Pengaruh Kesenjangan Antar Daerah di Wil

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir mata kuliah Ekonomi Wilayah dengan
judul “Analisis Pengaruh Kesenjangan Antar Daerah di Wilayah SUBOSUKAWONOSRATEN
terhadap Pertumbuhan Ekonomi dengan Model Core-Periphery”. Proses penyusunan
makalah ini dikerjakan secara bersama-sama dalam satu tim atau kelompok dengan
memahami materi yang telah disampaikan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
optimal. Pada kesempatan ini penulis sekaligus penyusun makalah menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas makalah
ini yaitu :
1. Dr.Ir.Eko Budi Santoso,Lic.Rer.Reg dan Velly Kukinul S, ST.MT sebagai dosen mata
kuliah Ekonomi Wilayah yang telah membimbing kami dan memberikan masuk baik
ilmu maupun saran yang sangat bermanfaat bagi kelompok kami.
2. Rekan-rekan Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP-ITS yang
memberikan dukungan dan motivasi demi kelancaran penyusunan makalah ini.
Kami berharap, makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan pembaca
tentang Ekonomi Wilayah. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan
sebagai penulis dan penyusun. Akhir kata, kami ucapkan terimakasih.


Surabaya, 01 Juni 2017

Penulis

EKONOMI WILAYAH [PW14-1324] | 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................... 1
1.2 TUJUAN.......................................................................................................... 2
1.3 METODE PENDEKATAN...................................................................................2
1.4 STEMATIKA PENULISAN..................................................................................2
BAB II..................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................ 3
2.1 PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH...............................................................3
2.2 TEORI BASIS EKONOMI................................................................................... 4

2.3 KONSEP ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ).................................................4
2.4 KONSEP ANALISIS SHIFT SHARE....................................................................6
3.5

KERJASAMA ANTAR DAERAH......................................................................6

BAB III................................................................................................................... 10
STUDI KASUS....................................................................................................... 10
3.1 GAMBARAN UMUM KAWASAN.......................................................................10
3.2 KAWASAN STRATEGIS SOLO RAYA...............................................................10
3.3 PERSOALAN EKONOMI WILAYAH..................................................................12
BAB IV.................................................................................................................. 13
ANALISA DAN PEMBAHASAN.................................................................................13
4.1 ANALISA PERSOALAN EKONOMI WILAYAH.....................................................13
4.1.1 ANALISA LOCATION QUOTIENT (LQ)........................................................13
4.1.2 ANALISA SHIFT-SHARE............................................................................16
4.1.3 ANALISA SWOT....................................................................................... 18
Tabel. Matriks EFAS-IFAS..................................................................................... 21
4.2 KONSEP PENANGANAN PERSOALAN EKONOMI WILAYAH..............................22
BAB V................................................................................................................... 23

PENUTUP............................................................................................................. 23
5.1 LESSON LEARNED....................................................................................... 23
5.2 KESIMPULAN................................................................................................ 23

EKONOMI WILAYAH [PW14-1324] | 2

TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................. 24

EKONOMI WILAYAH [PW14-1324] | 3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perkembangan ekonomi suatu daerah tidak terlepas dari daerah di sekitarnya, wilayah
sebagai subsistem spasial dalam lingkup yang lebih luas. Sebuah kabupaten atau kota yang
bersangkutan, juga perlu memperhatikan paling tidak bagaimana perkembangan daerah di
sekitarnya (interregional planning) (Sumarmi dan Amirudin.2014). Perkembangan ekonomi
(development) berawal pada suatu lingkungan sosial, politik dan teknologi yang menunjang
kreativitas para wiraswasta. Istilah pertumbuhan, perkembangan dan pembangunan sering
digunakan secara bergantian, tetapi mempunyai maksud yang sama, terutama dalam

pembicaraan-pembicaraan mengenai masalah ekonomi.
Kemudian, pertumbuhan ekonomi regional adalah serangkaian usaha dan
kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan ekonomi dari sektor primer ke
sektor sekunder dan tersier. Pembangunan ekonomi merupakan kebijaksanaan yang
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja,
memeratakan pembagian pendapatan masyarakat dan meningkatkan hubungan regional
antar daerah. Pertumbuhan ekonomi regional yang di tunjukkan oleh Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) dapat dilihat secara sektoral maupun dari sisi lain, yaitu dengan
memperhatikan masing-masing pertumbuhan komponen penggunaannya. Indikator-indikator
yang biasanya digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi regional antara lain: (1)
pertumbuhan output (2) pertumbuhan output perpekerja (3) pertumbuhan output perkapita.
Pada umumnya, patokan-patokan tersebut memiliki keterkaitan yang erat. (Harvey
Armstrong & Jim Tayler, 1993).
Salah satu permasalahan ekonomi di suatu wilayah adalah adanya kesenjangan atau
ketimpangan antar daerah, dimana terdapat daerah yang maju pesat dan berkembang juga
terdapat daerah yang tertinggal. Ketimpangan antar daearah adalah sebuah realita yang
ada di tengah-tengah masyarakat dunia ini, dan selalu menjadi isu penting untuk ditinjau. Di
negara berkembang masalah ketimpangan telah menjadi pembahasan utama dalam
menetapkan kebijakan sejak tahun tujuh puluhan yang lalu. Perhatian ini timbul karena
adanya kecenderungan bahwa kebijakan pembangunan yang mengutamakan pertumbuhan

ekonomi telah menimbulkan semakin tingginya tingkat kesenjangan yang terjadi.
Pembangunan ekonomi masyarakat pada hakekatnya merupakan usaha yang dapat
ditempuh untuk meningkatkan pendapatan masyarakatnya. Ketimpangan pembangunan
pada prinsipnya merupakan ketimpangan ekonomi yang mengandung makna kemiskinan
dan kesenjangan. Agar ketimpangan dan perkembangan suatu daerah dengan daerah lain
tidak menciptakan jurang yang semakin besar, maka implijakasi kebijaksanan terhadap daur
perkembangan dari pembangunan haruslah dirumuskan secara cepat (Suryana, 2000).
Jawa Tengah merupakan salah satu daerah yang menjadi perhatian terkait
permasalahan ketimpangan daerah. Ada berbagai macam permasalahan yang dihadapi 7
kabupaten/kota yang termasuk ke dalam otonomi daerah di propinsi Jawa Tengah,
diantaranya kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan. Aspek yang
penting untuk diperhatikan selain peningkatan pendapatan adalah pemerataan pendapatan,
karena salah satu strategi dan tujuan pembangunan nasional ialah pemerataan pendapatan.

EKONOMI WILAYAH [PW14-1324] | 1

Menurut Michael M. Humavindu dan Jesper Stage (2013), sektor kunci memiliki
penting dalam strategi pembangunan. Kondisi dan potensi ekonomi daerah memiliki
yang penting dalam perekonomian Jawa Tengah, yang dapat dikembangkan
mencapai sasaran pembangunan. Sehingga diperlukan perencanaan strategis

mensinergikan antara kebijakan pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah.

peran
peran
untuk
guna

Berdasarkan uraian permasalahan yang terjadi diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kesenjangan Antar Daerah di Wilayah Solo
Raya sebagai Pilar Pertumbuhan Ekonomi Regional dengan Metode LQ-Shift Share”.

1.2 TUJUAN
Tujuan dari penyusunan makalah yang berjudul “Analisis Kesenjangan Antar
Daerah di Wilayah Solo Raya sebagai Pilar Pertumbuhan Ekonomi Regional dengan Metode
LQ-Shift Share” adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh kesenjangan antar daerah di wilayah Solo Raya
(Subosukawonosraten) terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesenjangan antar daerah di
wilayah Solo Raya.
3. Untuk menentukan konsep pengembangan yang tepat sebagai upaya mengatasi

kesenjangan wilayah di Solo Raya.
1.3 METODE PENDEKATAN
Metode pendekatan yang digunakan dalam makalah ini adalah Indeks Williamson
dan analisis LQ-Shift Share. Metode ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya faktorfaktor yang mempengaruhi kesenjangan anatar daerah yang terjadi di Solo Raya (Solo,
Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten).

1.4 STEMATIKA PENULISAN
BAB 1

Pendahuluan
Pada bab ini berisi latar belakang, tujuan penulisan, metode pendekatan,
dan sistematika penulisan makalah.

BAB II

Tinjauan Pustaka dan Kebijakan

EKONOMI WILAYAH [PW14-1324] | 2

Berisikan tinjauan teori dan materi terkait teori kesenjangan wilayah, serta

kebijakan yang terdiri dari RTRW Jawa Tengah, RPJM Jawa Tengah, dan .
BAB III

Gambaran Umum
Merupakan bab yang berisi gambaran umum wilayah studi yaitu Solo Raya
(Subosukawonosraten) yang merupakan wilayah eks Kota Solo.

BAB IV

Analisa dan Konsep Penanganan
Berisikan analisis perhitungan Indeks Williamson dan analisis LQ-Shift
Share dan konsep penangan yang tepat untuk mengatasi masalah
kesenjangan (disparitas) di wilayah Solo Raya.

BAB V

Penutup
Berisikan kesimpulan dari keseluruhan makalah ini dengan materi yang telah
dibahas dan ditambah dengan lesson learned.


EKONOMI WILAYAH [PW14-1324] | 3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH
Boediono (1999) menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah roses kenaikan
output perkapita dalam jangka panjang. Lebih jauh, pengertian ini lebih menekankan kepada
prosesnya, karena mengandung unsur perubahan dan indikator pertubuhan ekonomi dilihat
dalam kurun waktu yang cukup lama. Sedangkan Samuelson (1995) mendefinisikan bahwa
pertumbuhan ekonomi menunjukkan adanya perluasan atau peningkatan dari GDP
potensial/output dari suatu negara. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi wilayah sebagai pertimbangan dalam hal perencanaan adalah sebagai berikut:
1. Sumber Daya Manusia (SDM)
Faktor sumberdaya manusia menjadi faktor utama dalam proses pertumbuhan
ekonomi. Cepat lambatnya proses pembangunan bergantung kepada kompetensi dari
sumberdaya manusia selaku subjek pembangunan. Hampir keseluruhan faktor seperti
modal, sumberdaya alam, teknologi dan lainnya bisa didapatkan dari negara lain, akan
tetapi tana manajemen ketrampilan yang baik, tanpa adanya keahlian dalam mengelola
maka semua faktor yang lain akan sia-sia. Oleh karena itu, faktor sumberdaya manusia
menjadi faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

2. Sumber Daya Alam (SDA)
Sumber daya alam menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi. Sebagian besar negara berkembang bergantung pada kekayaan sumberdaya
alamnya dalam melaksanakan proses pembangunan. Namun demikian, faktor penentu
keberhasilan dari pembangunan ekonomi tidak hanya sumber daya alamnya. Faktor lain
yang juga berpengaruh adalah kemampuan dari sumberdaya manusia dalam mengelola
sumberdaya alam. Dalam hal ini sumberdaya alam yang dimaksud adalah kesuburan tanah,
kekayaan mineral, tambang, hasil hutan, kekayaan laut, dan lain sebagainya.
3. Pembentukan Modal
Untuk pembentukan modal, diperlukan pengorbanan berupa pengurangan konsumsi,
yang mungkin berlangsung selama beberapa puluh tahun. Pembentukan modal modal dan
investasi ini sebenarnya sangat dibutuhklan untuk kemajuan cepat di bidang ekonomi.
Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas
IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi
perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga
dapat meningkatkan produktivitas.
4. Perubahan teknologi dan inovasi
Perkembangan dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menjadi
pendorong percepatan proses pembangunan. Hal ini nampak dari pola kerja dimana semula
manual menggunakan tangan-tangan manusia kini beralih kepada mesin-mesin canggih

yang lebih efisien. Salah satu kunci keberhasilan dari pembangunan ekonomi adalah
EKONOMI WILAYAH [PW14-1324] | 4

dengan memacu semangat kewiraswastaan, yang mana juga akan berdampak kepada
penambahan lapangan kerja baru.
5. Faktor budaya
Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang
dilakukan. Faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses
pembangunan, dan juga dapat sebagai penghambat pembangunan. Faktor budaya dapat
menjadi pendorong pembangunan misalnya adalah sikap kerja keras, jujur, ulet, budaya
kerjasama dan lain sebagainya. Faktor budaya juga dapat menjadi penghambat, misalnya
adalah sikap anarkis, boros, egois dan sebagainya.
2.2 TEORI BASIS EKONOMI
Teori basis ekonomi dikemukakan oleh Harry W. Richardson (1973) yang menyatakan
bahwa faktor penentu utama dari pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan
langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah (Rustiadi, 2009).
Teori basis ekonomi membagi perekonomian menjadi 2 sektor yakni:
1. Sektor-sektor basis
Sektor-sektor basis adalah sektor-sektor yang mengekspor barang-barang dan
jasa ke tempat di luar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan.
2. Sektor-sektor non basis
Sektor-sektor non basis adalah sektor-sektor yang menjadikan barang-barang dan
jasa sebagai pemenuhan kebutuhan sendiri, dalam artian hanya didalam batas
perekonomian masyarakat yang bersangkutan.
Teori basis ekonomi atau economic base inilah yang mendasari pemikiran teknik dari
analisa Location Quotient (LQ), yakni teknik yang membentu dalam menemukan kapasitas
ekspor perekonomian daerah dan derajat ke-swasembada-an suatu sektor.
2.3 KONSEP ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ)
Location Quotient (LQ) adalah suatu metode yang digunakan untuk mengukur
spesialisasi relatif dari suatu wilayah/daerah didalam industri-industri tertentu. Rustiadi
(2009) menjelaskan bahwa Metode LQ merupakan perbandingan relatif antara kemampuan
sektor yang sama pada daerah yang lebih luas dalam suatu wilayah, LQ digunakan untuk
mengetahui potensi aktivitas ekonomi yang merupakan basis dan bukan basis.
Metode ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas ekspor yang dimiliki oleh suatu
daerah. Tarigan (2007) menjelaskan bahwa metode ini dapat diketahui spesialisasi yang
dimiliki oleh daerah dibandingkan dengan daerah yang tingkatannya lebih tinggi atu sektor
lain yanng memiliki kategori yang sama. Metode Location Quotient dirumuskan sebagai
berikut:

LQ=

qi/ qr
Qi/Qn

Keterangan:
LQ

= Koefisien Location Quotient
EKONOMI WILAYAH [PW14-1324] | 5

Qi

= Output sektor i wilayah referensi

qi

= output sektor i wilayah studi

Qn
qr

= output total wilayah referensi
= output total wilayah studi

Metode dalam perhitungan LQ sendiri terbagi menjadi 2, yakni SLQ dan DLQ. Berikut
adalah penjelasan lebih lanjut terkait SLQ dan DLQ.
1. SLQ merupakan metode yang paling sederhana dari LQ. Static Location Quotient (SLQ)
adalah suatu indeks yang mengukur apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau
tidak bagi suatu daerah. Kriteria ini bersifat statis yang artinya hanya memberikan
gambaran pada satu titik waktu tertentu saja. Berikut penggunaan formulanya.

SLQ =

Vik /Vk
Vip /Vp

Keterangan:
Vik

= Nilai output (PDRB) sektor i daerah studi k (kabupaten/kota)

Vk

= PDRB total semua sektor di daerah studi k

Vip
Vp

= Nilai output (PDRB) sektor i daerah referensi p (propinsi)
= PDRB total semua sektor di daerah referensi p

Hasil dari perhitungan SLQ akan diketahui peran suatu sektor dalam wilayah
tersebut. Indikatornya sebagai berikut.
SLQ > 1

Peran sektor i di daerah k lebih menonjol daripada peran sektor k di
daerah p. Sehingga, sektor i merupakan sektor basis di daerah k

SLQ = 1

Peran sektor i di daerah k dan daerah p terspesialisasi baik. Sehingga,
sektor i belum dapat dikatakan sebagai sektor basis, bukan berarti tidak
memiliki kesempatan untuk menjadi sektor basis
Peran sektor i di daerah k kurang menonjol dari pada peran sektor k di
daerah p. Sehingga, sektor i merupakan sektor non basis

SLQ < 1

2. Dynamic Location Quotient (DLQ) adalah Indeks yang melihat laju pertumbuhan suatu
sektor di suatu wilayah untuk mengetahui potensi maupun tren perkembangan suatu
sektor. Kelebihan dari SLQ adalah DLQ mampu mengakomodasi perubahan struktur
EKONOMI WILAYAH [PW14-1324] | 6

ekonomi wilayah dalam kurun waktu tertentu. Semakin lama rentang waktu yang
digunakan maka semakin baik dapat digambarkan perubahan laju pertumbuhannya.
Namun dalam DLQ, laju pertumbuhan dianggap tumbuh secara linier. Untuk mencari
laju pertumbuhan digunakan rumus :

DLQ=

(1+ gij)/(1+ gj)
(1+Gi)/(1+ G)

DLQij

= Indeks potensi sektor i di regional j

gij

= Laju pertumbuhan sektor i di regional j

gj

=Rata-rata laju pertumbuhan sektor di regional j

Gi

= Laju pertumbuhan sektor i di provinsi

G
t

= Rata-rata laju pertumbuhan sektor di provinsi
= Selisih tahun akhir dan tahun awal

Hasil dari perhitungan DLQ akan diketahui laju pertumbuhan suatu sektor dalam
wilayah tersebut tergolong meningkat atau menurun. Indikatornya sebagai berikut.
DLQ > 1

Potensi perkembangan sektor i di suatu regional lebih cepat dibandingkan
sektor yang sama di provinsi.

DLQ = 1

Sektor i mempunyai potensi perkembangan sama cepat dengan sektor
yang sama di provinsi.
Potensi perkembangan sektor i di suatu regional lebih rendah
dibandingkan sektor yang sama di provinsi.

DLQ < 1

3. Analisis gabungan adalah analisis LQ yang memadukan antara metode SLQ dengan
DLQ. Berikut adalah tabel yang dapat digunakan untuk menjelaskan terkait interpretasi
hasil analisis LQ gabungan yang meliputi SLQ dan DLQ.

-

SLQ>1

SLQ1

Sektor Unggulan

Sektor Andalan

DLQ