contoh dan konflik di indonesia

TUGAS SOSIOLOGI
KONFLIK SAMPIT
NAMA : SUSANTI
NIM : 2720140027
FIKES P2K

A. Latar belakang
Konflik sampit adalah pecahnya kerusuhan antara dua etnis di Indonesia, konflik ini terjadi pada
Februari 2001 dan terjadi sepanjang tahun itu. Perang sampit ini terjadi antara etnis Dayak sebagai
penduduk lokal dan Madura sebagai pendatang. Kerusuhan sampit ini pecah pada 18 Februari 2001
dan sekitar 500 orang Madura tewas.10.000 jiwa kehilangan tempat tinggal. Suku Madura pertama
tinggal di Kalimantan pada tahun 1930 dibawah program transmigrasi yang dicanangkan oleh
pemerintah kolonial Belanda dan dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia. Sebenarnya dalam kasus ini
terjadi kecemburuan sosial antara penduduk lokal dan pendatang. Dimana pendatang disana
menguasai perekonomian, perindustrian, perkayuan dan perindustrian. Suku Dayak kerap kali
mengalah kepada suku pendatang. Mereka juga sangat terdesak di tanahnya sendiri. Hingga kampung
mereka pun berkali-kali berpindah karena mengalah dari para penebang kayu(suku Madura) yang
terus mendesak mereka masuk ke dalam hutan. Suku Dayak juga sering mendapatkan ketidakadilan
dalam hukum bilamana suku Dayak yang menjadi korban.
B. Awal mula kejadian
Kerusuhan yang terjadi di sampit hanyalah salah satu rangkaian peristiwa kerusuhan yang terjadi oleh

suku Madura yang sejak berdirinya Kalimantan Tengah telah melakukan lebih dari 13 kali kerusuhan
besar dan banyak sekali kerusuhan tersebut yang mengakibatkan korban dari pihak Dayak. Sangat
banyak kasus-kasus yang telah memicu pertikaian antara kedua suku ini,yaitu :
1. Pada tahun 1972, seorang gadis Dayak diperkosa. Kasus tersebut hanya diselesaikan dengan hukum
adat.
2. Tahun 1982 terjadi pembunuhan seorang Dayak oleh suku Madura, pelaku tidak tertangkap karena
kemungkinan pembunuh kembali ke pulau Madura.
3. Tahun 1983, pengeroyokan satu orang dayak oleh tiga puluh orang Madura, diadakan perdamaian
antara kepala suku Dayak dan Madura.
4. Tahun 1996, seorang gadis Dayak diperkosa di gedung bioskop Panala dan dibunuh dengan kejam
dan sadis oleh orang Madura, ternyata hukumannya ringan.
5. Tahun 1997, di desa Karang Langit, Barito Selatan orang Dayak dikeroyok oleh orang Madura
dengan perbandingan kekuatan 2:40,dengan skor orang Madura mati semua. Padahal orang Dayak
pada saat itu hanya ingin mempertahankan diri dari orang Madura yang jumlahnya sangat banyak.
Kasus ini ditutup dengan hukuman berat bagi orang Dayak.

6. Tahun 1997, anak laki-laki suku Dayak yang bernama Waldi tewas dibunuh oleh orang Madura
yang berjualan sate di daerah itu. Waldi tewas secara mengenaskan dengan lebih dari tiga puluh
tusukan di badannya.
7. Tahun 1998, terjadi lagi pengeroyokan orang Dayak oleh 4 orang Madura. Orang Dayak itu tewas.

Kasus ini tidak terselesaikan karena pengeroyok tidak dapat ditemukan karena kemungkinan telah
kembali ke asalnya.
8. Tahun 1999, di Palangka Raya, seorang petugas Tibum (ketertiban umum) dibacok oleh orang
Madura, pelakunya di tahan di Polresta Palangka Raya, namun besok harinya datang sekelompok
suku Madura menuntut agar temannya tersebut dibebaskan tanpa tuntutan. Ternyata pihak Polresta
Palangka Raya membebaskannya tanpa tuntutan hukum.
9. Tahun 1999, kembali terjadi seorang Dayak dikeroyok oleh beberapa orang suku Madura karena
masalah sengketa tanah. Dua orang Dayak dalam perkelahian tidak seimbang itu mati semua.
Sedangkan pembunuh lolos, malahan orang Jawa yang bersaksi dihukum 1,5 tahun karena dianggap
membuat kesaksian fitnah terhadap pelaku pembunuhan yang melarikan diri itu.
10. Tahun 1999, di Pangkut, ibukota Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin Barat, terjadi
perkelahian massal dengan suku Madura. Gara-gara suku Madura memaksa mengambil emas pada
saat suku Dayak menambang emas. Perkelahian itu banyak menimbulkan korban pada kedua belah
pihak, tanpa penyelesaian hukum.
11. Tahun 1999, di Tumbang Samba, terjadi penikaman terhadap suami-isteri bernama Iba oleh tiga
orang Madura. Pasangan itu luka berat. Dirawat di RSUD Dr. Doris Sylvanus, Palangka Raya. Biaya
operasi dan perawatan ditanggung oleh Pemda Kalteng. Namun para pembacok tidak ditangkap,
katanya? sudah pulang ke pulau Madura. Kronologis kejadian tiga orang Madura memasuki rumah
keluarga Iba dengan dalih minta diberi minuman air putih, karena katanya mereka haus, sewaktu Iba
menuangkan air di gelas, mereka membacoknya, saat istri Iba mau membela, juga di tikam. Tindakan

itu dilakukan mereka menurut cerita mau membalas dendam, tapi salah alamat.
12.Tahun 2000, di Pangkut, Kotawaringin Barat, satu keluarga Dayak mati dibantai oleh orang
Madura, pelaku pembantaian lari, tanpa penyelesaian hukum.
13. Tahun 2000, di Palangka Raya, 1 satu orang suku Dayak di bunuh oleh pengeroyok suku Madura
di depan gedung Gereja Imanuel, Jalan Bangka. Para pelaku lari, tanpa proses hukum.
14. Tahun 2000, di Kereng Pangi, Kasongan, Kabupaten Kotawaringin Timur, terjadi pembunuhan
terhadap SENDUNG (nama kecil). Sendung mati dikeroyok oleh suku Madura, para pelaku kabur,
tidak tertangkap, karena lagi-lagi katanya sudah lari ke Pulau Madura. Proses hukum tidak ada karena
pihak berwenang tampaknya belum mampu menyelesaikannya (tidak tuntas).
15. Tahun 2001, di Sampit (17 s/d 20 Februari 2001) warga Dayak banyak terbunuh karena dibantai.
Suku Madura terlebih dahulu menyerang warga Dayak.
16. Tahun 2001, di Palangka Raya (25 Februari 2001) seorang warga Dayak terbunuh diserang oleh
suku Madura. Belum terhitung kasus warga Madura di bagian Kalimantan Barat, Kalimantan Timur
dan Kalimantan Selatan. Suku Dayak hidup berdampingan dengan damai dengan Suku Lainnya di
Kalimantan Tengah, kecuali dengan Suku Madura. Kelanjutan peristiwa kerusuhan tersebut (25
Februari 2001) adalah terjadinya peristiwa Sampit yang mencekam.

C. Terjadinya perang
Tidak sedikit kasus pembunuhan orang dayak (sebagian besar disebabkan oleh aksi premanisme
Etnis Madura) yang merugikan masyarakat Dayak karena para tersangka (kebetulan orang Madura)

tidak bisa ditangkap dan di adili oleh aparat penegak hukum. Etnis madura yang juga punya latar
belakang budaya kekerasan ternyata menurut masyarakat Dayak dianggap tidak mampu untuk
beradaptasi (mengingat mereka sebagai pendatang). Sering terjadi kasus pelanggaran “tanah larangan”
orang Dayak oleh penebang kayu yang kebetulan didominasi oleh orang Madura. Orang Dayak
merasa sangat tersudut ditanahnya sendiri. Mereka seolah tidak dilindungi dari pihak hukum.
Sementara orang Madura semakin merasa diatas angin di kota Sampit. Seakan mereka tidak peduli
akan perasaan warga lokal disana. Situsi semakin hari semakin panas. Orang Madura mempunyai
keinginan untuk menjadikan kota Sampit sebagai kota Sampang ke-2. Mereka melupakan pepatah di
tanah Borneo tersebut yaitu, ''dimana tanah dipijak,disitu langit dijunjung''. Pada tanggal 18 februari
2002 di sebuah pasar di kota Sampit,seorang ibu yang sedang hamil dibunuh dengan kejam. Perutnya
dibelah dan janin dalam perut ibu tersebut dikeluarkan lalu dibuang. Darah dari seorang ibu dan
janinnya tadi dijadikan tinta untuk menulis di sebuah spanduk besar yang bertuliskan, ''Sampit sebagai
Sampang kedua''. Kejadian ini memang sepertinya telah direncanakan oleh pihak Madura.Mereka
juga berkeliling kota Sampit sambil meneriakkan ''Matilah kau Dayak''. Bom molotof pun berjatuhan
di rumah-rumah orang Dayak. Tidak sedikit juga mereka membakar rumah orang Dayak. Orang
Dayak menjadi takut dan mereka berlari masuk ke dalam hutan. Kepala suku mereka telah sangat
murka dan memberi ultimatum kepada orang bahwa apabila dalam 3 hari mereka tidak keluar dari
Sampit, maka Dayak akan memerangi warga Madura. Sudah sangat banyak pengungsi dari pihak
Madura dan Dayak. Lebih dari 10.000 pengungsi telah diungsikan ke Surabaya dan ke Palangkaraya.
Ultimatum tadipun tidak dihiraukan oleh warga Madura sehingga terjadilah perang etnis disana. Suku

Dayak berhasil mengambil kembali rumahnya yang hampir diambil oleh suku lain.Banyak rumah
yang terbakar, toko-toko milik kedua etnis tadi lenyap serta kurang lebih 500 korban tewas. Tidak ada
yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. Dalam kata lain perang hanya meninggalkan tangis dan
air mata, dan juga kenangan yang sangat menyakitkan.
D. Kesimpulan
Adanya masalah kesukuan seperti perebutan kekuasaan dan sulitnya bernegosiasi terhadap pihak
suku sehingga lambat laun akan menjadi konflik horizontal di daerah. Untuk menyelesaikan masalah
kesukuan seperti ini yang lebih bertanggung jawab adalah pemerintahan daerah sebagai aktor utama
namun perlu juga bantuan dari pemerintahan pusat sebagai mentor dari pemerintahan daerah juga
peranan dari daerah tersebut seperti para tokoh adat atau pemangku adat, warga pendatang harus
menghormati aday dan peraturan daerah yang berlaku begitupun penduduk asli menghormati adat dan
kebiasaan para pendatang . Otonomi daerah juga seharusnya memperhatikan daerah-daerah yang
rawan bertikai. Membangun pos-pos polisi, penugasan aparat TNI, perawat-perawat, alat kesehatan
yang memadai bahkan di daerah pedalaman diberi evaluasi-evaluasi yang baik dan benar. Penegakan
hukum, pemerataan ekonomi dan pengawasan yang terus menerus akan mencegah konflik seperti ini
terjadi kembali baik di sampit atau di daerah lain di indonesia.
E. Narasumber
Id.wikipedia.org
Binasyifa.com
Kendakaku.blogspot.com


Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24