MENCIPTAKAN KANTOR YANG ERGONOMIC ERGONOMIC

MENCIPTAKAN KANTOR YANG ERGONOMIC
OLEH YUNITA SALDI RAHMAWATI
165211065
yunitasaldir@gmail.com
PROGRAM STUDI D3 ADMINISTRASI BISNIS
JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

ABSTRACT
In essence, after finding the most
appropriate office location by using the
weighting / valuation method or cost
comparison method, a manager has the
responsibility to design the office layout.
The office layout is made according to the
job requirements of each section. But in
designing the layout of many things to note
in order to make the office becomes
ergonomic. An ergonomic office certainly
impacts the performance of employees, and
in making an ergonomic office there are

assessment indications, such as office space,
furniture, office machines and how the
arrangement covers the colors, air, light and
even the culture that develops in the office.
And this journal will also discuss how the
implementation of ergonomic offices and
possible barriers.
ABSTRAK
Pada hakekatnya, setelah menemukan lokasi
kantor
yang
paling
tepat
dengan
menggunakan metode bobot/penilaian atau
metode perbandingan biaya, seorang
manager memiliki tanggungjawab untuk
merancang layout kantor tersebut. Layout
perkantoran dibuat sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan masing-masing bagian. Namun

dalam merancang layout banyak hal yang
harus di perhatikan untuk membuat kantor

tersebut menjadi ergonomic. Kantor yang
ergonomic tentu berdampak pada kinerja
pegawai, dan dalam menjadikan sebuah
kantor ergonomic ada indikasi-indikasi
penilaian, seperti pada ruangan kantor,
furniture, mesin kantor dan bagaimana
penataannya mencakup warna, udara,
cahaya bahkan budaya yang berkembang di
kantor tersebut. Dan jurnal ini juga akan
membahas bagaimana penerapan kantor
yang ergonomic dan hambatan yang
kemungkinan terjadi.
PENDAHULUAN
Pada dasarnya disetiap kantor pasti
menerapkan prinsip ergonomic, dimana
manusia yang bekerja di dalamnya pasti
melakukan interaksi baik dengan peralatan

yang digunakannya atau dengan lingkungan
kantor tempat dia bekerja. Dalam
menciptakan kantor yang ergonomic kita
harus mengenali indikasi-indikasi apa saja
yang harus di perthatikan seperti furniture,
ruangan kantor, mesin kantor dan bagaimana
penataannya. Hal ini bermaksud agar
terciptanya lingkungan yang aman dan
nyaman untuk pegawai yang bekerja.
Keamanan dan kenyamanan dalam tempat
kerja haruslah diciptakan agar menghindari
terjadinya kecelakaan kerja yang tidak
diinginkan,
karena
hal
ini
dapat
menimbulkan
ketidaknyamanan
dan

kerugian dari segi kesehatan, efesiensi biaya

, waktu dan produktivitas pekerjaan
pegawai. Dalam penulisan jurnal ini
diharapkan akan terciptanya kantor-kantor
yang ergonomic sehingga pegawai yang ada
menjadi lebih nyaman dan menjadi lebih
produktif
karena
lingkungan
yang
mendukung.
IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat
diidentifikasi masalah dalam penyusunan
jurnal ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mengindikasi apakah
suatu furniture, peralatan atau mesin
kantor ergonomic atau tidak?
2. Bagaimana

penerapan
kantor
ergonomic
dalam
aktivitas
perkantoran?
3. Bagaimana
metode
penerapan
ergonomic dalam kantor?
4. Apa saja hambatan yang terjadi
dalam usaha menerapkan kantor
ergonomic?
TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan identifikasi masalah diatas,
maka dapat disimpulkan tujuan dari
penulisan jurnal ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui
cara
mengindikasi

apakah suatu furniture, peralatan
kantor atau mesin kantor ergonomic.
2. Mengetahui
peranan
kantor
ergonomic
dalam
aktivitas
perkantoran.
3. Mengetahui
metode
penerapan
ergonomic dalam kantor.
4. Mengetahui apa saja hambatan
dalam kantor ergonomic.
METODE PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dalam makalah ini
dilakukan melalui internet research.
Internet research merupakan suatu


studi pustaka yang dilakukan dengan
menggunakan teknologi internet untuk
mencari sumber bacaan atau informasi
yang relevan dan tersedia, berkaitan
dengan topik yang dibahas yaitu seputar
menciptakan kantor yang ergonomic.
PEMBAHASAN
PENGERTIAN
1) KANTOR
“Kantor merupakan setiap tempat
yang biasanya dipergunakan untuk
melaksanakan pekerjaan tata usaha ,
dengan nama apapun juga tempat
tersebut
munkin
diberikan”.
(Moekijat, 1997)
“Kantor merupakan sebuah tempat
yang
digunakan

untuk
penyelenggaraan kegiatan-kegiatan
ketatausahaan berlangsung”. (Ulbert
Silalahi,1997)
2) ERGONOMIC
“Ergonomic adalah hal yang
menerangkan tentang hubungan
pegawai dengan physiological dan
psychological nya di lingkungan
kerja mereka”. (Kallaus & Kelling,
1995; Quible:1996).
“Ergonomic dapat juga dikatakan
sebagai
suatu
usaha
yang
mengintegrasikan penggunaan ruang,
perabot kantor, peralatan, mesinmesin kantor dan faktor lain lain
yang
dapat

mempengaruhi
psychological
seorang
seperti:
warna,
cahaya,
suara,
udara
(temperature)
dan
budaya”.
(Harmon, 2013)

International Labor Organization
(Effendi, 2007) mendefinisikan
ergonomic sebagai penerapan ilmu
biologi manusia yang sejalan dengan
ilmu
rekayasa
dalam

usaha
pencapaian penyesuaian bersama
antara pekerja dengan manusia
secara optimal yang bertujuan agar
bermanfaat demi efesiensi dan
kesejahteraan.

pekerjaan
pegawai
tersebut. Dan diusahakan
meja tidak memantulkan
cahaya sehingga tidak
menyilaukan pegawai.

INDIKATOR KANTOR ERGONOMIC
1) FURNITURE
Dalam mengindikasi kantor yang
ergonomic kita bisa melihat dari segi
furniture yang digunakan. Misalkan
meja kerja dan kursi. Cara

mengindikasi apakah meja kantor
dan kursi tersebut sudah ergonomic
ada beberapa hal yang perlu di
perhatikan.
a. Meja Kantor
 Kesesuaian meja kantor
dengan ukuran tubuh
pegawai yang bekerja
(tinggi,
lebar
dan
panjang).
 Kesesuaian bentuk meja
kantor dengan tubuh
manusia.
 Kemudahan
atau
fleksibelitas gerak dalam
bekerja.
 Terbuat dari material
yang kuat, sehingga tidak
menimbulkan
kekhawatiran
saat
pegawai
menggunakan
meja kantor tersebut.
 Memiliki warna yang
nyaman dipandang oleh
pegawai yang bekerja,
pemberian warna sesuai
dengan tingkat tekanan









Atau
kita
dapat
menggunakan teori dari
(Laurensia,
2004),
menyebutkan meja kerja
yang akan sesuai dengan
ukuran
antropometri
untuk orang Indonesia
adalah sebagai berikut:
Ketinggian meja kerja.
Ketinggian
permukaan
atas meja di buat setinggi
siku manusia dan dibuat
sesuai dengan sikap tubuh
pegawai saat sedang
bekerja. Ukuran yang
dianggap sesuai untuk
antripometri
orang
Indonesia adalah 6474cm yang dihitung dari
daun
meja
sampai
permukaan lantai.
Ketebalan daun meja
kerja. Celah antara bagian
bawah permukaan daun
meja dengan bagian atas
alas duduk pada kursi
kerja berjarak >15cm.
Permukaan
meja.
Permukaan meja harus
rata
dan
tidak
menyilaukan
mata
pegawai.
Lebar meja. Lebar meja
tidak melebihi jangkauan
tangan pegawai. Ukuran
yang diusulkan untuk
ukuran orang Indonesia
adalah kurang dari 80cm.

b. Kursi Kerja

Pada dasarnya kursi kerja
memiliki
sandaran
karena
kenyamanan bekerja dituntut
oleh sikap yang mendukung
posisi
punggung,
agar
menciptakan kenyamanan yang
lebih baik. Ada beberapa
persyaratan kursi kerja yang baik
(Kroemer, 1995) antara lain
sebagai berikut:
 Tinggi sandaran bahu.
Untuk tinggi sandaran
antara
bahu
dengan
bantalan di pinggang
sekitar setinggi 18-20cm
diatas
permukaan
bantalan duduk.
 Penahan untuk pinggang.
Penahan untuk pinggang
carilah
yang
dapat
diubah-ubah
atau
fleksibel, penahan untuk
pinggang
biasanya
setinggi 20-30cm diatas
permukaan
bantalan
duduk, dan biasanya
memiliki bentuk agak
cembung.
 Bagian atas permukaan
bantalan duduk, sandaran
bahu harus berbentuk
terbuka atau agak cekung
sehingga
jadi
bila
digunakan
untuk
dudukdengan
posisi
tegak , ichium bisa
berputar
kebelakang
tanpa ada hambatan.
 Penggunaan dari bantalan
pinggang untuk kursi
kerja juga dianjurkan,
asalkan tebalnya tidak
lebih dari 2cm.
Sedangkan menurut (Harmon,2013)
dalam bukunya, menjelaskan kursi

kerja
didesain
khusus
agar
memberikan dampak yang besar
terhadap usaha untuk mengurangi
ketidaknyamanan dan hilangnya
keluaran yang disebabkan dari
pemakaian satu dari bagian tubuh
yang berlebihan. Berdasarkan ukuran
dan jangkauan penyesuaian tinggi
untuk tempat duduk, kursi kerja
dibedakan menjadi kursi kerja
rendah dan kursi kerja tinggi.
a. Kursi
rendah.
Menurut
(Nurmianto, 2004) maksud dari
pembuatan kursi jenis ini yaitu
memposisikan kaki agar dapat
beristirahat langsung diatas lantai
dan untuk mengurangi tekanan
pada paha bagian bawah. Tempat
duduk yang terlalu rendah
ukurannya dapat menyebabkan
kaki pegawai yang bekerja
kesemutan yang diakibatkan oleh
terhentinya aliran darah pada
kaki yang terlalu berat menahan
beban tubuh pegawai tersebut.
b. Kursi tinggi. Perancangan kursi
ini didasarkan pada ketinggian
siku pegawai saat berdiri, kursi
jenis
ini
ditujukan
untuk
mengurangi tingkat kelelahan
yang berlebihan ketika pekerjaan
dilakukan dengan berdiri dalam
waktu yang cukup lama. Untuk
kursi jenis ini sandaran kaki
menjadi bagian paling penting
dalam mengurangi beban pada
kaki bawah yang dipindahkan
pada sisi dalam dari lipatan paha.
Beberapa
hal
yang
harus
diperhatikan atau dijadikan acuan
dalam menentukan kursi kerja,
diantaranya:
 Tinggi, panjang dan lebar
alas
duduk
dibuat











senyaman dan sesehat
mungkin untuk pegawai,
agar tidak menimbulkan
efek tidak baik dalam
jangka panjang.
Kesesuaian
dengan
ukuran
dan
bentuk
pinggul pegawai yang
bekerja.
Kemudahan
atau
fleksibelitas kursi saat
digunakan
pegawai
(gerak naik, gerak turun
dan gerak berputar).
Kesesuaian
dan
fleksibelitas
sandaran
punggung
dengan
punggung pegawai.
Terbuat dari material
yang kuat, sehingga tidak
menimbulkan
kekhawatiran
saat
pegawai
menggunakan
kursi tersebut.
Bahan dudukan terbuat
dari
material
yang
memberikan
sirkulasi
udara, dan nyaman saat
pegawai mendudukinya.

2) RUANG KANTOR
Dalam ruang kantor banyak hal yang
dapat dijadikan bahan indicator
apakah kantor tersebut sudah
mererapkan ergonomic di dalamnya.
Kita bisa melihat dari ruang kerja,
tangga kantor, koridor, toilet, ruang
tamu, dan tempat parkir.
a. Ruang Kerja
 Memiliki akses cahaya
yang cukup terang, tidak
menyilaukan,
merusak
dan membuat mata lelah
(cahaya terbaik adalah
cahaya alami matahari
















saat pagi hari, karena
cahaya matahari tidak
memberikan gelombang
cahaya).
Memiliki jumlah jendela
dan pintu yang cukup
(cukup dalam hal ukuran
dan jumlah)
Memiliki akses atau
sirkulasi udara yang
cukup, bersih, dan tidak
berbau.
Udara
tidak
lembab
(dalam hal ini bisa
menggunakan pendingin
ruangan agar menjaga
udara tetap kering).
Jauh
dari
pusat
kebisingan dam tidak
menimbulkan
suara
bergema.
Warna dinding dan lantai
nyaman dilihat.
Dinding dan lantai bersih
dan lantai tidak licin.
Kabel-kabel listrik tertata,
tidak menyandung jalan
dan tidak ada konsleting
listrik.
Stop kontak memadai di
setiap bagain kantor.
Luas
ruang
kerja
memadai dan pegawai
dapat bekerja secara
fleksibel.

b. Tangga Kantor
 Terbuat dari material
yang kuat sehingga tidak
menimbulkan
kekhawatiran
saat
digunakan.
 Dalam keadaan kering
dan tidak licin, sehingga
tidak
membahayakan
pengguna.

 Tidak terlalu curam,
ketinggian anak tangga
sekitar 25-30cm.
 Memiliki
pagar
pegangan.
c. Koridor
 Lantai
selalu
dalam
keadaan kering, bila
basah pasang tanda agar
pegawai berhati-hati.
 Lebar minimal koridor
adalah 120cm atau cukup
untuk dilewati dua orang
yang berpapasan.
 Akses
cahaya
yang
cukup.
 Sirkulasi udara yang
cukup.
d. Toilet
 Lantai dijaga untuk selalu
kering agar tidak kotor
dan tidak licin.
 Kloset
dibuat
darai
material yang kuat dan
tidak
menimbulkan
kekhawatiran
saat
digunakan.
 Akses
cahaya
yang
cukup, tidak remangremang.
 Sirkulasi udara yang baik.
 Air yang keluar dari
keran
berfungsi
dan
bersih.
 Tersedianya tissue, kaca,
sabun cuci tangan dan
tempat sampah.
e. Ruang Tamu
 Akses
cahaya
yang
cukup.
 Sirkulasi udara yang baik.

 Tidak dekat dengan pusat
kebisingan.
 Bersih dari debu, kotoran
dan bau tidak sedap.
 Tersedianya kursi tamu
atau sofa yang nyaman
dan meja tamu yang
memadai untuk tamu dan
bersih.
 Mempunyai luas yang
cukup dan memadai
untuk tamu yang datang.
 Terdapat
aksesoris
tambahan seperti TV, vas
bunga, tanaman, koran,
aquarium dan tempat
minum.
f. Tempat Parkir
 Landasan tanah rata ,
tidak miring.
 Landasan terbuat dari
material yang kuat, padat
dan rata.
 Memiliki
pagar
pengaman dan ramburambu
untuk
memudahkan pengendara
memarkirkan
kendaraannya.
 Memiliki
luas
yang
memadai untuk jumlah
pegawai dan tamu yang
menggunakan kendaraan.
 Terdapat
alat-alat
pengaman K3 (Keamanan
dan Keselamatan Kerja)
seperti tabung pemadam
api, obat-obatan P3K.
3) MESIN KANTOR
a. Computer
 Computer
memiliki
petunjuk yang mudah
dimengerti oleh pegawai.

 Pancaran radiasi monitor
yang rendah.
 Tidak menimbulkan suara
mengganggu
yang
berlebihan.
 Perlengkapan
lainnya
yang memadai seperti
mouse yang memiliki
responsifitas yang baik,
keyboard yang tidak
keras tombolnya.
b. Mesin Kantor lainnya
 Tidak
menimbulkan
kekhawatiran
saat
digunakan.
 Memiliki pengaman dari
kemungkinan terjadinya
konsleting listrik, suara
mengganggu, dan panas
yang berlebih.
 Terbuat dari material
yang kuat dan tidak
membahayakan
pengguna.
 Memiliki tombol atau
remote
yang
dapat
mengendalikan mesin.
 Memiliki buku petunjuk
yang
jelas
untuk
menggunaan
dan
perbaikan.
 Adanya
tanda
atau
symbol yang mudah
dimengerti
oleh
pengguna.
4) PENATAAN KANTOR
a. Warna
Dalam hal menciptakan kantor
yang ergonomic, warna dalam
kantor memiliki bagian yang
cukup
berpengaruh
untuk
psikologis pegawai dan tamu
yang datang. Karena warna dapat

mempengaruhi pemikiran dan
emosi manusia. Pemilihan warna
yang tepat untuk ruang kerja atau
dekorasi akan meningkatkan
produktivitas
kerja
dan
kenyamaan
seseorang
yang
meilhatnya.
Warna dikelompokkan menjadi
empat kelompok warna, yaitu:
1. Warna primer
2. Warna sekunder
3. Warna tersier
4. Warna netral
b. Cahaya
Cahaya
merupakan
sebuah
gelombang yang dipancarkan
oleh atau dari suatu sumber
cahaya yang memancar dan
menyebar keseluruh ruangan.
Cahaya yang cukup menerangi
dengan tepat akan membantu
pada pegawai dalam bekerja,
sehingga mengurangi kelelahan
pada mata pegawai.
Sumber cahaya terbagi menjadi
dua, yaitu sumber cahaya alami
dan sumber cahaya buatan.
Contoh dari sumber cahaya alami
adalah matahari. Dan sumber
cahaya buatan terbagi menjadi
tiga, yaitu cahaya langsung,
cahaya setengah langsung dan
cahaya tak langsung, hal ini
dibagi berdasarkan seberapa
langsung
cahaya
tersebut
mengenai objek atau benda dan
mata pegawai. Contoh dari
sumber cahaya buatan adalah
lampu, lilin dan lain-lain.
Ciri-ciri pencahayaan yang baik
antara lain:
 Sinar cukup menerangi

 Cahaya
tidak
menyilaukan
 Tidak
menimbulkan
kontras yang tajam
 Memancar dengan rata
atau tidak menghasilkan
bayangan
 Tidak
menimbulkan
gelombang
cahaya
bergetar
yang
dapat
merusak mata dalam
jangka panjang.
c. Udara
Udara adalah suatu faktor yang
dapat mempengaruhi kondisi
fisik (daya tahan) manusia yang
bekerja atau pegawai. Udara juga
merupakan salah satu faktor yang
dapat menciptakan kenyamanan
atau ergonomic di suatu kantor.
Bila sebuah lingkungan kerja
kekurangan udara yang bersih
akan menimbulkan efek stress
pada pegawai. Dan suhu atau
temperratur yang sehat untuk
bekerja berkisar antara 20-25
derajat celcius.
Cara untuk mengendalikan udara
di kantor:
 Buatlah ventilasi udara
yang cukup untuk jumlah
pegawai
dan
luas
ruangan, sehingga udara
bisa keluar dan masuk
melalu ventilasi yang
berbeda.
 Gunakan kipas angina
atau pendingin udara
lainnya untuk membantu
sirkulasi udara.
 Pasanglah
alat
penghangat ruangan bila
diperlukan.

 Pakailah pakaian kerja
yang tepat, sesuai dengan
kondisi dan musim atau
iklim yang ada.
d. Suara
Suara adalah bunyi yang dapat
didengar,
yang
memiliki
gelombang tertentu. Suara yang
gaduh
atau
bising
dapat
mengganggu pekerjaan pegawai,
terlebih untuk pekerjaan pegawai
yang
sangat
memerlukan
konsentrasi (kefokusan) yang
tinggi
contohnya
membuat
perencanaan,
konsep,
perhitungan keuangan dan lainlain. Selain itu suara gaduh dapat
meningkatkan tingkat stress
pegawai dan merusak alat
pendengaran
dalam
jangka
panjang.
Cara mengendalikan suara gaduh
di kantor antara lain:
 Mesin-mesin
dan
peralatan kantor yang
menimbulkan suara gasuh
ditempatkan jauh dari
tempat
kerja
yang
membutuhkan
konsentrasi yang tinggi,
dekat dengan jendela atau
deiberi pembatas dan
dilapisi material peredam
suara.
 Menggunakan desain dari
bahan-bahan
yang
menyerap suara, seperti
kayu, karpet dan lain-lain.
 Pakailah peralatan atau
furniture yang terbuat
dari
material
yang
menyerap suara seperti
kayu.

 Putarlah music tertentu
dengan volume rendah
sehingga
menciptakan
suasana
tenang
dan
mengurangi
tingkat
stress.
e. Budaya
Budaya adalah kebiasaan yang
sudah menjadi sebuah perilaku
atau kegiatan saat dalam
lingkungan
bekerja,
berkomunikasi dan berhubungan
dengan sasama pegawai atau
pihak dari luar kantor.
Biasanya budaya dibentuk oleh
kebersaan dari sebuah kelompok,
tetapi dapat juga bermula dari
atasan atau bawahan. Contohnya
seperti sifat ramah, datang tepat
waktu dan teliti dalam bekerja.
Dalam sebuah lingkungan kerja
biasanya tercipta budaya yang
sehat dan demokrasi, terciptanya
budaya ini sangat bergantung
pada tipe pimpinan dan pegawai
yang ada didalam lingkungan
kantor tersebut.
PENERAPAN KANTOR ERGONOMIC
1) POSISI KERJA
Posisis dalam bekerja terbagi
menjadi posisi saat duduk dan posisi
saat berdiri. Posisi duduk adalah
posisi saat kaki tidak terbebani oleh
beban tubuh dan posisinya stabil
selama bekerja. Sedangkan posisi
saat berdiri adalah posisi dimana
posisi tulang balakang vertical dan
beban tubuh tertumpu dengan stabil
pada kedua kaki.
Posisi kerja yang baik:

 Posisikan pekerjaan terlihat
dengan baik oleh mata dan
posisikan badan agar tegak,
dan posisikan kepala agak
condong kedepan.
 Posisikan benda yang ingin
dijangkau berada paling jauh
15cm diatas meja kerja.
 Carilah meja kerja yang bisa
diatur tingginya naik turun
sesuai dengan tinggi pegawai
yang bekerja.
2) PROSES KERJA
Para pegawai dapat menjangkau
peralatan kerja sesuai dengan posisi
mereka selama bekerja dan sesuai
dengan ukuran antropometri pegawai
tersebut.
Hal seperti ini harus dibedakan
ukuran antropometri ke bagian barat
dan ke bagian timur. Minimalisir
pergerakan yang tidak perlukan, dan
gunakanlah sepatu yang senyaman
mungkin untuk bekerja.
Proses kerja yang ergonomic antara
lain:
 Usahakan agar postur tubuh
selalu berubah dan tidak
statis, cobalah sesekali untuk
regangkan otot.
 Bila pekerjaan mengharuskan
adanya koordinasi antara
mata dan tangan (misalnya
mengetik) jadi posisikan
pekerjaan berada di dekat
daerah jangkauan mata, atau
berada
sedikit
dibawah
ketinggian
bahu,
untuk
menstabilkan posisi tangan
berilah ganjalan di bawah
siku atau pergelangan tangan
yang nyaman yang betujuan
untuk
mengurangi beban

pada bahu dan pergelangan
tangan.
Saat proses bekerja terdapat tatacara
pengaturan bekerja. Pekerjaan dapat
di atur dengan beberapa pengaturan
antara lain sebagai berikut:
 Alat bantu yang bersifat
mekanik akan diperlukan
kapanpun.
 Meminimalisisr
frekuensi
pergerakkan.
 Meminimalisir jarak dalam
mengangkat beban.
 Dalam membawa beban ada
hal yang perlu diingat yaitu
agar
permukaan
yang
dipegang
atau
menjadi
tumpuan tidak licin dan tidak
perlu mengangkat beban
tersebut terlalu tinggi.
 Menerapkan
prinsip
ergonomic yang relevan.
3) MENGANGKAT BEBAN
Terdapat
berbagai
cara
dalam
mengangkat beban yaitu, menggunakan
tangan, kepala, punggung, bahu dan
bagian tubuh yang lain-lain. Mengangkat
beban yang terlalu berat akan
menyebabkan cedera pada
tulang
punggung, jaringan otot atau bahkan
cedera pada persendian yang diakibatkan
dari gerakan mengangkat beban yang
berlebihan. Semua pegawai harus
mengetahui bagaimana cara mengangkat
beban.
Cara mengangakat beban yang benar:
 Menggunakan lebih banyak otot
tangan daripada otot punggung.

 Saat akan memulai gerakan
horizontal
maka
sebaiknya
menggunakan momentum beban
tubuh.
Porsi beban yang
manusia antara lain:

dapat

diangkat

 Beban untuk laki-laki dewasa 40
kg
 Beban untuk wanita dewasa 1520 kg
 Beban untuk laki-laki (16-18 th)
15-20 kg
 Beban untuk wanita (16-18 th)
12-15 kg
Metode ini merupakan 5 faktor dasar
dalam mengangkat beban :
 Posisikan kaki dengan benar
 Memiliki punggung yang kuat
dan kekar
 Posisikan lengan agar dekat
dengan tubuh
 Mengangkat beban dengan benar
 Menggunakan berat badan
Perlunya pelatihan di bidang ergonomic,
dengan pelatihan untuk menciptakan
keadaan yang ergonomic yang terus
menerus, akan menjadi sebuah kebiasaan
atau menjadi budaya selama waktu
bekerja.
Sudah
dapat
dipastikan
pelatihan yang terus menerus harus
diikuti oleh semua pegawai agar menjadi
pembelajaran dan pengetahuan yang
tidak terpisahkan dari kesehatan dan
keselamatan kerja ditempat kerja,
semuanya ditujukan pada aspek proses
kerja dan lingkungan kerja.
METODE KANTOR ERGONOMIC
Dalam menerapkan sistem kantor yang
ergonomic,
ada
beberapa
metode
pelaksanaan ergonomic, antara lain:

1) DIAGNOSIS
Metode diagnosis ini dapat dilakukan
dengan melakukan kegiatan seperti
mewawancarai pegawai kantor,
melakukan penilaian fisik oleh
pegawai kantor, uji pencahayaan
kantor, ergonomic office checklist,
dan pengukuran lingkungan kerja
yang lainnya.
2) TREATMENT
Pada metode treatment, pemecahan
sebuah
masalah
ergonomic
bergantung pada saat metode
diagnosis
dilakukan.
Membeli
furniture dan peralatan kantor yang
sesuai dengan fisik pegawai.
3) FOLLOW – UP
Metode follow-up dilakukan dengan
cara melakukan evaluasi secara
subjektif dan objektif. Secara
subjektif salahsatu contohnya dengan
menanyakan bagaimana kenyamanan
kantor ini, dan bagian badan mana
yang terasa sakit atau mungkin
tingkat stress pegawai. Sedangkan
secara objektif misalnya dengan
memperhitungkan produk yang
ditolak, rekap absensi pegawai,
frekuensi terjadinya kecelakaan kerja
dan lain-lain.
HAMBATAN
Walaupun dalam usaha penerapan kantor
yang ergonomic dapat membuktikan mampu
meningkatkan
kesehatan
pegawai,
keselamatan pegawai saat bekerja dan
produktivitas kerja pegawai, tetapi terdapat
sejumlah faktor yang dapat menghambat
penerapan sistem ergonomic, yaitu:
 Manajemen kantor masih saja
memberikan prioritas yang rendah
terhadap program ergonomic dan K3
di kantor.

 Program yang dilaksanakan di kantor
lebih banyak program yang bersifat
kuratif
dibandingakan
dengan
program yang bersifat preventif. Jadi
lebih banyak kegiatan yang sifatnya
mengobati atau membedani (kuratif)
di bandingkan dengankegiatan yang
mencegah (preventif).
 Minimnya
pengetahuan pegawai
mengenai ergonomic, kesehatan dan
keselamatan kerja dari pihak kantor.
 Adanya keterbatasan dari segi
modal.
 Pengawasan dan pemberian sanksi
yang masih lengah dari pihak
pemerintah.
KESIMPULAN
Setelah seorang manager menemukan lokasi
kantor
yang
paling
tepat
dengan
menggunakan metode bobot/penilaian atau
metode perbandingan biaya, seorang
manager memiliki tanggungjawab untuk
merancang layout kantor tersebut. Layout
perkantoran dibuat sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan masing-masing bagian. Namun
dalam merancang layout banyak hal yang
harus di perhatikan untuk membuat kantor
tersebut menjadi ergonomic. Kantor yang
ergonomic tentu berdampak pada kinerja
pegawai, dan dalam menjadikan sebuah
kantor ergonomic ada indikasi-indikasi
penilaian, seperti pada ruangan kantor,
furniture, mesin kantor dan bagaimana
penataannya mencakup warna, udara,
cahaya bahkan budaya yang berkembang di
kantor tersebut agar menjadi nyaman dan
terjamin
keamanannya.serta
terdapat
penerapan ergonomic kantor, seperti
bagaimana posisi duduk, berdiri dan
mengangkat beban yang benar sehingga
tidak akan menimbulkan kerugian bagi
pegawai. Ada pula metode-metode dalam
penerapan sistem ergonomic ini, dan
terdapat beberapa hambatan yang mungkin

terjadi. Namun dengan adanya jurnal ini
diharapkan akan semakin banyak kantorkantor yang memprioritaskan kegiatan yang
lebih bersifat preventif dibandingkan
kegiatan yang bersifat kuratif. Dan
diharapkan juga pembaca akan semakin
mengetahui
bagaimana
menciptakan
lingkungan kantor yang ergonomic, untuk
mendapatkan lingkungan yang aman,
nyaman dan dapat memberikan efesiensi,
efektivitas dan juga kinerja pegawai yang
menjadi semakin produktif.
DAFTAR PUSTAKA

Andini, P. S. (2015, Januari 05). LITERATUR REVIEW: PENGARUH PERALATAN DAN
MESIN KANTOR YANG ERGONOMIS BAGI KESEHATAN PEGAWAI. Retrieved
Desember 27, 2017, from http://putisuryaandinii.blogspot.co.id/
Auliya, F. (2015, Juni 24). Pengaruh Kantor Ergonomi Terhadap Kinerja Karyawan. Retrieved
Desember 31, 2017, from https://fikriauliya.wordpress.com/2015/06/24/pengaruh-kantorergonomi-terhadap-kinerja-karyawan/
Chaniago, H. (2013). Manajemen Kantor Kontemporer. In Y. Efawati (Ed.). Bandung: AKBAR
LIMAS PERKASA, CV.
Fauzia, N. K. (2016, Juni 16). MENCIPTAKAN KANTOR YANG ERGONOMI. Retrieved
Desember 28, 2017, from http://nidakfauzia.blogspot.co.id/2016/06/menciptakan-kantoryang-ergonomi.html
Priciera, A. (2016). ergonomics; office chairs. Retrieved Desember 30, 2017, from
https://www.academia.edu/19646538/ergonomics_office_chairs
Radiah, S. (2015). pengaruh office ergonomic terhadap suatu kantor. Retrieved Desember 30,
2017,

from

https://www.academia.edu/25992309/pengaruh_office_ergonomic_terhadap_suatu_kanto
r