Rancang Bangun Alat Pemasak Lemang Listrik Tipe Vertikal

  Lemang

  Lemang merupakan makanan da

  Tabung dan gulungan daun pisang berisi beras ketan dicampur santan kelapa kemudian dimasukkan ke dalam seruas bambu lalu dibakar hingga matang.

  Lemang lebih nikmat disantap hangat-hangat. Di Indonesia lemang biasa disantap saat hari raya

  Menurut Samsudin, Zainal dan Taufik (1990) yang menyatakan bahwa, lemang merupakan makanan tradisional yang dihasilkan dari ketan, berbentuk silinder dan memiliki aroma asli hasil dari proses pemasakan yang unik. Untuk pembuatannya ketan terlebih dahulu di rendam sebelum dimasak bersama garam, air dan santan.

  Padi

  Padi atau Oryza sativa merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam (Prihatman, 2000).

  Secara garis besar tanaman padi dibedakan dalam dua jenis, sebagai berikut:

  a. Padi beras, yaitu tanaman padi yang dijadikan beras. Beras dapat ditanak menjadi nasi dan sebagai makanan pokok.

  4 b. Padi ketan. Setelah menjadi beras ketan, beras tidak digunakan sebagai makanan pokok, tetapi diolah menjadi berbaga c. i macam makan ringan (Sugeng,2001).

  Indonesia mengimpor beras ketan dari Thailand, sedangkan daerah sentra produksi beras ketan di Indonesia hanya ada di tiga daerah, yaitu di Subang (Jabar), Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kebutuhan konsumsi beras ketan di Indonesia belum diketahui, namun kemungkinannya hampir sama dengan kebutuhan impor.

  Untuk beras ketan produksi di Jawa Barat sebagian besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan produk makanan olahan semacam opak, peuyeum ketan, rengginang, ulen, wajit, dan kolontong. Walaupun begitu, produksi beras ketan dari Jawa Barat secara umum sering tidak stabil jika dibandingkan dengan jumlah kebutuhan. Namun sejauh ini, masih sulit terdata berapa jumlah produksi beras ketan per bulan, karena minat petani yang masih kurang.

  Beras ketan

  Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Permintaan akan beras terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Beras tidak hanya merupakan sumber energi dan protein, tetapi juga sumber vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan. Dalam era modern, masyarakat menaruh perhatian yang besar terhadap kesehatan, antara lain dengan mengatur gaya hidup, pola makan, dan menu makanan (Santika dan Rozakurniati, 2010).

  Beras ketan juga dikenal sebagai beras pulut ataupun nasi lengket. Ketan merupakan padi bewarna putih yang menyerupai beras yang digunakan untuk tujuan-tujuan pengentalan serta dalam banyak jenis berasa manis dan kue-kue lezat yang biasanya dibungkus daun-daun pisang serta dengan cara direbus atau dibakar pada pengolahannya.

  Pada prinsipnya memasak beras bertujuan untuk mengembangkan atau memecahkan pati dengan menggunakan panas dan media cair. Bahan cair yang digunakan dapat berupa air, santan, atau kaldu. Karena beras sebagai bahan makanan penting dalam pengolahannya perlu diperhatikan (Marwanti, 2000).

  Kelapa

  Kelapa atau Cocos nucifer dikenal sejak zaman prasejarah dalam peradaban manusia dan diketahui tumbuh di daerah tropis. Kelapa merupakan tanaman serbaguna. Seluruh bagian ini berfaedah bagi kehidupan manusia. Dari pohon kelapa dapat diperoleh bahan makanan, minuman, bahan industri, bahan bangunan, alat-alat rumah tangga dan lain-lain.

  Ada tiga teori yang menyatakan tentang daerah asal tanaman kelapa. Teori pertama, memperkirakan kelapa adalah salah satu genus Cocos seperti yang tumbuh di Amerika. Disinilah pada zaman prasejarah kelapa menyebar dibawah oleh penjajah-penjajah ke kawasan Pasifik. Teori yang kedua, beranggapan bahwa kelapa berasal dari daerah pantai Amerika Tengah, dimana dengan perantara arus laut terbawa dan menyebar ke pulau-pulau Samudra Pasifik dan teori ketiga menyatakan bahwa daerah asal kelapa adalah suatu kawasan di Asia Selatan atau Malaysia, atau mungkin Pasifik Barat. Pada Akhirnya para peneliti menyimpulkan bahwa kelapa berasal dari kawasan yang kita kenal sebagai Malaysia-Indonesia.

  Dan kawasan ini lah, baik arus maupun prantaraan manusia, kelapa menyebar kedaerah-daerah lain (Setyamindjaja, 1991).

  Santan

  Cara pembuat santan yang selama ini sangat sederhana, cukup dengan memarut daging kelapa dan memerasnya. Hal ini sesuai dengan literatur Suhardiyono (1995) yang menyatakan bahwa santan adalah cairan yang diperoleh dengan melakukan pemerasan terhadap daging buah kelapa parutan. Santan merupakan bahan makanan yang digunakan untuk memperoleh berbagai masakan yang mengandung daging, ikan, ayam, untuk pembuatan berbagai kue, es krim, gula-gula dan lain-lain.

  Bahan Pembungkus

  Sejak dahulu, kita sudah mengenal dan mempergunakan alat pembungkus yang khas dan bisa dibilang sangat sederhana bahkan apa adanya untuk membungkus bahan makanan dan makanan olahan. Alat pembungkus yang dimaksud adalah daun-daunan (daun pisang, pelepah batang pisang dll), kulit, kertas, kain, keramik, logam dan gelas. Dengan perkembangan teknologi modern, maka muncullah beranekaragam alat pembungkus dengan desain yang bagus- bagus dan modern mengikuti perkembangan jaman yang terbuat dari kertas, kaleng, gelas, aluminium foil dan plastik (Satyahadi, 2012).

  Kue-kue tradisional banyak menggunakan daun pembungkus, seperti, daun pisang (kering atau muda), daun bambu, daun kelapa muda, daun pandan dan lain- lain. Kue-kue yang di bungkus dapat digantikan dengan bungkusan lain, tetapi aroma daun pada bungkusan akan hilang. Tujuan pemberian bungkusan tersebut selain untuk menjaga kebersihan kue juga untuk menambah penampilan kue agar lebih menarik (Marwanti, 2000).

  Daun pisang adalah daun dayang digunakan sebagai bahan dekoratif pada berbagai kegiatan keagamaan atau sebagai bahan pelengkap dalam kuliner. Daun pisang mengandung polifenol dalam jumlah besar yang sama seperti pada daun teh, sehingga menghasilkan aroma khas ketika menjadi bahan pelengkap makanan (Ristagustina, 2012).

  Bagaimanapun menggunakan pembungkus alami jauh lebih sehat dibandingkan dengan plastik. Penggunaan daun pisang untuk nasi timbel misalnya, selain menjadikan aroma nasi lebih harum, meningkatkan selera makan, juga mudah terurai menjadi bahan organik tanah, sehingga berperan terhadap pelestarian lingkungan (Hidayat, 2011).

  Pengolahan Makanan

  Dalam pengolahan makanan yang menghasilkan masakan enak, bergizi dan menarik perlu dilakukan proses-proses tertentu dari bahan mentah menjadi makanan yang siap dikonsumsi. Proses pengolahan tersebut dimulai dari persiapan bahan mentah, pengolahan, kemudian penyajian. Dalam proses pengolahan juga dapat dicampur dengan bahan-bahan lain, misalnya gula, garam, pewarna, atau bumbu-bumbu lainnya untuk menjadikan makanan lebih lezat dan menarik (Handayani dan Marwanti, 2011).

  Secara umum pengolahan makanan merupakan peningkatan citra rasa dan menambah umur simpan pada produk olahan. Dimana pada proses perlakuannya tidak luput dari pengolahan termal hal ini sesuai dengan literatur Estiasih dan Ahmadi (2009) yang menyatakan proses pengolah termal (thermal process) termasuk ke dalam proses pengawetan menggunakan energi panas. Proses ini merupakan proses penting dalam pengawetan pangan untuk mendapatkan produk dengan umur simpan panjang. Secara umum, tujuan proses termal adalah untuk mematikan mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit yang dapat menimbulkan kebusukan pada produk yang dikemas.

  Pindah panas adalah proses yang dinamis yaitu panas dipindahkan secara spontan dari satu badan ke badan lain yang lebih dingin. Perbedaan suhu antara sumber panas dan penerima panas merupakan daya tarik dalam pindah panas. Peningkatan perbedaan suhu akan meningkatkan gaya tarik dalam pindah panas (Earley, 1969).

  Pada pengolahan pangan secara termal jamak kita jumpai perambatan panas dilakukan secara konduksi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Winarno, Srikandi dan Dedi (1980) yang menyatakan bahwa konduksi adalah perambatan panas dimana panas dialirkan dari satu partikel ke partikel lainnya tanpa adanya pergerakan atau sirkulasi dari partikel itu. Semakin padat bahan pangan maka perambatan panasnya akan semakin lambat.

  Tujuan Penggunan Alat Mesin Pertanian

  Salah satu upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya akan makanan, agar makanan yang tersedia juga meningkat menurut deret ukur atau sebanding dengan pertumbuhan penduduk, adalah dengan memanfaatkan berbagai teknologi yang bisa dikuasainya. Dipihak pemerintah, ada Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian yang salah satu tugasnya melakukan penelitian dan pengembangan untuk dapat menghasilkan inovasi teknologi tanaman pangan yang dapat meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan (SNRI, 2010).

  Ilmu mekanisasi pertanian di Indonesia telah dipraktekkan atau dilaksanakan untuk mendukung berbagai usaha pembangunan pertanian terutama dibidang usaha swasembada pangan. Dengan mempertimbangkan aspek kepadatan penduduk, nilai sosial ekonomi dan teknis, maka pengembangan mekanisasi pertanian di Indonesia dilaksanakan melalui sistem pengembangan selektif. Sistem mekanisasi pertanian selektif adalah usaha memperkenalkan, mengembangkan, dan membina pemakaian jenis atau kelompok jenis alat dan mesin pertanian yang serasi atau yang sesuai dengan keadaan wilayah setempat (Hardjosentono, dkk., 2000).

  Alat dan mesin pertanian tidak luput dari ilmu dan teknologi, kemajuan teknologi akan meningkatkan kemampuan produktivitas, menaikan kualitas dan mutu produksi. Dengan kata lain teknologi dapat mempermudah pengerjaan, memberi nilai tambah pada perekonomian dan meningkatkan taraf hidup masyarakat khususnya pada petani Indonesia. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rizaldi (2006) yang menyatakan bahwa secara umum, tujuan mekanisasi pertanian adalah: a. Meningkatkan efisiensi tenaga manusia.

  b. Mengurangi kerusakan produksi pertanian.

  c. Menurunkan ongkos produksi.

  d. Menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi.

  e. Meningkatkan taraf hidup petani.

  f. Memungkinkan pertumbuhan ekonomi subsistem (tipe pertanian kebutuhan keluarga) menjadi tipe pertanian komersil.

  Komponen Alat

  Pemasak lemang ini memiliki beberapa bagian penting, yaitu:

  1. Reaktor Secara umum reaktor merupakan tempat pereaksian. Reaktor pada tabung pemasak lemang merupakan tempat terjadinya perpindahan panas pada tabung silinder lemang secara konduksi.

  2. Tabung lemang Tabung lemang ini terbuat dari logam yang didesain sedemikian rupa menyerupai tabung lemang bambu berbentuk silinder dimana tabung lemang ini berfungsi sebagai wadah penampung bahan baku pembuatan lemang.

  3. Heater

  

Heater merupakan elemen pemanas bekerja sangat sederhana. Elemen pemanas

terbuat dari logam dengan nilai resistansinya yang tinggi.

  4. Thermostat

  

Thermostat adalah alat untuk mengatur suhu agar suhu pada proses pemasakan

stabil.

  5. Isolator Isolator merupakan penghambat laju perpindahan panas dimana terbuat dari

  

fiberglass yang diselubungi glasswool agar laju perpindahan panas melambat

sehingga panas tidak terbuang percuma.

  Logam yang Digunakan Stainless steel Logam yang digunakan merupakan logam baja tahan karat (stainless steel).

  Baja tahan karat yang mempunyai seratus lebih jenis yang berbeda-beda. Akan tetapi, seluruh baja itu mempunyai satu sifat karena kandungan kromium yang membuatnya tahan terhadap karat. Baja tahan karat dapat dibagi ke dalam tiga kelompok dasar yakni baja tahan karat ferit, baja tahan karat austenit dan baja tahan karat martensit (Amanto dan Haryanto, 1999).

  Aluminium

  Aluminium banyak dipergunakan dengan pertimbangan sifatnya yang

  o o

  ringan dan lunak dengan berat jenis 2,7 titik cair 657 C dan titik didih 1800

  C, penghantar panas dan listrik yang baik, tahan korosi dan tidak bercaun, mudah dibentuk, bersifat non magnetik serta mempunyai daya tarik yang relatif tinggi dibandingkan beratnya (Sukandarrumidi, 2009).

   Non Logam yang Digunakan Glasswool Glasswool merupakan bahan isolasi yang terbuat dari fiberglass, disusun

  menjadi sebuah tekstur yang mirip dengan wol. Glasswool diproduksi dalam gulungan atau dalam lempengan dengan sifat mekanik dan termal yang berbeda- beda. Terkait sifat mekanik glasswool : meredam suara, sebagai pengganjal, dll. Terkait sifat termal glasswool : sebagai isolator (penghambat laju perpindahan panas). Pada kendaraan, glasswool umumnya digunakan untuk isolasi pada knalpot. Selain pada knalpot, di dunia industri, glasswool digunakan misalkan untuk isolator panas. Misalkan ada pipa penyalur air panas, supaya panas air tidak terbuang percuma ketika melintasi pipa, maka pipa diselubungi glasswool.

  Mekanisme Pembuatan Alat

  Dalam pekerjaan bengkel alat dan mesin, benda kerja yang akan dijadikan dalam bentuk tertentu sehingga menjadi barang siap pakai dalam kehidupan sehari-hari, maka dilakukan proses pengerjaan dengan mesin-mesin perkakas, antara lain mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, mesin frais, mesin skrap, mesin asah, mesin gerinda, dan mesin yang lainnya (Daryanto, 1993).

  Menurut Sembiring (2012), dalam mekanisme pembuatan alat hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

  1. Pemilihan Bahan Pemilihan bahan dan spesifikasi dari alat mempengaruhi kinerja alat yang dirancang. Bahan-bahan teknik yang digunakan dalam perancangan alat adalah baja, besi dan aluminium, pada waktu pemilihan bahan diusahakan bahan yang dipakai adalah bahan yang kokoh dan mampu mendukung kinerja alat. Namun juga diusahakan mudah diperoleh untuk menjaga kesinambungan bahan baku apabila ada usaha untuk memproduksi alat dalam jumlah besar. Pemilihan bahan yang berkualitas namun murah juga sangat mempengaruhi biaya produksi alat.

  2. Bahan Bahan yang sudah tersedia diukur dengan meteran sesuai dengan dimensinya masing-masing. Kemudian dipotong dengan gergaji atau gerinda sesuai dengan ukuran yang sudah digambar. Pengukuran dan pemotongan bahan dilakukan dengan teliti supaya hasil potongan baik dan alat yang dihasilkan sesuai.

  3. Perakitan Bahan Bahan-bahan yang telah dipotong selanjutnya dirakit. Pada bahan besi, dapat disatukan dengan menggunakan las atau baut dan mur, sedangkan baja di lekatkan ke bahan juga menggunakan baut dan mur.

  4. Finishing Kegiatan terakhir setelah perancangan alat adalah finishing yaitu melakukan pengecatan pada alat. Alat dicat sedemikian rupa agar daya tahan alat menjadi lebih lama dan lebih indah dipandang. Selain itu, dengan melakukan pengecatan akan menambah daya jual alat karena orang akan semakin tertarik melihatnya.

  Prinsip Kerja Alat

  Pada waktu pemasakan lemang, saklar akan terhubung dengan elemen pemanas (heater) dan thermostat. Panas yang dihasilkan oleh heater kemudian dirambatkan secara konduksi ke seluruh tabung lemang diharapkan panas yang dihasilkan merata dan arus listrik yang menuju ke elemen pemanas kemudian dibaca oleh thermostat dengan demikian suhu yang diproleh pada pemasakan akan berlangsung secara konstan.

  Kapasitas Kerja Alat

  Menurut Daywin, dkk., (2008), kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk (contoh : ha. Kg, lt) persatuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat/mesin itu menggunakan daya penggerak motor. Jadi satuan kapasitas kerja menjadi : Ha.jam/kW, Kg.jam/kW, Lt.jam/kW.

  Persamaan matematisnya dapat ditulis sebagai berikut : Kapasitas Alat = ..................................................... (5)

  Uji Organoleptik

  Penilaian organoleptik yang disebut juga penilaian indra atau penilaian sensorik merupakan suatu cara penilaian yang sudah lama dikenal dan masih umum digunakan. Metode penilaian ini banyak digunakan karena dapat langsung dengan cepat dan langsung. Dalam beberapa hal penilaian dengan indra bahkan miliki ketelitian yang lebih baik dibandingkan dengan alat ukur yang paling sensitif.

  Menurut Rejeki dkk (2012) yang menyatakan pengujian organoleptik terbagi atas:

  1. Warna Warna biasanya merupakan tanda kemasakan atau kerusakan dari makanan seperti perlakuan penyimpangan yang memungkinkan adanya perubahan warna. Oleh karena itu untuk mendapatkan warna yang sesuai dan menarik harus digunakan teknik pemasakan tertentu atau dengan penyimpanan yang baik.

  2. Bentuk Bentuk makanan memainkan peranan penting dalam daya tarik. Bentuk makanan yang menarik bisa di peroleh lewat cara pemotongan bahan makanan yang bervariasi.

  3. Aroma Aroma adalah rasa bau yang sangat subjektif serta sulit diukur, karena setiap orang mempunyai sensitifitas dan kesukaan yang berbeda. Meski mereka dapat mendeteksi, tetapi setiap individu memiliki kesukaan yang berlainan.

  4. Rasa Rasa merupakan tantangan atas adanya ringkasan kimiawi yang sampai di indra pengecap lidah. Khususnya jenis rasa yaitu manis, asin, asam, dan pahit.

  5. Keempukan Faktor keempukaan diantaranya adalah rabaan oleh tangan, keempukan, kemudahan dikunyah serta kerenyahan makanan. Untuk itu cara pemasakan bahan makanan dapat mempengaruhi kualitas tekstur makanan yang dihasilkan.

  Analisis Ekonomi

  Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan.

  Menurut Soeharno (2007), analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini.

  Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan.

  Biaya pemakaian alat

  Pengukuran biaya pemakaian alat (Rp/jam) dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok).

  BT    

  BTT C

  Biaya pokok

  x  

  .............................................. (6) dimana : BT = total biaya tetap (Rp/tahun) x = total jam kerja per tahun (jam/tahun) BTT =total biaya tidak tetap (Rp/jam) C = kapasitas alat (jam/satuan produksi)

  1. Biaya tetap Biaya tetap terdiri dari :

  • - D = ............................................................................................................ (7)

Biaya penyusutan (metode garis lurus)

  dimana : D = Biaya penyusutan (Rp/tahun) P = Nilai awal (harga beli/pembuatan) alsin (Rp) S = Nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp) n = Umur ekonomi (tahun)

   Biaya bunga modal dan asuransi, perhitungannya digabungkan, besarnya:

  • - ( )( )

  I = .................................................................................................. (8) dimana : i = Total persentase bunga modal dan asuransi (17% pertahun)

  • - Di negara kita belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk mesin-mesin

   Biaya pajak

  dan peralatan pertanian, namun beberapa literatur menganjurkan bahwa biaya pajak alat mesin pertanian diperkirakan sebesar 2% pertahun dari nilai awalnya.

  • - Biaya gudang atau gedung diperkirakan berkisar antara 0,5-1%, rata-rata diperhitungkan 1% nilai awal (P) per tahun.

   Biaya gudang/gedung

  2. Biaya tidak tetap Biaya tidak tetap terdiri dari :

  • - ( )

   Biaya perbaikan dapat dihitung dengan persamaan :

  Biaya reparasi = ....................................................... (9)

  • - kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya.

   Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini tergantung

  • - kondisi kerja per jam. Satuannya adalah liter per jam, sedangkan harga per liter yang digunakan adalah harga lokasi.

   Biaya bahan bakar adalah pengeluaran solar atau bensin (bahan bakar) pada

  (Darun, 2002).

  Break event point

Break event point (BEP) umumnya berhubungan dengan proses penentuan

  tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing). Selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol. Bila pendapatan dari produksi berada di sebelah kiri BEP maka kegiatan usaha akan menderita kerugian, sebaliknya bila di sebelah kanan BEP akan memperoleh keuntungan.

  Analisis BEP juga digunakan untuk : 1. Hitungan biaya dan pendapatan untuk setiap alternatif kegiatan usaha.

  2. Rencana pengembangan pemasaran untuk menetapkan tambahan investasi untuk peralatan produksi.

  3. Tingkat produksi dan penjualan yang menghasilkan ekuivalensi (kesamaan) dari dua alternatif usulan investasi (Waldiyono, 2008).

  Manfaat perhitungan BEP adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Untuk menentukan produksi BEP maka dapat digunakan rumus sebagai berikut:

  F N  ........................................................................................ (10)  RV

  dimana: N : jumlah produksi minimal untuk mencapai titik impas (Kg) F : biaya tetap per tahun (rupiah) R : penerimaan dari tiap unit produksi (harga jual) (rupiah) V : biaya tidak tetap per unit produksi. VN = total biaya tidak tetap per tahun (rupiah/unit) (Darun, 2002).

  Net present value Net present value (NPV) adalah selisih antara present value dari investasi

  dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Identifikasi masalah kelayakan finansial dianalisis dengan menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria investasi. NPV adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan.

  Perhitungan NPV merupakan net benefit yang telah didiskon dengan discount factor .

  Secara singkat rumusnya : CIF

  • – COF ≥ 0 ....................................................................................... (11) dimana :

  CIF =

  cash inflow

  COF = cash outflow Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan (dalam %) bertindak sebagai tingkat bunga modal dalam perhitungan-perhitungan.

  Penerimaan (CIF) = pendapatan x (P/A, i, n) + Nilai ahir x (P/F, i, n) ..... (12) Pengeluaran (COF) = Investasi + pembiayaan (P/A, i, n) ....................... (13)

  Kriteria NPV yaitu :  NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan;  NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak menguntungkan;  NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya keluar.

  (Darun, 2002).

  Internal rate of return

Internal rate of return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan

  kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan tertentu. IRR adalah suatu tingkatan discount rate, dimana diperoleh: B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Berdasarkan harga dari NPV = X (positif) atau NPV= Y (positif) dan NPV = X (positif) atau NPV = Y (negatif), dihitunglah harga IRR dengan menggunakan rumus berikut:

  X IRRp %  x ( q %  p %)( positif dan negatif ) ....................... (14) XY

  dan

  X

  % ( % %)( )

  IRRqx qp positif dan positif XY

  .......................... (15) dimana : p = suku bunga bank paling atraktif q = suku bunga coba-coba ( > dari p) X = NPV awal pada p Y = NPV awal pada q (Purba, 1997).

Dokumen yang terkait

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian - Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Keluarga Melalui Model Family Care Unit (FCU) Di Desa Sambirejo Timur Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

0 0 51

I. Identitas Pekerja penyemprot - Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Gejala Keracunan Pada Penyemprot Pestisida di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2015

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pestisida 2.1.1 Pengertian Pestisida - Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Gejala Keracunan Pada Penyemprot Pestisida di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2015

0 0 40

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Gejala Keracunan Pada Penyemprot Pestisida di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2015

0 1 7

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Evaluasi Rancangan Alat Pemipih Purun untuk Mengurangi Keluhan Muskuloskeletal Pengrajin (Kasus : Koperasi Serba Usaha Muara Baimbai)

0 6 8

Evaluasi Rancangan Alat Pemipih Purun untuk Mengurangi Keluhan Muskuloskeletal Pengrajin (Kasus : Koperasi Serba Usaha Muara Baimbai)

0 0 24

Modul Eksperimen Pengaruh pengetahuan Awal Terhadap Ketetaan Ukuran Menggunakan Alat Ukur Perangkat Ilusi Persegi Helmholtz dalam Bentuk Manekin Lampiran 1a

1 1 31

BAB II DASAR TEORI - Pengaruh Penambahan Kutub Bantu Pada Motor Arus Searah Penguatan Seri Dan Shunt Untuk Memperkecil Rugi-Rugi (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

1 0 31

SEARAH PENGUATAN SERI DAN SHUNT UNTUK MEMPERKECIL RUGI-RUGI (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

0 0 13

Rancang Bangun Alat Pemasak Lemang Listrik Tipe Vertikal

0 0 22