PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013-2015

  

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PRAKTIK

MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA

EFEK INDONESIA TAHUN 2013-2015

  

Mohammad Ali Aksan Prasetyo, Masyhad, Nurul Qomari

  Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bhayangkara Surabaya

  

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba. Indikator yang digunakan untuk mengukur corporate governance dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kualitas audit, dan frekuensi rapat komite audit. Sedangkan manajemen laba sebagai variabel dependen diukur menggunakan discretionary accrual. Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan purposive sampling dengan beberapa kriteria tertentu dan sampel yang digunakan sebanyak 61 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015. Metode analisis yang digunakan adalah uji asumsi klasik, analisis regresi linear berganda, dan uji hipotesis dengan alat bantu aplikasi SPSS 23. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kualitas audit, dan frekuensi rapat komite audit pengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Ketika di uji secara parsial hanya kepemilikan institusional dan kualitas audit berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan kepemilikan manajerial dan frekuensi rapat komite audit berpengaruh secara tidak signifikan terhadap manajemen laba.

  

Kata Kunci: Corporate Governance, Manajemen Laba, Manajerial, Institusional, Kualitas

Audit, Rapat Komite.

  

ABSTRACT

This study aims to improve corporate governance to earnings management. The

indicator used to measure corporate governance in this research is the managerial

ownership, institutional ownership, audit quality, and frequency of audit committee meetings.

While the earnings management as the dependent variable was measured using the

discretionary accrual. Sample in this research is made by using purposive sampling with

some certain criterion and sample that used as many as 61 manufacturing companies listed

in Indonesia Stock Exchange period 2013-2015. The analytical method used is descriptive

statistical analysis, classical assumption test, multiple linear regression analysis, and

hypothesis test with SPSS 23 application tool. The results of this study indicate that

simultaneously managerial ownership, institutional ownership, audit quality, and frequency

of audit committee meetings together have a significant effect on earnings management.

When tested partially only institutional ownership and audit quality that have a significant

effect on earnings management. While the managerial ownership and frequency of audit

committee meetings that have no significant effect on earnings management.

  

Keywords: Corporate Governance, Earnings Management, Managerial, Institutional, Audit

Quality, Committee Meetings.

  PENDAHULUAN

  Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang memiliki peranan penting guna mengukur dan menilai kinerja sebuah perusahaan. Dalam laporan keuangan, laba merupakan indikator penting dalam menilai kondisi perusahaan. Informasi laba merupakan unsur utama dalam laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak yang menggunakannya. Akan tetapi penggunaan laporan keuangan masih sering kali disalahgunakan oleh pengguna, salah satunya dengan melakukan intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan dengan cara meratakan, menaikkan dan menurunkan laba sehingga dapat mempengaruhi jumlah laba yang akan dilaporkan. Hal ini biasa disebut dengan istilah manajemen laba.

  Manajemen laba merupakan usaha pihak manajemen yang disengaja untuk memanipulasi laporan keuangan dalam batasan-batasan yang diperoleh oleh prinsip-prinsip akuntansi dengan tujuan untuk memberikan informasi yang menyesatkan para pengguna laporan keuangan untuk kepentingan pihak manajer (Sulistyanto, 2008). Secara prinsip praktek manajemen laba ini tidak menyalahi prinsip-prinsip akuntansi yang bertema umum, namun adanya praktik ini telah mengakibatkan terkikisnya kepercayaan publik terhadap informasi keuangan yang disajikan oleh perusahaan.Oleh karena itu untuk meminimalisasi terjadinya manajemen laba maka perusahaan perlu menerapkan mekanisme corporate

  governance.

  Corporate governance diartikan sebagai sistem yang mengatur dan mengendalikan

  perusahaan yang menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder (Sutedi, 2011). Corporate governance dapat berjalan dengan baik apabila memenuhi prinsip-prinsip yang terdiri dari transparency (keterbukaan informasi), accountability (akuntabilitas),

  

responbility (pertanggungjawaban), independency (kemandirian), fairness (kewajaran dan

  kesetaraan). Prinsip-prinsip tersebut memiliki beberapa tujuan yaitu memberikan kemudahan informasi mengenai akses investasi domestik maupun asing, mendapatkan cost of capital yang lebih murah, memberikan sebuah keputusan terhadap kinerja ekonomi perusahaan dan dapat meningkatkan kepercayaan stakeholder terhadap perusahaan.

  Manajemen laba (earning management) merupakan fenomena yang sulit dihindari, karena fenomena ini merupakan dampak dari penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan. Karena hal itu, diperlukan adanya praktik penerapan corporate

  

governance perusahaan yang baik. Dalam penelitian ini, akan diteliti apakah penerapan

  yang dilakukan perusahaan berpengaruh terhadap praktik manajemen

  corporate governance laba perusahaan.

  Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: (1) Apakah variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kualitas audit, dan frekuensi rapat komite audit berpengaruh secara parsial terhadap manajemen laba? (2) Apakah variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kualitas audit, dan frekuensi rapat komite audit berpengaruh secara simultan terhadap manajemen laba? (3) Diantara variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kualitas audit, dan frekuensi rapat komite audit, manakah diantara variabel tersebut yang dominan berpengaruh terhadap manajemen laba?

  TINJAUAN PUSTAKA Teori Agency

  Teori Agency menjelaskan tentang timbulnya manajemen laba yang terjadi di perusahaan. Manajer dalam hal ini bertanggungjawab untuk menjalankan perusahaan. Manajer harus dapat mengoptimalkan seluruh keuntungan yang didapat perusahaan, dimana keuntungan tersebut nantinya akan dilaporkan kepada pemilik atau pemegang saham perusahaan tersebut. Dengan adanya tanggung jawab tersebut, para manajer biasanya mengharap adanya imbalan. Dengan begitu disini berarti terbentuk dua kepentingan, yaitu kepentingan untuk mengoptimalkan keuntungan bagi perusahaan, dan kepentingan dimana dengan memegang tanggung jawab maka manajer tersebut akan mendapat imbalan dan keuntungannya diambil untuk kebutuhan pribadi.

  Corporate Governance Corporate governance merupakan rangkaian proses yang digunakan untuk

  mengarahkan atau memimpin suatu perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai-nilai perusahaan itu sendiri. Penerapan corporate governance ditujukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan dan dapat menarik minat para investor untuk menjalin kerja sama dengan perusahaan. Corporate

  

governance dapat berjalan dengan baik apabila memenuhi prinsip-prinsip yang terdiri dari

transparency (keterbukaan informasi), independency (kemandirian), accountability

  (akuntabilitas), responbility (pertanggungjawaban), fairness (kewajaran dan kesetaraan).

  Manajemen Laba

  Manajemen laba merupakan tindakan seorang manajemen dalam melakukan intervensi atas penyusunan laporan keuangan yang berupa menaikkan ataupun menurunkan nilai laba pada perusahaan yang tujuannya untuk dilaporkan kepada pihak eksternal dengan tujuan tertentu. Adapun pengukuran manajemen laba menggunakan discretionary accrual (DAC) yang dihitung dengan menggunakan Modified Jones Mode (Dechow et al, 1995) dalam (Praditia, 2010). Untuk mengukur DAC, terlebih dahulu akan mengukur total akrual. Total akrual diklasifikasikan menjadi komponen discretionary dan nondiscretionary dengan tahapan sebagai berikut:

  a) Mengukur total accrual dengan menggunakan Modified Jones Model.

  Total Accrual (TAC) = Laba bersih (net income)

  • – arus kas operasional (cash flow from

  operation )

  

b) Menghitung nilai accrual yang diestimasikan dengan persamaan regresi OLS (Ordinary Least

Square )

  Dimana: TAC t : total accrual perusahaan i pada periode t

  A t-1 : total asset untuk sampel perusahaan i pada akhir tahun t-1 REV t : perubahan pendapatan perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t PPE t : aktiva tetap (gross property plant and equipment) perusahaan tahun t : fitting coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada hitungan total accruals ɑ

  c) Menghitung nondiscretionary accruals model (NDA) adalah sebagai berikut: Dimana: NDA t : nondiscretionary accruals pada tahun t REC t : perubahan piutang perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t d) Mengetahui discretionary accruals: Dimana: t DAC : discretionary accruals perusahaan i pada periode t

  Kepemilikan manajerial

  “Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham per usahaan yang dikelola (Sutedi, 2011).” Secara teoritis, ketika kepemilikan saham oleh manajerial tinggi maka kemungkinan terjadinya perilaku

  

opportunistic manajer (manajemen laba) akan menurun. Indikator yang digunakan untuk

  mengukur kepemilikan manajerial adalah persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak manajerial. Kepemilikan manajerial dapat dihitung sebagai berikut: Kep. Manajerial =

  Kepemilikan institusional Kepemilikan institusional adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak institusi.

  “Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen (Lekhal, 2008).” Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan institusional adalah persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak institusi.Kepemilikan institusional dapat dihitung sebagai berikut: Kep. Institusional =

  Kualitas audit

  Auditor mempunyai peran yang penting dalam pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan. Kualitas auditor dapat diukur dengan mengklasifikasikan atas audit yang dilakukan oleh KAP Big Four dan audit yang dilakukan oleh KAP Non-Big Four. Dalam penelitian ini, kualitas audit merupakan variabel dummy. Bila perusahaan sampel diaudit laporan keuangannya oleh KAP yang tergabung dalam The Big Four maka diberi nilai 1, sedangkan perusahaan yang tidak diaudit laporan keuangannya oleh Kantor Akuntan Publik yang tergabung dalam The Big Four diberi nilai 0 (Sasono, 2011).

  Auditor yang masuk dalam keempat KAP tersebut dianggap bereputasi baik karena memiliki jumlah klien terbanyak yang mengindikasikan tingginya kepercayaan emiten terhadap jasa audit keempat KAP tersebut. Kategori KAP The Big Four di Indonesia, yaitu: KAP Price Waterhouse Coopers yang bekerjasama dengan KAP Drs. Hadi Susanto dan rekan, KAP Haryanto Sahari KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler) yang bekerjasama dengan KAP Sidharta-Sidharta dan Wijaya, KAP Ernest and Young yang bekerjasama dengan KAP Drs. Sarwoko dan Sanjoyo, Prasetyo Purwantono, KAP Deloitte Touche Thomatsu yang bekerjasama dengan KAP Drs. Hans Tuanokata dan Osman Bing Satrio.

  Frekuensi rapat komite audit

  Rapat komite audit digunakan sebagai media dalam melakukan koordinasi atau pertemuan secara formal antar anggota komite, dewan komisaris, dewan direksi maupun auditor eksternal. Pertemuan komite audit merupakan hal penting bagi kesuksesan kinerja komite audit. Bapepam dan Lembaga Keuangan (2012) mensyaratkan bahwa komite audit mengadakan rapat secara berkala paling kurang satu kali dalam tiga bulan.

  Komite audit biasanya perlu mengadakan rapat sedikitnya 4 (empat) kali dalam setahun untuk melaksanakan kewajiban dan tanggungjawabnya yang menyangkut soal sistem pelaporan keuangan (KNKG, 2001). Jadi, variabel frekuensi rapat komite audit (ACMEET) diukur dari jumlah pertemuan (rapat) yang dilaksanakan dalam 1 (satu) tahun. Jumlah rapat komite audit dapat diukur dengan cara menghitung frekuensi rapat komite audit yang tercantum dalam laporan tahunan perusahaan. ACMEET =

  METODE PENELITIAN Definisi Operasional Variabel

  Penelitian ini menggunakan empat variabel bebas yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan instiusional, kualitas audit, dan frekuensi rapat komite audit, serta satu variabel terikat yaitu manajemen laba.

  Jenis Penelitian

  Metode dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Data yang digunakan berupa data sekunder yaitu data berupa laporan keuangan tahunan (annual report) yang dipublikasikan bank dan didownload melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia

  Gambaran Objek Penelitian

  Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan beroperasi di Indonesia periode 2013-2015. Jumlah perusahaan manufaktur di Indonesia yang terdaftar di BEI selama periode penelitian sejumlah 149 perusahaan. Selanjutnya diambil sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik untuk menentukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu, hingga menghasilkan sampel penelitian berupa laporan-laporan keuangan yang berasal dari 61 perusahaan.

  Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dan kepustakaan. Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mencatat data-data yang ada di laporan keuangan dan data-data yang tercatat di perusahaan yang listing pada Bursa Efek Indonesia. Studi kepustakaan adalah studi yang digunakan untuk memperoleh teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini.

  Teknik Analisis Data

  Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas untuk memberikan kepastian bahwa persamaan regresi yang didapatkan memiliki ketepatan dalam estimasi, tidak bias dan konsisten.

  Analisis Regresi Linier Berganda

  Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda yaitu suatu metode statistik umum yang digunakan untuk meneliti hubungan antara sebuah variabel dependen dengan beberapa variabel independen. Formulasi persamaan regresi linier berganda sendiri adalah sebagai berikut:

  1

  1

  2

  

2

  3

  3

  4

  ∝+ β Keterangan : Y = Manajemen Laba

  4 Y = X + β X + β X + β X + e

  = Konstanta ∝ β (1,2,3,4) = Koefisien Regresi

  X

  1 = Kepemilikan Manajerial

  X

  2 = Kepemilikan Institusional

3 X = Kualitas Audit

  X

  4 = Frekuensi Rapat Komite Audit

  e = Error

  Uji Hipotesis

  Pengujian hipotesis perlu dilakukan untuk membuktikan kebenaran populasi melalui penelitian dari data sampel. Uji Parsial (Uji t) digunakan untuk mengetahui apakah masing- masing variabel bebas memiliki pengaruh terhadap variabel terikat. Uji simultan (uji F) digunakan untuk menguji apakah variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat. Dan penentuan variabel dominan dilakukan untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan diantara variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat.

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Dasar pengambilan keputusan dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov adalah jika

nilai probabilitas > 0,05, maka data berdistribusi normal. Dan jika nilai probabilitas < 0,05, maka data

tidak berdistribusi normal.

  Tabel 1 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

  Unstandardized Residual N a,b 183 Normal Parameters Mean .0000000

  Std. Deviation .40816634 Most Extreme Differences Absolute .060 Positive .037 Negative -.060

  Test Statistic .060 c,d Asymp. Sig. (2-tailed) .200 Sumber: Penulis (2017) Kolmogorov

  Pada Uji -Smirnov , Nilai Asymp. Sign. (2-tailed) pada penelitian ini menunjukkan nilai sebesar 0,200 sehingga 0,200 > 0,05 maka dapat dikatakan Unstandarlized residualnya normal.

  b. Uji Autokorelasi

  Uji autokorelasi bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW) dengan hasil sebagai berikut:

  Tabel 2 Hasil Uji Autokolerasi b

  Model Summary Adjusted R Std. Error of the Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson a 1 .236 .056 .034 .10923 1.944

  Sumber: Penulis (2017) Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson adalah sebesar 1,944.

  Penelitian ini mengunakan data sejumlah 183, variabel independen sebanyak 4, dengan taraf signifikansi 5% sehingga berdasarkan table Durbin-Watson diketahui nilai dl = 1,7137 dan du = 1,8029 (pada table DW), nilai (4-dU) = 2,1971 sedangkan (4-dL) = 2,2863. Nilai d terletak diantara dU dan 4-dU atau dapat dituliskan 1,8029 < 1,944 < 2,1971, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak mempunyai autokorelasi.

  c. Uji Multikolinieritas

  Multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF) dan nilai Tolerance. Apabila nilai VIF dibawah 10 (VIF<10) dan nilai Tolerance diatas 0,10 menunjukkan tidak terjadi multikolinearitas. Berikut tabel hasil dari uji multikolinearitas.

  Tabel 3 Hasil Uji Multikolinieritas

  a

  Coefficients

  Collinearity Statistics Model Tolerance

  VIF

  1 Kepemilikan Manajerial .760 1.315 Kepemilikan Institusional .756 1.322 Kualitas Audit .895 1.118 Frekuensi Rapat Komite Audit .931 1.074 Sumber: Penulis (2017) Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa semua nilai VIF berada di bawah 10 dengan nilai tolerance di atas 0,10 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas antar variabel independen.

d. Uji Heteroskedastisitas

  Berikut ini adalah hasil uji Heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik

  scatterplot :

  Gambar 1 Grafik Scatterplot Uji Heteroskedastisitas

  Sumber: Penulis (2017)

  Gambar 1 scatterplot di atas menunjukkan bahwa tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar secara acak baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak terjadi heteroskedastisitas atau dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak terjadi ketidaksamaan variance dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain, sehingga model regresi layak dipakai.

2. Uji Analisis Regresi Linier Berganda

  Tabel 4 Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda

  a

  Coefficients

  Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta T Sig. 1 (Constant) .032 .043 .727 .468

Kepemilikan Manajerial .001 .001 .044 .536 .593

  

Kepemilikan Institusional .001 .001 .204 2.458 .015

Kualitas Audit -.035 .017 -.158 -2.044 .042

Frekuensi Rapat Komite Audit -.001 .002 -.044 -.582 .561

  Sumber : Penulis (2017)

  Tabel 4 menjelaskan bahwa angka yang terdapat pada Unstandardized Coefficients Beta dapat disusun dalam persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y = 0,032 + 0,001X

  1 + 0,001X 2 -0,035X 3 - 0,001X 4 + e

  Dari persamaan regresi di atas dapat diuraikan sebagai berikut: a.

  Nilai konstanta (α) sebesar 0,032 menunjukkan konstanta dari manajemen laba (Y) dengan asumsi jika variabel kepemilikan manajerial (X

  1 ), kepemilikan institusional (X 2 ), kualitas

  audit (X

  3 ), dan frekuensi rapat komite audit (X 4 ) sama dengan nol atau konstan, maka nilai manajemen laba (Y) sebesar 0,032.

  1

  b. Kepemilikan Manajerial (X )

  1 adalah 0,001 menunjukkan kearah hubungan positif antara Kepemilikan

  Besarnya nilai β Manajerial (X

  1 ) dengan nilai Manajemen Laba. Hal ini mengidentifikasi bahwa semakin

  1

  tinggi tingkat Kepemilikan Manajerial (X ) mengakibatkan nilai Manajemen Laba mengalami peningkatan. Hal ini menyatakan bahwa setiap penambahan 1 satuan dari Kepemilikan Manajerial (X

  1 ), maka dapat meningkatkan nilai Manajemen Laba sebesar

  0,001 satuan dengan asumsi variabel yang lainnya dianggap konstan, begitu juga sebaliknya.

  c. Kepemilikan Institusional(X

  2 ) 2 adalah 0,001 menunjukkan kearah hubungan positif antara Kepemilikan

  Besarnya nilai β

2 Institusional (X ) dengan nilai Manajemen Laba. Hal ini mengidentifikasi bahwa semakin

  tinggi tingkat Kepemilikan Institusional (X

  2 ) mengakibatkan nilai Manajemen Laba

  mengalami peningkatan. Hal ini menyatakan bahwa setiap penambahan 1 satuan dari

2 Kepemilikan Institusional (X ), maka dapat meningkatkan nilai Manajemen Laba sebesar

  0,001 satuan dengan asumsi variabel yang lainnya dianggap konstan, begitu juga sebaliknya.

  d. Kualitas Audit (X

  3 ) 3 adalah 0,035 menunjukkan kearah hubungan negatif antara Kualitas

  Besarnya nilai β Audit (X

  3 ) dengan nilai Manajemen Laba. Hal ini mengidentifikasi bahwa semakin tinggi

  tingkat Kualitas Audit (X 3 ) mengakibatkan nilai Manajemen Laba mengalami penurunan.

  3 Hal ini menyatakan bahwa setiap kenaikan nilai 1 satuan dari Kualitas Audit (X ), maka

  nilai Manajemen Laba akan mengalami penurunan sebesar 0,035 satuan dengan asumsi variabel yang lainnya dianggap konstan, begitu juga sebaliknya.

  4

  e. Frekuensi Rapat Komite Audit (X )

  4 adalah 0,001 menunjukkan kearah hubungan negatif antara Frekuensi

  Besarnya nilai β Rapat Komite Audit (X

  4 ) dengan nilai Manajemen Laba. Hal ini mengidentifikasi bahwa

  semakin tinggi tingkat Frekuensi Rapat Komite Audit (X

  4 ) mengakibatkan nilai

  Manajemen Laba mengalami penurunan. Hal ini menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 satuan Frekuensi Rapat Komite Audit (X

  4 ), maka nilai Manajemen Laba akan mengalami penurunan sebesar 0,001 satuan dengan asumsi variabel yang lainnya dianggap konstan, begitu juga sebaliknya.

3. Pengujian Hipotesis a. Uji t

  Prosedur pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut: (a) Jika nilai signifikan Uji t > 0,05, maka Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel bebas secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel terikat. (b) Jika nilai signifikan Uji t < 0,05, maka Ho diterima. Hal ini berarti bahwa variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

  Tabel 5 Hasil Uji t

  a

  Coefficients

  Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta t Sig. 1 (Constant) .032 .043 .727 .468

  Kepemilikan Manajerial .001 .001 .044 .536 .593 Kepemilikan Institusional .001 .001 .204 2.458 .015 Kualitas Audit -.035 .017 -.158 -2.044 .042 Frekuensi Rapat Komite Audit -.001 .002 -.044 -.582 .561

  Sumber : Penulis (2017)

  Berdasarkan hasil pada Tabel 5 maka dapat diinterprestasikan sebagai berikut: Variabel Kepemilikan Manajerial (X

  1 ) mempunyai nilai t hitung sebesar 0,536 dengan tingkat

  signifikan sebesar 0,593 > 0,050. Hal ini menunjukkan bahwa Kepemilikan Manajerial (X

  1 ) berpengaruh tidak signifikan terhadap Manajemen Laba.

  Variabel Kepemilikan Institusional (X

  2 ) mempunyai nilai t hitung sebesar 2,458 dengan tingkat

  signifikan sebesar 0,015 < 0,050. Hal ini menunjukkan bahwa Kepemilikan Institusional (X

  2 ) berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba dengan arah positif.

  Variabel Kualitas Audit (X

  3 ) mempunyai nilai t hitung sebesar -2,044 dengan tingkat signifikan

  sebesar 0,042 < 0,050. Hal ini menunjukkan bahwa Kualitas Audit (X

  3 ) berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba dengan arah negatif. 4 hitung

  Variabel Frekuensi Rapat Komite Audit (X ) mempunyai nilai t sebesar -0,582 dengan tingkat signifikan sebesar 0,561 > 0,050. Hal ini menunjukkan bahwa Frekuensi Rapat Komite Audit (X

4 ) berpengaruh tidak signifikan terhadap Manajemen Laba.

b. Uji F

  Uji F digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel independen secara bersama- sama secara signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen

  Tabel 6 Hasil Uji F a

  

ANOVA

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. b

  1 Regression .125 4 .031 2.621 .037 Residual 2.124 178 .012 Total 2.249 182

  Sumber: Penulis (2017)

  Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa seluruh variabel independen memiliki hubungan yang simultan terhadap variabel dependen. Hal ini ditunjukkan dari nilai F hitung sebesar 2,621 dengan tingkat signifikan sebesar 0,037. Karena taraf signifikansi 0,037 < 0,050 (level

  

of signifikan ), sehingga dapat disimpulkan bahwa pemodelan yang dibangun masing-masing

  variabel independen yaitu Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kualitas Audit, dan Frekuensi Rapat Komite Audit secara bersamaan (simultan) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen Manajemen Laba.

  c. Penentuan Variabel Dominan Tabel 7

  Hasil Uji Pengaruh Dominan

  Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta 1 (Constant)

  .032 .043 Kepemilikan Manajerial .001 .001 .044 Kepemilikan Institusional .001 .001 .204 Kualitas Audit -.035 .017 -.158 Frekuensi Rapat Komite Audit -.001 .002 -.044

  Sumber: Penulis (2017)

  Berdasarkan pada Tabel 7, dari empat variabel bebas, dapat diketahui bahwa variabel Kepemilikan Institusional (X

  2 ) mempunyai nilai koefisien

  β (beta) terbesar yaitu 0,204 yang merupakan nilai terbesar diantara variabel-variabel bebas yang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas yang memiliki pengaruh dominan terhadap variabel terikat Manajemen Laba adalah variabel Kepemilikan Institusional (X 2 ).

2 Koefisien Determinasi (R )

  Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel independen terhadap variabel dependen.

  Tabel 8 Hasil Uji Koefisien Determinasi

  b

  Model Summary

  Adjusted R Std. Error of the Model R R Square Square Estimate a 1 .236 .056 .034 .10923 Sumber: Peneliti (2017)

  Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasi yang terletak pada kolom R Square sebesar 0,056 artinya sebesar 5,6 % variabel independen yang terdiri dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kualitas audit dan frekuensi rapat komite audit dapat menjelaskan variabel dependen yaitu manajemen laba, sedangankan sisanya (100% - 5,6% = 94,4%) yaitu 94,4 % dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel dalam penelitian.

  SIMPULAN

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: ( 1) Dalam pengujian secara parsial variabel bebas terhadap variabel terikat dengan menggunakan uji t dapat diketahui bahwa: a) Corporate

  Governance yang diproksikan dengan Kepemilikan Manajerial (X 1 ) dengan t hitung sebesar

  0,536 dan tingkat signifikansi sebesar 0,593 mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap manajemen laba. b) Corporate Governance yang diproksikan dengan Kepemilikan Institusional (X

  2 ) dengan t hitung sebesar 2,458 dan tingkat signifikansi sebesar 0,015

  berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. c) Corporate Governance yang diproksikan dengan Kualitas Audit (X

  3 ) dengan t hitung -2,044 dan tingkat signifikansi sebesar

  0,042 berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. d) Corporate Governance yang

  4 hitung

  diproksikan dengan Frekuensi Rapat Komite Audit (X ) dengan t -0,582 dan tingkat signifikansi sebesar 0,561 mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap manajemen laba. (2) Pada uji hipotesis secara simultan, variabel bebas yang terdiri dari variabel Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kualitas Audit, dan Frekuensi Rapat Komite Audit secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba. Hal ini terbukti dengan probabilitas kesalahan 5% dan dengan nilai F hitung sebesar 2,621 dan tingkat signifikansi sebesar 0,037. (3) Dari pengujian secara parsial dan simultan variabel bebas yang terdiri dari variabel Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kualitas Audit, dan

  Frekuensi Rapat Komite Audit ternyata yang dominan berpengaruh terhadap manajemen laba adalah variabel kepemilikan institusional (X

  2 ). Hal ini terbukti dengan tingkat

  koefisien β (beta) terbesar yaitu 0,204 diantara variabel-variabel bebas yang lain, sehingga kepemilikan institusional (X

  2 ) merupakan variabel bebas yang dominan mempengaruhi manajemen laba.

  SARAN

  Dari kesimpulan penelitian diatas, maka saran yang diberikan sebagai berikut: (1) Bagi peneliti selanjutnya: a) Menggunakan periode penelitian yang lebih panjang, agar efek dari mekanisme corporate governance dapat lebih dirasakan dalam mengurangi manajemen laba di perusahaan. b) Menggunakan atau memasukkan variabel lain, mengingat hasil dari uji

2 R sebesar 5,6% dan sisanya sebesar 94,4 % dipengaruhi oleh faktor lainnya yang tidak

  diteliti. (2) Bagi perusahaan dan investor: a) Bagi perusahaan di sektor manufaktur sebaiknya terus meningkatkan kinerja perusahaan dan kinerja keuangannya sehingga dengan kinerja yang baik akan menimbulkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya ke perusahaan tersebut. b) Sebaiknya, perusahaan di sektor manufaktur senantiasa selalu transparan dalam mengungkapkan kinerja keuangannya demi tercapainya tata kelola perusahaan yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

  Ardiansyah, Muhammad., 2014, Pengaruh Corporate Governance, Leverage dan Profitabilitas terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di BEI Periode 2009-2013.

  BAPEPAM, K. K., 2004, nomor: Kep-29.

  

Dechow, P. M., Sloan, R. G., & Sweeney, A. P., 1995, Detecting earnings

management, Accounting review, 193-225.

  Effendi, M. A., 2009, The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi. Ghozali, Imam., 2011, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

  Jensen, M. C., & Meckling, W. H., 1976, Theory Of The Firm: Managerial Behavior, Agency Costs And Ownership Structure, Journal of financial economics, 3(4), 305-360. Lakhal, F., 2008, Voluntary Earnings Disclosures And Corporate Governance: Evidence From France, Review of Accounting and Finance, 4(3), 64-85.

  Rahmawati, H. I., 2013, Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan, Accounting Analysis Journal. Sanjaya, I. P. S., 2008, Auditor Eksternal, Komite Audit, dan Manajemen Laba, The Indonesian Journal of Accounting Research, 11(1). Sugiyono, P. D., 2013, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung. Sulistyanto, Sri., 2008, Manajemen Laba: Teori & Model Empiris, PT. Grasindo, Jakarta. Sutedi, A., 2011, Good Corporate Governance, Sinar Grafika, Jakarta.