Pengembangan Sistem Informasi Izin Kerja Dan Praktik Tenaga Kesehatan (SINKES) Dinas Kesehatan Kota XYZ

  

Vol. 2, No. 12 , Desember 2018, hlm. 6176-6185 http://j-ptiik.ub.ac.id

Pengembangan Sistem Informasi Izin Kerja Dan Praktik Tenaga

Kesehatan (SINKES) Dinas Kesehatan Kota XYZ

1 2 3 Rosalia Indah , Yusi Tyroni Mursityo , Mochamad Chandra Saputra

  Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya 1 2 3 Email: rosaliaindah389@gmail.com, yusi_tyro@ub.ac.id, andra@ub.ac.id

  

Abstrak

  Dinas Kesehatan Kota XYZ merupakan unsur pelaksana bidang kesehatan dalam Pemerintahan Kota XYZ yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang bertanggungjawab kepada Sekretaris Daerah. Salah satu tugas Dinas Kesehatan (Dinkes) adalah menyediakan layanan pemberian surat izin kerja atau praktik kepada para Tenaga Kesehatan yang bekerja atau membuka praktik di wilayah administrasinya. Dalam proses mengajukan permohonan surat izin kerja atau praktik, seorang Tenaga Kesehatan dapat mendatangi kantor Dinkes lebih dari satu kali hanya untuk melengkapi berkas persyaratan, karena permohonan tidak akan ditangani jika berkas tidak sesuai. Sedangkan dari sisi Dinkes, penanganan permohonan akan mengalami hambatan jika petugas yang berwajib tidak berada di tempat, karena berkas cetak yang diajukan oleh Tenaga Kesehatan harus diperiksa secara langsung. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dikembangkan sebuah sistem informasi pengajuan izin kerja dan praktik yang dapat digunakan Tenaga Kesehatan dan Dinkes Kota XYZ untuk mengajukan permohonan dan menangani permohonan yang telah diajukan. Sistem informasi ini juga memungkinkan Tenaga Kesehatan mengetahui tahapan penanganan yang sedang dilakukan oleh petugas Dinkes, sehingga informasi terkait pengurusan izin kerja dapat lebih transparan. Pada penelitian ini, V-Model dipilih sebagai metode pengembangan perangkat lunak yang dijadikan acuan selama melakukan pengembangan. Selanjutnya, hasil implementasi fungsi-fungsi diuji menggunakan pengujian

  responsiveness , pengujian compatibility dan pengujian penerimaan pengguna.

  Kata kunci: Sistem Informasi, Surat Izin, Compatibility, UAT, V-Model

Abstract

Dinas Kesehatan Kota XYZ is the implementing element of health sector in XYZ City Government led

by a Head of Service responsibles to the Regional Secretary. One of the duties of Dinas Kesehatan

(Dinkes) is to provide services for Health Workers who work in its administrative region. In the

application for a work or practice permit process, Health Workers may go to the Dinkes office more

than one time just to fullfill the requirement files, because the application will not be handled if it is not

appropriate. Meanwhile, from the Dinkes side, the handling of the application will be impeded if the

authorized officers are not in place because the printed file submitted by the Health Workers must be

checked directly. Based on these conditions, an information system developed for the application of

work and practice permits that can be used by Health Workers and Dinas Kesehatan Kota XYZ to apply

and handle the submitted applications. This information system also provides the Health Workers to

know the stages of handling that is being done by Dinkes officer, so that information related to work

permit can be more transparent. In this study, V-Model was chosen as the software development method

used during development. Furthermore, the results of the implementation of the functions are tested

using responsiveness testing, compatibility testing and user acceptance testing.

  Keywords: Information System, Permit, Compatibility,UAT, V-Model.

  Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya

6176

1. PENDAHULUAN

  Agar dapat menjalankan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan, setiap Tenaga Kesehatan membutuhkan surat izin kerja/praktik yang diterbitkan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) yang menaungi wilayah kerjanya. Dinas Kesehatan Kota XYZ sendiri merupakan unsur pelaksana bidang kesehatandalam Pemerintah Kota XYZ, yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas. Salah satu layanan yang disediakan oleh Dinkes Kota XYZ kepada Tenaga Kesehatan yang berada di wilayah administrasinya adalah pelayanan pengajuan surat izin kerja/praktik. Surat izin kerja/praktik tersebut, dapat diperoleh melalui pengajuan permohonan langsung ke Kantor Dinkes dengan membawa berkas-berkas persyaratan yang ditentukan.

  Dalam proses penanganan permohonan yang diajukan, terdapat beberapa jabatan fungsional yang terlibat yaitu Petugas Proses; Kepala Seksi Kefarmasian; Kepala Seksi Sumber Daya Manusia (SDM); Seksi Kesehatan Gizi & Keluarga; perwakilan UPT Puskesmas Wilayah; Kepala Bidang SDM, Kefarmasian & Alat Kesehatan; Kepala Dinas. Kepala Seksi Kefarmasian akan menangani permohonan dari Tenaga Kesehatan kelompok Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian, sedangkan Kepala Seksi SDM akan menangani Bidan, Dokter dan Perawat.

  Pada saat Tenaga Kesehatan mengajukan permohonan surat izin, permohonan tersebut tidak akan diproses lebih lanjut oleh Petugas Proses jika berkas yang disertakan kurang atau tidak sesuai dengan ketentuan. Oleh sebab itu, maka pemohon harus mendatangi Kantor Dinkes lebih dari sekali hanya untuk melengkapi berkas. Hal ini dianggap kurang efisien karena dapat menghambat proses pengajuan permohonan. Selain itu, informasi mengenai waktu selesainya surat izin diberitahukan kepada pemohon hanya berupa estimasi waktu dalam satuan hari kerja, sehingga pemohon perlu memeriksa apakah surat izin telah siap terbit dengan cara mendatangi atau menelpon Kantor Dinkes. Dari sisi petugas Dinkes yang terlibat dalam penanganan permohonan surat izin, proses pemeriksaan berkas dapat terhambat jika petugas yang bersangkutan tidak berada ditempat, karena berkas cetak yang dilampirkan pemohon wajib diperiksa satu per satu. Selain itu, pencatatan permohonan masuk yang masih dilakukan secara manual pada buku cetak rawan terjadi kesalahan dalam penulisan. Sedangkan pada pengarsipan, berkas yang disertakan pemohon ketika mengajukan permohonan akan disimpan ke dalam gudang penyimpanan berkas yang seiring berjalannya waktu dapat menumpuk dan menyulitkan pencarian jika suatu saat berkas dibutuhkan.

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan, peneliti tertarik mengembangkan sebuah sistem informasi izin kerja dan praktik (SINKES) berbasis website dengan menggunakan metode pengembangan perangkat lunak V-Model. Metode V-Model dipilih karena sistem informasi yang akan dibangun telah memenuhi ketentuan dasar penggunaan V-Model menurut Sharma & Singh (2015) yaitu kebutuhan sudah terdefinisi dengan baik, definisi dari sistem tidak berubah-ubah dan tidak ada kebutuhan yang bersifat ambigu. Sistem informasi yang dibangun diharapkan dapat menjadi sarana bagi Tenaga Kesehatan untuk mengajukan permohonan surat izin kerja/praktik dan dapat membantu mempermudah pihak Dinkes dalam menangani permohonan yang telah diajukan.

  2. METODOLOGI PENELITIAN

  Gambar 1 Diagram Alur Metodologi Penelitian

  Metodologi yang digunakan sebagai acuan aktivitas pada penelitian ini terdiri dari beberapa proses berurutan, yaitu wawancara untuk menggali permasalahan, studi literatur untuk mengetahui teori yang dijadikan dasar, lalu dilanjutkan dengan aktivitas pengembangan V-Model, hingga penarikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang dapat digunakan sebagai acuan penelitian berikutnya.

2.1. V-Model

  V-Model merupakan salah satu model

  2.4. Unified Modelling Language (UML) Unified Modeling Language (UML) telah

  Menurut (Naik & Tripathy, 2008), terdapat beberapa kriteria penerimaan yang dapat

  untuk menentukan apakah sistem telah memenuhi kriteria untuk diterima oleh pengguna dan stakeholder lain yang terlibat dalam pembangunannya. Tujuan utama dilakukannya UAT adalah untuk memastikan apakah suatu sistem yang baru telah memenuhi persyaratan dan kebutuhan dari suatu bisnis serta mampu melakukan apa yang telah ditentukan sebelumnya (Hambling & Goethem, 2013).

  requirement , dan proses bisnis yang dilakukan

  merupakan pengujian perangkat lunak berhubungan dengan kebutuhan pengguna,

  2.5. User Acceptance Testing (UAT) User Acceptance Testing (UAT)

  sequence diagram dan class diagram.

  berkembang menjadi bahasa standar pemodelan perangkat lunak yang dapat digunakan untuk menggambarkan, membangun, dan mendokumentasikan artifak yang diperlukan dalam proses pengembangan sistem. UML menyediakan beberapa pilihan fitur yang dapat digunakan untuk menggambarkan aspek-aspek penting dari sebuah sistem (Kurniawan, 2018). Namun dalam penggunaannya, tidak diwajibkan menggunakan seluruh diagram yang ada, perancang sistem dapat memilih sesuai dengan kebutuhannya (Pressman, 2010). Dalam penelitian ini sendiri, UML yang digunakan adalah use case diagram, activity diagram,

  Gambar 3 Cara kerja Codeigniter

  SDLC yang dikembangkan dari model Waterfall dan memiliki tahapan-tahapan yang hampir sama dengan Waterfall, hanya saja pada model ini tahapan pengujian dirinci untuk masing- masing tahapan (Eka, et al., 2013).

  memudahkan developer untuk membuat aplikasi website dengan cepat dan mudah dibandingkan dengan membuatnya dari awal (Hustinawati, et al., 2014). Berikut cara kerja Codeigniter yang ditunjukkan dalam Gambar 3.

  CodeIgniter

  yang berupa framework dengan menggunakan konsep model MVC untuk memisahkan antara logik dari aplikasi (Controller) dengan tampilan aplikasi (View) dan database aplikasi (Model).

  2.3. Codeigniter Codeigniter adalah aplikasi open source

  Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh (Nurjanah & Kurniadi, 2017), diketahui bahwa pembangunan sistem informasi perizinan untuk siswa siswi SMK yang ingin melakukan PKL di STT Garut dapat membantu para siswa siswi untuk mengajukan perizinan dengan lebih mudah tanpa harus mendatangi kampus STT Garut secara langsung, serta dengan adanya sistem yang dibangun dapat membantu pihak STT Garut untuk melakukan manajemen permohonan yang masuk.

  Gambar 2. V-modell (Mathur & Malik, 2010)

  analisis kebutuhan, spesifikasi, desain arsitektur, detil desain, pengkodean, serta beberapa pengujian seperti pengujian unit, pengujian integrasi, pengujian sistem dan pengujian penerimaan (Mathur & Malik, 2010). Pada penelitian ini, V-Model dipilih sebagai acuan tahapan pengembangan karena kebutuhan telah terdefinisi dengan jelas dan tidak ambigu.

  V-Model yang terdiri dari tahapan aktivitas

2.2. Sistem Informasi Perizinan

  digunakan sebagai acuan penilaian pengujian UAT seperti Performance, Usability, Functional

  Correctness and Completeness, dan Confidentially and Availability

  .

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

  Bagian ini berisi penjelasan mengenai hasil dari pengembangan sistem yang dilakukan dengan mengacu pada metode pengembangan V-

  Model . Adapun isi dari penjelasan tersebut

  adalah analisis kebutuhan, spesifikasi, arsitektur desain, detil desain, hasil implementasi kode dan pengujian user acceptance testing (UAT).

  Mempengaruhi Kinerja pegawai Dinas

3.1. Analisis Kebutuhan Sistem

  Tabel 1. Analisis Permasalahan

  Masalah 1.

  Tenaga kesehatan harus mendatangi Kantor Dinkes berkali- kali jika terdapat berkas persyaratan yang kurang dan tidak mendapatkan informasi yang jelas terhadap tahapan yang dilalui.

  as-is

  Gambar 4. Proses bisnis pengajuan permohonan

  Kesehatan Kota

  XYZ dalam bertugas melayani permintaan surat izin kerja/praktik.

  Dampak 1.

  Beberapa tenaga kesehatan tidak segera kembali ke Kantor Dinkes untuk mengurus perizinan ketika ada berkas yang kurang dari persyaratan.

  2. Mengulur waktu penanganan permohonan yang diajukan oleh tenaga kesehatan.

  3. Tenaga kesehatan yang akan mengajukan permohonan tidak segera terlayani

  Solusi 1.

  Sistem yang dapat digunakan oleh tenaga kesehatan untuk mengajukan permohonan tanpa harus datang langsung ke Kantor Dinkes.

  2. Menyediakan sistem yang memungkinkan petugas Dinkes untuk melakukan pemeriksaan atau persetujuan berkas tanpa petugas proses perlu ke ruangan masing-masing kepala bidang atau seksi dengan membawa banyak berkas.

  Tahap ini diawali dengan pengumpulan data dan penggalian permasalan pada proses pengajuan dan penanganan permohonan surat izin di Dinas Kesehatan Kota XYZ dengan teknik wawancara. Dari wawancara tersebut, diketahui proses bisnis pengajuan permohonan yang dilakukan oleh Tenaga Kesehatan dan permasalahan yang muncul pada proses tersebut maupun penanganannya dari pihak Dinkes. Pada Gambar 4 ditunjukkan proses bisnis pengajuan permohonan dan Tabel 1 merupakan analisis permasalahan.

  2. Berkas yang harus diperiksa berupa berkas cetak, sehingga petugas yang sedang tidak berada di Kantor Dinkes tidak dapat memeriksa atau memberi persetujuan 3. Petugas proses harus mendatangi ruangan masing-masing kepala bagian/seksi dengan membawa berkas pemohon, sehingga petugas proses tidak selalu berada di tempat dan berkas rawan hilang karena terselip.

  3. Menyediakan sistem yang dapat memfasilitasi kepala seksi dan bidang untuk memeriksa berkas kapanpun dan dimanapun

  Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi

  terdapat sembilan use case yang teridentifikasi dari sisi Tenaga Kesehatan, sedangkan dari sudut pandang petugas Dinkes yang ditunjukkan dalam Gambar 7 diketahui terdapat sebelas use

  login . Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6,

  menggambarkan aktor Tenaga Kesehatan yang telah teridentifikasi setelah aktor User melakukan use case membuat akun atau login pada website SINKES. Begitu halnya dengan Gambar 7 yang menggambarkan aktor-aktor dari petugas Dinkes yang telah teridentifikasi menurut otoritasnya setelah melakukan use case

  Use case diagram pada Gambar 6

  6. menunjukkan use case diagram untuk aktor Tenaga Kesehatan, sedangkan Gambar 7 untuk aktor dari petugas Dinkes.

  perilaku antara aktor dan sistem. Pada penelitian ini, use case diagram digambarkan menjadi 2 diagram yang berbeda berdasarkan kebutuhan dari Tenaga Kesehatan dan petugas Dinkes untuk memudahkan pengelompokan fungsionalitas. Berikut pada Gambar

  diagram untuk menggambarkan kebutuhan serta

  Selanjutnya dilakukan pemodelan use case

  Kepala Dinas Seseorang yang dapat menggunakan sistem untuk mengetahui kinerja pegawai Dinkes dalam menangani permohononan surat izin.

  Seseorang yang dapat menggunakan sistem untuk menangani setiap permohonan surat izin yang masuk.

  Setiap orang perwakilan dari Seksi Kesehatan Keluarga. Kepala Bidang SDM, Kefarmasian dan Alat Kesehatan

  Setiap orang perwakilan dari UPT Puskesmas Wilayah praktik Tenaga Kesehatan.

  Dari hasil analisis proses bisnis dan permasalahan tersebut, kemudian dilakukan pemodelan proses bisnis usulan (to-be) yang diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan yang ada. Tahapan analisis kebutuhan dilanjutkan dengan proses identifikasi aktor. Berikut pada Gambar 5 ditunjukkan proses bisnis usulan dan Tabel 2 merupakan penjelasan aktor-aktor yang terlibat didalam sistem.

  UPT Puskesmas Wilayah

  Tenaga Kesehatan dibawah Seksi SDM yang dikepalai

  Seseorang yang dapat menggunakan sistem untuk menangani permohonan dari

  Kepala Seksi SDM

  Seseorang yang dapat menggunakan sistem untuk menangani permohonan dari Tenaga Kesehatan dibawah Seksi Kefarmasian yang dikepalai

  Petugas Proses Setiap orang yang dapat menggunakan sistem untuk menerima permohonan, melakukan verifikasi data pemohon dan mendapatkan tugas kunjungan survei. Kepala Seksi Kefarmasian

  Setiap orang yang dapat menggunakan sistem untuk mengajukan permohonan

  belum teridentifikasi otoritasnya. Tenaga Kesehatan

  Aktor Deskripsi User Setiap pengguna sistem yang

  Tabel 2. Identifikasi Aktor

  to-be

  Gambar 5. Proses bisnis pengajuan permohonan

  case . pola perancangan Model-View-Controller (MVC). Gambar 5 menjelaskan bahwa aktor yang terdiri dari Tenaga Kesehatan dan petugas Dinkes sama-sama mengakses website SINKES untuk melakukan kegiatan pengajuan permohonan bagi Tenaga Kesehatan dan penanganan permohonan bagi petugas Dinkes.

  Gambar 5 Perancangan arsitektur diagram

  3.2.2 Sequence Diagram

  Pada bagian ini, alur proses yang terjadi di dalam SINKES digambarkan berdasarkan urutan waktu. Sequence diagram yang digambarkan dalam penelitian ini berjumlah empat diagram yang masing-masing merupakan fungsional dari

  Gambar 6. Use case diagram Tenaga Kesehatan fitur utama yaitu pengajuan permohonan dan penanganan terhadap permohonan itu sendiri. Meskipun tidak semua fungsional digambarkan dengan sequence diagram, namun perancangan

  class diagram yang dibuat tetap berdasarkan pada sistem secara menyeluruh.

  Dalam ringkasan hasil penelitian ini, penulis akan menjelaskan dua dari empat sequence diagram yang digambarkan pada penelitian, yaitu pada aktivitas pengajuan permohonan dan menyetujui perngajuan permohonan. Sequence diagram pada proses mengajukan permohonan dilakukan oleh Tenaga Kesehatan. Dalam diagram tersebut tersebut, terdapat fungsi ajukan_izin yang memiliki parameter id_kelompok. Fungsi ini bertindak untuk memeriksa id dari kelompok Tenaga Kesehatan yang mendaftar untuk selanjutnya dapat digunakan untuk memanggil fungsi yang berisi logika pemrosesan masukan pengguna sesuai dengan kelompoknya. Adapun kelompok tersebut adalah Apoteker, Bidan, Dokter, Perawat dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Kelas

  Gambar 7. Use case diagram petugas Dinkes yang terlibat dalam diagram ini adalah C_pengajuan, M_pengajuan dan Sys_notif.

3.2. Perancangan Sistem

  Kemudian antarmuka halaman pengajuan Berdasarkan tahapan yang ada pada V- menjadi media Tenaga Kesehatan dalam

  Model , maka bagian ini dilakukan pemodelan berinteraksi dengan sistem.

  arsitektur dan detil desain dari sistem SINKES Selanjutnya pada aktivitas menyetujui yang sedang dikembangkan dengan pengajuan permohonan. Hal-hal yang menjadi menggunakan Bahasa pemodelan UML. dasar menyetujui permohonan adalah kelengkapan dan kebenaran dari berkas yang

  dilampirkan oleh pemohon. Pada diagram tersebut, terdapat fungsi kirim_persetujuan_pp SINKES dikembangkan dengan yang bertindak mengambil nilai dari masukkan menggunakan bahasa pemrograman PHP dan pengguna dan mengolahnya agar bisa kerangka kerja Codeigniter yang menerapkan

3.2.1. Perancangan arsitektur sistem

  dilanjutkan kepada fungsi yang berada pada kelas model untuk penyimpanan data. Kelas yang dilibatkan dalam diagram ini adalah C_penanganan, M_penanganan dan Sys_notif. Antarmuka halaman detil permohonan menjadi media Petugas Proses dalam berinteraksi dengan sistem pada aktivitas ini.

  Meskipun pada pemodelan use case

  diagram sistem digambarkan menjadi 2

  berdasarkan perilaku aktor, namun pada pemodelan class diagram sistem tidak digambarkan secara berbeda, karena pada dasarnya fungsionalitas yang dimiliki Tenaga Kesehatan maupun petugas Dinkes ditangani oleh satu sistem yang sama. Berikut pada Gambar 8 ditunjukkan relasi antar kelas yang ada pada SINKES. Class diagram tersebut dirancang berdasarkan pola perancangan model-

  view-controller (MVC) dan kerangka kerja Codeigniter .

  Class diagram yang digambarkan di

  penelitian ini terdiri dari tujuh kelas controller dan lima kelas model. Pada penamaan kelas, tiap kelas controller dan model diberikan kode khusus pada awalannya untuk mempermudah identifikasinya yaitu “C” untuk kelas controller dan “M” untuk kelas model. Dikarenakan pengembangan sistem dilakukan menggunakan kerangka kerja Codeigniter, maka setiap kelas yang dirancang akan mengekstensi kelas yang disediakan, seperti kelas controller mengekstensi CI_Controller dan kelas model mengekstensi CI_Model.

  Gambar 8. Class diagram relasi antar kelas SINKES

  3.2.4 Conceptual Data Model (CDM)

  Pada bagian ini digambarkan rancangan struktur basisdata yang akan digunakan sebagai media penyimpanan data SINKES dengan menggunakan diagram Conceptual Data Model (CDM) untuk memberikan gambaran rancangan tabel dan hubungan antar tabel tersebut. Berikut pada Gambar 9 ditunjukkan CDM yang dirancang dengan mengacu pada kelas model dari class diagram yang telah dibuat, yang kemudian mengalami proses normalisasi. Setelah proses normalisasi dilakukan, diketahui terdapat 17 tabel yang tiap relasi antar tabelnya ditunjukkan pada gambar.

3.2.3 Class Diagram

  Gambar 9. Perancangan CDM

  3.2.5 Perancangan Antarmuka

  Perancangan antarmuka pada bagian ini dibuat untuk memberikan gambaran terhadap tampilan sistem yang sedang dikembangkan. Pembuatan perancangan ini menggunakan metode grid yang membagi layar kedalam 12 kolom sama besar. Antarmuka juga dirancang sedemikian rupa sehingga dapat beradaptasi dengan baik diberbagai ukuran resolusi layar perangkat yang digunakan oleh pengguna. Kemampuan tampilan beradaptasi dengan berbagai ukuran layar ini menjadi perhatian demi kenyamanan pengguna dalam mengakses sistem, agar pengguna tidak perlu terpaku pada satu jenis perangkat tertentu.

  3.2.6 Perancangan Algoritme

  Perancangan algoritme pada penelitian ini menggunakan pseudocode. Pseudocode yang dirancang pada tahap ini akan dijadikan dasar algoritme yang akan diimplementasi kedalam bahasa pemrograman PHP. Berikut fungsionalitas yang dibuatkan pseudocode yaitu mengajukan permohononan, menyetujui pengajuan permohonan, membuat jadwal kunjungan dan menugaskan pembuatan surat tugas.

3.3. Implementasi Sistem

  Pada tahap ini, perancangan yang telah dibuat pada tahapan sebelumnya akan diimplementasikan kedalam bahasa pemrograman PHP dengan menggunakan kerangka kerja Codeigniter yang memiliki pola perancangan model-view-controller.

  Berikut pada Gambar 10 ditunjukkan hasil implementasi dari perancangan antarmuka untuk halaman mengajukan permohonan bagi Tenaga Kesehatan. Gambar tersebut merupakan tampilan untuk Tenaga Kesehatan dengan jenis atau kelompok Perawat. Secara garis besar, tampilan antarmuka untuk setiap kelompok sama yaitu terdiri dari sidebar menu, data diri dan berkas persyaratan yang perlu dilampirkan. Namun, detil data yang harus diisi pada formulir permohonan disesuaikan dengan persyaratan masing-masing kelompok.

  Gambar 11. Implementasi halaman menyetujui pengajuan permohonan

  3.4. Pengujian Sistem

  Pada bagian ini menjelaskan tentang hasil dari pengujian sistem yang terdiri dari metode pengujian black-box menggunakan pengujian validation , dilanjutkan dengan pengujian UAT.

  3.4.1 Responsiveness Testing Responsiveness testing dilakukan untuk

  mengetahui kemampuan tampilan sistem dalam beradaptasi di berbagai ukuran layar perangkat. Pengujian dilakukan dengan memasukkan URL SINKES kedalam website tester, kemudian memilih jenis perangkat dan ukuran resolusi layar yang diujikan. Halaman yang dipilih untuk diuji adalah halaman mengajukan permohonan

  Gambar 10. Implementasi halaman mengajukan bagi Tenaga Kesehatan, dengan pertimbangan permohonan bahwa Tenaga Kesehatan memiliki berbagai macam berangkat yang berbeda untuk

  Selanjutnya pada Gambar 11 ditunjukkan mengakses sistem. Berikut pada Tabel 3 hasil implementasi halaman menyetujui ditunjukkan hasil yang didapat dari pengajuan permohonan bagi Petugas Proses.

  responsiveness testing .

  Formulir tindakan diletakkan pada halaman yang

  Ukuran resolusi Hasil

  sama dengan detil permohonan dimaksudkan

  Desktop (1440*900) Beradaptasi

  untuk mempermudah petugas dalam memeriksa dan kemudian menentukan lolos tidaknya berkas Tablet (768*1024) Beradaptasi untuk penanganan lebih lanjut. Seperti yang bisa

  Telepon genggam Beradaptasi dilihat pada gambar, tampilan terdiri dari sidebar (414*736)

  menu , status riwayat penanganan, formulir tindakan dan data permohonan.

  Petugas Dinkes 77.3% Setuju

3.4.2 Compatibility Testing

  Compatibility testing dilakukan dengan

  menggunakan bantuan tool Sortsite. Dari 4.

KESIMPULAN DAN SARAN

  pengujian yang dilakukan, berikut pada Gambar 12 ditunjukkan hasil yang telah didapatkan.

  4.1. Kesimpulan

  Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan dari hasil yang didapatkan yaitu.

  1. Dari hasil analisis kebutuhan yang dilakukan, didapatkan 6 proses bisnis usulan (to-be), 9 aktor, 6 fitur, 18 kebutuhan fungsional dan 2 kebutuham

  Gambar 12. Hasil compatibility testing non fungsional.

  2. Pada hasi pengujian yang ditunjukkan Pada tahap perancangan sistem dihasilkan 1 diagram arsitektur sistem, 4 dalam Gambar 7.4, diketahui bahwa terdapat

  

Critical Issues pada jenis browser Firefox 60 dan sequence diagram , pemodelan objek

  melalui class diagram analisis maupun

  Chrome

  66. Critical issues tersebut muncul perancangan, Conceptual Data Model akibat tidak diaktifkannya fitur ssl atau https saat melakukan pengujian, lebih jelasnya critical (CDM), Physical Data Model (PDM) yang menggambarkan 17 tabel sebagai

  issues terjadi pada halaman login untuk Tenaga

  media penyimpanan data dari sistem Kesehatan maupun petugas dari Dinkes. yang akan dibangun, perancangan

  

3.4.1. Validation Testing antarmuka pengguna, serta algoritme

pemrograman.

  Validation Testing dilakukan dengan cara 3.

  Implementasi sistem dilakukan pada melakukan prosedur uji oleh pengembang pada fitur dengan kode kode FEAT01 (Sistem fungsi yang akan diujikan. Fungsi yang bisa digunakan untuk mengajukan dilakukan pengujian pada bagian ini serta hasil permohonan surat izin kerja/praktik), pengujiannya dijelaskan pada Tabel 5 berikut. FEAT02 (Sistem bisa digunakan untuk menangani permohonan yang telah

  Tabel 4 Hasil Validation Testing diajukan oleh Tenaga Kesehatan),

  Aktor Fungsi Uji Hasil

  FEAT04 (Sistem dapat memberikan

  Tenaga Membuat akun Valid otoritas pada pengguna sesuai dengan Kesehatan

  peran dan tanggungjawab yang dimiliki), FEAT05 (Sistem dapat

  Tenaga Mengajukan Valid

  ditampilkan dengan baik di berbagai

  Kesehatan permohonan

  ukuran layar perangkat) dan FEAT06

  Petugas Proses Menyetujui Valid

  (Sistem dapat berjalan dengan baik pada

  pengajuan berbagai jenis browser). permohonan 4.

  Pada hasil pengujian diketahui sistem dapat beradaptasi dengan baik di 3 jenis

  Kepala Bidang Membuat jadwal Valid

  resolusi layar yang berbeda

  kunjungan

  (responsiveness testing), muncul critical

  Kepala Bidang Menugaskan Valid issues pada

  2 jenis browser

  pembuatan surat

  (compatibility testing) dan mendapatkan

  tugas

  penilaian sangat setuju dari Tenaga Kesehatan serta setuju dari pihak perwakilan Dinkes untuk pengujian

  3.4.2. User Acceptance Testing (UAT) penerimaan pengguna (UAT).

  Tabel 8 Hasil Skala Likert

  Aktor Nilai Interpretasi

  4.2. Saran Tenaga 82.9% Sangat setuju

  Saran yang dapat diberikan kepada peneliti

  Kesehatan

  atau pengembang selanjutnya untuk melakukan

5. DAFTAR PUSTAKA Eka, W., Bukhori, S. & Ismoyo, D., 2013.

  Kurniawan, T. A., 2018. Pemodelan Use Case (UML) : Evaluasi Terhadap Beberapa Kesalahan dalam Praktik. Jurnal Teknologi

  New York: s.n.

  Pressman, R. S., 2010. Software Engineering A Practitioner's Approach. 7th penyunt.

  Jurnal STT Garut, 14(2).

  Informasi Pengelolaan Izin Praktek Kerja Lapangan untuk Sekolah Menengah Kejuruan Secara Online di STT Garut.

  Inc.. Nurjanah, A. S. & Kurniadi, D., 2017. Sistem

  and Quality Assurance Theory and Practice. Hoboken: John Wiley & Sons,

  Naik, K. & Tripathy, P., 2008. Software Testing

  Computer Applications, I(12).

  Mathur, S. & Malik, S., 2010. Advancements in the V-Model. International Journal of

  Informasi dan Ilmu Komputer, 5(1), pp. 77- 86.

  Computer Applications (0975

  pengembangan lanjut pada penelitian ini di antaranya adalah:

  Performance Analysis Framework Codeigniter and CakePHP in Website Creation. International Journal of

  Development Limited. Hustinawati, Himawan, A. K. & Latifah, 2014.

  Acceptance Testing: A Step-by-step Guide. Swindon: BCS Learning &

  Nasional Ilmu Komputer. Hambling, B. & Goethem, P. v., 2013. User

  Perbandingan V-Model Tradisional dan Advance V-Model, Samarinda: Seminar

  3. Evaluasi antarmuka pengguna untuk mengetahui tingkat usability secara mendalam bagi pengguna.

  2. Penambahan fungsi dashboard sebagai visualisasi pengolahan data.

  penyampaian informasi ke Tenaga Kesehatan.

  gateway untuk mempercepat

  1. Penambahan fungsi sms dan email

  • – 8887), Volume 94, p. 7.