Pandangan Masyarakat surabaya tentang Madrasah

1

PANDANGAN MASYARAKAT TENTANG MADRASAH
Oleh: Djamaluddin Perawironegoro

Pendahuluan

Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan ilmu pengetahuan
yang sedemikian rupa menjadikan madrasah berubah dan berbenah. Perubahan
tersebut didorong oleh berbagai hal diantaranya adalah kondisi masyarakat yang
berubah, kondisi lingkungan eksternal dalam hal ini adalah dunia internasional
yang berubah, kebijakan-kebijakan yang menuntut peningkatan dalam bidang
pendidikan, terlebih yaitu dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam rangka upaya meningkatkan madrasah, maka pemerintah melalui
Kementrian Agama memberikan bantuan kepada madrasah dalam bentuk material
dan bimbingan. Dalam bentuk material yaitu melalui dan pengembangan sarana
dan prasarana pendidikan. Sedangkan dalam bentuk bentuk bimbingan adalah
dengan membuat kebijakan-kebijakan yang memberi efek positif untuk
pengembangan madrasah, seperti kebijakan mengenai kurikulum, mengenai
tenaga pendidik di lingkungan madrasah, dan lain-lain. Demikian itu diharapkan
agar madrasah dapat memberikan kontribusi bagi pendidikan nasional.

Tentu bantuan yang diberikan oleh pemerintah sangat terbatas, dibanding
dengan jumlah madrasah yang ada saat ini. Untuk diketahui bahwa berdasarkan
laporan buku statistic pendidikan pada tahun 2008/2009 jumlah madrasah dari
tingkat MI-MA adalah 40.464 madrasah. Adapun rinciannya adalah sebagai
berikut:
Tabel 1.
Daftar Jumlah Madrasah di Indonesia Tahun 2008/2009
No

Madrasah

Jumlah

2

1

MIN

1.662


2

MIS

19.862

3

MTsN

1.384

4

MTsS

11.908

5


MAN

735

6

MAS

4.913

Sumber: Statistik Pendidikan Tahun 2008/2009.
Dari jumlah yang sedemikian banyaknya dengan pengelolaan yang
terbanyak pada sector swasta –pengelolaan madrasah oleh swadaya masyarakat
dalam pembiayaan dan pengembangannya- memberikan persepsi yang beragam
dalam benak masyarakat. Di saat yang sama ada juga beberapa madrasah yang
dikelola oleh Kemenag yang menjadi unggulan di daerah-daerah.
Dengan berbagai persepsi masyarakat yang berbeda-beda terhadap
madrasah tentu memberikan tantangan dan peluang bagi madrasah untuk
meningkatkan mutu. Madrasah yang bermutu adalah madrasah yang mampu

untuk menjaga hubungan yang baik dengan stakeholder pendidikan, lebih khusus
yaitu pelanggan dan memiliki obsesi yang tinggi terhadap mutu.

Kritik masyarakat terhadap Madrasah

Pada umumnya masyarakat masih berpendapat bahwa madrasah adalah
lembaga pendidikan Islam yang concern pada pembelajaran ilmu-ilmu agama
Islam. Yang demikian itu membatasi mereka yang menginginkan agar anakanaknya untuk memiliki potensi dalam ilmu-ilmu umum. Satu sisi orang tua
menginginkan agar anaknya menguasai ilmu pengetahuan umum, di satu sisi yang
lain orang tua mengharapkan agar pembelajaran ilmu-ilmu agama tidak menjadi
beban.
Beberapa orang tua menjadikan madrasah sebagai tempat pelarian atas
ketidakmampuan mereka dalam pendidikan agama. Ketika mereka tidak mampu

3

untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan pada anak-anak mereka, maka mereka
menserahkannya kepada madrasah untuk dibina dan dibimbing. Demikian itu
menjadi problem, karena pengetahuan yang didapatkan di madrasah terkadang
tidak sesuai dengan apa yang dilakukan oleh orang tua di rumah. Artinya terdapat

ketidaksinkronan antara pendidikan di madrasah dan pendidikan orang tua.
Input yang menjadi siswa/siswi madrasah adalah pada umumnya
merupakan mereka yang tidak diterima di sekolah-sekolah negeri atau sekolah
favorit. Ada sebagian kecil dengan kesadaran orang tua yang tinggi terhadap nilainilai agama Islam mensekolahkan anaknya di madrasah, namun demikian itu
relative kecil. Input yang “sisa-sisa” memberikan efek pada proses pembelajaran
di madrasah. Dengan kondisi yang demikian, tentu membutuhkan tenaga yang
optimal baik pendidik sebagai guru, dan bahkan sarana-prasarana untuk
menunjang proses pendidikan dan pembelajaran.
Beberapa madrasah unggulan atau model yang dikelola oleh Kemenag
pada umumnya memiliki sumber daya manusia yang bagus dan sarana-prasarana
yang lengkap dan memadari. Akan tetapi jauh lebih banyak madrasah swasta yang
memiliki

keterbatasan

sumber

daya

manusia


dan

sarana

prasarana.

Ketidakmerataan pendidikan madrasah di daerah cenderung menjadikan madrasah
sebagai alternative pendidikan di bandingkan dengan sekolah negeri atau sekolah
favorite.
Merupakan unggulan madrasah yaitu pembiayaan yang terjangkau bagi
masyarakat dengan kategori ekonomi menengah ke bawah. Akan tetapi dengan
keterjangkauan atau keterbatasan biaya menjadikan lembaga tidak memberikan
layanan yang terbaik tentu menjadi problem bagi madrasah dan bagi peserta didik
yang berada di madrasah. Ketercapaian tujuan yang diharapkan tidak akan pernah
optimal. Dan pada akhirnya orientasi yang berada di madrasah tersebut cenderung
pada hasil dan jauh dari proses. Demikian itu tentu mengingkari fitrah pendidikan
itu sendiri. Wal hasil mutu dari lulusan madrasah sulit untuk bisa
dipertanggungjawabkan.


4

Kondisi lulusan madrasah yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat
menjadi kritik terhadap madrasah. Sehingga cenderung dipandang sebelah mata,
dan bahkan dikesampingkan jika dibanding dengan lulusan-lulusan sekolah
umum.
Madrasah sering dianaktirikan daripada sekolah-sekolah umum dalam
ranah pendidikan nasional. Demikian itu dapat dilihat secara jelas antara fasilitas
sarana dan prasarana antara madrasah dan sekolah-sekolah umum, dimana terjadi
ketimpangan seperti kelengkapan laboratorium IPA, laboratorium bahasa,
masjid/mushalla, perpustakaan, dll.
Selain hal tersebut, kritik masyarakat juga diarahkan pada bidang
kurikulum. Kurikulum madrasah hendaknya tidak terlalu membebani siswa/siswi
di madrasah, apalagi dengan ragam variasi yang banyak. Kurikulum yang luas
akan tetapi dangkal tentu tidak lebih baik daripada kurikulum yang sempit akan
tetapi mendalam. Ketercapaian kompetensi menjadi terukur dan dapat dievaluasi
dengan kurikulum yang sempit dan mendalam. Selain daripada itu, yang demikian
memberikan fokus spesialisasi bagi peserta didik.
Sehubungan dengan kurikulum, kurikulum madrasah cenderung untuk
menekankan pada aspek kognitif, daripada dua aspek yang lain yaitu afektif dan

psikomotorik. Fokus pada aspek kognitif, disebabkan tujuan madrasah pada
umumnya adalah agar lulusannya diterima di perguruan tinggi favorite yang
dalam proses seleksinya melihat pada aspek kognitif saja. Sehingga yang muncul
adalah siswa/siswi yang tahu ilmu dan tahu agama, akan tetapi tidak
mengamalkan ilmu dan agamanya.
Masyarakat menilai bahwa pola/metode pembelajaran di madrasah
cenderung lebih banyak dengan metode ceramah, daripada metode-metode yang
lain. Metode pembelajaran dengan ceramah cenderung membosankan, dan apa
yang tertangkap oleh peserta didik dalam fikirannya cenderung lebih sedikit,
daripada dengan memanfaatkan teknologi. Karena pada umumnya pelajaran
agama yang disampaikan oleh guru-guru yang sudah lanjut usia, maka metode

5

cenderung tidak variatif terlebih dengan memanfaatkan teknologi, seperti
penggunaan laptop, computer, kamera, infocus, dan lain-lain.
Tentang akreditasi, visitasi yang dilakukan oleh assessor terhadap
madrasah cenderung tidak obyektif. Ketidak obyektifan tersebut dapat dilihat pada
proses penilaian yang dilakukan, dimana sebagian madrasah dengan pemenuhan
standard nasional pendidikan yang minimum, mendapatkan nilai yang besar.

Demikian itu berdampak pada madrasah itu sendiri, yang akan mensepelekan nilai
dari akreditasi.
Kemenag sebagai pengelola administrasi madrasah cenderung kurang
tertib dan tidak terstruktur. Sebagai contoh adalah ijazah keluaran madrasah selalu
lebih akhir daripada ijazah sekolah umum, pun juga terhadap administrasiadministrasi yang lain cenderung mendadak. Demikian itu tentu menjadi perhatian
bagi pengelola lembaga pendidikan dalam hal ini madrasah. Karena madrasah
merupakan ujung tombak layanan pendidikan bagi Kemenag.

Harapan masyarakat terhadapMadrasah

Dari berbagai kritik tersebut masyarakat memiliki harapan-harapan yang
dimpikan dan dicita-citakan dari madrasah. Mengingat madrasah merupakan salah
satu model pendidikan nasional yang memberikan penguatan-penguatan pada
nilai-nilai keagamaan Islam. Harapan tersebut adalah:
1. Diharapkan agar siswa/siswi atau lulusan madrasah mampu bersaing
dengan lulusan sekolah-sekolah umum atau bahkan sekolah favorite atau
unggulan.
2. Agar madrasah membuka atau memberikan kegiatan ekstrakulikuler untuk
bahasa asing seperti bahasa Jepang, Jerman, Prancis, dan Mandarin.
Karena bahasa-banasa tersebut merupakan alat di era globalisasi.


6

3. Agar siswa/siswi madrasah dibekali dengan keterampilan tambahan yang
relevan dengan dunia kerja dan usaha. Seperti public speaking,
pengembangan masyarakat, keterampilan hidup, kemandirian, dll.
4. Diharapkan agar madrasah memiliki daya saing atau mutu, namun dengan
biaya yang terjangkau.
5. Kepada

pengelola

madrasah

agar

memberikan

pelatihan


dan

pengembangan untuk tenaga pendidik dan kependidikan yang berada di
bawah naungannya, baik dalam program seminar, workshop, Bimtek,
Diklat, dll.
6. Agar administrasi di madrasah dilakukan dengan tertib dan rapi. Alangkah
baiknya jika dalam proses pendataannya dilakukan dengan basis teknologi
dan informasi atau dengan sistem informasi manajemen.
7. Madrasah boleh berubah seiring dengan tuntutan masyarakat dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi madrasah
juga harus tetap fokus pada penanaman dan penguatan nilai-nilai agama
yang menjadi ciri khas madrasah.
8. Madrasah diharapkan untuk menyusun kurikulum yang proporsional
dalam arti seimbang antara pengetahuan agama dan pengetahuan umum.
Penekanannya pun tidak hanya pada aspek kognitif saja, akan tetapi juga
melihat pada aspek sikap dan psikomotor.

Saran-saran masyarakat terhadap perbaikan Madrasah

Untuk memperbaiki kondisi madrasah agar sesuai dengan harapan yang
diinginkan adalah sebagai berikut;
1. Pelatihan dan Pengembangan sumber daya manusia di madrasah adalah
mutlak menjadi kebutuhan bagi pengelola madrasah untuk mencapai

7

harapan-harapan

yang

disampaikan

sebelumnya.

Terlebih

dalam

mengarungi era globalisasi dan informasi yang demikian cepat dan tidak
terbatas.
2. Melengkapi sarana dan prasarana pendidikan juga merupakan kebutuhan
inti bagi pengelola lembaga pendidikan dalam hal ini madrasah. Karena
tidak akan mungkin tercapai tujuan dari proses pembelajaran dengan
efektif jika tidak melengkapi saran dan prasarana yang dibutuhkan. Selain
itu, kelengkapan sarana dan prasarana sangat membantu peserta didik
dalam pengembangan diri.
3. Madrasah-madrasah yang ingin maju agar melakukan study banding
dengan madrasah-madrasah yang menjadi model di daerah-daerah. Ada
banyak madrasah yang menjadi model untuk dijadikan contoh atau
panutan dalam pengembangan.
4. Untuk meningkatkan mutu madrasah, selain dengan pengeloalaan bidang
manajemen dibutuhkan pengelolaan yang baik terhadap proses seleksi
peserta didik yang baik dan berkualitas. Input yang baik tidak harus
dimaknai pada aspek kognitif, tapi juga pada aspek sikap dan psikomotor.
5. Pada proses pembelajaran hal terpenting adalah kurikulum. Maka
kurikulum madrasah harus senantiasa dievaluasi dan dikembangkan.
Mungkin baik kiranya jika mengikuti proses manajemen mutu Deming
yaitu Plan, Do, Check, dan Action, yang bersifat continual improvement.
6. Ada baiknya bagi madrasah mengembangkan model boarding, dengan
model pembinaan 24 jam memberikan waktu bagi madrasah untuk
mengembangkan kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki peserta didik. Bagi
tingkat MTs atau MA. Selain daripada itu, internalisasi nilai-nilai Islam
dapat dimonitoring dan dikondisikan.
7. Kemenag harus juga mempromosikan madrasah-madrasah unggulan agar
diminati oleh masyrakat melalui berbagai media baik cetak ataupun
elektronik.

8

Kebijakan-kebijakan yang harus diambil untuk perbaikan Madrasah

Atas harapan dan saran tersebut, kebijakan yang kiranya dapat diambil
oleh pemerintah dalam hal ini Kemenag dan pengelola pendidikan adalah sebagai
berikut:
1. Dana untuk pengembangan pendidikan harus ditingkatkan, karena hanya
dengan bantuan dana pengembangan tersebut madrasah dapat melatih dan
mengembangkan tenaga pendidik dan kependidikan yang ada melalui
kegiatan Bimtek, Workshop, Seminar, dan Litbang. Selain daripada itu,
dengan

dana

tersebut

juga

dapat

mendukung

program-progam

pengembangan siswa/siswi madrasah.
2. Bantuan kelengkapan sarana dan prasaran pendidikan menjadi hal yang
dibutuhkan oleh madrasah untuk menunjang kegiatan proses belajar
mengajar di madrasah. Seperti perpustakaan, laboratorium bahasa, IPA,
Biologi, lapangan bermain, masjid, dan lain-lain.
3. Kebijakan pemerintah untuk memperbarui kurikulum tentu harus diikuti
dengan evaluasi terhadap kurikulum yang telah dilaksanakan. Dengan
demikian akan mengetahui kelebihan dan kekurangan dari kurikulum yang
telah diimplementasikan.
4. Pemerintah hendaknya memberikan keleluasaan kepada institusi swasta
yang mampu untuk mengembangkan madrasah dalam bidang-bidang yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dalam hal ini untuk membuka model
madrasah yang mirip dengan SMK.
5. Kebijakan terkait pengelolaan data menjadi kebutuhan. Dengan data yang
terpusat dan valid, tentu memudahkan pengelola madrasah dari tingkat
kabupaten hingga pusat.
6. Perlu kiranya diperbanyak pengembangan madrasah model boarding
school sebagaimana MAN Insan Cendekia.

Penutup

9

Demikian kritik, harapan, saran, dan kebijakan-kebijakan yang diharapkan
mampu untuk memperbaiki kondisi madrasah yang ada saat ini.
Pada prinsipnya seiring dengan kebutuhan tenaga kerja yang meningkat,
kondisi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menuntut madrasah
untuk bergerak dinamis mengikuti perubahan atau mati dan terlindas. Demikian
itu sudah harus menjadi kesadaran bagi pengelola lembaga pendidikan.
Sebagaimana ungkapan untuk madrasah yang bermutu adalah madrasah
yang mampu untuk menjaga hubungan yang baik dengan stakeholder pendidikan,
lebih khusus yaitu pelanggan dan memiliki obsesi yang tinggi terhadap mutu.
Kunci keberhasilan madrasah adalah melakukan continual improvement.
Dimulai dengan hal-hal yang biasa dilakukan dari mulai proses pembelajaran,
proses rekruitmen peserta didik, proses rekruitmen tenaga pendidik, dan dalam
berbagai hal yang lainnya.
Tidak mudah tentu untuk melakukan budaya mutu di madrasah.
Dibutuhkan keinginan yang besar dari pengelola madrasah yang diwujudkan
dalam visi dan misi lembaga, kemudian diturunkan dalam kebijakan-kebijakan
strategis untuk menunjang budaya mutu.
Namun apa yang baik tidak selamanya baik, oleh karena itu perlu
dilakukan perbaikan yang tidak berhenti dengan kata lain dinamis seiring dengan
perkembangan zaman. Dengan demikian terwujudlah madrasah yang diharapkan.

Lampiran-lampiran
Kritik masyarakat terhadap Madrasah

1. Madrasah yang identik dengan pendidikan keagamaan semestinya tidak
dianaktirikan dalam ranah pendidikan nasional. (Sugiharto)
2. Lulusan madrasah cenderung untuk dipandang sebelah mata dan bahkan
dikesampingkan oleh institusi-institusi. Maka madrasah harus berbenah.
(Asenih)

10

3. Sebagian masyrakat beranggapan bahwa madrasah adalah lembaga
pendidikan yang hanya menyampaikan hal-hal yang bersifat keagamaan,
Sehingga merasa dibatasi dengan persepsi tersebut. (Luthfi J. Qodri)
4. Masyarakat memilih madrasah untuk anak-anaknya, sebagai pelarian dari
tanggungjawab ketidaksanggupan mendidik dalam hal keagamaan. (Luthfi
J. Qodri)
5. Sebagian besar madrasah mendapatka input siswa/siswi yang rata-rata
tidak diterima di sekolah negeri, sehingga kalau boleh dikatakan siswa
madrasah adalah “sisa-sisa” dari sekolah negeri atau favorit di daerah
masing-masing. (Luthfi J. Qodri)
6. Perkembangan madrasah belum merata, beberapa madrasah unggul baik
sdm dan sarana-prasarananya, namun beberapa madrasah di lain tempat
masih tertinggal dan tidak memenuhi standar yang ditentukan. (Ahmad
Ridwan)
7. Madrasah adalah lembaga pendidikan yang mudah dan terjangkau bagi
masyarakat kelas menengah ke bawah, namun ketika madrasah menjadi
unggulan yang menikmatinya adalah masyarakat menengah ke atas.
(Ahmad Ridwan)
8. Jika dibandingkan dengan sekolah umum, madrasah masih kalah bersaing
dengan sekolah umum. (Rini)
9. Akreditasi lembaga pendidikan dalam hal ini madrasah masih banyak
terjadi ketidaksesuaian antara kenyataan dan penilaian. Banyak cenderung
meninggikan nilai daripada realita. (Novi)
10. Kondisi lulusan madrasah yang tidak sesuai dengan kebutuhan tenaga
kerja di masyarakat. (Syahid)
11. Kurikulum madrasah hendaknya tidak terlalu membebani siswa/siswi
dengan materi-materi yang terlalu padat dengan berbagai variasi. Karena
dengan banyaknya variasi akan membebani belajar siswa. Dengan kata
lain, kurikulum yang sempit dan mendalam, lebih baik daripada kurikulum
yang luas tapi dangkal. (Syahid)

11

12. Masyarakat menilai bahwa metode pembelajaran di Madrasah tidak
relevan dengan kemajuan informasi dan teknologi saat ini. (Ibu Andri)
13. Input madrasah adalah siswa-siswi yang tidak diterima di sekolah-sekolah
yang favorit dan unggulan. (Ibu Andri)
14. Masyarakat beranggapan bahwa madrasah adalah lembaga pendidikan
yang melulu mempelajari tentang agama. (Ibu Andri)
15. Kemenag sebagai pengelola administrasi madrasah cenderung kurang
tertib dan tidak terstruktur. Sebagai contoh, ijazah keluaran madrasah
selalu keluar lebih akhir daripada ijazah sekolah umum. Demikian juga
administrasi-administrasi yang lain, yang cenderung mendadak. (Ibu
Andri)
16. Kurikulum madrasah cenderung fokus pada aspek kognitif, sehingga
cenderung siswa/siswi mengejar nilai untuk kemudian digunakan dalam
pendaftaran ke Universitas-universitas favorit dan unggulan. (Deden MD)

Harapan masyarakat terhadapMadrasah

1. Membuka jurusan-jurusan bahasa asing seperti bahasa Jepang, Jerman,
Prancis dan Mandarin. Bahasa merupak modal di era globalisasi.
(Sugiharto)
2. Madrasah mampu untuk bersaing dengan sekolah-sekolah negeri dan
sekolah unggulan. (Ahmad Ridwan)
3. Keterjangkauan biaya pendidikan di madrasah untuk masyarakat ekonomi
menengah ke bawah. (Ahmad Ridwan)
4. Madrasah mampu untuk bersaing dengan sekolah umum, lebih khusus
yang berada di bawah Kemendikbud. (Rini)
5. Akreditasi madrasah dilakukan sebaik-baiknya dan sejujur-jujurnya
dengan demikian mutu siswa/siswi madrasah adalah hasil nyata dari
proses pendidikan di madrasah. (Novi)
6. Madrasah harus bisa bersaing dengan sekolah-sekolah umum yang
berstandar nasional dan internasional, sedangkan pengembangannya yaitu

12

dengan peningkatan kurikulum dan pangsa pasar tenaga kerja di masa
yang akan datang. (Syahid)
7. Memberikan keterampilan tambahan bagi siswa/siswi madrasah untuk
menjadi bekal dalam dunia kerja. (Syahid)
8. Jika memang tujuan madrasah adalah komitmen pada jalur dakwah, maka
lulusan madrasah harus menjadi dai mandiri. Dan untuk itu perlu dibekali
dengan skil bahasa, public speaking, pengembangan masyarakat,
keterampilan hidup, kemandirian, dll. (Syahid)
9. Perlunya Bimtek, Diklat, Workshop bagi para pendidik di madrasah agar
bisa mengajar dengan teknik-teknik dan metode yang up to date, sehingga
tidak selalu dengan metode ceramah. (Ibu Andri)
10. Administrasi di madrasah diharapkan bisa tertib dan rapi. Sehingga datadata mengenai peserta didik, tenaga pendidik, dan lain-lainnya tidak
diminta berulang-ulang. (Ibu Andri)
11. Perubahan masyarakat seperti saat ini, mengharuskan madrasah untuk
selalu berbenah diri yaitu dengan memahami kebutuhan masyarakat.
Namun dengan tetap mempertahankan ciri khas madrasah itu sendiri.
(Arif)
12. Agar

lembaga

pendidikan

madrasah

memiliki

kurikulum

yang

proporsional yaitu seperti Al-Qur’an, Tafsir, Hadits, Olah raga, Sastra
Arab, Sejarah Nabi, Al-Jabar, dan Adab. (Deden MD)
13. Kurikulum madrasah hendaknya tidak fokus pada aspek kognitif saja,
tetapi juga pada aspek afektif dan psikomotorik. (Deden MD)
14. Madrasah harus responsive terhadap perkembangan zaman, namun dengan
tidak mengurangi atau merubah nilai yang ada. (Mukhtim)
15. Madrasah pada prinsipnya ingin untuk selalu membenahi diri, akan tetapi
Kemenag dalam hal ini cenderung untuk membiarkan daripada membina.
Oleh karena itu diharapkan perhatian Kemenag terhadap madrasahmadrasah yang ingin berkembang. (Arif)
Saran-saran masyarakat terhadap perbaikan Madrasah

13

1. Dalam pengelolaan Madrasah diharapkan antara Kemendiknas dan
Kemenag bergabung menjadi satu, sehingga pendidikan bagi masyrakat
berkeadilan antara Madrasah dan Sekolah. (Asenih)
2. Sarana-Prasarana madrasah harus ditingkatkan untuk menunjang proses
pembelajaran. (Ahmad Ridwan)
3. Guru-guru madrasah harus diberikan bimbingan dan arahan untuk
meningkatkan kompetensinya. (Ahmad Ridwan)
4. Kepada pengelola madrasah agar meningkatkan mutu pendidikannya.
(Ahmad Ridwan)
5. Kurikulum madrasah harus diperbaiki tingkat ketercapaiannya. (Rini)
6. Memperbaiki sarana prasarana dan melengkapi apa yang belum dimiliki.
Lebih

khusus

yaitu

alat-alat elektronik

yang membantu

proses

pembelajaran seperti; infocus, computer, laboratorium, dll. (Rini)
7. Political will pemerintah harus tinggi dalam mengembangkan madrasah,
jika tidak maka akan terus menjadi seperti sekarang ini. (Novi)
8. Madrasah harus selektif dalam menerima peserta didik, utamanya dalam
bidang ilmu dan akhlak. Sehingga para pendidik dapat dengan baik
meningkatkan atau mengembangkan peserta didik.
9. Kemenag harus aktif mempromosikan madrasah melalui media cetak
ataupun media elektronik. Terlebih tentang kurikulum madrasah yang
dalam persepsi masyarakat masih hanya sebatas mendalami ilmu-ilmu
agama. (Ibu Andri)
10. Madrasah diharapkan memiliki suatu sistem data untuk semua peserta
didik, tenaga pendidik, yang akurat dan terupdate. (Ibu Andri)
11. Kepada madrasah-madrasah swasta hendaknya mau untuk belajar pada
madrasah-madrasah yang menjadi percontohan di daerah-daerah. Seperti
Man Model, dan Man Insan Cendekia. (Deden MD)
12. Madrasah harus tetap konsisten dengan ciri khasnya, yaitu fokus dan
istiqamah dengan internalisasi nilai-nilainya. (Syamsuri)

13. Ada baiknya jika madrasah-madrasah juga menyediakan asrama atau
dengan model boarding. (Syamsuri)

14

Kebijakan-kebijakan yang harus diambil untuk perbaikan Madrasah

1. Kepada Kemenag agar memfasilitasi atau memberikan fasilitas berupa lab
bahasa, perpustakaan bahasa, pertukaran pelajar. (Sugiharto)
2. Mengingat input yang sedemikian rupa, maka kepada Kemenag agar
memberikan bantuan peningkatan atau pengembangan sarana dan
prasarana. (Luthfi J. Qodri)
3. Kebijakan pembiayaan untuk madrasah atau di bawah Kemenag sebisa
mungkin sama dengan kebijakan pembiayaan di sekolah umum yang
berada di bawah Kemendikbud. (Ahmad Ridwan)
4. Mengadakan evaluasi kurikulum (Rini)
5. Anggaran pembiayaan madrasah harus ditingkatkan, terlebih untuk
madrasah-madrasah swasta agar dibantu sarana dan prasarananya. (Rini)
6. Kebijakan pemerintah harusnya memberikan keleluasaan bagi madrasah
untuk mengembangkan diri dalam bidang-bidang yang sesuai dengan
kebutuhan tenaga kerja masyarakat. (Syahid)
7. Perlu bagi Kemenag untuk membuka madrasah dengan model mirip atau
semi SMK. (Syahid)
8. Perlu bagi Kemenag untuk membuat sesering mungkin kegiatan-kegiatan
seperti workshop, Bimtek, Seminar, untuk pengembangan tenaga
pendidik. (Ibu Andri)
9. Terkait dengan administrasi data, perlu kiranya untuk membuat suatu
sistem data terpadu untuk berbagai hal terkait dengan madrasah. Demikian
itu agar pengelolaan madrasah menjadi tepat sasaran dan tidak memakan
banyak waktu. (Ibu Andri)
10. Perlu kiranya madrasah-madrasah di Indonesia dilengkapi dengan asrama.
Atau boleh dibilang model boarding school sebagaimana Madrasah Insan
Cendekia yang sudah digagas oleh Kemenag. (Deden MD)

15

Dokumen yang terkait

PENGARUH DAYA TARIK BERITA METRO XIN WEN TERHADAP INTENSITAS ETNIK TIONGHOA MENONTON METRO XIN WEN Studi pada Masyarakat Etnik Tionghoa di Pecinan Malang

1 28 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

Konstruksi Media tentang Kontroversi Penerimaan Siswa Baru di Kota Malang (Analisis Framing pada Surat Kabar Radar Malang Periode 30 Juni – 3 Juli 2012)

0 72 56

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN PEMBENTUKAN CITRA POSITIF RUMAH SAKIT Studi pada Keluarga Pasien Rawat Jalan RSUD Dr. Saiful Anwar Malang tentang Pelayanan Poliklinik

2 56 65

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Peranan Hubungan Masyarakat (Humas) Mpr Ri Dalam Mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa Tahun 2014

4 126 93

Makna Kekerasan Pada Film Jagal (The Act Of Killing) (Analisis Semiotika Roland Barthes pada Film Dokumenter "Jagal (The Act of Killing)" tentang Pembunuhan Anti-PKI pada Tahun 1965-1966, Karya Joshua Oppenheimer)

17 109 98

Rancangan media informasi tentang makanan tradisional Peyeum Bandung

5 77 1

Politik Hukum Pembaharuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Kajian Pasal 74 beserta Penjelasannya)

0 1 22