Makalah ini membahas tentang Indonesia

Makalah ini membahas tentang Akuntansi Sektor Publik,dari sejarahnya
sampai Penerapan Akuntansi Sektor Publik di Indonesia
Sejarah Akuntansi Sektor Publik
Sejarah organisasi sektor publik sebenarnya sudah ada sejak ribuan tahun yang
lalu. Dalam bukunya, Vernon Kam (1989) menjelaskan bahwa praktik akuntansi
sektor publik sebenarnya telah ada sejak ribuan tahun sebelum masehi.
Kemunculannya lebih dipengaruhi pada interaksi yang terjadi pada masyarakat
dan kekuatan sosial didalam masyarakat. Kekuatan sosial masyarakat, yang
umumnya berbentuk pemerintahan. Organisasi sektor publik ini, dapat
diklasifkasikan dalam:
1. Semangat kapitalisasi (Capitalistic Spirit).
2. Peristiwa politik dan ekonomi (Economic and Politic Event).
3. Inovasi teknologi (Technology Inovation).
Aspek Filosof Sektor Publik
Dari berbagai buku Anglo Amerika, akuntansi sektor publik diartikan sebagai
mekanisme akuntansi swasta yang diberlakukan dalam praktik-praktik organisasi
publik. Dari berbagai buku lama terbitan Eropa Barat, akuntansi sektor publik
disebut akuntansi pemerintahan. Dan diberbagai kesempatan disebut juga
sebagai akuntansi keuangan publik. Berbagai perkembangan terakhir, sebagai
dampak penerapan daripada accrual base di Selandia Baru, pemahaman ini telah
berubah. Akuntansi sektor publik didefnisikan sebagai akuntansi dana

masyarakat. Akuntansi dana masyarakat dapat diartikan sebagai: “…
mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan
dana masyarakat”. Dari defnisi diatas perlu diartikan dana masyarakat sebagai
dana yang dimiliki oleh masyarakat - bukan individual, yang biasanya dikelola
oleh organisasi -organisasi sektor publik, dan juga pada proyek-proyek
kerjasama sektor publik dan swasta. Di Indonesia, akuntansi sektor publik dapat
didefnisikan: “… mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada
pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan
departemen-departemen dibawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM
dan yayasan sosial, maupun pada proyek- proyek kerjasama sektor publik dan
swasta”.
JENIS-JENIS ANGGARAN SEKTOR PUBLIK
Secara garis besar terdapat dua pendekatan utama yang memiliki perbedaan
mendasar. Kedua pendekatan tersebut adalah:
1. Anggaran tradisional atau anggaran konvensional
2. Pendekatan baru yang sering dikenal dengan pendekatan New Public
Management.
1.ANGGARAN TRADISIONAL
Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan di
negara berkembang dewasa ini. Terdapat dua ciri utama dalam pendekatan ini,

yaitu: (a) cara penyusunan anggaran yang didasarkan atas pendekatan
incrementalism dan (b) struktur dan susunan anggaran yang besifat line-item.
Ciri lain yang melekat pada pendekatan anggaran tradisional tersebut adalah: (c)
cenderung sentralistis; (d) bersifat spesifkasi; (e) tahunan; dan (f) menggunakan
prinsip anggaran bruto. Struktur anggaran tradisional dengan ciri-ciri tersebut
tidak mampu mengungkapkan besarnya dana yang dikeluarkan untuk setiap
kegiatan, dan bahkan anggaran tradisional tersebut gagal dalam memberikan
informasi tentang besarnya rencana kegiatan. Oleh karena tidak tersedianya

berbagai informasi tersebut, maka satu-satunya tolok ukur yang dapat
digunakan untuk tujuan pengawasan hanyalah tingkat kepatuhan penggunaan
anggaran.
CIRI-CIRI ANGGARAN TRADISIONAL :
Incrementalism
Penekanan dan tujuan utama pendekatan tradisional adalah pada pengawasan
dan pertanggungjawaban yang terpusat. Anggaran tradisional bersifat
incrementalism, yaitu hanya menambah atau mengurangi jumlah rupiah pada
item-item anggaran yang sudah ada sebelumnya dengan menggunakan data
tahun sebelumnya sebagai dasar untuk menyesuaikan besarnya penambahan
atau pengurangan tanpa dilakukan kajian yang mendalam.

Masalah utama anggaran tradisional adalah terkait dengan tidak adanya
perhatian terhadap konsep value for money. Konsep ekonomi, efsiensi dan
efektivitas seringkali tidak dijadikan pertimbangan dalam penyusunan anggaran
tradisional. Dengan tidak adanya perhatian terhadap konsep value for money ini,
seringkali pada akhir tahun anggaran terjadi kelebihan anggaran yang
pengalokasiannya kemudian dipaksakan pada aktivitas-aktivitas yang
sebenarnya kurang penting untuk dilaksanakan.
Akibat digunakannya harga pokok pelayanan historis tersebut adalah suatu item,
program, atau kegiatan akan muncul lagi dalam anggaran tahun berikutnya
meskipun sebenarnya item tersebut sudah tidak relevan dibutuhkan. Perubahan
anggaran hanya menyentuh jumlah nominal rupiah yang disesuaikan dengan
tingkat infasi, jumlah penduduk, dan penyesuaian lainnya.
Line-item
Ciri lain anggaran tradisional adalah struktur anggaran bersifat line-item yang
didasarkan atas dasar sifat (nature) dari penerimaan dan pengeluaran. Metode
line-item budget tidak memungkinkan untuk menghilangkan item-item
penerimaan atau pengeluaran yang telah ada dalam struktur anggaran,
walaupun sebenarnya secara riil item tertentu sudah tidak relevan lagi untuk
digunakan pada periode sekarang. Karena sifatnya yang demikian, penggunaan
anggaran tradisional tidak memungkinkan untuk dilakukan penilaian kinerja

secara akurat, karena satu-satunya tolok ukur yang dapat digunakan adalah
semata-mata pada ketaatan dalam menggunakan dana yang diusulkan.
Penyusunan anggaran dengan menggunakan struktur line-item dilandasi alasan
adanya orientasi sistem anggaran yang dimaksudkan untuk mengontrol
pengeluaran. Berdasarkan hal tersebut, anggaran tradisional disusun atas dasar
sifat penerimaan dan pengeluaran, seperti misalnya pendapatan dari pemerintah
atasan, pendapatan dari pajak, atau pengeluaran untuk gaji, pengeluaran untuk
belanja barang, dan sebagainya, bukan berdasar pada tujuan yang ingin dicapai
dengan pengeluaran yang dilakukan.
2.ANGGARAN PUBLIK DENGAN PENDEKATAN NPM
Era New Public Management
Sejak pertengahan tahun 1980-an telah terjadi perubahan manajemen sektor
publik yang cukup drastis dari sistem manajemen tradisional yang terkesan
kaku, birokratis, dan hierarkis menjadi model manajemen sektor publik yang
feksibel dan lebih mengakomodasi pasar. Perubahan tersebut bukan sekedar
perubahan kecil dan sederhana. Perubahan tersebut telah mengubah peran
pemerintah terutama dalam hal hubungan antara pemerintah dengan

masyarakat. Paradigma baru yang muncul dalam manajemen sektor publik
tersebut adalah pendekatan New Public Management.

New Public Management berfokus pada manajemen sektor publik yang
berorientasi pada kinerja, bukan berorientasi kebijakan. Penggunaan paradigma
New Public Management tersebut menimbulkan beberapa konsekuensi bagi
pemerintah di antaranya adalah tuntutan untuk melakukan efsiensi,
pemangkasan biaya (cost cutting), dan kompetisi tender.
Salah satu model pemerintahan di era New Public Management adalah model
pemerintahan yang diajukan oleh Osborne dan Gaebler (1992) yang tertuang
dalam pandangannya yang dikenal dengan konsep “reinventing government”.
Perspektif baru pemerintah menurut Osborne dan Gaebler tersebut adalah:
1. Pemerintahan katalis : fokus pada pemberian pengarahan bukan produksi
pelayanan publik. Pemerintah harus menyediakan beragam pelayanan
publik, tetapi tidak harus terlibat secara langsung dengan proses
produksinya (producing). Produksi pelayanan publik oleh pemerintah
harus dijadikan sebagai pengecualian, dan bukan keharusan, pemerintah
hanya memproduksi pelayanan publik yang belum dapat dilakukan oleh
pihak non-pemerintah.
2. Pemerintah milik masyarakat : memberdayakan masyarakat daripada
melayani. Pemerintah sebaiknya memberikan wewenang kepada
masyarakat sehingga mereka mampu menjadi masyarakat yang dapat
menolong dirinya sendiri (self-help community).

3. Pemerintah yang kompetitif : menyuntikkan semangat kompetisi dalam
pemberian pelayanan publik. Kompetisi adalah satu-satunya cara untuk
menghemat biaya sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan. Dengan
kompetisi, banyak pelayanan publik yang dapat ditingkatkan kualitasnya
tanpa harus memperbesar biaya.
4. Pemerintah yang digerakkan oleh misi : mengubah organisasi yang
digerakkan oleh peraturan menjadi organisasi yang digerakkan oleh misi.
5. Pemerintah yang berorientasi hasil : membiayai hasil bukan masukan.
Pada pemerintah tradisional, besarnya alokasi anggaran pada suatu unit
kerja ditentukan oleh kompleksitas masalah yang dihadapi. Semakin
kompleks masalah yang dihadapi, semakin besar pula dana yang
dialokasikan.
6. Pemerintah berorientasi pada pelanggan : memenuhi kebutuhan
pelanggan, bukan birokrasi.
7. Pemerintahan wirausaha : mampu menciptakan pendapatan dan tidak
sekedar membelanjakan.
8. Pemerintah antisipatif : berupaya mencegah daripada mengobati.
Pemerintah tradisonal yang birokratis memusatkan diri pada produksi
pelayanan publik untuk memecahkan masalah publik.
9. Pemerintah desentralisasi : dari hierarkhi menuju partisipatif dan tim

kerja.
10.Pemerintah berorientasi pada (mekanisme) pasar : mengadakan
perubahan dengan mekanisme pasar (sistem insentif) dan bukan dengan
mekanisme administratif (sistem prosedur dan pemaksaan). Ada dua cara
alokasi sumberdaya, yaitu mekanisme pasar dan mekanisme
administratif. Dari keduanya, mekanisme pasar terbukti sebagai yang
terbaik dalam mengalokasi sumberdaya. Pemerintah tradisional
menggunakan mekanisme administratif yaitu menggunakan perintah dan
pengendalian, mengeluarkan prosedur dan defnisi baku dan kemudian
memerintahkan orang untuk melaksanakannya (sesuai dengan prosedur

tersebut). Pemerintah wirausaha menggunakan mekanisme pasar yaitu
tidak memerintahkan dan mengawasi tetapi mengembangkan dan
menggunakan sistem insentif agar orang tidak melakukan kegiatankegiatan yang merugikan masyarakat.
Penerapan Akuntansi Sektor Publik di Indonesia
Salah satu bentuk penerapan teknik akuntansi sektor publik adalah di organisasi
BUMN. Di tahun 1959 pemerintahan orde lama mulai melakukan kebijakankebijakan berupa nasionalisasi perusahaan asing yang ditransformasi menjadi
Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Tetapi karena tidak dikelola oleh manajer
profesional dan terlalu banyaknya politisasi’ atau campur tangan pemerintah,
mengakibatkan perusahaan tersebut hanya dijadikan ‘sapi perah’ oleh para

birokrat. Sehingga sejarah kehadirannya tidak memperlihatkan hasil yang baik
dan tidak menggembirakan. Kondisi ini terus berlangsung pada masa orde baru.
Lebih bertolak belakang lagi pada saat dikeluarkannya Peraturan Pemerintah
Nomor 3 Tahun 1983 tentang fungsi dari BUMN. Dengan memperhatikan
beberapa fungsi tersebut, konsekuensi yang harus ditanggung oleh BUMN
sebagai perusahaan publik adalah menonjolkan keberadaannya sebagai agent of
development daripada sebagai business entity. Terlepas dari itu semua, bahwa
keberadaan praktik akuntansi sektor publik di Indonesia dengan status hukum
yang jelas telah ada sejak beberapa tahun bergulir dari pemerintahan yang sah.
Salah satunya adalah Perusahaan Umum Telekomunikasi (1989)
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
Akuntansi Pusat dan Akuntansi Daerah. Untuk Akuntansi Pemerintahan , yang
menjadi standarnya adalah Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang
disingkat PSAP nomor 1 sampai dengan nomor 11.
Berikut akan dikemukakan satu persatu Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
terdiri atas kerangka konseptual dan 11 pernyataan (lihat Maliala, dkk, 2011 : 31
– 168).
1. Penyajian Laporan Keuangan
Tujuan umum laporan keuangan, yaitu : (1) Menunjukkan posisi keuangan; (2)
Menunjukkan arus kas; dan (3) Menunjukkan kinerja keuangan. Sedangkan

tujuan spesifk laporan keuangan, adalah : (1) Menyajikan informasi untuk
pengambilan keputusan; dan (2) Menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan
sebagai pertanggungjawaban.
Tanggung jawab pelaporan ini ada pada pimpinan entitas. Komponen yang
terdapat dalam 1 set laporan keuangan, yaitu : (1) Laporan realisasi anggaran;
(2) Neraca; (3) Arus kasa; dan (4) Catatan atas laporan keuangan..
2. Laporan Realisasi Anggaran
Anggaran terdiri dari angaran pendapatan, anggaran belanja, dan anggaran
pembiayaan.Struktur anggaran tersebut secara garis besar adalah sebagai
berikut.
a. Pendapatan : (1) Pendapatan Asli Daerah; (2) Pendapatan transfer; dan (3)
Lain-lain pendapatan yang sah.
b. Belanja : (1) Klasifkasi fungsi; (2) Belanja operasi, Belanja Modal, dan Belanja

tak terduga; dan (3) Klasifkasi ekonomi.
c. Surplus/Defsit ( a – b ) : Surplus adalah selisih lebih antara pendapatan dan
belanja selama satu priode pelaporan. Sedangkan defsit adalah selisih kurang
antara pendapatan dan belanja selama satu priode pelaporan.
d. Pembiayaan : pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah,
baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima

kembali, yang dalam pengangaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk
menutup defsit dan atau memanfaatkan surplus anggaran.
e. Pembiayaan Netto :adalah selisih antara penerimaan pembiayaan dengan
pengeluaran pembiayaan.
f. Sisa lebih/kurang Pembiayaan Anggaran : dalam penyusunan APBD, akan
selalu nihil karena jumlah surplus/defsit harus ditetapkan rencana
pemanfaatannya atau penutupannya.
3. Laporan Arus Kas.
Laporan Arus Kas merupakan laporan yang menyajikan informasi mengenai
penerimaan dan pengeluaran kas melalui kas umum Negara/kas daerah selama
priode tertentu.Isi laporan arus kas yaitu menggambarkan arus masuk dan arus
keluar kas dan setara kas. Arus kas masuk dapat berasal dari penerimaan tunai
pendapatan, penjualan aset tetap, pencairan dana cadangqan, penjualan
kekayaan daerah yang dipisahkan, pinjaman bank, penerimaan atas potongan
pembayaran yang dilakukan pemerintah.
Laporan arus kas disajikan dengan mengelompokkan berdasarkan aktivitas yang
terdiri dari aktivitas operasi, investasi aset non keuangan, aktivitas pembiayaan,
dan aktivitas non anggaran.
4. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan menyajikan penjelasan atau daftar terinci atau

analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam laporan keuangan. Isi catatan
atas laporean keuangan adalah : (1) Informasi tentang kebijakan
fskal/keuangan; (2) Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan yang merupakan
indikator pencapaian kinerja kegiatan operasional; (3) Informasi mengenai dasar
penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih para
transaksi yang penting; (4) Informasi yang diharuskan oleh PSAP yang
belumdisajikan dalam lembar muka laporan keuangan; (5) Informasi untuk pospos aset dan kewajiban yang timbul karena penerapan basis akrual atas
pendapatan dan belanja dan rekonsiliasi basis kas; dan (6) Informasi tambahan
untuk penyajian yang wajar yang tidak disajikan dalam lembaran muka laporan
keuangan
5. Persediaan
Persediaan merupakan aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan
yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan
barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan atau diserahkan dalam
rangka pelayanan masyarakat.
Persediaan disajikan dalam kelompok aset lancar pada neraca pemerintah
berdasarkan harga perolehan terakhir jika persediaan diperoleh dengan
pembelian, sebesar biaya standar yang dikeluarkan jika persediaan diproduksi
sendiri dan sebesar nilai wajar jika diperoleh dengan cara lain seperti

donasi/rampasan. Persedian disajikan di dalam neraca dengan akun lawan
cadangan persediaan yang merupakan bagian dari ekuitas dana lancar.
Disamping penyajian di atas, juga dipandang perlu untuk diungkapkan dalam
laporan keuangan sehubungan dengan persediaan, meliputi : (1) Kebijakan
akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan; (2) Penjelasan lebih
lanjut persediaan seperti barang atau perlengkapan yang digunakan dalam
pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang digunakan dalam proses
produksi, barang yang disimpan untuk di jual atau diserahkan kepada
masyarakat, dan barang yang masih dalam proses produksi yang dimaksudkan
untuk di jual atau diserahkan kepada masyarakat; dan (3) Kondisi persediaan.
6. Akuntansi Investasi
Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomik
seperti bunga, dividen, dan royalty, atau manfaat sosial, sehingga dapat
meningkatklan kemampuan pemerintah dalam pelayanan kepada masyarakat.
Investasi disajikan sesuai dengan klasifkasi investasi. Investasi jangka pendek
disajikan pada pos aset lancar di neraca, sedangkan investasi jangka panjang
disajikan pada pos investasi jangka panjang sesuai dengan sifatnya , baik yang
bersifat permanen maupun non permanen.
Dalam akuntansi pemerintah digunakan pendekatan “self balancjng group of
account“sehinggasetiap akun di neraca mempunyai akun pasangan masingmasing. Investasi jangka pendek yang berasal dari managemen kas mempunyai
pasangan akun SILPA dan investasi jangka panjang mempunyai pasangan
diinvestasikan dalam investasi jangka panjang.Investasi jangka pendek yang
disajikan pada aset lancar disajikan pula dengan jumlah yahng sama pada pois
ekuitas dana lancar pada akun SILPA.
7. Akuntansi Aset Tetap
Aset tetap yaitu aset berwujud yang memiliki masa manfaat lebih dari 12 bulan
untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh
masyarakat umum.
Penyajian aset tetap dalam lembar muka neraca adalah : (1) Tanah; (2)
Peralatan dan Mesin; (3) Gedung dan Bangunan; (4) Jalan, irigasi, dn jaringan; (5)
Aset tetap lainnya; (6) Konstruksi dalamn pengerjaan; dan (7) Akumulasi
penyusutan.
Selain disajikan pada lembar muka neraca, aset tetap juga harus diungkapkan
dalam Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK).Pengungkapan ini sangat penting
sebagai penjelasan tentang hal-hal penting yang tercantum dalam neraca.Tujuan
pengungkapan ini adalah untuk meminimalisasi kesalahan persepsi bagi
pembaca laporan keuangan.
Dalam CALK harus diungkapkan untuk masing-masing jenis aset tetap : (1) Dasar
penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat; (2) Rekonsiliasi
jumlah tercatat pada awal dan akhir priode yang menunjukkan penambahan,
pelepasan, akumulasi penyusutan dan perubahan nilai jika tidak ada, dan mutasi
aset tetap lainnya; (3) Informasi penyusutan meliputi : nilai penyusutan,metode
penyusutan yang digunakan, masa manfaat atau tarif penyusutan yang

digunakan, serta nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan
akhir priode.
Selain itu, dalam CALK juga harus diungkapkan : (1) Eksistensi dan batasan hak
milik atas aset tetap; (2) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan
dengan aset tetap; (3) Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam
konstruksi; dan (4) Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap.
8. Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan
Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset yang sedang dalam proses
pembangunan oleh kontraktor yang merupakan entitas yang mengadakan
kontrak untuk membangun aset atau jasa konstruksi untuk entitaslain sesuai
spesifkasi dalam kontrak konstruksi.
Kontrak konstruksi meliputi : (1) Kontrak untuk perolehan jasa yang
berhubungan langsung dengan perencanaan konstruksi aset seperti jasa
arsitektur ; (2) Kontrak untuk perolehan atau konstruksi aset ; (3) Kontrak untuk
perolehan jasa yang berhubungan langsung dengan pengawasan konstruksi aset
meliputi manajemen konstruksi dan value engineering; dan (4) Kontrak untuk
membongkar atau merestorasi aset dan lingkungannya.
Informasi mengenai Konstruksi dalam Pengerjaan yang harus diungkapkan
dalam Catatan Atas Laporan Keuangan pada akhir priode akuntansi adalah : (1)
Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat penyelesaian dan
jangka waktu penyelesaiannya; (2) Jumlah biaya yang telah dikeluarkan; (3)
Uang muka kerja yang diberikan; dan (4) Retensi.
9. Akuntansi Kewajiban
Tujuan dari Akuntansi Kewajiban yaitu mengatur perlakuan akuntansi kewajiban
meliputi saat pengakuan, penentuan nilai tercatat, amortisasi, dan biaya
pinjaman yang dibebankan terhadap kewajiban tersebut.
Untuk meningkatkan kegunaan analisis, informan-informan yang harus disajikan
dalam Catatan Atas Laporan Keuangan adalah : (1) Jumlah saldo kewajiban
jangka pendek dan jangka panjang yang diklarifkasikan berdasarkan pemberi
pinjaman; (2) Jumlah saldo kewajiban berupa utang pemerintah berdasarkan
jenis sekuritas utang pemerintah dan jatuh temponya; (3) Bunga pinjaman yang
terutang pada priode berjalan dan tingkat bunga yang berlaku; (4) Konstruksi
dilakukannya penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo; (5) Perjanjian
restrukturisasi meliputi : (a) Pengurangan pinjaman; (b) Modifkasi persyaratan
utang; (c) Pengurangan tingkat bunga pinjaman; (d) Pengunduran jatuh tempo
pinjaman; ((e) Pengurangan nilai jatuh tempo pinjaman; dan (f) Pengurangan
jumlah bunga terutang sampai dengan priode pelaporan; (6) Jumlah tunggakan
pinjaman yang disajikan dalam bentuk daftar umur utang berdasarkan kridetur;
dan (7) Biaya pinjaman : (a) Perlakuan biaya pinjaman; (b) Jumlah biaya
pinjaman yang dikapitalisasi pada priode yang bersangkutan; dan (c) Tingkat
kapitalisasi yang dipergunakan.
10. Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan, Akuntansi, Dan Peristiwa
Luar Biasa
Tujuan koreksi kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi, dan peristiwa luar

biasayaitu meningkatkan relevansi, keandalan dan daya banding Laporan
Keuangan suatu perusahaan atau entitas dan mengatur perlakuan akuntansi
atau koreksi kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi dan peristiwa luar biasa.
Dalam situasi tertentusuatu kesalahan mungkin mempunyai pengaruh signifkan
bagi suatu atau lebih Laporan Keuangan itu tidak dapat diandalkan.Agar
informasi Laporan Keuangan bebas dari unsurkesalahan, maka PSAP Nomor 10
mengatur perlakuan tentang koreksi kesalahan.Menurut paragraf 11,
menetapkan bahwa koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada
priode berjalan, baik yang mempengaruhi kas maupun yang tidak, dilakukan
dengan pembetulan pada akun yang bersangkutan dalam priode yang berjalan.
Kesalahan dalam jenis belanja dan pendapatan akan dilakukan koreksi terhadap
jenis belanja dan pendapatan yang bersangkutan dengan memperhatikan
pengaruh kesalahan itu terhadap kas.
Apabila terdapat kesalahan yang terjadi pada priode sebelum atau priode
berjalan yangt bersifat material terhadap posisi aset, kewajiban dan ekuitas,
maupun pendapatan, belanja dan pembiayaan harus diungkapkan dalam
Catatan Atas Laporan Keuangan secara memadai sehingga pengguna laporan
dapat memahami kejadian itu.
Dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan perlu memperhatikan
Peraturan Kepala Daerah tentang Kebijakan Akuntansi yang merupakan dasar
pengakuan, pengukuran dan pelaporan atas aset, kewajiban ekuisitas,
pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta lapoiran keuangan.
Adakalanya kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam suatu priode akuntansi
berbeda dengan priode sebelumnya. Paragraf 26 PSAP 10 menyatakan : suatu
perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya apabila penerapan suatu
kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh peraturan perundangundangan atau standar akuntansi pemerintah yang berlakuatau apabila
diperkirakan bahwa perubahan itu akan menghasilkan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja keuangan, atau arus kas yang lebih relevan dan lebih andal
dalam penyajian laporan keuangan entitas. Paragraf 29 menyatakan bahwa
perubahan kebijakan akuntansi dan pengaruhnya harus diungkapkan dalam
Catatan Atas Laporan Keuangan.
Peristiwa Luar Biasa :adalah kejadian atau transaksi secara jelas berbeda dari
aktivitas biasa atau normal suatu entitas karenanya tidak diharapkan terjadi dan
berada di luar kendali atau pengaruh entitas sehingga memiliki dampak yang
signifkan terhadap realisasi anggaran atau posisi aset/kewajiban.
Pada fparagraf 35 , menyatakan bahwa peristiuwa luar biasa harus memenuhi
seluruh persyaratan berikut : (1) Tidak merupakan kegiatan normal dari entitas ;
(2) Tidak diharapkan terjadi dan tidak diharapkan terjadi berulang; (3) Berada
diluar kendali atau pengaruh entitas; dan (4) Memiliki dampak yang signifkan
terhadap realisasi anggaran atau posisi aset/kewajiban.
Selanjtnya pada paragraf 36 dinyatakan bahwa hakikat, jumlah dan pengaruh
yang diakibatkan oleh Peristiwa Luar Biasa harus diungkapkan secara terpisah
dalam Catatan Atas Laporan Keuangan.
11. Laporan Keuangan Konsolidasian

Tujuan dari Laporan Keuangan Konsolidasian adalah penyusunan laporean
keuangan konsolidasian pada unit pemerintahan dal;am rangka menyajikan
general purpose fnancialstatement demi meningkatkan kualitas dan
kelengkapan laporan keuangan.
General purpose fnancial statement adalah laporan keuangan untuk memenuhi
kebutuhan bersama user termasuk lembaga legislatif sesuai yang ditetapkan
dalam ketentuan perundang-undangan .General purpose fnancial statement
yang ditetapkan sebagai entitas pelaporan di sajikan secara terkonsolidasi agar
mencerminkan satu kesatuan entitas .
Laporan keuangan pemerintah pusat atau daerah untuk masing-masing entitas
akuntansi setidak-tidaknya terdiri dari : (1) Laporan Realisasi Anggaran (LRA); (2)
Neraca ; dan (3) Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK).
Prosedur konsolidasian yang dilakukan oleh entitas pelaporan pada instansi
pemerintah pusat/daerah berbeda dengan konsolidasian yang dilakukan oleh
perusahaan swasta, karena konsolidasian pada instansi pemerintah bukan
merupakan konsolidasian antara induk dan cabang .“Konsolidasian sebagaimana
yang dimaksud oleh PSAP 11 paragraf 17“ dilakukan dengan cara
menggabungkan dan menjumlahkan akun yang diselenggarakan oleh
entitaspelaporan dengan entitas pelaporan lainnya dengan atau tanpa
mengeliminasi akun timbal balik.
Penyajian Laporan Keuangan Konsolidasian : Pemerintah pusat/daerah
menyampaikan laporan keuangan konsolidasian dari gabungan semua laporan
entitas pelaporan kepada lembaga legislatif.
Laporan keuangan konsolidasian itu disusun sesuai dengan priode pelaporan
masing-masing entitas pelaporan sebagaimana disebutkan dalam PSAP 11
paragraf 7 bahwa “ Laporan Keuangan Konsolidasian disajikan untuk priode
pelaporan keuangan entitas pelaporan dan berisi jumlah komparatif dengan
priode sebelumnya “.
Laporan keuangan konsolidasian disusun sesuai dengan anggaran yang telah
ditetapkan dan dirinci menurut organisasi, fungsi, sub fungsi, program dan jenis
belanja sehingga dapat diperbandingkan dengan anggaran dan realisasi tahun
sebelumnya.
Laporan keuangan konsolidasian disusun dan disajikan secara komparatif
sehingga dapat dilakukan analisis trend perubahan kenaikan dan penurunan
penggunaan anggaran. Disamping itu dalam penyusunan laporan keuangan
konsolidasian harus diikuti dengan proses eliminasi akun-akun yang saling timbal
balik atau saling menghapus sebagaimana dimaksud PSAP 11 pasal 8 yang
berbunyi “proses konsolidasian diikuti dengan eliminasi akun-akun timbal balik
(reciprocal accounts). Namun demikian apabila eliminasi dimaksud belum
dimungkinkan, maka hal itu diungkapkan dalam “Catatan Atas Laporan
Keuangan“.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111