Krisis Air Bersih di Malaysia
qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw
ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert
yuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui
opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopa
Regionalisme Asia Tenggara
sdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf
Krisis Air Bersih di Malaysia
ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghj
klzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx
cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvb
nmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnm
qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw
ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert
yuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui
opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopa
sdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf
ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghj
klzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx
Rizal Ramadhan Herman, 211000165
Regionalisme merupakan suatu kebijakan dan state project dimana negara dan aktor nonnegara bekerjasama dan mengkoordinasikan strategi demi mencapai kepentingan dalam
suatukawasan tertentu.
mempromosikan
Tujuan
dari
tujuan-tujuan
perkembangannya
regionalisme
tatanan geografis, politik,
regionalisme
bersama
dalam
selalu
disertai
ekonomi,
kawasan, namun regionalisme juga berkembang
adalah
untuk
satu isu atau
anomali
strategis, dan
mengupayakan dan
lebih. Meskipun
dinamika
spesifik
budaya di
dengan disertai norma-norma, tren,
dalam
dalam
suatu
dan nilai
nilai tertentu yang berlaku pada konstelasi kawasan(1).
Dengan difasilitasi oleh norma-norma bersama, institusi domestik dan interdependensi
tingkat tinggi, negara di dalam sebuah komunitas regional mempunyai kecenderungan untuk
bergabung dalam komunitas tersebut (terutama komunitas keamanan) dan mengharapkan
perubahan secara damai. negara melihat diri mereka sebagai fundamental terkait dengan negaranegara lain, terikat oleh norma-norma umum, pengalaman politik, dan lokasi regional yang
saling berdekatan(2).
Ide mengenai komunitas keamanan berhubungan dengan perspektif yang berupaya untuk
melihat proses pembelajaran dalam lingkungan sosial dan pembentukan identitas dalam
hubungan internasional yang didorong oleh adanya interaksi dan sosialisasi. Pengembangan teori
komunitas keamanan pada masa pasca perang dunia II ditujukan untuk meningkatkan kerjasama
tanpa adanya kekerasan dalam hubungan internasional. Proses itu memungkinkan sebuah proses
damai dan melaui persepsi dan identifikasi para aktor. Dengan demikian dapat dijelaskan
mengapa negara meningkatkan rasa saling ketergantungan dan responsivitas, mengembangkan
rasa saling memiliki, dan menghindari penggunaan kekerasan dalam penyelesaian konflik(3).
Proses regionalisasi merupakan sebuah tahapan pengintegrasian yang tidak dapat
diipisahkan dengan interksi dari Negara-negara yang ada dalam sebuah kawasan. Hal ini
tentunya didasarkan pada kepentingan dan terbangunnya kesadaran serta identitas bersama. Asia
1 Louise Fawcett, “Regionalism from Historical Perspective”, dalam Mary Farrel, et.al.
(2005) Global Politics of Regionalism. London: Pluto Press, hal. 24.
2 G. John Ikenberry, Jitsuo Tsuciyama, (2002), “Between Balance Of Power And Community:
The Future of Multilateral Security Cooperation In The Asia Pacific”, International Relations of
The Asia Pacific 2(1): 88.
3 Amitav Acharya, (2000), Constructing Security Community in Southeast Asia, London:
Routledge, hal. 1.
merupakan sebuah benua yang di dalamnya terdapat beberapa sub region dalam proses
regionalisasi tersendiri. Asia tenggara merupakan sebuah kawasan yang mencirikan
regionalization style dan pola interaksi antar Negara di kawasan Asia Tenggara.
Di Asia Tenggara sendiri, kita mengenal ASEAN (Association of South East Asia
Nations) (4) yang merupakan organisasi regional di kawasan. ASEAN memiliki prosedur dan
decisions-making rules yang merepresentasikan kepentigan dari Negara anggotanya. Eksistensi
ASEAN diianggap mampu menciptakan kohesivitas alami yang didasarkan pada intensitas
interaksi. Dalam hal ini ASEAN tentunya menjadi wadah yang menjembatani hubungan antar
Negara-negara anggota ASEAN.
Regionalisme di Asia Tenggara tidak lepas dari prinsip-prinsip regionalism yang
terbangun dari intensitas interaksi yang ada. Dalam hal ini, terdapat beberapa perspektif dalam
hubungan internasional yang menjelaskan regionalisme di Asia Tenggara seperti neorealisme
berasumsi bahwa regionalisme di Asia Tenggara akan mendorong terjadinya distribuusi power
dari entitas-entitas ASEAN yang kemudian akan berimplikasi pada terciptanya staabilitas
kawasan. Neorealisme memandang bahwa Negara-negara ASEAN akan mengupayakan
perimbangan kekuatan. Di lain hal, sebagai salah satu perspektif dalam hubungan internasional,
Neoliberal berasumsi bahwa akumulasi dari hasil kolaborasi kebijakan luar negeri setiap Negara
anggota ASEAN akan menghaskan manfaat terhadap Negara-negara di kawasan, seperti manfaat
dibidang politik dan ekonomi. Kedua perspektif tersebut memandang bahwa konsep
regionalisme akan memberikan kemajuan bagi ASEAN dengan mendorong pola integrasi.
Krisis Air Bersih
Di Asia Tenggara permasalahan krisis air bersih merupakan salah satu masalah
lingkungan sama dengan hal yang terjadi di Malaysia, berdasarkan laporan dari Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB, lebih tepatnya ke UNDP( 5)) pada tahun 2006 negara di kawasan Asia
Tenggara seperti Indonesia, Laos, Myanmar dan Filipina tergolong Negara-negara yang
mengalami krisis air bersih. Tentunya hal ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan warga di
setiap Negara apalagi semakin bertambahnya populasi penduduk yang semakin padat. Seperti
4 http://www.asean.org/
5 http://www.undp.org/content/undp/en/home.html
yang disampaikan oleh Jacques Diouf6, Direktur Jendderal Organisasi Pangan dan Pertanian
Dunia (FAO), saat ini penggunaan air di dunia naik dua kali lipat lebih dibandingkan dengan
seabad silam, namun ketersediaannya justru menurun. Akibatnya terjadi kelangkaan air yang
harus ditanggung oleh lebih dari 40 persen penduduk bumi ini. Kondisi ini akan kian parah
menjelang tahun 2025 karena 1,8 miliar orang akan tinggal di kawasan yang mengalami
kelangkaan air secar absolut. Kekurangan air telah berdampak negatif terhadap semua sektor,
termasuk kesehatan. Tanpa akses air minum yang higienis mengakibatkan 3800 anak meninggal
tia hari oleh penyakit. Begitu kompleksnya masalah ini sehingga para ahli berpendapat bahwa
pada suatu saat nanti, akan terjadi “pertarungan” untuk memperebutkan sumber energy minyak
dan gas bumi.
Menanggapi permasalahan lingkungan di Asia Tenggara, ASEAN sebagai organiasi
regional sebenarnya telah memiliki Rencana Aksi Strategis ASEAN tentang Lingkungan Hidup
pada 1994-1998(7), yang mendukung rekomendasi khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa Agenda
21(8) tentang hak air bersih merupakan hak air bagi seluruh penduduk dunia tanpa terkecuali.
Disini dijelaskan bahwa hak untuk mendapatkan air bersih merupakan hak asasi manusia,
sehingga privatisasi terhadap ketersediaan air harus menjadi kajian ulang karena dirasa
merugikan masyarakat kelas menegah ke bawah. Menanggapi kekeringan yang terjadi pada
sebagian Negara-negara di Asia Tenggara diadakan diskusi ASEAN People’s Forum(9) / ASEAN
Civil Society Conference(10) di Jakarta pada Mei 2011. Forum itu diikuti perwakilan masyarakat
dan kalangan penggiat dari anggota Perhimpunan Negara Asia Tenggara (ASEAN). Diadakannya
diskusi ini merupakan wujud konkrit dari ASEAN untuk menjaga dan menjamin ketersediaan air
bersih bagi seluruh lapisan masyarakat di Asia Tenggara. Sebab dalam prediksi di tahun 2015
apabila tidak ada solusi konkrit yang mendasar mengenai penanggulangan kekeringan dan
kekurangan air bersih di kawasan Asia Tenggara dirediksi hanya 88 persen penduduk Asia
Tenggara yang akan bias menikmati air bersih dan 12 persennya adalah penduduk miskin yang
berkutat pada sanitasi yang buruk.
6 http://www.fao.org/NEWSROOM/en/news/2005/1000155/index.html
7 http://www.menlh.go.id/environmentally-sustainable-city-award/
8 http://books.google.co.id/books?
id=ae7qLHtmcW4C&pg=PA146&lpg=PA146&dq=pbb+agenda+21&source=bl&ots=Or2Xtpq
L7x&sig=iMPxIxR2xfq2xA_3WJIS4Dky804&hl=en&sa=X&ei=G_RyU_mSLtOzuATivYD4BA&redi
r_esc=y#v=onepage&q=pbb%20agenda%2021&f=false
9 http://aseanpeople.org/
10 http://aseanpeople.org/
Penyebab Kekurangan Air Bersih
Faktor utama krisis air adalah perlaku manusia guna mencukupi kebutuhan hidup yaitu
perubahan tata guna lahan untuk keperluan mencri nafkah dan tempat tinggal. Sebagian besar
masyarakat di Asia Tenggara menyediakan air minum secara mandiri tetapi tidak tersedia cukup
informasi yang tepat terkait dengan hal-hal yang berhubungan dengan persoalan air, terutama
tentang konservasi dan pentingnya menggunakan air secara bijak. Masyarakat masih
menganggap air sebagai bedna sosial.
Populasi yang terus meningkat dan bertambah setiap tahunnya dan penyebara penduduk
yang tidak merata membuat pemanfaatan sumber daya air bagi kebutuhan umat manusia semakin
hari semakin meningkat. Hal ini merupakan akibat melonjaknya populasi penduduk yang tidak
terbendung sehingga memeberikam konsekuensi logis terhadap upaya-upaya pemenuhan
kebutuhan hidupnya. Disatu sisi kebutuhan akan sumber daya air semakin meningkat pesat dan
di sisi lain pula terjadi pencemara terhadap air yang mengakibatkan penurunan jumlah air bersih
yang tersedia. Hal disebabkan oleh implikasi industrialisasi (akibat globalisasi) dan pertumbuhan
penduduk yang tidak terkontrol serta penyebarannya yang tidak merata sehingga menyebabkan
peningkatan kebutuhan air bersih bagi penduduk saat ini. Dan juga laju ledakan populasi inipun
menyebabkan proses sanitasi air yang buruk sehingga berakibat fatal terhadap kualitas air yang
akan dikonsumsi oleh masyarakat.
Kerusakan lingkungan yang makin parah akibat penggudulan hutan merupakan penyebab
utama kekeringan dan kelangkaan air bersih. Kawasan hutan yang selama ini menjadi daerah
tangkapan air (catchment area(11)) telah rusak karena penebangan liar. Laju kerusakan di semua
wilayah sumber air semakin cepat, baik karena penggudulan di hulu maupun pencemaran di
sepanjang daerah resapan air. Kondisi itu akan mengancam fungsi dan potensi wilayah sumber
air sebagai penyedia air bersih.
Pemanasan global juga memicu peningkatan suhu bumi yang mengakibatkan melelehnya
es di gunung dan kutub, berkurangnya ketersediaan air, naiiknya permukaan air laut dan dampak
buruk lainnya. Seiring dengan semakin panasnya permukaan bumi, tanah tempat di mana air
berada juga akan cepat mengalami penguapan untuk meepertahankan siklus hidrologi. Air
11 http://www.thefreedictionary.com/catchment+area
permukaan juga mengalami penguapan semakin cepat sedangkan balok-balok salju yang
dibutuhkan untuk pengisian kembali air tawar justru semakin sedikit dan kecil. Saat ini
pencemaran air sungai, danau dan air bawah tanah menigkat dengan pesat. Sumber pencemaran
ini dari yang jumlahnya yang paling besar berasal dari manusia yang mengahasilkan sampah
dengan jumlah 2 milyar ton sampah perhari dan diikuti kemudian dengan sektor perindustrian
dan pestisida sert penyuburan pada pertanian (UNESCO, 2003). Sehingga memunculkan prediksi
bahwa separuh dari populasi penduduk di dunia akan mengalami pencemaran di berbagai titik
sumber perairan dan juga penyakit-penyakit yang berkaitan.
Menanggapi masalah kekurangan air bersih di beberapa Negara di Asia Tenggara,
ASEAN sebagai organisasi regional dapat dijadikan wadah atau tempat untuk mengadakan
diskusi agar mendapatkan solusi yang dapat disepakati secara mufakat untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada. Oleh karena itu penetapan kebijakan dan pembuatan regulasi merupakan
tanggung jawab dari setiap stakeholder di masing-masing Negara di kawasan Asia Tenggara.
Kasus Kekurangan Air Bersih di Malaysia
Pasokan air bersih mengering di beberapa kawasan Malaysia. Kelangkaan air terjadi di
tengah-tengah musim kering panjang, sampai-sampai salah satu negara terbasah sedunia itu
mesti kehausan. Level air di sungai dan waduk menurun hingga mencapai level kritis di
Selangor, provinsi dengan populasi terbesar Malaysia yang berbatasan dengan Kuala Lumpur.
Penurunan level air ikut mengurangi pasokan ke pabrik pengolahan air di Kuala Lumpur,
memaksa penjatahan air bagi warga. Selain itu, Sungai Langat di Selangor tercemar amonia
akibat limbah pabrik manufaktur. Akibatnya, operasi di dua pabrik pengolahan air terhenti. Krisis
pasokan air menjadi-jadi.
Negara bagian Negeri Sembilan, tetangga Selangor, juga menghadapi krisis air. Seperti
juga beberapa kawasan di negara bagian selatan Johor, yang berbatasan dengan Singapura.
Penjatahan air dimulai di sejumlah tempat di Johor pada pekan silam. Pemerintah setempat
menentukan pemompaan air dari instalasi pengolahan hanya akan dilakukan dalam rentang 36
jam. Untuk sementara, mobil-mobil tangki air menyalurkan pasokan guna memenuhi kebutuhan
warga.
Kekeringan juga melanda Singapura. Di Singapura, Badan Lingkungan Hidup Nasional
melaporkan 27 hari kekeringan, yakni antara 13 Januari dan 8 Februari. Untuk memenuhi
kebutuhan air warga, Singapura telah banyak berinvestasi dalam pembangunan waduk, juga
pengadopsian teknologi supaya mandiri dalam kebutuhan air bersih. Saat ini, sebanyak 30%
sumber air Singapura dihasilkan dari daur ulang air limbah. Sebanyak 25% lainnya dari
desalinasi. Bagaimanapun, minimnya air di Johor berpotensi memperburuk masalah Singapura.
Pasalnya, Singapura membeli sejumlah pasokan air dari Malaysia di bawah kesepakatan
penjualan air yang ditetapkan berlangsung hingga setidaknya 2061.
Warga Malaysia menyatakan mereka saat ini berupaya menyesuaikan diri dengan
keterbatasan persediaan air. Gangguan pasokan air merupakan hal yang biasa dalam kekeringan
tahunan. Musim kering biasanya berlangsung antara Januari hingga Maret. Namun, beberapa
ilmuwan menyebutkan kegagalan teknis lebih berperan dibanding cuaca dalam kekeringan saat
ini. Dampak minimnya air akan berkurang, jika jumlah air yang terbuang kala pemompaan dari
pabrik pengolahan ke permukiman dapat ditekan. Pemerintah dapat memperbarui waduk yang
ada untuk memperkuat fasilitas tangkapan air, sahutnya. Namun, konsumen juga harus belajar
hati-hati dalam penggunaan air, supaya tetap memenuhi naiknya permintaan.
ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert
yuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui
opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopa
Regionalisme Asia Tenggara
sdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf
Krisis Air Bersih di Malaysia
ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghj
klzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx
cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvb
nmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnm
qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw
ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert
yuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui
opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopa
sdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf
ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghj
klzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx
Rizal Ramadhan Herman, 211000165
Regionalisme merupakan suatu kebijakan dan state project dimana negara dan aktor nonnegara bekerjasama dan mengkoordinasikan strategi demi mencapai kepentingan dalam
suatukawasan tertentu.
mempromosikan
Tujuan
dari
tujuan-tujuan
perkembangannya
regionalisme
tatanan geografis, politik,
regionalisme
bersama
dalam
selalu
disertai
ekonomi,
kawasan, namun regionalisme juga berkembang
adalah
untuk
satu isu atau
anomali
strategis, dan
mengupayakan dan
lebih. Meskipun
dinamika
spesifik
budaya di
dengan disertai norma-norma, tren,
dalam
dalam
suatu
dan nilai
nilai tertentu yang berlaku pada konstelasi kawasan(1).
Dengan difasilitasi oleh norma-norma bersama, institusi domestik dan interdependensi
tingkat tinggi, negara di dalam sebuah komunitas regional mempunyai kecenderungan untuk
bergabung dalam komunitas tersebut (terutama komunitas keamanan) dan mengharapkan
perubahan secara damai. negara melihat diri mereka sebagai fundamental terkait dengan negaranegara lain, terikat oleh norma-norma umum, pengalaman politik, dan lokasi regional yang
saling berdekatan(2).
Ide mengenai komunitas keamanan berhubungan dengan perspektif yang berupaya untuk
melihat proses pembelajaran dalam lingkungan sosial dan pembentukan identitas dalam
hubungan internasional yang didorong oleh adanya interaksi dan sosialisasi. Pengembangan teori
komunitas keamanan pada masa pasca perang dunia II ditujukan untuk meningkatkan kerjasama
tanpa adanya kekerasan dalam hubungan internasional. Proses itu memungkinkan sebuah proses
damai dan melaui persepsi dan identifikasi para aktor. Dengan demikian dapat dijelaskan
mengapa negara meningkatkan rasa saling ketergantungan dan responsivitas, mengembangkan
rasa saling memiliki, dan menghindari penggunaan kekerasan dalam penyelesaian konflik(3).
Proses regionalisasi merupakan sebuah tahapan pengintegrasian yang tidak dapat
diipisahkan dengan interksi dari Negara-negara yang ada dalam sebuah kawasan. Hal ini
tentunya didasarkan pada kepentingan dan terbangunnya kesadaran serta identitas bersama. Asia
1 Louise Fawcett, “Regionalism from Historical Perspective”, dalam Mary Farrel, et.al.
(2005) Global Politics of Regionalism. London: Pluto Press, hal. 24.
2 G. John Ikenberry, Jitsuo Tsuciyama, (2002), “Between Balance Of Power And Community:
The Future of Multilateral Security Cooperation In The Asia Pacific”, International Relations of
The Asia Pacific 2(1): 88.
3 Amitav Acharya, (2000), Constructing Security Community in Southeast Asia, London:
Routledge, hal. 1.
merupakan sebuah benua yang di dalamnya terdapat beberapa sub region dalam proses
regionalisasi tersendiri. Asia tenggara merupakan sebuah kawasan yang mencirikan
regionalization style dan pola interaksi antar Negara di kawasan Asia Tenggara.
Di Asia Tenggara sendiri, kita mengenal ASEAN (Association of South East Asia
Nations) (4) yang merupakan organisasi regional di kawasan. ASEAN memiliki prosedur dan
decisions-making rules yang merepresentasikan kepentigan dari Negara anggotanya. Eksistensi
ASEAN diianggap mampu menciptakan kohesivitas alami yang didasarkan pada intensitas
interaksi. Dalam hal ini ASEAN tentunya menjadi wadah yang menjembatani hubungan antar
Negara-negara anggota ASEAN.
Regionalisme di Asia Tenggara tidak lepas dari prinsip-prinsip regionalism yang
terbangun dari intensitas interaksi yang ada. Dalam hal ini, terdapat beberapa perspektif dalam
hubungan internasional yang menjelaskan regionalisme di Asia Tenggara seperti neorealisme
berasumsi bahwa regionalisme di Asia Tenggara akan mendorong terjadinya distribuusi power
dari entitas-entitas ASEAN yang kemudian akan berimplikasi pada terciptanya staabilitas
kawasan. Neorealisme memandang bahwa Negara-negara ASEAN akan mengupayakan
perimbangan kekuatan. Di lain hal, sebagai salah satu perspektif dalam hubungan internasional,
Neoliberal berasumsi bahwa akumulasi dari hasil kolaborasi kebijakan luar negeri setiap Negara
anggota ASEAN akan menghaskan manfaat terhadap Negara-negara di kawasan, seperti manfaat
dibidang politik dan ekonomi. Kedua perspektif tersebut memandang bahwa konsep
regionalisme akan memberikan kemajuan bagi ASEAN dengan mendorong pola integrasi.
Krisis Air Bersih
Di Asia Tenggara permasalahan krisis air bersih merupakan salah satu masalah
lingkungan sama dengan hal yang terjadi di Malaysia, berdasarkan laporan dari Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB, lebih tepatnya ke UNDP( 5)) pada tahun 2006 negara di kawasan Asia
Tenggara seperti Indonesia, Laos, Myanmar dan Filipina tergolong Negara-negara yang
mengalami krisis air bersih. Tentunya hal ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan warga di
setiap Negara apalagi semakin bertambahnya populasi penduduk yang semakin padat. Seperti
4 http://www.asean.org/
5 http://www.undp.org/content/undp/en/home.html
yang disampaikan oleh Jacques Diouf6, Direktur Jendderal Organisasi Pangan dan Pertanian
Dunia (FAO), saat ini penggunaan air di dunia naik dua kali lipat lebih dibandingkan dengan
seabad silam, namun ketersediaannya justru menurun. Akibatnya terjadi kelangkaan air yang
harus ditanggung oleh lebih dari 40 persen penduduk bumi ini. Kondisi ini akan kian parah
menjelang tahun 2025 karena 1,8 miliar orang akan tinggal di kawasan yang mengalami
kelangkaan air secar absolut. Kekurangan air telah berdampak negatif terhadap semua sektor,
termasuk kesehatan. Tanpa akses air minum yang higienis mengakibatkan 3800 anak meninggal
tia hari oleh penyakit. Begitu kompleksnya masalah ini sehingga para ahli berpendapat bahwa
pada suatu saat nanti, akan terjadi “pertarungan” untuk memperebutkan sumber energy minyak
dan gas bumi.
Menanggapi permasalahan lingkungan di Asia Tenggara, ASEAN sebagai organiasi
regional sebenarnya telah memiliki Rencana Aksi Strategis ASEAN tentang Lingkungan Hidup
pada 1994-1998(7), yang mendukung rekomendasi khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa Agenda
21(8) tentang hak air bersih merupakan hak air bagi seluruh penduduk dunia tanpa terkecuali.
Disini dijelaskan bahwa hak untuk mendapatkan air bersih merupakan hak asasi manusia,
sehingga privatisasi terhadap ketersediaan air harus menjadi kajian ulang karena dirasa
merugikan masyarakat kelas menegah ke bawah. Menanggapi kekeringan yang terjadi pada
sebagian Negara-negara di Asia Tenggara diadakan diskusi ASEAN People’s Forum(9) / ASEAN
Civil Society Conference(10) di Jakarta pada Mei 2011. Forum itu diikuti perwakilan masyarakat
dan kalangan penggiat dari anggota Perhimpunan Negara Asia Tenggara (ASEAN). Diadakannya
diskusi ini merupakan wujud konkrit dari ASEAN untuk menjaga dan menjamin ketersediaan air
bersih bagi seluruh lapisan masyarakat di Asia Tenggara. Sebab dalam prediksi di tahun 2015
apabila tidak ada solusi konkrit yang mendasar mengenai penanggulangan kekeringan dan
kekurangan air bersih di kawasan Asia Tenggara dirediksi hanya 88 persen penduduk Asia
Tenggara yang akan bias menikmati air bersih dan 12 persennya adalah penduduk miskin yang
berkutat pada sanitasi yang buruk.
6 http://www.fao.org/NEWSROOM/en/news/2005/1000155/index.html
7 http://www.menlh.go.id/environmentally-sustainable-city-award/
8 http://books.google.co.id/books?
id=ae7qLHtmcW4C&pg=PA146&lpg=PA146&dq=pbb+agenda+21&source=bl&ots=Or2Xtpq
L7x&sig=iMPxIxR2xfq2xA_3WJIS4Dky804&hl=en&sa=X&ei=G_RyU_mSLtOzuATivYD4BA&redi
r_esc=y#v=onepage&q=pbb%20agenda%2021&f=false
9 http://aseanpeople.org/
10 http://aseanpeople.org/
Penyebab Kekurangan Air Bersih
Faktor utama krisis air adalah perlaku manusia guna mencukupi kebutuhan hidup yaitu
perubahan tata guna lahan untuk keperluan mencri nafkah dan tempat tinggal. Sebagian besar
masyarakat di Asia Tenggara menyediakan air minum secara mandiri tetapi tidak tersedia cukup
informasi yang tepat terkait dengan hal-hal yang berhubungan dengan persoalan air, terutama
tentang konservasi dan pentingnya menggunakan air secara bijak. Masyarakat masih
menganggap air sebagai bedna sosial.
Populasi yang terus meningkat dan bertambah setiap tahunnya dan penyebara penduduk
yang tidak merata membuat pemanfaatan sumber daya air bagi kebutuhan umat manusia semakin
hari semakin meningkat. Hal ini merupakan akibat melonjaknya populasi penduduk yang tidak
terbendung sehingga memeberikam konsekuensi logis terhadap upaya-upaya pemenuhan
kebutuhan hidupnya. Disatu sisi kebutuhan akan sumber daya air semakin meningkat pesat dan
di sisi lain pula terjadi pencemara terhadap air yang mengakibatkan penurunan jumlah air bersih
yang tersedia. Hal disebabkan oleh implikasi industrialisasi (akibat globalisasi) dan pertumbuhan
penduduk yang tidak terkontrol serta penyebarannya yang tidak merata sehingga menyebabkan
peningkatan kebutuhan air bersih bagi penduduk saat ini. Dan juga laju ledakan populasi inipun
menyebabkan proses sanitasi air yang buruk sehingga berakibat fatal terhadap kualitas air yang
akan dikonsumsi oleh masyarakat.
Kerusakan lingkungan yang makin parah akibat penggudulan hutan merupakan penyebab
utama kekeringan dan kelangkaan air bersih. Kawasan hutan yang selama ini menjadi daerah
tangkapan air (catchment area(11)) telah rusak karena penebangan liar. Laju kerusakan di semua
wilayah sumber air semakin cepat, baik karena penggudulan di hulu maupun pencemaran di
sepanjang daerah resapan air. Kondisi itu akan mengancam fungsi dan potensi wilayah sumber
air sebagai penyedia air bersih.
Pemanasan global juga memicu peningkatan suhu bumi yang mengakibatkan melelehnya
es di gunung dan kutub, berkurangnya ketersediaan air, naiiknya permukaan air laut dan dampak
buruk lainnya. Seiring dengan semakin panasnya permukaan bumi, tanah tempat di mana air
berada juga akan cepat mengalami penguapan untuk meepertahankan siklus hidrologi. Air
11 http://www.thefreedictionary.com/catchment+area
permukaan juga mengalami penguapan semakin cepat sedangkan balok-balok salju yang
dibutuhkan untuk pengisian kembali air tawar justru semakin sedikit dan kecil. Saat ini
pencemaran air sungai, danau dan air bawah tanah menigkat dengan pesat. Sumber pencemaran
ini dari yang jumlahnya yang paling besar berasal dari manusia yang mengahasilkan sampah
dengan jumlah 2 milyar ton sampah perhari dan diikuti kemudian dengan sektor perindustrian
dan pestisida sert penyuburan pada pertanian (UNESCO, 2003). Sehingga memunculkan prediksi
bahwa separuh dari populasi penduduk di dunia akan mengalami pencemaran di berbagai titik
sumber perairan dan juga penyakit-penyakit yang berkaitan.
Menanggapi masalah kekurangan air bersih di beberapa Negara di Asia Tenggara,
ASEAN sebagai organisasi regional dapat dijadikan wadah atau tempat untuk mengadakan
diskusi agar mendapatkan solusi yang dapat disepakati secara mufakat untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada. Oleh karena itu penetapan kebijakan dan pembuatan regulasi merupakan
tanggung jawab dari setiap stakeholder di masing-masing Negara di kawasan Asia Tenggara.
Kasus Kekurangan Air Bersih di Malaysia
Pasokan air bersih mengering di beberapa kawasan Malaysia. Kelangkaan air terjadi di
tengah-tengah musim kering panjang, sampai-sampai salah satu negara terbasah sedunia itu
mesti kehausan. Level air di sungai dan waduk menurun hingga mencapai level kritis di
Selangor, provinsi dengan populasi terbesar Malaysia yang berbatasan dengan Kuala Lumpur.
Penurunan level air ikut mengurangi pasokan ke pabrik pengolahan air di Kuala Lumpur,
memaksa penjatahan air bagi warga. Selain itu, Sungai Langat di Selangor tercemar amonia
akibat limbah pabrik manufaktur. Akibatnya, operasi di dua pabrik pengolahan air terhenti. Krisis
pasokan air menjadi-jadi.
Negara bagian Negeri Sembilan, tetangga Selangor, juga menghadapi krisis air. Seperti
juga beberapa kawasan di negara bagian selatan Johor, yang berbatasan dengan Singapura.
Penjatahan air dimulai di sejumlah tempat di Johor pada pekan silam. Pemerintah setempat
menentukan pemompaan air dari instalasi pengolahan hanya akan dilakukan dalam rentang 36
jam. Untuk sementara, mobil-mobil tangki air menyalurkan pasokan guna memenuhi kebutuhan
warga.
Kekeringan juga melanda Singapura. Di Singapura, Badan Lingkungan Hidup Nasional
melaporkan 27 hari kekeringan, yakni antara 13 Januari dan 8 Februari. Untuk memenuhi
kebutuhan air warga, Singapura telah banyak berinvestasi dalam pembangunan waduk, juga
pengadopsian teknologi supaya mandiri dalam kebutuhan air bersih. Saat ini, sebanyak 30%
sumber air Singapura dihasilkan dari daur ulang air limbah. Sebanyak 25% lainnya dari
desalinasi. Bagaimanapun, minimnya air di Johor berpotensi memperburuk masalah Singapura.
Pasalnya, Singapura membeli sejumlah pasokan air dari Malaysia di bawah kesepakatan
penjualan air yang ditetapkan berlangsung hingga setidaknya 2061.
Warga Malaysia menyatakan mereka saat ini berupaya menyesuaikan diri dengan
keterbatasan persediaan air. Gangguan pasokan air merupakan hal yang biasa dalam kekeringan
tahunan. Musim kering biasanya berlangsung antara Januari hingga Maret. Namun, beberapa
ilmuwan menyebutkan kegagalan teknis lebih berperan dibanding cuaca dalam kekeringan saat
ini. Dampak minimnya air akan berkurang, jika jumlah air yang terbuang kala pemompaan dari
pabrik pengolahan ke permukiman dapat ditekan. Pemerintah dapat memperbarui waduk yang
ada untuk memperkuat fasilitas tangkapan air, sahutnya. Namun, konsumen juga harus belajar
hati-hati dalam penggunaan air, supaya tetap memenuhi naiknya permintaan.