PRAKTIKUM TITIK BEKU KIMIA PENURUNAN TITIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
PENURUNAN TITIK BEKU

OLEH:
KELOMPOK 02

SMA NEGERI 1 SINGARAJA
SINGARAJA – BALI
2015 / 2016

DATA KELOMPOK
Judul

: Pengaruh zat Terlarut terhadap Penurunan Titik Beku

Kelompok

: Kelompok 02

Ketua Kelompok


: Nama

: Made Ayu Puspa Mahendrayani

NIS

: 12647

Kelas

: XII MIA 7

No

: 05

NAMA ANGGOTA :
Nama

: Ni Putu Ayu Sri Laksmi Dewi


Kelas

: XII MIA 7

No

: 06

Nama

: Ni Luh Putu Ika Baktyarina

Kelas

: XII MIA 7

No

: 13


Nama

: Dion Kusuma

Kelas

: XII MIA 7

No

: 08

Nama

: Putu Ayu Widyaningsih

Kelas

: XII MIA 7


No

: 07

Nama

: Ida Ayu Rara Dwi Maharani

Kelas

: XII MIA 7

No

: 27

i

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat TUHAN yang maha esa, karena atas berkat dan
karunia beliau-lah laporan “Sifat Koligatif Larutan terhadap Penurunan Titik
Beku” dapat diselesaikan. Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk
memberikan gambaran mengenai salah satu Sifat Koligatif Larutan yaitu
Penurunan Titik Beku.
Pelaksanaan praktikum Penurunan Titik Beku diuraikan secara jelas pada
laporan kegiatan ini, diantaranya : tujuan yang hendak dicapai, sasaran praktikum,
waktu dan tempat serta output dari pelaksanaan praktikum.
Laporan ini dibuat dengan berbagai observasi dan bantuan dari berbagai
pihak tertentu untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
pengerjaan laporan ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
laporan praktikum ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
laporan ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan laporan selanjutnya.
Akhir kata semoga laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua.


Singaraja, 26 Agustus 2015
Team Penulis

ii

DAFTAR ISI

DATA KELOMPOK

i

KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG 4
1.2 JUDUL PRAKTIKUM 4
1.3 RUMUSAN MASALAH


4

1.4 TUJUAN PRAKTIKUM

4

1.5 MANFAAT PRAKTIKUM

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KAJIAN TEORI

5

2.1.1 PENGERTIAN SIFAT KOLIFATIF LARUTAN 5
2.1.2 PENGERTIAN TITIK BEKU
2.2 HIPOTESIS


7

BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 WAKTU PRAKTIKUM

8

3.2 ALAT DAN BAHAN 8
3.2.1 ALAT

8

3.2.2 BAHAN

8

3.3 LANGKAH KERJA

8


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PRAKTIKUM 9
4.2 PEMBAHASAN

9

BAB V PENUTUP
4.1 KESIMPULAN 11
4.2 SARAN 11
DAFTAR PUSTAKA

12

iii

6

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG


Di alam bebas, saat ditemukan suatu zat yang murni. Kebanyakan zat
tersebut yang telah tercampur dengan suatu sama yang lain, baik dalam bentuk
homogen atau heterogen salah satunya yaitu dalam bentuk larutan. Larutan
merupakan campuran dua zat atau lebih yang menyatu menjadi homogen.
Ada banyak hal yang menyebabkan larutan yang mempunyai sifat yang
berbeda dengan pelarutnya. Salah satu sifat terpenting dari larutan adalah sifat
koligatif larutan. Sifat koligatif larutan didefinisikan sebagai sifat fisik larutan
yang hanya ditentukan oleh jumlah partikel dalam larutan dan tidak tergantung
pada jenis partikelnya.
Adanya zat pelarut didalam pelarut menyebabkan perubahan sifat fisik
pelarut dan larutan tersebut. Sifat fisik yang mengalami perubahan misalnya,
penurunan tekanan uap, penurunan titik beku, kenaikan titik didih, dan tekanan
osmosis. Keempat sifat tersebut merupakan bagian dari sifat koligatif larutan.
1.2 JUDUL PRAKTIKUM

Pengaruh Zat Terlarut terhadap Penurunan Titik Beku
1.3 RUMUSAN MASALAH

1.3.1 Apa pengaruh zat terlarut terhadap titik beku larutan?

1.4 TUJUAN PRAKTIKUM

1.4.1 Untuk mengetahui pengaruh zat terlarut terhadap titik beku larutan
1.5 MANFAAT PRAKTIKUM

1.5.1 Praktikum ini dapat menambah wawasan mengenai bab Sifat Koligatif
Larutan utamanya tentang penurunan Titik Beku Larutan.

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

KAJIAN TEORI

2.1.1 Pengertian Sifat Koligatif Larutan
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada
macamnya zat terlarut tetapi bergantung pada jumlah atau kelompok partikel zat
terlarut (konsentrasi zat terlarut) di dalam larutan.
Sifat koligatif meliputi:
1.

Penurunan Tekanan Uap

2.

Kenaikan Titik Didih

3.

Penurunan Titik Beku

4.

Tekanan Osmotik

Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan
sifat Larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama
dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya
sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan
larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat
koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat
koligatif larutan elektrolit.
2.1.2 Pengertian Titik Beku
Titik beku adalah suhu dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap
padatannya. Titik beku larutan lebih rendah daripada titik beku pelarut murni. Hal
ini disebabkan zat pelarutnya harus membeku terlebih dahulu, baru zat
terlarutnya. Jadi larutan akan membeku lebih lama daripada pelarut. Setiap larutan
memiliki titik beku yang berbeda.
Titik beku suatu cairan akan berubah jika tekanan uap berubah, biasanya
diakibatkan oleh masuknya suatu zat terlarut atau dengan kata lain, jika cairan
tersebut tidak murni, maka titik bekunya berubah (nilai titik beku akan
berkurang).(Aprilia, 2012)
5

Penurunan titik beku adalah selisih antara titik beku pelarut dan titik beku
larutan dimana titik beku larutan lebih rendah dari titik beku pelarut. Titik beku
pelarut murni seperti yang kita tahu adalah 00C. dengan adanya zat terlarut
misalnya saja gula yang ditambahkan ke dalam air maka titik beku larutan ini
tidak akan sama dengan 0oC melainkan akan menjadi lebih rendah di bawah 0oC
itulah penyebab terjadinya penurunan titik beku yaitu oleh masuknya suatu zat
terlarut atau dengan kata lain cairan tersebut menjadi tidak murni, maka akibatnya
titik bekunya berubah (nilai titik beku akan berkurang) (Taufik, 2012)
Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan, sehingga jarak
antarpartikel sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya tarik
menarik antarmolekul yang sangat kuat. Adanya partikel-partikel dari zat terlarut
akan mengakibatkan proses pergerakan molekul-molekul pelarut terhalang,
akibatnya untuk dapat lebih mendekatkan jarak antar molekul diperlukan suhu
yang lebih rendah. Jadi titik beku larutan akan lebih rendah daripada titik beku
pelarut murninya. Perbedaan titik beku akibat adanya partikel-partikel zat terlarut
disebut penurunan titik beku (∆Tf). Penurunan titik beku larutan sebanding
dengan hasil kali molalitas larutan dengan tetapan penurunan titik beku pelarut
(Kf).
Dinyatakan dengan persamaan :
∆ Tf =Kf × m

Keterangan :

n
p(kg)
g 1000
∆ Tf =Kf × Mr ×
p (g)

∆Tf = penurunan titik beku

∆ Tf =Kf ×

Kf = tetapan penurunan titik beku
n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut

Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi dengan
penurunan titik bekunya atau Tf = Tfo - ∆Tf. (Pratiwi, 2013). Penurunan titik
beku ( DTf ) bila kebanyakkan larutan encer didinginkan, pelarut murni
terkritalisasi lebih dahulu sebelum ada zat terlarut yang mengkristalisasi suhu
dimana kristal-kristal pertama dalam keseimbangan dengan larutan disebut titik
beku larutan. Titik beku larutan demikian selalu lebih rendah dari titik beku
berbanding lurus dengan banyaknya molekul zat terlarut (molnya) di dalam massa

6

tertentu pelarut. Jadi penurunan titik beku (DTf ) = Kf . m, dimana m ialah
molalitas larutan. Jika persamaan ini berlaku sampai konsentrasi satu molal,
penurunan titik beku 1 m tiap non-elektrolit yang tersebut didalam pelarut itu =
Kf yang karena itu dinamakan tetapan titik beku molal (molal freesinapoint
constant) pelarut itu. Nilai numerik Kf = khas pelarut itu masing-masing
(Anonim, 2013).
2.2 HIPOTESIS

2.2.1 Zat terlarut dapat menurunkan titik beku suatu larutan, jika zat terlarutnya
elektrolit maka penurunan titik bekunya akan lebih besar dibandingkan
dengan zat terlarut yang nonelektrolit, hal ini disebabkan oleh vaktor Van
Hoof (i).

7

BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 WAKTU PRAKTIKUM

Tanggal Pratikum

: 24 Agustus 2015

Waktu

: 07.45 – 08.30 WIB

Tempat

: Lab. Kimia SMA Negeri 1 Singaraja

3.2 ALAT DAN BAHAN

3.2.1 Alat

:

1.

Gelas Kimia 500ml

2.

Tabung Reaksi

3.

Termometer (00 C s.d 1100 C)

3.2.2 Bahan

:

1.

Es Batu

2.

Garam (Padat)

3.

Larutan CaCl2 (1m,5ml)

4.

Aquades (5ml)

3.3 LANGKAH KERJA

1.

Siapkan alat dan bahan yang diperlukan

2.

Masukkan es batu dan garam ke dalam gelas kimia 500ml

3.

Masukkan larutan CaCl2 (1m, 5ml) ke dalam tabung reaksi

4.

Masukkan Aquades (5ml) ke dalam tabung reaksi

5.

Tempatkan Tabung Reaksi yang sudah diisi dengan Aquades (5ml) tadi

6.

Tunggu hingga aquades (5ml) mulai membeku

7.

Saat sudah mulai muncul bunga – bunga es, keluarkan tabung reaksi dari
gelas kimia 500ml tadi

8.

Segera ukur suhu dari aquades (5ml) menggunakan thermometer (0 0C –
1100C), lalu catat hasilnya

9.

Lakukan hal yang sama terhadap larutan CaCl2 (1m,5ml).

8

10. Bandingkan hasil pengamatan antara Aquades (sml) dan CaCl2 (1m,5ml)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
N
O
1.
2.
3.
4.
4.2

HASIL PRAKTIKUM
Larutan
Aquades (5ml)
CaCl2 (5ml)
NaCl (5ml)
Gula (5ml)

Molal (m)

Titik Beku

∆ Tf

1m
1m
1m

1℃
−2 ℃
−3 ℃
−1 ℃

3℃
4℃
2℃

PEMBAHASAN
Data yang dapat kami peroleh dari percobaan pengaruh zat terlarut
terhadap penurunan titik beku ialah dengan melakukan percobaan pada
larutan CaCl2 1m dan aquades, sehingga nantinya dapat dicari penurinan
titik beku dari CaCl2 1m dengan cara titik beku air dikurang titik beku
larutan (∆Tf). Sedangkan untuk percobaan pada larutan NaCl 1m dan
larutan gula dilakukan oleh kelompok lain.
Berdasarkan teori seharusnya penurunan titik beku larutan CaCl 2 1m
lebih besar didandingkan dengan larutan NaCl dan larutan gula karena
seperti yang telah kita ketahui factor Van’t Hoff (i) pada larutan CaCl2 1m
lebih besar dibandingkan larutan NaCl 1m, dengan rumus i = 1 + (n – 1) α.
Jadi, seharusnya penurunan titik beku untuk larutan CaCl2 1m lebih besar
dibandingkan NaCl 1m, beda halnya dengan larutan gula yang bersifat
non-elektrolit tidak dipengaruhi factor Van Hoof. Jadi, pada penurunan
titik beku larutan gula data yang kami peroleh sesuai denngan teori yang
ada tetapi pada larutan CaCl2 1m dan larutan NaCl tidak sesuai dengan
teori yang ada.

9

Perhitungan Faktor Van Hoof:
1.

NaCl

Na+ + Cl-

i = 1 + ( n – 1 ) α , α = 1 (karena elektrolit kuat)
i=1+(2–1)1
i=1+1
i=2
2.

CaCl2

Ca2+ + 2Cl-

i = 1 + ( n – 1 ) α , α = 1 (karena elektrolit kuat)
i=1+(3–1)1
i=1+2
i=3
Jadi, diperoleh ( i ) pada NaCl = 2 dan pada CaCl 2 = 3. Berdasarkan rumus
penurunan titik beku ∆Tf = Kf . m . i , maka jika nilai ( i ) besar, penurunan titik
didihnya besar (berbanding lurus). Pada perolehan data percobaan, tidak sesuai
dengan teori karena beberapa factor, contohnya pada saat larutan membeku, kita
tidak dapat memastikan secara pasti keadaan larutan mulai membeku, seharusnya
ketika larutan mulai membentuk bunga es titik bekunya harus segera diukur tetapi
karena keterbatasan dalam memastikan terbentuknya bunga es menyebabkan
adanya kesalahan dalam data percobaan (tidak sesuai teori).
Selain itu, mungkin saja terjadi kesalahan pembacaan skala thermometer
dikarenakan keterbatasan waktu, dan masing-masing dari kelompok tidak
melakukan percobaan pada semua jenis larutan, sehingga tidak mendapatkan hasil
data yang maximal, tetapi hanya mendapatkan data dari beberapa larutan sehingga
hal ini juga menyebabkan kesalahan dan ketidakpastian dalam mengambil dan
membandingkan data percobaan.

10

BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN

Semakin banyak waktu yang diberikan maka semakin rendah titik
beku yang dihasilkan. Dari percobaan yang telah kami lakukan, dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1.

Penurunan titik beku tidak tergantung pada komposisi kimia dari zat
tersebut tetapi tergantung pada jumlah partikel zat terlarut di dalam larutan,
kemolalan larutan, massa zat terlarut dan massa pelarutnya.

2.

Penurunan titik beku larutan elektrolit lebih besar dari larutan nonelektrolit
disebabkan adanya faktor Van’t Hoff.

3.

Perbedaan hasil pengukuran menurut teori dengan pengamatan langsung
disebabkan oleh ketidaktelitian dalam mengamati skala thermometer serta
pengaruh suhu luar.

5.2

Saran
Untuk melakukan praktikum ini, hal-hal yang harus diperhatikan
yaitu kebersihan alat-alat untuk melakukan praktikum agar saat
pengambilan data untuk laporan lebih akurat dan tepat. Teliti dalam
pengambilan data, menimbang bahan serta membaca thermometer sangat
penting.

11

DAFTAR PUSTAKA
Susilowati, Endang. 2009. Theory and Application of Chemistry 3 for Grade XII
of Senior High School and Islamic Senior High School.Solo: Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri
Retnowaty, Priscilla. 2009. SeribuPena KIMIA untuk SMA/MA Kelas XII.
Semarang: Erlangga
Rachmawati, M. Johari, J.M.C. 2008. KIMIA 3 SMA dan MA untuk Kelas XII.
Jakarta: Erlangga
Rudi.

2011.

Prakrikum

Sifat

Koligatif

Larutan.

https://www.academia.edu/8615405/LAPORAN_PRAKTIKUM_KIMIA_SIFAT
_KOLIGATIF_LARUTAN. diakses pada 23 Agustus 2015
Irawan, Ari. 2014. PENURUNAN TITIK BEKU LARUTAN. http://ariirawan4.blogspot.com/2014/05/penurunan-titik-beku-larutan.html. diakses pada
28 Agustus 2015.

12