HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DEN

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

3.2 Populasi dan Sampel

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

3.4 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran 38

3.5 Alat Penelitian dan Cara pengumpulan data

3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data

47 BAB IV

3.7 Etika Penulisan

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum RSUD Sragen

50 BAB V

4.2 Hasil Penelitian

PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

5.2 Tingkat Pengetahuan

5.3 Tindakan Perawat

67 BAB VI

5.4 Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Perawat

73 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

6.2 Saran

Halaman Tabel 2.1 Keaslian Penelitian 33

Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran 38 Tabel 3.2 Interpretasi nilai r 47 Tabel 4.1 Distribusi frekuensi jenis kelamin 51 Tabel 4.2 Distribusi frekuensi umur 52 Tabel 4.3 Distribusi frekuensi pendidikan 53 Tabel 4.4 Distribusi frekuensi masa kerja 54 Tabel 4.5 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan 55 Tabel 4.6 Distribusi frekuensi tindakan perawat 56 Tabel 4.7 Hubungan pengetahuan dengan tindakan 57

Halaman Gambar 2.1 Skala Nyeri Deskritif 25

Gambar 2.2 Skala Nyeri Numerik 26 Gambar 2.3 Skala Nyeri VAS 26 Gambar 2.4 Skala Nyeri Bourbonis 26 Gambar 2.5 Kerangka Teori 34 Gambar 2.6 Kerangka konsep Penelitian 35 Gambar 4.1 Distribusi frekuensi jenis kelamin 51 Gambar 4.2 Distribusi frekuensi umur 52 Gambar 4.3 Distribusi frekuensi pendidikan 53 Gambar 4.4 Distribusi frekuensi masa kerja 54 Gambar 4.5 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan 55 Gambar 4.6 Distribusi frekuensi tindakan perawat 56

Nomor Lampiran Keterangan

1. Lembar konsultasi

2. Surat ijin studi pendahuluan

3. Surat ijin penelitian

4. Surat keterangan penelitian

5. Lembar permohonan menjadi responden

6. Lembar persetujuan menjadi responden

7. Lembar kuesioner pengetahuan perawat

8. Prosedur tetap manajemen nyeri non farmakologi

9. Lembar observasi tindakan perawat

10. Rekapitulasi hasil penelitian

11. Hasil analisa data penelitian

12. Jadwal penelitian

Arif Saifullah

% &' & &'( ) *&'*) &* +) *&' & &, ( & * +) -

Perawat dengan pengetahuannya dapat mengatasi masalah nyeri post operasi baik mandiri maupun kolaboratif. Perawat jaga ketika dihadapkan keluhan nyeri, selama ini kebanyakan langkah awal yang diambil adalah kolaborasi dokter untuk pemberian obat,obatan analgetik, masih jarang menggunakan teknik non farmakologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan tindakan perawat dalam managemen nyeri pasien post operasi. Penelitian deskripsi korelasi dengan pendekatan cross sectional pada 36 perawat yang bertugas di Bangsal Bedah (Mawar dan Wijaya Kusuma) RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Variabel yang diamati: pengetahuan perawat dan tindakan perawat. Analisis data menggunakan uji korelasi Rank Spearman . Tingkat pengetahuan perawat di Bangsal Bedah sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 20 responden (56%). Tindakan perawat dalam manajemen nyeri di Bangsal Bedah, sebagian besar mempunyai tindakan manajemen nyeri yang baik yaitu 19 responden (53%). Hasil penelitian dilihat dari nilai signivikansi yang kurang dari 0,05, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan perawat secara bermakna mempengaruhi tindakan perawat dalam manajemen nyeri dengan p,value sebesar 0,000. Adanya hubungan antara tingkat pengetahuan perawat dengan tindakan perawat dalam manajemen nyeri pasien post operasi di Bangsal Bedah RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen.

Kata kunci: pengetahuan perawat, tindakan perawat, manajemen nyeri, post operasi. Daftar pustaka: 45 (2004,2014).

BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2015

Arif Saifullah

41 * ) 1& %*)+**& 0*05 &1+ *,'* *6* &, * &)* 6*&) 1& 1& 10)"12* ) 6* ) *&)05

& '*-*&) ) ) *

.1&*'1 1 17 *&*

102 ) 1 '*&

Nurses with their knowledge can deal with the post operative pain problem individually and collaboratively. The nurses in charge when faced with pain complaints all this time take the initial measures by having collaboration with doctors for the analgesic drug administration. The collaboration rarely uses the non pharmacological technique.

The objective of this research is to investigate the nurses’ knowledge level and their intervention on the post operative patients’ pain management. This research used the descriptive corelational method with the cross sectional approach. The samples of research consisted of 36 nurses employed at the surgical wards (Wards Mawar and Wijaya Kusuma) of dr. Soehadi Prijonegoro Local General Hospital of Sragen. The research used the Spearman’s Rank correlation test to analyze the nurses’ knowledge level and their intervention.

The result of the research shows that 20 nurses (56%) had the good knowledge level. 19 respondents (53%) had the good intervention on the pain management as indicated by the significance value (p value) = 0.000 which was less than 0.05, meaning that the nurses’ knowledge level affected their intervention on the pain management.

Thus, there was a correlation between the nurses’ knowledge level and their intervention on the post operative patient’s pain management at the surgical wards of dr. Soehadi Prijonegoro Local General Hospital of Sragen.

*/+1 ,0: Nurses’ knowledge, nurses’ intervention, pain management, post, operative. * * *&7*0: 45 (2004,2014).

3 ) * ( &'

Pembedahan adalah penyembuhan penyakit dengan jalan memotong, mengiris anggota tubuh yang sakit. Pembedahan dilakukan dengan anestesi, individu dengan masalah kesehatan yang memerlukan intervensi pembedahan mencakup pula pemberian anestesia atau pembiusan yang meliputi anestesi lokal, regional atau umum (Smeltzer & Bare, 2007). Proses pembedahan memerlukan perawatan perioperatif yang terdiri dari pra,operasi, intra, operasi, pasca,operasi sehingga dapat memberi kenyamanan pada pasien setelah operasi dan tidak terjadi infeksi nosokomial (Hidayat, 2008).

Pembedahan atau operasi merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan tindakan perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Setiap pembedahan selalu berhubungan dengan adanya insisi (sayatan) yang merupakan trauma atau kekerasan bagi penderita yang menimbulkan berbagai keluhan dan gejala dimana salah satu keluhan yang sering dikemukakan adalah nyeri (Sjamsuhidayat & Win, 2005).

Nyeri merupakan sensasi ketidaknyamanan yang bersifat individual (Asmadi, 2008). Nyeri pada pasien post operasi merupakan nyeri akut yang disebabkan oleh kerusakan jaringan karena adanya insisi pada saat pembedahan yang memiliki karakteristik nyeri awitannya mendadak, intensitas ringan sampai berat, durasinya singkat (dari beberapa detik sampai

6 bulan), meningkatkan respon autonum, komponen psikologis yang berperan adalah ansietas, berhubungan dengan kerusakan jaringan (Brunner & Suddart, 2005)

Nyeri setelah pembedahan merupakan hal yang normal, namun meskipun demikian nyeri merupakan salah satu keluhan yang paling ditakuti oleh pasien post operasi. Sensasi nyeri mulai terasa sebelum kesadaran klien kembali penuh yang semakin meningkat seiring dengan berkurangnya pengaruh obat anestesi. Nyeri yang dialami oleh pasien post operasi adalah nyeri akut yang terjadi karena adanya luka insisi bekas pembedahan. Nyeri akut yang dirasakan oleh pasien post operasi merupakan penyebab stress, frustasi dan gelisah yang mengakibatkan pasien mengalami gangguan tidur, cemas, tidak nafsu makan dan ekspresi tegang (Perry & Potter, 2006).Selain hal itu nyeri post operasi juga dapat menimbulkan peningkatan laju metabolisme dan curah jantung, kerusakan respon insulin, peningkatan prodiksi kortisol, dan retensi cairan (Brunner & Suddart, 2005).

Pasien dalam merespon terhadap nyeri yang dialaminya dengan cara berbeda,beda, misalnya berteriak, meringis, dan lain,lain. Oleh karena nyeri bersifat subjektif, maka perawat mesti peka terhadap sensasi nyeri yang Pasien dalam merespon terhadap nyeri yang dialaminya dengan cara berbeda,beda, misalnya berteriak, meringis, dan lain,lain. Oleh karena nyeri bersifat subjektif, maka perawat mesti peka terhadap sensasi nyeri yang

Menurut Undang,Undang No 38 tahun 2014, Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang,undangan. Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit. Penyelenggaraan pelayanan keperawatan harus dilakukan secara bertanggung jawab, akuntabel, bermutu, aman, dan terjangkau oleh perawat yang memiliki kompetensi, kewenangan, etik, dan moral tinggi. Penyelenggaraan Keperawatan dan Praktik Keperawatan juga harus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Notoatmodjo (2012) mengatakan pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

Perawat harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam semua aspek perawatan perioperatif mencakup fungsi pernapasan yang optimal, meminimalkan nyeri dan ketidaknyamanan pasca, operasi (mual dan mutah, distensi abdomen, cegukan), pemeliharaan suhu tubuh normal, bebas dari cidera, pemeliharaan keseimbangan nutrisi, kembalinya fungsi perkemihan yang normal, dan tidak adanya komplikasi (Baradero et al, 2008). Tingkat pengetahuan perawat yang kurang dapat menyebabkan komplikasi dan keluhan yang membahayakan bagi pasien sehingga dapat menyebabkan kematian (Nashrulloh, 2009).

Perawat dengan menggunakan pengetahuannya dapat mengatasi masalah nyeri post operasi baik secara mandiri maupun secara kolaboratif dengan menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan farmakologi dan pendekatan non farmakologi. Pendekatan farmakologi merupakan pendekatan kolaborasi antara dokter dengan perawat yang menekankan pada pemberian obat yang mampu menghilangkan sensasi nyeri (Brunner & Suddart, 2005). Sedangkan pendekatan non farmakologi merupakan pendekatan untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan teknik manajemen nyeri yang meliputi: stimulus dan massage kutaneus, terapi es dan panas, stimulasi syaraf eliktris transkutan, distraksi, imajinasi terbimbing, hipnotis dan teknik relaksasi napas dalam (Brunner & Suddart, 2005).

Jumlah tindakan pembedahan di dunia sangat besar, hasil penelitian di

56 negara pada tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per tahun, hampir dua kali lipat melebihi angka kelahiran per tahun

(Weiser et al. 2008). Studi pada negara,negara industri, angka komplikasi tindakan pembedahan diperkirakan 3,16% dengan kematian 0,4,0,8% (Weiser et al. 2008). Tingginya angka komplikasi dan kematian akibat pembedahan menyebabkan tindakan pembedahan seharusnya menjadi perhatian kesehatan global. Asumsi angka komplikasi 3% dan angka kematian 0,5%, menunjukkan hampir tujuh juta pasien mengalami komplikasi mayor termasuk satu juta orang yang meninggal selama atau setelah tindakan pembedahan per tahun (Weiser et al. 2008).Jumlah operasi bedah di Indonesia terjadi peningkatan dimana tahun 2000 sebesar 47.22%, tahun 2001 sebesar 45.19%, tahun 2002 sebesar 47.13%, tahun 2003 sebesar 46.87%, tahun 2004 sebesar 53.22%, tahun 2005 sebesar 51.59 %, tahun 2006 sebesar 53.68% dan tahun 2007 belum terdapat data yang signifikan (Grace, 2007).

Hasil studi pendahuluan tanggal 14 , 15 November 2014 peneliti memperoleh data berdasarkan data yang terdapat dibagian Rekam Medis RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen jumlah operasi dari Januari 2013 sampai Desember 2013 sebanyak 3538 pasien. Jumlah pasien operasi di ruang Mawar dan Wijaya Kusuma dari bulan Januari sampai Juni 2014 sebanyak 487 pasien. Peneliti juga mendapatkan data jumlah perawat di Bangsal Bedah (Mawar dan Wijaya Kusuma) ada 36 perawat, dengan pendidikan S2 ada 1 orang, S1 ada 11 orang, DIV ada 1 orang dan DIII ada 23 orang.

Hasil studi pendahuluan terhadap beberapa perawat yang bertugas di bangsal bedah didapatkan fenomena bahwa perawat jaga ketika dihadapkan dengan keluhan nyeri selama ini kebanyakan langkah awal yang diambil Hasil studi pendahuluan terhadap beberapa perawat yang bertugas di bangsal bedah didapatkan fenomena bahwa perawat jaga ketika dihadapkan dengan keluhan nyeri selama ini kebanyakan langkah awal yang diambil

Berdasarkan beberapa fenomena diatas maka peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “ Hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan tindakan perawat dalam managemen nyeri pasien post operasi di Bangsal Bedah RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen”.

3# -0&

Fenomena yang terjadi di bangsal bedah ketika perawat jaga dihadapkan dengan keluhan nyeri, kebanyakan langkah awal yang diambil adalah kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat,obatan analgetik. Perawat dapat menggunakan teknik manajemen nyeri non farmakologi untuk mengatasi masalah nyeri tersebut. Berdasarkan hal diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan tindakan perawat dalam manajemen nyeri pasien post operasi di Bangsal Bedah RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen?”

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan tindakan perawat dalam managemen nyeri pasien post operasi di Bangsal Bedah RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen.

2. Tujuan Khusus

a. Mendiskripsikan karakteristik responden di Bangsal Bedah RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen.

b. Mendiskripsikan tingkat pengetahuan perawat tentang manajemen nyeri pasien post operasi di Bangsal Bedah RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen.

c. Mendiskripsikan tindakan perawat dalam manajemen nyeri pasien post operasi di Bangsal Bedah RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen.

d. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan tindakan perawat dalam manajemen nyeri pasien post operasi di Bangsal Bedah RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen.

1. Manfaat bagi rumah sakit Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan pada manajemen untuk merancang kebijakan pelayanan keperawatan khususnya peningkatan kualitas sumber daya manusianya dengan cara pengiriman tenaga keperawatan untuk mengikuti pelatihan,pelatihan yang ada hubungannya dengan pelayanan pasien khususnya perawatan pada pasien post operasi.

2. Manfaat bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memperkaya bahan ajar terkait tentang perawatan manajemen nyeri pada pasien pasca,operasi sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya dalam penelitian keperawatan perioperatif.

3. Manfaat bagi peneliti lain Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar bagi peneliti,peneliti selanjutnya, terkait dengan topik yang masih berhubungan dengan manajemen nyeri.

4. Manfaat bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan peneliti dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan hubungan tingkat pengetahuan perawat post operasi dengan tindakan keperawatan dalam manajemen nyeri pada pasien post operasi.

2.1.1 Pengetahuan

2.1.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Meliono, Irmayanti, dkk. 2007).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2012).

2.1.1.2 Tingkatan Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan mempunyai enam

tingkat, yakni :

1. Tahu (know)

Tahu artinya sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension ) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (analysis ) Analisis adalah suatu kompuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen,komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis ) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan dan menghubungkan bagian–bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian,penilaian 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian,penilaian

2.1.1.3 Faktor,faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Mubarak (2007) ada tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

1. Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai,nilai baru diperkenalkan.

2. Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

3. Umur Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri,ciri lama dan timbulnya ciri,ciri baru. Ini terjadi akibat 3. Umur Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri,ciri lama dan timbulnya ciri,ciri baru. Ini terjadi akibat

4. Minat Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih dalam.

5. Pengalaman Adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif.

6. Kebudayaan Kebudayaan lingkungan sekitar, apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan.

7. Informasi Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

2.1.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut Notoatmojo (2012), dari berbagai macam cara yang telah

digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokan menjadi dua, yakni :

1. Cara Memperoleh Kebenaran Nonilmiah

a. Cara Coba Salah (Trial and Error) Cara memperoleh kebenaran non ilmiah, yang pernah digunakan oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba coba atau dengan kata yang lebih dikenal “trial and error”. Metode ini telah digunakan oleh orang dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah. Bahkan sampai sekarang pun metode ini masih sering digunakan, terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu cara tertentu dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Metode ini telah banyak jasanya, terutama dalam meletakan dasar,dasar mennemukan teori,teori dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan.

b. Secara Kebetulan Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan. Salah satu contoh adalah penemuan enzim urease oleh Summers pada tahun 1926.

c. Cara Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan

banyak sekali kebiasaankebiasaan dan tradisi,tradisi yang dilakukan oleh orang,tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak kebiasaan seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintah, tokoh agama, maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama di dalam penemuan pengetahuan.

manusia

sehari,hari,

d. Berdasarkan Pengalaman Pribadi Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh karena itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

e. Cara Akal Sehat Akal sehat atau common sense kadang,kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasihat orang e. Cara Akal Sehat Akal sehat atau common sense kadang,kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasihat orang

f. Kebenaran Melalui Wahyu Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut,pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.

g. Kebenaran secara Intuitif Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia cepat sekali melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara,cara yang rasional dan yang sisitematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.

h. Melalui Jalan Pikiran Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu h. Melalui Jalan Pikiran Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu

i. Induksi Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan,pernyataan khusus ke pertanyaan yang bersifat umum. Proses berpikir induksi berasal dari hasil pengamatan indra atau hal,hal yang nyata, maka dapat dikatakan bahwa induksi beranjak dari hal,hal yang konkret kepada hal,hal yang abstrak.

j. Deduksi Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan,pernyataan umum yang ke khusus. Aristoteles (384,322SM) mengembangkan cara berpikir deduksi ini ke dalam suatu cara yang disebut “silogisme”. Silogisme merupakan suatu bentuk deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umumpada kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu.

2. Cara Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistimatis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian 2. Cara Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistimatis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian

a. Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan pengamatan

b. Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan.

c. Gejala,gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala,gejala yang berubah,ubah pada kondisi,kondisi tertentu.

2.1.1.4 Kriteria Tingkat Pengetahuan Menurut Nursalam (2013) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

1. Baik : Hasil presentase 76%,100%.

2. Cukup : Hasil presentase 56% , 75%.

3. Kurang : Hasil presentase ≤55%.

2.1.1.5 Perilaku Menurut Notoatmodjo (2011), perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu perilaku manusia mempunyai bentangan yang sangat luas. Bahkan kegiatan internal

(internal activity) seperti berfikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia.

Terbentuknya perilaku dapat terjadi karena proses kematangan dan dari proses interaksi dengan lingkungan. Cara yang kedua inilah yang paling besar pengaruhnya terhadap perilaku manusia. Terbentuknya dan perubahan perilaku karena proses interaksi antara individu dengan lingkungan ini melalui suatu proses belajar (Notoatmodjo 2011).

2.1.2.1 Nyeri Nyeri adalah suatu mekanisme pertahanan bagi tubuh yang timbul bilamana jaringan sedang di rusak yang menyebabkan individu tersebut bereaksi dengan cara memindahkan stimulus nyeri (Guyton and Hall, 2008).

Definisi keperawatan tentang nyeri adalah, apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya. Peraturan utama dalam merawat pasien dengan nyeri adalah berdasarkan hanya pada laporan pasien bahwa itu ada ( Brunner & Suddarth, 2005). Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).

Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat individual yang tidak dapat dibagi dengan orang lain (Kozier & Erb, 2009).

2.1.2.2 Penyebab Nyeri Penyebab nyeri menurut Asmadi (2008) dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu penyebab yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis.

1. Penyebab yang berhubungan dengan fisik Penyebab fisik misalnya trauma (mekanik, termis, kimiawi maupun elektrik), neoplasma, peradangan, dan gangguan sirkulasi darah.

2. Penyebab yang berhubungan dengan psikis Merupakan nyeri yang dirasakan bukan karena penyebab organik, melainkan akibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik.

2.1.2.3 Stimulus Nyeri Seseorang dapat menoleransinya, menahan nyeri (pain tolerance), atau dapat mengenali jumlah stimulasi nyeri sebelum merasakan nyeri (pain threshold). Terdapat beberapa jenis stimulus nyeri menurut Alimul (2006), di antaranya :

1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya kerusakan jarigan dan iritasi secara langsung pada reseptor.

2. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat terjadinya penekanan pada reseptor nyeri.

3. Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri.

4. Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blokade pada arteria koronaria

yang menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat.

5. Spasme otot, dapat mestimulus mekanik.

2.1.2.4 Klasifikasi Nyeri Menurut Mubarak dan Chayatin (2008)ada tiga klasifikasi nyeri berdasarkan sumbernya yaitu:

1. Nyeri Perifer. Nyeri ini ada tiga macam, yaitu:

a. Nyeri superfisial, yaitu rasa nyeri yang muncul akibat rangsangan pada kulit dan mukosa.

b. Nyeri viseral, yaitu rasa nyeri yang muncul akibat stimulasi dari reseptor nyeri di rongga abdomen, kranium dan toraks.

c. Nyeri alih, yaitu nyeri yang dirasakan pada daerah lain yang jauh dari penyebab nyeri.

2. Nyeri Sentral Nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medulla spinalis, batang otak dan talamus.

3. Nyeri Psikogenik Nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya. Dengan kata lain, nyeri ini timbul akibat pikiran si penderita itu sendiri.

Sedangkan klasifikasi nyeri menurut bentuknya menurut Mubarak dan Chayatin (2008) meliputi :

1. Nyeri Akut

Nyeri ini biasanya berlangsung tidak lebih dari enam bulan. Awitan gejalanya mendadak, dan biasanya penyebab serta lokasi nyeri sudah diketahui. Nyeri akut ditandai dengan peningkatan tegangan otot dan kecemasan yang keduanya meningkatkan persepsi nyeri.

2. Nyeri Kronis Nyeri ini berlangsung lebih dari enam bulan. Sumber nyerinya bisa diketahui bisa juga tidak diketahui.

2.1.2.5 Teori nyeri Menurut Asmadi (2008), Nyeri merupakan suatu fenomena yang penuh rahasia dan menggugah rasa ingin tahu para ahli. Begitu pula untuk menjelaskan bagaimana nyeri tersebut terjadi masih merupakan suatu misteri. Namun demikian ada beberapa teori yang menjelaskan mekanisme transmisi nyeri. Teori tersebut diantaranya:

1. The Specificity Theory (Teori Spesifik). Menurut teori spesifik nyeri ini, timbulnya sensasi nyeri berhubungan dengan pengaktifan ujung,ujung serabut saraf bebas oleh perubahan mekanik, rangsangan kimia, atau temperatur yang berlebihan. Persepsi nyeri yang dibawa oleh serabut saraf nyeri diproyeksikan oleh spinotalamik ke spesifik pusat nyeri di talamus.

2. The Intensity Theory (Teori Intensitas) Nyeri adalah hasil rangsangan yang berlebihan pada receptor. Setiap rangsangan sensori punya potensi untuk menimbulkan nyeri jika intensitasnya cukup kuat.

3. The Gate Control Theory (Teori Kontrol Pintu) Teori ini menjelaskan mekanisme transmisi nyeri. Kegiatannya bergantung pada aktivitas serat saraf aferen berdiameter besar atau kecil yang dapat mempengaruhi sel saraf di substansia gelatinosa. Aktivitas serat yang berdiameter besar menghambat transmisi yang artinya pintu ditutup, sedangkan serat saraf yang berdiameter kecil mempermudah transmisi yang artinya pintu dibuka.

2.1.2.6 Faktor,faktor yang Mempengaruhi Nyeri Menurut Potter & Perry (2006), faktor,faktor yang mempengaruhi nyeri adalah sebagai berikut:

1. Usia Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respons nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.

2. Jenis Kelamin Laki,laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (tidak pantas kalau laki,laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).

3. Kebudayaan

Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.

4. Makna Nyeri Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan bagaimana mengatasinya.

5. Ansietas Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas.

6. Keletihan Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping.

7. Pengalaman Sebelumnya Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.

8. Gaya Koping Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptif akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.

9. Dukungan Sosial dan Keluarga Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan.

2.1.2.7 Tingkat Nyeri Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).

Skalaq intensitas nyeri menurut Smeltzer dan Bare (2007) adalah sebagai berikut :

1. Skala intensitas nyeri deskritif

Gambar 2.1 Skala Nyeri deskritif

2. Skala identitas nyeri numerik Skala numerik adalah suatu alat ukur yang meminta pasien untuk menilai rasa nyerinya sesuai dengan level intensitas nyerinya pada 2. Skala identitas nyeri numerik Skala numerik adalah suatu alat ukur yang meminta pasien untuk menilai rasa nyerinya sesuai dengan level intensitas nyerinya pada

Gambar 2.2 .2 Skala Nyeri numeric

3. Skala analo analog visual atau VAS (Visual Analog Scale) VAS (Visu Visual Analog Scale) adalah suatu garis lurus y lurus yang mewakili intensitas n sitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat i alat pendeskripsian verbal pada l pada setiap ujung. Skala ini memberikan keb kebebasan penuh untuk meng mengidentifikasi keparahan nyeri.

Gambar 2. bar 2.3 Skala Nyeri VAS

4. Skala nyer a nyeri menurut Bourbanis

Gambar 2 bar 2.4 Skala Nyeri menurut Bourbanis Keteranga erangan : : Tidak nyeri 0 : Tid

1,3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik. 4,6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.

7,9 : Nyeri berat terkontrol: secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi

10 : Nyeri berat tidak terkontrol: pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.

2.1.2.8 Penatalaksanaan nyeri Menurut Price & Wilson (2006), menghilangkan nyeri merupakan tujuan dari penatalaksanaan nyeri yang dapat dicapai dengan dua pendekatan yaitu: pendekatan farmakologi dan non farmakologi. Pendekatan ini diseleksi berdasarkan pada kebutuhan dan tujuan klien secara individu.

1. Pendekatan farmakologis Pendekatan farmakologi merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan obat,obatan. Terdapat

4 kelompok obat nyeri yaitu:

a. Analgetik Nonopioid (Obat Anti Inflamasi Non Steroid/ OAISN) Efektif untuk penatalaksanaan nyeri ringan sampai dengan sedang a. Analgetik Nonopioid (Obat Anti Inflamasi Non Steroid/ OAISN) Efektif untuk penatalaksanaan nyeri ringan sampai dengan sedang

b. Analgetik Opioid Merupakan analgetik yang kuat yang tersedia dan digunakan dalam penatalaksanaan nyeri dengan skala sedang sampai dengan berat. Obat, obat ini merupakan patokan dalam pengobatan nyeri pasca operasi dan nyeri terkait kanker. Morfin merupakan salah satu jenis obat ini yang digunakan untuk mengobati nyeri berat.

c. Antagonis dan Agonis Antagonis Opioid Merupakan obat yang melawan obat opioid dan menghambat pengaktifannya. Nalakson merupakan salah satu contoh obat jenis ini yang efektif jika diberikan tersendiri dan lebih kecil kemungkinannya menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan dibandingkan dengan opioid murni.

d. Adjuvan atau Koanalgetik Merupakan obat yang memiliki efek analgetik atau efek komplementer dalam penatalaksanaan nyeri yang semula dikembangkan untuk kepentingan lain. Contoh obat ini adalah Karbamazopin (Tegretol) atau Fenitoin (Dilantin).

2. Penatalaksanaan non farmakologis

Menurut Price & Wilson (2006), bentuk,bentuk penatalaksanaan non farmakologi meliputi:

a. Stimulasi dan Massage Kutaneus Massage adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada pinggang dan bahu. Massage menstimulasi reseptor tidak nyeri. Massage juga membuat pasien lebih nyaman karena membuat relaksasi otot.

b. Terapi Es dan Panas Terapi es dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat sensitifitas reseptor nyeri. Agar efektif es harus diletakkan di area sekitar pembedahan. Penggunaan panas dapat meningkatkan aliran darah yang dapat mempercepat penyembuhan dan penurunan nyeri.

c. Stimulasi Syaraf Elektris Transkutan (TENS) TENS menggunakan unit yang dijalankan oleh baterai dengan elektrode yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan atau menggetar pada area nyeri. Mekanisme ini sesuai dengan teori gate kontrol dimana mekanisme ini akan menutup transmisi sinyal nyeri ke otak pada jaras asenden sistem syaraf pusat untuk menurunkan intensitas nyeri.

d. Distraksi Dilakukan dengan memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri. Keefektifan transmisi tergantung pada d. Distraksi Dilakukan dengan memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri. Keefektifan transmisi tergantung pada

e. Teknik Relaksasi Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress yang mampu memberikan individu kontrol ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri/stress fisik dan emosi pada nyeri.

f. Imajinasi Terbimbing Individu di instruksikan untuk membayangkan bahwa dengan setiap napas yang diekhalasikan (dihembuskan) secara lambat akan menurunkan ketegangan otot dan ketidak nyamanan dikeluarkan.

g. Hipnosis Efektif untuk menurunkan nyeri akut dan kronis. Teknik ini mungkin membantu pereda nyeri terutama dalam periode sulit.

2.1.2.9 Skor tindakan perawat dalam manajemen nyeri Menurut Nursalam (2013) skor yang digunakan untuk mempermudah dalam mengkategorikan peringkat dalam penelitian dalam bentuk prosentase. Misalnya:

1. Baik : Hasil presentase 76%,100%.

2. Cukup : Hasil presentase 56% , 75%.

3. Kurang : Hasil presentase ≤55%.

2.1.2.10 Nyeri Post Operasi

1. Pengertian Nyeri Post Operasi

Nyeri post operasi merupakan nyeri akut yang berlangsung kurang dari 6 bulan dengan serangan yang muncul mendadak dengan sebab dan daerah nyerinya yang dapat diketahui ( Brunner & Suddart, 2005 ).

Nyeri post operasi adalah nyeri akut yang berhubungan dengan kerusakan jaringan (Nuraini, 2005). Pengertian lain mengatakan nyeri post operasi merupakan nyeri menetap selagi luka dalam masa penyembuhan yang ditandai dengan nyeri yang berlebihan bila daerah luka tersebut terkena rangsangan yang biasanya hanya sebabkan nyeri ringan (Guyton and Hall, 2008).

2. Bentuk nyeri post operasi Menurut Brunner & Suddart (2005), bentuk nyeri pada post operasi merupakan nyeri akut yang disebabkan oleh kerusakan jaringan karena adanya insisi pada saat pembedahan yang memiliki karakteristik nyeri sebagai berikut:

1) Awitannya mendadak.

2) Intensitas ringan sampai berat.

3) Durasinya singkat ( dari beberapa detik sampai 6 bulan ).

4) Meningkatkan respon otonum seperti: konsisten dengan stress simpatis, frekuensi jantung meningkat, volume sekuncup meningkat, tekanan darah meningkat, dilatasi pupil meningkat, tegangan otot meningkat, motilitas gastrointestinal dan prodoksi saliva menurun.

5) Komponen psikologis yang berperan adalah ansietas.

6) Berhubungan dengan kerusakan jaringan.

3. Mekanisme nyeri post operasi

Mekanisme nyeri berawal dari reseptor nyeri (nosiseptor). Reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang hanya berespon pada stimulus yang kuat yang secara potensial merusak jaringan (Brunner & Suddart, 2005).

Pada nyeri post operasi rangsangan nyeri disebabkan oleh rangsangan mekanik yaitu luka (insisi) dimana insisi ini akan merangsang mediator,mediator kimia dari nyeri seperti histamin, bradikinin, asetilkolin dan subtansi prostaglandin dimana zat,zat ini diduga dapat meningkatkan sensitifitas reseptor nyeri yang akan menimbulkan sensasi nyeri. Selain zat yang mampu merangsang kepekaan nyeri, tubuh juga memiliki zat yang mampu menghambat (inhibitor) nyeri yaitu endorfin dan enkefalin yang mampu meredakan nyeri (Brunner & Suddart, 2005).

Table 2.1 Keaslian Penelitian Nama Peneliti Judul Penelitian

Hasil Penelitian Riezky Dwi Hubungan

Metode

Analisis data didapatkan p value: Eriawan

Tingkat metode

Pengetahuan Perawat dengan cross 0,005, yang lebih kecil dari (2013)

Tindakan Keperawatan pada sectional tingkat signifikan (p <0,05), Pasien Pasca Operasi dengan dengan uji sehingga ada hubungan antara General Anesthesia di Ruang chi,square

tingkat pengetahuan perawat dan Pemulihan IBS RSD dr.

tindakan keperawatan pasien

Soebandi Jember pasca operasi dengan anestesi umum.

Setiyawan Hubungan antara tingkat metode Hasil penelitian menunjukan (2010)

pengetahuan

pengetahuan tidak dengan perilaku perawat sectional

dan

sikap cross

tingkat

mempunyai hubungan dengan dalam upaya pencegahan dengan uji perilaku

perawat dalam dekubitus di Rumah Sakit chi, square

mencegah dekubitus dengan nilai Cakra Husada Klaten

p=0,077 (p< 0,05) sedangkan sikap mempunyai hubungan yang signifikan

dalam mencegah dekubitus dimana nilai p=0,008 (p< 0,05)

Ni Komang Pengaruh pemberian teknik one group Hasil penelitian menunjukkan ada Rai

pemberian teknik (2009)

Artini relaksasi

nafas

dalam pretest,

pengaruh

terhadap tingkat nyeri pasca postest relaksasi nafas dalam terhadap operasi di RSUP Dr. Soeradji dengan uji tingkat nyeri pasca operasi di Tirtonegoro Klaten

paired t,test RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dengan nilai sigifikasi p = 0,000 dimana t hitung = 10,661 sedangkan t tabel = 1,684 dan taraf signifikan 5 %.

#3 * &'( *1

Berdasarkan tinjauan pustaka, dapat dibuat kerangka teori yang dapat dilihat dibawah.

Pasien post operasi

Kerusakan jaringan (Luka Insisi)

Nyeri

Farmakologi Non Farmakologi

Manajemen nyeri

Factor,faktor yang mempengaruhi pengetahuan:

Pengetahuan tentang

managemen nyeri • Pendidikan

• Pekerjaan • Umur •

Tindakan perawat dalam managemen nyeri

Perubahan intensitas

nyeri

Gambar 2.5 Kerangka Teori

Sumber: Notoatmodjo (2011), Brunner & Suddart (2005), Price & Wilson (2006).

#38 * &'( 1&0*2 *&* ) &

Variabel independen Varibel dependen Tingkat pengetahuan perawat

Tindakan perawat dalam managemen nyeri

Gambar 2.6 Kerangka konsep penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2010).

Hipotesa Nol (H 0 ) adalah tidak ada hubungan antaratingkat pengetahuan perawat dengan tindakan perawat dalam manajemen nyeri pasien post operasi di Bangsal Bedah RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen.

Hipotesa alternative (Ha) adalah ada hubungan antaratingkat pengetahuan perawat dengan tindakan perawat dalam manajemen nyeri pasien post operasi di Bangsal Bedah RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen.

3 *& 0 , & &7 &' & *&* ) &

Rancangan penelitian ini adalah penelitian deskripsi korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan, atau manipulasi terhadap data yang sudah ada (Arikunto, 2010). Metode pendekatan yang digunakan adalah cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan Rancangan penelitian ini adalah penelitian deskripsi korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan, atau manipulasi terhadap data yang sudah ada (Arikunto, 2010). Metode pendekatan yang digunakan adalah cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan

3# 12 0,& -2*

3.2.1 Populasi Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas di Bangsal Bedah (Mawar dan Wijaya Kusuma) RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen yang berjumlah 36 orang. Berdasarkan hal tersebut maka jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 36 responden.

3.2.2 Sampel Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2013).

Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan sampel yang benar,benar sesuai dengan keseluruhan obyek penelitian (Nursalam, 2013). Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total sampling adalah tehnik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Alasan mengambil total sampling karena menurut Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari 100, seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya.

Berdasarkan jumlah perawat yang bertugas di Bangsal Bedah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen yang berjumlah 36 orang, maka jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 36 responden.

3 () , & *-2 ) *&* ) &

3.3.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 16 Maret sampai 16 Mei 2015. Jadwal terlampir.

3.3.2 Tempat penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Bangsal Bedah (Ruang Mawar dan Ruang Wijaya Kusuma) RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.

Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran Variable

Definisi Alat ukur Parameter Skala Pengetahuan tingkat pemahaman atau hal,hal Kuesioner skor 76,100% = ordinal

perawat yang diketahui oleh perawat baik, skor 56,75% yang bertugas di Bangsal Bedah

= cukup dan skor RSUDdr.Soehadi

≤55% = kurang PrijonegoroSragen

tentang

managemen

nyeri

non

farmakologi.

Tindakan suatu tindakan perawat untuk Checklist Skor 16,20 = Baik, Ordinal perawat

dalam Observasi skor 12,15= cukup, dalam

membantu

pasien

mengatasi keluhan nyeri post skor ≤ 11 kategori managemen operasi yang dihadapi pasien

kurang.

nyeri saat itu.

*&' -2 & )