Peran Elit Masyarakat Studi Kebertahanan

Metode Penelitian

Budaya, Pengasuhan Penerimaan- Penolakan, dan Perkembangan Sosial

1. Pendekatan Penelitian Anak Usia 3-5 Tahun pada Keluarga

Kampung Adat Urug Bogor. Isi pokok

94 Al-T urāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

Dalam penelitian ini, penulis maupun pribadi (private library ), menggunakan pendekatan Antropologi,

misalnya buku-buku, dokumen, koran, Sosiologi, dan Hermeneutik.

majalah, catatan pribadi, monograf,

2. Jenis dan Sumber Data catatan kisah sejarah, hasil penelitian,

a. Jenis Data yang dipandang masih berkaitan dengan Dalam penelitian ini jenis data 14 topik permasalahan.

yang dikumpulkan adalah 1. Deskripsi Adapun studi lapangan, yaitu sosial, budaya dan ekonomi masyar akat

kegiatan observasi dan wawancara Sunda Kampung Adat Urug Bogor, 2. adat

langsung kepada sumber informasi istiadat dan tradisi di Kampung Adat Urug

yang dapat memberikan keterangan Bogor, 3. konsep Sesepuh dan upaya-

sesuai dengan subyek kajian. 15 upaya yang dilakukan dalam konteks

4. Analisis Data

kebertahanan adat istiadat dan tradisi Data yang terkumpul kemudian masyarakat.

diklasifikasikan atau dikategorikan untuk

Selanjutnya, diseleksi

b. Sumber Data berdasarkan relevansi dengan subyek

b.1. Sumber Data Primer kajian. Tahap kategorisasi bertujuan Sumber data Primer dalam

mengelompokkan setiap data ke dalam penelitian ini antara lain, wawancara,

analisis berdasarkan dokumen berupa naskah-naskah Sunda

unit-unit

kesesuaian antara satu tema dengan tua dan pengamatan langsung. Jadi

tema lainnya sehingga menggambarkan Deskripsi sosial, budaya dan ekonomi

keseluruhan analisis yang utuh. masyarakat Kampung Adat Urug,

Kemudian dilakukan analisis sistemik Bogor, kemudian adat istiadat dan

untuk mengungkap bertahannya adat tradisi masyarakat Kampung Adat Urug

istiadat dan tradisi (nilai-nilai) pada serta upaya-upaya para sesepuh dalam

masyarakat Sunda di Kampung Adat menjaga adat istiadat dan tradisi

Urug, Bogor. Tujuannya untuk mencari tersebut datanya bersumber dari

keterkaitan antar berbagai komponen pengamatan langsung di Kampung Adat

dan konsep sehingga membentuk satu Urug dan wawancara kepada elit

kesatuan sistem yang kompleks agar masyarakat seperti sesepuh Kampung

dapat memahami hakikat kebertahanan Adat (Abah Ukat, Abah Amat dan

adat Istiadat dan tradsi pada Abah Kayod) pengurus desa (Bapa Ade

masayarakat Sunda Bogor di Kampung Eka Komara selaku Sekretaris Desa

Adat Urug. Jadi, penelitian ini bersifat Kiara Pandak), dan sebagian warga.

deskriptif-kualitatif. 16

5. Langkah penelitian Adapun sumber data sekunder

b.2. Sumber Data Sekunder

Secara umum, metode penulisan antara lain; pandangan, tulisan orang

sejarah ini sendiri dilakukan dengan lain yang memiliki relevansi dengan

sumber data primer yang penulis 14 Kartodirdjo, “Metode Pengunaan Bahan dapatkan dari berbagai laporan

Dokumen”, dalam Koentjaraningrat, ed.,

penelitian, jurnal, majalah, makalah,

Metode-Metode

Penelitian Masyarakat

buku, media cetak dan elektronik. (Jakarta: Gramedia, 1979), h. 61-92, 87.

15 Koentjaraningrat, ”Metode Wawancara” dalam

3. Metode pengumpulan data

Koentjaraningrat,

ed., Metode-Metode

Cakupan riset meliputi studi

Penelitian Masyarakat , 162-196. Bachtiar,

kepustakaan dan lapangan. Studi

”Pengamatan

Sebagai Suatu Metode

kepustakaan, yaitu menelusuri sumber

Penelitian”, dalam Koentjaraningrat, ed.,

Metode-Metode Penelitian Masyarakat data dari berbagai bacaan, baik yang , h. 137-

bersifat primer maupun sekunder yang 16 Sanafiah Faisal, ed., Metodologi Penelitian didapat dari perpustakaan umum

Kualitatif (Surabaya: Usaha Nasional, 1987), h. 63.

Asep Dewantara : Peran Elit … 95

empat langkah, yaitu heuristik, kritik, penafsiran menjadi sebuah kisah sejarah interpretasi,

dan historiografi. 17 yang utuh versi penulis. Heuristik adalah pengumpulan dan

penelusuran sumber data melalui

B. Pembahasan

pelacakan atas berbagai dokumen, serta wawancara dengan

para

tokoh

Sekilas Kampung Adat Urug

masyarakat Kampung Adat Urug. Adapun penelusuran sumber data

Letak Geografis dan Sejarah

primer dan sekunder dilakukan ke

Kampung Adat Urug

perpustakaan, baik umum, seperti Secara administratif, kampung Prpustakaan utama dan Fakultas, UIN

Adat Urug masuk dalam wilayah Syarif

Desa Kiarapandak Perpustakaan

Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor. Nasional RI, Perpustakaan daerah

LIPI,

Perpustakaan

Jarak tempuh Kampung Adat Urug dari Provinsi Jawa Barat, Perpustakaan

Ibukota provinsi Jawa Barat sekitar 165 Museum Sri Baduga, Perpustakaan

Km ke arah Barat, sementara dari Universitas

Ibukota Kabupaten Bogor kurang lebih perpustakaan koleksi pribadi yang ada

Padjajaran

dan

48 Km. Jika dari kecamatan Sukajaya, kaitannya dengan pokok bahasan, di

hanya berjarak 6 Km, sedangkan dari antaranya Perpustakaan Drs. Saidun

kantor Desa Kiarapandak lebih dekat Derani, MA, perpustakaan pribadi Uwa

lagi, hanya 1,2 Km 18 . Mamat Sasmita (Rumah Baca Buku

Kampung Adat Urug yang Sunda) di perumahan Margawangi, Jl

berada di wilayah desa Kiarapandak ini margawangi VII, No. 5, Margacinta,

dalam bahasa setempat sering disebut Bandung. Lembur Urug (Kampung Urug), terletak

Selain itu karena riset ini juga pada kordinat 6° 34' 42" Lintang lapangan, penulis memilih responden,

Selatan, dan 106° 29' 28" Bujur menyeleksi berdasarkan jenis data yang

19 Timur, 20 dengan luas wilayah 10 Ha. dibutuhkan meliputi kategori tokoh

Kampung Adat Urug berbatasan dengan masyarakat di Kampung Adat Urug,

Desa Nanggung kecamatan Nanggung Bogor.

di sebelah Timur dengan Sungai Terakhir menguji fakta dan data

Cidurian sebagai pembatas langsung. sejarah yang sudah dikumpulkan. Kritik

Di sebelah Barat, Kampung Adat Urug eksteren dilakukan untuk menguji

berbatasan dengan Desa Cisarua dan keaslian atau otentisitas sebuah sumber

Desa Pasir Madang kecamatan sejarah yang asli. Sedang kritik interen

Sukajaya. Sementara di sebelah Selatan, dilakukan untuk menguji validitas data

Kampung Adat Urug berbatasan dengan sejarah. Langkah interpretasi adalah

Desa Kiarasari kecamatan Sukajaya dan upaya menafsirkan data berdasarkan

Desa Curug Bitung Kecamatan perspektif tertentu sehingga fakta itu

Nanggung. Sedangkan di sebelah Utara, menjadi struktur yang logis. Langkah

Kampung Adat Urug berbatasan dengan historiografi adalah menuliskan hasil

18 Dinas kebudayaan dan pariwisata Kabupaten

Bogor ( www.disparbudjabarprov.go.id ), akses 8

17 Hariyono, Mempelajari Sejarah Secara Efektif,

Oktober 2012.

(Yogyakarta: Pustaka Jaya, 1995, h. 109-110. 19 Dinas kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian

Bogor (www.disparbudjabarprov.go.id), akses 8

Sejarah, h. 44. Louis

Gottschalk,

Oktober 2012.

Understanding History: A Primer of Historical 20 Monografi Kampung Addat Urug Desa Method (Jakarta: Yayasan Penerbit UI, 1975),

Kiarapandak Kecamatan Sukajaya, Bogor h. 18-19.

(Kantor Desa Kiarapandak).

96 Al-T urāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

Desa Sukajaya dan Desa Harkatjaya Lebak, Banten)---Seuni (kabupaten kecamatan Sukajaya. 21 Pandeglang, Banten)---Lebak Binong

Mengenai sejarah atau asal-usul (Cibaliung, Banten Kidul)---Cipatat--- keberadaan kampung adat di Jawa 25 Kampung Urug. jadi Kampung Adat

Barat, tidak akan pernah lepas dari Urug adalah tempat pulang Prabu Kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran

Siliwangi, “tidak akan ada tempat ini

jika yang di Bogor masih ada. 26 penelitian penulis di kampung Adat

(1482-1579) di Bogor. 22 dari hasil

Meghilangnya Prabu Siliwangi mulai Urug, penulis mendapatkan keterangan

dari Pajajaran sampai terakhir di yang bisa digolongkan ke dalam sejarah

Kampung Adat Urug karena tidak mau lisan atau oral history bahwa Kampung

masuk agama Islam yang pada saat itu Adat Urug memang memiliki hubugan

dibawa oleh Raden Kian Santang, yang erat dangan kerajaan Sunda 27 ana knya sendiri”.

“Jadi Kampung Urug ini adalah keterangan ada yang sesuai dengan

Pakuan 23 Pajajaran. Sebagian

tempat pulang Prabu Siliwangi, Abah buku-buku akademis atau karya-karya

tidak mengaku ini tempat Abah, luas ilmiah di seputar sejarah Jawa barat

seperti ini, apa lagi Abah hanya tinggal yang disusun oleh para ahli sejarah,

berdua dengan Emak”. Lanjut menurut sebagian keterangan lagi penulis sebut

penuturan Abah Ukat, Prabu Siliwangi sebagai legenda warga kasepuhan 24 setibanya

Kampung Urug yang mungkin oleh sebagian orang

di

mempunyai tiga orang Putra. yang diartikan sebagai mitos.

pertama laki-laki, yang ke dua Menurut Abah Ukat, sejarah

perempuan dan yang ketiga laki-laki. Kampung Adat Urug itu bisa dimulai di

Prabu Siliwangi memberikan mandat awal atau di akhir. Jika dari awal, yaitu

atau amanatnya untuk mewarisi, awal berdirinya Pajajaran Bogor, jika di

menjaga Kampung Adat Urug kepada akhir,

tilemna, ngahyang putranya yang ketiga. Makam dari putra (menghilangnya) Prabu Siliwangi di

yang ketiga tersebut berada di tepi kali Bogor sampai muncul di Kampung 28 Cidurian. yang kedua (perempuan)

Adat Urug yang memang sudah “dihijrahkan” ke daerah Leuwi Catang, direncanakan oleh Prabu Siliwangi

arah gunung Pongkor. Sementara sebagai tempat terakhirnya. Sebelum

putranya yang pertama ke Lebak muncul di Kampung Adat Urug, Prabu

Larang arah Pelabuhan Ratu, terus ke Siliwangi menghilang dan muncul di

jeungjing-Bojongcisono- beberapa daerah. Berikut ini adalah

Pasir

Tegallumbu-Talaga-Sirnaresmi- urutan daerah di mana Prabu Siliwangi

Ciganas-Ciptarasa-Ciptagelar, menghilang dan muncul mulai dari

Sukabumi. Jadi kasepuhan yang Pajajaran Bogor---Panyaungan (jalan

tersebar di beberapa daerah di cagak 29 (bercabang) yang ke arah Sukabumi tersebut awalnya dari Urug.

Pongkor dan Cigudeg)---Parung Sapi (arah Jasinga)---Sajra (Kabupaten

25 Daerah Panyaungan, Parung Sapi, Cipatat dan

Urug masih di kabupaten Bogor, sementara 21

Peta lokasi Kampung Adat Urug Desa daerah Sajra, Seuni dan Lebak Binong sudah Kiarapandak kecamatan Sukajaya Kabupaten

masuk ke Provinsi Banten sekarang. Bogor (Kantor Desa Kiarapandak).

Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (ketua Kusnaka

Adat Urug Lebak), Bogor, 22 April 2012. Tumbuh di atas yang Luruh, h. 15-23.

Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (ketua Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (Ketua

Adat Urug Lebak), Bogor, 28 April 2012. Adat Urug Lebak), Bogor, 22 April 2012.

28 Gambar atau Photo dilampirkan. 24 Kusnaka

29 Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (ketua Tumbuh di atas yang Luruh, h. 15.

Adat Urug Lebak), Bogor, 28 April 2012.

Asep Dewantara : Peran Elit … 97

Guru, Guru dalam amanat untuk mewarisi Kampung Adat

Putra ketiga tadi yang mendapat

Kampung

terminologi bahasa Sunda berarti Urug mempunyai tujuh orang anak

digugu dan ditru, harus bisa menjadi disebarkan ke beberapa daerah, yang

panutan. Dalam konteks ini, adalah si paling jauh berada di Pasir Eurih,

pendiri kampung (Prabu Siliwangi) Banten. yang paling tua di Cipatat kolot

sebelumnya sudah mendapat amanat sekedar menjaga

yang

jauh

menetapkan sebuah lahan untuk makam Prabu

perkampungan yang menjadi panutan menerima amanat di Kampung Urug

Siliwangi. Yang

tersebut. Hanya di sini terdapat dua kembali putra yang terakhir. Beliau

perbedaan mengenai maksud dibaliknya kemudian punya anak lima dari dua

kata Guru itu, pertama sebagai istri. Dari istri yang tua tiga, sementara

kamuflase (penyamaran) agar dari istri yang muda dua. Anak pertama

perkampungan subur tersebut tidak dari istri yang pertama tadi menjadi

diketahui oleh pihak yang tidak cikal bakal ketua adat Urug Tonggoh

diinginkan. Kedua menurut Abah Ukat, dan Tengah. Anak kedua dari istri

nama Guru dibalik menjadi Urug, pertama, perempuan. Anak ketiga, laki-

karena dikhawatirkan generasi-generasi laki yang kembali mendapat amanat

berikutnya hanya sekedar menyandang untuk di Kampung Adat Urug(Lebak).

makna Guru tetapi tidak bisa Dua anak dari istri yang muda, pertama

mengamalkan nilai-nilai dibalik kata laki-laki, kedua perempuan di Cidogèr, 32 guru tersebut.

tokoh Prabu Mengenai

Sukajaya, Bogor. 30 Mengenai

Siliwangi yang dipercaya sebagai Siliwangi, menurut Abah Ukat hanya

identitas

Prabu

pendiri Kampung Urug, penulis lebih ada satu Prabu Siliwangi namun

condong pada penjelasan dari Abah namanya banyak. di satu tempat satu

Ukat, karena terdapat kesamaan antara nama, ketika dia muncul dan

nama-nama Prabu Siliwangi yang lain menghilang itu. Jayadewata namanya

yang disebutkan oleh Abah Ukat sewaktu

dengan yang tertulis di buku-buku Manahrasa, “setiap orang punya manah,

akademik sejarah, seperti Jayadewata, setiap orang punya rasa, (hati dan

Manah Rasa dan gelarnya Sribaduga perasaan).”disebut Prabu itu artinya

Maharaja, nama-nama tersebut ditulis orang tua (sepuh) yang tinggi ilmu

dalam beberapa buku akademik sejarah pengetahuannya, wangi itu harum, silih

mengenai sejarah Tanah Sunda atau berarti sifat (saling) harus silih asih,

sejarah Jawa Barat yang keterangannya silih asah dan silih asuh . Karena itu,

sebagian dikutip dari Prasasti Batu keharuman Pajajaran Bogor sampai

Tulis, Carita Ratu Pakuan atau Naskah sekarang tidak hilang. Sedangkan

Wangsakerta, sementara itu Abah Ukat makam Prabu Siliwangi menurut Abah

sekolah tingkat dasar kelas dua pun Ukat ada di Cipatat kolot atau Cipatat

tidak selesai, dari mana beliau bisa Girang, kecamatan Sukajaya kabupaten

tahu.

Bogor hanya tempat pulangnya di

sini. 31 Kehidupan Masyarakat Kampung

Dari keterangan tersebut, pertama

Adat Urug

megenai nama kampung Adat Urug memang pada awalnya bernama

Jumalah penduduk Kampung Adat Urug tercatat 5.125 jiwa dengan penduduk laki-laki berjumlah 2.875 30

Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (ketua Adat Urug Lebak), Bogor, 28 April 2012.

31 Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (ketua 32 Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (ketua Adat Urug Lebak), Bogor, 28 April 2012.

Adat Urug Lebak), Bogor, 28 April 2012.

98 Al-T urāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

mengadakan hajat 2.250 jiwa. Sama seperti masyarakat

jiwa dan penduduk perempuannya

yang

akan

pernikahan, walaupun tidak diwajibkan, sunda lainnya, warga Kampung Adat

tapi warga yang lainnya dengan Urug juga mengenal pemerintahan

kesadaran sendiri formal. Ketua Adat di sini hanya

sukarela dan

menyumbang makanan berupa kueh- pemimpin adat atau informal. Warga

kueh dan sebagainya. Hal ini karena Urug terbagi ke dalam 4 RW dan 15

mereka patuh pada ucapan leluhur RT. Untuk masalah pendidikan formal

kudu paheuyeuk-heuyeuk bisa dikatakan, tingkat pendidikan

mereka,

leungeun paantai-antai tangan, nulung warga Urug masuk dalam kategori

ka nu butuh, nalang ka nu susah rendah. Sampai bulan Maret-Juni 2012

(maksudanya harus saling membantu, tercatat hanya 384 murid Sekolah

bekerjasama atau saling menolong) Dasar, tingkat SLTP 235 orang, tingkat

Menurut penuturan bapak Adé SLTA 30 orang dan dua orang untuk

(SEKD ES Kiarapandak) “dahulu ketika tingkat perguruan tinggi. 33 zaman belum seramai dan secanggih

Dari segi politik sedikit sekali seperti sekarang, dalam adat pernikahan yang bisa dicatat, dalam PEMILU

itu, calon mempelai pria syaratnya misalnya, seperti penuturan Abah Ukat

harus bisa nutus (menganyam daun “Sudah menjadi adat di sini dalam

kiray untuk dijadikan atap rumah), masalah pemilu misalnya mengenai

sedangkan calon mempelai wanitanya Partai Politik itu PDI (Partai Demokrasi

harus bisa nutu, (menumbuk padi di Indonesia), karena dari dulu dari leluhur

lesung). 35 ”

kami juga PDI, Abah sempat bertanya masalah ini kepada warga yang sudah

Pertanian Sebagai Jalan Kehidupan

mempunyai hak pilih, apakah mau Seperti masyarakat Kasepuahan

diteruskan atau dimusnahkan? (maksud lainnya, masyarakat Kampung Adat dimusnahkan di sini mereka sama Urug mayoritas sebagai petani dalam

sekali tidak akan ambil bagian dalam mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-

PEMILU atau GOLPUT). Jawaban hari. Tercatat 4.320 orang 36 bekerja mereka, diteruskan, karena sudah

34 menjadi adat dari dahulunya”. sebagai petani, kepemilikan lahan

pertanian di Kampung Adat Urug Seperti

masyarakat

Sunda

adalah perorangan atau milik masing- lainnya warga Urug untuk sistem

masing, penulis kutip di sini beberapa kekerabatan tidak membedakan garis

petikan wawancara dengan para ketua keturunan baik dari pihak ayah maupun

adat mengenai pertanian yang menjadi pihak ibu karena bagaimanapun juga

mayoritas kegiatan warganya, termasuk mereka adalah bagian dari komunitas sejarah dan latar belakangnya. besar Masyarakat Sunda dan pada Dari penuturan Abah Ukat dasarnya mereka yakin berasal dari “Yang dilaksanakan di sini ada sumber yang sama. Yang menarik sikap beberapa kegiatan salah satunya dalam gotong royong dan saling membantu pertanian sebagai jalan kehidupan masih terasa. Penulis menyaksikan masyarakat di sini khususnya menanam sendiri, ketika ada salah satu warga padi wajibnya setahun sekali, Abah

menanam padi itu satu tahun sekali.

33 Monografi Kampung Adat Urug,

Desa

Kiarapandak, Kecamatan Sukajaya, kabupaten 35 Wawancara Pribadi dengan Bapa Ade Eka Bogor, Maret 2012 dan daftar siswa SDN

Komara (SEKDES Kirapandak), Bogor, 21 Kiarapandak 02 tahun ajaran 2011/2012

April 2012.

pertanggal April 2012. 36 Monografi Kampung Adat Urug, Desa 34 Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (Ketua

Kiarapandak, Kecamatan Sukajaya kabupaten Adat Urug Lebak), Bogor, 28 April 2012.

Bogor, Maret 2012.

Asep Dewantara : Peran Elit … 99

Bahan pokok pagi sore, padi. prabu berhubung Prabu Siliwangi menghilang siliwangi sebagai leluhur

dan menuju Kampung Adat Urug, jadi menguatkan

kami

segala-galanya dibawa oleh Prabu pertanian, senjatanya juga kujang, itu

kegiatannya

pada

siliwangi termasuk bibit padi yang lima alat pertanian. 37 Maka, kegiatan yang

itu. Syareatnya yang ditanam hanya digarap oleh abah tidak lewat dari

tiga, yang merah, putih dan hitam, pertanian, sebab tani itu tidak bisa

hakekatnya bibit yang lima tadi berbohong, yang dilaksanakan dalam

disimpan di suhunan (atap) rumah adat urusan padi yang sangat dimulyakan

urug Lebak yang berjumlah lima, satu sebagai tanda penghormatan karena

atap satu warna. Tiga yang gelar tadi, sebenarnya apa padi itu? secara syareat,

hakekatnya Gedong Gedè (Rumah Adat kita tidak akan punya tenaga jika tidak

Urug Lebak), Gedong Luhur atau ada padi. Diantaranya acara syukuran

Paniisan (tempat berteduh), berupa sebanyak lima kali sebagai ketuanya

bangunan panggung tinggi tapi tidak abah”.

terlalu besar dan GedongLeutik Berhubungan dengan pertanian 38 bangunan sangat kecil.

(padi), di Kampung Adat Urug dikenal “jika tahu pada badan Sri maka cerita tentang Dewi Sri, yang disebut

tahu pada badan kita, karena Sri setiap Nyai Sri, Nyai berarti perempuan.

hari kita makan, menyumbang dan Jenisnya merah, putih, hitam, hijau dan

mengisi badan kita salah satunya kuning gelarnya di pajajaran Bogor

menjadi tenaga yang kita gunakan oleh Prabu siliwangi kiriman dari Sorga

dalam aktifitas sehari-hari. Jadi Sri Maniloka dari Kahyangan Jagad

jangan di terlantarkan harus disayang, Suralaya dari para Dewa. Wujud

maka bahagia karena banyak dan awalnya berupa telur yang dijaga oleh

jangan mengeluh karena sedikit, ketika Dewa Anta selama 40 hari sampai

sedikit asalkan cukup dan manfaat bagi menetasnya. Awalnya selama 39 hari

kita, ketika banyak jangan disia-siakan, tidak menetas, Dewa Anta memanggil

coba bagaimana kalau kita sehari saja Prabu Siliwangi, oleh Prabu Siliwangi 39 tidak bertemu nasi?”

dicipta menjadi seorang manusia, Dalam berbagai upacara yang perempuan, dikenal dengan Dewi Sri,

dengan pekerjaan umur sekian tahun meninggal tanpa

berhubungan

menanam padi pada setiap tahap siklus dikubur digeletakkan begitu saja. Dari

pertanian, menurut keyakinan para kedua mata Dewi Sri keluar tanaman

petani, benih tanaman serta tanah berupa padi, tiga ikat dan dua ikat, jadi

tempat tertanam itu, memiliki jiwa, agar ada lima jenis seperti yang sudah ditulis

dapat menghasilkan buah yang menjadi di atas tadi, akhirnya yang hijau dan

sumber kehidupan, maka harus yang kuning menyatu ke dalam Raga

diperlakukan dengan baik. Pekerjaan Prabu Siliwangi. jenis yang merah,

menanam padi harus dilakukan menurut putih dan hitam gelar ke dunia menjadi

aturan-aturan yang pelik sekali, mulai padi seperti yang kita kenal sekarang.

dari penggunaan azimat dan doa-doa. Kelima jenis Padi itu Tadinya

apabila padinya sudah tua lalau diturunkan di Pajajaran Bogor,

dipotong dengan sebuah ketam yang terselindung dalam tangan, supaya tidak

37 Keterangan mengenai Kujang sebagai alat pertanian terdapat dalam naskah Sanghyang

Siksakandang Karesian.

38 Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (ketua Danasasmita, dkk., Sewaka Darma, Sanghyang

Lihat

Saleh

Adat Urug Lebak), Bogor, 15, 22 dan 28 April Siksakandang Karesian, Amanat Galunggung:

Transkripsi dan Terjemahan (Bandung: proyek 39 Wawancara Pribadi dengan Abah Amat (ketua pengkajian dan penelitian kebudayaan Sunda

Adat urug Tengah), Bogor, 16 dan 19 April (Sundanologi), 1987), h. 84 dan 108.

100 Al-T urāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

menakutkan dan menghalau jiwa Untuk mencapai keselarasan

tersebut, manusia harus mengetahui apa sangat sesuai dengan prinsip siklus

dermawan daripada padi itu. 40 Hal ini

yang diperbolehkan dan apa yang pertanian di Kampung Adat Urug,

dilarang dalam kehidupan sehari-hari, ketam sebagai alat tadisional memanen

maka ucapan dan tindakan harus padi masih digunkan, di daerah Sunda

seirama. Hal ini tercermin dalam pada umumnya ketam disebut ètèm

ungkapan warga kasepuhan, “mipit (ani-ani).

kudu amit ngala kudu mènta, nganjuk Yang menarik di sini, warga

kudu nawur nginjem kudu mulangkeun, Kampung Adat Urug tidak menjual

leungit kudu daèk ngaganti, sontakna hasil pertanian mereka, padi sebagai

kudu daèk nambal (mengambil dan bahan pokok pangan itu hanya untuk

memetik harus izin, mempunyai hutang keperluan sehari-hari. Selain bertani

harus dibayar, meminjam harus waraga Urug tercatat 1.279 orang 41 dikembalikan, hilang harus mengganti,

sebagai pedagang, dalam hal ini mereka rusak harus memperbaiki)” atau dalam yang menjadi pedagang eceran Ikan air

ungkapan “nganggo kudu suci, dahar laut di daerah Leuwiliang. Sementara

kudu halal kalawan ucap kudu lainnya

sabenerna, mupakat kudu sarèrèa, penambang emas Liar di Gunung

kebanyakkan

sebagai

ngahulu ka hukum, nyanghunjar ka Pongkor, dan mayoritas adalah anak

nagara (berpakaian harus bersih, muda.

makan harus yang halal, mufakat harus bersama-sama, patuh pada hukum dan

berlindung pada negara)”. 43

Kearifan Lokal Kampung Adat

Di Kampung Adat Urug, ngaji

Urug 44 diri ini disebut pula Tapa Manusa ,

memahami siapa sebenarnya jati diri

Konsep Ngaji Diri

manusia, hakekat manusia. Seperti penuturan Abah Ukat, Manusia

Ngaji diri (memahami diri sendiri diwajibkan untuk ngaji diri agar atau mawas diri) adalah suatu ajaran

mengetahui dirinya sendiri, manusia dasar pembinaan moral yang di

yang sudah mengenal dirinya sendiri dalamnya tercermin pula pengertian

akan dekat dengan Gustinya (Tuhan), koreksi

maka hidupnya tidak akan sombong dikembangkan di kalangan warga

diri. Ajaran

tersebut

dan angkuh, “samèmèh nyiwit batur, Kasepuhan sebagai upaya melawan

nyiwit heula diri sorangan (sebelum sifat buruk dalam diri manusia, seperti

mencubit orang lain, mencubit dulu diri iri dengki. Selain itu ajaran ini

sendiri)”, jika tidak ingin disakiti maka bertujuan untuk mencapai kondisi yang

jangan menyakiti orang lain, ingin tertib, selaras, aman dan tentram dalam

dihormati, maka dia akan menghormati diri manusia pada kehidupan sosial di

orang lain terlebih dahulu. Kemudian dunia sebagai bekal untuk kehidupan di

akherat nanti. 42

Tarsito, 1992), h. 37. Lihat pula Arthur S Nalan, Sanghyang Raja Uyeg: Dari Sakral Ke

40 Sartono Kartodirjo, ed., Elite Dalam Perspektif Profan (Bandung: Humaniora Utama Press, Sejarah , h. 15.

2000), h. 15-16.

Adimihardja, Kasepuhan yang Kiarapandak, Kecamatan Sukajaya kabupaten

41 Monografi Kampung Adat Urug,

Desa

43 Kusnaka

Tumbuh di Atas yang Luruh , h. 37. Arthur S Bogor, Maret 2012.

Nalan, Sanghyang Raja Uyeg: Dari Sakral Ke 42 Kusnaka

Profan , h. 15-16.

Tumbuh di Atas yang Luruh: Pengelolaan 44 Wawancara Pribadi dengan Mang Ujang Lingkungan Secara Tradisional di Kawasa

(warga dan kerabat Ketua Adat Kampung Gunung Halimun Jawa Barat (Bandung:

Urug), Bogor, 16 April 2012.

Asep Dewantara : Peran Elit … 101

untuk apa dia diciptakan, tiada lain ketika menerima tamu antara cacah dan untuk patuh pada peraturan, taat pada

mènak (masyarakat biasa dan pejabat perintah, dan melaksanakan apa yang

misalnya). Sebenarnya sama dengan dikehendaki Tuhannya.

sifat Rahman-Rahim, adil untuk semua Selanjutnya

sebenarnya yang disebut manusia? Tidak hanya itu, dalam ngaji diri Yaitu yang tidak iri dengki, jail dan

manusia harus pintar, luas pengetahuan menyakiti,

dan wawasannya, diwajibkan mencari berbohong, ulah ngaguar rusiah batur

ilmu seperti dalam ungkapan elmu (tidak membicarakan atau membongkar

tungtut dunya siar, nu awon kudu keburukkan orang lain). Manusia

disinglar (ilmu itu bisa diperoleh dari adalah yang mempunyai sifat benar dan

mana saja, hanya yang tidak baik harus jujur, welas asih dan tolong menolong,

dibuang atau disingkirkan). Tapa paheuyeuk-heuyeuk leungeun pantai-

manusa atau ngaji diri ini juga antai tangan , (saling membantu).

mengingatkan manusia agar tidak lupa Manusia harus bisa nulung ka nu butuh,

perkara, Tuhan nalang ka nu susah, nyaangan ka nu

kepada

dua

segala sesuatunya poèkkeun, ngahudangkeun ka nu labuh,

menciptakan

berpasangan, ayah dan ibu, laki-laki ngajait ka nu raheut (menolong kepada

dan perempuan, siang dan malam, yang membutuhkan dan kesusahan,

terang dan gelap, hakekat dan sareat memberi penerangan kepada yang

dan lain sebagainya, tujuannya adalah kegelapan,

keseimbangan, maka manusia dalam terjatuh dan mengobati yang sedang

membangunkan

yang

hidupnya harus seimbang, tidak terluka). 45 Dalam tapa manusa ,

berlebihan tapi tidak kekurangan. manusia harus bisa seperti meri ngojay

Masyarakat Kampung Adat Urug di leuwi, sireum leumpang dina batu yang menjadikan pertanian sebagai (angsa berenang di telaga, semut

jalan kehidupan, dalam ajaran ngaji diri berjalan di atas batu). Angsa berenang

untuk keseimbangan dunia dan akherat di telaga dan semut berjalan di atas batu

mengenal istilah tunda geusan alaeun tidak meninggalkan bekas atau jejak,

dan teundeun geusan sampeureun. bersih, maka manusia dalam hidupnya

Tunda geusan alauen (ditunda sebentar harus bersih dari sifat-sifat tercela. 46 untuk dipetik hasilnya dalam waktu

Konsep tapa manusa atau ngaji deukat) dalam hal ini kegiatan mereka diri juga mengharuskan manusia untuk

bertani, hasilnya bisa dinikmti di dunia bersikap adil, tergambar dalam

sekarang, seperti padi, palawija dan ungkapan ulah nyiwit ka nu hideung

sebagainya, tapi tetap harus ingat mipit ulah montèng ka nu konèng, ulah

kudu amit ngala kudu menta (memetik ngadèngdèk topi (jangan mencubit yang

dan mengambil harus izin kepada yang hitam, jangan berpaling ke yang

punya), semua orang jika menanam kuning, jangan miring tutup kepala)

pohon pisang misalnya, tidak dengan artinya, harus adil dan bijak, tidak berat

gula, lalu siapa yang memberi rasa sebelah, tidak membedakan perlakuan

manis pada buah pisang ketika masak? terhadap orang-orang kelas menengah-

Maka harus sadar dan ingat pada siapa atas dan kalangan bawah. misalnya

yang memberi manisnya agar selalu dalam menerima tamu harus disamakan

bersyukur, karena manusia sebenarnya tidak daya dan upaya, hanya Allah yang

kuasa. Maka di sini harus hati-hati

Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (Ketua Adat Urug Lebak), Bogor, 15 April 2012.

jangan berlawanan dengan aturan, baik

yang ada dalam kitab Al- Qur’an

46 Wawancara Pribadi dengan Mang Ujang

(warga dan kerabat Ketua Adat), Bogor, 16

maupun di adat sebagai ilmu papaku.

April 2012.

102 Al-T urāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

Kata teundeun geusan sampeureun Manusia bernapas sama sekali tidak (disimpan untuk dijemput kemudian

direncanakan, tidak pula berencana hari), yaitu mengerjakan ibadah yang

akan mengedipkan kelopak mata setiap lima waktu dan ibadah-ibadah lainnya,

waktunya, Maka harus sadar siapa yang itu untuk disimpan, ditabung sekarang

membuat udara keluar masuk dalam dan diambil hasilnya ketika menuju

dan siapa yang alam keabadian, akherat. 47 mengedipkan kelopak mata kita. Jadi Konsep ngaji diri sebagai koreksi

hidung

kita

manusia harus menggunakan dengan diri sendiri dijelaskan oleh Abah Amat

baik setiap anugrah-Nya, jangan yang selalu dihubungkan dengan Sri

digunakan untuk hal yang negatif (padi). “Jika paham dengan Sri maka

akan dimintai akan paham dengan badan sendiri,

karena

nanti

pertanggungjawabannya”. 49 karena Sri setiap hari kita makan,

Selain ajaran moral dan etika menyumbang dan mengisi badan kita

yang sudah dijelaskan di atas, konsep salah satunya menjadi tenaga yang kita

ngaji diri atau tapa manusa juga gunakan dalam aktifitas sehari-hari.

untuk menjaga Jadi Sri jangan diterlantarkan, harus

mengajarkan

kehormatan kaum perempuan. Bisa disayang maka bahagia karena banyak

diketahui dari ungkapan ulah ngahakan dan jangan mengeluh karena sedikit,

barang atah (jangan memakan barang ketika sedikit asalkan cukup dan

mentah), barang mentah di sini ternyata manfaat bagi kita, ketika banyak jangan

konotasi untuk perempuan yang belum disia-siakan, bagaimana seandainya

melalui akad nikah itu jangan sehari saja tidak bertemu nasi”? 50 dicampuri. Bahkan menurut Abah

Menurut kepercayaan masyarakat Ukat, lahan pertanian setelah proses Kampung Adat Urug tiga jenis padi

penen, baru bisa digarap kembali jika yaitu padi merah, putih dan hitam pada

sudah melewati waktu 40 hari, sama hakekatnya menjadi bagian dari diri

halnya dengan Istri yang sudah manusia, padi merah menjadi darah,

melahirkan, tidak boleh dicampuri padi putih menjadi sumsum dan padi 51 sebelum melewati waktu 40 hari.

hitam menjadi rambut-rambut yang ada Dalam naskah Sunda lama, pada tubuh manusia. 48 Sanghyang Siksakandang Karesian ada

larangan agar jangan mendekati Estri menambahkan, dalam tubuh manusia

Larangan (perempuan yang sudah terdapat hitung-hitungan yaitu, dua

dipinang, tunangan atau istri orang lain) puluh, delapan dan sembilan. Yang

dan Rara Hulanjar (janda-perawan) duapuluh, sepuluh di atas sepuluh di

untuk menghindari fitnah dan menjaga bawah, adalah jari jemari di tangan dan

Ingeutkeun na kaki manusia, yang delapan adalah

kesucian

diri.

Karesian, deung empat ruas tangan dan empat ruas kaki

Siksakandang

iseuskeun na haloan, ulah ngeringkeun dan yang sembilan adalah dua mata,

estri larangan sakalih, rara hulanjar dua lubang telinga, dua lubang hidung,

sakalih, bisi keuna ku haloan mulut dan dua lubang pembuangan

panghawanan. Maka nguni ngarowang dalam tubuh manusia. Maknanya itu

tangan, sapanglungguhann di catang, semua pada hakekatnya

adalah

pemberian dari Tuhan, titipan dari Tuhan, anugrah yang Dia berikan. 49 Wawancara Pribadi dengan Abah Amat (Ketua

Adat Urug Tengah), Bogor, 19 April 2012.

50 Wawancara Pribadi dengan Mang Ujang

47 Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (Ketaua (warga dan Kerabat Ketua Adat Urug), Bogor, Adat Urug Lebak), Bogor, 15 April 2012.

16 April 2012.

48 Wawancara Pribadi Dengan Abah Amat (Ketua 51 Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (Ketua Adat Urug Tengah), Bogor, 19 April 2012.

Adat Urug Lebak), Bogor, 28 April 2012.

Asep Dewantara : Peran Elit … 103

di balè, patutunggalan, haloan si 54 dikepalkan artinya jangan memetik panglungguhan ngara(n)na. Patanjeur-

buah-buahan di kebun orang, jika kita tanjeur

memang mau, ya harus meminta izin patutunggalan, haloan si pana taran

di pipir,

di

buruan

kepada si Pemilik kebun. Di lingkungan ngara(n)na. (ingat-ingat

Kampung Adat atau Kasepuhan, hal siksakandang karesian dan perhatikan

dalam

semacam inilah yang disebut pamali, dalam godaan. Jangan berjalan

sebenarnya sama dengan apa yang mengiringi semua wanita larangan, 55 dikatakan haram dalam agama Islam ,

semua rara hulanjar, agar tidak terkena maksud dan tujuannya sama hanya godaan di perjalanan. Demikian pula

berbeda istilah saja. memegang tangannya, duduk bersama

Di tambahkan oleh Bapa Ade Eka di bangku, di balai berdua saja. Disebut

Komara bahwa “Ungkapan mipit kudu godaan ditempat duduk. Berdiri di

amit ngala kudu menta menganjurkan belakang rumah atau di halaman berdua

untuk hidup tertib, jangan sembarangan, saja. Disebut godaan ditempat berdiri

kenapa? Bisi aya tunggul kalarung namanya). 52 catang karumpak (untuk menghindari

Pada Masyarakat Kampung Adat terambilnya hak orang lain oleh Urug, ajaran ngaji diri atau tapa 56 Kita).”

manusa tersebut diuraikan lagi sehingga Dalam naskah Sunda lama, melahirkan beberapa larangan atau

Sanghyang Siksakandang Karesian, anjuran yang disebut talèk (aturan

terdapat juga larangan mencuri. hidup) baik untuk pribadinya sendiri

Nyangcarutkeun

sakalih ma

ngara(n)na: mipit mo amit, ngala mo bawah ini, penulis jelaskan adat istiadat

maupun untuk hidup bermasyarakat. Di

mènta, ngajuput mo sadu. Maka nguni atau nilai-nilai budaya yang menjadi

tu: tunumpu, maling, ngetal, ngabègal; kearifan lokal di Kampung Adat Urug

sing sawatek cekap carut, ya dalam kehidupan sosial masyarakatnya.

nyangcarutkeun sakalih ngara(n)a . (yang disebut menghianati orang lain

1. Larangan Untuk Mengambil adalah memetik milik orang tanpa izin, Yang Bukan Haknya

mengambil tanpa meminta, memungut Larangan untuk mengambil yang

tanpa memberi tahu. Demikian pula bukan haknya ini tergambar dalam

mencuri, merampok, ungkapan Mipit kudu amit, Ngala kudu

merampas,

menodong; segala macam perbuatan mènta 53 artinya mengambil atau

hianat ya, menghianati orang lain memetik itu harus meminta izin kepada

namanya. Mencuri termasuk dalam yang mempuyainya, dengan kata lain

Panca Gati , yaitu lima penyakit hati jangan mencuri. Para ketua Adat di

yang harus dihindari. 57 Kampung Urug dan warga umumnya

juga mengatakan hal yang sama, 54 Wawancara Pribadi dengan Mang Ujang bahkan ada istilah jika kita melewati

(warga dan kerabat Ketua Adat Urug), Bogor,

kebun seseorang, tangan itu harus

16 April 2012. 55 Wawancara Pribadi dengan Mang Misnan

(warga Kampung Adat Urug), Bogor, 18 April 2012. Wawancara Pribadi dengan Abah Amat (Ketua Adat Urug Tengah), Bogor, 17 April 2012.

52 Saleh Danasasmita, dkk., Sewaka Darma, 56 Wawancara Pribadi dengan Bapa Ade Eka Sanghyang Siksakandang karesian, Amanat

komara (Sekretaris Desa Kiarapandak), Bogor, Galuggung: Transkripsi

dan Terjemahan 21 April 2012.

(Bandung: Proyek Penelitian dan Pengkajian 57 Saleh Danasasmita, dkk., Sewaka Darma, Kebudayaan Sunda, 1987), h. 78 dan 101.

Sanghyang Siksa Kandang Karesian, Amanat 53 Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (Ketua

Galunggung: Transkripsi dan Terjemahan , h. Adat Urug Lebak), Bogor, 15 April 2012.

76 dan 98.

104 Al-T urāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

Pada Masrakat Kampung Adat murah bacot , si pribumi harus Urug, ungkapan Mipit kudu amit ngala

menawari tamu untuk mencicipinya, kudu mènta tidak hanya berarti secara

tidak ditawari, harfiah saja, yaitu larangan jangan

karena

jika

kemungkinan si tamu agak sungkan mencuri. Dibalik arti itu terdapat makna

padahal sebenarnya mau. Dan perlu yang dalam menganai rasa syukur

diingat satu hal, murah bacot murah mereka terhadap Yang Maha Kuasa.

congcot ini harus dilakukan dengan Pada hakekatnya bumi beserta seluruh

ikhlas, jangan mengeluh jika makanan isinya ini adalah milik Tuhan yang

yang sudah disuguhkan itu habis oleh dianugrahkan

kepada

segenap

tamu, karena hal semacam itu merusak mahluknya, tanaman padi yang menjadi 59 amal ibadah kita. Anjuran ini

bahan pokok mereka dan tanaman sepertinya lahir karena Kampung Adat lainnya, tumbuh di atas bumi-Nya atas

Urug sering dikunjungi tamu baik pada izin-Nya pula, maka ketika akan

hari-hari biasa maupun pada upacara mengambil atau memanen hasil dari

adat, dan untuk bahan panganan sebagai tanaman itu, harus memohon izin dulu

hidangan sang tamu, warga Kampung kepada Pemilik bumi.

Adat Urug selalu tersedia, karena Ungkapan rasa syukur ini mereka

mereka belum pernah kekurangan wujudkan dalam acara adat Seren Taun,

bahan pokok makanan terutama beras. syukuran atas hasil panen 58 dalam acara

Ternyata murah bacot murah adat ini diadakan selamatan dan doa,

congcot tidak hanya sikap ramah tamah berterimakasih kepada Sang Pencipta

kepada tamu, murah dalam perkataan atas hasil panen tahun ini dan semoga

tidak hanya dikhususkan kepada tamu, panen pada tahun-tahun berikutnya juga

tapi umum untuk semua orang, bagus.

maksudnya kita harus mau menyapa orang lain terlebih dahulu, bertutur kata dengan baik dan sopan, permisi jika

melewati orang lain di jalan karena Congcot

dengan begitu kita pasti akur dan akrab Murah Bacot artinya senang

lain, begitupun menyapa orang lain dengan ramah dan

dengan

orang

kita adigung sopan santun, sedangkan murah

sebaliknya

jika

(sombong), tidak akan ada yang mau congcot, baik hati suka memberi atau

akrab denga kita. Contoh jika kita berbagi makanan, congcot atau aseupan

bertandang ke kampung orang terus kita adalah alat tradisional untuk menanak

mau menyapa dengan ramah dan sopan nasi berbentuk kerucut yang terbuat

pasti disenangi diajak mampir, sekadar dari anyaman berbahan baku bambu,

air minum pasti ada. 60 terkadang digunakan sebagai alat

Murah bacot itu sama juga halnya mengukus.

jika kita tidak mengerti atau tidak tahu, melambangkan makanan.

harus bertanya dan tahu tempat Murah bacot murah congcot bertanya. Masalah pertanian harus

secara harfiah adalah sikap ramah bertanya kepada petani, ke ahli-ahli tamah yang harus ditunjukkan seorang

pertanian, masalah penyakit ke dokter, pribumi kepada tamu. Murah congcot

itu juga dinamakan murah bacot. berarti si pribumi harus menjamu tamu dengan hidangan yang ada, jika

59 hidangan sudah disuguhkan maka harus Wawancara Pribadi dengan Abah Amat (Ketua

Adat Urug Tengah) dan Abah Kayod (Ketua Adat Urug Tonggoh), Bogor, 19 April 2012.

58 Mengenai acara Seren Taun dijelaskan pada 60 Wawancara Pribadi dengan Mang Ujang bab-IV sebagai salah satu media pelestarian

(Warga dan Kerabat Ketua Adat), Bogor 16 adat.

April 2012.

Asep Dewantara : Peran Elit … 105

Murah congcot juga tidak hanya suka jangan sampai keluarga berantakan memberi makanan kepada tamu, tapi

karena orang tuanya tidak bisa kepada siapa saja jika kita punya harus

nah di sinilah berbagi, terutama kepada mereka yang

memimpin,

penghormatan kepada kedua orang tua sangat membutuhkan. 61 sangat diwajibkan. Nah sekarang ratu

atau pemerintah, tentunya ratu yang Siksakandang tertulis Tadaga carita

Dalam naskah

Sanghyang

harus diikuti itu yang bagaimana? angsa, Gajendra carita banem,

Jangan apabila ratu yang tidak baik, matsyanem carita sagarem, puspanem 63 djolim kepada rakyatnya”.

carita bangbarem (telaga dikisahkan “Ada peribahasa, Indung kudu oleh angsa, hutan dikisahkan oleh

dipunjung, bapa kudu dipuja, munjung gajah, ikan mengisahkan samudra dan

ulah sok ka gunung, muja ulah sok ka bunga dikisahkan oleh kumbang),

sagara (jangan menyembah pada maknanya jika kita ingin bertanya suatu

gunung dan lautan tapi “sembahlah” ibu hal maka tanyalah pada ahlinya. 62 bapa/kedua orang tua), karena indung

tunggul rahayu bapa tangkal darajat ,

3. Guru Ratu Wong Atuo Karo Kalau kita ingin punya kerahayuan, Guru Ratu Wong Atua karo ,

keselamatan hidup dunia dan aherat, wajib

mintalah do’a kepada ibu, jangan ke (pemerintah) dan kedua orang tua,

mana-mana dan benar-benar ibu kita itu terutama kedua orang tua, “itu adalah

harus dihormat. Apabila ingin punya pakem sepuh. Jadi Orang tua itu

derajat kehidupan, jangan pergi ke merupakan Guru dan sekaligus Ratu,

mana-mana tapi datangi yang jadi bapa, kenapa kedua orang tua ditulis di

mintalah do’anya, benar-benar hormati belakang, bukan berati kedua orang tua

bapa apabila kita ingin punya derajat menjadi yang terakhir dihormat diantara

kehidupan, karena kuncinya ada pada ketiganya, justru harus paling pertama

orang tua, sebab ridhonya Allah SWT dan utama dihormat, karena tadi, kedua 64 ada pada orang tua kita”.

orang tua itu berperan atau mempunyai Kalimat Guru Ratu wong Atua

f ungsi sebagai Guru dan Ratu”. karo ini bisa diartikan secara terpisah Begitulah penuturan dari Bapak Ade

atau dalam satu kesatuan yang Eka komara yang tidak jauh berbeda

merupakan simbol, seperti yang sudah maknanya dengan yang disampaikan

dijelaskan tadi, terutama kita harus oleh ketiga orang ketua adat mengenai

menghormati kedua orang tua. Orang penghormatan kepada orang tua.

tua mempunyai fungsi sebagai guru Selanjutnya beliau menuturkan,

harus bisa mendidik, karena orang tua “dalam ruang lingkup terkecil, rumah

itu pendidik pertama dan utama, karena tangga atau keluarga, Orang tua itu

pengajaran yang didapat anak-anak di harus bisa menjadi guru bagi anak

sekolah itu bisa dihitung hanya cucunya misal, dengan memberikan

beberapa jam saja, sementara di contoh yang baik dengan ucapan, sikap

lingkungan keluarga si anak jauh lebih dan perilaku. Yang disebut menjadi ratu

banyak mendapat didikan dan nasehat di sini harus bisa memimpin keluarga,

dari orang tua, maka dari itu orang tua disebut pendidik pertama dan utama

61 Wawancara Pribadi dengan Bapak Ade Eka Komara (SEKDES Kiarapandak), Bogor 21 63 Wawancara Pribadi dengan Bapak Ade Eka

April 2012. Komara (SEKDES Kiarapndak), Bogor, 21 April 62 Saleh Danasasmita, dkk., Sewaka Darma,

Sanghyang Siksa Kandang Karesian, Amanat 64 Wawancara Pribadi dengan Bapak Ade Eka Galunggung: Transkripsi dan Terjemahan , h.

Komara (SEKDES Kiarapandak), Bogor, 21 April 106-107

106 Al-T urāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

yang harus mempunyai sifat tutwuri segala sesuatu. Misalnya makan hanya handayani , bisa membimbing dan

sekedar penghilang lapar, minum mengawasi dari belakang agar perilaku

sekedar menghilangkan haus dan tidur anak tidak nyolowèdor (menyimpang),

hanya untuk menghilangkan kantuk, tidak melanggar aturan agama, negara

jangan berlebihan, dan jangan pula dan adat. Ratu adalah pimpinan, orang

kekuarangan asal berkecukupan. tua terutama ayah harus bisa memimpin

makan hanya penghilang lapar keluarga, karena seorang pemimpin itu

tujuannya untuk menghindari sifat akan dimintai pertanggungjawabannya

rakus, ketika manusia sudah memiliki di akherat, yang namanya pemimpin di

sifat rakus, tamak dan serakah, sini harus mempunyai kebijakkan dan

ngarawu ku siku (mengambil seusatu kesejahteraan. Sejahterakan kehidupan

bukan lagi dengan ukuran kepalan anak-anaknya oleh ilmu baik di

tangan tapi dengan siku) yang pada sekolahkan maupun dipesantrenkan.

akhirnya hak orang lain terambil. Sementara jika diartikan secara

Kemudian tidur hanya penghilang terpisah, dengan logika yang sederhana

kantuk, manusia itu hidup punya saja, bagaimana pun juga jika kita

kewajiban baik masalah dunia maupun melawan kapada kedua orang tua, maka

aherat, jangan siang dan malam tidur, akan durhaka, melawan kepada guru,

siang untuk bekerja mencari nafkah ilmu tidak akan bermanfaat, dan

untuk keluarga, malam untuk istirahat, melawan kepada Ratu, pemerintah yang

segala seuatu juga harus pada waktu baik artinya orang yang sedang

dan tempatnya. Juga bisa menimbulkan mempunyai kekuasaan atau jabatan,

penyakit jika tidur dan makan maka akan mendapat kesusahan. 66 berlebihan.

naskah Sanghyang Siksakandang Karesian, “manusia

Bahkan dalam naskah Sanghynag

Dalam

Siksakandang Karesian, tertulis Jaga sejati” adalah dia yang menyempatkan

rang hèès tamba tun(n)duh, nginum untuk mengunjungi kedua orang tuanya

tamba hanaang, nyatu tamba ponyo, sesibuk apapun. aya twah urang ma

ulah urang kajon(ng)jonan. Yatnakeun eureunan. Hanteu twah urang ma

maring ku hanteu . (Hendaklah kita tidur ungang ambu bapa. Kalingana janma

sekedar penghilang kantuk, minum ngaranna. Ya sinangguh paramarta

sekedar penghilang haus, makan wisesa. Nya sang purna sarira, nya wit

sekedar penghilang lapar, janganlah ning hayu, ya puhun ning bener (Bila

kita berlebih-lebihan. Ingatlah bila sedang sibuk tundalah sementara,

suatu saat kita tidak memiliki apa- apalagi bila sedang tidak ada pekerjaan, 67 apa. Pada masyarakat Kasepuhan

untuk menjenguk ibu bapak, itulah yang

berkecukupan ini, tidak disebut manusia sejati, yang disebut

hidup

berlebihan dan tidak kekurangan, keutamaan

disebut Siger tengah (ditengah-tengah), sempurna, benih kebajikkan dan pohon

tertinggi,

berpribadi

diungkapkan dengan kalimat ulah kebenaran). 65 hareup teuing bisi tijongklok, ulah

tukang teuing bisi tijengkang (jangan

Mandiri Hidup sederhana di sini

maksudnya jangan berlebihan dalam 66 Wawancara pribadi dengan Bapak Ade Eka

(Sekretaris Desa Kiarapandak), Bogor, 21 April 2012.

65 Saleh Danasasmita, dkk., Sewaka Darma, 67 Saleh Danasasmita, dkk., Sewaka Darma, Sanghyang Siksa Kandang Karesian, Amanat

Sanghyang Siksa Kandang Karesian, Amanat Galunggung: Transkripsi dan Terjemahan , h.

Galunggung: Transkripsi dan Terjemahan , h. 81 dan 105

82 dan 105.

Asep Dewantara : Peran Elit … 107

terlalu depan, nanti tersungkur, jangan sekali cukup untuk persediaan, minimal terlalu belakang, nanti terlentang). 68 dua tahun. Air melimpah, tidak

Disamping cukup, hidup juga kekeringan pada saat musim kemarau, harus mandiri, dituliskan pula dalam

karena mereka merawat alam, menjaga naskah

hutan larangan, yang dijadikan kayu Karesian, ini pangimbuh ning twah

Sanghyang

Siksakandang

bakar hanya batang pohon yang sudah pakeun mo tiwas kalamanghurip,

kering atau mati. lauk pauk mereka pakeun wastu di imah di maneh. Emet,

sediakan sendiri, seperti telur, ayam, imeut, rajeun, leukeun, pakapredana,

itik, kecuali ikan asin mereka membeli morogol-rogol, purusa ning sa,

begitu juga dengan pakaian. widagda,

hapitan,

karawaleya,

cangcingan, langsitan. Jaga rang

5. Pengendalian Alat Tubuh ngajadikeun gaga-sawah, tihap ulah

Salah satu jalur pamali di sangsara. Jaga rang nyieun kebon,

Urug yaitu tihap ulah ngu(n)deur ka huma beet

kampung

Adat

mengendalikan alat tubuh. Alat tubuh sakalih, ka huma lega sakalih. Hamo

atau indera kita jangan sampai ma beunang urang laku sadu. Cocooan

disalahgunakan untuk hal-hal yang ulah tihap meuli mulah tihap nukeur.

tidak baik. Indra kitapun sudah tau Pakarang ulah tuhap nginjeum (ini

masing-masing Sekarang pelengkap perbuatan agar tidak gagal

haknya

misalnya hidung hanya bisa mencium, dalam hidup agar rumah tangga kita