Perbandingan asas Legalitas KUHP dengan

Tugas perbandingan hukum pidana by : m4d4

kid_enedad_oyod@yahoo.com

PERBANDINGAN ASAS LEGALITAS KUHP
BEBERAPA NEGARA
NEGARA
INDONESIA

KOREA

THAILAND

POLANDIA

http://m4d4.xtgem.com

PASAL

ASAS LEGALITAS
Ayat (1) mengandung asas lex temporis delicti

Pasal 1 ayat
Ayat (2) menyatakan bila ada perubahan atas
(1) dan ayat
undang-undang setelah perbuatan dilaksanakan
(2)
maka digunakan ketentuan yang teringan.
Ayat (1) mengandung asas lex temporis delicti
Ayat (2) terdapat penegasan tentang :
1. Perubahan terhadap “ perbuatan yang dapat
dipidana“yaitu semula merupakan tindak
pidana (kejahatan) berubah menjadi “bukan
tindak pidana/kejahatan”.
Pasal 1 ayat
(1),(2) dan
2. perubahan
terhadap
“pidana
yang
diancamkan” yaitu semula lebih berat
(3)

menjadi lebih ringan
Ayat (3) Perbuatan yang telah dijatuhi pidana
berdasarkan Undang-undang lama tidak lagi
merupakan tindak pidana,maka pelaksanaan atau
eksekusi pidana itu dibatalkan/dihapuskan.
Pasal 2 ayat(1) mengandung asas lex temporis delicti
Pasal 2 ayat(2) perbuatan yang diatur oleh Undangundang lama tidal lagi merupakan tindak pidana
menurut undang-undang baru.
Pasal 3 menentukan hal sebgai berikut:
1. Apabila pidana yang dijatuhkan lebih
berat daripada ancaman pidana menurut
Undang-undang baru,maka pengadilan
Pasal 2 Ayat
akan menetukan kembali pidana sesuai
(1),(2) dan
dengan undang-undang baru.
pasal 3
2. Apabila terdakwa dijatuhi pidana mati
(menurut Undang-Undang lama) tetapi
menurut Undang-undang baru yang

seharusnya dikenakan tidak seberat
pidana mati,maka eksekusi pidana mati
itu akan ditunda dan dianggap bahwa
pidana mati itu diganti dengan pidana
terberat menurut Undang-undang baru.
Pasal 1 mengandung asas lex temporis delicti
Pasal 2 ayat (1) mengatur tentang 2 hal yaitu :
Pasal 1 dan
1. Undang-undang baru tetap menyatakan
pasal 2 ayat
perbuatan yang diatur oleh Undang-undang
(1)
lama sebagai perbuatan yang dapat dipidana(
tetap merupakan tindak pidana).akan tetapi

1

mahendra sukma persada

Tugas perbandingan hukum pidana by : m4d4


kid_enedad_oyod@yahoo.com

Undang-undang lama memiliki hukuman
yang lebih ringan.
2. Pidana menurut undang-undang lama
dinyatakan tidak berlaku ( dihapus ) diganti
dengan undang-undang yang baru.

NORWEGIA

http://m4d4.xtgem.com

Pasal 3

Menganut asas lex temporis delicti
Menurut alinea ke-1 pada prinsipnya undang-undang
yang berlaku adalah undang-undang pada saat delik
tersebut terjadi akan tetapi berdasarkan ketentuann
yang terdapat di alinea ke-2 apabila pada saat

putusan dijatuhkan ada undang-undang baru ,maka
Undang-undang baru itu yang diterapkan apabila
undang-undang baru tersebut lebih menguntungkan.

2

mahendra sukma persada

Tugas perbandingan hukum pidana by : m4d4

kid_enedad_oyod@yahoo.com

KESALAHAN ( PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA )

A . ASAS KESALAHAN

NEGARA

PASAL


UNI SOVIET
(1958)

Pasal 3

JERMAN
(1968)

Pasal II

GREENLAND
(1954)

Pasal 86

YUGOSLAVIA
(1951)

Pasal 7
ayat (1)


THAILAND
(1956)

Pasal 59

POLANDIA
(1969)

Pasal 6

JEPANG (1907
yang diperbaharui
samapai dengan
tahun 1968)

http://m4d4.xtgem.com

Pasal 38
ayat (1)


ASAS KESALAHAN
Hanya orang yang bersalah melakukan kejahatan , yaitu
orang yang dengan sengaja atau dengan kealpaan
melakukan suatu perbuatan yang berbahaya bagi
masyarakat yang ditetapkan oleh undang-undang pidana
,dapat dipertimbangkan untuk pertanggungjawaban
pidana dan dipidana.
Penerapan hukum pidana yang tepat menuntut , bahwa
setiap tindak pidana diusut dan orang yang bersalah
dipertanggungjawabkan
Berdasarkan penemuan kesalahan , pengadilan akan
menunjuk / menyatakan mana di antara satu atau
beberapa sanksi di atas yang akan dikenakan kepada
pelaku
Seorang pelanggar akan dipertanggungjawabkan atas
tindak pidana yang dilakukanya hanya apabila ia
melakukanya dengan sengaja atau dengan kealpaan.
Seseorang hanya akan dipertanggungjawabkan apabila
ia melakukan suatu perbuatan dengan sengaja,kecuali

dalam hal :
1. undang-undang menetapkan bahwa ia harus
dipertanggungjawabkan apabila ia melakukan
suatu perbuatan dengan kelpaan;atau
2. undang-undang secara jelas menetapkan bahwa
ia harus bertanggung jawab walaupun ia
melakukan perbuatan tidak dengan sengaja.
Hanya orang yang melakuakan perbuatan dengan
sengaja saja yang dapat dipersalahkan dan dipidana,
sedangkan pemidanaan untuk perbuatan dengan
kealpaan atau tidak dengan sengaja hanya merupakan
suatu perkecualian apabila ditentukan secara khusus
oleh undang-undang.
Hanya orang yang melakuakan perbuatan dengan
sengaja saja yang dapat dipersalahkan dan dipidana,
sedangkan pemidanaan untuk perbuatan dengan
kealpaan atau tidak dengan sengaja hanya merupakan
suatu perkecualian apabila ditentukan secara khusus
oleh undang-undang.


3

mahendra sukma persada

Tugas perbandingan hukum pidana by : m4d4

NORWEGIA
(1951)

INDONESIA

Pasal 40

Pasal 1

kid_enedad_oyod@yahoo.com

Hanya orang yang melakuakan perbuatan dengan
sengaja saja yang dapat dipersalahkan dan dipidana,
sedangkan pemidanaan untuk perbuatan dengan

kealpaan atau tidak dengan sengaja hanya merupakan
suatu perkecualian apabila ditentukan secara khusus
oleh undang-undang.
Dari pasal 1 dapat diartikan juga bahwa seseorang dapat
dikatakan bersalah apabila telah melanggar aturan
perundang-undangan.apabila seseorang melakukan
tindakan yang merugikan, baik bagi dirinya maupun
orang lain tetapi di dalam peraturan perundangan tidak
diatur maka orang tersebut dinyatakan tidak bersalah.

B . PENGERTIAN KESENGAJAAN
NEGARA

PASAL

THAILAND

Pasal 59
paragraf 2
dan 3

POLANDIA

Pasal 7
paragraf 1

SOVIET

Pasal 8

http://m4d4.xtgem.com

PENGERTIAN KESENGAJAAN
Paragaraf 2 menyatakan “melakuakan
suatu
perbuatan dengan sengaja ialah melakuan suatu
perbuatan secara sadar dan pada saat yang sama si
pembuat
menghendaki
atau
dapat
memperkirakan/mengetahui lebih dahulu akibat dari
perbuatan yang demikian“
Paragaraf 3 menyatakan “apabila si pembuat tidak
mengetahui fakta-fakta yang merupakan (unsur) tidak
pidana , tidaklah dapat dianggap bahwa ia
menghendaki atau dapat memperkirakan/mengetahui
lebih dahulu akibat dari perbuatan yang demikian itu.
Suatu tindak pidana dilakukan dengan sengaja apabila
si pelanggar mempunyai kesengajaan untuk
melakukan perbuatan yang terlarang itu , yaitu ia
menghendaki terjadinya perbuatan itu atau walaupun
ia telah mengetahui kemungkina terjadinya perbuatan
itu ia tetap mendamaikan hatinya terhadap hal itu ( ia
membiarkan/menyetujui terjadinya kemungkina itu)
Suatu kejahatan dipandang dengan sengaja
direncanakan terlebih dahulu apabila orang yang
melakukan perbuatan itu mengenal /mengetahui sifat
bahaya soial dari perbuatanya atau tidak berbuatnya
(kelalaianya) dapat mengetahui lebih dahulu akibat
yang berbahaya bagi masyarakat dan menghendaki
akibat sperti itu.

4

mahendra sukma persada

Tugas perbandingan hukum pidana by : m4d4

JERMAN

Pasal 6 ayat
(1) dan (2)

YUGOSLAVIA

Pasal 7 ayat
(2)

Bab XIX
INDONESIA

kid_enedad_oyod@yahoo.com

Ayat (1) menyatakan “siapapun yang secara sadar
menetapkan untuk melakukan sutu tindak pidana
,melakukan perbuatan itu dengan sengaja“
Ayat (2) menyatakan “demikian pula setiap orang
yang walaupun tidak bermaksud melakukan tindak
pidana itu, namun secara sadar menyetujui
kemungkinan terjadinya tindak pidana itu dengan
memutuskan untuk tetap berbuat,melakukan tindakan
tersebut dengan sengaja“
Suatu tindak pidana dilakukan dengan sengaja apabila
si pelaku menyadari perbuatanya dan menghendaki
untuk melakukan perbuatan itu; atau apabial ia
menyadari bahwa
suatu akibat yang terlarang
mungkin dihasilkan dari perbuatnya atau sikap diam
(tidak berbuat)-nya dan menyetujui terjadinya akibat
itu.
Tindak pidana yang dilakukan dengan sengaja yaitu
tindak pidana yang dilakuakan dengan kesadaran
bahwa tindakan yang ia lakukan adalah melanggar
hukum , bisa juga tindakan tersebut telah direncakan
sebelumnya oleh pelakunya.

C . PENGERTIAN KEALPAAN
NEGARA

PASAL

THAILAND

Pasal 59
paragraf 4

POLANDIA

Pasal 7
paragraf 2

SOVIET

Pasal 9

http://m4d4.xtgem.com

PENGERTIAN KEALPAAN
Melakukan tindak pidana tidak dengan sengaja tetapi
melakukan penghati-hati sebagaimana seharusnya
diharapkan ( dapat dilakukan ) dari orang yang berada
dalam kondisi dan keadaan serupa itu, sedangkan si
pelaku dapat melakukan penghati-hati seperti itu tetapi
ia tidak berbuat sedemikian secukupnya.
Tindak pidana yang dianggap perbuatan Kealpaan
apabila :
1. si
pelaku
mengetahui
sebelumnya
kemungkinan terjadinya perbuatan terlarang
itu tetapi ia menganggapnya tanpa sadar yang
sehat bahwa ia dapat menghindarinya.
2. apabila ia tidak dapat menduga kemungkinan
seperti itu walaupun ia seharusnya dapat
menduga kemungkinan terjadinya hal itu.
Orang yang melakukaan perbuatan tersebut
mengetahui sebelumnya kemungkinan akibat bahaya
sosial dari perbuatanya atau dari tidak berbuatnya
dengan tidak memikirkan pencegahanya.atau apabila

5

mahendra sukma persada

Tugas perbandingan hukum pidana by : m4d4

JERMAN

Pasal 7

YUGOSLAVIA

Pasal 7 ayat
(3)

INDONESIA

Bab XXI

kid_enedad_oyod@yahoo.com

orang itu tidak dapat membayangkan kemungkinan
akibat itu walaupun ia dapat dan seharusnya telah
dapat membayangkan kemungkinan itu.
Siapapun yang mengetahui sebelumnya bahwa ia
mungkin dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat
yang dilarang oleh Undang-undang secara tidak
sengaja, karena ia secara sembrono mendasarkan
putusanya untuk berbuat pada harapan bahwa akibat
itu tidak akan terjadi, melakuakan perbuatan tersebut
dengan kealpaan.
Menurut pasal 7 ayat (3) KUHP Yugoslavia kealpaan
mencakup dua pengertian yaitu :
1. kealpaan yang disadari ( bewuste schuld )
2. kealpaan yang tidak disadari (onbewuste
schuld ).
Tindak pidana dimana pelakunya tidak menginginkan
tindakan tersebut terjadi. Tindakan tersebut terjadi
karena ketidak sengajaan pelaku kejahatan.

D. PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP AKIBAT YANG TIMBUL
TIDAK DENGAN SENGAJA
NEGARA

PASAL

KOREA

Pasal 15
ayat (2)

POLANDIA

Pasal 8

NORWEGIA

Pasal 43

JERMAN

Pasal 56

http://m4d4.xtgem.com

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA
Apabila pidana yang lebih berat diancamkan terhadap
akibat – akibat tertentu dari suatu kejahatan,pidana
yang lebih berat itu tidak diterapkan apabila akibat –
akibat itu tidak dapat dibayangkan atau diduga
sebelumnya.
Pelaku tindak pidana dengan sengaja akan dikenakan
pertanggungjawaban yang lebih berat yang oleh
undang-undang dikaitkan pada suatu akibat
tertentu.apabila sekurang-kurangnya ia seharusnya
dapat dan telah dapat membayangkan/menduga
sebelumnya akibat itu.
Dalam hal undang-undang menetapkan bahwa suatu
akibat yang tidak disengaja dari suatu perbuatan yang
dapat dipidana dituntut pidana yang diperberat,pidana
yang lebih berat itu hanya dikenakan apabila si pelaku
dapat menduga kemungkinan terjadinya akibat itu,atau
walaupun ia mampu berbuat demikian , namun ia
gagal mencegah akibat itu setelah ia menyadari adanya
bahaya itu.
Apabila undang-undang mengancam pidana yang

6

mahendra sukma persada

Tugas perbandingan hukum pidana by : m4d4

GREENLAND

Pasal 7 ayat
(2)

YUGOSLAVIA

Pasal 8

INDONESIA

Bab XXI

kid_enedad_oyod@yahoo.com

lebih berat untuk suatu akibat tertentu dari suatu
perbuatan , si pelaku akan dipertanggungjawabkan
pada pidana yang diperberat itu hanya apabila ia
menyebabkan terjadinya akibat itu sekurangkurangnya karean kealpaan.
Pertanggungjawaban terhadap akibat yang tidak
dikehendaki atau tidak disengaja itu hanya dapat
dilakukan apabila dapat dibuktikan adanya kealpaan.
Untuk dapat dipertanggungjawabkan
seseoarang
terahadap akibat yang sebenarnya tidak dikehendaki
tetap diperlukan unsure kesalahan ( dolus atau culpa )
walaupun dalam bentuknya yang paling ringan, yaitu
dolus eventualis atau bewuste schuld ( kealpaan yang
disadari )
Kealpaan dapat dipertanggungjawabkan apabila
memenuhi unsur kerugian bagi orang lain,seseorang
dapat dikenakan pidana bila kealpaanya tersebut
membuat orang lain celaka atau meninggal dunia.

E . MASALAH KESESATAN ( Error , mistake / ignorance, Dwaling )
NEGARA

THAILAND

KOREA

POLANDIA

http://m4d4.xtgem.com

PASAL

KESESATAN
Pasal 61 mengatur tentang error in
persona.(perbuatan yang dilakukan akibat
kealpaan dianggap sebagai perbuatan yang
dilakukan dengan sengaja).
Pasal 62 mengatur tentang error facti
(ignorance of fact).kesesatan terhadap suatu
Pasal 61 ,62
dan pasal 64
fakta atau peristiwa akan diperlakukan sesuai
dengan pokok perkaranya.
Pasal 64 mengatur masalah error iuris
(ignorance law) kesesatan hukum tidak
membebaskan seseorang dari pertanggung
jawaban pidana.
Menurut pasal 15 mistake offact tidak dapat di pidana
Pasal 15 dan dan menurut pasal 16 mistake of law tidak dapat
16
dipidana apabila kesesatanya itu didasarkan pada
alasan-alasan yang masuk akal (reasonable ground)
Pasal 24
Ayat (1). Error facti tidak dipidana kecuali
ayat (1) , (2)
kesesatan itu terjadi untuk tindak pidana ringan

7

mahendra sukma persada

Tugas perbandingan hukum pidana by : m4d4

dan (3)

YUGOSLAVIA

Pasal 9 dan
pasal 10

INDONESIA

Pasal 1

http://m4d4.xtgem.com

kid_enedad_oyod@yahoo.com

yang dilakukan dengan tidak sengaja
(unintentional-serious-offense)
karena
kesembronoan (recklessness) karena kealpaan
(negli gence) .
Ayat (2).error iuris tetap dipidana apabila si
pembuat sepatutnya dapat menghindari
kesesatan itu.
Ayat (3) . dalam hal error iuris dipidana, si
pelaku dapat memperoleh pengurangan
/peringanan pidana luar biasa ( extraordinary
of penalty) .
Pasal 9 menjelaskan bahwa error facti pada
prinsipnya tidak dipidana tetapi dapat dipidana
apabila kesesatan itu terjadi karena kealpaanya
dengan catatan sepanjang undang-undang
menetapkan bahwa delik culpa itu juga dapat
dipidana.
Pasal 10 menjelaskan bahwa error iuris tetap
dipidana , tetapi dapat juga tidak dipidana atau
mendapat
pengurangan pidana apabila
kesesatanya berdasarkan alasan-alasan yang
dapat dibenarkan (justified reason).
Dalam pasal 1 ayat (2) dapat dipergunakan apabila ada
kesesatan hukum,dimana ada kesesatan hukum maka
ketentuan yang teringan yang dipergunaka untuk
memidana tersangka.

8

mahendra sukma persada

Tugas perbandingan hukum pidana by : m4d4

kid_enedad_oyod@yahoo.com

MASALAH PERCOBAAN
NEGARA

PASAL

KOREA ( 1953)

Pasal 25, 26
, 27 , 28 dan
29

THAILAND
(1956)
Pasal 80,81
dan 82

POLANDIA
(1969)
NORWEGIA
(1902)
GREENLAND
(1954)
INDONESIA

http://m4d4.xtgem.com

Pasal 11 ,
12 dan 13

PERCOBAAN
Dapat sebagai alasan pengurangan (peringanan)
pidana.akan tetapi di dalam KUHP Korea tidak
ditentukan jumlah penguranganya
Dapat sebagai alas an penghapus pidana.
Sebagai alasan penghapus pidana karena KUHP
Thailand tidak memidananya
Tetapi percobaan dapat dipidana apabila telah
merupakan tindak pidana tersendiri menurut
undang-undang (si pembuat dipidana untuk
tindak pidana yang bersangkutan)
Sebagai alasan penghapus pidana karena KUHP
Polandia tidak memidananya
Untuk Tatiger reue, dapat sebagai alas an
pengurangan pidana yang istimewa.
Sebagai alasan penghapus pidana

Pasal 50 dan
pasal 51
Pasal 88 sub
Sebagai alasan penghapus pidana
6 dan sub 7
Pasal 53 dan Pada dasarnya percobaan terhadap pelanggan tidak
54
dapat dipidana.

9

mahendra sukma persada