi muda sebagai
penerus bangsa dalam konteks siswa sudah tidak lagi mendapatkan pendidikan
karakter dalam dunia pendidikan, misal pengajaran tentang akhlak, tata krama,
sopan santun dan budaya. Karena pendidikan berbasis sekolah sekarang yang ada
mayoritas hanya berorientasi pada nilai rapor (hasil daripada proses) dan kurang
mengedepankan keterampilan hidup bersosial (nilai-nilai iman dan moral).
Sehingga moralitas bangsa, salah satunya nilai-nilai kesopanan dan kesantunan di
dalam dirinya, berangsur-angsur pudar. Keidentikan bangsa Indonesia sebagai
bangsa yang ramah perlahan terkikis bersamaan tergerusnya nilai-nilai moral lain.
Maka, untuk menjawab permasalahan tersebut sebagai sebuah kebutuhan
adalah konsep pendidikan berbasis masyarakat harus mengedepankan nilai-nilai
moral kemasyarakatan sebagai upaya pembangunan karakter siswa yang pandai
juga baik dalam arti luas. Pendidikan tidak hanya menghasilkan orang pandai
tetapi tidak baik, begitu juga sebaliknya. Pendidikan tidak cukup hanya untuk
membuat anak pandai, tetapi juga harus mampu menciptakan nilai-nilai luhur atau
karakter.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Zubaedi (2007: 158) menyatakan bahwa pengorganisasian merupakan
aktivitas menyusun dan membentuk hubungan-hubungan kerja antara orang-orang
sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Pada tahap pengorganisasian ini, merupakan pengaturan dan
pembagian tugas-tugas pada seluruh pengurus atau pengelola lembaga pendidikan
untuk dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Tujuannya dirangkai dalam visi dan misi pendidikan berbasis masyarakat
sebagai berikut; visinya adalah mencetak generasi juara yang kompetitif, deduktif

Lomba Pengelola PAUD/ Apresiasi PTK PAUDNI
Berprestasi Tahun 2013
11

dan berakhlak mulia. Generasi juara tersebut dimaksudkan pada tatanan mind set
yaitu terciptanya generasi yang tangguh, pantang menyerah, berani mencoba,
optimis, sportif, jujur, dan tak kenal putus asa yang memiliki jiwa kompetitif
(daya saing yang berkualitas) deduktif (sikap deduksi) dan beakhlak mulia
(bermoral, beradab dan berbudaya).
Sedangkan misi yang ditempuh adalah menyelenggarakan konsep
pendidikan berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20
tahun 2003, yang berbunyi “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”. Hal ini telah
selaras (balance) antara menekankan kecakapan keilmuan umum dan nilai-nilai
kesusilaan.
3. Pengendalian (Controlling)
Kembali pada dasar pendidikan berbasis masyarakat yaitu pendidikan dari
masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat, maka dalam proses
penyelenggaraan pendidikan pengendalian dilakukan secara bersama-sama antara
pengurus, pengelola dan masyarakat.
Pada tataran implementasi pendidikan berbasis masyarakat, menjadi
keharusan masyarakat untuk berpartisipasi melakukan pengendalian dan
pengawasan

dalam

proses

pengambilan

keputusan

yang

pendayagunaan dan pengelolaan pendidikan.
4. Penganggaran (budgeting)

Lomba Pengelola PAUD/ Apresiasi PTK PAUDNI
Berprestasi Tahun 2013
12

menyangkut

Setiap Organisasi membutuhkan dana untuk membiayai kegiatannya.
Begitu halnya dengan organisasi pendidikan, baik pendidikan formal maupun
pendidikan non formal. Organisasi pendidikan harus mengadakan perencanaan
budget secara berkala untuk mengalokasi dana yang tersedia, agar dana itu dapat
dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh setiap unit kerja dalam lembaga tersebut.
Menurut Koontz (dalam Zubaedi 2007: 160) penganggaran (budgeting)
merupakan satu langkah perencanaan dan juga sebagai instrumen perencanaan
yang fundamental. Anggaran dapat diartikan sebagai suatu rencana operasi dari
suatu kegiatan atau proyek yang mengandung perincian pengeluaran biaya untuk
suatu periode tertentu. Selanjutnya koontz (dalam Zubaedi 2007: 160) membatasi
bahwa budgeting adalah formulasi perencanaan untuk periode tertentu dibutuhkan
sejumlah dana.
5. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi sebagai fungsi dari administrasi pendidikan merupakan aktivitas
untuk meneliti dan mengetahui sampai di mana pelaksanaan yang dilakukan
didalam proses keseluruhan ketercapaian program organisasi. Untuk mengukur
hasil kesesuaian dengan rencana atau program yang telah ditetapkan dalam rangka
pencapai tujuan pendidikan berbasis masyarakat tersebut.
Evaluasi mencakup input, proses dan produk (IPP), penilaian input
memfokuskan pada kemampuan sistem dan strategi pencapaian tujuan. Penilaian
proses memiliki fokus yaitu pada penyediaan informasi untuk pembuatan
keputusan dalam melaksanakan program. Sedangkan penilaian produk berfokus
pada mengukur pencapaian proses dan akhir program.
Jika input yang telah menjalani proses kemudian menghasilkan produk
yang sesuai dengan visi dan misi yang telah dicanangkan maka konsep tersebut

Lomba Pengelola PAUD/ Apresiasi PTK PAUDNI
Berprestasi Tahun 2013
13

tetap dan terus dikembangkan. Namun jika tidak sesuai dengan visi dan misi yang
telah dicanangkan maka konsep tersebut harus ditinjau ulang dan proses
pembelajaran harus ditingkatkan dengan melihat kualitas sarana dan prasarana
baik fisik (Kurikulum, gedung, peralatan, bahan kajian, media, metode dan
evaluasi) maupun non fisik (kualitas sumber daya guru).

Lomba Pengelola PAUD/ Apresiasi PTK PAUDNI
Berprestasi Tahun 2013
14

C. Manajemen PAUD
PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
PAUD bertujuan mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai
persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Anak Usia dini mencakup janin dalam kandungan sampai dengan usia 6
tahun. Pengelompokan anak usia dini: janin dalam kandungan sampai lahir; bayi
usia 0 – 28 hari; anak usia 1 – 24 bulan; anak usia 2 – 6 tahun.
Lailatuz Zakiyah, S.Psi (dalam Diklat Peningkatan Kompetensi Guru
PAUD Jombang 15 november 2009) mengemukakan bahwa terdapat 6 hal yang
harus dipenuhi sebagai syarat sah pendirian PAUD, yaitu antara lain :
1. Peserta didik
2. Personalia (SDM)
3. Sarana-prasarana
4. Kehumasan
5. Keuangan
6. Manajemen pembelajaran meliputi manajemen kurikulum dan pembelajaran
serta manajemen kelas (area/sentra).
Sedangkan dalam petunjuk teknis penyelenggaraan PAUD (2012:16)
dijelaskan bahwa komponen penyelenggaraan PAUD antara lain : (1) Kurikulum;
(2) Peserta didik; (3) pendidik dan tenaga kependidikan; (4) sarana dan prasarana;
(5) pengelolaan; (6) pembiayaan; (7) kemitraan; (8) penilaian.

Lomba Pengelola PAUD/ Apresiasi PTK PAUDNI
Berprestasi Tahun 2013
15

Imron Arifin (2009) menerangkan bahwa penyelenggaraan Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) dilakukan sebelum jenjang pendidikan dasar,
diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. Serta
dilaksanakan melalui jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak
(TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat, dan melalui jalur
pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak
(TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Lalu PAUD berbentuk pendidikan
keluarga

atau

pendidikan

yang

diselenggarakan

lingkungan.

Manajemen Program PAUD adalah manajemen pendirian PAUD (membuka
lembaga PAUD baru dan manajemen perbaikan/pembenahan PAUD(improvisasi
manajemen PAUD yang sudah berjalan)). Persyaratan minimal manajemen
PAUD yaitu, ada peserta didik usia dini (0-6 tahun), ada penyelenggara berbadan
hukum, ada pengelola PAUD (TPA, KB, BKB, TK, dll), ada pendidik dan tenaga
kependidikan PAUD. Juga tersedia saran dan prasarana pendidikan, memiliki
menu generik (kurikulum), memiliki program kegiatan belajar-bermain dan
mengajar (PKBM), dan tersedia sumber dana untuk pelaksanaan atau operasional
pendidikan (petunjuk teknis penyelenggaraan PAUD:31).
Manajemen PAUD mempunyai orientasi layanan berupa layanan kesehatan
dan gizi (pertumbuhan, layanan kecerdasan dan psikologis, layanan sosial dan
sikap (emosional), layanan keagamaan dan spiritualisasi. Hal ini bertujuan agar
anak usia dini yang terdidik dapat memiliki pengalaman belajar, otak berkembang
optimal, pertumbuhan fisik yang sehat, perkembangan psikososial positif, dan
bertumbuh sesuai dengan dunia anak.
Selain substansi pengelolaan program PAUD yang meliputi manajemen
personalia atau SDM, kurikulum (menu) kegiatan bermain dan belajar kemudian

Lomba Pengelola PAUD/ Apresiasi PTK PAUDNI
Berprestasi Tahun 2013
16

manajemen peserta didik, manajemen keuangan lembaga, dan manajemen humas
serta manajemen sarana- prasarana.
Dalam hal ini Imron Arifin (2009) menegaskan bahwa di dalam manajemen
keuangan lembaga harus jelas yaitu pembukuan keuangan yang akuntabel,
pembukuan sumbangan-sumbangan, pelaporannya dan pertanggungjawaban,
pelaporan keuangan dana bantuan dari pemerintah dan instansi terkait. Selain itu
pun juga harus memiliki manajemen pendukung keuangan yang juga mempunyai
pembukuan usaha-usaha ekonomi PAUD, dan pembukuan khusus dana-dana
keagamaan, serta pembukuan keuangan.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab
1, Pasal 1, Butir 14, yang menyatakan bahwa : “Pendidikan Anak Usia Dini
adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan
usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembanagan

jasmani dan rohani agar anak

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.
Persyaratan umum pendirian lembaga PAUD adalah sejumlah ketentuan
umum yang harus dipenuhi bagi sebuah yayasan yang ingin mendirikan lembaga
PAUD. Merujuk pada Pasal 62 ayat 2, persyaratan yang harus dipenuhi untuk
dapat menyelenggarakan lembaga pendidikan adalah :
1. Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat panduan yang mengatur isi program dan
proses pendidikan sebagai acuan dalam proses pembelajaran dan
penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum ini dapat merajuk pada PKB-TK
94 (Program Kegiatan Belajar TK). Atau bisa juga merajuk pada kurikulum
2004 yang disempurnakan menjadi KTSP 2006.

Lomba Pengelola PAUD/ Apresiasi PTK PAUDNI
Berprestasi Tahun 2013
17

2. Peserta didik / Siswa / Anak Didik
Sebelum mendirikan PAUD, yayasan yang akan menyelenggarakan PAUD
harus melakukan survei tentang jumlah anak didik yang ada di wilayah
tersebut. Dari survei ini bisa memanfaatkan data primer dari Posyandu di
masing-masing wilayah. Biasanya, setiap Posyandu memiliki data jumlah
anak lengkap dengan usia dan berat badannya. Yayasan yang akan
mendirikan PAUD bisa memanfaatkan data ini sebagai penguat data hasil
survei.
3. Tenaga Kependidikan (Guru dan Staf)
Selain anak didik, yayasan juga harus menyertakan jumlah tenaga
kependidikan (guru atau staf administrasi) lengkap dengan latar belakang
keilmuan para guru yang dicantumkan. Merujuk pada UU Sistem
Pendidikan Nasional 2003, guru yang akan mengajar di lembaga PAUD
harus berlatar belakang SI PG-PAUD atau SI PG-TK.
4. Sarana Prasarana
Untuk mendukung proses pembelajaran berdasarkan kurikulum yang telah
dicantumkan, Yayasan pendiri PAUD harus memenuhi standar minimal
sarana dan prasarana minimal yang telah di tentukan. Dalam Pasal 45 ayat 1
UU No. 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa “Setiap satuan pendidikan formal
maupun non-formal harus menyediakan sarana prasarana yang memenuhi
keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan perkembangan potensi
fisik, kognitif, sosial, emosi, dan kejiwaan anak didik ”
5. Pembiayaan Pendidikan
Setiap lembaga kependidikan, khususnya lembaga PAUD, yang sebagian
besar dikelola oleh pihak swasta atau yayasan perlu menyertakan pembiyaan

Lomba Pengelola PAUD/ Apresiasi PTK PAUDNI
Berprestasi Tahun 2013
18

pendidikan bagi peserta didik maupun dana awal yang dimiliki untuk
penyelenggaraan pendidikan. Dalam pasal 48 ayat 1 UU No. 20 tahun 2003
juga ditegaskan bahwa pengelolaan pembiayaan harus memenuhi prinsipprinsip keadilan, efisiensi, transparasi dan akuntabilitas publik atau
pertanggugjawaban kepada masyarakat.
6. Sistem Evaluasi
Setiap lembaga pendidikan, termasuk PAUD, harus mempunyai sistem
evaluasi, baik evaluasi program, proses, maupun hasil tumbuh-kembang
anak-didik. Evaluasi ini dilaksanakan sebagai upaya pengendalian mutu
pendidikan,

sekaligus

sebagai

upaya

akuntabilitas

penyelenggaraan

pendidikan.
D. Tujuan Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini secara Holistik
Integratif
Pendidikan

nasional

berfungsi

mengembangkan

kemampuan

dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI No. 20/2003 BAB II
Pasal 3)
Tujuan PAUD yang ingin dicapai adalah untuk mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman orang tua dan guru serta pihak-pihak yang terkait
dengan pendidikan dan perkembangan anak usia dini. Secara khusus tujuan yang
ingin dicapai adalah :

Lomba Pengelola PAUD/ Apresiasi PTK PAUDNI
Berprestasi Tahun 2013
19

1. Dapat mengidentifikasikan perkembangan fisiologis anak usia dini dan
mengaplikasikan hasil identifikasi tersebut dalam pengembangan fisiologis
yang bersangkutan.
2. Dapat memahai perkembangan kreatifitas anak usia dini dan usaha-usaha
yang terkait dengan perkembangannya.
3. Dapat memahami kecerdasan jamak dan kaitannya dengan perkembangan
anak usia dini.
4. Dapat memahami arti bermain bagi perkembangan anak usia dini.
5. Dapat

memahami

pendekatan

pembelajaran

dan

aplikasinya

bagi

perkembangan anak kanak-kanak
Selain itu, tujuan pendidikan anak usia dini adalah :
1. Membentuk anak indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan
berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya, sehingga memiliki
kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta
mengarungi kehidupan dimasa dewasa.
2. Membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di
sekolah.
3. Intervensi

dini

menumbuhkan

dengan

memberikan

potensi-potensi

yang

rangsangan

sehingga

tersembunyi

yaitu

dapat
dimensi

perkembangan anak (bahasa, itelektual, emosi, sosial, motorik, konsep diri,
bakat dan minat).
4. Melakukan deteksi diri terhadap kemungkinan terjadinya gangguan dalam
pertumbuhan dan perkembangan potensi-potensi yang dimiliki anak.

Lomba Pengelola PAUD/ Apresiasi PTK PAUDNI
Berprestasi Tahun 2013
20

Tujuan manajemen PAUD secara holistik dan integratif adalah agar seluruh
kebutuhan esensial anak usia dini dapat terpenuhi, sehingga anak dapat tumbuh
kembang secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan usianya.
Sasaran pengembangan PAUD secara holistik integratif terbagi menjadi 2
yaitu sasaran langsung dan tidak langsung. Sasaran langsungnya meliputi anak
usia dini sejak janin dalam kandungan sampai dengan usia 6 tahun. Sasaran tidak
langsung meliputi orang tua, keluarga, kader, tenaga kesehatan dan gizi, pendidik,
pengasuh, masyarakat, organisasi sosial masyarakat, para pengambil kebijakan,
berbagai provider dan stakeholder lainnya yang relevan dengan terpenuhinya
kebutuhan esensial anak usia dini.

Lomba Pengelola PAUD/ Apresiasi PTK PAUDNI
Berprestasi Tahun 2013
21

BAB III
PROSEDUR IMPLEMENTASI GAGASAN
A. STRATEGI PEMECAHAN MASALAH
Penyelenggaraan PAUD saat ini masih menjadi tren dalam masyarakat. Di
tengah-tengah kemajemukan masyarakat, hakikat pendirian PAUD menjadi sering
dikaburkan dari tujuan utamanya. Pengelolaan PAUD harus terpisah jauh dari
kepentingan-kepentingan ego sektoral, maupun keperluan beberapa oknum.
Sedangkan pengelolaannya masih belum sistematis dan masih berpijak pada
kemampuan SDM yang kurang memenuhi syarat.
Berdasarkan wacana tersebut, kini dikembangkan manajemen PAUD yang
memanfaatkan potensi lokal, yang lebih mengetahui kebutuhan dan batasan
maksimal kemampuan penyelenggaraan PAUD. Namun tetap memperhatikan
keberlangsungan PAUD secara menyeluruh dan terintegrasi. Pendekatan yang
digunakan adalah holistik integratif, Mengingat anak merupakan suatu totalitas
yang utuh, maka pengembangannya harus dilakukan secara holistik (utuh dan
menyeluruh) dan tidak tersekat-sekat oleh ego sektoral
Pengembangan anak usia dini holistik integratif adalah pengembangan
anak usia dini yang dilakukan berdasarkan pemahaman untuk memenuhi
kebutuhan esensial anak yang beragam dan saling berkait secara simultan dan
sistematis. Tujuan utamanya mengacu kepada kebutuhan esensial anak usia dini
agar dapat terpenuhi, sehingga anak dapat tumbuh kembang secara optimal sesuai
dengan tahap perkembangan dan usianya.
Berbagai evaluasi ilmiah menunjukkan bahwa pelayanan anak usia dini
memberikan manfaat yang positif. Hasil studi mengungkapkan bahwa investasi
yang diberikan pada kelompok penduduk yang berusia dini akan memberikan

Lomba Pengelola PAUD/ Apresiasi PTK PAUDNI
Berprestasi Tahun 2013
22

hasil

berlipat

ganda

di

kemudian

hari.

Strateginya

adalah

dengan

menyelenggarakan pelayanan pengembangan anak usia dini yang merata dan
terjangkau untuk meningkatkan kualitas pelayanan pengembangan anak usia dini.
B. DESKRIPSI STRATEGI
Kegiatan pendukung terlaksananya PAUD holistik intrgratif adalah :
1. Peningkatan kemampuan SDM pengembangan anak usia dini.
2. Peningkatan pemahaman masyarakat
3. Peningkatan

pemahaman

dan

kemampuan

lembaga

penyelenggara

pelayanan
4. Peningkatan peran dan kemitraan dengan dunia usaha yang mempekerjakan
ibu/bapak anak usia dini.
5. Peningkatan peran dan kemitraaan dengan media masa
6. Peningkatan Manajemen Kelembagaan dan Program Instansi Pemerintah.
Pengelolaan PAUD dengan pendekatan holistik integratif dapat dicapai jika
memenuhi indikator capaian sebagai berikut :
1. Pelayanan untuk janin dalam kandungan sampai bayi lahir:
a. Status gizi ibu dan cakupan gizi mikro terutama zat besi.
b. Cakupan K-4 dan cakupan penyuluhan ibu hamil.
c. Cakupan imunisasi ibu hamil.
d. Persentase pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
2. Pelayanan bayi usia 0-28 hari
a. Cakupan menyusu dini.
b. Cakupan ASI eksklusif.
c. Status gizi ibu dan cakupan gizi mikro.
d. Kunjungan Neonatal.

Lomba Pengelola PAUD/ Apresiasi PTK PAUDNI
Berprestasi Tahun 2013
23

e. Cakupan Imunisasi.
f. Cakupan anak yang memperoleh stimulasi.
g. Presentase bayi yang memiliki akte kelahiran.
3. Pelayanan Bayi Usia 1-24 bulan
a. Cakupan ASI eksklusif
b. Persentase bayi usia 6-24 bulan yang mendapat ASI
c. Cakupan MP-ASI untuk keluarga miskin
d. Status gizi balita
e. Cakupan vitamin A
f. SKDN
g. Cakupan anak yang memperoleh stimulasi
h. Cakupan ibu/keluarga yang mendapat penyuluhan
i. Cakupan DDTK
j. Cakupan imunisasi
k. Persentase balita sakit yang dilayani
l. Presentase balita gizi buruk yang dirawat
m. Cakupan keluarga yang mengakses air bersih dan sanitasi yang layak.
n. Cakupan keluarga yang menggunakan kelambu (khusus daerah
endemik malaria).
Prinsip-prinsip penyelenggaraan pelayanan pengembangan anak usia dini holistikintegratif antara lain :
1. Pelayanan yang holistik
2. Pelayanan yang berkesinambungan
3. Pelayanan yang tidak diskriminatif
4. Perluasan distribusi pelayanan antarkelompok masyarakat

Lomba Pengelola PAUD/ Apresiasi PTK PAUDNI
Berprestasi Tahun 2013
24

5. Partisipasi masyarakat
6. Berbasis budaya yang konstruktif
7. Good governance
Penyelenggaraan pelayanan pengembangan anak usia dini dengan jenis
pelayanan yang lengkap dan utuh mencakup pemenuhan kebutuhan pelayanan
kesehatan, gizi, pendidikan, pengasuhan serta perlindungan yang dilaksanakan
secara terintegrasi oleh berbagai pihak penyelenggara, di berbagai lokasi.

Lomba Pengelola PAUD/ Apresiasi PTK PAUDNI
Berprestasi Tahun 2013
25

BAB IV
KELAYAKAN PENGEMBANGAN GAGASAN
A. DAMPAK YANG DICAPAI
Pembangunan SDM memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai
kemajuan dan kemakmuran suatu bangsa. Agar semua kebutuhan esensial anak
dapat

dipenuhi,

maka

diperlukan

pendekatan

holistik-integratif

dalam

pengembangan anak usia dini.
Penyelenggaraan pelayanan anak usia dini dapat memilih bentuk/ tipologi
pelayanan Lengkap dan Terintegrasi atau Pelayanan Lengkap dan Terintegrasi
Satu Atap. Mengingat penyelenggaraan pengembangan anak usia dini
dilaksanakan oleh berbagai pihak, maka diperlukan kejelasan peran keluarga,
pemerintah, masyarakat, lembaga sosial kemasyarakatan, dunia usaha, media
massa, dan lembaga penyelenggara.
Pendekatan holistik integratif layak dikembangkan sejalan dengan
pengelolaan PAUD berbasis masyarakat, mengingat pendekatan holistik integratif
mempertimbangkan peningkatan kemampuan SDM pengembangan anak usia dini,
sehimgga dapat meningkatkan pemahaman masyarakat akan pengeloaan PAUD
yang baik dan terintegrasi.
B. KENDALA
Pengelolaan PAUD berbasis masyarakat dengan pendekatan holistik
integratif menemui kendala di lapangan ketika stakeholder tidak mempunyai visi
misi yang sama dalam mencapai tujuan bersama. Desentralisasi pendidikan yang
banyak berkembang saat ini akibat tidak sinkronnya program yang canangkan
pemerintah dengan lembaga pelaksana. Dengan adanya manajemen pendidikan
berbasis masyarakat, harapannya masalah tersebut dapat terpecahkan.

Lomba Pengelola PAUD/ Apresiasi PTK PAUDNI
Berprestasi Tahun 2013
26

Selain hal tersebut, kendala lain yang muncul seiring pengelolaan PAUD
berbasis masyarakat adalah kualitas SDM. Saat ini tunjangan guru yang semakin
naik belum berlaku pada pendidik PAUD yang beban tugasnya sama dengan
pendidik di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah. Bahkan kebanyakan para
pendidik PAUD memperoleh gaji di bawah rata-rata. Hal tersebut sedikit banyak
berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran.
Dengan menjamurnya PAUD saat ini, juga diiringi banyakknya perguruan
tinggi yang membuka program studi S 1 PGPAUD, namun tingginya biaya
pendidikan tidak jarang menyurutkan niat para pendiidk untuk melanjutkan
studinya. Dalam hal ini peran pemerintah sangat penting, dengan adanya program
penyelenggaraan PAUD harus diimbangi penambahan tenaga pendidik yang
kompeten di tiap wilayah.
Kendala lain yang erat kaitannya dengan pendekatan holistik integratif
adalah

rendahnya

pemahaman

para

pengelola

PAUD

mengembangkan AUD harus utuh, menyeluruh. Bahwa

bahwa

dalam

anak adalah satu

kesatuan yang mempunyai serangkaian kebutuhan yang harus di penuhi secara
utuh, baik kebutuhan sosialnya, kebutuhan akan pendidikan, perkembangan, serta
pemenuhan kebutuhan gizi masing-masing individu.
Pengeloaan PAUD saat ini sebagian hanya mengikuti tren saja, hanya
untuk memenuhi syarat administratif saja, misalnya dalam satu desa harus ada
satu PAUD. Namun terlepas dari hal tersebut, para pengelola mengabaikan
manajemen PAUD yang harusnya terintegrasi, simultan, dan kontinyu.
C. TINDAK LANJUT
Sebagai tindak lanjut dari penyelenggaraan PAUD di tiap wilayah,
masyarakat hendaknya meningkatkan pemahaman akan pentingnya pengelolaan

Lomba Pengelola PAUD/ Apresiasi PTK PAUDNI
Berprestasi Tahun 2013
27

PAUD dengan adanya pendekatan holistik integratif ini. Manajemen PAUD dapat
dikerjakan oleh kader Posyandu, atau memanfaatkan kader PKK, atau bahkan
memanfaatkan potensi lokal lainnya yang memahami betul proses tumbuh
kembang anak, sehingga system pengelolaan dapat berjalan secara simultan.
Pemerintah daerah sebagai penyambung lidah antara lembaga dan
pemerintah pusat harus ammpu memfasilitasi penyelenggaraan PAUD, baik dari
segi kurikulum, sarana prasarana, maupun sampai pada tingkat peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Misalnya dengan mengadakan pelatihan-pelatihan
untuk pendidik dan pengelola PAUD.

Lomba Pengelola PAUD/ Apresiasi PTK PAUDNI
Berprestasi Tahun 2013
28

BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. SIMPULAN
1. Masyarakat memiliki potensi untuk mengembangkan pendidikan berbasis
masyarakat dengan memobilisasi masyarakat dalam bertindak untuk
memecahkan masalah pendidikan yang ada di lingkungannya.
2. Penyelenggara pendidikan berbasis masyarakat dapat dikembangkan
dengan tetap mengacu kepada kurikulum dan evaluasi pendidikan, serta
manajemen dan pendanaannya sesuai dengan standar nasional pendidikan.
3. Anak merupakan suatu totalitas yang utuh, maka pengembangannya harus
dilakukan secara holistik (utuh dan menyeluruh) dan tidak tersekat-sekat
oleh ego sektoral. Sehingga perlu dikembangkan strategi pengelolaan
PAUD yang berbasis masyarakat secara holistik (menyeluruh) serta
terintegrasi
B. REKOMENDASI
Dengan adanya karya tulis ini, penulis merekomendasikan agar para
pengelola

PAUD

dapat

memahami

potensi

lokal

yang

ada,

dalam

mengembangkan pengelolaan PAUD secara maksimal. Karena bagaimanapun
hanya masyarakat di lingkungan PAUD lah yang memahami kebutuhan layanan
AUD serta memahami keadaan ekonomi mayarakat. Namun pengelolaan PAUD
selain berbasis masyarakat tetap harus memepertimbangkan kulaitas sumber daya
manusia pengelolanya. Pengelolaan atau manajemen PAUD harus dikembangkan
secara menyeluruh dan sistematis di tengah-tengah masyarakat yang multikultur.

Lomba Pengelola PAUD/ Apresiasi PTK PAUDNI
Berprestasi Tahun 2013
29

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Imron. 2009. Penyelenggaraan PAUD. Jakarta : Rajawali, C.V
Bahan

Ajar
Manajemen
PAUD.
pengelolaan-pendidikan.

http://agus.blogchandra.com/standar-

Deputi Menteri PPN/Kepala BAPPENAS Bidang SDM dan Kebudayaan. 2012.
Pedoman Umum Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif
(Disampaikan Dalam Tematic Education Dialogue on ECD)Jakarta.
Direktorat PAUD 2008.
Effendi, Abu Hadfi (dalam http://re-searchengines.com, 2008).
Pendidikan Berbasis Masyarakat

Tujuan

Hendrawanto, Lilik, Bebek Besar Investasi Masa Depan ( Belajar, Bermain,
Kreatif Berbasis Swadaya Masyarakat ). flamboyanpaud.blogspot.com
Hijrawati, dkk.
kendari

2012. Manajemen Pendidikan Berbasis Masyarakat. STAIN

Kamisa .1997. (www.ugm.ac.id).
Maryono (dalam http://library.uny.ac.id, 2003). Pendidikan Berbasis Masyarakat
Munib
,
Achmad.
2011.
Manajemen
(http//siswapaudumj.blogspot.com/2012)

Pengelolaan

PAUD

pengemprogpls.doc
Pendidikan
Berbasis
Masyarakat.
http://agus.blogchandra.com/standar-pengelolaan-pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2009
tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini
Yanur,
Fadli.
2007.
Pendidikan
Berbasis
Masyarakat
dalam
http://fadliyanur.multiply.com.
Zakiyah, Lailatuz, . Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Paud Jombang 15
November 2009
Zubaedi . 2007. (http//paud-kober-alikhlas.blogspot.com/2012/04)

Lomba Pengelola PAUD/ Apresiasi PTK PAUDNI
Berprestasi Tahun 2013
30

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24