SEJARAH SINGKAT pemerintahan KHULAFAUR RASYIDIN
SEJARAH SINGKAT KHULAFAUR RASYIDIN
Khulafaur Rasyidin adalah para kholifah yang arif bijaksana. Mereka adalah keempat sahabat yang
terpilih menjadi pemimpin kaum muslim setelah Nab Muhammad Rasulullah saw. wafat. Keempat
kholifah tersebut ialah:
1.
Abu Bakar Ash-Shiddiq ra.;
2.
Umar bin Kaththab ra.;
3.
Utsman bin Affan ra.; dan
4.
Ali bin Abi Thalib ra.
Keempat kholifah itu selain berhasil melanjutkan perjuangan Rasulullah saw. menegakkan ajaran
tauhid, juga sukses memperluas penyebaran dan mengharumkan nama Islam. Berikut ini kami
uraikan sekelumit riwayat hidup dan jasa keempat kholifah tersebut.
A. Abu Bakar Ash-Shiddiq ra (11-13 H/632-634)
Nama aslinya adalah Abdul Ka’bah. Lalu Nabi Muhammad saw. mengganti namanya dengan
Abdullah. Lengkapnya Abdullah bin Abi Quhafah at-Tamimi. Ia terlahir dari pasangan Usman (Abu
Quhafah) bin Amir dan Ummu Khoir Salma binti Sakhr, yang berasal dari suku Taim, suku yang
melahirkan tokoh-tokoh terhomat.
Sejak kecil ia terkenal sebagai anak yang baik. Perilakunya yang lemah-lembut, jujur, dan sabar,
membuatnya disenangi masyarakat. Karena sifat-sifatnya yang mulia itulah sejak masa remajanya
ia sudah bersahabat dengan Nabi Muhammad saw.
Ia dilahirkan dua tahun satu bulan setelah kelahiran Nabi Muhammad saw. kemudian terkenal
dengan julukan Abu Bakar, sedangkan gelar Shiddiq diberikan oleh para sahabat, karena ia sangat
membenarkan Rosulullah saw. dalam segala hal. Ialah yang menemani Nabi Muhammad saw. di
gua Hira, dan yang pertama kali memeluk Islam dari kalangan orang tua terhormat. Tentang Abu
Bakar ra., Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh orang yang paling dekat kepadaku persahabatan
dan hartanya, ialah Abu Bakar. Andaikata aku boleh memilih ternan di antara umnatku, rnaka akan
kupilih Abu Bakar. Tetapi kecintaan dan persaudaraan dalarn Islam cukup memadai. Tidak satu pun
pintu dalarn rnasjid yang terbuka kecuali pintu Abu Bakar”. (HR. Bukhori) Sampai saat ini di masjid
Madinah masih ada sebuah pintu yang disebut pintu Abu Bakar ra. Yakni pintu yang selalu beliau
lalui semasa hidupnya jika masuk ke masjid melalui rumah beliau.
Todaklah mengherankan jika sewaktu Nabi saw sakit, ia dipercaya oleh para sahabat menjadi Imam
sholat. Juga pantaslah apabila kaum muslimin kemudian memilihnya sebagai kholifah/pemimpin
setelah Rosulullah saw. wafat.
Keagungan kepribadian Abu Bakar dapat disimak dari penggalan-penggalan pidatonya ketika
dilantik menjadi kholifah, antara lain beliau katakan, “Saya bukan orang yang terbaik di antara
kalian, tetapi saya akan memelihara amanah yang telah kalian serahkan kepada saya. Kalau saya
mengikuti ajaran Allah SWT dan petunjuk Rasul-Nya, maka ikutilah saya. Sebaliknya jika saya
menyimpang, luruskanlah (koreksilah) saya. Kebenaran adalah kejujuran, dan kebohongan adalah
ketidakjujuran. Orang yang paling kuat dalam pandangan saya, adalah orang-orang yang lemah di
antara kalian oleh sebab itu saya akan menjamin hak-hak mereka. Dan orang-orang yang paling
lemah dalam pandangan saya, adalah orang-orang yang kuat di antara kalian, dan saya akan
mengambil sebagian dari hak-hak mereka (zakatnya).”
Program pertama yang dicanangkan Abu Bakar setelah ia menjadi kholifah, adalah meredam
pemberontakan, memerangi orang-orang yang membangkang tidak mau membayar zakat, orangorang murtad yang saat itu terjadi di mana-mana dan menimbulkan kekacauan. Sepeninggal
Muhammad Rosulullah saw., memang banyak umat Islam yang kembali memeluk agamanya
semula. Mereka merasa berhak berbuat sekehendak hati. Bahkan lebih tragis lagi muncul orangorang yang mengaku nabi, antara lain Musallamah Al-Kadzdzab, Tulaiha Al-Asadi, dan Al Aswad Al
Ansi.
Untuk meluruskan akidah orang-orang murtad tersebut, Abu Bakar mengirim sebelas pasukan
perang ke sebelas daerah tujuan, di antaranya pasukan Kholid b’ Walid ditugaskan menundukan
Thulaiha Al Asadi, Pasukan Amer bin Ash ditugaskan di Qudho’ah, Suwaid bin Muqrim ditugaskan
ke Yaman, dan Kholid bin Said ditugaskan Syam.
Program Abu Bakar selanjutnya, memproyekkan pengumpulan dan penulisan ayat-ayat Al Qur-an.
Progran ini dicanangkan atas usulan Umar bin Khoththob sedangkan pelaksanaannya di
percayakan kepada Zaid b’ Tsabit.
Pengumpulan dan penulisan ayat-ayat Al Qur-an itu dilakukan dengan pertimbangan:
1.
Banyak sahabat yang hafal Al Qur-an gugur dalsm perang penumpasan orang-orang
murtad;
2.
Ayat-ayat Al Qur-an yang ditulis pada kulit-kulit kurma, batu-batu dan kayu-kayu sudah
banyak yang rusak sehingga perlu dilakukan usaha penyelamatan;
3.
Penulisan ayat-ayat Al Qur-an dan membukukannya ini bertujuan agar dapat dijadikan
pedoman bagi umat Islam sepanjang zaman.
Semasa pemerintahannya, Abu Bakar juga berhasil memperluas daerah dakwah Islamiyah, antara
lain ke Irak yang ketika itu termasuk wilayah jajahan Kerajaan Persia, dan ke Syam yang di bawah
jajahan Romawi.
Setelah memerintah selama dua tahun, Abu Bakar berpulang ke Rahmatullah pada tanggal 23
Jumadil Akhir 13H dalam usia 63 tahun dan dimakamkan dekat makam Rasulullah saw. Beliau
dikenal oleh para
sahabat sebagai kholifah yang sangat taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya serta berbudi luhur.
B. Umar bin Khatthab (13-23 H/634-644 M)
Ia lebih muda tiga belas tahun dari Nabi Muhammad saw. Sejak kedl ia sudah terkenal cerdas dan
pemberani. Tidak pernah takut menyatakan kebenaran di hadapan siapapun. Tidaklah
mengherankan jika setelah Umar memeluk Islam, barisan kaum muslimin ditakuti oleh orang kafir
Quraisy. Ia yang sebelum memeluk Islam paling berani menentang Islam, setelah memeluk Islam
paling berani menghadapi musuh-musuh Islam. Kemudian terkenalah Umar sebagai “Singa Padang
Pasir” yang sangat disegani.
Umar memiliki kepribadian yang sangat kuat, dan tegas memperjuangkan kebenaran. Oleh karena
itu masyarakat menggelarinya Al Faruq, artinya yang dengan tegas membedakan yang benar dan
yang salah. Sedemikian gigih Umar dalam menegakkan syari’at Islam, sehingga Abdullah bin
Mas’ud mengatakan, “Sejak Islamnya Umar kami merasa mulia.” (H.R. Bukhori)
Mengenai kualitas keimanannya, diungkapkan dalam sebuah hadits. Muhammad Rosulullah saw.
bersabda, “Ketika sedang tidur, aku bermimpi melihat orang-orang yang memakai gamis. Ada yang
gamisnya menutupi dada dan ada pula yang kurang dari itu. Lalu diperlihatkan kepadaku Umar bin
Khoththob mengenakan gamis yang panjang sehingga ia berjalan dengan menyeretnya.”
Seseorang bertanya, “Ya Rosulullah, apakah takwilnya?” Nabi saw. menerangkan, “Kualitas
keimanannya.” (HR. Bukhori dan Muslim dari Abu Sa’id Al Khudri ra.)
Dalam pidato pelantikannya, Umar menyampaikan, antara lain: “Saya adalah seorang pengikut
Sunnah Rasul, bukan seorang yang berbuat bid’ah. Ketahuilah, bahwa kalian berhak menuntut
saya tentang tiga hal selain Kitab Allah dan Sunnah Nabi, yakni:
1.
Mengikuti apa yang telah dilakukan oleh orang sebelum saya dalam masalah yang telah
kalian sepakati dan telah kalian tradisikan;
2.
Membuat kebiasaan baru yang baik bagi ahli kebajik dalam masalah yang belum kalian
jadikan kebiasa dan
3.
Mencegah saya bertindak atas kalian kecuali dalam hal hal yang kalian sendiri
penyebabnya.
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar, wilayah Islam semakin meluas sampai ke Mesir, Irak,
Syam, dan negeri-negeri Persia lainnya. Umarlah yang pertama kali membentuk badan kehakiman
dan menyempurnakan pemerintahan. Juga meneruskan usaha Abu Bakar dalam membukukan Al
Qur-an.
Kholifah Umar wafat pada usia 63 tahun setelah memerintah selama sepuluh tahun enam bulan. Ia
wafat oleh tikaman pedang Abu Lu’lu’ah, seorang budak milik Al-Mughiroh bin Syu’bah saat sholat
subuh. Ia diimakamkan di rumah ‘Aisyah, dekat makam Abu Bakar. Ia dikenang oleh umat Islam
sebagai pahlawan yang sangat sederhana, sportif, dan menyayangi rakyat kecil. Kata katanya yang
sangat terkenal, “Siapa yang melihat pada diriku membelok, maka hendaklah ia meluruskannya.”
Jasa-jasa Umar sewaktu menjadi Kholifah, antara lain :
1.
Penetapan tahun Hijriyah sebagai tahun resmi;
2.
Bea cukai sebagai pendapatan negara;
3.
Tunjangan sosial bagi orang-orang miskin di kalangan Yahudi dan Kristen;
4.
Pembangunan kota-kota dan saluran air untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya;
5.
Pemberian gaji bagi imam dan muazin;
6.
Penghapusan perbudakan;
7.
Pembangunan sekolah-sekolah;
8.
Kodifikasi Al-Quran;
9.
Tradisi sholat tarawih berjamaah;
C. Utsman bin Affan ra. (23-35 H/644-656 M)
Ia seorang saudagar kaya-raya, dan salah seorang penulis wahyu yang terkenal. Usianya lima
tahun lebih muda dari Nabi Muhammad saw. Sejak muda Utsman dikenal sebagai seorang
pendiam, dan memiliki budi pekerti yang terpuji. lalah yang membeli sumur Roumah untuk
dijadikan sumur umum. Sedemikian banyak amal kebajikannya, sehingga masyarakat
menggelarinya “Ghoniyyun Syakir” (orang kaya yang banyak bersyukur kepada Allah SWT)
Abdurrohman bin Samuroh ra. mengungkapkan, Utsman bin Affan datang menemui Rosulullah saw.
dengan membawa uang sebanyak seribu dinar yang dibungkus pakaiannya. Kala itu beliau sedang
mempersiapkan u’sroh (Pasukan dalam Perang Tabuk). Usai menerima sumbangan dari Ustman bin
Affan ra. untuk jihad fisabilillah, Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada yang merugikan ibnu Affan
atas apa yang dilakukannya setelah hari ini.” Beliau mengulangi ucapan tersebut beberapa kali.
(HR. Ahmad, dan Tirmidzi)
Sekalipun kaya-raya, Utsman tidak pernah menjaga jarak dengan masyarakat kelas bawah, bahkan
ia tidak segan-segann untuk turut serta berperang. Karena kebaikannya itulah, ia dinikahkan
dengan putri Nabi bernama Ruqoyyah. Setelah Ruqoiyah meninggal dunia, ia dikawinkan dengan
putri Nabi lagi bernama Ummu Kultsum. Oleh sebab itu masyarakat menggelarinya “Dzun Nurain”
(yang mempunyai dua cahaya)
Langkah-langkah yang dilakukan oleh Khalifah Utsman ra., adalah mengganti gubernur-gubernur
negara taklukan Islam yang ingin memisahkan diri setelah Umar wafat. Kemudian Ia
memperbanyak naskah Al Qur-an yan sudah dibukukan menjadi tujuh eksemplar yang antara lain
dikirim ke Syam, Yaman, Bahrain, Basroh, dan Kufah.
Utsman wafat pada usia 82 tahun, setelah memerintah selama 12 tahun. Ia menemui ajal saat
membaca Al Quran oleh tikaman pedang Humron bin Sudan. Jasa Utsman terbesar adalah
memelihara Al Qur-an sebagaimana yang tersebar sekarang ini.
D. Ali bin Abu Tholib ra. (35-40 H/656-661 M)
Ia adalah putra Abu Tholib, paman Nabi Muhammad saw. Sebagai sepupu yang usianya 32 tahun
lebih muda, memungkinkan Ali diasuh langsung oleh Nabi Muhammad saw. Tidaklah megherankan
jika dari golongan anak-anak yang pertama memeluk Islam adalah Ali. Pantaslah jika pengetahuan
Ali tentang Islam sangat luas, dan sangat teguh memegang ajaran Islam.
Sejak masa pemerintahan Khalifah Ali inilah, Islam mulai mengalami kemunduran. Bermula dari
banyaknya pihak yang menuntut dendam atas terbunuhnya Utsman bin Affan ra., terutama dari
golongan Bani Umaiyyah dari kelompok ‘Aisyah ra., janda Nabi Muhammad saw. Suasana tersebut
semakin memanas dengan adanya kebijaksanaan Khalifah Ali mengganti sebagian besar pejabat
pemerintah yang telah diangkat oleh Utsman.
Setelah usaha menenangkan banyak golongan yang menuntut balas atas kematian Utsman
dengan jalan damai tidak berhasil, maka ditempuhlah dengan peperangan. Pertama terjadilah
Perang Waq’atul Jamali (penamaan tersebut karena ‘Aisyah bersama pasukannya mengendarai
unta) atau peperangan unta. Kedua, Perang Shiffin atau peperangan unta antara pasukan Khalifah
Ali dan pasukan ‘Aisyah. Perang saudara ini terjadi pada tahun 36 H/657 M, akibat hasutan
Abdullah bin Saba. Perang ini dimenangkan oleh pasukan Ali. Setelah diberi penjelasan tentang
duduk perkara yang sebenarnya, ‘Aisyah dikembalikan
Khulafaur Rasyidin adalah para kholifah yang arif bijaksana. Mereka adalah keempat sahabat yang
terpilih menjadi pemimpin kaum muslim setelah Nab Muhammad Rasulullah saw. wafat. Keempat
kholifah tersebut ialah:
1.
Abu Bakar Ash-Shiddiq ra.;
2.
Umar bin Kaththab ra.;
3.
Utsman bin Affan ra.; dan
4.
Ali bin Abi Thalib ra.
Keempat kholifah itu selain berhasil melanjutkan perjuangan Rasulullah saw. menegakkan ajaran
tauhid, juga sukses memperluas penyebaran dan mengharumkan nama Islam. Berikut ini kami
uraikan sekelumit riwayat hidup dan jasa keempat kholifah tersebut.
A. Abu Bakar Ash-Shiddiq ra (11-13 H/632-634)
Nama aslinya adalah Abdul Ka’bah. Lalu Nabi Muhammad saw. mengganti namanya dengan
Abdullah. Lengkapnya Abdullah bin Abi Quhafah at-Tamimi. Ia terlahir dari pasangan Usman (Abu
Quhafah) bin Amir dan Ummu Khoir Salma binti Sakhr, yang berasal dari suku Taim, suku yang
melahirkan tokoh-tokoh terhomat.
Sejak kecil ia terkenal sebagai anak yang baik. Perilakunya yang lemah-lembut, jujur, dan sabar,
membuatnya disenangi masyarakat. Karena sifat-sifatnya yang mulia itulah sejak masa remajanya
ia sudah bersahabat dengan Nabi Muhammad saw.
Ia dilahirkan dua tahun satu bulan setelah kelahiran Nabi Muhammad saw. kemudian terkenal
dengan julukan Abu Bakar, sedangkan gelar Shiddiq diberikan oleh para sahabat, karena ia sangat
membenarkan Rosulullah saw. dalam segala hal. Ialah yang menemani Nabi Muhammad saw. di
gua Hira, dan yang pertama kali memeluk Islam dari kalangan orang tua terhormat. Tentang Abu
Bakar ra., Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh orang yang paling dekat kepadaku persahabatan
dan hartanya, ialah Abu Bakar. Andaikata aku boleh memilih ternan di antara umnatku, rnaka akan
kupilih Abu Bakar. Tetapi kecintaan dan persaudaraan dalarn Islam cukup memadai. Tidak satu pun
pintu dalarn rnasjid yang terbuka kecuali pintu Abu Bakar”. (HR. Bukhori) Sampai saat ini di masjid
Madinah masih ada sebuah pintu yang disebut pintu Abu Bakar ra. Yakni pintu yang selalu beliau
lalui semasa hidupnya jika masuk ke masjid melalui rumah beliau.
Todaklah mengherankan jika sewaktu Nabi saw sakit, ia dipercaya oleh para sahabat menjadi Imam
sholat. Juga pantaslah apabila kaum muslimin kemudian memilihnya sebagai kholifah/pemimpin
setelah Rosulullah saw. wafat.
Keagungan kepribadian Abu Bakar dapat disimak dari penggalan-penggalan pidatonya ketika
dilantik menjadi kholifah, antara lain beliau katakan, “Saya bukan orang yang terbaik di antara
kalian, tetapi saya akan memelihara amanah yang telah kalian serahkan kepada saya. Kalau saya
mengikuti ajaran Allah SWT dan petunjuk Rasul-Nya, maka ikutilah saya. Sebaliknya jika saya
menyimpang, luruskanlah (koreksilah) saya. Kebenaran adalah kejujuran, dan kebohongan adalah
ketidakjujuran. Orang yang paling kuat dalam pandangan saya, adalah orang-orang yang lemah di
antara kalian oleh sebab itu saya akan menjamin hak-hak mereka. Dan orang-orang yang paling
lemah dalam pandangan saya, adalah orang-orang yang kuat di antara kalian, dan saya akan
mengambil sebagian dari hak-hak mereka (zakatnya).”
Program pertama yang dicanangkan Abu Bakar setelah ia menjadi kholifah, adalah meredam
pemberontakan, memerangi orang-orang yang membangkang tidak mau membayar zakat, orangorang murtad yang saat itu terjadi di mana-mana dan menimbulkan kekacauan. Sepeninggal
Muhammad Rosulullah saw., memang banyak umat Islam yang kembali memeluk agamanya
semula. Mereka merasa berhak berbuat sekehendak hati. Bahkan lebih tragis lagi muncul orangorang yang mengaku nabi, antara lain Musallamah Al-Kadzdzab, Tulaiha Al-Asadi, dan Al Aswad Al
Ansi.
Untuk meluruskan akidah orang-orang murtad tersebut, Abu Bakar mengirim sebelas pasukan
perang ke sebelas daerah tujuan, di antaranya pasukan Kholid b’ Walid ditugaskan menundukan
Thulaiha Al Asadi, Pasukan Amer bin Ash ditugaskan di Qudho’ah, Suwaid bin Muqrim ditugaskan
ke Yaman, dan Kholid bin Said ditugaskan Syam.
Program Abu Bakar selanjutnya, memproyekkan pengumpulan dan penulisan ayat-ayat Al Qur-an.
Progran ini dicanangkan atas usulan Umar bin Khoththob sedangkan pelaksanaannya di
percayakan kepada Zaid b’ Tsabit.
Pengumpulan dan penulisan ayat-ayat Al Qur-an itu dilakukan dengan pertimbangan:
1.
Banyak sahabat yang hafal Al Qur-an gugur dalsm perang penumpasan orang-orang
murtad;
2.
Ayat-ayat Al Qur-an yang ditulis pada kulit-kulit kurma, batu-batu dan kayu-kayu sudah
banyak yang rusak sehingga perlu dilakukan usaha penyelamatan;
3.
Penulisan ayat-ayat Al Qur-an dan membukukannya ini bertujuan agar dapat dijadikan
pedoman bagi umat Islam sepanjang zaman.
Semasa pemerintahannya, Abu Bakar juga berhasil memperluas daerah dakwah Islamiyah, antara
lain ke Irak yang ketika itu termasuk wilayah jajahan Kerajaan Persia, dan ke Syam yang di bawah
jajahan Romawi.
Setelah memerintah selama dua tahun, Abu Bakar berpulang ke Rahmatullah pada tanggal 23
Jumadil Akhir 13H dalam usia 63 tahun dan dimakamkan dekat makam Rasulullah saw. Beliau
dikenal oleh para
sahabat sebagai kholifah yang sangat taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya serta berbudi luhur.
B. Umar bin Khatthab (13-23 H/634-644 M)
Ia lebih muda tiga belas tahun dari Nabi Muhammad saw. Sejak kedl ia sudah terkenal cerdas dan
pemberani. Tidak pernah takut menyatakan kebenaran di hadapan siapapun. Tidaklah
mengherankan jika setelah Umar memeluk Islam, barisan kaum muslimin ditakuti oleh orang kafir
Quraisy. Ia yang sebelum memeluk Islam paling berani menentang Islam, setelah memeluk Islam
paling berani menghadapi musuh-musuh Islam. Kemudian terkenalah Umar sebagai “Singa Padang
Pasir” yang sangat disegani.
Umar memiliki kepribadian yang sangat kuat, dan tegas memperjuangkan kebenaran. Oleh karena
itu masyarakat menggelarinya Al Faruq, artinya yang dengan tegas membedakan yang benar dan
yang salah. Sedemikian gigih Umar dalam menegakkan syari’at Islam, sehingga Abdullah bin
Mas’ud mengatakan, “Sejak Islamnya Umar kami merasa mulia.” (H.R. Bukhori)
Mengenai kualitas keimanannya, diungkapkan dalam sebuah hadits. Muhammad Rosulullah saw.
bersabda, “Ketika sedang tidur, aku bermimpi melihat orang-orang yang memakai gamis. Ada yang
gamisnya menutupi dada dan ada pula yang kurang dari itu. Lalu diperlihatkan kepadaku Umar bin
Khoththob mengenakan gamis yang panjang sehingga ia berjalan dengan menyeretnya.”
Seseorang bertanya, “Ya Rosulullah, apakah takwilnya?” Nabi saw. menerangkan, “Kualitas
keimanannya.” (HR. Bukhori dan Muslim dari Abu Sa’id Al Khudri ra.)
Dalam pidato pelantikannya, Umar menyampaikan, antara lain: “Saya adalah seorang pengikut
Sunnah Rasul, bukan seorang yang berbuat bid’ah. Ketahuilah, bahwa kalian berhak menuntut
saya tentang tiga hal selain Kitab Allah dan Sunnah Nabi, yakni:
1.
Mengikuti apa yang telah dilakukan oleh orang sebelum saya dalam masalah yang telah
kalian sepakati dan telah kalian tradisikan;
2.
Membuat kebiasaan baru yang baik bagi ahli kebajik dalam masalah yang belum kalian
jadikan kebiasa dan
3.
Mencegah saya bertindak atas kalian kecuali dalam hal hal yang kalian sendiri
penyebabnya.
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar, wilayah Islam semakin meluas sampai ke Mesir, Irak,
Syam, dan negeri-negeri Persia lainnya. Umarlah yang pertama kali membentuk badan kehakiman
dan menyempurnakan pemerintahan. Juga meneruskan usaha Abu Bakar dalam membukukan Al
Qur-an.
Kholifah Umar wafat pada usia 63 tahun setelah memerintah selama sepuluh tahun enam bulan. Ia
wafat oleh tikaman pedang Abu Lu’lu’ah, seorang budak milik Al-Mughiroh bin Syu’bah saat sholat
subuh. Ia diimakamkan di rumah ‘Aisyah, dekat makam Abu Bakar. Ia dikenang oleh umat Islam
sebagai pahlawan yang sangat sederhana, sportif, dan menyayangi rakyat kecil. Kata katanya yang
sangat terkenal, “Siapa yang melihat pada diriku membelok, maka hendaklah ia meluruskannya.”
Jasa-jasa Umar sewaktu menjadi Kholifah, antara lain :
1.
Penetapan tahun Hijriyah sebagai tahun resmi;
2.
Bea cukai sebagai pendapatan negara;
3.
Tunjangan sosial bagi orang-orang miskin di kalangan Yahudi dan Kristen;
4.
Pembangunan kota-kota dan saluran air untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya;
5.
Pemberian gaji bagi imam dan muazin;
6.
Penghapusan perbudakan;
7.
Pembangunan sekolah-sekolah;
8.
Kodifikasi Al-Quran;
9.
Tradisi sholat tarawih berjamaah;
C. Utsman bin Affan ra. (23-35 H/644-656 M)
Ia seorang saudagar kaya-raya, dan salah seorang penulis wahyu yang terkenal. Usianya lima
tahun lebih muda dari Nabi Muhammad saw. Sejak muda Utsman dikenal sebagai seorang
pendiam, dan memiliki budi pekerti yang terpuji. lalah yang membeli sumur Roumah untuk
dijadikan sumur umum. Sedemikian banyak amal kebajikannya, sehingga masyarakat
menggelarinya “Ghoniyyun Syakir” (orang kaya yang banyak bersyukur kepada Allah SWT)
Abdurrohman bin Samuroh ra. mengungkapkan, Utsman bin Affan datang menemui Rosulullah saw.
dengan membawa uang sebanyak seribu dinar yang dibungkus pakaiannya. Kala itu beliau sedang
mempersiapkan u’sroh (Pasukan dalam Perang Tabuk). Usai menerima sumbangan dari Ustman bin
Affan ra. untuk jihad fisabilillah, Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada yang merugikan ibnu Affan
atas apa yang dilakukannya setelah hari ini.” Beliau mengulangi ucapan tersebut beberapa kali.
(HR. Ahmad, dan Tirmidzi)
Sekalipun kaya-raya, Utsman tidak pernah menjaga jarak dengan masyarakat kelas bawah, bahkan
ia tidak segan-segann untuk turut serta berperang. Karena kebaikannya itulah, ia dinikahkan
dengan putri Nabi bernama Ruqoyyah. Setelah Ruqoiyah meninggal dunia, ia dikawinkan dengan
putri Nabi lagi bernama Ummu Kultsum. Oleh sebab itu masyarakat menggelarinya “Dzun Nurain”
(yang mempunyai dua cahaya)
Langkah-langkah yang dilakukan oleh Khalifah Utsman ra., adalah mengganti gubernur-gubernur
negara taklukan Islam yang ingin memisahkan diri setelah Umar wafat. Kemudian Ia
memperbanyak naskah Al Qur-an yan sudah dibukukan menjadi tujuh eksemplar yang antara lain
dikirim ke Syam, Yaman, Bahrain, Basroh, dan Kufah.
Utsman wafat pada usia 82 tahun, setelah memerintah selama 12 tahun. Ia menemui ajal saat
membaca Al Quran oleh tikaman pedang Humron bin Sudan. Jasa Utsman terbesar adalah
memelihara Al Qur-an sebagaimana yang tersebar sekarang ini.
D. Ali bin Abu Tholib ra. (35-40 H/656-661 M)
Ia adalah putra Abu Tholib, paman Nabi Muhammad saw. Sebagai sepupu yang usianya 32 tahun
lebih muda, memungkinkan Ali diasuh langsung oleh Nabi Muhammad saw. Tidaklah megherankan
jika dari golongan anak-anak yang pertama memeluk Islam adalah Ali. Pantaslah jika pengetahuan
Ali tentang Islam sangat luas, dan sangat teguh memegang ajaran Islam.
Sejak masa pemerintahan Khalifah Ali inilah, Islam mulai mengalami kemunduran. Bermula dari
banyaknya pihak yang menuntut dendam atas terbunuhnya Utsman bin Affan ra., terutama dari
golongan Bani Umaiyyah dari kelompok ‘Aisyah ra., janda Nabi Muhammad saw. Suasana tersebut
semakin memanas dengan adanya kebijaksanaan Khalifah Ali mengganti sebagian besar pejabat
pemerintah yang telah diangkat oleh Utsman.
Setelah usaha menenangkan banyak golongan yang menuntut balas atas kematian Utsman
dengan jalan damai tidak berhasil, maka ditempuhlah dengan peperangan. Pertama terjadilah
Perang Waq’atul Jamali (penamaan tersebut karena ‘Aisyah bersama pasukannya mengendarai
unta) atau peperangan unta. Kedua, Perang Shiffin atau peperangan unta antara pasukan Khalifah
Ali dan pasukan ‘Aisyah. Perang saudara ini terjadi pada tahun 36 H/657 M, akibat hasutan
Abdullah bin Saba. Perang ini dimenangkan oleh pasukan Ali. Setelah diberi penjelasan tentang
duduk perkara yang sebenarnya, ‘Aisyah dikembalikan