MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SATRIA NO

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SATRIA NOVEMBRI
1743500801
(KA)

PROGRAM STUDI KRIMINOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BUDI LUHUR
2018

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik

dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Jakarta, April 2018

Penyusun

i

DAFTAR ISI
Kata Pengantar

i

Daftar Isi

ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………………………………… 1
B. Tujuan ………………………………………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Makna setan dalam Alquran ………………………………………………………… 2
B. Tipu daya setan/iblis menyesatkan manusia ………………………………………… 3
BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………… 6
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………….. 7

ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai lawan dari kebijakan (Khai’r) kejahatan (syarr) seperti mengenai amal
perbuatan manusia secara individual dan kolektif. Imam Ibnu Katsir menjelaskan dalam
tafsirnya, bahwa sebelum manusia diciptakan, Allah telah menciptakan mahluk yang disebut
dengan Malaikat dan Jin. Kedua mahluk ini sama-sama tertutup dan tidak mempunyai bentuk
nyata atau Unseen. Malaikat diciptakan dari nur, sedangkan Jin diciptakan dari api.
Sebagaimana firman Allah swt. Dalam Q.S. al-Hijr ayat 27 yang artinya:
“Dan kami ciptakan jin sebelum Adam dari api yang sangat panas”

Begitu juga dalam Q.S. Ar-Rahman ayat 33, yang artinya:
“Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjru
langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali
dengan kekuatan (dari Allah)”.
Komunitas jin yang dimaksud pada ayat di atas tidak selalu mengandung pengertian
setan yang menjadi musuh manusia, tetapi jin yang merupakan mahluk Allah yang diciptakan
dalam dimensi yang berbeda yang ada di luar diri manusia, dan dia tidak punya kuasa apa
pun terhadap diri manusia. Karena sesungguhnya jin yang berarti setan atau iblis yang
menggoda manusia itu adalah jin kafir yang mampu masuk ke dalam diri manusia itu sendiri.
Komunitas tersebut adalah sebagaimana yang dibentuk oleh manusia. Atau mungkin
pengertian jin pada ayat di atas dapat dipahami dengan arti manusia dengan kriteria tertentu
yaitu orang yang mempunyai kepandaian tertentu. Dalam bahasa latin orang yang pandai
disebut genius. Dalam buku The Encyclopaedia of Islam oleh Brill Academic Publisher
dikatakan bahwa kata jin dalam bahasa arab bisa jadi merupakan serapan dari kata bahasa
Latin “genius” yang artinya pandai.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui makna setan dalam Alquran
2. Untuk mengetahui berbagai macam tipu daya iblis/setan dalam menyesatkan manusia
1


BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna setan dalam al-Qur’an
Dalam al-Qur’an, kata “Syaitān” baik mengambil bentuk jamak maupun tunggal
disebut sebanyak 87 kali dalam 36 surat. (Mizan, 1997) Para ulama berbeda pendapat tentang
asal kata “Syaitān” dalam dua pendapat. Pertama; kata “Syaitān” berasal dari kata ‫ شطن‬yang
berarti jauh, karena setan jauh dari kebenaran atau jauh dari rahmat Allah. Kedua; kata
“Syaitān” berasal dari kata ‫ يشيط – شاط‬yang berarti binasa dan terbakar (lubnan, 1987). AlQurtubi sepakat dengan pendapat yang pertama, yaitu bahwa kata setan berasal dari kata
syatana yang berarti jauh dari kebaikan atau kebenaran. Setan disebut jauh dari kebenaran
karena kesombongan dan kedurhakaannya. Dengan demikian setiap makhluk yang sombong
dan durhaka baik dari kalangan jin dan manusia disebut dengan setan.
Di dalam al-Qur’an, sebutan setan mempunyai beberapa pengertian. Namun pada
dasarnya semua makna setan yang terkandung dalam al-Qur’an adalah kembali kepada
karakter atau sifat yang melekat pada diri seseorang, yaitu karakter buruk, jahat atau kafir.
Beberapa arti setan dalam al-Qur’an tersebut, diantaranya adalah:
Pertama, setan berarti Tāghūt. Yaitu segala sesuatu yang memalingkan dan
menghalangi seseorang dari pengabdiannya kepada Allah dan rasul-Nya. Perkataan taghut ini
jelas sekali berarti prinsip kejahatan dan kekafiran. Sebagaimana firman Allah swt. Dalam

Q.S. an-Nisa’ ayat 60, yang artinya:
“Tidaklah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa
mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang
diturunkan sebelummu? Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum
kepada Taghut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari Taghut itu.
Dan setan bermaksud menyesatkan mereka dengan kesesatan yang sejauh-jauhnya.”
Dan juga dalam ayat 76:
“Orang-orang yang beriman, mereka berperang di jalan Allah, dan orang-orang
yang kafir berperang di jalan Taghut, maka perangilah kawan-kawan setan itu,
karena sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.”.

2

Dengan demikian Tagut atau setan adalah merupakan sebuah prinsip kekafiran yang
obyektif dari pada yang person. Tetapi ketika berhubungan atau mempengaruhi seseorang
atau individu, maka ia mengalami personalisasi menjadi setan.
Kedua, setan berarti para pemimpin kejahatan atau kekafiran. Di dalam al-Qur’an
orang yang menjadi tokoh jahat disebut setan. Bahkan mereka yang mengikutinya pun
disebut juga setan.
Ketiga, setan berarti setiap mahluk yang mempunyai karakter buruk yang

menyebabkan manusia jauh dari kebenaran dan ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya. Yaitu
kejahatan, kedurhakaan, kekufuran dan karakter buruk lainnya yang menyesatkan manusia.
B. Tipu Daya Iblis/Setan dalam Menyesatkan Manusia
Ketika Allah mengusir setan atau iblis dari surga-Nya, ia bersumpah dengan nama
Allah untuk menyesatkan semua keturunan Nabi Adam (manusia), kecuali hamba-hamba
Allah yang ikhlas.
a. Bisikan jahat
Al-Waswās merupakan ajakan setan kepada manusia untuk mentaatinya melalui
bisikan yang tidak tardengar,tetapi dapat dipahami oleh hati. Setan mendatangi hati
manusia dan membisikkan ke dalamnya apa saja yang ia kehendaki, dan Allah telah
memberikan kepadanya akses menuju hati tersebut karena setan berjalan dalam diri
manusia seperti darah yang mengalir.
Jika setan menemukan hati orang yang lalai, maka ia akan menempati dan
menguasai hati itu, kemudian menebarkan berbagai bisikan jahat yang merupakan
perbuatan dosa. Namun, jika orang tersebut ingat kepada Allah maka setan akan
menjauh.
Imam an-Nawawi menjelaskan makna hadis ini sebagai berikut:
“Jika seseorang menghadapi bisikan seperti itu, hendaklah ia berlindung kepada
Allah untuk menolak kejahatannya, menyingkirkan pikiran tentang hal itu dan
hendaknya ia mengetahui atau menyadarinya bahwa bisikan itu datang dari

setan. Karena setan berupaya merusak keimanan manusia dan menyesatkannya.
Jadi, janganlah seseorang mendengarkan bisikannya dan segeralah ia
menghentikannya dengan melakukan sesuatu yang lain yang bermanfaat. Oleh
3

karena pertanyaan seperti itu muncul tanpa memiliki dasar atau dalil, maka juga
harus ditolak tanpa mempertimbangkan dalilnya.Sebab memang tidak ada dalil
yang perlu dipertimbangkan dalam hal ini.”
b. Membuat manusia lupa
Dalam hal lupa manusia terbagi menjadi dua kelompok, yaitu: Pertama,
sekelompok manusia yang telah dikuasai oleh setan, sehingga mereka lupa sama sekali
kepada Allah. Mereka itulah kaum munafik yang lisannya mengaku beriman tetapi
hatinya kafir.Setan telah merangkul, memperdaya dan menguasai mereka sehingga
menjadikan mereka lupa kepada Allah, perintah-perintahnya dan larangan-larangan-Nya.
Kedua, Kelompok yang dibuat lupa oleh setan dalam melakukan beberapa perintah yang
seharusnya mereka laksanakan. Kebanyakan manusia masuk dalam kelompok ini, baik
yang mukmin maupun yang kafir.
c. Memberi janji dan angan-angan
Perbedaan antara janji dan pemberian angan-angan dari setan adalah bahwa setan
selalu menjanjikan sesuatu yang batil dan memberikan angan-angan terhadap sesuatu

yang mustahil.Pada akhirnya nanti setan mengakui bahwa janjinya adalah dusta belaka.
Janji pertama, mereka tidak dapat dikalahkan dan pasti akan menang melawan
kaum mukmin, karena jumlah mereka lebih besar dibanding jumlah kaum mukmin. Janji
kedua, setan akan melindungi mereka dan membela mereka dari serangan Bani Kinanah.
d. Memalingkan manusia dari jalan Allah
Cara berikutnya yang ditempuh oleh setan dalam menyesatkan manusia adalah
memalingkan manusia dari jalan Allah. Tujuannya adalah agar manusia tersesat dari jalan
yang benar.
Setan pertama-tama akan menghalang-halangi manusia dari agama Allah dan
menjauhkan mereka dari-Nya. Jika dia berhasil membuat manusia menjadi kufur dan
syirik, maka dia akan merasa tenang dan puas. Jika dia tidak berhasil, maka dia akan
berusaha menghalang-halangi orang tersebut dengan berbagai bid’ah. Jika ternyata tidak
berhasil, maka dia akan menghalanghalangi dari mengamalkan kewajiban-kewajibannya,
4

dan membuatnya melakukan hal-hal yang diharamkan oleh Allah. Jika tidak berhasil
pula, maka dia akan menghalang-halangi dari keutamaan-keutamaan dan menjadikannya
berbuat dosa-dosa kecil, sehingga dia menjadi hina karenanya.
e. Mengganggu manusia dengan kepayahan
Di antara cara-cara setan untuk menyesatkan manusia adalah mengganggu

manusia dengan kepayahan yaitu dengan menyakiti badan atau pikiran mereka. Allah
menguasakan setan atas Nabi Ayyub adalah sebagai cobaan dan ujian baginya untuk
menampakkan kualitas kesabarannya dan memberikan akhir yang baik baginya di dunia
dan di akhirat, yaitu dengan mengembalikan lagi semua yang diujikan kepadanya berupa
kesehatan, keluarga, dan harta.

5

BAB III
PENUTUP
Iblis adalah sosok person dalam cerita legenda antara Adam dan Hawa yang berupaya
menggoda dan menjerumuskan mereka berdua agar menjadi mahluk yang tidak lagi
diberikan kemulyaan dan derajat yang tinggi di sisi tuhannya. Mengingat kehadiran Adam
ternyata menggeser posisi Iblis yang dahulu merasa diberikan posisi yang istimewa di sisi
Tuhannya. Kehadiran adam menjadi batu sandungan bagi Iblis dalam meneguhkan
eksistensinya, bahkan menjadikan Iblis justru dikutuk Allah karena kesombongannya. Hal
itulah yang kemudian menjadikan Iblis semakin angkuh dan termakan oleh amarahnya untuk
melakukan segenap upaya menjerumuskan anak turun Nabi Adam. Ini berarti Iblis telah
menabuh genderang perang kepada Nabi Adam dan keturunanya, melalui metafisik war
dimana iblis tak pernah menampakkan diri sebagai sosok person face to face akan tetapi ia

memastikan hadir dan melakukan serangan dengan berbagai tipu dayanya.

6

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Fuād Abdul Bāqī, Al-Mu`jam al-Mufahros li Alfāzhi al-Qur’ān al-Karīm, cet. 2
(Lebanon: Dār al-Fikr, 1981 M/1401 H), hlm. 382-383. Lihat juga: Ali Audah,
Konkordansi Al-Qur`an: Panduan Kata dalam Mencari Ayat Al-Qur`an, Cet. 2
(Bandung: Mizan, 1997), hlm. 610-614.
Lihat: Ibnu Mandzur, Lisān al-’Arab pada kata ‫ )شطن‬Kairo: Dār al-Fikr, 1987) jilid. 7 hlm.
122 dan lihat: Ahmad Ibn Muhammad al-Fayumi, Al-Mishbāh alMunīr, Juz. 1
(Libanon: Maktabah Lubnān, 1987), hlm. 333. Lihat juga pendapat tersebut yang
diungkapkan oleh Abu al-Qasim al-Husaini, Ar-Ragīb Al-Ashfahāni, (Beirut: Dār alFikr, t t.), hlm. 261.
An-Nawawi,Sahih Muslim fiSyarh an-Nawawi (Riyad: Dār Ihyā at-Tūrās\al-Arabi, t.th.), jilid.
2, hlm.155-156.

7