PENGARUH PENERIMAAN PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, DAN HASIL LABA BUMD TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA SURABAYA
PENGARUH PENERIMAAN PAJAK DAERAH, RETRIBUSI
DAERAH, DAN HASIL LABA BUMD TERHADAP
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA SURABAYA
Vivi Anggraini, Kusni Hidayati, Tri Lestari
Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bhayangkara Surabaya vivianggra51@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil laba BUMD terhadap Pendapatan Aslli Daerah (PAD) Kota Surabaya. Populasi penelitian ini adalah seluruh kecamatan Kota Surabaya dan sampel yang digunakan adalah data realisasi penerimaan pendapatan asli daerah selama periode 2007-2015 yang diperoleh di Badan Pengelolaan Keuangan dan Pajak Daerah. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, tehnik pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan metode kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, secara statistik membuktikan bahwa pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil laba BUMD berpengaruh baik secara simultan maupun secara parsial terhadap PAD Kota Surabaya. Pajak daerah menjadi penerimaan yang paling dominan berpengaruh terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya.
Kata Kunci: Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Laba BUMD, Pendapatan Asli
Daerah
ABSTRACT
The purpose of this study is to determine the effect of local tax revenues,levies, and the profit of local enterprises to Revenue Aslli Area (PAD) Surabaya.
The population of this study is all districts of Surabaya City and the sample used is
the realization of revenue data of local revenue during the period 2007-2015
obtained in the Regional Financial Management Agency and Taxes. The method
used in this study is quantitative methods, as well as data collection techniques are
interviews, observations, and literature methods. From the result of research
indicate that, statistically proves that local tax, regional retribution, and profit
result of BUMD have influence either simultaneously or partially to PAD of
Surabaya City. Local tax becomes the most dominant acceptance effect on the
revenue of Original Regional Income (PAD) of Surabaya.
Keywords: Local Tax, Regional Retribution, Profit Result of BUMD, Local
Original IncomPENDAHULUAN Tax reform pajak pusat pertama di Indonesia telah dilaksanakan tahun 1983.
Hal itu ditandai dengan diberlakukannya sistem pemungutan pajak dengan self
assessment dan ketentuan-ketentuan baru yang berlaku saat itu. Sedangkan pajak
daerah pertama baru dilakukan pertama tahun 1997. Sebenarnya, pemungutan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap pajak daerah dan retribusi daerah juga telah dilakukan pemerintah sebelum reformasi pertama di tahun 1997. Sehingga pajak daerah dan retribusi daerah bukan jenis pajak dan retribusi yang baru, melainkan telah lama ada di Indonesia, yakni sebagai sumber penerimaan pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) masing-masing, yang gunanya untuk membiayai pelaksanaan tugas-tugas rutin pemerintahan dan pembangunan daerah.
Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan daerah tidak memberikan balas jasa secara langsung yang dapat dirasakan, sedangkan retribusi daerah balas jasanya dapat dirasakan secara langsung. Menurut sifat pelaksanaannya, pajak daerah berlaku untuk setiap orang yang memenuhi syarat untuk dikenakan pajak, sedangkan retribusi daerah hanya berlaku untuk orang tertentu yaitu untuk orang yang menikmati jasa ( Panca, 2004).
Selain pajak daerah dan retribusi daerah, hasil laba BUMD dari setiap daerah juga menjadi salah satu penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Walaupun hasil laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) masih terhitung kecil pengaruhnya terhadap PAD dan tidak sebanyak penerimaan dari pajak, namun hasil laba BUMD dapat memperlihatkan bagaimana suatu daerah mengukur kemampuan daerahnya dalam membangun potensi Penerimaan Asli Daerah (PAD) di luar penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah perusahaan yang dibentuk oleh daerah dan didirikan oleh sebagian besar modal pemerintah daerah yang bertujuan untuk pembangunan dan pengembangan daerah tersebut.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil laba BUMD merupakan komponen penting dalam penerimaan PAD. Oleh karena itu, penulis tertarik meneliti melalui penulisan skripsi yang bejudul “ Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Hasil Laba BUMD Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya “.
Rumusan Masalah 1.
Apakah penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil laba BUMD berpengaruh secara simultan terhadap peningkatan PAD Kota Surabaya?
2. Apakah penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil laba BUMD berpengaruh secara parsial terhadap peningkatan PAD Kota Surabaya?
3. Apakah pajak daerah berpengaruh lebih dominan terhadap PAD Kota
Surabaya?
KAJIAN TEORI Pajak
Prof. Dr. Rochmat Soemito, S.H. menyatakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal-balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Sumber Penerimaan Daerah
Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, sumber-sumber peneriman dari suatu daerah terdiri dari:
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Menurut UU Nomer 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Pendapatan Asli Daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai nilai sebagai penambah kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Sumber Pendapat Asli Daerah (PAD) dibagi berdasarkan jenis pendapatan dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dibagi ke dalam 4 (empat) jenis, yaitu : a.
Pajak Daerah Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggara pemerintah daerah (Mardiasmo, 2011).
b) Pajak Restoran
Pajak Terutang = Tarif Pajak X Dasar Pengenaan Pajak
Retribusi Daerah Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.
b.
e) dll Besarnya pokok pajak dihitung dengan cara mengalikan tari pajak dengan dasar pengenaan pajak. Cara perhitungan ini digunakan untuk setiap jenis pajak daerah, yang juga merupakan dasar perhitungan untuk semua jenis pajak pusat (Marihot Siahaan, 2013).
d) Pajak Reklame
c) Pajak Hiburan
a) Pajak Hotel
Pembagian pajak daerah menurut Aziz (2015:53) terbagi menjadi dua bagian, yaitu: 1) Pajak Provinsi, terdiri dari berikut ini.
2) Pajak Kabupaten/Kota, terdiri dari berikut ini.
e) Pajak Rokok
d) Pajak Air Permukaan
c) Pajak Bahan Bakar Kenderaan Bermotor (PBBKB)
b) Bea Balik Nama kenderaan Bermotor (BBNKB)
a) Pajak Kenderaan Bermotor (PKB)
Retribusi Terutang = Tarif Retribusi X Tingkat Pengguna Jasa Jenis retribusi daerah dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu, Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perizinan Tertentu. Besarnya retribusi daerah yang harus dibayar oleh orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa yang bersangkutan dihitung dari perkalian antara tarif dan tingkat penggunanya jasa dengan rumus sebagai berikut: Tingkat penggunaan jasa dapat dinyatakan sebagai kuantitas penggunaan jasa sebagai dasar alokasi beban biaya yang dipikul daerah untuk penyelenggaraan jasa yang bersangkutan. Misalnya beberapa kali masuk tempat rekreasi, berapa kali / berapa jam parkir kendaraan. Akan tetapi ada pula pengguna jasa yang tidak dapat dengan mudah diukur. Dalam hal ini tingkat penggunaan jasa mungkin perlu tingkat berdasarkan rumus. Misalnya, mengenai izin bangunan, tingkat penggunaan jasa dapat ditaksir dengan rumus yang didasarkan atas luas tanah, luas lantai bangunan, jumlah tingkat bangunan, dan rencana penggunaan bangunan.
c.
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Jenis pendapatan yang mencakup bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD, milik pemerintah/BUMN dan perusahaan milik swasta. Peran BUMD dalam peningkatan pendapatan asli daerah sangat dibutuhkan sekali dalam menggerakan ekonomi. Kinerja dari BUMD dari sisi internal, harus mampu menjadi pemacu utama pertumbuhan dan pengembangan ekonomi, sedangkan dari sisi eksternal BUMD dituntut untuk menarik investasi asing maupun domestik agar perumbuhan ekonomi di daerah memberikan yang besar. Pendapatan dari jenis ini sesuai dengan Peraturan
multiplier effect
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah antara lain yaitu Laba atas Penyertaan Modal pada BUMD, Laba atas Penyertaan Modal pada BUMD dan Laba Atas Penyertaan Modal pada Perusahaan Patungan/Milik Swasta.
d.
Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
Jenis pendapatan yang dianggarkan untuk menampung penerimaan daerah yang tidak termasuk jenis pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini seperti: 1)
Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan 2)
Jasa giro 3)
Pendapatan bunga deposito 4)
Tuntutan ganti kerugian daerah 5) dll
Pinjaman Daerah.
Pinjaman daerah adalah pinjaman dalam negeri yang bersumber dari pemerintah, pemerintah, lembaga komersial dan atau penerbitan obligasi daerah dengan memberitahukan kepada pemerintah sebelum tidaknya usulan pinjaman daerah diproses lebih lanjut. Sedangkan yang berwenang mengadakan dan menanggung pinjaman daerah adalah kepala daerah yang ditetapkan dengan keputusan kepala daerah atas persetujuan DPRD.
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Lain-lain pendapatan daerah yang antara lain adalah hibah atau penerimaan dari daerah propinsi atau daerah kabupaten/kota lainnya dan peneriman lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pengertian Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah perusahaan daerah yang didirikan dengan modal seluruh atau sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) merupakan salah satu sumber penerimaan dari sebuah pemerintahan daerah., adalah sistem pembayaran atas jasa yang diserahkan oleh karyawan yang bekerja sebagai manajer, atau karyawan yang gajinya dibayarkan perbulan, tidak tergantung dari jam, hari kerja atau jumlah produk yang dihasilkan. Sedangkan pengupahan adalah pembayaran atas penyerahan jasa yang dilakukan oleh karyawan pelaksanaan atau buruh yang upahnya dibayarkan berdasarkan dari jam, hari kerja, atau produk yang dihasilkan (Mulyadi, 2016).
METODE PENELITIAN Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan teknik pengumpulan data penelitian kuantitatif dapat dilakukakan dengan cara wawancara, observasi, dan data kepustakaan (Sugiyono, 2012). Peneliti mengumpulkan data dengan metode kuantitatif. Adapun pengumpulan data sebagai berikut, (1) Wawancara, (2) Obervasi dan (3)Metode Kepustakaan.
Teknik Analisi Data dan Uji Hipotesis
Untuk analisis kuantitatif digunakan analisis deskriptif, analisis regresi berganda, Uji F (simultan), koefesien determinasi dan uji t (parsial) untuk mengetahui pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Hasil Laba BUMD terhadap Pendapatan Asli Daerah periode 2007-2015.
a.
Uji F (Simultan) Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variable independentnya yang dimaksudkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependent yang di uji pada tingkat signifikan 0,05 (5%), maka dapat member kesimpulan bahwa semua variabel independent yang diteliti secara bersama-sama dapat mempengaruhi atau tidak mempengaruhi variabel dependent.
b.
Uji t (Parsial) Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independent secara individual terhadap variabel dependent yang diuji pada tingkat signifikan 0,05 (5%), dan untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak.
c.
Penentuan Variabel Dominan Uji Koefesien Beta Standardized digunakan untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan berpengaruh terhadap variabel terikat. Untuk menentukan variabel bebas yang paling menentukan (dominan) dalam mempengaruhi nilai variabel terikat dalam suatu model regresi linier, maka digunakanlah uji koefesien beta standardized (Beta Coefficient), (Ghozali,2005:88).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
8 537.221.184.663 135.324.221.73
variabel terikatnya yaitu Pendapatan Asli Daerah (Y). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama diterima yang menyatakan variabel Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Hasil laba BUMD secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surabaya periode 2007-2015.
2 ), dan Hasil laba BUMD (X 3 ) secara simultan berpengaruh terhadap
Daerah (X
1 ), Retribusi
sebesar 543,981 lebih besar dari nilai F tabel 5,41 (dengan tingkat kepercayaan α sebesar 0,05 derajat). sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas Pajak Daerah (X
hitung
Berdasarkan hasil Uji F (Simultan) diketahui F
Hasil Pengujian Simultan ( Uji F )
Dapat dilihat dari Tabel 1, Pendapatan Asli Daerah mengalami peningkatan jumlah nominal yang diterima oleh Pemerintah Kota Surabaya, dengan share terbesar disumbang oleh pajak daerah yaitu rata-rata 71,27 % dari total PAD, retribusi daerah rata-rata 12.24 % dari total PAD, hasil laba BUMD rata-rata 4,20 % dari total PAD dan pendapatan lain-lain yang sah yaitu rata-rata 12,29 % dari total PAD.
9 Sumber: (Peneliti 2017)
1
623.758.429.146 4.035.203.260.09
Tabel 1
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2007-2015 (Dalam Rupiah)
TAHU N PAJAK DAERAH RETRIBUSI DAERAH HASIL LABA BUMD LAIN-LAIN PENDAPATA N ASLI DAERAH YANG SAH PENDAPATA N ASLI DAERAH
2007 340.833.935.422 176.785.881.531 38.385.988.072 51.643.490.666 607.649.295.691
2008 397.990.195.606 169.558.366.457 42.520.028.492 119.144.800.789 729.213.391.344
20093.307.323.863.97
8 270.112.725.497 120.856.635.21 488.706.643.123
9 2014 2.427.647.860.14
9
295.279.875.771 2.791.580.050.707 229.680.153.172 111.967.697.96
2 2013 2.154.652.323.79
6 183.482.993.435 97.696.057.373 145.457.161.138 2.279.613.848.83
1 2012 1.852.977.636.88
3 209.834.317.888 75.962.115.306 112.359.720.634 1.886.514.301.58
2010 525.403.484.538 183.312.246.927 63.304.547.606 136.627.496.659 908.647.775.730
2011 1.488.358.147.75442.852.257.428 164.247.724.756 42.324.809.294 159.370.734.564 808.795.526.042
8 2015 2.738.899.424.55
Hasil Pengujian Parsial ( Uji t )
Berdasarkan hasil uji t pada Tabel 9, maka dapat disimpulkan pengaruh variabel Pajak Daerh dan Retribusi Daerah, dan Hasil laba BUMD terhadap Pendapatan Asli Daerah pada Kota Surabaya periode 2007-2015, sebagai berikut : a.
1 ) Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Y)
Pengaruh Pajak Daerah (X
hitung
Pada hasil perhitungan SPSS, dapat dilihat bahwa nilai t sebesar 5,076 lebih besar dari t tabel 2,571 (dengan taraf signifikansi (α) sebesar 0,05 (maka nilai α adalah 0,025) dan df (n=9, k=4, df=n-k=5) maka nilai t tabel nya adalah 2,571).
Pada hasil perhitungan SPSS, dapat diketahui bahwa nilai signifikan sebesar 0,004 < 0,05 sehingga H ditolak dan H
1 diterima maka terdapat pengaruh
secara parsial variabel penerimaan pajak (X 1 ) terhadap PAD Surabaya (Y). Dengan demikian Hipotesis yang menyatakan penerimaan pajak daerah mempunyai pengaruh secara parsial terhadap PAD Surabaya dapat diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis kedua diterima yang menyatakan Pajak Daerah berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Penerimaan Pajak Daerah pada Kota Surabaya periode 2007-2015. Hasil ini mengindikasikan bahwa penerimaan pajak daerah yang tinggi akan mampu meningkatkan penerimaan pajak daerah Kota Surabaya.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Paber Antonius Sinaga (2010) yang menyatakan bahwa penerimaan pajak daerah mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan asli daerah.
b.
2 ) terhadap Pendapatan Asli Daerah (Y)
Pengaruh Retribusi Daerah (X
hitung 2 tabel
Berdasarkan tabel 4.9 Nilai t X = 4,917 lebih besar dari t = 2,571 dengan nilai sig. sebesar 0,004 < 0,05 sehingga H ditolak dan H
1 diterima maka
ada pengaruh secara parsial variabel Restribusi Daerah (X
2 ) terhadap variabel
Pendapatan Asli Daerah Surabaya (Y). Dengan demikian hipotesis yang menyatakan restribusi daerah mempunyai pengaruh secara parsial terhadap PAD Surabaya dapat diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis kedua diterima yang menyatakan variabel Restribusi Daerah berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Pendapatan Asli Daerah Surabaya pada Kota Surabaya periode 2007-2015. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Apriliasari (2016) yang menyatakan bahwa penerimaan retribusi daerah mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan asli daerah. Bahwa peningkatan atau penurunan retribusi daerah mengakibatkan peningkatan atau penurunan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surabaya.
3)
c. terhadap Pendapatan Asli Daerah (Y) Pengaruh Hasil Laba BUMD (X
Berdasarkan hasil uji t pada tabel 4.9, bahwa variabel Hasil Laba BUMD (X
3 ) diketahui nilai t hitung
X
3 = 0,993 lebih kecil dari t tabel = 2,571 dengan nilai
sig. sebesar 0,366 > 0,05 sehingga H diterima dan H
1 ditolak maka tidak ada
pengaruh secara parsial variabel hasil laba BUMD (X
3 ) terhadap variabel PAD
Surabaya (Y). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis kedua tidak dapat diterima karena variabel Hasil Laba BUMD (X
3 ) tidak berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap Pendapatan Asli Daerah Surabaya pada Kota Surabaya periode 2007-2015. Keadaan tidak signifikan ini disebabkan oleh penerimaan Hasil Laba BUMD yang lebih kecil dibandingkan dengan penerimaan yang lain sehingga
3 menjadikan variabel (X ) tidak berpengaruh parsial terhadap (Y).
Hasil Pengujian Variabel Dominan (Uji Standardized Coefficients Beta)
Berdasarkan uji koefesien beta standardized pada tabel 4.10, dapat disimpulkan bahwa dari masing-masing variabel bebas Pajak Daerah (X
1 ),
Retribusi Daaerah (X
2 ), dan Hasil laba BUMD (X 3 ) yang menjadi variabel paling
dominan terhadap variabel terikat Pendapatan Asli Daerah (Y) adalah Pajak Daerah dengan nilai (
β) sebesar 0,719, ini menunjukkan bahwa penerimaan Pajak Daerah cenderung meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dari persamaan regresi linear berganda mengenai pengaruh variabel bebas Pajak Daerah (X
1 ), Retribusi Daerah (X 2 ), dan
Hasil Laba BUMD (X
3 ) terhadap variabel Pendapatan Asli Daerah (Y). Dapat
disimpulkan bahwa :
lebih besar dari F dengan Berdasarkan hasil Uji F (Simultan) diketahui F tingkat signifikansi lebih kecil dari α. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam
hitung tabel 1. penelitian ini, variabel bebas berpengaruh dan signifikan terhadap variabel terikat, dari hasil uji F (Simultan) dapat diketahui bahwa peningkatan atau penurunan PAD Kota Surabaya tergantung dari peningkatan atau penurunan Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Hasil Laba BUMD yang diterima oleh Pemerintah Kota Surabaya.
2. Berdasarkan hasil pengujian secara parsial (uji t), bahwa untuk variabel Pajak Daerah (X
1 ) bahwa nilai t hitung lebih besar dari t tabel dan H ditolak dan H
1
diterima maka terdapat pengaruh secara parsial pada variabel penerimaan pajak daerah terhadap PAD Surabaya. Variabel retribusi daerah (X
2 ) diketahui nilai
t hitung lebih besar dari t tabel, H ditolak dan H
1 diterima maka ada pengaruh secara
parsial variabel Restribusi Daerah (X
2 ) terhadap variabel Pendapatan Asli
Daerah Surabaya (Y) dan Hasil Laba BUMD (X
3 ) diketahui nilai t hitung lebih tabel
1
kecil dari t dengan nilai sig, H diterima dan H ditolak maka tidak ada pengaruh secara parsial variabel hasil laba BUMD (X
3 ) terhadap variabel PAD Surabaya (Y).
3. Berdasarkan uji koefesien beta standardized dapat disimpulkan bahwa dari masing-masing variabel bebas Pajak Daerah (X
1 ), Retribusi Daaerah (X 2 ), dan
Hasil laba BUMD (X
3 ) yang menjadi variabel paling dominan terhadap variabel
terikat Pendapatan Asli Daerah (Y) adalah Pajak Daerah dengan nilai (
β) sebesar
0,719, ini menunjukkan bahwa semakin besar penerimaan Pajak Daerah maka akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
SARAN
Melihat hasil-hasil penelitian diatas, maka penulis mengajukan beberapa implikasi atau saran sebagai berikut :
1. Pemerintah Kota Surabaya perlu meningkatkan kontribusi sektor Pajak Daerah agar sektor tersebut terus berkembang dan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap penerimaan pendapatan asli daerah di Kota Surabaya.
2. Melihat dari hasil analisis Retribusi Daerah yang positif terhadap penerimaan Pendapatan Asli Derah Kota Surabaya, hendaknya pemerintah Kota Surabaya secara khusus memberikan perhatian dalam mengatur dan mengontrol secara khusus tentang penerimaan yang berasal dari retribusi daerah, mengingat kota Surabaya merupakan kota yang memiliki sumber retrubusi yang cukup banyak.
3. Melihat dari hasil analisis hasil laba badan usaha milik daerah yang tidak signifikan terhadap penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) Kota Surabaya, maka hendaknya pemerintah Kota Surabaya secara khusus dapat meningkatkan kinerja pasar dan PDAM yang ada di kota Surabaya itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Azhari, Aziz. 2015. Perpajakan di Indonesia, Edisi pertama. PT. Raja Grafido Persada, Jakarta. Kurniawan, P., & Purwanto, A. (2004). Pajak daerah dan retribusi daerah di . Bayumedia Publikasi.
Indonesia Mardisamo. 2001. Perpajakan, Edisi revisi. Andi, Yogyakarta.
Marihot, Siahaan. 2013. Pajak daerah dan retribusi daerah, Edisi revisi. PT.
Grafido Persada, Jakarta. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan Pemerintah Kota Surabaya Nomor 15 Tahun 2015 tentang cara pembayaran dan penyetoran pajak daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah. Soemarso, S. R. 2004. Revisi akuntansi suatu penghantar, Edisi 5, Buku 1.
Salemba Empat, Jakarta. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cetakan ke- 17. Alfabeta, Bandung. Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Undang-Undang Nomer 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Undang-Undang Nomer 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.
Undang-Undang Nomer 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah