Pemeriksaan Air sumur pada komplek

I.

Tujuan
Mengetahui kualitas air dengan cara mengetahui jumlah mikroorganisme
berdasarkan nilai Most Probable Number (MPN) dan mengetahui jasad indikator pada
masing – masing sampel air.

II.

Pendahuluan
Air merupakan materi esensial bagi kehidupan makhluk hidup, karena makhluk
hidup memerlukan air untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Secara umum
fungsi air dalam tubuh setiap mikroorganisme adalah untuk melarutkan senyawa
organik, menstabilkan suhu tubuh dan melangsungkan berbagai reaksi kimia tingkat
seluler. Pemeriksaan air secara mikrobiologi sangat penting dilakukan karena air
merupakan

substansi

yang


sangat

penting

dalam

menunjang

kehidupan

mikroorganisme yang meliputi pemeriksaan secara mikrobiologi baik secara kualitatif
maupun kuantitatif dapat dipakai sebagai pengukuran derajat pencemaran (Ramona,
2007).
Pemeriksaan derajat pencemaran air secara mikrobiologi umumnya ditunjukkan
dengan kehadiran bakteri indikator seperti coliform dan fecal coli (Ramona, 2007).
Bakteri coliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang
gram

negatif,


tidak

membentuk

spora, aerobik,

dan anaerobik fakultatif

yang

memfermentasi laktose dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada
suhu 35° C (Pelczar dan Chan., 2006).
Kelompok

bakteri coliform antara

lain Eschericia

coli,


Enterrobacter

aerogenes,dan Citrobacter fruendii. Keberadaan bakteri ini dalam air minum juga
menunjukkan adanya bakteri patogen lain, misalnya Shigella, yang bisa menyebabkan
diare hingga muntaber. Jadi, bakteri coliform adalah indikator kualitas air.
Semakin sedikit kandungan coliform, maka kualitas air semakin baik. (Pelczar dan
Chan., 2006).

Uji kualitas air terdiri dari 3 step utama, yaitu: Uji pendugaan , Uji penguat dan Uji
pelengkap. Metode pengujian yang digunakan adalah metode Most Probable Number
(MPN). Dalam uji penduga di gunakan lactose broth. Tabung di nyatakan positif bila
terebentuk gas sebanyak 10 % atau lebih dari volume di dalam tabung Durham.
Jumlah tabung yang positif di hitung pada masing-masing seri. MPN penduga dapat di
hitung dengan melihat table MPN 3 tabung. (Pelczar dan Chan., 2006).
Dalam uji penguat, terbentuknya gas dalam Lactose Broth tidak selalu menunjukan
bakteri E.coli karena mikroba lainya mugkin juga ada yang dapat memfermentasikan
laktosa dengan membentuk gas. Oleh karena itu perlu di lakukan uji penguat pada
media Endo agar,dengan menggunakan jaarum ose, contoh dari tabung MPN yang
menunjukan uji penduga positif (terbentuk gas) masing-masing di inokulasikan pada
Endo agar dengan cara streak plate. Semua tabung di inkubasikan pada suhu 37 oC

selama 2x24 jam. Jumlah media Endo agar pada masing-masing pengenceran yang
menunjukan adanya pertumbuhan Coliform, baik fekal maupun non fekal dihitung dan
MPN penguat dapat di hitung dari table MPN. (Pelczar dan Chan., 2006).
Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji pelengkap untuk menentukan
bakteri Escherichia coli. Dari koloni yang berwarna pada uji penguat diinokulasikan ke
dalam medium Lactose Broth dan medium agar miring Nutrient Agar (NA), dengan
jarum inokulasi secara aseptik. Diinkubasi pada suhu 37 oC selama 2 x 24 jam. Bila
hasilnya positif terbentuk asam dan gas pada Lactose Broth, maka sampel positif
mengandung bakteri Escherichia coli. Dari media agar miring NA dibuat pewarnaan
Gram dimana bakteri Escherichia coli merupakan Gram negatif berbentuk batang
pendek. (Pelczar dan Chan., 2006).
Oleh karena itu melalui percobaan ini agar praktikan dapat mengetahui uji kualitas
air berdasarkan jumlah mikroorganisme pada air dan dapat menentukan nilai MPN.
Selain itu juga dapat mempraktikkan cara pengujian perkiraan pada air untuk
mengetahui adanya jasad coliform, dapat mempraktikkan pengujian penegasan untuk
membedakan mikrobia fekal dan non fekal, dan dapat pula mempraktekkan pengujian

kelengkapan untuk menentukkan ada tidaknya jasad indikator kualitas air
berdasarkan keberadaan bakteri E.coli.


III.

Tinjauan Pustaka
AIR
Air adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan bahkan air adalah sumber dari
kehidupan itu sendiri. Secara umum fungsi air dalam tubuh setiap mikroorganisme
adalah untuk melarutkan senyawa organik, menstabilkan suhu tubuh dan
melangsungkan berbagai reaksi kimia tingkat seluler. Pemeriksaan air secara
mikrobiologi sangat penting dilakukan karena air merupakan substansi yang sangat
penting dalam menunjang kehidupan mikroorganisme yang meliputi pemeriksaan
secara mikrobiologi baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat dipakai sebagai
pengukuran derajat pencemaran (Ramona, 2007).
Air yang bersih dan berkualitas ialah air yang bebas bakteri dan racun serta
mengandung berbagai jenis mineral. Air yang kita konsumsi setiap harinya yang
diambil langsung dari alam biasanya sudah tercemar karena berbagai sebab baik
karena pencemaran, limbah-limbah beracun dari industri atau pertanian, racun atau
zat berbahaya atau karena berbagai ulah manusia.(Ranoma, 2007)
Air yang berkualitas dan higienis adalah air yang cocok untuk dikonsumsi. Syaratsyarat air minum adalah tidak berbau, berasa, berwarna, tidak mengandung logam
berat dan tidak mengandung mikroorganisme yang berbahaya. Air minum merupakan
air yang melalui pemrosesan atau tanpa pemrosesan yang memenuhi syarat kesehatan

dan bisa diminum secara langsung. (Ranoma, 2007)
Air dari sumber alam bisa diminum oleh manusia secara langsung namun ada resiko
bahwa air tersebut dicemari oleh bakteri atau zat yang berbahaya. Bakteri tersebut
baru akan mati jika air dimasak hingga 100 derajat celcius namun zat berbahaya yang
lain seperti logam tidak bisa dihilangkan dengan cara ini. Banyaknya pencemaran air
semakin memperburuk kualitas air minum masyarakat saat ini. (Ranoma, 2007)

Untuk mendapat air minum yang berkualitas, saat ini tersedia air minum isi ulang.
Air minum isi ulang banyak dijual di berbagai kota. Air isi ulang isi ada poin kelebihan
dan kekurangannya yang harus diperhatikan. (Ranoma, 2007)
Kelebihan air isi ulang:
1.

Harganya relatif murah seperti harga AMDK.

2.

Mudah untuk mendapatkan

3.


Walaupun tidak semua namun kualitas air isi ulang sudah memenuhi standar
Departemen Kesehatan. Hal ini tergantung akan kualitas sanitasi, mesin dan bahan
baku air.
(Ranoma, 2007)
Kekurangan air isi ulang:

1.

Pengawasan dan pembinaan yang lemah membuat mutu air cenderung tidak konsisten.

2.

Kemungkinan terjadi salah produksi relatif tinggi, terutama menyangkut tentang
pemilihan bahan baku air, pemilihan alat dan sanitasi.

3.

Aturan mengenai jasa layanan depo isi ulang tidak jelas. Hal ini menyangkut kualitas
produksi sehingga perlindungan hukum secara khusus pada konsumen jika terjadi

kasus tidak ada.

4.

Proses untuk pengemasan hanya mengandalkan teknologi yang sederhana sehingga
sering terjadi kontaminasi oleh bakteri.
(Ranoma, 2007)
Saat ini ditemukan banyak sekali sampel air minum di depo isi ulang. Bakteri yang
ditemukan tidak secara langsung menimbulkan penyakit namun menunjukkan tingkat
sanitasi yang rendah. Resiko bakteri patogen lain yang bisa menimbulkan gangguan
kesehatan akan semakin tinggi apabila semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri.
Keberadaan bakteri tersebut bisa disebabkan oleh sumber air yang tercemar atau
pemaparan dengan radiasi sinar ultraviolet kurang memadai.(Ranoma, 2007)
Standar Air Minum, menurut standar WHO semua sampel tidak boleh
mengandung E. coli dan sebaiknya juga bebas dari bakteri coliform. Standar WHO:

Dalam setiap tahun, 95% dari sampel-sampel tidak boleh mengandung coliform dalam
100 ml, Tidak ada sampel yang mengandung E. coli dalam 100 ml, Tidak ada sampel
yang mengandung coliform lebih dari 10 dalam 100 ml, Tidak boleh ada coliform dalam
100 ml dalam dua sampel yang berurutan (AOAC,2000).

Sesuai Permenkes Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Minum, dipersyaratkan bahwa angka E.coli dalam air minum adalah Nol per 100 ml
air harus dipenuhi.( Suriaman dan Juwita, 2008)
Sedangkan menurut baku mutu yang ditetapkan oleh Pemerintah dalam PP 82/2001
tentang Pengendalian Limbah cair menyebutkan bahwa badan air yang dimanfaatkan
sebagai bahan baku air minum kandungan E. coli dalam 100 ml air tidak boleh lebih
dari 10.000. Menurut salah satu penelitian (Kajian Dhani Arnantha staf peneliti
Lembaga kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah) jumlah E.coli dalam 100 ml air
Kali Mas Surabaya mencapai 1600 milyar.( Suriaman dan Juwita, 2008)
Air yang mengandung kurang dari 1 coliform per 100 ml merupakan golongan kelas
I yang berarti air tersebut sangat baik untuk dikonsumsi. Nilai coliform 1-2 per 100 ml
digolongkan pada kelas II yang berarti air tersebut baik dikonsumsi. Air dengan
jumlah coliform 3-10 merupakan golongan air yang termasuk kelas III dan tidak baik
dikonsumsi. Sedangkan jika nilai coliform lebih dari 10 per 100 ml, maka air tersebut
sudah tidak boleh dikonsumsi lagi (Suriaman dan Juwita., 2008).
Pemeriksaan mikrobiologi sangat penting dilakukan mengingat air merupakan
sumber kehidupan utama bagi semua makhluk hidup. Segala macam air perlu
mendapat perhatian untuk diperiksa baik secara mikrobiologi,fisik maupun kimia
untuk menghindarkan air dari pencemaran. .( Suriaman dan Juwita, 2008)

Syarat bakteriologi air ditetapkan sebagai berikut :
1. Tidak boleh mengandung mikroba pathogen.
2. Tidak boleh mengandung mikrobaa pathogen terlalu banyak.
( Suriaman dan Juwita, 2008)

Pemeriksaan kualitas air secara mikrobiologi meliputi :
1. Pemeriksaan jumlah total mikroorganisme.
2. Deteksi

dan enumerasi

terhadap

bakteri

pathogen Shigella dan Salmonellaterutama Escherichia coli.
3. Jumlah perkiraan terdekat bakteri coli : coli umum dan coli fekal.
(Pelczar dan Chan, 2006)
Bakteri golongan koli merupakan indicator terhadap intra bacteriaceae. Bakteri coli
dapat dipakai sebagai petunjuk adanya pencemaran oleh manusia maupun

hewan.Adanya bakteri coli dalam air identic dengan adanya bakteri pathogen.(Pelczar
dan Chan, 2006)
METODE MOST PROBABLE NUMBER (MPN)
Metode perhitungan MPN menggunakan media cair di dalam tabung reaksi yang
berisi tabung durham, dimana perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabungyang
positif yaitu yang ditumbuhi oleh jasad renik setelah inkubasi pada suhu dan waktu
tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya
kekeruhan atau terbentuknya gas didalam tabung durham yang diletakkan pada posisi
terbalik, yaitu untuk jasad renik pembentuk gas, sehingga tabung durham tersebut
naik keatas. (Pelczar dan Chan, 2006)
Menurut Pelczar dan Chan (2006), keuntungan dari metoda ini adalah :
1. Dapat dibuat sangat peka dengan penggunaan volume inokulum contoh yang lebih
besar dari 1,0 ml/tabung.
2. Bahan-bahan dapat dipersiapkan untuk tugas lapangan.
3. Media pertumbuhan selektif dapat digunakan untuk menghitung jenis mikroorganisme
yang diharapkan di antara jenis-jenis lainnya yang ada dalam bahan pangan tersebut.
Kerugiannya adalah dibutuhkannya banyak ulangan untuk diperoleh hasil yang
teliti dan sehubungan dengan hal tersebut banyak biaya dan waktu yang dibutuhkan
untuk persiapannya. Metoda ini banyak digunakan untuk menghitung bakteri

patogenik dalam jumlah sedikit yang terdapat dalam bahan pangan (Pelczar dan Chan,
2006).
Metode Most Probable Number dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Presumtive test (test pendugaan)
2. Confirmed test (test penentu/ konfirmasi)
3. Completed test (test pelengkap)
(Pelczar dan Chan, 2006)
Dalam uji tahap pertama, keberadaan coliform masih dalam tingkat probabilitas
rendah; masih dalam dugaan. Uji ini mendeteksi sifat fermentatif coliform dalam
sampel. Karena beberapa jenis bakteri selain coliform juga memiliki sifat fermentatif,
diperlukan uji konfirmasi untuk mengetes kembali kebenaran adanya coliform dengan
bantuan medium selektif diferensial. Uji kelengkapan kembali meyakinkan hasil tes uji
konfirmasi dengan mendeteksi sifat fermentatif dan pengamatan mikroskop terhadap
ciri-ciri coliform : berbentuk batang, Gram negatif, tidak-berspora (Dwidjoseputro,
2005).
Dalam uji penduga di gunakan lactose broth. Tabung di nyatakan positif bila
terebentuk gas sebanyak 10 % atau lebih dari volume di dalam tabung Durham.
Jumlah tabung yang positif di hitung pada masing-masing seri. MPN penduga dapat di
hitung dengan melihat table MPN 3 tabung.( Pelczar dan Chan, 2006)
Dalam uji penguat, terbentuknya gas dalam Lactose Broth tidak selalu menunjukkan
bakteri E.coli karena mikroba lainya mugkin juga ada yang dapat memfermentasikan
laktosa dengan membentuk gas. Oleh karena itu perlu di lakukan uji penguat pada
media Endo agar,dengan menggunakan jaarum ose, contoh dari tabung MPN yang
menunjukan uji penduga positif (terbentuk gas) masing-masing di inokulasikan pada
Endo agar dengan cara streak plate. Semua tabung di inkubasikan pada suhu 37 oC
selama 2x24 jam. Jumlah media Endo agar pada masing-masing pengenceran yang
menunjukan adanya pertumbuhan Coliform, baik fekal maupun non fekal dihitung dan
MPN penguat dapat di hitung dari table MPN. (Pelczar dan Chan, 2006)

Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji pelengkap untuk menentukan
bakteri Escherichia coli. Dari koloni yang berwarna pada uji penguat diinokulasikan ke
dalam medium Lactose Broth dan medium agar miring Nutrient Agar (NA), dengan
jarum inokulasi secara aseptik. Diinkubasi pada suhu 37 oC selama 2 x 24 jam. Bila
hasilnya positif terbentuk asam dan gas pada Lactose Broth, maka sampel positif
mengandung bakteri Escherichia coli. Dari media agar miring NA dibuat pewarnaan
Gram dimana bakteri Escherichia coli merupakan Gram negatif berbentuk batang
pendek. (Pelczar dan Chan, 2006)
Metode MPN biasanya biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di
dalam contoh yang berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh
berbentuk padat. Perhitungan jumlah suatu bakteri dapat melalui berbagai macam uji
seperti uji kualitatif koliform yang secara lengkap terdiri dari tiga tahap yaitu uji
penduga (uji kuantitatif, bisa dengan metode MPN), uji penguat dan uji pelengkap.
Waktu, mutu sampel, biaya, tujuan analisis merupakan beberapa faktor penentu dalam
uji kualitatif koliform. (Pelczar dan Chan, 2006)
Output metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit
tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk koloni (colony forming unit) dalam sampel.
Namun, pada umumnya nilai MPN juga diartikan sebagai perkiraan jumlah individu
bakteri. Satuan yang digunakan, umumnya per 100 mL atau per gram. Makin kecil
nilai MPN, maka air tersebut makin tinggi kualitasnya, dan makin layak minum.
Metode MPN memiliki limit kepercayaan 95 persen sehingga pada setiap nilai MPN,
terdapat jangkauan nilai MPN terendah dan nilai MPN tertinggi(Pelczar dan Chan,
2006).
Metode MPN biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam
contoh yang berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk
padat dengan terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari contoh tersebut. Metode
MPN digunakan medium cair di dalam tabung reaksi, dimana perhitungannya
dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu yang ditumbuhi oleh jasad

renik setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif
dapat dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan atau terbentuknya gas di dalam
tabung Durham yang diletakkan pada posisi terbalik, yaitu untuk jasad renik
pembentuk gas (Pelczar dan Chan, 2006).
Untuk metode MPN (Most Probable Number) digunakan medium cair dalam wadah
berupa tabung reaksi, perhitungan di lakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif
yaitu tabung yang mengalami perubahan pada mediumnya baik itu berupa perubahan
warna atau terbentuknya gelembung gas pada dasar tabung durham. Pada metode
perhitungan MPN ini digunakan bentuk tiga seri pengenceran, yang pertama 10 -1, 10-2,
dan 10-3. Kemudian dari hasil perubahan tersebut dicari nilai MPNnya pada tabel nilai
MPN, dan untuk jumlah bakterinya maka digunakan rumus (Gobel, 2008).
Metode MPN merupakan uji deretan tabung yang menyuburkan pertumbuhan
koliform sehingga diperoleh nilai untuk menduga jumlah koliform dalam sampel yang
diuji. Uji positif akan menghasilkan angka indeks. Angka ini disesuaikan dengan tabel
MPN untuk menentukan jumlah koliform dalam sampel (Gobel, 2008).
Bakteri Coliform
Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain dengan
kata lain merupakan bakteri indikator sebagai tanda bahwa adanya pencemaran
bakteri patogen. Penentuan koliform fecal menjadi indikator pencemaran dikarenakan
jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen.
Keuntungan mendeteksi koliform adalah jauh lebih murah, cepat, dan sederhana
daripada mendeteksi bakteri patogenik lain. Coliform merupakan suatu grup bakteri
yang digunakan sebagai indikator adanya pencemaran dan kondisi sanitasi yang tidak
baik terhadap air, makanan, susu dan produk-produk susu. Pada saat perhitungan
koloni, apabila jumlah koloni yang di temukan kurang dari standart yang telah di
tetapkan, maka suatu sampel bisa di katakan murni (Pelczar dan Chan, 2006).
Banyaknya kontaminan dalam air memerlukan standar tertentu untuk menjamin
kebersihannya. Air yang terkontaminasi oleh bakteri patogen saluran cerna sangat

berbahaya untuk diminum. Hal ini dapat dipastikan dengan penemuan organisme yang
ada dalam tinja manusia atau hewan dan yang tidak pernah terdapat bebas di alam.
Ada beberapa organisme yang termasuk kategori ini, yaitu bakteri coliform
(E.coli), Enterococcus faecalis, Clostiridium sp. Di Indonesia, bakteri indikator air
terkontaminasi adalah E.coli. (Pelczar dan Chan, 2006)
Beberapa jenis bakteri selain coliform juga memiliki sifat fermentatif, sehingga
diperlukan uji konfirmasi untuk mengetes kembali kebenaran adanya coliform dengan
bantuan medium selektif diferensial. Uji kelengkapan kembali meyakinkan hasil tes uji
konfirmasi dengan mendeteksi sifat fermentatif dan pengamatan mikroskop terhadap
ciri-ciri coliform: berbentuk batang, gram negatif, tidak-berspora. Bakteri coliform
adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran pencernaan manusia.
Bakteri coliform adalah bakteri indicator keberadaan bakteri patogenik lainnya. Lebih
tepatnya, sebenarnya bakteri coliform fecal adalah bakteri indicator adanya
pencemaran

bakteri

pathogen.

pencemaran

dikarenakan

Penentuan

coliform

fekal

menjadi

indikator

jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan

keberadaan bakteri pathogen. Selain itu, mendeteksi coliform jauh lebih murah, cepat
dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain(Pelczar dan Chan, 2006).
Salah satu anggota kelompok coliform adalah E.coli. Karena E.coli adalah bakteri
coliform yang ada pada kotoran manusia, maka E.coli sering disebut sebagai coliform
fekal. Pengujian coliform jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan ujiE.coli karena
hanya memerlukan uji penduga yang merupakan tahap pertama ujiE.coli (Pelczar dan
Chan, 2006).
Bakteri coliform merupakan parameter mikrobiologis terpenting bagi kualitas air
minum. Kelompok bakteri coliform, antara lain Eschericia coli, Enterrobacter
aerogenes, dan Citrobacter fruendi. Keberadaan bakteri di dalam air minum itu
menunjukkan tingkat sanitasi rendah. Keberadaan bakteri ini juga menunjukkan
adanya bakteri pathogen lain misalnya, Shigella, yang menyebabkan diare hingga

muntaber (Lim, 1998).Jadi, coliform adalah indikator kualitas air. Makin sedikit
kandungan coliform, artinya, kualitas air semakin baik.( Gobel,2008).
Terdapatnya bakteri coliform dalam air minum dapat menjadi indikasi
kemungkinan besar adanya organisme patogen lainnya. Bakteri coliform dibedakan
menjadi 2 tipe, yaitu faecal coliform dan non faecal coloform. Menurut Gobel (2008),
bakteri coliform dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
1) Coliform fekal, misalnya E. coli, merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan
atau manusia. Adanya E.coli pada air minum menandakan air tersebut telah
terkontaminasi feses manusia dan mungkin juga mengandung patogen usus.
2)

Coliform non-fekal, misalnya E. aeroginosa, biasanya ditemukan pada hewan atau
tanaman yang telah mati.
E.coli adalah bagian dari faecal coliform. Keberadaan E. coli dalam air dapat
menjadi indikator adanya pencemaran air oleh tinja. E. coli digunakan sebagai
indikator pemeriksaan kualitas bakteriologis secara universal dalam analisis dengan
alasan:

a. E. coli secara normal hanya ditemukan di saluran pencernaan manusia (sebagai flora
normal) atau hewan mamalia, atau bahan yang telah terkontaminasi dengan tinja
manusia atau hewan; jarang sekali ditemukan dalam air dengan kualitas kebersihan
yang tinggi,
b. E. coli mudah diperiksa di laboratorium dan sensitivitasnya tinggi jika pemeriksaan
dilakukan dengan benar,
c. Bila dalam air tersebut ditemukan E. coli, maka air tersebut dianggap berbahaya bagi
penggunaan domestik,
d. Ada kemungkinan bakteri enterik patogen yang lain dapat ditemukan bersama-sama
dengan E. coli dalam air tersebut.
(Pelczar dan Chan, 2006)
Bakteri pembusuk ini dimasukkan ke dalam golongan bakteri Coliform, salah satu
yang termasuk didalamnya adalah Escherichia coli. Bakteri coliform ini menghasilkan

zat ethionine yang pada penelitian menyebabkan kanker. Bakteri-bakteri pembusuk ini
juga memproduksi bermacam-macam racun seperti Indole, skatole yang dapat
menimbulkan penyakit bila berlebih didalam tubuh (Pelczar dan Chan, 2006).
Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran
pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri
patogenik lain. Lebih tepatnya, sebenarnya, bakteri coliform fekal adalah bakteri
indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fekal menjadi
indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan
keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi Coliform jauh lebih murah, cepat,
dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain (Krisna, 2005).
Escherichia coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau manusia.
Oleh karena itu, dikenal juga dengan istilah koli tinja, sedangkan Enterobacter
aerogenes biasanya ditemukan pada hewan atau tanam-tanaman yang telah mati.
Bakteri Escherechia coli merupakan mikroorganisme normal yang terdapat dalam
kotoran manusia, baik sehat maupun sakit. Dalam satu gram kotoran manusia terdapat
sekitar seratus juta bakteri E. coli. Bakteri berasal dari kata “Bakterion” (Yunani =
batang

kecil).

Berdasarkan

Klasifikasi,

bakteri

digolongkan

dalam

Divisio

Schizomycetes. Escherichia coli (E. coli ) adalah salah satu jenis spesies utama bakteri
gram negatif, ditemukan oleh Theodor Escherich (tahun 1885). Hidup pada tinja dan
menyebabkan masalah kesehatan pada manusia, seperti diare, muntaber serta masalah
pencernaan lainnya. Bakteri ini banyak digunakan dalam teknologi rekayasa genetika
sebagai vektor untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk
dikembangkan. Hal ini disebabkan karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah
dalam penanganannya. (Krisna, 2005)
Secara garis besar klasifikasi bakteri E.coli , berasal dari Filum Proteobacteria,
Kelas Gamma Proteobacteria, Ordo Enterobacteriales, Familia Enterobacteriaceae,
Genus Escherichia, Spesies Escherichia coli. Secara morfologi E.coli merupakan kuman

berbentuk batang pendek, gemuk, berukuran 2,4 µ x 0,4 sampai 0,7 µ , Gram-negatif,
tak bersimpai , Bergerak aktif dan tidak berspora. (Krisna, 2005)

IV.

Metode

A. Alat dan Bahan
1. Bahan
a. Air isi ulang
b. Laktosa Broth (LB) 0,5%
c. Alkohol 70%
d. BGLB (Briliant Green Lactosa Broth)
e. Endo Agar
f. NA Miring
g. Aquades
h. Gram A (kristal violet)
i. Gram B (mordan)
j. Gram C (aseton alkohol)
k. Gram D (safranin)
2. Alat
a. Minyak imersi
b. Cawan petri
c. Jarum ose
d. Inkubator
e. Bunsen
f. Korek api
g. Semprotan alkohol
h. Rak tabung reaksi
i. Tabung durham
j. Pipet volume

k. Objek glass
l. Mikroskop Cahaya Listrik
m. Kapas
n. Glasfirn pupm
o. Beaker glass
p. Pipet tetes
q. Hair dryer

B. Cara Kerja
1. Uji perkiraan
a. Menyerilkan tangan dan meja.
b. Menyiapkan sampel air (air isi ulang) secara steril kemudian dihomogenkan dengan
mengocoknya sebanyak 25 kali.
c. Memasukkan masing – masing 10 ml air isi ulang ke dalam 3 tabung reaksi yang
masing – masing berisi 10 ml Laktosa Broth.
d. Memasukkan masing – masing 1 ml air isi ulang ke dalam 3 tabung reaksi yang masing
– masing berisi 10 ml Laktosa Broth.
e. Memasukkan masing – masing 0,1 ml air isi ulang ke dalam 3 tabung reaksi yang
masing – masing berisi 10 ml Laktosa Broth.
f. Diinkubasi semua tabung pada suhu 37 0C selama 2X24 jam.
g. Mengamati terbentuknya gas tiap 24 jam.
h. Mencatat jumlah tabung reaksi yang terbentuk gas (positif terbentuk gas) pada tiap
seri tabung (10 ml, 1 ml, 0,1 ml)
i. Menentukan nilai MPN.
2. Uji Penegasan
a. Menyerilkan tangan dan meja.

b. Semua tabung reaksi yang positif terdapat gas diambil sebanyak 1 ose kemudian
ditanam di media Briliant Green Lactosa Broth dan diinkubasi 2X24 jam pada suhu
37 0C.
c. Mengamati hasil yang positif terbentuk gas kemudian diambil 1 ose dan ditanam di
media Endo Agar dengan teknik streak plate.
d. Diinkubasi pada suhu 37 0C selama 2X24 jam.
e. Mengamati adanya koloni tipikal (merah tua atau hijau metalik).
3. Uji Lengkap
a. Diinokulasi medium Laktosa Broth dengan koloni tipikal.
b. Membuat piaran NA miring dari koloni tipikal.
c. Semua diinkubasi selama 2X24 jam pada suhu 37 0C.
d. Mengamati terbentuknya gas pada media Laktosa Broth.
e. Melakukan pewarnaan gram dari piaran NA miring.
1) Membersihkan tangan dan meja dengan alkohol.
2) Mengambil obyek glass dan fiksasi dengan melidah apikan di atas Bunsen sebanyak 2 –
3 kali secara cepat.
3) Mengambil antara 1 piaran NA miring dan diletakkan di atas obyek glass.
4) Meratakannya dengan jarum ose.
5) Mefiksasi dengan melidah apikan bagian yang tidak ada kumannya di atas bunsen 2 –
3 kali dengan cepat.
6) Menuangkan pewarna gram A (Carbol gentian violet), biarkan 1 menit.
7) Membuang sisa Carbol gentian violet.
8) Mencuci preparat dengan air mengalir.
9) Mengeringkan preparat dengan menggunakan hair dryer.
10) Menuangkan pewarna Gram B (Mordan), biarkan selama 2 menit.
11) Membuang sisa Iodium.
12) Mencuci preparat dengan air mengalir.
13) Mengeringkan preparat menggunakan hair dryer.

14) Dipucatkan dengan pewarnaan Gram C (aseton alkohol) dengan cara meneteskan
perlahan sampai warna ungu hilang.
15) Membilas dengan air mengalir.
16) Menuangkan pewarna Gram D (safranin) sebagai warna penutup atau pembanding
biarkan selama 30 detik.
17) Membuang kelebihan Safranin.
18) Mencuci preparat dengan air mengalir.
19) Mekeringkan preparat dengan meletakkan diantara 2 buah kertas isap.
20) menambahkan minyak imersi pada preparat.
21) Mengamati preparat di bawah mikroskop dengan pembesaran kuat (100X).
22) mengamati jenis dan bentuk morfologi bakteri.

V.

Hasil Praktikum
A. Pemeriksaan Air Isi Ulang
No

Jenis Uji

Hasil
Ya

1

Uji duga.

 Ada gas

Pertumbuhan di media Laktosa Broth (ada gas atau tidak)
2

Uji Konfirmasi
a. Pertumbuhan media Briliant Green Lactosa Broth.

 Ada gas

b. Pertumbuhan media Endo Agar
1) Typical

1) Ada typical

2) Atypical
3) Metatypical
3

Uji Lengkap
a. Pertumbuhan media Laktosa Broth pada suhu 44,5 0C

 ada gas

b. Pertumbuhan media NA miring
1. Bentuk batang

 Berbentuk bat

2. Gram negatif

 Gram negatif

3. Tidak ada spora

 Tidak ada spor

B. Hasil Uji Perkiraan Air Isi Ulang.
No tabung yang positif
10 ml

1 ml

0,1 ml

3

1

1

C. Foto hasil pemeriksaan air isi ulang
1. Uji pendugaan air isi ulang
Larutan sampel

Gamba

10 ml
1 ml
0,1 ml

2. Uji Penegasan Air Isi Ulang
Hasil tabung reaksi yang positif terdapat gas yang ditanam di
Briliant Green Lactosa Broth
Koloni typical yang tumbuh di media endo agar

3. Hasil Uji Lengkap Air Isi Ulang
Hasil tabung reaksi yang positif terdapat gas yang
ditanam di Lactosa Broth pada suhu 44,5 0C

10 ml (1)

10 ml (2)

Hasil media NA miring
Pewarnaan gram E.coli berbentuk batang, gram negatif
dan tidak ada spora.

VI.

Pembahasan
Pada praktikum kali ini, melakukan pemeriksaan air.Pemeriksaan air dilakukan
untuk mengetahui apakah air tersebut layak digunakan sebagai air minum atau
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pemeriksaan air ini menggunakan metode
MPN. Metode perhitungan MPN menggunakan media cair di dalam tabung reaksiyang
berisi tabung durham, dimana perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung
yang positif yaitu yang ditumbuhi oleh jasad renik setelah inkubasi pada suhu dan
waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati
terbentuknya gas di dalam tabung durham yang diletakkan pada posisi terbalik, yaitu
untuk jasad renik pembentuk gas, sehingga tabung durham tersebut naik
keatas. Pemeriksaan air ditunjukkan dengan adanya bakeri indikator (coliform dan
fecal coliform) dengan menggunakan tiga tahapan pengujian yaitu uji dugaan, uji
penetapan, dan uji pelengkap. Sampel sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam media
konsentrasi ganda karena diduga akan ada lebih banyak bakteri sehingga diperlukan
lebih banyak nutrisi yang diperlukan untuk menumbuhkannya.
Metode MPN (Most Probable Number) untuk uji kualitas air saat praktikum
menggunakan coliform sebagai

indikator.

Kelompok Coliform mencakup

bakteri

yang aerobic dan anaerobic fakultatif, berbentuk batang atau basil, gram negative dan
tidak membentuk spora. Coliform memfermentasikan laktosa dengan membentuk asam
dan gas CO2 dalam waktu inkubasi selama 24 jam dan diletakkan pada suhu 37ºC.

Air yang mengandung kurang dari 1 coliform per 100 ml
merupakan golongan kelas I yang berarti air tersebut
sangat baik untuk dikonsumsi. Nilai coliform 1-2 per 100 ml
digolongkan pada kelas II yang berarti air tersebut baik

dikonsumsi. Air dengan jumlah coliform 3-10 merupakan
golongan air yang termasuk kelas III dan tidak baik
dikonsumsi. Sedangkan jika nilai coliform lebih dari 10 per
100 ml, maka air tersebut sudah tidak boleh dikonsumsi
lagi (Suriaman dan Juwita., 2008).
Dalam pengujian perkiraan dapat dilakukan dengan
bebrapa tahap, diantaranya dengan menyiapkan sampel air
isi ulang secara steril kemudian dihomogenkan dengan
mengocok sebanyak 25 kali secara menual agar sampel
tercampur merata.kemudian memasukkan masing 10 ml, 1
ml, dan 0,1 ml sampel air isi ulang ke dalam masing –
masing tabung reaksi yang sudah berisi media laktosa
broth sebanyak 10 ml. Medium LB digunakan karena
medium ini berfungsi sebagai media untuk mendeteksi
kehadiran Coliform dalam

air

dan

dalam

mempelajari

fermentasi laktosa oleh bakteri pada umumnya. Pepton
dan ekstrak beef menyediakan nutrien esensial untuk
memetabolisme bakteri. Laktosa menyediakan sumber
karbohidrat

yang

untuk organism Coliform.

dapat
Pertumbuhan

difermentasi
dengan

pembentukan gas adalah presumptive test untuk Coliform.
Lactose broth dibuat dengan komposisi 0,3% ekstrak beef;
0,5% pepton; dan 0,5% laktosa.
Kemudian diinkubasi semua tabung pada suhu 370C
selama 2x24 jam. Setelah 2x24 jam kemudian tabung
durhamnya diamati terbentuknya gas(positif terdapat gas)
atau tidak pada tiap seri tabung (10 ml, 1 ml, dan 0,1 ml)
dan tentukan nilai MPNnya.

Pengamatan terhadap air isi ulang menunjukkan hasil
positif dalam uji dugaan coliform yang ditandai dengan
adanya gas dalam tabung durham oleh karena di dalam
medium LB terdapat mikroba pembentuk gas.
Menurut

Fardiaz

(1992),

gelembung

udara

yang

dihasilkan pada tabung durham disebabkan oleh adanya
aktivitas yang respirasi mikroorganisme, sehingga dapat
dilihat hasil dari respirasi mikroorganisme tersebut berupa
gelembung gas. Fungsi dari tabung durham sendiri
sebagai media untuk menampung gas akibat metabolisme
bakteri. Dan penyebab lain dari terbentuknya gas dalam
tabung, diakibatkan karena kontaminasi dari udara ketika
proses isolasi dalam inkubator.
Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat dijelaskan,
bahwa mikroba yang terbentuk dalam tabung reaksi
memerlukan oksigen untuk hidup, sehingga mikroba
tersebut tergolong ke dalam bakteri aerob, dan salah satu
cara untuk mengenali adanya mikroba dapat dilihat dari
terbentuknya gas pada tabung yang menandakan tabung
bersifat positif.Banyaknya coliform dalam air isi ulang
dapat

disebabkan

adanya

bakteri

yang

dapat

memfermentasi laktosa dengan membentuk gas dalam
waktu 48 jam dan pada suhu 350 C, seperti bakteri asam
laktat dan beberapa khamir tertentu (Fardiaz S., 1992).
Masih tingginya angka organisme indikator dalam air
menunjukkan bahwa air tersebut telah terkontaminasi
secara

fecal.

Proses

pemurnian

air

yang

meliputi

sedimentasi, filtrasi, dan klorinasi kurang sempurna

menyebabkan air terkontaminasi dengan bakteri (Lim.,
1998). Tingginya angka bakteri coliform ini kemungkinan
disebabkan selain karena sejak awal air tersebut telah
mengandung bakteri coliform, adalah karena botol yang
digunakan untuk menampung air ini kurang steril sehingga
air menjadi terkontaminasi.
Pada tabung dengan volume 10 ml sebanyak 3 tabung
menunjukkan hasil positif, pada tabung dengan volume 1
ml sebanyak 1 tabung, dan pada tabung dengan volume
0,1 ml sebanyak 1 tabung. Berdasarkan pencocokan seri
tabung yang positif mengandung coliform dengan tabel
MPN seri 3 tabung, didapatkan hasil bahwa jumlah bakteri
coliform pada air isi ulang per 100 ml adalah sebanyak 75
(75 MPN/100ml). Dari hasil ini dan dibandingkan dengan
pustaka, maka air isi ulang ini sudah tidak layak
dikonsumsi lagi sebab mengandung coliform lebih dari 10
per 100 ml (Suriaman dan Juwita., 2008).Indeks MPN
pada coliform

sebesar 75 setelah

dengan Permenkes

416

pada coloform sebesar50 tidak

dibandingkan
Tahun

memenuhi

1990

syarat

yang

ditetapkan, karena melebihi ketetapan yaitu sebesar 75.
Bakteri

non-coliform

dalam

metabolismenya

juga

memproduksi gas (Black, 1998) maka untuk memastikan
keberadaan bakteri Coliform dilakukanlah uji penetapan.
Uji penetapan dilakukan mulai dari senin, 9 Juni 2014. Uji
penetapan

ini

dilakukan

dengan

beberapa

langkah,

diantaranya dengan semua tabung reaksi yang positif
terdapat gas ditanam di media BGLB (Briliant Green

Lactosa Broth) dan diinkubasi 2X24 jam, 370C. Kemudian
diamati hasil positif yang tebentuk gas kemudian ditanam
di media Endo Agar dengan teknik streak plate.
Tabung

yang

menunjukan

hasil

positif

pada

uji

penetapan ditumbuhkan pada media BGLB (Briliant Green
Lactosa Broth) yang merupakan media selektif karena
kandungan emepedunya akan meningkatkan pertumbuhan
bakteri gram negatif Coliform, namun kandungan hijau
berliannya akan menghambat pertumbuhan bakteri gram
positif dengan jalan merusak dinding selnya.Pada hasil
yang positif terbentuk gas setelah ditanam di media Endo
Agar, tabung dengan volume 10 ml sebanyak 3 tabung
menunjukkan

hasil

positif

adanya

gas.

Penggunaan

medium Endo Agar yang mengandung zat pewarna eosin
dan metilen blue, pada bakteri gram positif campuran zat
warna

ini

akan

semakin

menghambat

pertumbuhan

sedangkan pada Eschericia coli kedua zat warna ini akan
terakumulasi pada koloninya dalam suasana asam dan
akan memberikan warna kehijauan mengkilat yang khas
sebagai hasil positif adanya bakteri E. coli
Cawan petri yang berisi Endo agar disiapkan, kemudian
ose yang akan digunakan dicelupkan ke dalam alkohol lalu
dibakar pada bunsen, lalu ditunggu beberapa saat dan ose
dicelupkan ke dalam sampel dan diambil 1 ose lalu
digoreskan ke dalam cawan petri yang telah berisi Endo
agar.
Hasil yang positif terbentuk gas kemudian diinkubasi
selama 2x24 jam pada suhu 370C. Kemudian diamati koloni

typical

(merah

tua

atau

hijau

metalik).

Dari

hasil

pengamatan termasuk fecal tyipical karena berwarna hitam
merah yang ada titik hitamnya dan sedikit agak hijau. Fecal
typical tersebut jasad mikroorganisme yang baru terkena
feses dan merupakan E. Coli.
Setelah dilakukan uji dugaan, maka dilanjutkan dengan
uji konfirmasi untuk melihat adanya bakteri E. coli dalam
air isi ulang. Dari hasil uji ini ada yang menunjukkan hasil
positif dalam medium Endo Agar yang ditandai dengan
adanya koloni yang berwarna hitam merah yang ada titik
hitam dan sedikit hijau.
Uji yang terakhir ialah uji pelengkap. Setelah mengetahui
hasil dari biakan yang ditanam pada endo agar, yaitu
bakteri fecal maka langkah selanjutnya adalah menanam
kembali biakan tersebut pada LB dengan suhu 44,5°
C dan NA miring, diinkubasi selama 1x24 jam. Ditanam
pada LB bertujuan untuk mengetahui apakah benar positif
mengandung

bakteri

coliform

dengan

bukti

adanya

gelembung gas pada tabung durham yang artinya dalam
sampel

air

tersebut

positif

tercemar

bakteri

coli

fekal. Sedangkan untuk penanaman di NA miring untuk
mengetahui bentuk, warna dan berspora atau tidaknya
dengan

menggunakan

cara

pengecetan

gram

serta

pengamatan dibawah mikroskop.
Pada uji pelengkap ini dilakukan pewarnaan gram untuk
mengetahui bentuk dari bakteri yang terdapat pada
sampel. Prosedur pewarnaan gram yang dilakukan sama
seperti pewarnaan gram yang telah dilakukan sebelumnya.

Adapun fungsi-fungsi penambahan warna pada pewarnaan
bakteri gram yaitu, pewarna Kristal ungu ditambahkan
sebagai pemberi warna awal, mordan ditambahkan untuk
memperkuat ikatan pada dinding sel sehingga warna yang
dilihat

dapat

terlihat

lebih

jelas,

aseton

alkohol

ditambahkan sehingga pada bakteri gram negatif yang
mengandung peptidoglikan. Safranin ditambahkan untuk
memberikan kompleks warna merah pada bakteri gram
negatif sehingga bakteri gram negatif menjadi berwarna
merah sedangkan pada bakteri gram positif pewarna
safranin tidak berpengaruh sehingga bakteri gram positif
tetap berwarna ungu. Setelah dilakukan pewarnaan gram
dan diamati pada mikroskop, bakteri yang teramati yaitu
bakteri berbentuk basil dan berwarna merah muda
sehingga

dapat

dikatakan

terdapat

bakteri E.Colli.

Kemudian diamati pada mikroskop lalu dilihat warna dan
bentuk bakterinya. Dari hasil pengamatan, jenis bakterinya
adalah E.coli yang berbentuk batang, gram negatif dan
tidak ada spora. Hal tersebut menandakan bahwa sampel
air isi ulang tersebut tidak layak dikonsumsi.
VII. Kesimpulan
Dari hasil praktikum pemeriksaan air pada air isi ulang dapat disimpulkan bahwa :
1. Jumlah bakteri Coliform pada sampel air isi ulang adalah 75/100 ml. Kualitas air pada
sampel yang diuji adalah tidak layak digunakan sebagai air minum sebab jumlah
coliformnya sangat banyak sehingga akan berbahaya bila diminum.

2. Jenis bakteri yang mencemari sampel air isi ulang adalah berasal dari bakteri
coliform,terdapat pencemaran akibat adanya bakteri Escherichia coli dengan ciri – ciri
berbentuk batang, gram negatif dan tidak berspora.

DAFTAR PUSTAKA
Association of Official Analytical Chemistry (AOAC), 2000, Official Methods of Analysis, Mc Graw
Hill Press, Canada.
Buckle,K .A., R.A Edwards,G.H. Fleet,dan M.Woottoon, 1985, Ilmu Pangan, UI-Press, Jakarta.
Dwidjoseputro, D.1994, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan, Jakarta.
Fardiaz, S., 1996, Analisis Mikrobiologi Pangan, PT. Radja Grafindo Persada, Jakarta.
Gobel, Risco B. 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Praktek. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Kawuri, R., Y. Ramona dan I. B. G. Darmayasa, 2007, Penuntun Praktikum Mikrobiologi
Farmasi, Jurusan Biologi F. MIPA UNUD, Bukit Jimbaran.
Krisna, 2005. Ada coliform di water tap ITB?, http://www.itb.ac.id/news/557.xhtml, Diakses pada
tanggal 20 April 2012.

Lim, D, 1998, Microbiology 2nd edition, United
States of America, McGraw Hill.
Pakadang, S., 2010., “Buku Penuntun Praktikum
Mikrobiologi
Farmasi”,
Jurusan
Farmasi
Politeknik
Kesehatan
Depkes
Makassar,
Makassar.
Penn, C. 1991. Handling Laboratory Microorganism.
Open University, Milton Keynes.
Plummer, D. T., 1987, An Introduction to Practical Biochemistry, Tata Mc-Graw Hill

Publishing Company LTD, Bombay- New Delhi.
Suriawiria, U., 1985, Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Gramedia. Jakarta.
Wakhid, Abdul, 2009, Pemeriksaan Bakteri Coliform Pada Makanan dan Minuman dengan
Menggunakan Metode MPN. http://abdul-wakhid.blogspot.com/2009/12/coliform.html.
Diakses pada tanggal 20 April 2012.
Umbreit, W.W, 1960, Aplied Microbiology, Academic Press, London.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22