FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANAGAN d

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERKEMBANAGAN
MAKALAH
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
DOSEN PENGAMPU : DRS. YUSRAN ADENIN, MA

OLEH
NIKMATURADA SAUFI

PPRODI / SEMESTER : PAI - IV A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
JAM’IYAH MAHMUDIYAH
TANJUNG PURA
LANGKAT
2017

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkat atas kehadirat Allah yang maha

Esa atas ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
Makalah ini dengan penuh keyakinan serta usaha maksimal. Semoga dengan
terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran positif bagi kita semua.

Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada bapak dosen Drs.
Yusran Adenin, MA

mata kuliah Psikologi Pendidikan

yang telah

memberikan tugas Makalah ini kepada kami sehingga dapat memicu motifasi
kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan menggali ilmu lebih dalam khususnya
mengenai “Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan” sehingga dengan ini
kami dapat menemukan hal-hal baru yang belum kami ketahui.

Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga
penulis

dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal


mungkin. Terima kasih pula atas dukungan para pihak yang turut membantu
terselesaikannya makalah ini, ayah bunda, teman-teman serta semua pihak yang
penuh kebaikan dan telah membantu penulis.

Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha
sekuat tenaga dalam penyelesaian Makalah ini, tetapi tetap saja tak luput dari
sifat manusiawi yang penuh khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran
penulis harapkan dari semua pihak guna perbaikan tugas-tugas serupa di masa
datang.

1

Tanjung Pura, 2 Mei 2017

Penyusun

Nikmaturada Saufi

DAFTAR IS


2

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan......................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Aliran Nativisme...........................................................................................2
B. Aliran Empirisme..........................................................................................4
C. Aliran Konvergensi.......................................................................................7
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP..............................................................................................................10
A. Kesimpulan.................................................................................................10
B. Saran............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................11


3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perkembangan merupakan suatu proses perubahan seorang individu untuk
lebih maju. Dalam proses ini banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yaitu,
pendidikan, pergaulan, lingkungan, keluarga dan lainnya. Misalnya kita setiap hari
banyak menemui orang-orang, yang satu baik dan aktif, yang satu terbilang nakal.
Apa pandangan kita terhadapnya? Tentu berbeda bukan?

Fakta dalam keseharian itu yang memunculkan pertanyaan. Mengapa dia
demikian? Apa penyebabnya? Para ahli yang mendalami hal ini memiliki
pandangan-pandangan yang berbeda. Karena itu, terbentuk aliran-aliran atau
paham tertentu tentang faktor yang mempengaruhi perkembangan. Dalam
makalah ini hanya akan dipaparkan 3 paham tentang perkembangan yaitu :
Nativisme, empirisme, dan konvergensi. Bahasan ketiga faktor tersebut juga akan
dimunculkan dengan pengaruh bagi dunia pendidikan.


B. Rumusan Masalah
a. Apa faktor yang mempengaruhi perkembangan menurut aliran Nativesme?
b. Apa faktor yang mempengaruhi perkembangan menurut aliran Empirisme?
c. Apa faktor yang mempengaruhi perkembangan menurut aliran Konvergensi?

C. Tujuan Pembahasan
a. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan menurut aliran
Nativesme.
b. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan menurut aliran
Empirisme.
c. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan menurut aliran
Konvergensi.

1

BAB II
PEMBAHASAN
A. Aliran Nativisme
1. Pengertian Aliran Natifisme


Nativisme berasal dari kata Nativus yang berarti kelahiran.
Teori ini muncul dari filsafat nativisma (terlahir) dari kata sebagai
suatu bentuk dari filsafat idealisme dan menghasilkan suatu
pandangan

bahwa

perkembangan

anak

ditentukan

oleh

hereditas, pembawaan sejak lahir, dan faktor alam yang kodrati.
Pelopor aliran Nativisme adalah Arthur Schopenhauer seorang
filosof


Jerman

yang

hidup

tahun

1788-1880.

Aliran

ini

berpendapat bahwa perkembangan individu ditentukan oleh
bawaan sejak ia dilahirkan. Faktor lingkungan sendiri dinilai
kurang berpengaruh terhadap perkembangan dan pendidikan
anak.

Pada


hakekatnya

aliran

Nativisme

bersumber

dari

Leibnitzian Tradition, sebuah tradisi yang menekankan pada
kemampuan dalam diri seorang anak. Hasil perkambangan
ditentukan oleh pembawaan sejak lahir dan genetik dari kedua
orang tua.1

Misalnya, anak mirip orang tuanya secara fisik dan akan
mewarisi sifat dan bakat orangtua. Prinsipnya, pandangan
Nativisme adalah pengakuan tentang adanya daya asli yang
telah terbentuk sejak manusia lahir ke dunia, yaitu daya-daya

psikologis

dan

fisiologis

yang

bersifat

herediter,

serta

kemampuan dasar lainnya yang kapasitasnya berbeda dalam diri
tiap manusia.Ada yang tumbuh dan berkembang sampai pada
titik maksimal kemampuannya, dan ada pula yang hanya sampai
1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), cet 1, hlm. 15


2

pada titik tertentu. Misalnya, seorang anak yang berasal dari
orangtua yang ahli seni musik, akan berkembang menjadi
seniman

musik

yang

mungkin

melebihi

kemampuan

orangtuanya, mungkin juga hanya sampai pada setengah
kemampuan orangtuanya.

2. Faktor-Faktor


yang

Mempengaruhi

Perkembangan

Manusia dalam Teori Navitisme

Menurut teori nativisme ada beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan manusia yaitu :2

a) Faktor Genetik

Orang tua sangat berperan penting dalam faktor
tersebut dengan bertemunya atau menyatunya gen dari ayah
dan ibu akan mewariskan keturunan yang akan memiliki
bakat seperti orang tuanya. Banyak contoh yang kita jumpai
seperti orang tunya seorang artis dan anaknya juga memiliki
bakat seperti orang tuanya sebagai artis.

b) Faktor Kemampuan Anak

Dalam faktor tersebut anak dituntut untuk menemukan
bakat yang dimilikinya, dengan menemukannya itu anak
dapat

mengembangkan

bakatnya

tersebut

serta

lebih

menggali kemampuannya. Jika anak tidak dituntut untuk
2 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Penerbit PT Raja
Grafindo Persada, 2006), hal. 169-170.

3

menemukannya bakatnya, maka anak tersebut akan sulit
untuk mengembangkan bakatnya dan bahkan sulit untuk
mengetahui apa sebenarnya bakat yang dimilikinya.

c) Faktor Pertumbuhan Anak

Faktor tersebut tidak jauh berbeda dengan faktor
kemampuan anak, bedanya yaitu disetiap pertumbuhan dan
perkembangannya anak selalu didorong untuk mengetahui
bakat dan minatnya. Dengan begitu anak akan bersikap
responsiv atau bersikap positif terhadap kemampuannya.

Dari

ketiga

faktor

tersebut

berpengaruh

dalam

perkembangan serta kematangan pendidikan anak. Dengan
faktor ini juga akan menimbulkan suatu pendapat bahwa
dapat mencipatakan masyarakat yang baik.

Dengan ketiga faktor tersebut, memunculkan beberapa
tujuan dalam teori nativisme, dimana dengan faktor-faktor
yang telah disampaikan dapat menjadikan seseorang yang
mantap dan mempunyai kematangan yang bagus.

3. Tujuan Teori Nativisme dalam Pendidikan

Didalam teori ini menurut G. Leibnitz:Monad “Didalam diri
individu manusia terdapat suatu inti pribadi”. Sedangkan dalam
teori Teori Arthur Schopenhauer (1788-1860) dinyatakan bahwa
perkembangan

manusia

merupakan

pembawaan

sejak

lahir/bakat. Sehingga dengan teori ini setiap manusia diharapkan
:3
3 Ibid., hal. 176-177.

4

1) Dapat memunculkan bakat yang dimiliki.

Dengan faktor yang kedua tadi, diharapkan setelah
menemukan bakat yang dimiliki, dapat dikembangkan dan
akan menjadikan suatu kemajuan yang besar baginya.

2) Menjadikan diri yang berkompetensi.

Hal ini berkaitan dengan faktor ketiga, dengan begitu
dapat lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan
bakatnya

sehingga

mempunyai

potensi

dan

bisa

berkompetensi dengan orang lain.

3) Mendorong manusia dalam menetukan pilihan.

Berkaitan dengan faktor ketiga juga, diharpkan manusia
bersikap bijaksana terhadap apa yang akan dipilih serta
mempunyai suatu komitmen dan bertanggung jawab terhadap
apa yang telah dipilihnya.

4) Mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dari
dalam diri seseorang.

Artinya dalam mengembangkan bakat atau potensi yang
dimiliki, diharapkan terus selalu dikembangkan dengan istilah
lain terus berperan aktif dalam mengembangkannya, jangan
sampai potensi yang dimiliki tidak dikembangkan secara aktif.

5) Mendorong manusia mengenali bakat minat yang dimiliki

5

Dengan adanya teori ini, maka manusia akan mudah
mengenali bakat yang dimiliki, denga artian semakin dini
manusia mengenali bakat yang dimiliki maka dengan hal itu
manusia dapat lebih memaksimalkan baakatnya sehingga bisa
lebih optimal.

B. Aliran Empirisme
Aliran empirisme merupakan kebalikan dari aliran nativisme. Para ahli
yang mengikuti aliran empirisme berpendapat bahwa perkembangan individu itu
sepenuhnya ditentukan oleh factor lingkungan/pendidikan, sedangkan faktor
dasar/pembawaan tidak berpengaruh sama sekali. Aliran ini menjadikan factor
lingkungan dalam menentukan perkembangan seorang individu.

Aliran empirisme mengemukakan bahwa anak yang baru lahir laksana
kertas kosong (blank slate/black table) yang putih bersih atau semacam tabula
rasa (tabula=meja, rasa=lilin), yaitu meja yang bertutup lapisan lilin. Kertas putih
bersih dapat ditulis dengan tinta warna apa pun, dan warna tulisannya akan sama
dengan warna tinta tersebut. Begitu halnya dengan meja berlilin, dapat dicat
dengan warna-warni, sebelum ditempelkan. Anak diumpamakan bagaikan kertas
putih yang bersih, sedangkan warna warna tinta, diumpamkan sebagai lingkungan
(pendidikan) yang akan memberi pengaruh padanya, sudah pasti tidak mungkin
tidak, pendidikan dapat memegang peranan penting dalam perkembangan anak,
sedangkan bakat pembawaan bisa ditutup dengan serapat-rapatnya oleh
pendidikan itu.4

Tokoh perintis aliran empirisme adalah seorang filosof Inggris bernama
John Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “Tabula Rasa”, yakni anak
lahir di dunia bagaikan kertas putih yang bersih. Pengalaman empirik yang
diperoleh dari lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan
perkembangan anak. Dengan demikian, dipahami bahwa aliran empirisme ini,
4 Muzdalifah dan M Rahman, “Psikologi Perkembangan”, (Kudus: Nora Media
Enterpise.2005) hlm. 32-33

6

seorang pendidik memegang peranan penting terhadap keberhasilan belajar
peserta didiknya.

Lingkungan secara garis besarnya dapat dibedakan:

a.

Lingkungan fisik, yaitu lingkungan yang berupa alam, misalnya keadaan
tanah, keadaan musim dan sebagaianya. Lingkungan alam yang berbeda akan

memberikan pengaruh yang berbeda pula kepada individu.
b. Lingkungan sosial, yaitu merupakan lingkungan masyarakat. Dalam
lingkungan masyarakat ini adaanya interaksi individu atu dengan individu
lain.

Hubungan individu dengan lingkungannya ternyata tidak hanya berjalan
searah, dalam arti hanya lingkungan saja yang mepunyai pengaruh terhadap
individu. Hubungan antara individu dengan lingkungannya terdapat hubungan
yang saling timbal balik, yaitu lingkungan dapat mempengaruhi individu, tetapi
sebalaiknya individu juga dapat mempengaruhi lingkungan.

1. Lingkungan Keluarga
Bimo Walgito berpendapat bahwa “ keluarga merupakan unit sosial terkecil
yang bersifat universal, artinya terdapat pada setiap masyarakat di dunia atau
suatu sistem sosial yang terpancang (terbentuk) dalam sistem sosial yang lebih
besar:5
a. Peranan dan Fungsi keluarga
Secara pikologis keluarga berfungsi sebagai:
1) Memberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya.
2) Sumber pemenuhan kebutuhan, baik fisik maupaun psikis.
3) Sumber kasih sayang dan penerimaan.
4) Model pola perilakunyang tepat baginanak untuk belajar menjdi anggta
masyarakat yang baik.
5) Pemberi bimbingan bagi pengembanagan perilaku yang secara sosial
dianggap tepat.
2. Lingkungan Sekolah
5 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta:,Andi Offset,
2002)Hlm.39-40

7

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis
melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka
membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik menyangkut
aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.

3. Kelompok Teman Sebaya
Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi
remaja mempunyai yang cukup penting bagi perkembangan
kepribadiannya. Peranannya itu semakin penting, terutama pada
saat terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat. Aspek
kepribadian remaja yang berkembang secara menonjol dalam
pengalamannya bergaul dengan teman sebaya, adalah:6
a. Social Cognition: kemampuan untuk memikirkan tentang
pikiran, perasaan dan tingkah laku dirinya dan orang lain.
Kemampuannya

memahami

orang

lain,

memungkinkan

remaja untuk lebih mampu menjalin hubungan sosial yang
b.

lebih baik dengan teman sebayanya.
Konformitas: motif untuk menjadi sama, sesuai, seragam,
dengan nilai-nilai, kebiasaan, kegemaran (hobi), atau budaya
teman sebayanya.

Hasil penelitian yang dikemukakan oleh Hans Sobald,
bahwa teman sebaya lebih memberikan pengaruh dalam
memiliki: cara berpakaian, hobi, perkumpulan (club), dan
kegiatan sosial lainnya. Peranan kelompok teman sebaya bagi
remaja

adalah

memberikan

kesempatan

untuk

belajar

tentang:(1) bagaimana berinteraksi dengan orang lain,(2)
mengontrol

tingkah

laku

sosial,

(3)

mengembangkan

keterampilan dan minat,(4) saling bertukar perasaan dan
masalah.

6 Ibid., hlm. 45

8

Uraian

diatas,

menunjukkan

bahwa

kelompok

teman

sebaya itu mempunyai kontribusi yang sangat positif terhadap
perkembangan kepribadian remaja. Namun di sisi lain, tidak
sedikit remaja yang berperilaku menyimpang, karena pengaruh
teman sebayanya.

C. Aliran Konvergensi
Aliran konvergensi berasal dari kata konvergen, artinya bersifat menuju
satu titik pertemuan. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu itu
baik dasar (bakat, keturunan) maupun lingkungan, kedua-duanya memainkan
peranan penting. Bakat sebagai kemungkinan atau disposisi telah ada pada
masing-masing individu, yang kemudian karena pengaruh lingkungan yang sesuai
dengan kebutuhan untuk perkembangannya, maka kemungkinan itu lalu menjadi
kenyataan. Akan tetapi bakat saka tanpa pengaruh lingkungan yang sesuai dengan
kebutuhan perkembangan tersebut, tidak cukup, misalnya tiap anak manusia yang
normal mempunyai bakal untuk berdiri di atas kedua kakinya, akan tetapi bakat
sebagai kemungkinan ini tidak akan menjadi menjadi kenyataan, jika anak
tersebut tidak hidup dalam lingkungan masyarakat manusia.7
Perintis aliran konvergensi adalah William Stern (1871-1939), seorang ahli
pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di
dunia disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Bakat yang dibawa
anak sejak kelahirannya tidak berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan
lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu. Jadi seorang anak yang
memiliki otak yang cerdas, namun tidak didukung oleh pendidik yang
mengarahkannya, maka kecerdasakan anak tersebut tidak berkembang. Ini berarti
bahwa dalam proses belajar peserta didik tetap memerlukan bantuan seorang
pendidik untuk mendapatkan keberhasilan dalam pembelajaran.
Ketika aliran-aliran pendidikan, yakni nativisme, empirisme dan
konvergensi, dikaitkan dengan teori belajar mengajar kelihatan bahwa kedua
aliran yang telah disebutkan (nativisme-empirisme) mempunyai kelemahan.
7 Muzdalifah dan M Rahman, “Psikologi Perkembangan”, (Kudus: Nora Media
Enterpise.2005) hlm. 45

9

Adapun kelemahan yang dimaksudkan adalah sifatnya yang ekslusif dengan
cirinya ekstrim berat sebelah. Sedangkan aliran yang terakhir (konvergensi) pada
umumunya diterima seara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami
tumbuh-kembang seorang peserta didik dalam kegiatan belajarnya. Meskipun
demikian, terdapat variasi pendapat tentang faktor-faktor mana yang paling
penting dalam menentukan tumbuh-kembang itu.
Jadi aliran konvergensi adalah aliran yang menggabungkan dua aliran di
atas (Nativisme dan Empirisme), Konvergensi adalah interaksi antara faktor
hereditas dan faktor lingkungan dalam proses perkembangan tingkah laku.
Menurut aliran ini hereditas tidak akan berkembang secara wajar apabila tidak
diberi rangsangan dari faktor lingkungan, sebaliknya rangsangan dari lingkungan
tidak akan membina perkembangan tingkah laku anak yang idial tanpa di
pengaruhi oleh faktor hereditas. Ada beberapa percobaan untuk memperkuat teori
ini yaitu :8

Dua anak kembar identik, yang mempunyai bakat yang persis sama,
didikan dan dibesarkan dalam keluarga dengan lingkungan yang berbeda, akan
mengembangkan sifat-sifat yang juga berbeda.

Seorang dengan taraf kecerdasan yang tergolong terbelakang, diberi
didikan yang sistematis untuk menguasai pelajaran-pelajaran sekolah menengah.
Sampai akhir percobaan itu, orang tersebut tidak menunjukkan kemajuan berarti.

Terbukti dari kedua percobaan di atas bahwa lingkungan ada pengaruhnya
terhadap perkembangan seseorang, tetapi dalam batas pembawaan yang ada. Pada
intinya bahwa lingkungan dan pembawan sama-sama berpengaruh terhadap
perkembangan seseorang. Hal tersebut dibenarkan oleh Abdul Mujib bahwa
penentuan kepribadian seseorang ditentukan oleh kerja yang integral antara faktor
internal (potensi bawaan) maupun faktor eksternal (lingkungan pendidikan).

8 Ibid,hal, 47

10

Menurut Elizabeth B. Hurlock, baik faktor kondisi internal maupun faktor
kondisi eksternal akan dapat mempengaruhi tempo/kecepatan dan sifat atau
kualitas perkembangan seseorang. Tetapi sejauh mana kedua faktor tersebut sukar
untuk ditentukan, lebih-lebih lagi untuk dibedakan mana yang penting dan kurang
penting.9

Paham konvergensi ini berpendapat, bahwa di dalam perkembangan
individu itu baik dasar atau pembawaan ataupun lingkungan memainkan peranan
perting. Realitas menunjukkan bahwa warisan yang yang baik saja tanpa pengaruh
lingkungan kependidikan yang baik tidak akan dapat membina kepribadian yang
ideal. Sebaliknya, walaupun lingkungan pendidikan itu baik, tidak akan
menghasilkan kepribadian yang ideal juga. Bakat sebagai kemungkinan telah ada
pada masing-masing individu, akan tetapi bakat yang sudah tersedia itu perlu
menemukan lingkungan yang sesuai supaya dapat berkembang. Misalnya: Tiap
manusia yang normal memiliki bakat untuk berdiri tegak atas kedua kaki, bakat
ini tidak aktual (menjadi kenyataan) jika sekiranya anak manusia itu tidak hidup
dalam lingkungan masyarakat manusia. Anak yang semenjak kecilnya diasuh oleh
monyet maka ia tidak akan berdiri tegak diatas kedua kakinya, mungkin dia akan
berjalan dia akan berjalan diatas tangan dan kakinya (jadi seperti mon

9 Ibid,hal, 48-49

11

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Aliran nativisme berpandangan bahwa perkembangan individu
ditentukan oleh bawaan sejak ia dilahirkan. jadi perkembangan
individu itu semata-mata dimungkinkan dan ditentukan oleh dasar turunan,
misalnya ; kalau ayahnya pintar, maka kemungkinan besar anaknya juga
pintar.

2. Aliran empirisme berpendapat bahwa perkembangan individu itu
sepenuhnya ditentukan oleh factor lingkungan/pendidikan, sedangkan
faktor dasar/pembawaan tidak berpengaruh sama sekali. Aliran ini
menjadikan factor lingkungan dalam menentukan perkembangan seorang
individu

3. Aliran Konvergensi berpandangan bahwa perkembangan individu itu baik
dasar (bakat, keturunan) maupun lingkungan, kedua-duanya memainkan
peranan penting.

B. Saran
1. Hendaknya kita bisa memahami bahwa faktor

perkembangan anak

dipengaruhi oleh keturunanya namun hal ini jangan menjadi patokan untuk
menilai seseorang .
2. Hendaknya kita bisa memahami bahwa faktor

perkembangan anak

dipengaruhi lingkungan namun hal ini jangan menjadi patokan untuk
menilai seseorang ari lingkungan mana ia berasal.
3. Hendaknya kita dalam memahami perkembangan seorang anak harus
melihat dan menggabungkan bahwa faktor yang mempengaruhi anak tidak
hanya dari dalam dirinya namun juga dari lingkunganya.

12

13

DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, cet 1
.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
Suryabrata, Sumadi .2006.Psikologi Pendidikan, Jakarta: Penerbit PT Raja
Grafindo Persada,
Muzdalifah dan M Rahman, 2005. “Psikologi Perkembangan”, Kudus: Nora
Media Enterpise.
Walgito, Bimo. 2002.Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta:,Andi Offset,

14