PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ANEKDOT BERBASIS KURIKULUM 2013 Beslina Afriani Siagian

  ISSN: 2356-2595 Volume-2, Edisi-1, Maret 2015 Halaman 49-58 JSP | FKIP | UHN |hal 49

  • + , 5 students get score B, 2 students get score C, 3 students get score D, and 2 students get score E.

  

Alamat URL: akademik.nommensen-id.org/portal/public_html/Jurnal Suluh Pendidikan

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ANEKDOT BERBASIS KURIKULUM 2013 Beslina Afriani Siagian

  1

  , Elza Leyli Lisnora Saragih

  2 Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas HKBP Nommensen Medan

E-mail: beslina_siagian@yahoo.com

  ABSTRACT

This research is applied of study anecdote writing based on curricullum 2013. It

is purposed to find out the ability of students to write anecdote text based on

curricullum 2013 and to find out the precision of curricullum 2013 which is used

in study of anecdote text. The approachment which used is quantitative

approchment and descriptively method. The result of study will get of populative

51 students, namely the whole of students in third semester in Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. The result appropriate in aspect of

competition to write anecdote text, then it describe based on final score

interpretation. Based on the research which have finished, finally got the result

namely 29 of students get score A, 10 students get score B

  Key Words: Anecdote, writing, curricullum 2013

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Proses perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia selama kurun waktu 67 tahun dengan rentetan 11 periode bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagai negara yang memahami konsep ‘dunia terbuka’ di abad 21, Indonesia membenahi masa depan melalui peningkatan kualitas generasi penerus di masa mendatang. Itu sebabnya, untuk menghadapi ‘ancaman dari luar’ diadakan perbaikan dalam kurikulum di Indonesia.

  Khusus untuk Kurikulum 2013, pemerintah menanamkan tiga ranah sekaligus dalam setiap pembelajarannya. Ranah sikap, kognitif, dan psikomotorik diperbaharui satu sama lain melalui kompetensi inti. Berdasarkan ketiga kompetensi tersebut, setiap siswa diharapkan mampu menjadi pembelajar yang mandiri sepanjang hayatnya serta mampu menghalau peningkatan gelombang globalisasi. Mereka akan menjadi komponen penting untuk mewujudkan sebuah masyarakat belajar ). Kualitas lain yang dikembangkan kurikulum dan harus terealisasikan dalam proses pembelajaran yang wujudnya yakni berupa , kemandirian, kerja sama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan hidup peserta didik guna membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa.

  Salah satu implementasi mendasar kurikulum 2013 tampak pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Mottonya sebagai pembawa dan penghela pengetahuan membuat mata pelajaran tersebut memiliki beban berat untuk dapat mengarahkan mata pelajaran lainnya untuk memuat ketiga aspek yang disebutkan di atas. Secara otomatis, guru mata pelajaran tersebut mengemban beban tersebut agar motto itu dapat terealisasi. Guru bahasa

  ISSN: 2356-2595 Volume-2, Edisi-1, Maret 2015 JSP | FKIP | UHN |hal 50

  Indonesia harus mampu menjadikan bahasa Indonesia sebagai penghela dan pembawa pengetahuan.

  Sejalan dengan hal itu, sebagai penghela pengetahuan, terdapat beberapa materi baru yang ditambahkan dalam buku teks bahasa Indonesia. Salah satu di antaranya adalah pembelajaran menulis teks anekdot. Anekdot adalah sebuah cerita singkat dan lucu atau menarik yang menggambarkan kejadian atau orang sebenarnya. Kata ‘anekdot’ dalam (Yunani:

  vekootov “tidak diterbitkan”, secara harfiah

  “tidak dikeluarkan”) berasal dari Procopius of Caesarea, penulis biografi dari Justinian I, yang membuat sebuah karya berjudul

  vekootov (aul nekdota, secara beragam

  diterjemahkan dengan memoar yang tak diterbitkan atau Kisah Rahasia) yaitu sebuah koleksi kejadian-kejadian singkat dari kehidupan pribadi dari istana Bizantin. Secara bertahap, makna anekdot dipakai untuk setiap kisah singkat yang digunakan untuk menekankan atau mengilustrasikan apapun poin yang si penulis inginkan.

  Anekdot terkadang bersifat sindiran alami. Di bawah rezim otoritarian di Uni Soviet berbagai macam anekdot politik tersebar di masyarakat sebagai satu-satunya cara untuk membuka dan mencela kejahatan dari sistem politik dan pemimpinnya. Mereka menertawakan kepribadian Vladimir Lenin, Nikita Khrushchev, Leonid Brezhnev, dan pemimpin Soviet lainnya. Pada zaman Rusia modern, ada banyak anekdot tentang Vladimir Putin.

  Dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, peserta didik dituntut agar mampu menulis anekdot berdasarkan struktur isi dan ciri teks anekdot. Struktur isi terdiri dari abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda. Ciri teks anekdot bersifat sindiran, lucu, protes sosial, dan dari tokoh penting maupun tokoh rekaan. Dalam hal ini, peserta didik diharapkan mampu memecahkan permasalahan sosial, lingkungan, dan kebijakan publik melalui teks anekdot. Itu sebabnya, penelitian perlu dilakukan untuk urgensi kompetensi tersebut. Setakat ini, ada dua alasan orientatif dalam penelitian ini. Pertama, pentingnya mengukur dan menganalisis kemampuan yang diperoleh mahasiswa dalam menulis teks anekdot. Kedua, sebagai calon guru bahasa Indonesia, mahasiswa juga harus mengikuti pembelajaran menulis teks anekdot sebagai bahan persiapan mengajarkan kompetensi tersebut dalam dunia pendidikan.

  Pembelajaran menulis anekdot terbagi menjadi tiga kegiatan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, dan (3) penilaian. Peran pendidik begitu sentral dalam pembelajaran. Pendidik dituntut untuk mampu membuat perencanaan, pelaksanaan, dan juga penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, mengemasnya semenarik mungkin sehingga mampu mendorong motivasi dan membangkitkan semangat belajar siswa. Yusi (2012:4) menyatakan “ketercapaiannya tujuan pembelajaran juga bergantung pada kemampuan guru sebagai perencana, pelaksana, dan penilai”. Selain itu, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku hal ini agar tidak terjadi perbedaan dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan pemerintah.

  Teks anekdot memiliki struktur atau bagian-bagian yang harus diikuti dan diaplikasikan, yakni: 1) Abstraksi adalah bagian di awal paragraf yang berfungsi memberi gambaran tentang isi teks. Biasanya bagian ini menunjukkan hal yang unik yang akan ada di dalam teks; 2) Orientasi adalah bagian yang menunjukkan awal kejadian cerita atau latar belakang bagaimana peristiwa itu terjadi. Biasanya penulis bercerita dengan detil di bagian ini; 3) Krisis adalah bagian di mana terjadi hal

  ISSN: 2356-2595 Volume-2, Edisi-1, Maret 2015 JSP | FKIP | UHN |hal 51

  efektif; menguasai pembentukan kata; penggunaan register tepat.

  Menggunakan gaya bahasa, khususnya majas metafora; 3) Memiliki pertanyaan retoris; 4) Mengandung unsur lucu (berbau humor); 5) Menggunakan kalimat perintah yang ditandai dengan kata seru; 6) Mengandung sindiran yang dapat diungkapkan dengan pengandaian atau dengan lawan kata (antonim); 7) Ditandai dengan adanya partisipan (pelaku).

  akibatnya, maka, dan sebagainya; 2)

  menyatakan akibat yakni konjungsi

  setelah itu dan sebagainya; dan juga

  5. Mekanik Menguasai aturan penulisan; terdapat sedikit kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf. Sebagai sebuah karya tulis, anekdot memiliki ciri khas kebahasaan yang menjadi penanda teks. Hal itu tampak pada beberapa bagian, antara lain: 1) Menggunakan konjungsi (kata penghubung) dalam menyatakan unsur peristiwa yakni konjungsi temporal seperti lalu, kemudian,

  4 Kalimat Konstruksi kompleks dan efektif; terdapat hanya sedikit kesalahan penggunaan bahasa (urutan/fungsi kata, artikel, pronomina, preposisi).

  No. Aspek Kompetensi

  atau masalah yang unik atau tidak biasa yang terjadi pada si penulis atau orang yang diceritakan; 4) Reaksi adalah bagian bagaimana cara penulis atau orang yang ditulis menyelesaikan masalah yang timbul di bagian krisis tadi; 5) Koda merupakan bagian akhir dari cerita unik tersebut. Bisa juga dengan memberi kesimpulan tentang kejadian yang dialami penulis atau orang yang ditulis.

  3. Kosakata Penguasaan kata canggih; pilihan kata dan ungkapan

  2. Struktur Ekspresi lancar; gagasan terungkap padat dengan jelas; tertata dengan baik; urutan logis (abstraksi- orientasi-krisis-reaksi- koda); serta kohesif.

  1. Isi Menguasai topik tulisan; substantif; abstraksi- orientasi-krisis-reaksi-koda yang relevan dengan topik yang dibahas.

  Tabel 1. Aspek Penilaian Menulis Teks Anekdot No. Aspek Kompetensi

  Dalam mata pelajaran anekdot, peserta didik dituntut agar mampu menulis anekdot berdasarkan struktur isi dan ciri teks anekdot. Struktur isi terdiri dari abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda. Ciri teks anekdot bersifat sindiran, lucu, protes sosial, dan dari tokoh penting maupun tokoh rekaan.

  Pada dasarnya, anekdot hanya terbagi atas dua jenis, yakni lisan dan tulisan. Anekdot lisan merupakan jawaban yang bersifat menyindir dan disampaikan secara langsung, sedangkan anekdot tulisan merupakan bentuk karya yang diproduksi secara tertulis yang didalamnya terkandung sindiran yang bersifat humor (lucu). Dalam penelitian ini, jenis anekdot yang akan diteliti adalah anekdot tulisan karena dapat terukur dengan baik dan mewakili penilaian objektif.

  Sedangkan kurikulum 2013 memuat konsep bahwa kegiatan pembelajaran adalah suatu proses pendidikan yang memberikan kesempatan bagi siswa agar dapat mengembangkan segala potensi yang mereka miliki menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dilihat dari aspek sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Kemampuan ini akan diperlukan oleh siswa tersebut untuk kehidupannya dan untuk

  ISSN: 2356-2595 Volume-2, Edisi-1, Maret 2015 JSP | FKIP | UHN |hal 52

  bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan kehidupan umat manusia. Karena itu suatu kegiatan pembelajaran seharusnya mempunyai arah yang menuju pemberdayaan semua potensi siswa agar dapat menjadi kompetensi yang diharapkan.

  Berhubungan dengan itu, pada materi bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran menulis teks anekdot, kompetensi yang diharapkan mengarah pada kemampuan siswa dalam memecahkan permasalahan sosial, lingkungan, dan kebijakan publik melalui produksi teks anekdot

  Berkaitan dengan hal itu, kegiatan pembelajaran harusnya menggunakan prinsip sebagai berikut.

  a. berpusat pada peserta didik,

  b. mengembangkan kreativitas peserta didik, c. menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang, d. bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan juga kinestetika, dan e. menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.

  Pada suatu kegiatan belajar-mengajar, siswa diajak untuk menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi-informasi yang kompleks, mengecek informasi baru dengan yang sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau kemampuan yang sesuai dengan lingkungan dan jaman tempat dan waktu ia hidup. Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke siswa (konstruktivisme). Itu sebabnya, siswa dibantu agar dapat melibatkan diri secara aktif untuk mengembangkan potensinya sehingga menjadi suatu kompetensi. Guru menyediakan pengalaman belajar untuk siswa sehingga mereka dapat melakukan beragam aktivitas yang dapat membantu mereka untuk mengembangkan potensi menjadi kompetensi yang ditetapkan dalam dokumen kurikulum 2013 atau bahkan melebihinya. Pengalaman belajar semakin lama semakin meningkat hingga akhirnya akan menjadi suatu kebiasaan belajar mandiri dan tetap sebagai salah satu fondasi untuk menjadi pebelajar sepanjang hayat (lifelong learner).

  Pembelajaran kurikulum 2013 memuat pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa dalam kombinasi dan penekanan yang bervariasi. Setiap kegiatan pembelajaran memiliki kombinasi dan penekanan yang berbeda dari kegiatan pembelajaran lainnya. Hal ini tentu saja bergantung pada sifat konten yang sedang dipelajari siswa. Walaupun begitu, aspek pengetahuan (kognitif) akan selalu menjadi faktor penggerak untuk pengembangan kemampuan lain (afektif dan psikomotor).

  Berdasarkan pemaparan di atas, maka penelitian ini diarahkan pada penelitian bertajuk, “Pembelajaran Menulis Teks Anekdot Berbasis Kurikulum 2013 pada Mahasiswa Semester Tiga Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas HKBP Nommensen”. Yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: a. Pentingnya mengukur dan juga menganalisis kemampuan yang diperoleh mahasiswa dalam menulis teks anekdot. b. Pentingnya mengajarkan pembelajaran menulis teks anekdot sebagai bahan persiapan bagi mahasiswa untuk mengajarkan kompetensi tersebut dalam dunia pendidikan.

  Masalah yang ditelaah dalam penelitian ini dibatasi pada “Pembelajaran Menulis Teks Anekdot Berbasis Kurikulum 2013 pada Mahasiswa Semester Tiga Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas HKBP Nommensen”. Itu sebabnya, penelitian akan mendasarkan

  ISSN: 2356-2595 Volume-2, Edisi-1, Maret 2015 JSP | FKIP | UHN |hal 53

  Adapun yang menjadi kriteria penilaian dalam kegiatan menulis anekdot dapat dilihat pada tabel berikut ini.

  permasalahan; tidak ada substansi; tidak

  Sangat kurang-kurang: tidak menguasai

  permasalahan terbatas; substansi kurang; pengembangan topik tidak memadai (17- 21)

  Sedang-cukup: penguasaan

  permasalahan; cukup memadai; pengembangan tesis terbatas; relevan dengan topik, tetapi kurang terperinci (22-26)

  Cukup-baik: cukup menguasai

  Sangat baik-sempurna: menguasai topik tulisan; substantif;abstraksi-orientasi- krisis-reaksi-koda; relevan dengan topik yang dibahas (27-30)

  ISI

  Tabel 3. Profil Penilaian Menulis Teks Anekdot No Kisi-kisi 1.

  Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk menjaring data adalah tes uraian menulis teks anekdot. Tes tersebut dibentuk berdasarkan produk kerja mahasiswa dalam kegiatan menulis teks anekdot.

  telaahnya pada analisis kemampuan mahasiswa dalam menulis teks anekdot berbasis kurikulum 2013. Sehingga, sesuai dengan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah di atas hanya didasarkan pada dua hal berikut: a. Bagaimanakah kemampuan mahasiswa dalam menulis teks anekdot berbasis kurikulum 2013? b. Apakah kurikulum 2013 tepat digunakan pada pembelajaran menulis teks anekdot? Rumusan masalah tersebut dibuat untuk mencapai tujuan yang antara lain: a. Untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menulis teks anekdot berbasis kurikulum 2013. b. Untuk mengetahui ketepatan kurikulum 2013 yang diterapkan pada pembelajaran menulis teks anekdot. Berdasarkan pemaparan teori di atas, maka penelitian ini mengacu pada pertanyaan, “Bagaimanakah kemampuan mahasiswa dalam menulis teks anekdot berbasis kurikulum 2013 pada mahasiswa semester tiga prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas HKBP Nommensen?”

  3.4 Instrumen Penelitian

  Populasi penelitian ini hanya berjumlah 51 orang. Sesuai dengan konsep penelitian, populasi yang berjumlah kurang dari 100 orang, sebaiknya diambil semua untuk memaksimalkan hasil penelitian (Arikunto, 2002: 112). Oleh karena itu, semua populasi tersebut digunakan sebagai subyek penelitian sehingga penelitian ini bersifat penelitian populasi.

  Tabel 2. Rincian Populasi Penelitian Grup A Grup B 25 orang 26 orang

  Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 2014/ 2015 yang terdiri atas 2 kelas seperti di bawah ini.

3. METODE PENELITIAN

  Arikunto (1998:115) menyatakan, “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.” Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester tiga

  3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan di kelas perkuliahan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pembelajaran 2014/ 2015.

  3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

  Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan kenyataan bahwa semua perencanaan penelitian sudah dirumuskan dengan jelas, baik usulan desain, tujuan, instrumen, dan jenis data yang diperoleh dari penelitian ini.

  3.1 Pendekatan Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

  ISSN: 2356-2595 Volume-2, Edisi-1, Maret 2015 JSP | FKIP | UHN |hal 54

  Cukup-baik: kadang-kadang terjadi

  (fungsi/urutan kata, artikel, pronomina, preposisi), tetapi makna cukup jelas (14- 17)

  Sedang-cukup: terjadi kesalahan serius

  dalam konstruksi kalimat tunggal/kompleks (sering terjadi kesalahan pada kalimat negasi, urutan/fungsi kata, artikel, pronomina, kalimat fragmen, pelesapan; makna membingungkan atau kabur (10-13)

  Sangat kurang-kurang: tidak menguasai

  tata kalimat; terdapat banyak kesalahan; tidak komunikatif; tidak layak dinilai (7- 9)

  5. MEKANIK Sangat baik-sempurna: menguasai aturan penulisan; terdapat sedikit kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf (9- 10)

  kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf, tetapi tidak mengaburkan makna (7-8)

  tetapi efektif; terdapat kesalahan kecil pada konstruksi kompleks; terjadi sejumlah kesalahan penggunaan bahasa

  Sedang-cukup: sering terjadi kesalahan

  ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf; tulisan tangan tidak jelas; makna membingungkan atau kabur (4-6)

  Sangat kurang-kurang: tidak menguasai

  aturan penulisan; terdapat banyak kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf; tulisan tidak terbaca; tidak layak dinilai (1-3)

  3.5 Teknik Analisis Data

  Teknik analisis data pada penelitian ini diarahkan pada tiga bagian yakni.

  3.5.1 Pengumpulan data

  No Kisi-kisi

  Cukup-baik: konstruksi sederhana,

  No Kisi-kisi

  Sangat kurang-kurang: tidak

  relevan; tidak layak dinilai (13-16)

  2. STRUKTUR Sangat baik-sempurna: ekspresi lancar; gagasan terungkap padat, dengan jelas; tertata dengan baik; urutan logis (abstraksi^orientasi^krisis^reak si^koda); kohesif (18-20)

  Cukup-baik: kurang lancar; kurang

  terorganisasi, tetapi ide utama ternyatakan; pendukung terbatas; logis, tetapi tidak lengkap (14-17)

  Sedang-cukup: tidak lancar; gagasan

  kacau atau tidak terkait; urutan dan pengembangan kurang logis (10-13)

  komunikatif; tidak terorganisasi; tidak layak dinilai (7-9)

  4. KALIMAT Sangat baik-sempurna: konstruksi kompleks dan efektif; terdapat hanya sedikit kesalahan penggunaan bahasa (urutan/fungsi kata, artikel, pronomina, preposisi) (18-20)

  3. KOSAKATA Sangat baik-sempurna: penguasaan kata canggih; pilihan kata dan ungkapan efektif; menguasai pembentukan kata; penggunaan register tepat (18-20)

  Cukup-baik: penguasaan kata memadai;

  pilihan, bentuk, dan penggunaan kata/ungkapan kadang-kadang salah, tetapi tidak mengganggu (14-17)

  Sedang-cukup: penguasaan kata

  terbatas; sering terjadi kesalahan bentuk, pilihan, dan penggunaan kosakata/ungkapan; makna membingungkan atau tidak jelas (10-13)

  Sangat kurang-kurang: pengetahuan

  tentang kosakata, ungkapan, dan pembentukan kata rendah; tidak layak nilai (7-9)

  Setelah menentukan sumber data dan menyiapkan instrumen penelitian, langkah pertama dalam teknik analisis data yaitu mengumpulkan data-data yang diperlukan. Pengumpulan data harus dilaksanakan

  Di bawah ini dijelaskan perolehan serta persentase kemampuan siswa dalam menentukan isi anekdot.

  ISSN: 2356-2595 Volume-2, Edisi-1, Maret 2015 JSP | FKIP | UHN |hal 55

  dengan sistematis, prosedur yang benar, keuletan, dan kesabaran.

  3.5.2 Menganalisis data yang telah diseleksi

  Data-data yang dikumpulkan dari mahasiswa semester tiga prodi Pendidikan Bahasa Indonesia yakni data-data yang berkenaan dengan butir-butir aspek yang diteliti. Aspek tersebut disesuaikan dengan butir-butir penilaian menulis teks anekdot. Hasil yang diperoleh akan dianalisis dengan perhitungan analisis kuantitatif yaitu dengan menghitung persentase setiap butir yang akan diperoleh dengan rumus:

  Kriteria pemberian skor dibuat sesuai dengan skor penilaian yang ditetapkan dalam peraturan penilaian pada Buku Panduan Universitas HKBP Nommensen.

  Tabel 4. Skor Penilaian Akhir Menulis Teks Anekdot Nilai Angka Nilai Huruf

  (85 – 100) A (77 – 84) B

  Tabel 6. Persentase Perolehan Aspek Isi No Indikator Jumlah Mahasis wa %

  Dalam hal ini, peneliti sekaligus sebagai pengajar terlebih dahulu mendeskripsikan hakikat sebuah anekdot, lalu mengarahkan mahasiswa untuk mulai menulis dengan mengacu pada esensi serta struktur anekdot. Cara paling sederhana adalah dengan menyuruh mahasiswa menemukan ide yang akan dijadikan topik, lalu mencari bahan yang dijadikan sebagai mediasi penyampai ide, yakni teks anekdot. Berikut persentase penilaian yang diperoleh.

  4.2.1 Aspek Kemampuan Menentukan Isi

  4.2 Pembahasan Penelitian

  • (70 – 76) B (65 – 69) C
  • (60 – 64) C (50 – 59) D (0 – 49) E

  Hasil penelitian ini sejalan dengan instrumen yang telah digunakan sebelumnya, yakni berupa teks anekdot tertulis. Teks anekdot tersebut dianalisis dengan mengacu pada aspek yang ditentukan sebelumnya sehingga menghasilkan data kuantitatif yang akan dijelaskan lebih lanjut dalam pembahasan berikut ini.

  Untuk tahap terakhir, akan ditarik kesimpulan berdasarkan nilai yang diperoleh oleh mahasiswa dalam pembelajaran menulis teks anekdot.

  3.5.3 Menyimpulkan

  1 Sangat baik – sempurna 26 orang 51%

  2 Cukup – baik 16 orang 31,37 %

  3 Sedang – cukup 7 orang 13,72 %

  4 Sangat kurang - kurang 2 orang 3,91%

  Berdasarkan tabel tersebut, ada 26 orang mahasiswa yang mencapai indikator sangat baik – sempurna. Itu artinya, mahasiswa telah mampu menemukan ide dan bahan sebagai esensi teks anekdot.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

  4.2.2 Aspek Kemampuan Menentukan Struktur

  Aspek ini menuntut siswa untuk memahami lima struktur anekdot, yakni abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda. Kelima struktur tersebut harus diikutsertakan ketika mereka mulai menulis

  ISSN: 2356-2595 Volume-2, Edisi-1, Maret 2015

  teks. Oleh karena itu, teks yang telah menyusun kalimat tampak dalam teks dituliskan harus memiliki kelima struktur anekdot seperti yang dikutip berikut ini. tersebut tanpa berganti posisi.

  a) Sepulang dari sekolah akibat terlalu

Tabel 7. Persentase Perolehan Aspek banyak jajan merasakan sakit perut.

  Struktur (Teks Anekdot Nova Lestari No Indikator Jumlah %

  Silitonga)

  Mahasiswa

  b) Melihat si abang yang menahankan

  1 Sangat baik – 25 orang 49,01% rasa sakit ibu pun menghampirinya. sempurna

  (Teks Anekdot Nova Lestari

  2 Cukup – baik 9 orang 17,64%

  Silitonga)

  3 Sedang – cukup 7 orang 13,72%

  4 Sangat kurang -

  c) Berangkatlah anak tersebut ke

  10 orang 19,6% kurang perantauan.(Teks Anekdot Dora

  Hal yang sama juga tampak pada Panjaitan) aspek struktur ini. Tabel berikut juga d) Diingatnya pesan ibunya. (Teks menunjukkan bahwa indikator sangat baik –

  Anekdot Dora Panjaitan) sempurna diperoleh 25 mahasiswa. Namun, Namun demikian, perolehan berdasarkan hasil pengamatan peneliti persentase aspek kalimat ini juga diperoleh kesimpulan bahwa mereka menunjukkan nilai yang sangat baik. Hal itu cenderung kesulitan menentukan struktur tampak pada tabel berikut ini. reaksi dan koda karena ada kalanya

  Tabel 9. Perolehan Persentase Aspek keduanya memiliki substansi yang sama. Kalimat Contoh dapat dilihat pada lampiran.

  Jumlah No Indikator % Mahasiswa

4.2.3 Aspek Menggunakan Kosakata

  1 Sangat baik – sempurna 27 orang 52,94%

  Dalam hal ini, tampak bahwa

  2 Cukup – baik 17 orang 33,33%

  beberapa mahasiswa memiliki penguasaan

  3 Sedang – cukup 7 orang 13,72%

  kosakata yang masih rendah. Sebagai

  • 4 Sangat kurang - kurang -

  seorang yang berasal dari Suku Batak,

  4.2.5 Aspek Mekanis

  kosakata mereka masih kental dengan Di antara semua aspek dalam menulis variasi Medan. Hal yang serupa juga teks anekdot, aspek mekanis merupakan tampak pada penguasaan menyusun kalimat aspek yang paling bermasalah. Tampak 20 pada aspek keempat. Hal ini sangat penting mahasiswa hanya mampu berada pada dalam menulis teks anekdot sebab indikator cukup – baik. Meski aspek ini kemampuan merangkai kata, kelogisan bukan orientasi kemampuan menulis teks kalimat, kohesi, serta koherensi merupakan anekdot, tetapi aspek ini juga harus selalu esensi kemampuan menulis. tercantum pada setiap kemampuan menulis.

  Tabel 8. Perolehan Persentase Aspek

  Dalam hal ini, beberapa kesalahan mekanis

  Kosakata

  yang terdapat dalam teks anekdot Indikator Jumlah No %

  Mahasiswa Sangat baik – sempurna mahasiswa disajikan seperti berikut.

  1 28 orang 54,9% Cukup – baik

  a) Si A mengatakan kepada si B ”mengapa

  2 18 orang 35,29% Sedang – cukup suara yang kau keluarkan begitu 3 5 orang 9,8% Sangat kurang - kurang menggangguku?” (Teks Anekdot Dina

  4 - -

  Mariana Lumban Siantar)

4. Aspek Menyusun Kalimat

  b) (Anak tersebut pun mengelak) sambil Salah satu indikasi

  berkata: aku cuma bilang, kata ibu

  kekurangmampuan mahasiswa dalam

  kalau Pak Lurah cari ibu, bilang kalau JSP | FKIP | UHN |hal 56 b. Di antara 51 mahasiswa, terdapat 29 orang yang mampu memperoleh nilai A, 10 orang memperoleh nilai B

  a. Perolehan persentase aspek menentukan isi pada indikator sangat baik dicapai oleh 26 orang mahasiswa dengan persentase 51 %. Perolehan persentase aspek menentukan struktur pada indikator sangat baik dicapai oleh 25 orang mahasiswa dengan persentase 49,01 %. Perolehan persentase aspek menggunakan kosakata pada indikator sangat baik dicapai oleh 28 orang mahasiswa dengan persentase 54,9 %. Perolehan persentase aspek menyusun kalimat pada indikator sangat baik dicapai oleh 27 orang mahasiswa dengan persentase 52,94 %. Perolehan persentase aspek menguasai mekanik pada indikator sangat baik dicapai oleh 24 orang mahasiswa dengan persentase 47,08 %.

  2 B + (77 – 84) 10 orang 19,60%

  Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian di atas, berikut ini diperoleh simpulan penelitian.

  5.1 Simpulan

  5. KESIMPULAN

  Teks anekdot merupakan materi baru yang dimasukkan dalam Kurikulum 2013. Materi ini cukup menarik dan mengandung utilitas. Pengamatan peneliti, mahasiswa juga cukup antusias mengikuti pembelajaran materi ini. Hal itu disebabkan anekdot merupakan salah satu media yang cukup tepat untuk mengkritisi hal-hal yang kurang baik. Oleh karena itu, kesulitan- kesulitan dalam menulis teks anekdot akan diperbaiki ke depannya untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

  Tabel di atas menunjukkan bahwa di antara 51 mahasiswa, terdapat 29 orang yang mampu memperoleh nilai A, 10 orang memperoleh nilai B

  7 E (0 – 49) 2 orang 3,92%

  6 D (50 – 59) 3 orang 5,88 %

  5 C (60 – 64) 2 orang 3,92%

  4 C + (65 – 69) - -

  3 B (70 – 76) 5 orang 9,8%

  1 A (85 – 100) 29 orang 56,86 %

  ISSN: 2356-2595 Volume-2, Edisi-1, Maret 2015 JSP | FKIP | UHN |hal 57 ibu tidak di rumah, ibu tidak mau bertemu kakek tua seperti itu. udah gitu aja. (Teks Anekdot Sri May Astuti

  Tabel 11. Nilai skor Akhir Kemampuan Menulis Anekdot No Skor Akhir Jumlah Mahasiswa %

  Berdasarkan perolehan dan pembahasan data tersebut, berikut disajikan nilai skor akhir kemampuan mahasiswa dalam menulis teks anekdot.

  4 Sangat kurang - kurang 2 orang 3,92%

  3 Sedang – cukup 5 orang 9,8%

  2 Cukup – baik 20 orang 39,21%

  1 Sangat baik – sempurna 24 orang 47,08%

  Tabel 10. Perolehan Persentase Aspek Mekanis No Indikator Jumlah Mahasiswa %

  penggunaan mekanis belum dikuasai oleh sebagian besar mahasiswa.

  berkata. Hal itu menunjukkan bahwa

  Simbolon) Berdasarkan dua contoh kalimat di atas tampak bahwa mahasiswa kesulitan menempatkan tanda baca. Untuk kalimat a) tampak bahwa tanda koma tidak ditempatkan sebelum memulai kutipan langsung. Selain itu, awal kalimat pada kutipan langsung juga tidak dimulai dengan huruf kapital. Sedangkan, untuk kalimat b) juga tampak bahwa penempatan tanda kurung tidak tepat. Selain itu, ada penempatan kata yang salah yakni sambil

  • , 5 orang memperoleh nilai B, 2 orang memperoleh nilai C, 3 orang memperoleh nilai D, dan 2 orang memperoleh nilai E.
  • , 5 orang memperoleh nilai B, 2 orang memperoleh nilai C, 3 orang memperoleh nilai D, dan 2 orang memperoleh nilai E. Mahasiswa yang memperoleh nilai E kesulitan menguasai mekanik penulisan serta menguasai penggunaan kosakata dan kalimat.

  ISSN: 2356-2595 Volume-2, Edisi-1, Maret 2015 JSP | FKIP | UHN |hal 58

5.2 Saran

  Teks anekdot merupakan materi baru yang cukup menarik dan mengandung utilitas. Selain mengarahkan mahasiswa mampu menulis, materi ini juga memfasilitasi kritik-kritik sosial yang dapat disampaikan dengan humoris tetapi tetap mengandung amanat. Oleh karena itu, ada baiknya kesulitan-kesulitan dalam menulis teks anekdot dapat diperbaiki ke depannya untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Meski pada akhirnya Kurikulum 2013 diberhentikan sementara, tetapi materi ini cukup baik diajarkan dalam aspek keterampilan menulis.

DAFTAR PUSTAKA

  2005. Manajemen Penelitian.

  Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusasteraan.

  Arikunto, S.1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek.

  Jakarta: Rineka Cipta.

  Medan: Universitas HKBP Nommensen. Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Nana, dkk. 2001. Perencanaan Pengajaran.

  Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia.

  Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. 2009. Kurikulum

  X. Malang: Universitas Negeri Malang. Academia.

  Menulis Anekdot Siswa SMA Kelas

  Bandung: Yarma Widya. Panudji, N.S., dkk. 2014. Pembelajaran

  2013. Model Pembelajaran Penemuan Discovery Learning). Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. Kokasih., E. 2004.

  Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional. 2003.

  Tersedia dalam . Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

  Jakarta: Rineka Cipta. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

  Tersedia dalam http:akbarfaurazi.blogspot.com/201 4/01/pengertian-anekdot-bagian- anekdot-dan.html. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

  Anekdot, dan Contoh Lengkap Anekdot [Diakses September 2014]

  20 September 2014] Tersedia dalam penelitiantindakankelas.blogspot.co m/. Fauzi, A. 2014. Pengertian Anekdot, bagian

  Pembelajaran menurut Kurikulum 2013, [Diakses tanggal

  Jakarta: Balai Pustaka. Faiq, M. 2013. Pandangan tentang

  Kamus Besar Bahasa Indonesia.

  2012. Dokumen Kurikulum 2013. [Diakses tanggal 01 Maret 2014]