Laporan Praktikum Farmakokinetik Intrave Indonesia
INTRAVENA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari tentang nasib obat
terhadap tubuh yang meliputi ADME (Absorpsi, Distribusi, Metabolisme,
dan Eliminasi) dari obat.
Pada umumnya terdapat banyak rute pemberian obat yaitu rute oral,
rute parenteral dan rute subkutan, tetapi yang dibahas disini hanyalah rute
parenteral khususnya intravena (IV).
Jalur pemberian obat secara intravena digunakan karena seluruh
dosis
obat
akan
masuk
ke
dalam
tubuh
dengan
segeraatau
bioavailabilitas100%, selain itu dapat memberikan efek local dan sistemik,
serta cocok digunakan untuk orang yang pingsan. Dan obat akan
langsung didistribusikan ke semua jaringan di dalam tubuh melalui sistem
sirkulasi. Untuk memahami kinetika obat dalam tubuh tidak cukup hanya
dengan menentukan dan mengetahui perkembangan kadar atau jumlah
senyawa asalnya saja (unchanged compound), tetapi juga meliputi
metabolitnya.
Parameter farmakokinetika obat dapat diperoleh dengan hasil
pengukuran kadar obat utuh atau metabolitnya di dalam cairan hayati
seperti pada darah.
Seorang farmasis dituntut untuk melakukan praktikum penetapan
parameter farmakokinetik obat dosis tunggal.Untuk mengetahui parameter
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
INTRAVENA
farmakokinetik obat secara intravena (Intra peritoneal) yang diujikan pada
tikus (Rattus norvegicus).
B. Maksud Percobaan
Mengetahui dan menghitung parameter-parameter farmakokinetika
dalam
pemberian
obat
parasetamol
secara
intravena
dengan
menggunakan hewan uji yaitu tikus
C. Tujuan Percobaan
Untuk memahami dan menentukan parameter-parameter yang
mencakup dalam pemberian obat parasetamol secara intravena.
D. Prinsip percobaan
Mengambil darah hewan coba dengan interval 10 menit setelah
pemberian obat secara intravena.
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
INTRAVENA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh
atau efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yakni
absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi (Ganiswara, 2007).
Adapun parameter farmakokinetik yang digunakan untuk mengetahui
bioavabilitas suatu obat adalah (Ganiswarna :2005).
1. Daerah dibawah kurva (Area Under Curva) adalah integritasi batas obat
di dalam darah dari waktu t = o hingga t, dimana besar AUC berbanding
lurus dengan jumlah total obat yang diabsorbsi. AUC merupakan
salahsatu parameter untuk menentukan bioavabilitas. Cara yang paling
sederhana untuk menghitung AUC adalah dengan metode trapezoid.
2. Volume distribusi adalah suatu parameter farmakokinetik yang
menggambarkan luas dan intensitas distribusi obat dalam tubuh.
Volume distribusi bukan merupakan vilume yang sesungguhnya dari
ruang yang ditempati obat dalam tubuh, tetapi hanya volume tubuh.
Besarnya volume distribusi dapat digunakan sebagai gambaran, tingkat
distribusi obat dalam darah.
3. Konsentrasi Tinggi Puncak (Cpmax) adalah konsentrasi dari obat
maksimum yang diamati dalam plasma darah dan serum pemberian
dosis
obat.
AYU MELINDA
15020140081
Jumlah
obat biasanya
dinyatakan
ANDRI
dalam batasan
INTRAVENA
konsentrasinya sehubungan dengan volume spesifik dari darah, serum
dan plasma.
4. Waktu Puncak (tmax) adalah waktu yang dibutuhkan unsure untuk
mencapai level obat maksimum dalam darah (t max). serta parameter ini
menunjukan laju absorsi obat dari formulasi. Laju absorbsi obat,
menentukan waktu diperlukan untuk dicapai konsentrasi efektif
minimum dan dengan demikian untuk awal dari efek farmakolpgis yang
dikendaki.
5. Waktu paruh obat (t½) adah gambaran waktu yang dibutuhkan untuk
suatu level aktivitas obat dan emnjadi separuh dari leval asli atau level
yang dikendaki
6. Tetapan absorbsi (Ka) adalah parameter yang mengambarkan laju
absorbsi suatu obat, dimana agar suatu obat diabsorbsi mula-mula obat
harus larut dalam cairan.
7. Tetapan eliminasi (K) adalah parameter yang gambarkan laju eliminasi
suatu obat tubuh. Dengan ekskresinya obat dan metabolit obat,
aktivitas dan keberadaan obat dalam tubuh dapat dikatakan berakhir.
Farmakologi medis adalah ilmu mengenai zat-zat kimia (obat) yang
berinteraksi dengan tubuh manusia. Interaksi-interaksi ini dibagi menjadi
dua jenis (Neal, 2006) :
1. Farmakodinamik, yaitu efek obat terhadap tubuh, dan
2. Farmakokinetik, yaitu bagaimana tubuh mempengaruhi obat dengan
berlalunya waktu (yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi).
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
INTRAVENA
Ada banyak cara “pengiriman” obat atau memasukannya kedalam
tubuh. Ada beragam “rute” mulai menelan melalui mulut (oral), ke kulit
melalui permukaan tubuh (topical), disuntikkan kebawah kulit (subkutan),
disuntikkan langsung ke pembuluh darah (Intravena), atau disuntikkan
pada oto (Intramuskular) (Parker, 2007).
Obat dapat diberikan secara oral atau parenteral (yakni melalui jaur
nongastrointestinal) (Neal, 2006).
Parenteral, bukan melalui saluran pencernaaan tetapi dengan
penyuntikan lewat jalur lain, seperti subkutan, intramuscular dan lain-lain
(Dorland, 2011).
Obat-obat parenteral diberikan melalui injeksi yang meliputi rute
pemberian secara intravena, intramuscular, subkutan, intratecal, dan
intraarteri.Oleh karena itu, obat-obat ini harus memenuhi standar
sterilisasi dan osmolaritas yang ketat.Selain itu, karena obat-obat ini
diinjeksikan secara kedalam jaringan atau aliran darah, setiap kesalahan
perhitungan dapat menyebabkan efek samping yang serius (Ansel, 2006).
Bentuk sediaan parenteral (di luar usus) dapat berupa larutan,
suspense, emulsi, dan serbuk steril dalam air atau minyak (Syamsuni,
2006).
Jika obat diberikan secara suntikan intravena, maka obat masuk ke
dalam darah dan secara cepat terdistribusi kejaringan.Penurunan
konsentrasi obat dalam plasma dari waktu kewaktu (yaitu kecepatan
eliminasi obat) dapat diukur (kanan atas) dengan mengambil sampel
darah secara berulang.Pada awalnya serigkali konsentrasi menurun
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
INTRAVENA
dengan cepat, namun kemudian kecepatan penurunan berkurang secara
progresif.Kurva tersebut disebut eksponensial, dan hal ini berarti pada
waktu tertentu terjadi eliminasi fraksi konstan pada obat dalam satu
satuan waktu. Banyak obat menunjukkan suatu penurunan eksponensial
dalam konsentrasi plasma karena kecepatan kerja proses eliminasi obat
biasanya proporsional terhadap konsentrasi obat dalam plasma (Neal,
2006).
Proses yang terlihat adalah(Neal, 2006) :
1. Eliminais urin oleh filtrasi glomerulus
2. Metabolisme, biasanya oleh hati
3. Ambilan oleh hati dan selanjutnya eliminasi melalui empedu
Suntikan intravena.Obat langsung masuk kedalam sirkulasi dan tidak
melewati sawar absorpsi (Neal, 2006).
Segera sesudah infuse dari pemberian bahan intravena ,konsentrasi
obat dalam darah maksimum, yang diindikasikan sebagai C max dalam
gambar 1. untuk pemberian obat oral, untuk yang diabsorpsi kedalam
darah lebih lambat dari pada dengan pemberian obat intravena, hal ini
memudahkan untuk mengumpulkan sampel
darah pada variasi waktu
setelah pemberian dan mengamati kenaikan konsentrasi dari obat, atau
hasil biotransformasinya dan mencatat waktu yang dilewati, T max, untuk
daerah konsentrasi maksimum, Cmax, penggambaran konsentrasi obat
dengan waktu dan mencocokkan poin percobaan untuk memberikan garis
lengkung tunggal pada kecepatan yang konstan, k, dan waktu paruh, t½ ,
pada hilangnya garis lengkung, dengan pemberian AUC oleh C max /k ,
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
INTRAVENA
yang mana tiap unit dari berat (mol) per unit volume dikalikan oleh waktu.
Untuk contoh g(moles) l-1 h pada gambar 1 . kerap kali hilangnya bagian
kurva dapat di model dengan lebih satu garis lengkung, yang mana
tempat klirens dikatakan sesuai untuk bentuk kompartemen, dengan
karakteristik garis lengkung (eksponensial) oleh kecepatan yang konstan k
dan t½ (Dabrowiak, James C.2009).
Keuntungan bentuk sediaan ini adalah terhindar dari perusakan obat
atau inaktivasi dalam saluran ganstrointestinal; dapat digunakan bila obat
sedikit diabsorpsi dalam saluran gastrointestinal sehingga obat tidak
cukup untuk menimbulkan respons; bila dikehendaki dapat menghasilkan
efek obat yang cepat ( pada keadaan gawat); kadar obat yang diperoleh
sesuai yang diharapkan karena tidak ada atau sedikit sekali dosis obat
yang berkurang; dan dapt diberikan kepada penderita yang kesulitan
menelan, misalnya karena muntah atau koma (Syamsuni, 2006).
Kerugian bentuk sediaan parenteral adalah efek toksiknya sulit
dinetralkan bila terjadi kesalahan pemberian obat.Selain itu, harga
obatnya lebih mahal daripada obat oral karena harus dibuat steril
(Syamsuni, 2006).
B. Uraian Obat
1. Parasetamol (Ditjen POM, 1979 dan MIMS : 114)
Nama Resmi
:
ACETAMINOPHENUM
Nama Lain
:
Asetaminofen, paracetamol
RM/BM
:
C8H9NO2/151,16
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
INTRAVENA
Pemerian
:
Hablur atau serbuk, hablur putih, tidak berbau
rasa pahit.
Kelarutan
:
Larut dalam 27 bagian air, dalam 7 bagian
etanol (95%) P, dalam 13 bagian aseton P,
dalam 40 bagian gliserol
Penyimpanan
:
Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan
:
Sebagai sampel
Farmakokinetik
:
Parasetamol cepat diabsorbsi dari saluran
pencernaan, dengan kadar serum puncak
dicapai dalam 30-60 menit. Waktu paruh kirakira 2 jam. Metabolisme di hati, sekitar 3 %
diekskresi
dalam
bentuk
tidak
berubah
melalui urin dan 80-90 % dikonjugasi dengan
asam glukoronik atau asam sulfurik kemudian
diekskresi melalui urin dalam satu hari
pertama; sebagian dihidroksilasi menjadi N
asetil benzokuinon yang sangat reaktif dan
berpotensi
menjadi
metabolit
berbahaya.
Pada dosis normal bereaksi dengan gugus
sulfhidril dari glutation menjadi substansi
nontoksik. Pada dosis besar akan berikatan
dengan sulfhidril dari protein hati (Lusiana
Darsono 2002).
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
INTRAVENA
Indikasi
:
Parasetamol merupakan pilihan lini pertama
bagi penanganan demam dan nyeri sebagai
antipiretik
dan
analgetik.
Parasetamol
digunakan bagi nyeri yang ringan sampai
sedang (Cranswick 2000).
Kontra Indikasi
:
Penderita gangguan fungsi hati yang berat
dan penderita hipersensitif terhadap obat ini
(Yulida 2009).
C. Uraian Hewan Coba
a. Klasifikasi (Ningsih,2009)
Kingdom
: Animalia
Divisio
: Vertebrata
Class
: Mamalia
Ordo
: Rodentia
Famili
: Muridae
Genus
: Orytolagus
Spesies
:Rattus norvegicus
b. Karakteristik Hewan Coba (Ningsih, 2009)
Pubertas
: 4 bulan
Masa beranak
: Mei – September
Masa hamil
: 28-36 hari
Jumlah sekali lahir
: 5-6 ekor
Lama hidup
: 8 tahun
Masa tumbuh
: 4-6 bulan
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
INTRAVENA
Masa laktasi
: 3 -4
Frekuensi kelahiran
: 38,5-39,5 Pertahun
Suhu tubuh (̊C)
: 50̊ - 60̊
Tekanan darah
:5
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
INTRAVENA
BAB III
METODOLOGI DAN PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan
Apadun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini terdiri dari
spoit, tabung effendorf, gunting, dan alat sentrifuge.
b. Bahan yang digunakan
Adapun bahan - bahan yang digunakan pada praktikum ini terdiri,
kapas, betadine, alkohol, dan Parasetamol Injeksi.
B. Prosedur Kerja
a. Pembuatan Bahan Praktikum (Parasetamol Injeksi)
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang Parasetamol sebanyak 0,204 mg
3. Dilarutkan dalam labu Erlenmeyer.
b. Penyiapan Hewan Coba
1. Disiapkan 5 ekor tikus yang akan digunakan, tikus ditimbang lalu
diberikan tanda
2. Dipuasakan selama 6-8 jam
c. Perlakuan Hewan Coba
1. Disiapkan alat dan hewan coba tikus
2. Kemudian tikus ditimbang beratnya
3. Diberikan air sebanyak 1 mL secara oral
4. Diambil darah awalnya melalui ekor
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
INTRAVENA
5. Dihitung Volume pemberiannya sesuai dengan beratnya
6. Diberikan obat secara injeksi menggunakan spoit dan jarum suntik
sesuai volume pemberian
7. Diambil darah melalui ekor dengan interval waktu 10 menit sampai
50 menit
d. Cara kerja
1. Terlebih dahulu disiapkan alat dan bahan
2. Disiapkan tikus yang telah ditimbang
3. Diinduksi dengan 1 mL air.
4. Dimasukkan dalam tabung restainer, kemudian diberi alkohol pada
ujung ekor tikus lalu digunting sedikit ujung ekor tikus.
5. Diambil darah awalnya melalui ekor
6. Darah dimasukan ke dalam tabung effendorf
7. Diberikan parasetamol melalui rute injeksi secara intraperitonial
8. Diambil darah dan disimpan dalam tabung effendorf.
9. Dilakukan lagi pengambilan darah dengan interval 10 menit sampai
menit ke 50
10. Disentrifuge
darah
dan
diukur
absorbansinya
spektrometer uv-vis.
11. Dihitung parameter-parameter farmakokinetiknya.
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
menggunakan
INTRAVENA
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Data Baku
C (ppm)
10
20
30
40
50
Abs
0,049
0,101
0,149
0,185
0,230
2. Data Sampel
t (menit)
10
20
30
40
50
Abs
0,179
0,164
0,139
0,116
0,091
B. Pembahasan
Dalam parameter farmakokinetik untuk obat yang diberikan secara
intravena akan ditentukan nilai k, t ½ , Vd, dan nilai AUC. Dimana K
adalah tetapan laju eliminasi yang merupakan kecepatan eliminasi obat
setelah masuk ke dalam system sirkulasi, t ½ adalah waktu paruh yaitu
waktu yang diperlukan agar jumlah obat dalam tubuh melarut setengah
dari dosis. Sedangkan Vd adalah volume distribusi yaitu volume obat
yang terdistribusi dan AUC (Area Under Curva) merupakan nilai yang
menggambarkan biovailabilitas obat dari jumlah dosis yang ada, dimana
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
INTRAVENA
bioavailabilitas obat merupakan jumlah obat yang mencapai system
sirkulasi sistemik secara utuh yang memberikan efek.
Untuk
obat
yang
diberikan
secara
intravena
parameter
farmakokinetik dari tetapan absorbsi tidak dihitung karena obat yang
diberikan secara intravena tidak mengalami fase absorbsi
melainkan
langsung terdistribusi melalui pembuluh darah.
Suatu obat yang diberikan dalam bentuk injeksi intravena (IV), maka
seluruh dosis obat masuk ke dalam tubuh melalui pembuluh darah dengan
segera, dan obat tersebut didistribusikan ke semua jaringan.
Adapun prinsip kerja dari alat sektrofotometer yaitu adanya interaksi
dari sampel dengan radiasi elektromagnetik sehingga sampel mengalami
eksitasi ketingkat yang lebih tinggi dan pada keadaan ini adalah titik stabil
dan akan kembali ketingkat normal dengan memancarkan energi-energi
ini terukur pada alat spektrofotometer. Mekanisme sentrifuge yaitu
pemisahan
supernatan
dengan
menghomogenkan
campuran
dan
didapatkan hasil yang jernih sehingga didapatkan supernatan.
Pada percobaan ini daerah sekitar tempat pengambilan darah diolesi
dengan alcohol sebelum diinjeksikan obat diinjeksikan obat parasetamol
dan
setelah diinjeksikan diolesi betadin sebagai antiseptic agar tidak
terjadi infeksi setelah itu sampel darah mulai diambil pada menit 10, 20,
30, 40 dan 50 masing-masing sebanyak 0,5 mL. Darah yang diperoleh
kemudian disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 10000 rpm dan
di ukur pada spektrofotometer uv-vis dan dicatat data yang diperoleh.
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
INTRAVENA
Parameter farmakokinetik yang diperoleh pada obat yang diberikan
secara intravena didapatkan mengikuti orde 0. Laju eliminasi yaitu
0,56/menit. Dan waktu paruh nya adalah 43,75 menit. Volume distribusinya
sebesar 209,734 mL. Jumlah obat yang terabsorbsi secara sistemik atau
%ekstrapolasi yang didapatkan yaitu 2,8%, artinya obat tersebut valid
karna kurang dari 20%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
INTRAVENA
Berdasarkan hasil perhitungan dari data obat parasetamol yang
diberikan
secara
intravena
elalui
rute
injeksi,
diperoleh
memiliki
%ekstrapolasi yang valid karena
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari tentang nasib obat
terhadap tubuh yang meliputi ADME (Absorpsi, Distribusi, Metabolisme,
dan Eliminasi) dari obat.
Pada umumnya terdapat banyak rute pemberian obat yaitu rute oral,
rute parenteral dan rute subkutan, tetapi yang dibahas disini hanyalah rute
parenteral khususnya intravena (IV).
Jalur pemberian obat secara intravena digunakan karena seluruh
dosis
obat
akan
masuk
ke
dalam
tubuh
dengan
segeraatau
bioavailabilitas100%, selain itu dapat memberikan efek local dan sistemik,
serta cocok digunakan untuk orang yang pingsan. Dan obat akan
langsung didistribusikan ke semua jaringan di dalam tubuh melalui sistem
sirkulasi. Untuk memahami kinetika obat dalam tubuh tidak cukup hanya
dengan menentukan dan mengetahui perkembangan kadar atau jumlah
senyawa asalnya saja (unchanged compound), tetapi juga meliputi
metabolitnya.
Parameter farmakokinetika obat dapat diperoleh dengan hasil
pengukuran kadar obat utuh atau metabolitnya di dalam cairan hayati
seperti pada darah.
Seorang farmasis dituntut untuk melakukan praktikum penetapan
parameter farmakokinetik obat dosis tunggal.Untuk mengetahui parameter
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
INTRAVENA
farmakokinetik obat secara intravena (Intra peritoneal) yang diujikan pada
tikus (Rattus norvegicus).
B. Maksud Percobaan
Mengetahui dan menghitung parameter-parameter farmakokinetika
dalam
pemberian
obat
parasetamol
secara
intravena
dengan
menggunakan hewan uji yaitu tikus
C. Tujuan Percobaan
Untuk memahami dan menentukan parameter-parameter yang
mencakup dalam pemberian obat parasetamol secara intravena.
D. Prinsip percobaan
Mengambil darah hewan coba dengan interval 10 menit setelah
pemberian obat secara intravena.
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
INTRAVENA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh
atau efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yakni
absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi (Ganiswara, 2007).
Adapun parameter farmakokinetik yang digunakan untuk mengetahui
bioavabilitas suatu obat adalah (Ganiswarna :2005).
1. Daerah dibawah kurva (Area Under Curva) adalah integritasi batas obat
di dalam darah dari waktu t = o hingga t, dimana besar AUC berbanding
lurus dengan jumlah total obat yang diabsorbsi. AUC merupakan
salahsatu parameter untuk menentukan bioavabilitas. Cara yang paling
sederhana untuk menghitung AUC adalah dengan metode trapezoid.
2. Volume distribusi adalah suatu parameter farmakokinetik yang
menggambarkan luas dan intensitas distribusi obat dalam tubuh.
Volume distribusi bukan merupakan vilume yang sesungguhnya dari
ruang yang ditempati obat dalam tubuh, tetapi hanya volume tubuh.
Besarnya volume distribusi dapat digunakan sebagai gambaran, tingkat
distribusi obat dalam darah.
3. Konsentrasi Tinggi Puncak (Cpmax) adalah konsentrasi dari obat
maksimum yang diamati dalam plasma darah dan serum pemberian
dosis
obat.
AYU MELINDA
15020140081
Jumlah
obat biasanya
dinyatakan
ANDRI
dalam batasan
INTRAVENA
konsentrasinya sehubungan dengan volume spesifik dari darah, serum
dan plasma.
4. Waktu Puncak (tmax) adalah waktu yang dibutuhkan unsure untuk
mencapai level obat maksimum dalam darah (t max). serta parameter ini
menunjukan laju absorsi obat dari formulasi. Laju absorbsi obat,
menentukan waktu diperlukan untuk dicapai konsentrasi efektif
minimum dan dengan demikian untuk awal dari efek farmakolpgis yang
dikendaki.
5. Waktu paruh obat (t½) adah gambaran waktu yang dibutuhkan untuk
suatu level aktivitas obat dan emnjadi separuh dari leval asli atau level
yang dikendaki
6. Tetapan absorbsi (Ka) adalah parameter yang mengambarkan laju
absorbsi suatu obat, dimana agar suatu obat diabsorbsi mula-mula obat
harus larut dalam cairan.
7. Tetapan eliminasi (K) adalah parameter yang gambarkan laju eliminasi
suatu obat tubuh. Dengan ekskresinya obat dan metabolit obat,
aktivitas dan keberadaan obat dalam tubuh dapat dikatakan berakhir.
Farmakologi medis adalah ilmu mengenai zat-zat kimia (obat) yang
berinteraksi dengan tubuh manusia. Interaksi-interaksi ini dibagi menjadi
dua jenis (Neal, 2006) :
1. Farmakodinamik, yaitu efek obat terhadap tubuh, dan
2. Farmakokinetik, yaitu bagaimana tubuh mempengaruhi obat dengan
berlalunya waktu (yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi).
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
INTRAVENA
Ada banyak cara “pengiriman” obat atau memasukannya kedalam
tubuh. Ada beragam “rute” mulai menelan melalui mulut (oral), ke kulit
melalui permukaan tubuh (topical), disuntikkan kebawah kulit (subkutan),
disuntikkan langsung ke pembuluh darah (Intravena), atau disuntikkan
pada oto (Intramuskular) (Parker, 2007).
Obat dapat diberikan secara oral atau parenteral (yakni melalui jaur
nongastrointestinal) (Neal, 2006).
Parenteral, bukan melalui saluran pencernaaan tetapi dengan
penyuntikan lewat jalur lain, seperti subkutan, intramuscular dan lain-lain
(Dorland, 2011).
Obat-obat parenteral diberikan melalui injeksi yang meliputi rute
pemberian secara intravena, intramuscular, subkutan, intratecal, dan
intraarteri.Oleh karena itu, obat-obat ini harus memenuhi standar
sterilisasi dan osmolaritas yang ketat.Selain itu, karena obat-obat ini
diinjeksikan secara kedalam jaringan atau aliran darah, setiap kesalahan
perhitungan dapat menyebabkan efek samping yang serius (Ansel, 2006).
Bentuk sediaan parenteral (di luar usus) dapat berupa larutan,
suspense, emulsi, dan serbuk steril dalam air atau minyak (Syamsuni,
2006).
Jika obat diberikan secara suntikan intravena, maka obat masuk ke
dalam darah dan secara cepat terdistribusi kejaringan.Penurunan
konsentrasi obat dalam plasma dari waktu kewaktu (yaitu kecepatan
eliminasi obat) dapat diukur (kanan atas) dengan mengambil sampel
darah secara berulang.Pada awalnya serigkali konsentrasi menurun
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
INTRAVENA
dengan cepat, namun kemudian kecepatan penurunan berkurang secara
progresif.Kurva tersebut disebut eksponensial, dan hal ini berarti pada
waktu tertentu terjadi eliminasi fraksi konstan pada obat dalam satu
satuan waktu. Banyak obat menunjukkan suatu penurunan eksponensial
dalam konsentrasi plasma karena kecepatan kerja proses eliminasi obat
biasanya proporsional terhadap konsentrasi obat dalam plasma (Neal,
2006).
Proses yang terlihat adalah(Neal, 2006) :
1. Eliminais urin oleh filtrasi glomerulus
2. Metabolisme, biasanya oleh hati
3. Ambilan oleh hati dan selanjutnya eliminasi melalui empedu
Suntikan intravena.Obat langsung masuk kedalam sirkulasi dan tidak
melewati sawar absorpsi (Neal, 2006).
Segera sesudah infuse dari pemberian bahan intravena ,konsentrasi
obat dalam darah maksimum, yang diindikasikan sebagai C max dalam
gambar 1. untuk pemberian obat oral, untuk yang diabsorpsi kedalam
darah lebih lambat dari pada dengan pemberian obat intravena, hal ini
memudahkan untuk mengumpulkan sampel
darah pada variasi waktu
setelah pemberian dan mengamati kenaikan konsentrasi dari obat, atau
hasil biotransformasinya dan mencatat waktu yang dilewati, T max, untuk
daerah konsentrasi maksimum, Cmax, penggambaran konsentrasi obat
dengan waktu dan mencocokkan poin percobaan untuk memberikan garis
lengkung tunggal pada kecepatan yang konstan, k, dan waktu paruh, t½ ,
pada hilangnya garis lengkung, dengan pemberian AUC oleh C max /k ,
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
INTRAVENA
yang mana tiap unit dari berat (mol) per unit volume dikalikan oleh waktu.
Untuk contoh g(moles) l-1 h pada gambar 1 . kerap kali hilangnya bagian
kurva dapat di model dengan lebih satu garis lengkung, yang mana
tempat klirens dikatakan sesuai untuk bentuk kompartemen, dengan
karakteristik garis lengkung (eksponensial) oleh kecepatan yang konstan k
dan t½ (Dabrowiak, James C.2009).
Keuntungan bentuk sediaan ini adalah terhindar dari perusakan obat
atau inaktivasi dalam saluran ganstrointestinal; dapat digunakan bila obat
sedikit diabsorpsi dalam saluran gastrointestinal sehingga obat tidak
cukup untuk menimbulkan respons; bila dikehendaki dapat menghasilkan
efek obat yang cepat ( pada keadaan gawat); kadar obat yang diperoleh
sesuai yang diharapkan karena tidak ada atau sedikit sekali dosis obat
yang berkurang; dan dapt diberikan kepada penderita yang kesulitan
menelan, misalnya karena muntah atau koma (Syamsuni, 2006).
Kerugian bentuk sediaan parenteral adalah efek toksiknya sulit
dinetralkan bila terjadi kesalahan pemberian obat.Selain itu, harga
obatnya lebih mahal daripada obat oral karena harus dibuat steril
(Syamsuni, 2006).
B. Uraian Obat
1. Parasetamol (Ditjen POM, 1979 dan MIMS : 114)
Nama Resmi
:
ACETAMINOPHENUM
Nama Lain
:
Asetaminofen, paracetamol
RM/BM
:
C8H9NO2/151,16
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
INTRAVENA
Pemerian
:
Hablur atau serbuk, hablur putih, tidak berbau
rasa pahit.
Kelarutan
:
Larut dalam 27 bagian air, dalam 7 bagian
etanol (95%) P, dalam 13 bagian aseton P,
dalam 40 bagian gliserol
Penyimpanan
:
Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan
:
Sebagai sampel
Farmakokinetik
:
Parasetamol cepat diabsorbsi dari saluran
pencernaan, dengan kadar serum puncak
dicapai dalam 30-60 menit. Waktu paruh kirakira 2 jam. Metabolisme di hati, sekitar 3 %
diekskresi
dalam
bentuk
tidak
berubah
melalui urin dan 80-90 % dikonjugasi dengan
asam glukoronik atau asam sulfurik kemudian
diekskresi melalui urin dalam satu hari
pertama; sebagian dihidroksilasi menjadi N
asetil benzokuinon yang sangat reaktif dan
berpotensi
menjadi
metabolit
berbahaya.
Pada dosis normal bereaksi dengan gugus
sulfhidril dari glutation menjadi substansi
nontoksik. Pada dosis besar akan berikatan
dengan sulfhidril dari protein hati (Lusiana
Darsono 2002).
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
INTRAVENA
Indikasi
:
Parasetamol merupakan pilihan lini pertama
bagi penanganan demam dan nyeri sebagai
antipiretik
dan
analgetik.
Parasetamol
digunakan bagi nyeri yang ringan sampai
sedang (Cranswick 2000).
Kontra Indikasi
:
Penderita gangguan fungsi hati yang berat
dan penderita hipersensitif terhadap obat ini
(Yulida 2009).
C. Uraian Hewan Coba
a. Klasifikasi (Ningsih,2009)
Kingdom
: Animalia
Divisio
: Vertebrata
Class
: Mamalia
Ordo
: Rodentia
Famili
: Muridae
Genus
: Orytolagus
Spesies
:Rattus norvegicus
b. Karakteristik Hewan Coba (Ningsih, 2009)
Pubertas
: 4 bulan
Masa beranak
: Mei – September
Masa hamil
: 28-36 hari
Jumlah sekali lahir
: 5-6 ekor
Lama hidup
: 8 tahun
Masa tumbuh
: 4-6 bulan
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
INTRAVENA
Masa laktasi
: 3 -4
Frekuensi kelahiran
: 38,5-39,5 Pertahun
Suhu tubuh (̊C)
: 50̊ - 60̊
Tekanan darah
:5
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
INTRAVENA
BAB III
METODOLOGI DAN PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan
Apadun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini terdiri dari
spoit, tabung effendorf, gunting, dan alat sentrifuge.
b. Bahan yang digunakan
Adapun bahan - bahan yang digunakan pada praktikum ini terdiri,
kapas, betadine, alkohol, dan Parasetamol Injeksi.
B. Prosedur Kerja
a. Pembuatan Bahan Praktikum (Parasetamol Injeksi)
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang Parasetamol sebanyak 0,204 mg
3. Dilarutkan dalam labu Erlenmeyer.
b. Penyiapan Hewan Coba
1. Disiapkan 5 ekor tikus yang akan digunakan, tikus ditimbang lalu
diberikan tanda
2. Dipuasakan selama 6-8 jam
c. Perlakuan Hewan Coba
1. Disiapkan alat dan hewan coba tikus
2. Kemudian tikus ditimbang beratnya
3. Diberikan air sebanyak 1 mL secara oral
4. Diambil darah awalnya melalui ekor
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
INTRAVENA
5. Dihitung Volume pemberiannya sesuai dengan beratnya
6. Diberikan obat secara injeksi menggunakan spoit dan jarum suntik
sesuai volume pemberian
7. Diambil darah melalui ekor dengan interval waktu 10 menit sampai
50 menit
d. Cara kerja
1. Terlebih dahulu disiapkan alat dan bahan
2. Disiapkan tikus yang telah ditimbang
3. Diinduksi dengan 1 mL air.
4. Dimasukkan dalam tabung restainer, kemudian diberi alkohol pada
ujung ekor tikus lalu digunting sedikit ujung ekor tikus.
5. Diambil darah awalnya melalui ekor
6. Darah dimasukan ke dalam tabung effendorf
7. Diberikan parasetamol melalui rute injeksi secara intraperitonial
8. Diambil darah dan disimpan dalam tabung effendorf.
9. Dilakukan lagi pengambilan darah dengan interval 10 menit sampai
menit ke 50
10. Disentrifuge
darah
dan
diukur
absorbansinya
spektrometer uv-vis.
11. Dihitung parameter-parameter farmakokinetiknya.
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
menggunakan
INTRAVENA
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Data Baku
C (ppm)
10
20
30
40
50
Abs
0,049
0,101
0,149
0,185
0,230
2. Data Sampel
t (menit)
10
20
30
40
50
Abs
0,179
0,164
0,139
0,116
0,091
B. Pembahasan
Dalam parameter farmakokinetik untuk obat yang diberikan secara
intravena akan ditentukan nilai k, t ½ , Vd, dan nilai AUC. Dimana K
adalah tetapan laju eliminasi yang merupakan kecepatan eliminasi obat
setelah masuk ke dalam system sirkulasi, t ½ adalah waktu paruh yaitu
waktu yang diperlukan agar jumlah obat dalam tubuh melarut setengah
dari dosis. Sedangkan Vd adalah volume distribusi yaitu volume obat
yang terdistribusi dan AUC (Area Under Curva) merupakan nilai yang
menggambarkan biovailabilitas obat dari jumlah dosis yang ada, dimana
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
INTRAVENA
bioavailabilitas obat merupakan jumlah obat yang mencapai system
sirkulasi sistemik secara utuh yang memberikan efek.
Untuk
obat
yang
diberikan
secara
intravena
parameter
farmakokinetik dari tetapan absorbsi tidak dihitung karena obat yang
diberikan secara intravena tidak mengalami fase absorbsi
melainkan
langsung terdistribusi melalui pembuluh darah.
Suatu obat yang diberikan dalam bentuk injeksi intravena (IV), maka
seluruh dosis obat masuk ke dalam tubuh melalui pembuluh darah dengan
segera, dan obat tersebut didistribusikan ke semua jaringan.
Adapun prinsip kerja dari alat sektrofotometer yaitu adanya interaksi
dari sampel dengan radiasi elektromagnetik sehingga sampel mengalami
eksitasi ketingkat yang lebih tinggi dan pada keadaan ini adalah titik stabil
dan akan kembali ketingkat normal dengan memancarkan energi-energi
ini terukur pada alat spektrofotometer. Mekanisme sentrifuge yaitu
pemisahan
supernatan
dengan
menghomogenkan
campuran
dan
didapatkan hasil yang jernih sehingga didapatkan supernatan.
Pada percobaan ini daerah sekitar tempat pengambilan darah diolesi
dengan alcohol sebelum diinjeksikan obat diinjeksikan obat parasetamol
dan
setelah diinjeksikan diolesi betadin sebagai antiseptic agar tidak
terjadi infeksi setelah itu sampel darah mulai diambil pada menit 10, 20,
30, 40 dan 50 masing-masing sebanyak 0,5 mL. Darah yang diperoleh
kemudian disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 10000 rpm dan
di ukur pada spektrofotometer uv-vis dan dicatat data yang diperoleh.
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
INTRAVENA
Parameter farmakokinetik yang diperoleh pada obat yang diberikan
secara intravena didapatkan mengikuti orde 0. Laju eliminasi yaitu
0,56/menit. Dan waktu paruh nya adalah 43,75 menit. Volume distribusinya
sebesar 209,734 mL. Jumlah obat yang terabsorbsi secara sistemik atau
%ekstrapolasi yang didapatkan yaitu 2,8%, artinya obat tersebut valid
karna kurang dari 20%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
INTRAVENA
Berdasarkan hasil perhitungan dari data obat parasetamol yang
diberikan
secara
intravena
elalui
rute
injeksi,
diperoleh
memiliki
%ekstrapolasi yang valid karena