ATLAS SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR BEBERAP
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/291229322
ATLAS SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR
BEBERAPA KABUPATEN DI PROVINSI PAPUA
DAN PAPUA BARAT (Inisiasi Kegiatan, Proses dan
Hasil Penyusunan)
CONFERENCE PAPER · AUGUST 2008
READS
9
3 AUTHORS, INCLUDING:
Roni Bawole
University of Papua, Indonesia
13 PUBLICATIONS 4 CITATIONS
SEE PROFILE
Available from: Roni Bawole
Retrieved on: 29 February 2016
320
ATLAS SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR BEBERAPA KABUPATEN DI
PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT
(Inisiasi Kegiatan, Proses dan Hasil Penyusunan)
Roni Bawole1, Randolph W. Hutahuruk2, dan Thomas F. Pattiasina3
1, 2
Jurusan Ilmu Kelautan, 3Jurusan Perikanan
Universitas Negeri Papua
Jl. Gunung Salju, Amban – Manokwari 98314
Telp/Fax: +62 986 211675
Email: [email protected] ; [email protected] ; [email protected]
Abstrak
Provinsi Papua dan Papua Barat memiliki kekayaan sumberdaya yang sangat potensial
baik sumberdaya dapat pulih maupun yang tak dapat pulih sebagai aset pembangunan.
Walaupun demikian, pemerintah daerah menghadapi tantangan kompleksitas permasalahan
pemanfaatan dan pengelolaan aset ini. Keberlanjutan pembangunan pesisir dan laut di kedua
provinsi memerlukan suatu pendekatan pengelolaan yang terpadu berbasis ekosistem dan
masyarakat. Unipa telah memfasilitasi penyusunan atlas sumberdaya wilayah pesisir di
beberapa kabupaten di Provinsi Papua dan Papua Barat, yang dapat menjadi dasar penyusunan
rencana pengelolaan pesisir yang terpadu, terlebih dengan semakin meningkatnya
pemanfaatan sumberdaya pesisir di wilayah kedua provinsi terutama sumberdaya perikanan
dan kelautan. Atlas-atlas sumberdaya pesisir ini disusun berdasarkan hasil pengumpulan data
dan informasi penting baik melalui survei, wawancara atau data sekunder dari berbagai pihak
(stakeholders) yang memberikan perhatian besar atau terlibat langsung dalam praktek-praktek
pengelolaan pesisir, di antaranya kalangan pemerintah daerah, perguruan tinggi, LSM dan
masyarakat pesisir.
Beberapa produk atlas yang telah dihasilkan adalah atlas sumberdaya pesisir Kawasan
Teluk Bintuni (kerjasama dengan Mitra Pesisir/CRMP II), Kabupaten Sarmi, Kabupaten
Kaimana, Kabupaten Biak-Numfor, Kabupaten Raja Ampat dan Kabupaten Fakfak (Distrik
Karas dan Distrik Fakfak Timur). Disamping memuat informasi baik spasial maupun non
spasial tentang sumberdaya pesisir, atlas-atlas ini mengungkap isu-isu penting terkait
pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pesisir. Pembuatan atlas-atlas ini merupakan salah
satu upaya kongkrit dalam bidang perencanaan pengelolaan wilayah pesisir. Diharapkan atlasatlas ini dapat menjadi landasan obyektif dan kontributif yang dapat diterima dan digunakan
oleh berbagai pihak yang terkait dengan pengelolaan wilayah pesisir di Provinsi Papua dan
Papua Barat.
Cara Sitasi: Bawole R, Hutahuruk RW, Pattiasina Th.F. 2008. Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Beberapa
Kabupaten Di Provinsi Papua Dan Papua Barat (Inisiasi Kegiatan, Proses dan Hasil Penyusunan). Dalam
Prosiding Konferensi Nasional VI Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan tanggal 26 – 29 Agustus 2008 di
Manado, hal 320 – 326. Departemen Kelautan dan Perikanan Indonesia.
320
321
PENDAHULUAN
Pada dasarnya proses penyusunan atlas hanya merupakan alat untuk mengajak semua
pihak memberikan perhatian yang serius bahwa wilayah pesisir memiliki sumberdaya
potensial yang apabila dikelola dengan baik akan memberikan manfaat ekonomi.
Desentralisasi pengelolaan pesisir pada tingkat daerah dengan pencapaian kemajuan yang
terukur merupakan tahapan awal dari proses yang ditekankan pada saat penyusunan atlas,
terutama pada kegiatan sosialisasi kepada berbagai mitra tentang pentingnya penyajian profil
daerah dalam bentuk atlas. Dengan demikian secara informal penyusunan atlas sumberdaya
pesisir adalah mengajak semua pihak untuk bersama-sama memelihara pesisir untuk
kehidupan yang lebih baik.
Luaran yang diharapkan dari proses penyusunan atlas sumberdaya pesisir adalah (1)
menyajikan profil yang lengkap melalui pengumpulan informasi komponen lingkugan yang
akurat, valid dan dapat dipertangjawaban secara ilmiah; (2) memperkuat sumberdaya manusia
lokal dalam mengelola sumberdaya pesisir pada daerahnya masing-masing; (3) meningkatkan
kepedulian pentingnya memelihara sumberdaya pesisir demi keberlanjutan kegiatan
pemanfaatan perikanan dan kelautan.
Khusus untuk daerah Papua, proses penyajian sumberdaya pesisir dalam bentuk data
spasial (atlas) merupakan hal baru, sehingga beberapa daerah kabupaten dan kota hasil
pemekaran yang memiliki daerah pesisir sangat memberikan perhatian yang serius dalam
penyediaan data dan informasi. Sosialisasi kegiatan dalam bentuk stakeholder meeting
tentang penyusunan atlas sumberdaya pesisir merupakan kunci keberhasilan dalam proses
penyusunan atlas.
Dukungan dari berbagai pihak dengan Bappeda sebagai pusat
penyelenggaran kegiatan telah mendorong pengelolaan sumberdaya pesisir ditempatkan
sebagai pilar utama dalam menunjang kegiatan perekonomian di daerah/kota. Informasi yang
disajikan dalam bentuk atlas telah menjadi sumber acuan dalam penyusunan rencana strategis
daerah dan sekaligus sebagai bahan acuan dalam menyusun rencana penataan dan
pemanfaatan ruang daerah.
PROSES INISIASI KEGIATAN
Proses inisiasi kegiatan penyusunan atlas sumberdaya pesisir dimulai dengan
memperkenalkan kepada pemerintah daerah melalui Bappeda tentang pentingnya penyediaan
data dan informasi sumberdaya pesisir, dan apabila sumberdaya ini dikelola dengan baik akan
memberikan manfaat ekonomi bagi daerah tetapi sumberdaya pesisir tetap terjaga dan
terpelihara dalam kontek pembangunan ekonomi berkelajutan. Stakeholder meeting kerjasama
pemerintah daerah dengan Universitas Negeri Papua sebagai fasilitator dalam penyusunan
atlas merupakan proses awal dari berbagai kegiatan. Proses sosialisasi ini ditujukan untuk: (1)
membangun kemitraan dalam proses penyusunan atlas; (2) penyamaan persepsi dari berbagai
stakehoder (Pemda, Perguruan Tingg setempat, LSM, Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat, Tokoh
Agama, dan DPRD) tentang penting desentralisasi daerah dalam pengelolaan sumberdaya
pesisir sebagaimana dimanatkan oleh UU 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; (3)
memperkenalkan pendekatan partisipatif masyarakat dalam proses penyusunan atlas.
321
322
PROSES PENYUSUNAN
Perencanaan yang sentralistik dari pusat dan kebutuhan sumberdaya alam primer telah
menyebabkan degradasi sumberdaya alam dan penurunan keanekaragaman hayati serta mutu
lingkungan mengalami penurunan pada beberapa daerah di Papua dan Papua Barat. Biasanya
para investor baik yang berkaitan langsung dengan pemanfaatan sumberdaya perikanan dan
investor yang memanfaatkan lahan atas (perkebunan, Hak Pengusahaan Hutan) telah
memberikan sumbangan terjadinya degradasi dan penurunan mutu lingkungan di wilayah
pesisir dan laut. Untuk menghimpun berbagai data dan informasi maka pendekatan
partisipatif kepada berbagai mitra dilakukan. Kegiatan partisipasi lebih difokuskan pada dua
pencapaian tujuan, yaitu setiap kampung yang terletak pada daerah pesisir harus dikunjungi
untuk mendapatkan data primer dan verifikasi data sekunder; dan partisipasi dari setiap mitra
yang dapat memberikan multi efect bagi pengelolaan sumberdaya pesisir berkelanjutan (Dinasdinas terkait, LSM lokal, Perguruan Tinggi, Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat dan Tokoh
Agama).
Untuk melengkapi data dan informasi yang diperlukan dalam pembuatan peta, gambar,
status sumberdaya dan potensi, maka UNIPA memfasilitasinya dalam menyediakan tenaga
ahli sebagai konsultan dalam merampungkan penyusunan atlas sumberdaya pesisir dari
beberapa daerah kabupaten di Provinsi Papua Barat (Bintuni, Kaimana, Fakfak, Raja Ampat)
dan Provinsi Papua (Sarmi dan Biak Numfor). Gambar 1 menunjukan alur proses penyusunan
atlas.
Awal Kegiatan
Sosialisasi Rencana
Pembentukan Tim
Kerja/Tim Survei
Identifikasi Isu
Wilayah/Lokasi Survei
Pengumpulan &
Kompilasi Data
Sekunder
Survey Lapangan
Laporan Teknik
Kompilasi PetaPetaTematik
Pembuatan PetaPeta Tematik
Pengambilan Titik-Titik
Koordinat (GPS)
Draft Atlas
Verifikasi Data
Melengkapi Data &
Penyimpanan dalam
VCD/DVD
Proof Reading
Draft Akhir
Cetak Atlas
- Peluncuran
- Diseminasi
- Distribusi Atlas
Gambar 1. Proses pembuatan atlas sumberdaya pesisir
322
323
Pengalaman dan pengetahuan terutama dalam penyediaan data sekunder oleh instansi
pemerintah kurang seimbang karena merupakan kabupaten hasil pemekaran daerah. Informasi
biasaya masih mengandalkan data yang tersedia pada kabupaten induk dan kadangkala sangat
sulit diakses. Informasi yang diproses kadang kurang akurat dan biasanya sudah kedaluwarsa.
Pengumpulan data dari instansi pemerintah biasanya membutuhkan banyak waktu dan
senantiasa dibutuhkan pengecekan ulang karena umumnya data tidak singkron antar instansi
pemerintah.
Hubungan dengan berbagai industri dan atau perusahaan yang bergerak di bidang
perikanan dan HPH sangatlah diperlukan dalam upaya penyediaan data dan informasi,
disamping kesadaran penuh terhadap penggunaan lahan di pesisir maupun terhadap
pengembangan ekonomi masyarakat pesisir. Kebanyakan perusahaan perikanan tidak
mempunyai partisipasi dalam desain dan manajemen usaha yang terkait dengan penggunaan
lahan pesisir. Kecurigaan terhadap para surveyor dalam kegiatan pengumpulan data lapangan
untuk kegiatan pengelolaan pesisir tetap tidak dapat dihindari, namun demikian melalui
pendekatan informal/personal dukungan dari sektor swasta dapat diperoleh.
Peranan media lokal dan nasional sedikit memberikan kontribusi dalam upaya
membangun kepedulian pemerintah daerah terhadap pengeloaan sumberdaya pesisir. Ekspos
daerah pesisir dengan melibatkan para Bupati dan Kepala Bappeda serta tokoh masyarakat
dalam memberikan komentar tentang sumberdaya pesisir, dan komentar mereka telah
dijadikan sebagai materi dalam tayangan televisi swasta Indonesia. Tayangan secara nasional
telah dilakukan di Metro TV untuk beberapa kali tanyangan, demikian juga lewat Metro Papua
TV. Kegiatan ini telah membangkitkan kepedulian Pemerintah daerah terhadap sumberdaya
pesisirnya dan dampaknya berupa dukungan penuh dari pemda kebupaten dalam bentuk
penyediaan dana. Pada beberapa daerah kabupaten (Sarmi, Kaimana dan Biak) telah
disediakan dana untuk updating data atlas dan pada saat yang sama pihak UNIPA telah
memberikan teknik pengumpulan data yang berbasis pada SIG (Sistem Informasi Geografis)
pesisir. Kegiatan ini melibatkan staf yang ada di Bappeda dan beberapa dinas yang terkait
dengan pemanfaatan sumberdaya pesisir. Sebagai kelanjutan dari kegiatan penyusunan atlas
Pesisir Kabupeten Kaimana, maka pihak Pemda Kabupaten bekerjasama dengan UNIPA telah
menyelesaikan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kaimana.
PROSES KEGIATAN PENGUMPULAN DATA
Pada saat data sekunder diperoleh dari berbagai instansi pemerintah dan dari sumber
lain, tiap tim survei telah memanfaatkan data tersebut dengan baik. Pada saat yang sama
interaksi dengan staf dari instasi pemerintah merupakan kesempatan yang baik untuk promosi
daerah pesisir sekaligus memberikan infromasi pentingnya menjaga kelestarian sumberdaya
pesisir yang ada. Data dari BPS dirasakan kurang sekali terutama beberapa daerah kabupaten
merupakan hasil pemekaran, sedangkan BPS kabupaten baru belum berfunsi dengan baik
dalam penyediaan data. Pengumpulan data dari instansi pemerintah sangat membutuhkan
waktu yang cukup lama karena data biasanya tersebar di antara seksi seksi, dan hanya kepala
bagian yang mengetahui siapa saja orang-orang yang dapat diakses untuk mendapatkan data.
Data kunci seperti kegiatan strategis, ekonomis atau yang mempunyai nilai politis berupa
kebijakan pembangunan baik yang berasal dari instansi pemerintah maupun orang yang
berkepentingan tapi berada luar sistem pemerintahan jarang membangi informasi dengan
323
324
alasan meminimalkan resiko hubungan yang sudah terjalin. Sayangnya informasi berharga
seperti ini lebih sulit diakses.
Informasi yang berasal dari instansi pemerintah membutuhkan konfirmasi ulang atau
silang terutama terkait dengan data yang berhubungan dengan berbagai instansi. Sehingga
perlu ada pembobotan informasi lapangan yang menyebabkan ongkos informasi menjadi
sangat mahal. Data yang terkumpul baik yang berasal dari laporan teknis tim survei lapangan
maupun data-data sekunder, selanjutnya, dirangkum oleh tim kecil yang berfunsi menyusun
dan menyunting kembali informasi. Hasil tim kecil ini berupa narasi yang sederhana dan
mudah dimengerti oleh berbagai tingkat pendidikan pembaca/pengguna, dan informasi yang
ada disajikan dalam bentuk peta dan informasi teks singkat tentang potensi dan berbagai isu
permasalahan, dan terangkung dalam bentuk ”Atlas Sumberdaya Pesisir”. Sampai pada saat
ini telah dihasilkan atlas sumberdaya pesisir Kabupaten Bintuni, Sarmi, Kaimana, Fakfak dan
Biak Numfor, yang kesemuanya difasilitasi oleh Unversitas Negeri Papua Manokwari Provinsi
Papua Barat.
Semua hasil rangkuman tim kecil berupa draft atlas sumberdaya pesisir selanjutnya
dipresentasikan dalam pertemuan konsultasi publik, didiskusikan dengan berbagai mitra
(stakeholders) di kabupaten. Pada saat konsultasi publik ini dilakukan validasi data dan
koreksi dan verifikasi data, sehingga data yang termuat di atlas menjadi valid dan dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya. Proses kegiatan pengambilan data lapangan sekaligus
kegiatan verifikasi data sekunder yang dilakukan oleh para surveyor disampaikan dalam
Gambar 2.
PENYAJIAN DATA DAN INFORMASI
Atlas ini disusun berdasarkan hasil survei yang dilaksanakan secara intensif di semua
distrik (kecamatan) di wilayah kabupaten. Fokus utama survei adalah menghimpun data
potensi, permasalahan dan berbagai isu yang terkait dengan pemanfaatan sumberdaya pesisir.
Data dan informasi dalam atlas ini mencakup gambaran yang komprehensif tentang potensi
sumberdaya pesisir yang ditampilkan secara spasial berdasarkan aspek fisik, ekologis, sosial
ekonomi, budaya dan lingkungan serta berisi isu-isu strategis dalam pengelolaan wilayah
pesisir di kabupaten.
Informasi yang disajikan umumnya meliputi lokasi dan batas administratif, aspek fisik
yang meliputi: kondisi geologi, sumberdaya air dan DAS, kondisi oseanografi. Aspek biologi
yang meliputi ekosistem pesisir dan biota laut. Aspek demografi termasuk di dalamnya
kondisi sosial ekonomi masyarakat, pendidikan dan pelayanan umum. Informasi tentang
kegiatan-kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam yang meliputi kegiatan perikanan, pertanian,
perkebunan, peternakan dan kehutanan. Disamping itu disajikan pula informasi pemanfaatan
lahan dan potensi pariwisata.
HASIL EVALUASI KEGIATAN
Kegiatan penyusunan atlas pesisir pada beberapa daerah kabupaten di Papua
merupakan adopsi dari kegiatan penyusunan atlas sumberdaya pesisir Kabupaten Teluk
Bintuni, yang merupakan produk kerjasama Universitas Negeri Papua dan Pemerintah
Kabupaten Teluk Bintuni dengan Program Mitra Pesisir atau CRMP II Usaid Bappenas.
Berawal dari keberhasilan di Bintuni, kegiatan yang sama direplikasi untuk kabupten lain
(Kaimana, Sarmi, Fakfak dan Biak Numfor). Kegiatan penyusunan atlas ini melibatkan
324
325
berbagai mitra secara partisipatif. Keterlibatan mitra ini dimulai dalam berbagai tahap
kegiatan dari proses sosialiasi, perencanaan, verifikasi hingga produksi atlas. Waktu yang
diperlukan dalam proses ini termasuk revisi selama kurang lebih 1 – 1,5 tahun karena
dinamika yang terjadi di daerah berupa pemekaran distrik/kecamatan, telah menambah waktu
penyelesaian proses penyusunan atlas.
Citra Satelit (Landsat,
NOAA, Feng Yun, dll)
Terumbu
Karang
SPL
GeoFisik
Lahan
Klorofil
MPT
ZPPI
Peta Tematik Tentatif
Peta Dasar (Dishidros,
LPI); Data GPS
Data Sekunder
Penentuan Titik
Sampel
Survey
Lapangan
Aspek
Fisik
Lahan
Survey Biota
Pesisir dan
Laut
Survey
Lapangan
SOSEKBUD
dan Pola
Pemanfaatan
SDA
Verifikasi dan Validasi
Hasil
PETA-PETA
TEMATIK
BIOGEOFISIK
Analisis Hubungan Aspek BioGeofisik
dan SOSEKBUD terhadap Pemanfaatan
dan Pengelolaan SD
1. Deskriptif 2. Matrik
3. Statistik
4. Analisis Spasial
ATLAS SUMBERDAYA WILAYAH
PESISIR KABUPATEN
Gambar 1. Alur kegiatan pengumpulan data lapangan
Umpan balik dari berbagai mitra pada berbagai pertemuan sangat positif karena atlas
yang dihasilkan merupakan sumber data yang sangat dibutuhkan oleh berbagai instansi
penguna baik sektor pemerintah maupun swasta, ditambah lagi dengan keinginan secara
perorangan dari berbagai kalangan. Produksi atlas ini telah mendorong kepedulian berbagai
pihak tentang pentingnya pengelolaan sumberdaya pesisir. Atlas ini selanjutnya dibagikan
sampai ke daerah distrik/kecamatan dengan harapan dapat dijadikan sebagai acuan dalam
perencanaan kegiatan pada tingkat kampung, distrik/kecamatan dan tingkat kabupaten.
325
326
Ada beberapa faktor yang mendorong keberhasilan penyusunan atlas ini, yaitu:
1. Dukungan dari berbagai mitra tentang pentingnya penyediaan informasi sumberdaya pesisir
secara komprehensif (kegiatan-kegiatan yang terintegrasi dengan wilayah pesisir, seperti
pertanian, kehutanan dan peternakan serta aktivitas ekonomi di wilayah pesisir);
2. Dukungan yang kuat dari Pemerintah daerah baik dukungan moril maupun finansial dalam
proses penyusunan atlas di daerahnya;
3. Dukungan teknis dari tenaga ahli UNIPA Manokwari dan IPB sebagai konsultan teknis
yang keahliannya belum dimiliki UNIPA;
4. Kamampuan UNIPA dalam menfasilitasi kegiatan penyusunan atlas dengan menjalin
kerjasama dengan berbagai mitra secara profesional
Kesulitan terbesar dalam proses penyusunan atlas, antara lain adalah menjaga
konsistensi dari setiap mitra mendapatkan informasi tentang kemajuan kegiatan. Setiap
kunjungan ke instansi pemerintah dan swasta biasanya diawali dengan penyampaian tentang
pentingnya pengelolaan bersama potensi sumberdaya pesisir. Dengan demikian informasi
yang dimiliki dapat dengan mudah diakses baik yang dimiliki secara individu maupun
lembaga. Komunikasi baik horisontal maupun hirarki dalam suatu instasi pemerintah masih
sangat terbatas dalam upaya penyamaan persepsi di antara staf dalam pengelolaan sumbedaya
pesisir.
Walaupun kegiatan ini telah dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan berbagai
mitra, dengan tenaga surveyor yang bekerja hingga pada tingkat kampung dan
disrik/kecamatan, kritik terhadap UNIPA sebagai fasilitator dalam penyusunan atlas tetap ada
dan umunya berhubungan dengan kurangnya melibatkan ”masyarakat” dan organisai lain
(kepemudaan) dalam perencanaan dan implementasi kegiatan penyusunan atlas.
Dengan selesainya kegiatan penyusunan atlas, maka kerjasama telah terbentuk dengan
berbagai instasi dalam menangani masalah pesisir. Beberapa orang baik secara lembaga
maupun individu telah menjadi mitra kunci pada tingkat kabupaten dalam memberikan
perhatian yang lebih intensif dalam kegiatan pengelolaan sumberdaya pesisir. Beberapa
kegiatan ikutan telah dilaksanakan terutama yang berhubungan dengan peningkatan
perekonomian masyarakat pesisir. Kegiatan tersebut berupa bidaya rumput laut dan bantuan
teknis serta paket jaring dan motor tempel kepada nelayan.
PENUTUP
Atlas sumberdaya pesisir merupakan hal baru di Papua. Proses pembuatannya dengan
fasiltator dari UNIPA dikerjakan dengan metode learning by doing dan dengan berbekal pada
pengalaman pertama proses penyusunan atlas sumberdaya Pesisir Kabupaten Teluk Bituni
dengan dukungan penuh dari Mitra Pesisir/CRMP II Usaid. Komunikasi terbuka dengan
berbagai mitra terutama pemerintah daerah merupakan kunci sukses kegiatan ini. Produk dari
atlas ini dengan informasi yang terkandung di dalam telah menjadi acuan dalam mewujudkan
rencana strategis daerah dan rencana detail tata ruang wilayah kabupaten.
326
327
DAFTAR PUSTAKA
Namserna, H.J., Marwa, J., Ayhuan, H., dan Tebay, S. 2005. Potensi Sumberdaya Pesisir
Distrik Buruway. Laporan Teknik. UNIPA. Manokwari.
Namserna, J., Rahardjo, S., Marwa, J., Imbiri, S., dan Sawe, D. 2004. Survey Potensi
Sumberdaya Distrik Bonggo dan Pantai Timur Kabupaten Sarmi. Laporan Teknik.
UNIPA. Manokwari.
Pattiselanno, F. dan Metalmety, R. 2004. Survei Potensi Sumberdaya Distrik Mamberamo
Hulu, Kabupaten Sarmi. Laporan Teknik. UNIPA. Manokwari.
Pemerintah Kabupaten Biak Numfor. 2007. Atlas Sumberdaya Pesisir dan Laut Kabupaten
Biak Numfor. Pemda Kab. Biak Numfor. Biak.
Pemerintah Kabupaten Raja Ampat dan Konsorsium Atlas Sumberdaya Pesisir Kabupaten
Raja Ampat. 2006. Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Kabupaten Raja Ampat Provinsi
Papua Barat. CII. Raja Ampat.
Pemerintah Provinsi Papua, UNIPA, dan CRMP. 2003. Atlas Sumberdaya Pesisir Teluk
Bintuni. UNIPA. Manokwari.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Kabupaten Minahasa, Kota Manado, dan Kota Bitung.
2002. Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Minahasa, Manado, Bitung. Diterbitkan oleh
Proyek Pesisir (USAID Indonesia, Coastal Resources Management Project). Manado.
Prabawardani, S., Rahayu, M., Hadi, P., Manan, J., Bogra, H. 2005. Potensi Sumberdaya
Pesisir Distrik Kaimana Kota. Laporan Teknik. UNIPA. Manokwari.
Renyaan, A.W.A., Bodang, Y., Widayati, T.W., dan Susanti, C.M.E. 2005 Potensi
Sumberdaya Pesisir Distrik Teluk Etna. Laporan Teknik. UNIPA. Manokwari.
Tjolli, I., Toha, A.H.A., Fatem, S., dan Pakage, S. 2004. Survey Potensi Sumberdaya Distrik
Mamberamo Tengah dan Mamberamo Hilir Kabupaten Sarmi. Laporan Teknik.
UNIPA. Manokwari.
Universitas Negeri Papua dan Pemerintah Kabupaten Fakfak. 2007. Atlas Sumberdaya Pesisir
Kabupaten Fakfak Distrik Fakfak Timur dan Distrik Karas. UNIPA. Manokwari.
Universitas Negeri Papua dan Pemerintah Kabupaten Kaimana. 2005. Atlas Sumberdaya
Pesisir Kawasan Kabupaten Kaimana. UNIPA. Manokwari.
Universitas Negeri Papua dan Pemerintah Kabupaten Sarmi. 2005. Atlas Sumberdaya Pesisir
Kawasan Kabupaten Sarmi. UNIPA. Manokwari.
Widodo, A.P.E., Lense, O., Wambrauw, E.T., Wibowo, K., dan La Musadi. 2004. Survey
Potensi Sumberdaya Distrik Sarmi dan Tor Kabupaten Sarmi. Laporan Teknik.
UNIPA. Manokwari.
Woran, D., La Musadi, Irbayanti, D., Kaber, Y., Letsoin, G.R.Y. 2005. Potensi Sumberdaya
Pesisir Distrik Teluk Arguni. UNIPA. Manokwari.
327
328
Lampiran 1. Contoh sampul dan peta tematik dari beberapa atlas yang telah dibuat
328
329
329
ATLAS SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR
BEBERAPA KABUPATEN DI PROVINSI PAPUA
DAN PAPUA BARAT (Inisiasi Kegiatan, Proses dan
Hasil Penyusunan)
CONFERENCE PAPER · AUGUST 2008
READS
9
3 AUTHORS, INCLUDING:
Roni Bawole
University of Papua, Indonesia
13 PUBLICATIONS 4 CITATIONS
SEE PROFILE
Available from: Roni Bawole
Retrieved on: 29 February 2016
320
ATLAS SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR BEBERAPA KABUPATEN DI
PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT
(Inisiasi Kegiatan, Proses dan Hasil Penyusunan)
Roni Bawole1, Randolph W. Hutahuruk2, dan Thomas F. Pattiasina3
1, 2
Jurusan Ilmu Kelautan, 3Jurusan Perikanan
Universitas Negeri Papua
Jl. Gunung Salju, Amban – Manokwari 98314
Telp/Fax: +62 986 211675
Email: [email protected] ; [email protected] ; [email protected]
Abstrak
Provinsi Papua dan Papua Barat memiliki kekayaan sumberdaya yang sangat potensial
baik sumberdaya dapat pulih maupun yang tak dapat pulih sebagai aset pembangunan.
Walaupun demikian, pemerintah daerah menghadapi tantangan kompleksitas permasalahan
pemanfaatan dan pengelolaan aset ini. Keberlanjutan pembangunan pesisir dan laut di kedua
provinsi memerlukan suatu pendekatan pengelolaan yang terpadu berbasis ekosistem dan
masyarakat. Unipa telah memfasilitasi penyusunan atlas sumberdaya wilayah pesisir di
beberapa kabupaten di Provinsi Papua dan Papua Barat, yang dapat menjadi dasar penyusunan
rencana pengelolaan pesisir yang terpadu, terlebih dengan semakin meningkatnya
pemanfaatan sumberdaya pesisir di wilayah kedua provinsi terutama sumberdaya perikanan
dan kelautan. Atlas-atlas sumberdaya pesisir ini disusun berdasarkan hasil pengumpulan data
dan informasi penting baik melalui survei, wawancara atau data sekunder dari berbagai pihak
(stakeholders) yang memberikan perhatian besar atau terlibat langsung dalam praktek-praktek
pengelolaan pesisir, di antaranya kalangan pemerintah daerah, perguruan tinggi, LSM dan
masyarakat pesisir.
Beberapa produk atlas yang telah dihasilkan adalah atlas sumberdaya pesisir Kawasan
Teluk Bintuni (kerjasama dengan Mitra Pesisir/CRMP II), Kabupaten Sarmi, Kabupaten
Kaimana, Kabupaten Biak-Numfor, Kabupaten Raja Ampat dan Kabupaten Fakfak (Distrik
Karas dan Distrik Fakfak Timur). Disamping memuat informasi baik spasial maupun non
spasial tentang sumberdaya pesisir, atlas-atlas ini mengungkap isu-isu penting terkait
pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pesisir. Pembuatan atlas-atlas ini merupakan salah
satu upaya kongkrit dalam bidang perencanaan pengelolaan wilayah pesisir. Diharapkan atlasatlas ini dapat menjadi landasan obyektif dan kontributif yang dapat diterima dan digunakan
oleh berbagai pihak yang terkait dengan pengelolaan wilayah pesisir di Provinsi Papua dan
Papua Barat.
Cara Sitasi: Bawole R, Hutahuruk RW, Pattiasina Th.F. 2008. Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Beberapa
Kabupaten Di Provinsi Papua Dan Papua Barat (Inisiasi Kegiatan, Proses dan Hasil Penyusunan). Dalam
Prosiding Konferensi Nasional VI Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan tanggal 26 – 29 Agustus 2008 di
Manado, hal 320 – 326. Departemen Kelautan dan Perikanan Indonesia.
320
321
PENDAHULUAN
Pada dasarnya proses penyusunan atlas hanya merupakan alat untuk mengajak semua
pihak memberikan perhatian yang serius bahwa wilayah pesisir memiliki sumberdaya
potensial yang apabila dikelola dengan baik akan memberikan manfaat ekonomi.
Desentralisasi pengelolaan pesisir pada tingkat daerah dengan pencapaian kemajuan yang
terukur merupakan tahapan awal dari proses yang ditekankan pada saat penyusunan atlas,
terutama pada kegiatan sosialisasi kepada berbagai mitra tentang pentingnya penyajian profil
daerah dalam bentuk atlas. Dengan demikian secara informal penyusunan atlas sumberdaya
pesisir adalah mengajak semua pihak untuk bersama-sama memelihara pesisir untuk
kehidupan yang lebih baik.
Luaran yang diharapkan dari proses penyusunan atlas sumberdaya pesisir adalah (1)
menyajikan profil yang lengkap melalui pengumpulan informasi komponen lingkugan yang
akurat, valid dan dapat dipertangjawaban secara ilmiah; (2) memperkuat sumberdaya manusia
lokal dalam mengelola sumberdaya pesisir pada daerahnya masing-masing; (3) meningkatkan
kepedulian pentingnya memelihara sumberdaya pesisir demi keberlanjutan kegiatan
pemanfaatan perikanan dan kelautan.
Khusus untuk daerah Papua, proses penyajian sumberdaya pesisir dalam bentuk data
spasial (atlas) merupakan hal baru, sehingga beberapa daerah kabupaten dan kota hasil
pemekaran yang memiliki daerah pesisir sangat memberikan perhatian yang serius dalam
penyediaan data dan informasi. Sosialisasi kegiatan dalam bentuk stakeholder meeting
tentang penyusunan atlas sumberdaya pesisir merupakan kunci keberhasilan dalam proses
penyusunan atlas.
Dukungan dari berbagai pihak dengan Bappeda sebagai pusat
penyelenggaran kegiatan telah mendorong pengelolaan sumberdaya pesisir ditempatkan
sebagai pilar utama dalam menunjang kegiatan perekonomian di daerah/kota. Informasi yang
disajikan dalam bentuk atlas telah menjadi sumber acuan dalam penyusunan rencana strategis
daerah dan sekaligus sebagai bahan acuan dalam menyusun rencana penataan dan
pemanfaatan ruang daerah.
PROSES INISIASI KEGIATAN
Proses inisiasi kegiatan penyusunan atlas sumberdaya pesisir dimulai dengan
memperkenalkan kepada pemerintah daerah melalui Bappeda tentang pentingnya penyediaan
data dan informasi sumberdaya pesisir, dan apabila sumberdaya ini dikelola dengan baik akan
memberikan manfaat ekonomi bagi daerah tetapi sumberdaya pesisir tetap terjaga dan
terpelihara dalam kontek pembangunan ekonomi berkelajutan. Stakeholder meeting kerjasama
pemerintah daerah dengan Universitas Negeri Papua sebagai fasilitator dalam penyusunan
atlas merupakan proses awal dari berbagai kegiatan. Proses sosialisasi ini ditujukan untuk: (1)
membangun kemitraan dalam proses penyusunan atlas; (2) penyamaan persepsi dari berbagai
stakehoder (Pemda, Perguruan Tingg setempat, LSM, Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat, Tokoh
Agama, dan DPRD) tentang penting desentralisasi daerah dalam pengelolaan sumberdaya
pesisir sebagaimana dimanatkan oleh UU 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; (3)
memperkenalkan pendekatan partisipatif masyarakat dalam proses penyusunan atlas.
321
322
PROSES PENYUSUNAN
Perencanaan yang sentralistik dari pusat dan kebutuhan sumberdaya alam primer telah
menyebabkan degradasi sumberdaya alam dan penurunan keanekaragaman hayati serta mutu
lingkungan mengalami penurunan pada beberapa daerah di Papua dan Papua Barat. Biasanya
para investor baik yang berkaitan langsung dengan pemanfaatan sumberdaya perikanan dan
investor yang memanfaatkan lahan atas (perkebunan, Hak Pengusahaan Hutan) telah
memberikan sumbangan terjadinya degradasi dan penurunan mutu lingkungan di wilayah
pesisir dan laut. Untuk menghimpun berbagai data dan informasi maka pendekatan
partisipatif kepada berbagai mitra dilakukan. Kegiatan partisipasi lebih difokuskan pada dua
pencapaian tujuan, yaitu setiap kampung yang terletak pada daerah pesisir harus dikunjungi
untuk mendapatkan data primer dan verifikasi data sekunder; dan partisipasi dari setiap mitra
yang dapat memberikan multi efect bagi pengelolaan sumberdaya pesisir berkelanjutan (Dinasdinas terkait, LSM lokal, Perguruan Tinggi, Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat dan Tokoh
Agama).
Untuk melengkapi data dan informasi yang diperlukan dalam pembuatan peta, gambar,
status sumberdaya dan potensi, maka UNIPA memfasilitasinya dalam menyediakan tenaga
ahli sebagai konsultan dalam merampungkan penyusunan atlas sumberdaya pesisir dari
beberapa daerah kabupaten di Provinsi Papua Barat (Bintuni, Kaimana, Fakfak, Raja Ampat)
dan Provinsi Papua (Sarmi dan Biak Numfor). Gambar 1 menunjukan alur proses penyusunan
atlas.
Awal Kegiatan
Sosialisasi Rencana
Pembentukan Tim
Kerja/Tim Survei
Identifikasi Isu
Wilayah/Lokasi Survei
Pengumpulan &
Kompilasi Data
Sekunder
Survey Lapangan
Laporan Teknik
Kompilasi PetaPetaTematik
Pembuatan PetaPeta Tematik
Pengambilan Titik-Titik
Koordinat (GPS)
Draft Atlas
Verifikasi Data
Melengkapi Data &
Penyimpanan dalam
VCD/DVD
Proof Reading
Draft Akhir
Cetak Atlas
- Peluncuran
- Diseminasi
- Distribusi Atlas
Gambar 1. Proses pembuatan atlas sumberdaya pesisir
322
323
Pengalaman dan pengetahuan terutama dalam penyediaan data sekunder oleh instansi
pemerintah kurang seimbang karena merupakan kabupaten hasil pemekaran daerah. Informasi
biasaya masih mengandalkan data yang tersedia pada kabupaten induk dan kadangkala sangat
sulit diakses. Informasi yang diproses kadang kurang akurat dan biasanya sudah kedaluwarsa.
Pengumpulan data dari instansi pemerintah biasanya membutuhkan banyak waktu dan
senantiasa dibutuhkan pengecekan ulang karena umumnya data tidak singkron antar instansi
pemerintah.
Hubungan dengan berbagai industri dan atau perusahaan yang bergerak di bidang
perikanan dan HPH sangatlah diperlukan dalam upaya penyediaan data dan informasi,
disamping kesadaran penuh terhadap penggunaan lahan di pesisir maupun terhadap
pengembangan ekonomi masyarakat pesisir. Kebanyakan perusahaan perikanan tidak
mempunyai partisipasi dalam desain dan manajemen usaha yang terkait dengan penggunaan
lahan pesisir. Kecurigaan terhadap para surveyor dalam kegiatan pengumpulan data lapangan
untuk kegiatan pengelolaan pesisir tetap tidak dapat dihindari, namun demikian melalui
pendekatan informal/personal dukungan dari sektor swasta dapat diperoleh.
Peranan media lokal dan nasional sedikit memberikan kontribusi dalam upaya
membangun kepedulian pemerintah daerah terhadap pengeloaan sumberdaya pesisir. Ekspos
daerah pesisir dengan melibatkan para Bupati dan Kepala Bappeda serta tokoh masyarakat
dalam memberikan komentar tentang sumberdaya pesisir, dan komentar mereka telah
dijadikan sebagai materi dalam tayangan televisi swasta Indonesia. Tayangan secara nasional
telah dilakukan di Metro TV untuk beberapa kali tanyangan, demikian juga lewat Metro Papua
TV. Kegiatan ini telah membangkitkan kepedulian Pemerintah daerah terhadap sumberdaya
pesisirnya dan dampaknya berupa dukungan penuh dari pemda kebupaten dalam bentuk
penyediaan dana. Pada beberapa daerah kabupaten (Sarmi, Kaimana dan Biak) telah
disediakan dana untuk updating data atlas dan pada saat yang sama pihak UNIPA telah
memberikan teknik pengumpulan data yang berbasis pada SIG (Sistem Informasi Geografis)
pesisir. Kegiatan ini melibatkan staf yang ada di Bappeda dan beberapa dinas yang terkait
dengan pemanfaatan sumberdaya pesisir. Sebagai kelanjutan dari kegiatan penyusunan atlas
Pesisir Kabupeten Kaimana, maka pihak Pemda Kabupaten bekerjasama dengan UNIPA telah
menyelesaikan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kaimana.
PROSES KEGIATAN PENGUMPULAN DATA
Pada saat data sekunder diperoleh dari berbagai instansi pemerintah dan dari sumber
lain, tiap tim survei telah memanfaatkan data tersebut dengan baik. Pada saat yang sama
interaksi dengan staf dari instasi pemerintah merupakan kesempatan yang baik untuk promosi
daerah pesisir sekaligus memberikan infromasi pentingnya menjaga kelestarian sumberdaya
pesisir yang ada. Data dari BPS dirasakan kurang sekali terutama beberapa daerah kabupaten
merupakan hasil pemekaran, sedangkan BPS kabupaten baru belum berfunsi dengan baik
dalam penyediaan data. Pengumpulan data dari instansi pemerintah sangat membutuhkan
waktu yang cukup lama karena data biasanya tersebar di antara seksi seksi, dan hanya kepala
bagian yang mengetahui siapa saja orang-orang yang dapat diakses untuk mendapatkan data.
Data kunci seperti kegiatan strategis, ekonomis atau yang mempunyai nilai politis berupa
kebijakan pembangunan baik yang berasal dari instansi pemerintah maupun orang yang
berkepentingan tapi berada luar sistem pemerintahan jarang membangi informasi dengan
323
324
alasan meminimalkan resiko hubungan yang sudah terjalin. Sayangnya informasi berharga
seperti ini lebih sulit diakses.
Informasi yang berasal dari instansi pemerintah membutuhkan konfirmasi ulang atau
silang terutama terkait dengan data yang berhubungan dengan berbagai instansi. Sehingga
perlu ada pembobotan informasi lapangan yang menyebabkan ongkos informasi menjadi
sangat mahal. Data yang terkumpul baik yang berasal dari laporan teknis tim survei lapangan
maupun data-data sekunder, selanjutnya, dirangkum oleh tim kecil yang berfunsi menyusun
dan menyunting kembali informasi. Hasil tim kecil ini berupa narasi yang sederhana dan
mudah dimengerti oleh berbagai tingkat pendidikan pembaca/pengguna, dan informasi yang
ada disajikan dalam bentuk peta dan informasi teks singkat tentang potensi dan berbagai isu
permasalahan, dan terangkung dalam bentuk ”Atlas Sumberdaya Pesisir”. Sampai pada saat
ini telah dihasilkan atlas sumberdaya pesisir Kabupaten Bintuni, Sarmi, Kaimana, Fakfak dan
Biak Numfor, yang kesemuanya difasilitasi oleh Unversitas Negeri Papua Manokwari Provinsi
Papua Barat.
Semua hasil rangkuman tim kecil berupa draft atlas sumberdaya pesisir selanjutnya
dipresentasikan dalam pertemuan konsultasi publik, didiskusikan dengan berbagai mitra
(stakeholders) di kabupaten. Pada saat konsultasi publik ini dilakukan validasi data dan
koreksi dan verifikasi data, sehingga data yang termuat di atlas menjadi valid dan dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya. Proses kegiatan pengambilan data lapangan sekaligus
kegiatan verifikasi data sekunder yang dilakukan oleh para surveyor disampaikan dalam
Gambar 2.
PENYAJIAN DATA DAN INFORMASI
Atlas ini disusun berdasarkan hasil survei yang dilaksanakan secara intensif di semua
distrik (kecamatan) di wilayah kabupaten. Fokus utama survei adalah menghimpun data
potensi, permasalahan dan berbagai isu yang terkait dengan pemanfaatan sumberdaya pesisir.
Data dan informasi dalam atlas ini mencakup gambaran yang komprehensif tentang potensi
sumberdaya pesisir yang ditampilkan secara spasial berdasarkan aspek fisik, ekologis, sosial
ekonomi, budaya dan lingkungan serta berisi isu-isu strategis dalam pengelolaan wilayah
pesisir di kabupaten.
Informasi yang disajikan umumnya meliputi lokasi dan batas administratif, aspek fisik
yang meliputi: kondisi geologi, sumberdaya air dan DAS, kondisi oseanografi. Aspek biologi
yang meliputi ekosistem pesisir dan biota laut. Aspek demografi termasuk di dalamnya
kondisi sosial ekonomi masyarakat, pendidikan dan pelayanan umum. Informasi tentang
kegiatan-kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam yang meliputi kegiatan perikanan, pertanian,
perkebunan, peternakan dan kehutanan. Disamping itu disajikan pula informasi pemanfaatan
lahan dan potensi pariwisata.
HASIL EVALUASI KEGIATAN
Kegiatan penyusunan atlas pesisir pada beberapa daerah kabupaten di Papua
merupakan adopsi dari kegiatan penyusunan atlas sumberdaya pesisir Kabupaten Teluk
Bintuni, yang merupakan produk kerjasama Universitas Negeri Papua dan Pemerintah
Kabupaten Teluk Bintuni dengan Program Mitra Pesisir atau CRMP II Usaid Bappenas.
Berawal dari keberhasilan di Bintuni, kegiatan yang sama direplikasi untuk kabupten lain
(Kaimana, Sarmi, Fakfak dan Biak Numfor). Kegiatan penyusunan atlas ini melibatkan
324
325
berbagai mitra secara partisipatif. Keterlibatan mitra ini dimulai dalam berbagai tahap
kegiatan dari proses sosialiasi, perencanaan, verifikasi hingga produksi atlas. Waktu yang
diperlukan dalam proses ini termasuk revisi selama kurang lebih 1 – 1,5 tahun karena
dinamika yang terjadi di daerah berupa pemekaran distrik/kecamatan, telah menambah waktu
penyelesaian proses penyusunan atlas.
Citra Satelit (Landsat,
NOAA, Feng Yun, dll)
Terumbu
Karang
SPL
GeoFisik
Lahan
Klorofil
MPT
ZPPI
Peta Tematik Tentatif
Peta Dasar (Dishidros,
LPI); Data GPS
Data Sekunder
Penentuan Titik
Sampel
Survey
Lapangan
Aspek
Fisik
Lahan
Survey Biota
Pesisir dan
Laut
Survey
Lapangan
SOSEKBUD
dan Pola
Pemanfaatan
SDA
Verifikasi dan Validasi
Hasil
PETA-PETA
TEMATIK
BIOGEOFISIK
Analisis Hubungan Aspek BioGeofisik
dan SOSEKBUD terhadap Pemanfaatan
dan Pengelolaan SD
1. Deskriptif 2. Matrik
3. Statistik
4. Analisis Spasial
ATLAS SUMBERDAYA WILAYAH
PESISIR KABUPATEN
Gambar 1. Alur kegiatan pengumpulan data lapangan
Umpan balik dari berbagai mitra pada berbagai pertemuan sangat positif karena atlas
yang dihasilkan merupakan sumber data yang sangat dibutuhkan oleh berbagai instansi
penguna baik sektor pemerintah maupun swasta, ditambah lagi dengan keinginan secara
perorangan dari berbagai kalangan. Produksi atlas ini telah mendorong kepedulian berbagai
pihak tentang pentingnya pengelolaan sumberdaya pesisir. Atlas ini selanjutnya dibagikan
sampai ke daerah distrik/kecamatan dengan harapan dapat dijadikan sebagai acuan dalam
perencanaan kegiatan pada tingkat kampung, distrik/kecamatan dan tingkat kabupaten.
325
326
Ada beberapa faktor yang mendorong keberhasilan penyusunan atlas ini, yaitu:
1. Dukungan dari berbagai mitra tentang pentingnya penyediaan informasi sumberdaya pesisir
secara komprehensif (kegiatan-kegiatan yang terintegrasi dengan wilayah pesisir, seperti
pertanian, kehutanan dan peternakan serta aktivitas ekonomi di wilayah pesisir);
2. Dukungan yang kuat dari Pemerintah daerah baik dukungan moril maupun finansial dalam
proses penyusunan atlas di daerahnya;
3. Dukungan teknis dari tenaga ahli UNIPA Manokwari dan IPB sebagai konsultan teknis
yang keahliannya belum dimiliki UNIPA;
4. Kamampuan UNIPA dalam menfasilitasi kegiatan penyusunan atlas dengan menjalin
kerjasama dengan berbagai mitra secara profesional
Kesulitan terbesar dalam proses penyusunan atlas, antara lain adalah menjaga
konsistensi dari setiap mitra mendapatkan informasi tentang kemajuan kegiatan. Setiap
kunjungan ke instansi pemerintah dan swasta biasanya diawali dengan penyampaian tentang
pentingnya pengelolaan bersama potensi sumberdaya pesisir. Dengan demikian informasi
yang dimiliki dapat dengan mudah diakses baik yang dimiliki secara individu maupun
lembaga. Komunikasi baik horisontal maupun hirarki dalam suatu instasi pemerintah masih
sangat terbatas dalam upaya penyamaan persepsi di antara staf dalam pengelolaan sumbedaya
pesisir.
Walaupun kegiatan ini telah dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan berbagai
mitra, dengan tenaga surveyor yang bekerja hingga pada tingkat kampung dan
disrik/kecamatan, kritik terhadap UNIPA sebagai fasilitator dalam penyusunan atlas tetap ada
dan umunya berhubungan dengan kurangnya melibatkan ”masyarakat” dan organisai lain
(kepemudaan) dalam perencanaan dan implementasi kegiatan penyusunan atlas.
Dengan selesainya kegiatan penyusunan atlas, maka kerjasama telah terbentuk dengan
berbagai instasi dalam menangani masalah pesisir. Beberapa orang baik secara lembaga
maupun individu telah menjadi mitra kunci pada tingkat kabupaten dalam memberikan
perhatian yang lebih intensif dalam kegiatan pengelolaan sumberdaya pesisir. Beberapa
kegiatan ikutan telah dilaksanakan terutama yang berhubungan dengan peningkatan
perekonomian masyarakat pesisir. Kegiatan tersebut berupa bidaya rumput laut dan bantuan
teknis serta paket jaring dan motor tempel kepada nelayan.
PENUTUP
Atlas sumberdaya pesisir merupakan hal baru di Papua. Proses pembuatannya dengan
fasiltator dari UNIPA dikerjakan dengan metode learning by doing dan dengan berbekal pada
pengalaman pertama proses penyusunan atlas sumberdaya Pesisir Kabupaten Teluk Bituni
dengan dukungan penuh dari Mitra Pesisir/CRMP II Usaid. Komunikasi terbuka dengan
berbagai mitra terutama pemerintah daerah merupakan kunci sukses kegiatan ini. Produk dari
atlas ini dengan informasi yang terkandung di dalam telah menjadi acuan dalam mewujudkan
rencana strategis daerah dan rencana detail tata ruang wilayah kabupaten.
326
327
DAFTAR PUSTAKA
Namserna, H.J., Marwa, J., Ayhuan, H., dan Tebay, S. 2005. Potensi Sumberdaya Pesisir
Distrik Buruway. Laporan Teknik. UNIPA. Manokwari.
Namserna, J., Rahardjo, S., Marwa, J., Imbiri, S., dan Sawe, D. 2004. Survey Potensi
Sumberdaya Distrik Bonggo dan Pantai Timur Kabupaten Sarmi. Laporan Teknik.
UNIPA. Manokwari.
Pattiselanno, F. dan Metalmety, R. 2004. Survei Potensi Sumberdaya Distrik Mamberamo
Hulu, Kabupaten Sarmi. Laporan Teknik. UNIPA. Manokwari.
Pemerintah Kabupaten Biak Numfor. 2007. Atlas Sumberdaya Pesisir dan Laut Kabupaten
Biak Numfor. Pemda Kab. Biak Numfor. Biak.
Pemerintah Kabupaten Raja Ampat dan Konsorsium Atlas Sumberdaya Pesisir Kabupaten
Raja Ampat. 2006. Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Kabupaten Raja Ampat Provinsi
Papua Barat. CII. Raja Ampat.
Pemerintah Provinsi Papua, UNIPA, dan CRMP. 2003. Atlas Sumberdaya Pesisir Teluk
Bintuni. UNIPA. Manokwari.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Kabupaten Minahasa, Kota Manado, dan Kota Bitung.
2002. Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Minahasa, Manado, Bitung. Diterbitkan oleh
Proyek Pesisir (USAID Indonesia, Coastal Resources Management Project). Manado.
Prabawardani, S., Rahayu, M., Hadi, P., Manan, J., Bogra, H. 2005. Potensi Sumberdaya
Pesisir Distrik Kaimana Kota. Laporan Teknik. UNIPA. Manokwari.
Renyaan, A.W.A., Bodang, Y., Widayati, T.W., dan Susanti, C.M.E. 2005 Potensi
Sumberdaya Pesisir Distrik Teluk Etna. Laporan Teknik. UNIPA. Manokwari.
Tjolli, I., Toha, A.H.A., Fatem, S., dan Pakage, S. 2004. Survey Potensi Sumberdaya Distrik
Mamberamo Tengah dan Mamberamo Hilir Kabupaten Sarmi. Laporan Teknik.
UNIPA. Manokwari.
Universitas Negeri Papua dan Pemerintah Kabupaten Fakfak. 2007. Atlas Sumberdaya Pesisir
Kabupaten Fakfak Distrik Fakfak Timur dan Distrik Karas. UNIPA. Manokwari.
Universitas Negeri Papua dan Pemerintah Kabupaten Kaimana. 2005. Atlas Sumberdaya
Pesisir Kawasan Kabupaten Kaimana. UNIPA. Manokwari.
Universitas Negeri Papua dan Pemerintah Kabupaten Sarmi. 2005. Atlas Sumberdaya Pesisir
Kawasan Kabupaten Sarmi. UNIPA. Manokwari.
Widodo, A.P.E., Lense, O., Wambrauw, E.T., Wibowo, K., dan La Musadi. 2004. Survey
Potensi Sumberdaya Distrik Sarmi dan Tor Kabupaten Sarmi. Laporan Teknik.
UNIPA. Manokwari.
Woran, D., La Musadi, Irbayanti, D., Kaber, Y., Letsoin, G.R.Y. 2005. Potensi Sumberdaya
Pesisir Distrik Teluk Arguni. UNIPA. Manokwari.
327
328
Lampiran 1. Contoh sampul dan peta tematik dari beberapa atlas yang telah dibuat
328
329
329