STUDI DESKRIPTIF NASYID PADA PONDOK PESANTREN

STUDI DESKRIPTIF NASYID PADA PONDOK PESANTREN RAUDHATUL HASANAH DI MEDAN SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN OL KIKI ALPINSYAH NIM : 070707002 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2013

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Islam berasal dari bahasa Arab, yang artinya “memelihara dalam keadaan selamat dan sentosa”, atau berarti juga menyerahkan diri, tunduk patuh dan taat kepada Allah SWT (Razak, 1971:56). Agama Islam merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia dan merupakan mayoritas terbesar ummat Muslim di dunia. Ada sekitar 85,2% atau 199.959.285 jiwa dari total 234.693.997 jiwa penduduk. 1 Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan nama muslim yang

berarti “seorang yang tunduk kepada Tuhan”, atau lebih lengkapnya adalah muslimin bagi laki-laki dan muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurun kan firman-Nya kepada manusia melaluli para Nabi dan Rasul utusannya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Muhammad adalah

Nabi dan Rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah SWT. 2 Murodi (1977:113), menjelaskan bahwa Islam yang sudah berkembang di

kawasan Timur Tengah, telah masuk ke Indonesia pada abad ke-1 Hijriah 3 (pada abad ke -7 Masehi). Selanjutnya, agama Islam secara resmi masuk ke Sumatera,

yaitu wilayah Aceh pada abad ke-7 hijriah (pertengahan abad ke-12 Masehi). Hal

1 htt p:/ / id.wikipedia.org/ wiki/ islam 2 Ibid.,

3 Kalender Hijriah disebut juga dengan kalender Islam yang digunakan umat Islam dalam menentukan t anggal at au bulan menggunakan peredaran bulan sebagai acuannya, berbeda dengan kalender biasa

(kalender M asehi) yang menggunakan peredaran M at ahari. Dinamakan Kalender Hijriyah, karena pada t ahun pert ama kalender ini adalah t ahun dimana t erjadi perist iw a Hijrah-nya Nabi M uhammad dari M akkah ke M adinah, yakni pada t ahun 622 M .

ini terbukti dengan datangya seorang mubaligh yang bernama Abdul Arief, pada tahun 1151 masehi ke wilayah itu, untuk menyebarkan agama Islam.

Kesenian adalah satu di antara hal yang sangat berpengaruh terhadap kebudayaan tertentu. Kesenian erat kaitannya dengan budaya karena kedua hal tersebut saling berdampingan satu sama lain. Tanpa kebudayaan, kesenian tidak berjalan dengan lancar. Begitu juga tanpa kesenian, kebudayaan tidak akan menjadi lengkap. Oleh karena itu, setiap hal yang muncul di dalam wacana kebudayaan senantiasa erat kaitannya dengan kesenian.

Perkembangan agama pun tidak lepas dari perkembangan kesenian dan kebudayaan. Tanpa kebudayaan, agama tidak akan bisa menyebar dan menjadi panutan bagi masyarakat. Oleh sebab itu, kesenian juga merupakan salah satu faktor pendukung yang memiliki peranan untuk bisa menyebarluaskan suatu agama dan kepercayaan. Misalnya saja, kesenian yang hidup dalam suasana budaya agama tertentu akan senantiasa berkembang searah dengan perkembangan agama.

Dari berbagai macam kesenian yang berkembang di Islam, diantaranya yaitu nasyid. Nasyid merupakan salah satu jenis musik yang berasal dari tradisi Islam yang syair lagunya mengandung kata-kata, nasehat-nasehat, do’a, kisah para nabi, serta pujian-pujian kepada Allah SWT dan Rasulnya (Muhammad SAW). Istilah Nasyid berasal dari bahasa Arab, “ansyada-yunsyidu”, artinya bersenandung. Definisi nasyid sebagai format kesenian adalah senandung yang

berisi syair-syair keagamaan 4 . Akan tetapi, ada banyak versi mengenai pengertian nasyid itu sendiri.

4 Diambil dari t ulisan Novi Hardian dalam mult iply.com

Di versi yang lain mengatakan bahwa nasyid atau anasyid (jamak di dalam bahasa Arab) artinya bacaan atau lantunan. Ansyadahu asy syira artinya dia membacakan syairnya kepada seseorang. Munsyid artinya orang yang membacakan dan melantunkan syairnya kepada seseorang. Pembacaan syair merupakan aktivitas yang telah lama sekali dilakukan manusia. Sebelum Nabi Muhammad SAW (sekitar abad ke-6 M) di utus bangsa Arab telah hidup dengan

tradisi syair. 5 Pada awalnya nasyid hanya dibawakan dengan musik yang sederhana

sekali, bahkan ada yang tanpa musik sama sekali. Namun pada saat sekarang ini nasyid terus berkembang baik dari penyajiannya maupun alat-alat musiknya. Untuk alirannya sendiri, nasyid terus berkembang seiring dengan perkembangan warna musik di tempat dimana nasyid itu berada. Sehingga, warna aliran dalam nasyid saat ini berbagai macam. Mulai dari yang murni “acappella” (tanpa iringan musik) hingga “Full Insrument” (diiringi dengan banyak alat musik). Namun, ada berapa komunitas yang tidak memilih untuk menggunakan alat musik modern, dikarenakan banyak ulama Islam yang melarang penggunaan alat musik kecuali Perkusi.

Sejak jaman Rasulullah SAW (Sekitar abad ke 6 Masehi) nasyid telah ada. Biasanya tentara-tentara Islam melantunkan nasyid sebelum berangkat perang,

yang bertujuan untuk meningkatkan semangat perang para mujjahid 6 . Selain itu, Syair Thola’al badru ‘alaina (yang artinya telah muncul rembulan di tengah

5 Lihat blog Education Unit ed (2008). tent ang, Pengert ian Nasyid dalam sit us ht t p:/ / ricoleadvocal- melativoice.blogspot .com

6 M ujjahid adalah orang-orang yang berjuang menegakan agama Islam at au menjaga Islam tet ap t egak, dengan cara-cara sesuai dengan garis perjuangan para Rasul dan Al-Quran.

kami) yang kini kerap dinyanyikan oleh tim qasidah 7 , adalah syair yang dinyanyikan kaum muslimin saat menyambut kedatangan Rasulullah SAW ketika

pertama kali hijrah ke Madinah. Kemudian nasyid pun mulai berkembang sesuai dengan kondisi dunia, terbukti dengan perkembangan nasyid di Timur Tengah yang lebih bermakana tentang jihad dan perlawanan terhadap imperialisme Israel pada saat itu.

Di Indonesia sendiri nasyid mulai merambah sekitar tahun 80-an yang dimulai oleh aktivis-aktivis Islam yang berada di kampus-kampus. Aliran nasyid yang dilantunkan pada umumnya adalah lagu-lagu yang berbahasa Arab, dan terus berkembang dengan munculnya munsyid-munsyid kreatif yang membuat nasyid memiliki warna musik yang beragam. Sampai saat tulisan ini dibuat, tema lagu yang dikandung dalam nasyid di Indonesia tidak hanya berisi tentang jihad, tetapi banyak juga yang bertema walimahan, cinta kepada makhluk, keimanan dan banyak lagi.

Namun, kini nasyid telah dikembangkan sebagai media dakwah yang diharapkan dapat diterima oleh masyarakat umum. Dan hal ini juga selalu dilakukan oleh pemuda muslim yang belajar di Pondok Pesantren. Oleh karena itu di sebagian pesantren-pesantren di Indonesia ini memasukan nasyid sebagai pendidikan luar sekolah, atau yang disebut program ekstrakurikuler sekolah.

Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan merupakan institusi pendidikan Islam yang mengajarkan pendidikan umum, pendidikan agama Islam, dan akhlak. Para pelajar yang menuntut ilmu disebut santri bagi laki-laki dan santriwati bagi perempuan. Materi ajaran yang campuran antara pendidikan ilmu

7 Qasidah merupakan ist ilah yang sama dengan nasyid, yaitu musik yang berasaskan Islam.

formal dan ilmu agama Islam ini para santri belajar seperti di sekolah umum atau madrasah seperti yang. untuk tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) dikenal dengan nama “Madrasah Tsanawiyah” (MTs), sedangkan untuk tingkat SMA (Sekolah Menengah Atas) dengan nama “Madrasah Aliyah” (MA). Namun, perbedaan pesantren dan madrasah terletak pada sistemnya. Pesantren

memasukkan santrinya ke dalam asrama, sementara dalam madrasah tidak. Oleh karana itu pesantren Raudhatul Hasanah ini disebut juga dengan istilah pondok

pesantren modern , Karena telah memasukan pelajaran-pelajaran umum sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan pemerintah. Namun tetap menekankan nilai- nilai dari kesederhanaan, keikhlasan, kemandirian, dan pengendalian diri.

Nasyid merupakan salah satu program ekstrakurikuler 8 yang terdapat di pondok pesantren Raudatul Hasanah. Yang tujuannya ialah mendidik siswa agar

bisa mempertunjukan musik nasyid dengan baik, yang dapat menghibur dan mengandung dakwah islam, dengan menampilkan lagu-lagu dengan syair-syair yang bertemakan dakwah Islam. Serta diiringi dengan alat-alat musik yang merupakan cirri khas kebudayaan Islam.Para santri yang mendiami pondok pesantren tersebut menampilkan lagu-lagu yang islami, dengan mengambil lagu- lagu religus Islam yang komersial. Seperti lagu-lagu yang diciptakan oleh musisi- musisi terkenal saat ini, diantaranya seperti; Raihan, Opick, Snada, Maher Zain, Yusuf Islam, dan lain-lain.

Para santri biasanya memainkan lagu-lagu religi yang telah mereka sepakati bersama. Tergantung dari lagu yang menurut mereka enak dan layak

8 Ekst rakurikuler adalah kegiat an belajar di luar pelajaran biasa yang dilakukan di sekolah dan luar sekolah dengan t ujuan unt uk memperluas penget ahuan sisw a mengenai hubungan ant ara berbagai mat a pelajaran,

menyalurkan bakat , dan minat sert a melengkapi upaya pembinaan sisw a seut uhnya. (Sehert ian, 1987:83) menyalurkan bakat , dan minat sert a melengkapi upaya pembinaan sisw a seut uhnya. (Sehert ian, 1987:83)

Nasyid itu sendiri telah banyak menampilkan pertunjukan-pertunjukan musiknya di berbagai acara, baik di dalam maupun di luar lokasi pesantren itu sendiri. dilakukan ketika memperingati hari-hari besar Islam, seperti Idul Adha, Maulid Nabi, Nujulul Qur’an, Isra’ Miraz dan lain-lain. Kemudian nasyid raudhah juga tampil pada acara-acara pelantikan, penyambutan tamu-tamu penting, dan acara-acara yang diselenggarakan oleh santri dan santriwati itu sendiri. Dan kemudian nasyid pesantren juga turut serta dalam berbagai ajang perlombaan nasyid yang di selenggarakan di dalam dan di luar pesantren. Bahkan nasyid raudhah itu sendiri sering memperoleh prestasi yang gemilang di berbagai perlombaan baik dari tinggkat lokal hingga nasional, seperti halnya pada POSPENAS tahun 2007 di Kalimantan Timur dan tahun 2010 di Jawa Timur meraih juara I di tingkat Nasional.

Nasyid di pondok pesantren ini terdiri dari beberapa pemain yang membentuk suatu grup, Terdiri dari 10 sampai 14 orang. Alat music yang digunakan yaitu sejumlah rebana, kencer/kerincing, tamborin, dan di campur dengan alat music modern seperti gitar, gitar bass, drum, keyboard, vocal. Dan terkadang mereka juga menambah/memasukan alat-alat musik yang lain sesuai dengan kesepakatan bersama dalam suatu grup.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas masalah ini, yaitu meliputi sejarah masuk dan berkembangnya nasyid di pasantren dan Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas masalah ini, yaitu meliputi sejarah masuk dan berkembangnya nasyid di pasantren dan

1.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang tertera diatas maka penulis menemukan beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas pada tulisan ini, diantaranya adalah:

1. Bagaimana Pertunjukan Nasyid dan unsur-unsur pendukungnya yang disajikan oleh santri Pondok Pesantren Rhaudhatul Hasanah Medan.

2. Bagaimanakah aspek musikal dari Pertunjukan Nasyid di Pondok Pesantren Rhaudhatul Hasanah Medan.

3. Apakah fungsi Nasyid tersebut bagi Santri dan santriwati di Pondok Pesantren Rhaudhatul Hasanah Medan tersebut.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan mempunyai tujuan yang harus dicapai pada ahirnya, Di dalam penulisan ini terdapat beberapa tujuan dan manfaat yang ingin di capai, disesuaikan dengan latar belakang serta pokok permasalahan yang sudah ada. Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan Pertunjukan Nasyid dan unsur-unsur pendukung pertunjukan Nasyid tersebut.

2. Untuk mengetahui seluruh aspek musikal dari Pertunjukan Nasyid di Pondok Pesantren Rhaudhatul Hasanah Medan tersebut.

3. Untuk mengetahui fungsi Nasyid tersebut bagi Santri dan santriwati di Pondok Pesantren Rhaudhatul Hasanah Medan tersebut.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan pengetahuan tentang keberadaan dan proses Pertunjukan Nasyid dan unsur-unsur pendukung pertunjukan Nasyid tersebut di Pondok Pesantren Rhaudhatul Hasanah Medan.

2. Merupakan bentuk pengaplikasian ilmu yang diperoleh penulis selama studi di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara

3. Untuk menambah wawasan dan menambah referensi di kampus tentang Pertunjukan Nasyid dan unsur-unsur pendukungnya .

1.4 Konsep dan Teori

1.4.1 Konsep

Konsep merupakan defenisi dari apa yang kita amati, konsep menentukan antara variable-variabel mana yang kita ingin menentukan hubungan empiris (Mely, 1990:21). Maka dari itu penulis memberikan pengertian dari beberapa istilah yang terdapat dalam judul tulisan ini.

Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena

Furchan (2004:447) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperiman.

Penelitian deskriptif mempunyai karakteristik-karakteristik seperti yang dikemukakan Furchan (2004) bahwa (1) penelitian deskriptif cendrung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara teratur- ketat, mengutamakan obyektivitas, dan dilakukan secara cermat. (2) tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan, dan (3) tidak adanya uji hipotesis.

Kata Nasyid berasal dari bahasa Arab, ansyada-yunsyidu, artinya “bersenandung”. Definisi nasyid sebagai format kesenian adalah senandung yang berisi syair-syair keagamaan. Akan tetapi, ada banyak versi mengenai pengertian nasyid itu sendiri. Misalnya dari sebuah artikel disebutkan bahwa arti nasyid atau anasyid (jamak) itu sendiri adalah lantunan atau bacaan, sementara istilah

nyanyian dalam bahasa Arab adalah Al-Ghina, bukan nasyid. 9 Pondok menurut Dhofier (1983:18) ialah rumah atau tempat tinggal

sederhana yang terbuat dari bamboo. Disamping itu kata pondok mungkin berasal

9 Lih. Tulisan Novi Hardian dalam situs: multiply.com 9 Lih. Tulisan Novi Hardian dalam situs: multiply.com

Menurut Mujamil Qamar (2005:2) ia menyimpulkan bahwa “pesantren” didefenisikan sebagai suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama Islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen. Maka pesantren kilat atau pesantren ramadhan yang diadakan di sekolah-sekolah umum misalnya tidak termasuk dalam pengertian ini.

Terdapat pula beberapa defenisi lain mengenai pesantren yang dikemukakan oleh para ahli, seperti defenisi yang diberikan oleh Mastuhu. “Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingya moral keagamaan sebagai pedoman prilaku sehari-hari”.

Defenisi lain yang diberikan oleh Sudjoko Prasodjo, “Pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikan, di mana seorang kyai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama abad pertengahan, dan para santri biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam pesantren tersebut.

Ar-Raudhatul hasanah diambil dari bahasa arab yang ,artinya “taman surga yang indah”, merupakan nama pondok pesantren yang telah disepakati oleh Ar-Raudhatul hasanah diambil dari bahasa arab yang ,artinya “taman surga yang indah”, merupakan nama pondok pesantren yang telah disepakati oleh

1.4.2 Teori

Teori adalah salah satu acuan yang digunakan oleh penulis untuk menjawab masalah-masalah yang timbul dalam tulisan ini atau dengan kata lain teori adalah landasan berfikir dalam pembahasan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari buku-buku dan dokumen-dokumen. Menurut Snelbecker (1974:31) teori adalah sebagai seperangkat proposisi yang terintegrasi secara sintaksis (yaitu yang memiliki aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu dengan yang lainya dengan data dasar yang diamati) dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati (baca Lexi J.Moleong dalam buku yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif 2000:34).

Dengan ini maka penulis akan menggunakan beberapa teori yang berkaitan dengan masalah penelitian, diantaranya sebagai berikut: Pertama, dalam menganalisi aspek musikologis, penulis menggunakan teori Weighted Scale yang dikemukakan oleh William P. Malm (1977:8) bahwa terdapat 8 unsur yang harus diperhatikan: (1) tangga nada, (2) nada dasar, (3) wilayah nada, (4) jumlah masing-masing nada, (5) interval yang dipakai, (6) pola-pola kadensa, (7) formula melodi, (8) kontur.

Kedua, untuk melihat perkembangan yang terjadi dalam nasyid sebagai suatu kebudayaan, penulis menggunakan teori perubahan oleh Kingsley David; ia berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan bgian dari perubahan-perubahan

10 Lihat di sit us w ww .raudhah.ac.id 10 Lihat di sit us w ww .raudhah.ac.id

Ketiga, Menurut Koentjaraningrat (1996 : 142) semua konsep yang kita perlukan untuk menganalisa proses-proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan disebut sebagai dinamika sosial. Beberapa konsep tersebut antara lain adalah: (1) proses belajar kebudayaan sendiri, yang terdiri dari internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi, (2) Evolusi kebudayaan dan difusi, (3) Proses pengenalan unsur-unsur kebudayaan asing, yang meliputi: akulturasi dan asimilasi; dan, (4) proses pembaruan atau inovasi atau penemuan baru.

Untuk mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan dan fungsi musik tersebut penulis mengacu kepada teori penggunaan dan fungsi musik. Teori ini seperti yang dikemukakan oleh Merriam, (1964:219-222) mengatakan secara implisit bahwa penggunaan (uses) dilakukan dalam konteks upacara, yang dapat dilihat saat itu juga, sedangkan fungsi (function) mempunyai dampak yang lebih jauh dan dalam. Merriam menawarkan ada sepuluh fungsi musik antara lain : (1) fungsi pengungkapan emosional, (2) fungsi penghayatan estetika, (3) fungsi hiburan (4) fungsi perlambangan, (5) fungsi reaksi jasmani, (6) fungsi Untuk mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan dan fungsi musik tersebut penulis mengacu kepada teori penggunaan dan fungsi musik. Teori ini seperti yang dikemukakan oleh Merriam, (1964:219-222) mengatakan secara implisit bahwa penggunaan (uses) dilakukan dalam konteks upacara, yang dapat dilihat saat itu juga, sedangkan fungsi (function) mempunyai dampak yang lebih jauh dan dalam. Merriam menawarkan ada sepuluh fungsi musik antara lain : (1) fungsi pengungkapan emosional, (2) fungsi penghayatan estetika, (3) fungsi hiburan (4) fungsi perlambangan, (5) fungsi reaksi jasmani, (6) fungsi

Untuk menganalisis hubungan musik dengan teksnya, penulis menggunakan teori dari Alan P Merriam. Penulis mengacu pada teorinya yang mengatakan salah satu sumber pokok yang dapat kita pakai untuk memperdalam pengertian perilaku manusia dalam hubungannya dengan musik adalah pada teks nyanyian. Teks merupakan bahasa, bukan musik. Tetapi teks merupakan bagian integral dari musik. Bahasa yang digunakan berbeda dengan bahasa yang digunakan sehari-hari. Unsur teks yang akan dianalisis adalah makna denotatif (sebenarnya), konotatif (kiasan), dan gaya bahasanya.

Untuk melihat hubungan antara teks dengan melodi, penulis menggunakan teori Malm, (1977:8) mengatakan apabila setiap nada dipakai untuk setiap silabel (suku kata), gaya ini disebut silabis, sebaliknya bila suatu silabel dinyanyikan dengan nada-nada yang berjumlah banyak disebut melismatis. Kedua teori ini penulis gunakan untuk menganalisis melodi musik nasyid.

Dalam hal transkripsi terhadap nasyid, penulis berpedoman kepada teori Nettl, (1964:98) yang memberikan dua pendekatan yaitu :

1. Kita dapat menguraikan dan menganalisis apa yang kita dengar.

2. Kita dapat menulis apa yang kita dengar tersebut di atas kertas, dan kita mendeskripsikan apa yang kita lihat tersebut. Dalam hal notasi musik, penulis mengacu kepada tulisan Charles Seeger, (1971:24-34), yang mengemukakan bahwa ada dua jenis notasi yang dibedakan menurut tujuan notasi tersebut :

Pertama adalah notasi preskriptif, yaitu notasi untuk seorang penyaji (bagaimana ia harus menyajikan sebuah komposisi musik), selanjutnya dikatakan notasi ini merupakan pedoman tentang bagaimana musik tertentu itu dapat diwujudkan oleh pemain musik.

Kedua adalah notasi deskriptif, yaitu suatu laporan yang disertai notasi secara lengkap tentang bagaimana sebenarnya suatu musikal dalam suatu pertunjukan diwujudkan. Transkripsi ini digunakan untuk analisis. Untuk pendekatan analisis, penulis menggunakan dan membuat transkripsi yang deskriptif.

Untuk mendukung pembahasan dari segi musikologis tersebut diperlukan suatu transkripsi. Menurut Nettl, (1964:99) bahwa pengertian transkripsi adalah proses menotasikan bunyi, membuat bunyi menjadi sumber visual. Dalam membicarakan pendeskripsian dari ritem, analisis bentuk, frase dan motif-motif.

Selanjutnya, Nettl, (1964:148-150) menyarankan bahwa untuk mendeskripsikan ritem sebaiknya dimulai dengan membentuk harga-harga not yang dipakai dalam sebuah komposisi dan menerangkan fungsi dan konteks masing-masing nada. Selanjutnya pola ritem yang sering diulang, sebaiknya dicatat.

Merriam membagi penggunaan musik kedalam 5 (lima) kategori, yaitu: 1) Hubungan musik dengan kebudayaan material, 2) Hubungan musik dengan kelembagaan sosial, 3) Hubungan musik dengan manusia dan alam, 4) Hubungan musik dengan nilai-nilai estetika, 5) hubungan musik dengan bahasa. Penggunaan (uses) musik berhubungan dengan kebiasaan-kebiasaan (folkways) memainkan musik tersebut, baik sebagai aktifitas yang berdiri sendiri atau dalam aktifitas yang lain.

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Untuk meneliti pertunjukan Musik Nasyid ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Kirk Miller dalam Moleong, (1990:3) yang mengatakan:

“ Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang dalam bahasa dan peristilahannya”.

Penelitian dilakukan mengacu pada pengetahuan tentang musik nasyid di pondok pesantren Raudatul Hasanah yang menjadi studi kasus penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis melakukan beberapa tahapan penelitian; (1) melihat tulsan-tulisan yang berkaitan dengan objek penelitian. (2) mengumpulkan data- data di lapangan yang diperoleh melalui wawancara, dokumentasi, dan observasi. (3) penelitian di laboratium, yaitu menganalisis data yang diperoleh di lapangan.

1.5.1 Studi Kepustakaan

Maksud dari studi kepustakaan ialah studi yang dilakukan untuk memperoleh data berupa tulisan-tulisan yang berasal dari buku-buku, jurnal, majalah, skripsi-skripsi sarjana yang berbubungan dengan objek penelitian. Di sini penulis akan membaca dan mencari istilah-istilah penting yang berkaitan dengan tulisan tersebut, dan mengambil data-data yang sesuai untuk melengkapi tulisan. Diantaranya yaitu buku yang di tulis oleh Oemar Amin Housin denga judul Kultur Islam : Sejarah Perkembangan Kebudayaan Islam dan Pengaruhnya Maksud dari studi kepustakaan ialah studi yang dilakukan untuk memperoleh data berupa tulisan-tulisan yang berasal dari buku-buku, jurnal, majalah, skripsi-skripsi sarjana yang berbubungan dengan objek penelitian. Di sini penulis akan membaca dan mencari istilah-istilah penting yang berkaitan dengan tulisan tersebut, dan mengambil data-data yang sesuai untuk melengkapi tulisan. Diantaranya yaitu buku yang di tulis oleh Oemar Amin Housin denga judul Kultur Islam : Sejarah Perkembangan Kebudayaan Islam dan Pengaruhnya

H. Abuddin Nata dengan judul, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Buku ini menjelaskan tentang sejarah perkembangan pendidikan islam di Indonesia yaitu dari awal masuknya Islam di Indonesia dan ketika itu lembaga-lembaga pendidikan islam yang didirikan masih sederhana hingga munculnya lembaga-lembaga pendidikan islam modrn, baik berupa pesantren dan kampus-kampus Islam.

Mujamil Qomar dengan judul, Manajemen Pendidikan Islam. Buku ini membahas tentang hal-hal seputar karakter, prinsip, dan mekanisme manajemen pendidikan Islam, mulai dari Madrasah Ibtidaiyah (Setingkat dengan Sekolah Dasar) hingga perguruan tinggi dan pesantren.

Kemudian buku ini menguraikan tentang; - manajemen komponen-komponen dasar pendidikan Islam, termasuk

personalia, kesiswaan, kurikulum, keuangan, serta sarana da prasarana. - Manajemen komponen penyempurnaan pendidikan Islam, termasuk , layanan, mutu, struktur, konflik, hingga komunikasi. - Kepempinan pendidika Islam, pengambilan keputusan, dan peningkatan produktivitas. Selain itu penulis juga mengambil bahan-bahan lain, yaitu berupa literatur, makalah, tulisan ilmiah, dan berbagai catatan-catatan yang berkaitan dengan judul yang bersangkutan.

1.5.2 Pengumpulan Data di Lapangan

1.5.2.1 observasi Dalam pengumpulan data di lapangan penulisan meilhat langsung

kejadian-kejadian di lapangan yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh santri dan santriwati di dalam pesantren dan juga melihat pertunjukan nasyid tersebut. Baik disaat mereka latihan maupun di saat berlangsungya pertunjukan nasyid tersebut yang dilakukan oleh para santri. Kemudian penulis juga akan melihat bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan di dalam pesantren tersebut.

1.5.2.2. wawancara Wawancara ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi secara lisan dari para informan. Dalam melakukan wawancara tersebut, penulis berpedoman pada metode wawancara yang dikemukankan oleh Lin Tri Rahayu dan Tristiadi Ardi Ardani (2004:73) dalam bukunya yang berjudul “Observasi dan Wawancara” dimana disebutkan bahwa metode wawancara memiliki empat jenis yaitu wawancara tidak terstruktur (wawancara tidak terpimpin), wawancara terstruktur (wawancara terpimpin), wawancara bebas terpimpin dan wawancara pribadi dan kelompok.

Sesuai dengan pendapat di atas, sebelum penulis melakukan wawancara terlebih dahulu penulis membuat daftar-daftar pertanyaan. Hal tersebut dilakukan guna memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang masalah-masalah yang menyangkut pokok permasalahan yang dibahas. Dalam hal ini penulis langsung melakukan wawancara dengan informan kunci yaitu seorang yang biasa di panggil Kang Ade’ oleh para Sesuai dengan pendapat di atas, sebelum penulis melakukan wawancara terlebih dahulu penulis membuat daftar-daftar pertanyaan. Hal tersebut dilakukan guna memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang masalah-masalah yang menyangkut pokok permasalahan yang dibahas. Dalam hal ini penulis langsung melakukan wawancara dengan informan kunci yaitu seorang yang biasa di panggil Kang Ade’ oleh para

1.5.2.3 Rekaman Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa instrument

pendukung diantaranya yaitu berupa Handycam merk Sony tipe DCR- SX20. Melalui alat-alat tersebut penulis akan mengambil data-data yang diperlukan baik berupa audio (rekaman suara), visual (gambar), dan audio visual (rekaman video) sebagai bukti penelitan yang kemudian dianalisis di laboratorium.

1.5.3 Kerja Laboratorium

Kerja laboratorium merupakan proses penganalisisan data-data yang telah didapat dari lapangan. Pada tahap kerja laboratorium, seluruh hasil kerja yang telah diperoleh dari studi kepustakaan dan dari hasil penelitian di lapangan di olah, diseleksi, disaring untuk dijadikan data dalam penulisan skripsi ini. Data yang dipergunakan dalam penulisan ini merupakan data-data yang bersangkutan dengan penelitian yang dilakukan.

Menurut Soetandyo Wignjosoebroto dalam Metode-Metode Penelitian Masyarakat oleh Koentjaraningrat, (1981:328), setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan dan laboratorium, tahap berikutnya yang dilakukan Menurut Soetandyo Wignjosoebroto dalam Metode-Metode Penelitian Masyarakat oleh Koentjaraningrat, (1981:328), setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan dan laboratorium, tahap berikutnya yang dilakukan

Analisis hasil penelitian yang digunakan untuk mengerjakan penelitian ini ialah analisis kualitatif dan yang menjadi teknik penyajian dalam bentuk tulisan ialah deskriptif. Dengan menggunakan teknik analisis ini, hasil penelitian akan dijelaskan dan digambarkan berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh. Analisis kualitatif yang digunakan oleh penulis selanjutnya dipakai untuk membahas komponen pendukung pertunjukan nasyid oleh para santri pondok pesantren Ar- Raudhatul Hasanah Medan.

Dan juga penulisan akan menyusun kembali data-data yang merupakan hasil penelitian sehingga dapat tersusun dengan baik.

1.6 Lokasi Penelitian

Penulis menentukan objek dan lokasi penelitian yang tidak jauh dari kediaman peniliti, yang berada di Pondok Pesantren Raudhatul Hasanah Simpang Selayang Medan, Jl. Letjend. Djamin Ginting Km. 11 / Jl. Setia Budi Simpang Selayang 20135 Medan - Sumatera Utara - Indonesia . Sedangkan kediaman peneliti sendiri berada di Pandang Bulan Medan. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pelaksanaan penelitian jika jarak lokasi dengan peneliti dekat. Sehingga penulis dapat sesering mungkin melakukan observasi dilapangan, sehingga memperoleh data yang lebih akurat dan juga dapat mengumpulkan data- data sebanyak-banyaknya yang kiranya untuk dikumpulkan dan kemudian disusun kembali.

BAB II SEJARAH ISLAM

Sejarah telah mencatat bahwa semua agama baik agama samawi atau agama wad’i disiarkan dan dikembangkan oleh para pembawanya yang disebut utusan Tuhan dan oleh para pengikutnya. Mereka yakin bahwa kebenaran dari Tuhan itu harus disampaikan kepada umat manusia untuk menjadi pedoman hidup. Para penyebar agama banyak yang menempuh perjalanan jarak jauh dari tempat kelahirannya sendiri demi untuk menyampaika ajarannya. Misalnya Nabi Ibrahim berhijrah dari Babylonia menuju Palestina, Mesir dan Makkah. Nabi Musa pergi dan kembali lagi dari Mesir ke Palestina, Nabi Isa hijrah dari Bait Lahm ke Yerusalem, dan Nabi Muhammad hijrah dari Makkah ke Madinah. Para pemeluk agama menyebarkannya lagi ke tempat-tempat yang lebih jauh secara langsung atau secara beranting (estafet), sehingga agama-agama sekarang telah tersebar ke seluruh pelosok dunia.

Diantara agama-agama besar di dunia adalah Yahudi, Nasrani, Islam, Hindu dan Budha, tetapi yang paling luas dan paling banyak pengikutnya ialah Nasrani dan Islam. Hal tersebut tentu berhubungan dengan usaha penyiarannya oleh para pemeluknya.

Usaha penyiaran agama pasti menghadapi rintangan, hambatan, gangguan bahkan ancaman yang berat. Itulah sebabnya maka kadang-kadang penyiaran suatu agama berjalan dengan lancar, kadang-kadang tersendat-sendat dan kadang- kadang mengalami kemacetan walaupun tidak total.

Pengembangan dan penyiaran agama Islam termasuk yang paling dinamis dan cepat dibandingkan dengan agama-agama lainnya. 11 Hal itu diukur dengan

dengan kurun waktu yang sebanding dan dengan situasi dan kondisi, alat komunikasi dan transportasi yang sepadan. Catatan sejarah telah membuktikan bahwa Islam dalam waktu 23 tahun dari kelahirannya sudah menjadi tuan di negrinya sendiri, yaitu jazirah Arabia. Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, Islam masuk secara potensial di Syam Palestina, Mesir dan Iraq. Pada zaman Usman bin Affan, Islam telah masuk di negri-negri bagian Timur sampai ke Tiongkok dibawa oleh para pedagang zaman dinasti Tang. Kesimpulannya ialah, Islam telah tersebar jauh sampai ke Tiongkok, ke Afrika bagian Utara, ke Asia Kecil dan ke Asia bagian Utara (Lembah Sungai Everat dan Tigris). Sedangkan agama-agama lain memerlukan beberapa abad untuk dapat menyeber ke luar negrinya dalam jarak yang jauh dan daerah yang luas atau untuk menjadi tuan di negrinya sendiri.

Pengertian Islam

2.1 Pengertian Islam

Kata “Islam” berasal dari kata aslama artinya berserah diri. Ia tidak hanya berarti kedamaian, keselamatan, berserah diri kepada Allah, tetapi juga berarti berbuat kebajikan. Orang-orang yang mengakui agama Islam disebut Muslim (Mahmudunnasir, 2005:3).

11 L. St orddard, Dunia Baru Islam, (The New World of Islam). Dalam Zuhairini, dkk. Sejarah Pendidikan Islam. Jakart a: PT. Bumi Aksara., hal: 127

Sedangkan defenisi Islam, secara etimologi asal kata dari Aslama, kata dasarnya adalah salima, yang berarti sejahtera. Dari kata ini terjadi kata masdar selamat. Ada juga yang menganggap Islam itu salam yang berarti sejahtera, selamat, damai dan seimbang.

Secara istilah, Islam adalah patuh dan berserah diri pada Allah. Dengan patuh dan berserah diri pada Allah akan terwujud kehidupan damai dunia akhirat. 12

2.1.1 Sistem Kepercayaan Ajaran yang utama di dalam Islam adalah beriman kepada Allah

Yang Mahakuasa, yang dengan kuat ditegakan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai penerima wahyu yaitu berupa Al-Qur’an. Dan karenanya hal itu menjadi dasar bagi semua ajaran Islam.

Beriman kepada Allah merupakan ajaran yang paling pokok dan paling mendasar. Hal ini dinyatakan di dalam kalimat yang pertama yaitu ”Tidak ada Tuhan kecuali Allah”. Itulah jalan yang ditempuh semua ajaran Islam. Umat Islam pada pokoknya diwajibkan melaksanakan shalat lima kali setiap hari, dan dalam shalat mereka selalu berkata kepada Tuhan mereka: “Kepada Engkaulah kami menyembah, dan kepada Engkaulah kami minta pertolongan”.

12 Sidi Gazalba, Masyarakat Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1976) Hlm. 24

Arti kalimat la ilaha illallah akan sangat membantu di dalam memahami pengaruh yang baik dari idiologi tauhid, yaitu keesaan Allah. Maulana Maududi menerangkan kalimat itu sebagai berikut:

Dalam bahasa Arab kata illah berarti “sesuatu yang disembah”, yaitu suatu zat yang karena keagungan dan kekuatannya dianggap tepat untuk disembah, dipuja dengan merendahkan dan menundukan diri. Sesuatu atau zat yang memiliki kekuatan terlalu besar untuk dapat dipahami oleh manusia juga disebut illah. Pengertian Illah mencakup juga pemilikan kekuasaan yang tidak terbatas. Kata illah juga mengandung pengertian kegaiban dan misteri, yaitu kata illah adalah zat yang tak terlihat dan tidak teramati. Kata khuda dalam bahasa Persa, deva dalam bahasa Hindi, dan God dalam bahasa Inggris, kurang lebih mengandung makna yang sama. Bahasa-bahasa lainya di dunia juga mengandung makna dan arti yang sama (baca dalam Mahmudunnasir yang diterjemahkan oleh Adang affandi yang berjudul “Islam Konsepsi dan Sejarahnya”, 2005:55-56).

Di pihak lain, kata Allah adalah nama diri yang pokok bagi Tuhan. La Illaha Illallah secara harfiah berarti “tidak ada illah selain Zat Yang Tunggal dan Agung yang dikenal dengan nama Allah”. Hal itu berarti bahwa di seluruh alam semesta tidak ada zat yang patut disembah selain Allah, bahwa hanya kepada Dialah kepala-kepala harus ditundukan dalam pengabdian, bahwa hanya Dialah zat yang memiliki segala kekuasaan, bahwa semua makhluk memerlukan karuniaNya, dan bahwa semua makhluk diwajibkan meminta pertolonganNya. Dia tersembunyi Di pihak lain, kata Allah adalah nama diri yang pokok bagi Tuhan. La Illaha Illallah secara harfiah berarti “tidak ada illah selain Zat Yang Tunggal dan Agung yang dikenal dengan nama Allah”. Hal itu berarti bahwa di seluruh alam semesta tidak ada zat yang patut disembah selain Allah, bahwa hanya kepada Dialah kepala-kepala harus ditundukan dalam pengabdian, bahwa hanya Dialah zat yang memiliki segala kekuasaan, bahwa semua makhluk memerlukan karuniaNya, dan bahwa semua makhluk diwajibkan meminta pertolonganNya. Dia tersembunyi

Ajaran yang terpenting dalam Islam adalah ajaran tauhid. Ajaran ini yang menjadi dasar dari segala dasar yaitu pengakuan tentang adanya Tuhan yang Maha Esa. Ajaran yang di bawa Nabi Muhammad wajib di percaya oleh umat Islam. Hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan pencipta, akhir hidup manusia di surga ataupun neraka, semuanya merupakan ajaran dari Islam. Di dalam Islam juga tersimpul nilai ibadat seperti halnya shalat, puasa, zakat, dan haji serta mengenal moral dan akhlak, yang kesemua itu merupakan aspek penting dalam Islam.

Mengenai Tauhid, Maulana Maududi telah mengemukakan pendapatnya di dalam bukunya, Towars Understanding Islam, bahwa tauhid adalah konsepsi tertinggi dari ketuhanan, yang untuk mengetahuinya Allah telah mengutus kepada umat manusia nabi- nabinya disegala zaman. Pengetahuan inilah yang pada zaman permulaan dibawa oleh Adam ke bumi, juga disampaikan kepada Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa. Pengetahuan ini pulalah yang menyebabkan Muhammad diutus kepada umat manusia (ibid).

Islam meyakini bahwa Nabi Muhammad merupakan utusan Allah yang terakhir, dan tidak ada nabi-nabi lain sesudahnya. Sebagai bukti akan kepenutupan nabi itu terdapat dalam wahyu terakhir yang diterimanya yang berbunyi;

“hari ini telah Aku sempurnakan agamamu bagimu, dan telah Aku sempurnakan nikmat-Ku atas kamu, dan telah Aku pilih bagi kamu suatu undang-undang kehidupan – al-Islam.”

“Muhammad bukanlah bapak seseorang diatara kamu, tetapi dia adalah rasul Allah dan penutup nabi-nabi.

Ringkasnya Islam memiliki Idiologi-idiologi sebagai berikut: - Islam menekankan kepada kesaan Allah dalam zat-Nya dan sifat-sifat-

Nya. Di dalam Islam sekalipun Nabi Muhammad yang dianggap sebagai manusia paling mulia sepanjang masa, dia tidak lain dari pada manusia biasa pula dan menjadi hamba Tuhan.

- Ajaran-ajaran nabi terdahulu telah mencapai kesempurnaannya dalam ajaran-ajaran Nabi Muhammad. - Ajaran Nabi Muhammad itu telah diyakini merupakan ajaran yang terpelihara (keasliannya) untuk petunjuk bagi manusia hingga akhir dunia.

- Islam meyakini bahwa Nabi dikirim untuk menjadi pembimbing seluruh umat manusia hingga akhir zaman. - Nabi Muhammad diutus sebagai Nabi terakhir.

2.1.2 Al-Qur’an Sebagai Kitab Suci

Al-Qur'an adalah kitab suci ummat Islam yang diwahyukan Allah kepada Muhammad melalui perantaraan Malaikat Jibril. Secara harfiah Qur'an berarti bacaan. Namun walau terdengar merujuk ke sebuah buku/kitab, ummat Islam merujuk Al-Qur'an sendiri lebih pada kata- Al-Qur'an adalah kitab suci ummat Islam yang diwahyukan Allah kepada Muhammad melalui perantaraan Malaikat Jibril. Secara harfiah Qur'an berarti bacaan. Namun walau terdengar merujuk ke sebuah buku/kitab, ummat Islam merujuk Al-Qur'an sendiri lebih pada kata-

Umat Islam percaya bahwa Al-Qur'an disampaikan kepada Muhammad melalui malaikat Jibril. Penurunannya sendiri terjadi secara bertahap antara tahun 610 hingga hingga wafatnya beliau 632 M. Walau Al-Qur'an lebih banyak ditransfer melalui hafalan, namun sebagai tambahan banyak pengikut Islam pada masa itu yang menuliskannya pada tulang, batu-batu dan dedaunan.

Umat Islam percaya bahwa Al-Qur'an yang ada saat ini persis sama dengan yang disampaikan kepada Muhammad, kemudian disampaikan lagi kepada pengikutnya, yang kemudian menghapalkan dan menulis isi Al Qur'an tersebut. Secara umum para ulama menyepakati bahwa versi Al-Qur'an yang ada saat ini pertama kali dikompilasi pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan (khalifah Islam ke-3) yang berkisar antara 650 hingga 656 M. Utsman bin Affan kemudian mengirimkan duplikat dari versi kompilasi ini ke seluruh penjuru kekuasaan Islam pada masa itu dan memerintahkan agar semua versi selain itu

dimusnahkan untuk keseragaman. 13

Al-Qur'an memiliki 114 surah , dan sejumlah 6.236 ayat (terdapat perbedaan tergantung cara menghitung). 14 Hampir semua Muslim

menghafal setidaknya beberapa bagian dari keseluruhan Al-Qur'an,

13 Al-Qat hthan, Syaikh M anna’ Khalil. M ahabit s Fi ‘Ulum Al-Qur’an (Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an), Pust aka Al-Kaut sar, 2006, Jakart a. (dalam sit us: Wikipedia.org)

Britannica Online. (htt p:/ / ww w .brit annica.com/ eb/ art icle-)

14 Nasr, Seyyed

Hossein

“ Qur’an”

Encyclopedia Encyclopedia

Muslim juga percaya bahwa Al-Qur'an hanya berbahasa Arab. Hasil terjemahan dari Al-Qur'an ke berbagai bahasa tidak merupakan Al-Qur'an itu sendiri. Oleh karena itu terjemahan hanya memiliki kedudukan sebagai komentar terhadap Al-Qur'an ataupun bentuk usaha untuk mencari makna Al-Qur'an, tetapi bukan Al-Qur'an itu sendiri.

Adapun sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur'an, umat Islam juga diwajibkan untuk beriman dan meyakini kebenaran kitab suci dan firman-Nya yang diturunkan sebelum al-Qur'an (Zabur, Taurat, Injil dan suhuf para nabi-nabi yang lain) melalui nabi dan rasul terdahulu

sebelum Muhammad. 15 Umat Islam juga percaya bahwa selain al- Qur'an, seluruh firman Allah terdahulu telah mengalami perubahan oleh

manusia. Mengacu pada kalimat di atas, maka umat Islam meyakini bahwa al-Qur'an adalah satu-satunya kitab Allah yang benar-benar asli dan sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya.

Umat Islam meyakini bahwa agama yang dianut oleh seluruh nabi dan rasul utusan Allah sejak masa Adam adalah satu agama yang sama

15 Lihat Qur’an 2:4 15 Lihat Qur’an 2:4

menjadikannya seorang muslim. 16 Pandangan ini meletakkan Islam bersama agama Yahudi dan Kristen dalam rumpun agama yang mempercayai Nabi Ibrahim as. Di dalam al-Qur'an, penganut Yahudi dan Kristen sering direferensikan sebagai Ahli Kitab atau orang-orang yang diberi kitab.

2.1.3 Praktek-praktek Islam Islam telah memasukan kewajiban-kewajiban praktis tertentu ke

dalam ajaran-ajarannya. Diantaranya yaitu:

1. Shalat Nilai shalat dianggap sebagai alat peningkatan moral dan

penyucian batin, seperti yang telah dinyatakan dalam Al-Qur’an.

“Bacalah apa yang telah diturunkan kepadamu dari al-kitab, dan dirikanlah shalat, karena itu mencegah perbuatan-perbuatan keji dan munkar, dan mengingati Allah benar-benar merupakan

Waktu-waktu shalat telah ditetapkan, dan terdapat lima shalat yang dianggap wajib. Yaitu Shubuh, Dzuhur, Ashar, Magrib, dan Isya.

2. Puasa

16 Lihat : Qur’an 2:130, dan lihat pula: Surah Yunus 10:72” … dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (M uslim).”

Puasa di dalam Islam mempunyai tujuan yang sah untuk menahan nafsu-nafsu dengan pantangan untuk waktu yang terbatas dan tertentu dari segala yang memuaskan indera-indera, dan mengarahkan luapan nafsu hewani ke dalam saluran sehat. Puasa ditetapkan bagi mereka yang mampu dan kuat. Bagi orang-orang yang lemah, sakit, yang sedang berpergian, siswa atau mahasiswa yang sibuk menuntut ilmu, tentara yang sedang berjuang, dan kaum wanita yang sedang haid, puasa tidak diizinkan. Namun dalam puasa bulan ramadhan, apabila terdapat puasa-puasa yang tidak terlaksana akibat masalah tersebut diatas wajib digantikan di hari yang lain sebanyak yang ditinggalkannya, dan bagi mereka yang merasa sukar melaksanakannya, dapat membayar fidyah.

3. Zakat Menurut hukum Islam, setiap orang harus mengeluarkan

sebagian dari hartanya untuk membantu tetangga-tetangganya yang miskin. Bagian ini biasanya 2 ½ persen dari nilai seluruh barang. Akan tetapi, zakat itu harus dikeluarkan hanya apabila kekayaan tersebut mencapai nilai tertentu dan telah dan telah dimiliki seseorang selama satu tahun.

4. Ibadah Haji Kata haji secara harfiah berarti “keinginan seseorang untuk

mengunjungi suatu tempat suci”. Oleh Karen itu, kunjungan dari mengunjungi suatu tempat suci”. Oleh Karen itu, kunjungan dari

Kebudayaan Islam menganggap bahwa seni, sebagai nilai tempat bergantungnya seluruh validitas Islam. Karena nilai seni keindahan Al-Qur’an, merupakan Hujjah untuk kebenaran dari

Illahi. 17 Dalam konteks pemikiran dan kebudayaan, seni Islam telah diakui sebagai bagian dari aktifitas religius. 18 Contoh saja,

bacaan Shalawat Nabi, yang dilantunkan dengan berbagai macam lagu, dimana hal tersebut sudah menjadi kebudayaan religius dalam masyarakat. Oleh karena itu seni dianggap sebagai salah satu pokok dari kebudayaan, yang merupakan salah satu aspek dari agama Islam.

2.2 Sejarah Peradaban Islam di Timur Tengah

Sebelum membahas sejarah Islam terlebih dahulu perlu disinggung kondisi sosial bangsa Arab sebelum kedatangan Islam. Hal ini untuk mengetahui latar belakang sosial bangsa Arab ketika Islam datang, sehingga dengan mudah memperbandingkan antara kondisi Arab sebelum dan sesuadah kedatangan Islam.

17 Ismail Buah Faruqi, Islam Dan Kebudayaan, (Bandung : M izan, 1984), hlm. 69 18 Hamdy Salad, Agama Seni, (Yogyakart a : Adipura, 2000), Hlm. 72

2.2.1 Zaman Sebelum Kedatangan Islam Sebelum Islam datang wilayah sekitar semenanjung Arabia di latar

belakangi oleh dua imperium, Romawi Timur di sebelah Barat dan imperium Persia di sebelah timur. Wilayah utama Romawi Timur sangat luas meliputi Syiria, Palestina, Mesir, Turki, Asia kecil, dan sebagian kecil Eropa.

Romawi Timur mengalami puncak kejayaannya setelah masa Konstantin Agung (280-337 M), ketika dipengang oleh Yustinus (483- 565 M), Di masa ini wilayah terus diperluas; pertanian, perdagangan dan perusahaan maju pesat. Namun karena keinginannya untuk ekspansi , menjadikan imperium ini harus berhadapan dengan imperium Persia, dimana peperangan terus terjadi. Pemerintahan yang kacau, perbudakan tumbuh subur, dan peperangan dengan Persia tidak dapat ia hindari, bahkan ketika Islam datang dan kuat, maka wilayahnya banyak yang masuk ke dalam pemerintahan Islam hingga akhirnya runtuh.

Kristen merupakan salah satu agama besar yang dianut oleh masyarakat imperium Romawi. Meskipun mendapat perlawanan dari berbagai kaisar Romawi, namun masyarakat Kristen mulai menampakan pengaruhnya terhadap Negara yang pada akhirnya agama ini berkembang. Namun, ketika Islam yang baru lahir dan sempat mulain berkembang di romawi, maka Kaisar Konstantin memberikan pengakuan yang sah terhadap agama yang mulai banyak diminati oleh masyarakat dan kemudian dijadikan sebagai agama resmi Negara.

Sementara itu imperium Persia di bagian timur mulai dikenal pada 226 M dengan kaisar Ardesir sebagai pendirinya. Ia mencoba membangun militer yang kuat, dan melakukan ekspansi wilayah. Shapur Agung memimpin (309-379) Persia paling lama dan berhasil secara gemilang, namun ia terlibat peperangan dengan romawi. Kaisar Parwiz (590) merupakan penguasa terakhir yang sejaman dengan Heraclius di Imperium Bizantine. Kekuasaannya sangat absolute, ia mencintai kekuasaan, kemewahan, kekayaan dan istrinya yang beragama Kristen. Ia pernah merobek surat Nabi Muhammad yang dikirim melalui utusannya dan mengusirnya. Pada masa Yazdigard III (634-652) kekuasaan Persia baru dapat ditaklukan oleh pasukan Muslim Arab.