Pemanfaatan e Religious Learning dalam M

Pemanfaatan e-Religious Learning dalam Menjawab Pergeseran Nilai Keagamaan dan
Skeptisisme Realita Masyarakat
Oleh:
I Dewa Gede Rat Dwiyana Putra, M.Pd.
NIP. 19880425 201503 1 005
IHDN Denpasar
PENDAHULUAN
Gagasan tentang pendidikan agama telah diperkenalkan secara luas untuk
menyelesaikan berbagai permasalahan keagamaan di berbagai belahan dunia. Di jepang,
perdebatan mengenai gagasan model pendidikan agama bermuara pada 2 tipe model
pendidikan agama yang bersifat; (1) inculcation of religious sentiment (penanaman
pandangan agama) dan (2) religious culture education (pendidikan budaya agama). Survey
dan penelitian selama beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa tipe pendidikan agama
yang ke-2 jauh lebih mudah diterima oleh masyarakat umum dan pelajar di era modern
(Nobutaka, 2007).
Di Indonesia, dimana keberagaman agama menjadi salah satu kekayaan bangsa,
pendidikan agama telah melalui perjalanan yang cukup panjang sehingga telah memiliki
landasan hukum yang kuat. Dalam Undang – undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003,
pasal 3 dinyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan bertujuan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Pasal 37 ayat (2) UU No.20/2003 menyatakan bahwa kuriukulum
pendidikan wajib memuat Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Bahasa.
Tiga mata pelajaran wajib ini mengisyaratkan tujuan pendidikan nasional untuk
mewujudkan manusia Indonesia yang religious, bangsa yang menghargai warganegaranya
dan identitas kebangsaan dengan bahasa nasionalnya (Syukri, 2014).
Disisi lain, krisis multi dimensional yang sedang dialami oleh bangsa Indonesia di
era globalisasi ini telah memunculkan permasalahan baru di bidang pendidikan agama
khususnya bagi kalangan pelajar dan masyarakat umum. Maraknya penggunaan internet di
kalangan pelajar dan masyarakat umum bagaikan dua sisi mata uang yang memberikan
keuntungan dan kerugian di saat yang bersamaan. Akses internet secara luas melalui
perangkat komputer, laptop, smart-phone, dan gadget yang lain, telah berdampak pada
terdapatnya kecendrungan perubahan sistem nilai untuk meninggalkan sistem nilai yang
telah ada (agama), dimana standar kehidupan dilaksanakan oleh kekuatan ynag berpijak
pada materialisme dan sekulerisme (duniawi). Terlebih lagi, pendidikan agama yang belum
memamfaatkan kemajuan teknologi secara luas, menemui kesulitan dalam mengontrol
perubahan sistem nilai dan skeptisisme realita sosial masyarakat di dunia maya.

Terlepas dari permasalahan tersebut diatas, masih ada satu sisi dari internet tersebut

yang bisa dimanfaatkan oleh pendidikan agama untuk mengatasi permasalahan perubahan
system nilai dan skeptisisme di kalangan pelajar dan masyarakat umum terhadap agama.
Internet bisa menjadi sarana untuk pendidikan agama dalam menyampaikan pengetahuan
tentang budaya beragama sampai dengan pandangan-pandangan keagamaan. Dalam
makalah ini, penulis akan membahas pemamfaatan e-Religious Learning dengan 5 aplikasi
yang berbeda yaitu; (1) Blog, (3) Jejaring Sosial; facebook, (4) Skype, (5) Youtube, dan (6)
Webinar.
PEMBAHASAN
Web atau situs pembelajaran adalah salah satu aplikasi TI dalam pembelajaran yang
dilakukan melalui jaringan internet. Dengan kata lain, dengan pembelajaran model ini,
bahan ajar sangat mungkin disampaikan kepada siswa dengan menggunakan media TI
berupa komputer dan jaringan internet. Web pembelajaran sendiri merupakan
perkembangan dari pembelajaran berbasis komputer Computer Assisted Learning (CAL),
dimana dalam pelaksanaannya, pembelajaran ini mengkombinasikan banyak media di
dalamnya, antara lain: audio/data, video/data, dan audio/video.
Pembelajaran berbasis Web (Web-Based Learning—WBL) telah dijadikan medium
utama serta model dalam pendidikan jarak jauh atau lebih dikenal dengan e-learning. elearning merupakan sistem yang memanfaatkan beberapa teknologi, yang pada dasarnya
memberikan seperangkat alat bantu (media) kepada pendidik untuk menciptakan dan
mengelola situs web (web site) pembelajaran yang diakses dari berbagai tempat di seluruh
dunia oleh peserta didik dengan koneksi internet. oleh karena itu e-learning sangat

membantu pendidik untuk menciptakan mekanisme pembelajaran online yang efektif
(Dougiamas, 2006). Model pembelajaran ini memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
1. memanfaatkan jasa teknologi elektronik; dimana guru dan siswa, siswa dan sesama
siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi secara lebih mudah dengan
tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler;
2. memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan compter networks);
3. menggunakan bahan ajar yang bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di
komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja bila
yang bersangkutan memerlukannya;
4. memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal
yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
Dalam praktiknya ada berbagai macam media aplikasi dari e-learning yang dapat
digunakan dalam pembelajaran agama, antara lain; (1) Blog, (3) Jejaring Sosial; facebook,
(4) Skype, (5) Youtube, dan (6) Webinar. Berikut penulis akan membahas gambaran umum
tentang penggunaan dari masing-masing media aplikasi tersebut dalam pembelajaran
agama.

A. e-Religious Learning berbasis Blog
Istilah blog adalah campuran dari istilah web dan log, yang mengarah ke web log,
weblog, dan akhirnya blog. Authoring blog, memelihara sebuah blog atau menambahkan

artikel ke blog yang ada disebut blogging. Artikel individu pada sebuah blog disebut
"posting blog," "posting" atau "masukan". Seseorang yang posting entri-entri ini disebut
blogger (Huette, 2006). Jadi, dengan blog, seorang pendidik agama dapat mengunggah dan
menyimpan materi tentang budaya beragama di blog-nya yang dapat diakses oleh kalangan
umum.
Sebelum memulai kelas agama dengan menggunakan media blogging, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Mulai blog dengan topik pendidikan budaya agama dan update materinya secara
teratur.
2. Mulai blog dengan menulis pengumuman sederhana, tugas pekerjaan rumah (untuk
pengajar agama di sekolah atau PT), dan tautan luar lainnya yang berhubungan
dengan pendidikan agama.
3. Rekomendasikan pengunjung blog untuk membaca blog lain yang terkait. Mulailah
dengan menyediakan daftar tautan yang terkait dengan subjek.
4. Sarankan pengunjung untuk menanggapi posting di blog yang sudah dikembangkan.
5. Blog kelas juga bisa dimanfaatkan untuk menugaskan siswa membuat dan
memelihara sebuah blog kelompok.
Seperti yang dikutip dari Politeknik Telkom (2012) blog dipilih sebagai salah satu alternatif
media pembelajaran karena keuntungan yang dapat diberikan blog, diantaranya:
1. Dengan media blog, proses pembelajaran agama tidak mengenal waktu dan tempat,

karena para dosen atau mahasiswa dapat mengunjungi blog kapan saja dan dimana
saja dengan menggunakan fasilitas internet.
2. Selain ada penyediaan layanan blog yang gratis, blog sebagai media pembelajaran
agama juga dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan tenaga. Karena dengan
blog proses pembelajaran tidak memerlukan ruang tertentu dan waktu yang terjadwal
untuk mendapatkan informasi pembelajaran tersebut.
3. Melalui fasilitas commenting system proses belajar mengajar menjadi lebih interaktif
antara mahasiswa dengan sumber belajar. Karena mahasiswa atau pengunjung lain
dapat memberikan respon dari masing masing tulisan yang telah dibuat.
4. Blog adalah salah satu bentuk alternatif dari sistem publikasi karya ilmiah model
journal. Kelebihan blog adalah sifat keterbukaan sang pemilik untuk mendiskusikan
catatan pemikirannya dengan sidang pembaca.
5. Membuat blog kini semudah melakukan klik menggunakan mouse. Tak perlu
pengetahuan programming yang kompleks, tak perlu keahlian desain grafis untuk
membuat tampilan yang indah, semua sudah tersedia dan Anda tinggal
menggunakannya. Kunjungi https://www.blogger.com/home dan ikuti panduan yang
tersedia.

B. e-Religious Learning berbasis Jejaring Sosial (Facebook)
Facebook didirikan pada tahun 2004 oleh seorang mahasiswa Harvard bernama

Mark Zuckerberg. Dalam perkembangannya, Facebook menjadi situs jejaring sosial dengan
jumlah pengguna terbesar di dunia. Facebook diakses oleh sekitar 1.35 miliar penggunanya
setiap bulan. Wall Street Journal, berdasarkan hasil yang dikeluarkan oleh lembaga riset
eMarketer, menyebutkan bahwa sebanyak 92.4% pengguna Facebook berada di Indonesia,
atau sekitar 62.6 juta orang, mengakses sosial media ini melalui ponsel mereka setidaknya
sebulan sekali. Angka itu meningkat dari sebanyak 88.1% pada tahun 2014 dan 77.7% pada
2013 (Bonny, 2015). Oleh karena itu, jika informasi tentang pendidikan agama di
sampaikan melalui facebook, hal tersebut akan langsung dapat diakses oleh sekian banyak
pengguna facebook.
Menurut Nurkamid (2010) media sosial facebook dapat dikembangkan menjadi
sebuah media ajar dengan cara mengkombinasikan beberapa aplikasi yang telah
disertifikasi dan terintegrasi dengan facebook. Adapun aplikasi yang dapat diintegrasikan
diantaranya:
1. Kursus (Course), aplikasi yang digunakan untuk mengatur jadwal kegiatan belajar,
membuat kelas diskusi dan berbagi bahan belajar.
2. Kelompok Belajar (Study Groups), aplikasi yang digunakan untuk membatu kelompok
belajar antar teman, misalnya mengerjakan PR, belajar kelompok menjelang ujian.
3. Youtube Video Box, aplikasi yang digunakan untuk berbagi koleksi dan sharing video
di facebook.
4. Slide Share, sebuah aplikasi yang digunakan untuk sharing presentasi di facebook.

5. Course Feed, aplikasi yang serupa dengan course, tetapi dalam aplikasi course feed
lebih banyak fitur, seperti membuat kursus baru, membuat materi/topik dan jadwal
kursus, mengikuti berbagai pembelajaran dari institusi pendidikan didunia secara gratis.
6. Quiz monster, aplikasi yang digunakan untuk membuat suatu kuis/ ulangan.
7. Teach the People, hampir mirip dengan aplikasi course feed, dimana dengan aplikasi ini
sebuah topik dapat dibuat dan dibagi kedalam sebuah kelompok belajar, memilih
pembelajaran yang sesuai dengan topik yang dipilih.
Jadi, yang diperlukan oleh seorang pendidik agama disini adalah mengupload/
meletakkan materi ajar (dalam bentuk office dokumen atau multimedia dokumen) di situs
jejaring sosial facebook yang dapat didownload/ diambil oleh pelajar atau masyarakat
umum setiap saat dan dimana saja. Ini merupakan bagian dasar dari definisi e-religious
learning itu sendiri. Oleh karena itu, pendidik agama pun dalam hal ini tidak perlu
menuliskan semua materi dipapan tulis, cukup dengan memanfaatkan beberapa aplikasi
yang ada di jejaring sosial facebook, sehingga fungsi dari facebook sudah berubah yang
tadinya hanya sekedar media berbagi informasi (sharing information/status update media)
berubah menjadi media pendidikan agama (religious learning media).

C. e-Religious Learning berbasis Skype
Skype adalah suatu situs di internet yang menyediakan jasa komunikasi langsung di
mana pembicara bisa mengontak lawan bicaranya dengan fasilitas telepon dan gambar

online sehingga keterbatasan jarak komunikasi dapat diatasi. Dengan fasilitas yang dimiliki
skype, seseorang di suatu tempat, dapat melakukan kontak langsung dengan seseorang
bahkan beberapa orang di belahan dunia lain untuk saling berbicara dan menatap lawan
bicaranya. Pengguna skype harus terkoneksi lewat jaringan internet yang dilengkapi dengan
perangkat head-phone (yang terdiri atas piranti untuk mendengarkan dan berbicara) dan
camera web (untuk melihat lawan bicara). Dan piranti komunikasi skype di internet ini
bersifat gratis (Nurhadi, 2010).
Selain untuk pembelajaran jarak jauh, skype juga dapat dimanfaatkan untuk seminar
internasional dimana para pembicara asing atau pembicara Indonesia yang tidak bisa hadir
di lokasi seminar bisa “didatangkan” dengan menggunakan skype. Para pembicara yang
berada di luar lokasi seminar bisa berinteraksi dengan peserta seminar asalkan persiapan
kontak jarak jauh ini dipersiapkan lebih dulu. Cara mengakses skype sangatlah mudah.
Pengguna hanya perlu menginstal applikasinya pada perangkat computer, laptop atau
smartphone, kemudian mengikuti langkah-langkah sesuai panduan yang tersedia. Atau,
pengguna bisa langsung mengakses halaman situsnya di www.skype.com.
Pendidik agama yang yang memiliki akun skype dapat dihubungi kapan saja dan
darimana saja, sehingga pembelajaran agama pun tidak lagi terbatas oleh ruang dan waktu.
D. e-Religious Learning berbasis Video Streaming (Youtube)
YouTube merupakan layanan file sharing berbasis web, audio/ video yang
memungkinkan individu untuk dapat (1) membangun profil publik atau semi-publik dalam

sistem yang dibatasi, (2) mengartikulasikan daftar pengguna lain dengan siapa mereka akan
berbagi sambungan, dan (3) melihat daftar koneksi yang dibuat oleh orang lain dalam
sistem tersebut (Boyd & Ellison, 2007 di Said, 2012).
Layanan berbasis web ini memungkinkan pengguna untuk mendownload video
yang bisa dibagi dengan orang lain (teman, mahasiswa, pendidik) dengan hubungan sosial
dalam kondisi belajar. YouTube adalah layanan video-sharing yang memungkinkan
pengguna untuk mengirim video pribadi yang dikembangkan, dari animasi untuk rekaman
pribadi. YouTube adalah aplikasi sosial yang memungkinkan pengguna untuk berbagi dan
membentuk masyarakat di sekitar konten mereka. Ini menarik pengguna konten seperti
siswa yang mendapatkan literature dalam proses belajar yang jelas dalam bentuk visual.
Menurut Burke ( 2008) beberapa keuntungan yang di dapatkan menggunakan
YouTube dalam pendidikan, yaitu:
1. Sebagai strategi mengajar untuk mendapatkan refrensi dalam proses belajar mengajar.
2. YouTube dapat menjadi sumber instruksional yang baik.
3. Sebagai sumber alat motivasi mengajar yang dapat melibatkan peserta didik dan
mendukung gaya pembelajaran yang modern.

4. Sebagai sumber belajar yang inovatif dan sumber pengajaran yang gratis yang dapat di
pertimbangkan dalam anggaran pendidikan.
5. Melalui YouTube proses belajar mengajar online lebih praktis hanya dengan

menyisipkan URL video di situs YouTube yang akan dipilih. Pengguna dapat
mengakses video tersebut di tampilkan di depan kelas.
Burke ( 2008) juga memberikan beberapa langkah yang praktis untuk melihat klip
video di YouTube, diantaranya:
1. Buka www.YouTube.com
2. Pada kolom bagian atas, masukan kata kunci, judul atau istilah untuk pencarian.
3. Klik tombol search atau pencarian
4. Beberapa judul dari video YouTube dan screen shot dari setiap video akan tersedia yang
akan memenuhi kriteria pencarian.
5. Pilih video YouTube yang paling cocok untuk pencarian dengan mengklik gambar klip
video tersebut dan video akan mulai tampil.
6. Pada bagian bawah layar video memiliki pilihan untuk memberhentikan, melanjutkan
atau memperbesar video dan memperbesar volume suara serta menampilkan durasi
video yang sedang tampil.
7. Klip video di situs YouTube dapat simpan atau dipotong menjadi suatu dokumen yang
bisa ditampilkan secara online di kelas.
Dengan fasilitas ini, pendidikanagama yang bersifat praktik dapat diunggah dalam
bentuk video tutorial, misalnya tutorial membuat upakara; sarana upacara bagi penganut
agama Hindu. Atau tutorial prosesi keagamaan yang dapat diakses melalui video streaming.
E. e-Religious Learning berbasis Web-Based Seminar

Webinar merupakan kependekan dari Web-based Seminar atau presentasi, kuliah,
workshop atau seminar yang dilakukan melalui interface Web. Webinar bisa
diterapkan di bidang pendidikan agama yaitu sekolah jarak jauh, dimana seorang pengajar
bisa memberikan pelajaran dari seberang lautan kepada mahasiswanya di kampus
menggunakan teknologi komunikasi ini. Menurut Horton (2006) dalam bukunya yang
berjudul ‘e-Learning by Design’, webinar adalah salah satu bentuk dari virtual class. Saat
yang tepat untuk menggunakan Webinar adalah;
1. Ingin menyelesaikan beberapa learning objectives atau tujuan pembelajaran.
2. Jika ingin menyelesaikan tujuan pembelajaran untuk sekali saja, Webinar merupakan
metode yang lebih efektif.
3. Untuk para penonton yang terbatas tidak melebihi dari 50-100 orang
4. Mengajarkan bagaimana mempelajari suatu object yang dimiliki oleh learners bukan
mengajarkan semua subject yang sudah ditentukan
5. Untuk menambakan informasi tambahan.

Di dalam Webinars terdapat:
1. Presentasi merupakan hal yang inti dalam webinars bisa berbentuk slide show atau
demonstrasi. Dalam webinars presenter adalah orang yang mengarahkan webinar
selama learner atau para penotonon menyimak dan menyaksikan. Selain itu konten dari
seminar merupakan hal yang penting dalam presentation.
a. Presenter yang terbaik seperti: guru, dosen, praktisi, dll.
b. Sesi tanya jawab (Question and Answer) dilakukan setelah presentation atau
presentasi selesai dilakukan.
c. In-meeting activities. Para penonton memungkinkan untuk mengerjakan soal
baik secara group atau individu dan kembali lagi untuk menunjukkan hasil yang
telah mereka capai.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah disampaikan diatas, pendidikan agama berbasis IT atau
e-Religious Learning dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai aplikasi web; blog,
facebook, youtube, skype dan webinar. e-religious learning berbasis blog, memfasulitasi
pendidik agama dalam menyediakan catatan-catatan penting mengenai pengetahuan agama
yang senantiasa bisa dibaca oleh pengunjung blog-nya. e-religious learning berbasis
facebook menyediakan jumlah pembaca yang sangat besar, sehingga informasi agama dapat
tersebar dengan cepat dan dapat diakses oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun. ereligious learning berbasis skype memberikan kesempatan pendidik dan pelajar
pengetahuan agama untuk bertatap muka secara gratis melalui fasilitas video streaming,
walau terpisah jarak yang sangat jauh. e-religious learning berbasis youtube memberikan
fasilitas pengunggahan materi ajar berupa video yang dapat diakses secara luas. Pendidik
agama bisa membagi tutorial tentang budaya beragama yang bersifat practical kepada
pengguna applikasi ini. Yang terakhir adalah e-religious learning berbasis webinar yang
dapat menyediakan fasilitas virtual class dimana kelas dapat dilakukan dengan perserta dari
berbagai kalangan dari tempat yang berbeda-beda. Pembelajaran dapat diatur sedemikian
rupa sama seperti kelas konvensional dengan jadwal yang teratur, materi yang terukur dan
evaluasi untuk menentukan keberhasilan kelas virtual webinar tersebut.
Melihat sekian banyak kesempatan yang bisa diberikan oleh web dan internet
kepada pendidik agama, pergeseran nilai dan skeptisisme realita masyarakat dapat diatasi
dengan baik. Ketika keraguan di kalangan pelajar dan masyarakat mengenai pengetahuan
agama, mereka bisa langsung mengakses internet untuk jawaban dari pertanyaanpertanyaan yang timbul tentang budaya beragama.Oleh karena itu, penyedia atau pengelola
e-religious learning berbasis aplikasi web ini, sudah semestinya adalah orang yang benarbenar mengetahui dan mendalami pendidikan keagamaan.

B. Saran
Dari kesimpulan diatas, penulis dapat menyarankan kepada pembaca dari kalangan
pendidik agama yang belum memanfaatkan internet dan web dengan baik untuk
menindaklanjuti ide tentang penggunaan e-religious learning ini. Berbagai penelitian
terutama mengenai efektifitas penggunaan aplikasi tertentu dalam e-religious learning
sangat diperlukan untuk memberikan pengetahuan baru di ranah e-religious learning itu
sendiri.

Daftar Pustaka
Nobutaka, Inoue. 2007. The Possibility of Education about Religious Culture in Public
Schools. Journal Politics and Religion vol. II-2007. Hal. 108, diakses dari
http://goo.gl/LDTFw4 pada 12 Agustus 2015.
Syukri Fathudin AW., 2014. Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
Perguruan Tinggi Umum. Artikel online diakses dari laman http://goo.gl/8FN0to
pada 12 Agustus 2015.
Purnama, Sigit. 2010. Web Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Artikel online
diakses dari laman http://goo.gl/SPlk6x pada 12 Agustus 2015.
Dougiamas, M. 2006. Moodle – A free, open source course management system for online
learning. Diakses dari laman http://www.moodle.org pada 10 Agustus 2015
Huette, S. 2006. Blogs in Education. University of Oregon. Diakses dari laman
http://tep.uoregon.edu/shared/blogswikispodcasts/BlogsInEducation.pdf pada 10
Agustus 2015
Politeknik Telkom. 2012. Pelatihan Penulisan Blog Wordpress. Diakses dari laman
http://ppm.politekniktelkom.ac.id/GGMI/materi/Blog.pdf pada 10 Agustus 2015
Bonny, Aryasa. 2015. Indonesia Pengguna Facebook Mobile Terbanyak Di Dunia. Artikel
Online. Diakses dari laman https://www.cissrec.org/news/detail/54/IndonesiaPengguna-Facebook-Mobile-Terbanyak-Di-Dunia.html#sthash.S8qwTZBD.dpuf
pada 10 Agustus 2015
Nurkamid, Mukhamad, dkk,. 2010. Pemanfaatan Aplikasi Jejaring Sosial Facebook untuk
Media Pembelajaran. Artikel Online. Diakses dari laman http://goo.gl/QYehsh pada
10 Agustus 2015
Nurhadi. 2010. Pemanfaatan Media Skype untuk Pembelajaran Bahasa Kedua. Artikel
Online. Diakses dari laman http://goo.gl/AQSudI pada 10 Agustus 2015
Said, M.I. 2012. Terintegrasinya Youtube Sebagai Media Pembelajaran ke Dalam
Kurikulum Keperawatan. Online artikel. Diakses dari laman http://goo.gl/xye6tk
pada 10 Agustus 2015
Burke & Snyder (2008). YouTube: An Innovative Learning Resource for College Health
Education Courses. International Electronic Journal of Health Education, 11:39-46
Horton, W. K. (2006). E-learning by Design. Danver: Pfeiffer. E-book. Diakses dari laman
http://goo.gl/FwoRGx pada 10 Agustus 2015