Laporan Praktikum Farmakokinetik Oral Indonesia
ORAL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Farmakokinetik
dianggap
sebagai
aspek
farmakologi
yang
mencakup nasib obat dalam tubuh, yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme,
dan ekskresinya.
Efektivitas suatu senyawa obat pada pemakaian klinik berhubungan
dengan farmakokinetiknya, dan farmakokinetik suatu senyawa dari suatu
bentuk sediaan
ditentukan
oleh
ketersediaan
hayatinya
(bioavailabilitasnya). Bioavailibilitas adalah persentase zat aktif dalam
suatu produk obat yang tersediadalam sirkulasi sistemik dalam bentuk
utuh setelah pemberian obat tersebut, diukur dari kadarnya dalam darah
terhafap waktu atau dari ekskresinyadalam urin.
Rute
pemberian
obat
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi efek obat, karena karakteristik lingkungan fisiologis
anatomi dan biokimia yang berbeda pada daerah kontak obat dan tubuh
karakteristik ini berbeda karena jumlah suplai darah yang berbeda; enzimenzim dan getah-getah fisiologis yang terdapat di lingkungan tersebut
berbeda. Hal-hal ini menyebabkan bahwa jumlah obat yang dapat
mencapai lokasi kerjanya dalam waktu tertentu akan berbeda, tergantung
dari rute pemberian obat.
Seorang farmasis dituntut untuk melakukan praktikum penetapan
parameter
farmakokinetik
AYU MELINDA
15020140081
obat
dosis
tunggal.
ANDRI
Untuk
mengetahui
ORAL
parameter farmakokinetik obat secara oral yang diujikan pada tikus
(Rattus norvegicus).
B. Maksud Pecobaan
Menganalisis dan mempelajari parameter Farmakokinetik obat
Parasetamol® di dalam tubuh yang diberikan secara oral.
C. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui parameter farmakokinetik obat setelah pemberian
dosis tunggal obat Parasetamol® pada hewan coba tikus (Rattus
norvegicus) melalui rute oral.
D. Prinsip percobaan
Penentuan parameter farmokinetik oral meliputi tetapan eliminasi (k),
waktu paruh (t1/2), Volume distribusi (Vd), tetapan laju absorpsi (K a),
Cpmax, Tmax, onset, durasi dan area di bawah kurva (AUC) dengan
menggunakan obat Parasetamol® secara oral pada hewan coba tikus
(Rattus norvegicus).
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Farmakokinetika adalah ilmu dari kinetika absorbsi, distribusi dan
eliminasi (yakni ekskresi dan metabolisme) obat. Deskripsi distribusi dan
eliminasi obat sering disebut disposisi obat. Karakterisasi disposisi obat
merupakan suatu persyaratan pentinguntuk penentuan atau modifikasi
aturan pendosisan untuk individual (Shargel, 2012).
Dalam
arti
sempit
farmakokinetika
khususnya
mempelajari
perubahan-perubahan konsentrasi dari obat dan metabolitnya di dalam
darah dan jaringan sebagai fungsi dari waktu (Tjay, 2007).
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh
atau efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yakni
absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi (Ganiswara, 2007).
Sebelum obat yang diberikan pada pasien yang tiba di dalam tubuh
obat mengalami banyak proses obat yang dapat dibagi dalam tiga
tingkatan yaitu fase biofarmasi, fase farmakokinetik, fase farmakodinamik
(Ganiswarna, 2005).
Mekanisme interaksi obat secara umum dibagi menjadi interaksi
farmakokinetika dan farmakodinamika. Beberapa jenis obat belum
diketahui mekanisme interaksinya secara tepat (unknown). Interaksi
farmakokinetik terjadi jika salah satu obat mempengaruhi absorpsi,
distribusi, metabolisme, atau eksresi obat kedua sehingga kadar plasma
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
kedua obat meningkat atau menurun. Akibatnya terjadi peningkatan
toksisitas atau penurunan efektifitas obat tersebut (Utami, 2013).
Absorpsi, distribusi, biofarmasi (metabolisme) dan eliminasi suatu
obat dari tubuh merupakan proses yang dinamis yang kontinyu dari suatu
obat dimakan dan sampai semua obat tersebut hilang dari tubuh. Laju dari
terjadi proses-proses ini merupakan onset, serta intensitasnya dan lama
kerjanya
obat
dalam
tubuh.
Seluruh
proses
ini
disebut
proses
farmakokinetik (Ganiswarna, 2005).
Adapun parameter farmakokinetik yang digunakan untuk mengetahui
bioavabilitas suatu obat adalah (Ganiswarna, 2005) :
1.
Daerah dibawah kurva (Area Under Curva) adalah
integritasi batas obat di dalam darah dari waktu t = o hingga t, dimana
besar AUC berbanding lurus dengan jumlah total obat yang diabsorbsi.
AUC merupakan salahsatu parameter untuk menentukan bioavabilitas.
Cara yang paling sederhana untuk menghitung AUC adalah dengan
metode trapezoid.
2.
Volume
distribusi
adalah
suatu
parameter
farmakokinetik yang menggambarkan luas dan intensitas distribusi obat
dalam tubuh. Volume distribusi bukan merupakan vilume yang
sesungguhnya dari ruang yang ditempati obat dalam tubuh, tetapi
hanya volume tubuh. Besarnya volume distribusi dapat digunakan
sebagai gambaran, tingkat distribusi obat dalam darah.
3.
Konsentrasi
Tinggi
Puncak
(Cpmax)
adalah
konsentrasi dari obat maksimum yang diamati dalam plasma darah dan
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
serum pemberian dosis obat. Jumlah obat biasanya dinyatakan dalam
batasan konsentrasinya sehubungan dengan volume spesifik dari
darah, serum dan plasma.
4.
Waktu Puncak (tmax) adalah waktu yang dibutuhkan
unsure untuk mencapai level obat maksimum dalam darah (t max). serta
parameter ini menunjukan laju absorsi obat dari formulasi. Laju
absorbsi obat, menentukan waktu diperlukan untuk dicapai konsentrasi
efektif
minimum
dan
dengan
demikian
untuk
awal
dari
efek
farmakolpgis yang dikendaki.
5.
Waktu paruh obat (t½) adah gambaran waktu yang
dibutuhkan untuk suatu level aktivitas obat dan emnjadi separuh dari
leval asli atau level yang dikendaki
6.
Tetapan absorbsi (Ka) adalah parameter yang
mengambarkan laju absorbsi suatu obat, dimana agar suatu obat
diabsorbsi mula-mula obat harus larut dalam cairan.
7.
Tetapan eliminasi (K) adalah parameter yang
gambarkan laju eliminasi suatu obat tubuh. Dengan ekskresinya obat
dan metabolit obat, aktivitas dan keberadaan obat dalam tubuh dapat
dikatakan berakhir.
Metode pemberian obat yang paling dikenal, paling tidak di UK,
adalah secara oral. Tablet, kapsul, atau cairan oral ditelan, dan begitu
berada didalam lambung, tablet atau kapsul tersebut hancur dan
melepaskan zat aktif obat. Menariknya, suatu obat dianggap tidak berada
di dalam tubuh sampai obat tersebut diabsorpsi melintasi dinding usus
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
dan masuk kedalam aliran darah. Usus data dianggap sebagai suatu
tabung cekung yang melalui tubuh, terbuka pada kedua ujungnya (sangat
diharapkan tidak terbuka pada saat yang bersamaan), dan sama halnya,
isi usus dianggap berada di luar tubuh. Pelintasan obat kedalam tubuh
harus dicapai melalui absorpsi melewati membrane bioogi, untuk rute
pemberian obat secara oral, membrane biologi yang dimaksud adalah
membrane sel yang melapisi dinding lambung dan usus (Cairns, 2008).
Distribusi obat ke seluruh tubuh terjadi saat obat mencapai sitkulasi.
Selanjutnya obat harus masuk ke jaringan untuk bekerja (Neal, 2006).
Oral adalah berkenaan dengan mulut; dimasukkan lewat atau dipakai
pada mulut (Dorland, 2011).
Oral. Sebagian besar obat diabsorbsi melalui jalur ini dan cara ini
paling banyak digunakan karena kenyamanannya. Akan tetapi, beberapa
obat ( Misalnya benzilpenisilin, insulin) dirusak oleh asam atau enzim
dalam usus dan harus diberikan secara parenteral (Neal, 2006).
Pemberian obat melalui mulut memberi banyak keuntungan bagi
pasien, obat oral mudah diberikan dan dapat membatasi jumlah infeksi
sistemis yang dapat mempersulit tata laksana. Selain itu, toksisitas atau
overdosis karena pemberian oral dapat diatasi dengan pemberian antidot,
seperti arang aktif. Dipihak lain, jaras yang terlibat dalam absorpsi obat
adalah yang terumit, dan obat terpapar dengan kondisi pencernaan
saluran cerna yang kasar sehingga absorpsi terbatas. Beberapa obat
diabsorpsi mulai dari lambung, namun, duodenum merupakan pintu
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
masuk utama menuju sirkulasi sistemis karena permukaan absorpsinya
lebih besar (Harvey, 2009).
Bila dibandingkan melalui rute lain, rute oral lebih menyenangkan,
murah serta aman walaupun responnya lebih lambat dan absorpsinya
tidak teratur karena tergantung pada beberapa faktor, antara lain
(Syamsuni, 2006) :
1. Jumlah dan jenis makanan yang ada di saluran lambung
2. Kemungkinan obat dapat dirusak oleh reaksi asam lambung atau
enzim-enzim pencernaan. Misalnya, insulin harus diberikan dengan
cara injeksi karena dapat dirusak oleh enzim proteolitik pada saluran
gastrointestinal.
3. Keadaan penderita muntah-muntah atau koma
4. Kerja awal yang cepat dikehendaki sehingga tidak memungkinkan
pemberian secara oral.
Metabolisme obat biasanya terjadi dalam hati melalui satu atau dua
jenis reaksi. Tahap 1 reaksi umumnya membuat molekul obat lebih polar
dan larut dalamair sehingga mudah dieliminasi oleh ginjal. Tahap
modifikasi termasuk oksidasi, hidrolisis dan reduksi. Tahap II reaksi
melibatkan konjugasi untuk membentuk glucuronides, asetat atau sulfat
(Dipiro, 2008).
Reaksi ini umumnya menonaktivkan aktivitas farmakologi obat dan
membuatnya lebih cepat dieliminasi oleh ginjal. Organ lain yang memiliki
kemampuan untuk mengeliminasi obat atau metabolit dari badan. Ginjal
bisa mengekskresi obat dengan filtrasi glomerulus atau proses aktif
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
seperti sekresi tubular proksimal. Obat juga dapat dieliminasi melalui
empedu yang diproduksi oleh hati atau pengeluaran udara oleh paru-paru
(Dipiro, 2008).
B. Uraian Bahan dan Obat
1. Air suling (Ditjen POM,1979)
Nama resmi
: Aqua Destillata
Sinonim
: Air suling/ Aquades
RM/BM
: H2O/18,02
Pemerian
: Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan
: Sebagai pelarut
2. Alkohol (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi
: Aethanolum
Sinonim
:
RM/BM
: C2H6OH/46,07
Pemerian
: Cairan tidak berwarna, jernih, mudah
Alkohol
menguap, dan mudah bergerak, bau khas,
rasa panas. Mudah terbakar dengan
memberikan
nyala
biru
yang
tidak
berasap.
Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air, dalam
kloroform P dan eter P.
Penyimpanan
AYU MELINDA
15020140081
: Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api.
ANDRI
ORAL
Kegunaan
: Sebagai antiseptic
3. Na. CMC (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi
: NATRII
CARBOXYMETHYLCOLLULOSUM
Nama Lain
: Natrium karboksimetilselulosa
RM/BM
: C23H46N2O6.H2SO4.H2O/694,85
Pemerian
: Serbuk atau butiran putih atau putih kuning
gading tidak berbau, higroskopik.
Kelarutan
: mudah
mendispersi
dalam
air,
membentuk suspense koloidal, tidak larut
dalam etanol (95%) P, dalam eter dan
dalam pelarut organik
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan
: Sebagai pelarut
4. Parasetamol® (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi
: ACETAMINOPHENUM
Nama Lain
: Asetaminofen, paracetamol
RM/BM
: C8H9NO2/151,16
Pemerian
: Hablur atau serbuk, hablur putih, tidak
berbau rasa pahit.
Kelarutan
: Larut dalam 27 bagian air, dalam 7 bagian
etanol (95%) P, dalam 13 bagian aseton
P, dalam 40 bagian gliserol
Penyimpanan
AYU MELINDA
15020140081
: Dalam wadah tertutup rapat.
ANDRI
ORAL
Kegunaan
: Sebagai sampel
Farmakokinetik
: Parasetamol cepat diabsorbsi dari saluran
pencernaan, dengan kadar serum puncak
dicapai dalam 30-60 menit. Waktu paruh
kira-kira 2 jam. Metabolisme di hati,
sekitar 3 % diekskresi dalam bentuk tidak
berubah
melalui
urin
dan
80-90
%
dikonjugasi dengan asam glukoronik atau
asam sulfurik kemudian diekskresi melalui
urin dalam satu hari pertama; sebagian
dihidroksilasi
menjadi
N
asetil
benzokuinon yang sangat reaktif dan
berpotensi menjadi metabolit berbahaya.
Pada dosis normal
bereaksi
dengan
gugus sulfhidril dari glutation menjadi
substansi nontoksik. Pada dosis besar
akan berikatan dengan sulfhidril dari
protein hati (Lusiana Darsono 2002).
Indikasi
: Parasetamol
merupakan
pilihan
lini
pertama bagi penanganan demam dan
nyeri sebagai antipiretik dan analgetik.
Parasetamol digunakan bagi nyeri yang
ringan sampai sedang (Cranswick 2000).
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
Kontra Indikasi
: Penderita gangguan fungsi hati yang berat
dan penderita hipersensitif terhadap obat
ini (Yulida 2009).
C. Uraian Hewan Coba
a. Klasifikasi (Ningsih,2009)
Kingdom
: Animalia
Divisio
: Vertebrata
Class
: Mamalia
Ordo
: Rodentia
Famili
: Muridae
Genus
: Orytolagus
Spesies
: Rattus norvegicus
b. Karakteristik Hewan Coba (Ningsih, 2009)
Pubertas
: 4 bulan
Masa beranak
: Mei – September
Masa hamil
: 28-36 hari
Jumlah sekali lahir
: 5-6 ekor
Lama hidup
: 8 tahun
Masa tumbuh
: 4-6 bulan
Masa laktasi
: 3 -4
Frekuensi kelahiran
: 38,5-39,5 Pertahun
Suhu tubuh (̊C)
: 50̊ - 60̊
Tekanan darah
:5
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
BAB III
METODOLOGI DAN PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan
Adapun alat yang digunakan yaitu alat sentrifug, hansaplast,
gunting bedah, spektrofotometer, spoit 1 ml, tabung Eppendorf,
timbangan, vial dan Restainer.
b. Bahan yang digunakan
Adapun bahan yang digunakanyaitu aquadest, alcohol, betadine,
NaCMC, Paracetamol® ,tissue.
B. Prosedur Kerja
a. Pembuatan Bahan Praktikum
1. Disiapkan bahan.
2. Diambil parasetamol tablet, digerus, kemudian ditimbang berat ratarata.
3. Dihitung
berat
parasetamol
yang
dibutuhkan,
ditimbang
parasetamol.
4. Di masukkan dalam Erlenmeyer, di larutkan hingga batas tanda.
b. Penyiapan Hewan Coba
1. Disiapkan tikus putih sebanyak 5
2. Dipuasakan selama 6-8 jam
3. Ditimbang masing-masing berat tikus.
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
c. Perlakuan Hewan Coba
1. Disiapkan alat dan hewan coba
2. Ditimbang berat tikus untuk mengetahui volume pemberian obat
3. Diberikan
air
suling
kemudian
diberikan
obat
secara
oral
menggunakan kanula tikus.
4. Diambil darah melalui ekor tikus, dengan perbedaan waktu 10 menit.
d. Cara kerja
1. Sebelumnya, disiapkan alat dan bahan sebelum percobaan
dilakukan.
2. Diambil tikus yang sebelumnya telah ditimbang.
3. Diberikan air suling 1 mL kemudian diberikan obat parasetamol
secara oral, dengan volume 0,9 mL.
4. Dimasukkan dalam restainer, diberi alkohol pada ujung ekor tikus
kemudian digunting sedikit ujung ekor tikus.
5. Diambil darah dan disimpan dalam tabung effendorf. Dilakukan lagi,
dengan perbedaan waktu interval 10 menit.
6. Disentrifuge darah dan diukur absorbansinya pada spektrometer uvvis.
7. Dihitung parameter-parameter dalam oral.
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Data Baku
C (ppm)
10
20
30
40
50
Abs
0,049
0,101
0,149
0,185
0,23
2. Data Sampel
t (menit)
10
20
30
40
50
Abs
0,089
0,124
0,158
0,120
0,052
B. Pembahasan
Farmakokinetika mempelajari kinetika absorbsi obat, distribusi dan
eliminasi (yakni ekskresi dan metabolisme). Uraian dari distribusi dan
eliminasi obat sering diistilahkan sebagai disposisi obat.
Oleh karena itu penting bagi seorang praktian farmasi untuk
mengetahui dan mempelajari farmakokinetik dari suatu sediaan obat, agar
dapat mengetahui proses awal mula kerja awat sampai obat tidak berefek
dalam tubuh dan agar sediaan obat yang diberikan dapat diketahui proses
distribusi dan volume distribusinya secara intravena di dalam tubuh.
Proses mulai dari masuknya obat ke dalam tubuh sampai
dikeluarkan kembali disebut farmakokinetik. Termasuk dalam proses
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
farmakokinetik ialah absorbsi, distribusi, biotransformasi / metabolisme
dan ekskresi obat. Untuk menghasilkan efek, suatu obat harus terdapat
dalam kadar yang tepat pada tempat obat itu bekerja. Unuk mencapai
tempat kerja, suatu obat harus melewati berbagai membran sel tubuh.
Hewan coba yang digunakan pada percobaan ini adalah Tikus
(Rattus norvegicus) karena tikus mempunyai fisiologi tubuh yang hampir
sama dengan manusia. Pada percobaan ini obat yang digunakan adalah
Parasetamol® tablet yang dilarutkan dengan Na CMC.
Langkah pertama yang dilakukan disiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan. Diberi obat paracetamol pada tikus secara oral sesuai
dengan volume pemberian Lalu diambil darah tikus pada menit 10, 20, 30,
40, dan 50. Disentrifuge darah tikus dengan kecepatan 10.000 rpm
selama 10 menit dan ukur di spektrofotometer untuk mendapatkan nilai
absorban.
Dicatat
data
dan
hitung
parameter
parameter
farmakokinetiknya.
Berdasarkan hasil perhitungan dari data obat yang diberikan secara
oral, diperoleh hasil data yaitu nilai Ke sebesar 1,325 menit-1, nilai t1/2
sebesar 29,528 menit, waktu paruh yang diperoleh tidak sesuai dengan
literatur yang ada dimana dinyatakan bahwa, t1/2 untuk paracetamol yaitu
1-2 jam. Nilai Ka sebesar 2,187 menit-1, nilai tmaks sebesar 1,914 menit,
nilai Vd sebesar 266,573 mL, nilai cpmaks sebesar 5,179 µg/mL, dan %AUC
sebesar 0,7%.
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
Karena hasil dari % AUC ektrapolasi tidak lebih dari 20% maka bisa
di anggap sebagai parameter karena tidak melebihi persyaratan yang
lebih kurang dari 20 % atau data tersebut valid.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
Berdasarkan hasil perhitungan dari data obat yang diberikan secara
oral diperoleh Ke sebesar 1,325 menit-1, nilai t1/2 sebesar 29,528 menit,
waktu paruh yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur yang ada dimana
dinyatakan bahwa, t1/2 untuk paracetamol yaitu 1-2 jam. Nilai Ka sebesar
2,187 menit-1, nilai tmaks sebesar 1,914 menit, nilai Vd sebesar 266,573 mL,
nilai cpmaks sebesar 5,179 µg/mL, dan %AUC sebesar 0,7% data tersebut
valid karena pada literature data yang valid adalah data yang %AUC nya
≤20%
B. Saran
Sebaiknya praktikan lebih tenang dan tertib pada saat praktikum
berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. “Penuntun Praktikum Farmakokinetik”. Universitas Muslim
Indonesia : Makassar
Cairns, Donald. 2008. “Intisari Kimia Farmasi (edisi II)”. Penerbit Buku
Kedokteran, EGC : Jakarta
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
Dipiro, Joseph T. 2008. “Pharmacoteraphy (edisi 7)”. The MC Graw Hill
Companies:New York
Ditjen POM. 1979. “Farmakope Indonesia (edisi III)”. Departemen
Kesehatan RI : Jakarta
Dorland, W.A. Newman. 2011. “Kamus Saku Kedokteran Dorland (edisi
28)”. Penerbit Buku Kedokteran, EGC : Jakarta
Ganiswarna, Sulistia G. 2009. ”Farmakologi dan Terapi (Edisi V)”. Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta
Harvey, A Richard. 2012. “Farmakologi Ulasan Bergambar (edisi 4)”
EGC : Jakarta
Neal, M.J. 2006. “At Glance Farmakologi Medis (edisi lima)”. Penerbit
Erlangga: Jakarta
Shargel, Leon. Andrew BC dan Yu. 2012. “Biofarmaseutika dan
Farmakokinetik Terapan (edisi kelima)”. Airlangga University
Press : Surabaya
Syamsuni, H. 2006. “Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi”. Penerbit
Buku Kedokteran, EGC : Jakarta
Tjay, Tan Hoan dan Raharja Kirana. 2007. “Obat-obat Penting”. Elex
Media Komputindo :Jakarta
Utami, M.G. 2013. “Analisis Potensi Interaksi Obat Antidiabetik Oral pada
Pasien di Instalasi Rawat Jalan Akses Rumah Sakit Dokter
Soedarso Pontianak”. Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura : Pontianak
LAMPIRAN
SKEMA KERJA
Disiapkan hewan coba (tikus)
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
Diinduksi obat parasetamol® melalui rute oral
Diambil darahnya, dan disimpan dalam tabung effendorf yang berisi EDTA
Diambil lagi darah pada menit ke 10, 20, 30, 40 dan 50’
disentrifuge sampel, dan diukur absorbansinya pada spektrofotmeter UVVis
Dicatat datanya dan hitung parameter farmakokinetiknya
PERHITUNGAN DOSIS OBAT
Untuk mencari dosis obat jadi dikonversikan
Dosis obat PCT = 500 mg
500mg
Dosis manusia = 6 o kgBB = 8,333 mg/kgBB
37
Dosis umum tikus = 8,333 mg/kgBB × 6 = 51,386 mg/kgBB
51,386
Dosis maks = 1000 × 200 gr = 10,277mg
Jadi dosis obat = 10,277mg =10277 µg
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
PERHITUNGAN PARAMETER FARMAKOKINETIK
Data Kurva Baku
C (ppm)
Absorban
10
0,049
20
0,101
30
0,149
40
0,185
50
0,230
Hasil regresi
a = 0,009
b = 0,004
r = 0,998065112
Data Kurva Sampel
t (menit)
Absorban
Cp(µg/mL)
Log cp(µg/mL)
10
0,089
20
1,301
20
0,124
28,75
1,458
30
0,158
37,25
1,571
40
0,120
27,75
1,443
50
0,052
10,75
1,031
Cp =
Absorban−a
b
Rumus yang digunakan untuk mencari nilai Log Cp
Log Cp = nilai cp yang telah dilogkan
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
Hasil regresi 3 data terakhir :
Orde 0 (t vs Cp)
Orde 1 (t vs log Cp)
a = 78,25
a = 2,428
b = -1,325
b = -0,027
r = -0,986911572
r = -0,956861412
Data ini mengikuti orde 0
1. Ke = -b
= -(-1,325)
= -1,325/menit
2. t1/2 =
=
0,5 . a
ke
0,5 .78,25
1,325
= 29,528 menit
3. Ka
10
Cp
lama
20
20
28,75
51,75
23
30
37,25
38,5
1,25
t
Cp baru
Cp diff
65
45
Cp baru
y
=a+bx
y1
= 78,25 + (-1,325 x 10) = 65µg/mL
y2
= 78,25 + (-1,325 x 20) = 51,75 µg/mL
y3
= 78,25 + (-1,325 x 30) = 38,5 µg/mL
Cp diff
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
Menit 10
: 65 – 20 = 45 µg/mL
Menit 20
: 51,75 – 28,75 = 23 µg/mL
Menit 30
: 38,5 – 37,25 = 1,25 µg/mL
Absorbansi (t vs Cp diff)
a = 66,833
b = -2,187
r = -0,999
Ka = -(b)
= -(-2,187)
= 2,187/menit
4. tmaks =
(ka /ke)
ka−ke
2,187
( 1,325 )
=
(2,187−1,325)
1,650
= 0,862
= 1,914 menit
5. Vd =
F x Do x ka
a (ka−ke)
=
0,8 x 10277 x 2,187
78,25(0,862)
=
17980,639
67,451
= 266,573 ml
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
6. Cpmaks = [A.e-ke.tmaks] – [B.e-ka.tmaks]
= [78,25 e-1,325 x 1,914] – [66,833.e-2,187 x 1,914]
= [78,25 . 0,079] – [66,833 . 0,015]
= 6,181 – 1,002
= 5,179 µg/mL
7. AUC
tn
a. [ AUC ]tn−1=
Cpn+Cpn−1
(tn - tn-1)
2
tn
Menit 10 dan 20 [ AUC ]tn−1=
[ AUC ]20
10
=
Cpn+Cpn−1
(tn - tn-1)
2
20+28,75
(20–10)
2
= 243,75 µg menit/mL
tn
Menit 20 dan 30 [ AUC ]tn−1 =
[ AUC ]30
20
=
Cpn+Cpn−1
(tn - tn-1)
2
37,25+28,75
(30-20)
2
= 330 µg menit/mL
tn
Menit 30 dan 40 [ AUC ]tn−1 =
40
[ AUC ]30
=
Cpn+Cpn−1
(tn - tn-1)
2
27,5+37,25
(40 - 30)
2
= 325 µg menit/mL
tn
Menit 40 dan 50 [ AUC ]tn−1 =
[ AUC ]50
40
=
Cpn+Cpn−1
(tn - tn-1)
2
10,75+ 27,75
(50-40)
2
= 192,5 µg menit/mL
∑AUC = 243,75 + 330 + 325 + 192,5
= 1091,25 µg menit/mL
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
t∞
b.[ AUC ]tn
CPn
= Ke
10,75
= 1,325 = 8,113 µg menit/mL
F . Do
t∞
c. [ AUC ]t 0 = Vd . Ke
0,8 x 10277
= 266,573 x 1,325
8221,6
= 329,217
= 24,973 µg menit/mL
d. % AUC ekstrapolasi =
[ AUC ] ttn∞
x 100%
∑ AUC
8,113
= 1091,25 x 100 %
= 0,7 %
Jadi, data yang didapatkan valid karna kurang dari 20%.
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Farmakokinetik
dianggap
sebagai
aspek
farmakologi
yang
mencakup nasib obat dalam tubuh, yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme,
dan ekskresinya.
Efektivitas suatu senyawa obat pada pemakaian klinik berhubungan
dengan farmakokinetiknya, dan farmakokinetik suatu senyawa dari suatu
bentuk sediaan
ditentukan
oleh
ketersediaan
hayatinya
(bioavailabilitasnya). Bioavailibilitas adalah persentase zat aktif dalam
suatu produk obat yang tersediadalam sirkulasi sistemik dalam bentuk
utuh setelah pemberian obat tersebut, diukur dari kadarnya dalam darah
terhafap waktu atau dari ekskresinyadalam urin.
Rute
pemberian
obat
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi efek obat, karena karakteristik lingkungan fisiologis
anatomi dan biokimia yang berbeda pada daerah kontak obat dan tubuh
karakteristik ini berbeda karena jumlah suplai darah yang berbeda; enzimenzim dan getah-getah fisiologis yang terdapat di lingkungan tersebut
berbeda. Hal-hal ini menyebabkan bahwa jumlah obat yang dapat
mencapai lokasi kerjanya dalam waktu tertentu akan berbeda, tergantung
dari rute pemberian obat.
Seorang farmasis dituntut untuk melakukan praktikum penetapan
parameter
farmakokinetik
AYU MELINDA
15020140081
obat
dosis
tunggal.
ANDRI
Untuk
mengetahui
ORAL
parameter farmakokinetik obat secara oral yang diujikan pada tikus
(Rattus norvegicus).
B. Maksud Pecobaan
Menganalisis dan mempelajari parameter Farmakokinetik obat
Parasetamol® di dalam tubuh yang diberikan secara oral.
C. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui parameter farmakokinetik obat setelah pemberian
dosis tunggal obat Parasetamol® pada hewan coba tikus (Rattus
norvegicus) melalui rute oral.
D. Prinsip percobaan
Penentuan parameter farmokinetik oral meliputi tetapan eliminasi (k),
waktu paruh (t1/2), Volume distribusi (Vd), tetapan laju absorpsi (K a),
Cpmax, Tmax, onset, durasi dan area di bawah kurva (AUC) dengan
menggunakan obat Parasetamol® secara oral pada hewan coba tikus
(Rattus norvegicus).
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Farmakokinetika adalah ilmu dari kinetika absorbsi, distribusi dan
eliminasi (yakni ekskresi dan metabolisme) obat. Deskripsi distribusi dan
eliminasi obat sering disebut disposisi obat. Karakterisasi disposisi obat
merupakan suatu persyaratan pentinguntuk penentuan atau modifikasi
aturan pendosisan untuk individual (Shargel, 2012).
Dalam
arti
sempit
farmakokinetika
khususnya
mempelajari
perubahan-perubahan konsentrasi dari obat dan metabolitnya di dalam
darah dan jaringan sebagai fungsi dari waktu (Tjay, 2007).
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh
atau efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yakni
absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi (Ganiswara, 2007).
Sebelum obat yang diberikan pada pasien yang tiba di dalam tubuh
obat mengalami banyak proses obat yang dapat dibagi dalam tiga
tingkatan yaitu fase biofarmasi, fase farmakokinetik, fase farmakodinamik
(Ganiswarna, 2005).
Mekanisme interaksi obat secara umum dibagi menjadi interaksi
farmakokinetika dan farmakodinamika. Beberapa jenis obat belum
diketahui mekanisme interaksinya secara tepat (unknown). Interaksi
farmakokinetik terjadi jika salah satu obat mempengaruhi absorpsi,
distribusi, metabolisme, atau eksresi obat kedua sehingga kadar plasma
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
kedua obat meningkat atau menurun. Akibatnya terjadi peningkatan
toksisitas atau penurunan efektifitas obat tersebut (Utami, 2013).
Absorpsi, distribusi, biofarmasi (metabolisme) dan eliminasi suatu
obat dari tubuh merupakan proses yang dinamis yang kontinyu dari suatu
obat dimakan dan sampai semua obat tersebut hilang dari tubuh. Laju dari
terjadi proses-proses ini merupakan onset, serta intensitasnya dan lama
kerjanya
obat
dalam
tubuh.
Seluruh
proses
ini
disebut
proses
farmakokinetik (Ganiswarna, 2005).
Adapun parameter farmakokinetik yang digunakan untuk mengetahui
bioavabilitas suatu obat adalah (Ganiswarna, 2005) :
1.
Daerah dibawah kurva (Area Under Curva) adalah
integritasi batas obat di dalam darah dari waktu t = o hingga t, dimana
besar AUC berbanding lurus dengan jumlah total obat yang diabsorbsi.
AUC merupakan salahsatu parameter untuk menentukan bioavabilitas.
Cara yang paling sederhana untuk menghitung AUC adalah dengan
metode trapezoid.
2.
Volume
distribusi
adalah
suatu
parameter
farmakokinetik yang menggambarkan luas dan intensitas distribusi obat
dalam tubuh. Volume distribusi bukan merupakan vilume yang
sesungguhnya dari ruang yang ditempati obat dalam tubuh, tetapi
hanya volume tubuh. Besarnya volume distribusi dapat digunakan
sebagai gambaran, tingkat distribusi obat dalam darah.
3.
Konsentrasi
Tinggi
Puncak
(Cpmax)
adalah
konsentrasi dari obat maksimum yang diamati dalam plasma darah dan
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
serum pemberian dosis obat. Jumlah obat biasanya dinyatakan dalam
batasan konsentrasinya sehubungan dengan volume spesifik dari
darah, serum dan plasma.
4.
Waktu Puncak (tmax) adalah waktu yang dibutuhkan
unsure untuk mencapai level obat maksimum dalam darah (t max). serta
parameter ini menunjukan laju absorsi obat dari formulasi. Laju
absorbsi obat, menentukan waktu diperlukan untuk dicapai konsentrasi
efektif
minimum
dan
dengan
demikian
untuk
awal
dari
efek
farmakolpgis yang dikendaki.
5.
Waktu paruh obat (t½) adah gambaran waktu yang
dibutuhkan untuk suatu level aktivitas obat dan emnjadi separuh dari
leval asli atau level yang dikendaki
6.
Tetapan absorbsi (Ka) adalah parameter yang
mengambarkan laju absorbsi suatu obat, dimana agar suatu obat
diabsorbsi mula-mula obat harus larut dalam cairan.
7.
Tetapan eliminasi (K) adalah parameter yang
gambarkan laju eliminasi suatu obat tubuh. Dengan ekskresinya obat
dan metabolit obat, aktivitas dan keberadaan obat dalam tubuh dapat
dikatakan berakhir.
Metode pemberian obat yang paling dikenal, paling tidak di UK,
adalah secara oral. Tablet, kapsul, atau cairan oral ditelan, dan begitu
berada didalam lambung, tablet atau kapsul tersebut hancur dan
melepaskan zat aktif obat. Menariknya, suatu obat dianggap tidak berada
di dalam tubuh sampai obat tersebut diabsorpsi melintasi dinding usus
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
dan masuk kedalam aliran darah. Usus data dianggap sebagai suatu
tabung cekung yang melalui tubuh, terbuka pada kedua ujungnya (sangat
diharapkan tidak terbuka pada saat yang bersamaan), dan sama halnya,
isi usus dianggap berada di luar tubuh. Pelintasan obat kedalam tubuh
harus dicapai melalui absorpsi melewati membrane bioogi, untuk rute
pemberian obat secara oral, membrane biologi yang dimaksud adalah
membrane sel yang melapisi dinding lambung dan usus (Cairns, 2008).
Distribusi obat ke seluruh tubuh terjadi saat obat mencapai sitkulasi.
Selanjutnya obat harus masuk ke jaringan untuk bekerja (Neal, 2006).
Oral adalah berkenaan dengan mulut; dimasukkan lewat atau dipakai
pada mulut (Dorland, 2011).
Oral. Sebagian besar obat diabsorbsi melalui jalur ini dan cara ini
paling banyak digunakan karena kenyamanannya. Akan tetapi, beberapa
obat ( Misalnya benzilpenisilin, insulin) dirusak oleh asam atau enzim
dalam usus dan harus diberikan secara parenteral (Neal, 2006).
Pemberian obat melalui mulut memberi banyak keuntungan bagi
pasien, obat oral mudah diberikan dan dapat membatasi jumlah infeksi
sistemis yang dapat mempersulit tata laksana. Selain itu, toksisitas atau
overdosis karena pemberian oral dapat diatasi dengan pemberian antidot,
seperti arang aktif. Dipihak lain, jaras yang terlibat dalam absorpsi obat
adalah yang terumit, dan obat terpapar dengan kondisi pencernaan
saluran cerna yang kasar sehingga absorpsi terbatas. Beberapa obat
diabsorpsi mulai dari lambung, namun, duodenum merupakan pintu
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
masuk utama menuju sirkulasi sistemis karena permukaan absorpsinya
lebih besar (Harvey, 2009).
Bila dibandingkan melalui rute lain, rute oral lebih menyenangkan,
murah serta aman walaupun responnya lebih lambat dan absorpsinya
tidak teratur karena tergantung pada beberapa faktor, antara lain
(Syamsuni, 2006) :
1. Jumlah dan jenis makanan yang ada di saluran lambung
2. Kemungkinan obat dapat dirusak oleh reaksi asam lambung atau
enzim-enzim pencernaan. Misalnya, insulin harus diberikan dengan
cara injeksi karena dapat dirusak oleh enzim proteolitik pada saluran
gastrointestinal.
3. Keadaan penderita muntah-muntah atau koma
4. Kerja awal yang cepat dikehendaki sehingga tidak memungkinkan
pemberian secara oral.
Metabolisme obat biasanya terjadi dalam hati melalui satu atau dua
jenis reaksi. Tahap 1 reaksi umumnya membuat molekul obat lebih polar
dan larut dalamair sehingga mudah dieliminasi oleh ginjal. Tahap
modifikasi termasuk oksidasi, hidrolisis dan reduksi. Tahap II reaksi
melibatkan konjugasi untuk membentuk glucuronides, asetat atau sulfat
(Dipiro, 2008).
Reaksi ini umumnya menonaktivkan aktivitas farmakologi obat dan
membuatnya lebih cepat dieliminasi oleh ginjal. Organ lain yang memiliki
kemampuan untuk mengeliminasi obat atau metabolit dari badan. Ginjal
bisa mengekskresi obat dengan filtrasi glomerulus atau proses aktif
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
seperti sekresi tubular proksimal. Obat juga dapat dieliminasi melalui
empedu yang diproduksi oleh hati atau pengeluaran udara oleh paru-paru
(Dipiro, 2008).
B. Uraian Bahan dan Obat
1. Air suling (Ditjen POM,1979)
Nama resmi
: Aqua Destillata
Sinonim
: Air suling/ Aquades
RM/BM
: H2O/18,02
Pemerian
: Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan
: Sebagai pelarut
2. Alkohol (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi
: Aethanolum
Sinonim
:
RM/BM
: C2H6OH/46,07
Pemerian
: Cairan tidak berwarna, jernih, mudah
Alkohol
menguap, dan mudah bergerak, bau khas,
rasa panas. Mudah terbakar dengan
memberikan
nyala
biru
yang
tidak
berasap.
Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air, dalam
kloroform P dan eter P.
Penyimpanan
AYU MELINDA
15020140081
: Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api.
ANDRI
ORAL
Kegunaan
: Sebagai antiseptic
3. Na. CMC (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi
: NATRII
CARBOXYMETHYLCOLLULOSUM
Nama Lain
: Natrium karboksimetilselulosa
RM/BM
: C23H46N2O6.H2SO4.H2O/694,85
Pemerian
: Serbuk atau butiran putih atau putih kuning
gading tidak berbau, higroskopik.
Kelarutan
: mudah
mendispersi
dalam
air,
membentuk suspense koloidal, tidak larut
dalam etanol (95%) P, dalam eter dan
dalam pelarut organik
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan
: Sebagai pelarut
4. Parasetamol® (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi
: ACETAMINOPHENUM
Nama Lain
: Asetaminofen, paracetamol
RM/BM
: C8H9NO2/151,16
Pemerian
: Hablur atau serbuk, hablur putih, tidak
berbau rasa pahit.
Kelarutan
: Larut dalam 27 bagian air, dalam 7 bagian
etanol (95%) P, dalam 13 bagian aseton
P, dalam 40 bagian gliserol
Penyimpanan
AYU MELINDA
15020140081
: Dalam wadah tertutup rapat.
ANDRI
ORAL
Kegunaan
: Sebagai sampel
Farmakokinetik
: Parasetamol cepat diabsorbsi dari saluran
pencernaan, dengan kadar serum puncak
dicapai dalam 30-60 menit. Waktu paruh
kira-kira 2 jam. Metabolisme di hati,
sekitar 3 % diekskresi dalam bentuk tidak
berubah
melalui
urin
dan
80-90
%
dikonjugasi dengan asam glukoronik atau
asam sulfurik kemudian diekskresi melalui
urin dalam satu hari pertama; sebagian
dihidroksilasi
menjadi
N
asetil
benzokuinon yang sangat reaktif dan
berpotensi menjadi metabolit berbahaya.
Pada dosis normal
bereaksi
dengan
gugus sulfhidril dari glutation menjadi
substansi nontoksik. Pada dosis besar
akan berikatan dengan sulfhidril dari
protein hati (Lusiana Darsono 2002).
Indikasi
: Parasetamol
merupakan
pilihan
lini
pertama bagi penanganan demam dan
nyeri sebagai antipiretik dan analgetik.
Parasetamol digunakan bagi nyeri yang
ringan sampai sedang (Cranswick 2000).
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
Kontra Indikasi
: Penderita gangguan fungsi hati yang berat
dan penderita hipersensitif terhadap obat
ini (Yulida 2009).
C. Uraian Hewan Coba
a. Klasifikasi (Ningsih,2009)
Kingdom
: Animalia
Divisio
: Vertebrata
Class
: Mamalia
Ordo
: Rodentia
Famili
: Muridae
Genus
: Orytolagus
Spesies
: Rattus norvegicus
b. Karakteristik Hewan Coba (Ningsih, 2009)
Pubertas
: 4 bulan
Masa beranak
: Mei – September
Masa hamil
: 28-36 hari
Jumlah sekali lahir
: 5-6 ekor
Lama hidup
: 8 tahun
Masa tumbuh
: 4-6 bulan
Masa laktasi
: 3 -4
Frekuensi kelahiran
: 38,5-39,5 Pertahun
Suhu tubuh (̊C)
: 50̊ - 60̊
Tekanan darah
:5
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
BAB III
METODOLOGI DAN PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan
Adapun alat yang digunakan yaitu alat sentrifug, hansaplast,
gunting bedah, spektrofotometer, spoit 1 ml, tabung Eppendorf,
timbangan, vial dan Restainer.
b. Bahan yang digunakan
Adapun bahan yang digunakanyaitu aquadest, alcohol, betadine,
NaCMC, Paracetamol® ,tissue.
B. Prosedur Kerja
a. Pembuatan Bahan Praktikum
1. Disiapkan bahan.
2. Diambil parasetamol tablet, digerus, kemudian ditimbang berat ratarata.
3. Dihitung
berat
parasetamol
yang
dibutuhkan,
ditimbang
parasetamol.
4. Di masukkan dalam Erlenmeyer, di larutkan hingga batas tanda.
b. Penyiapan Hewan Coba
1. Disiapkan tikus putih sebanyak 5
2. Dipuasakan selama 6-8 jam
3. Ditimbang masing-masing berat tikus.
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
c. Perlakuan Hewan Coba
1. Disiapkan alat dan hewan coba
2. Ditimbang berat tikus untuk mengetahui volume pemberian obat
3. Diberikan
air
suling
kemudian
diberikan
obat
secara
oral
menggunakan kanula tikus.
4. Diambil darah melalui ekor tikus, dengan perbedaan waktu 10 menit.
d. Cara kerja
1. Sebelumnya, disiapkan alat dan bahan sebelum percobaan
dilakukan.
2. Diambil tikus yang sebelumnya telah ditimbang.
3. Diberikan air suling 1 mL kemudian diberikan obat parasetamol
secara oral, dengan volume 0,9 mL.
4. Dimasukkan dalam restainer, diberi alkohol pada ujung ekor tikus
kemudian digunting sedikit ujung ekor tikus.
5. Diambil darah dan disimpan dalam tabung effendorf. Dilakukan lagi,
dengan perbedaan waktu interval 10 menit.
6. Disentrifuge darah dan diukur absorbansinya pada spektrometer uvvis.
7. Dihitung parameter-parameter dalam oral.
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Data Baku
C (ppm)
10
20
30
40
50
Abs
0,049
0,101
0,149
0,185
0,23
2. Data Sampel
t (menit)
10
20
30
40
50
Abs
0,089
0,124
0,158
0,120
0,052
B. Pembahasan
Farmakokinetika mempelajari kinetika absorbsi obat, distribusi dan
eliminasi (yakni ekskresi dan metabolisme). Uraian dari distribusi dan
eliminasi obat sering diistilahkan sebagai disposisi obat.
Oleh karena itu penting bagi seorang praktian farmasi untuk
mengetahui dan mempelajari farmakokinetik dari suatu sediaan obat, agar
dapat mengetahui proses awal mula kerja awat sampai obat tidak berefek
dalam tubuh dan agar sediaan obat yang diberikan dapat diketahui proses
distribusi dan volume distribusinya secara intravena di dalam tubuh.
Proses mulai dari masuknya obat ke dalam tubuh sampai
dikeluarkan kembali disebut farmakokinetik. Termasuk dalam proses
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
farmakokinetik ialah absorbsi, distribusi, biotransformasi / metabolisme
dan ekskresi obat. Untuk menghasilkan efek, suatu obat harus terdapat
dalam kadar yang tepat pada tempat obat itu bekerja. Unuk mencapai
tempat kerja, suatu obat harus melewati berbagai membran sel tubuh.
Hewan coba yang digunakan pada percobaan ini adalah Tikus
(Rattus norvegicus) karena tikus mempunyai fisiologi tubuh yang hampir
sama dengan manusia. Pada percobaan ini obat yang digunakan adalah
Parasetamol® tablet yang dilarutkan dengan Na CMC.
Langkah pertama yang dilakukan disiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan. Diberi obat paracetamol pada tikus secara oral sesuai
dengan volume pemberian Lalu diambil darah tikus pada menit 10, 20, 30,
40, dan 50. Disentrifuge darah tikus dengan kecepatan 10.000 rpm
selama 10 menit dan ukur di spektrofotometer untuk mendapatkan nilai
absorban.
Dicatat
data
dan
hitung
parameter
parameter
farmakokinetiknya.
Berdasarkan hasil perhitungan dari data obat yang diberikan secara
oral, diperoleh hasil data yaitu nilai Ke sebesar 1,325 menit-1, nilai t1/2
sebesar 29,528 menit, waktu paruh yang diperoleh tidak sesuai dengan
literatur yang ada dimana dinyatakan bahwa, t1/2 untuk paracetamol yaitu
1-2 jam. Nilai Ka sebesar 2,187 menit-1, nilai tmaks sebesar 1,914 menit,
nilai Vd sebesar 266,573 mL, nilai cpmaks sebesar 5,179 µg/mL, dan %AUC
sebesar 0,7%.
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
Karena hasil dari % AUC ektrapolasi tidak lebih dari 20% maka bisa
di anggap sebagai parameter karena tidak melebihi persyaratan yang
lebih kurang dari 20 % atau data tersebut valid.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
Berdasarkan hasil perhitungan dari data obat yang diberikan secara
oral diperoleh Ke sebesar 1,325 menit-1, nilai t1/2 sebesar 29,528 menit,
waktu paruh yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur yang ada dimana
dinyatakan bahwa, t1/2 untuk paracetamol yaitu 1-2 jam. Nilai Ka sebesar
2,187 menit-1, nilai tmaks sebesar 1,914 menit, nilai Vd sebesar 266,573 mL,
nilai cpmaks sebesar 5,179 µg/mL, dan %AUC sebesar 0,7% data tersebut
valid karena pada literature data yang valid adalah data yang %AUC nya
≤20%
B. Saran
Sebaiknya praktikan lebih tenang dan tertib pada saat praktikum
berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. “Penuntun Praktikum Farmakokinetik”. Universitas Muslim
Indonesia : Makassar
Cairns, Donald. 2008. “Intisari Kimia Farmasi (edisi II)”. Penerbit Buku
Kedokteran, EGC : Jakarta
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
Dipiro, Joseph T. 2008. “Pharmacoteraphy (edisi 7)”. The MC Graw Hill
Companies:New York
Ditjen POM. 1979. “Farmakope Indonesia (edisi III)”. Departemen
Kesehatan RI : Jakarta
Dorland, W.A. Newman. 2011. “Kamus Saku Kedokteran Dorland (edisi
28)”. Penerbit Buku Kedokteran, EGC : Jakarta
Ganiswarna, Sulistia G. 2009. ”Farmakologi dan Terapi (Edisi V)”. Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta
Harvey, A Richard. 2012. “Farmakologi Ulasan Bergambar (edisi 4)”
EGC : Jakarta
Neal, M.J. 2006. “At Glance Farmakologi Medis (edisi lima)”. Penerbit
Erlangga: Jakarta
Shargel, Leon. Andrew BC dan Yu. 2012. “Biofarmaseutika dan
Farmakokinetik Terapan (edisi kelima)”. Airlangga University
Press : Surabaya
Syamsuni, H. 2006. “Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi”. Penerbit
Buku Kedokteran, EGC : Jakarta
Tjay, Tan Hoan dan Raharja Kirana. 2007. “Obat-obat Penting”. Elex
Media Komputindo :Jakarta
Utami, M.G. 2013. “Analisis Potensi Interaksi Obat Antidiabetik Oral pada
Pasien di Instalasi Rawat Jalan Akses Rumah Sakit Dokter
Soedarso Pontianak”. Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura : Pontianak
LAMPIRAN
SKEMA KERJA
Disiapkan hewan coba (tikus)
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
Diinduksi obat parasetamol® melalui rute oral
Diambil darahnya, dan disimpan dalam tabung effendorf yang berisi EDTA
Diambil lagi darah pada menit ke 10, 20, 30, 40 dan 50’
disentrifuge sampel, dan diukur absorbansinya pada spektrofotmeter UVVis
Dicatat datanya dan hitung parameter farmakokinetiknya
PERHITUNGAN DOSIS OBAT
Untuk mencari dosis obat jadi dikonversikan
Dosis obat PCT = 500 mg
500mg
Dosis manusia = 6 o kgBB = 8,333 mg/kgBB
37
Dosis umum tikus = 8,333 mg/kgBB × 6 = 51,386 mg/kgBB
51,386
Dosis maks = 1000 × 200 gr = 10,277mg
Jadi dosis obat = 10,277mg =10277 µg
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
PERHITUNGAN PARAMETER FARMAKOKINETIK
Data Kurva Baku
C (ppm)
Absorban
10
0,049
20
0,101
30
0,149
40
0,185
50
0,230
Hasil regresi
a = 0,009
b = 0,004
r = 0,998065112
Data Kurva Sampel
t (menit)
Absorban
Cp(µg/mL)
Log cp(µg/mL)
10
0,089
20
1,301
20
0,124
28,75
1,458
30
0,158
37,25
1,571
40
0,120
27,75
1,443
50
0,052
10,75
1,031
Cp =
Absorban−a
b
Rumus yang digunakan untuk mencari nilai Log Cp
Log Cp = nilai cp yang telah dilogkan
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
Hasil regresi 3 data terakhir :
Orde 0 (t vs Cp)
Orde 1 (t vs log Cp)
a = 78,25
a = 2,428
b = -1,325
b = -0,027
r = -0,986911572
r = -0,956861412
Data ini mengikuti orde 0
1. Ke = -b
= -(-1,325)
= -1,325/menit
2. t1/2 =
=
0,5 . a
ke
0,5 .78,25
1,325
= 29,528 menit
3. Ka
10
Cp
lama
20
20
28,75
51,75
23
30
37,25
38,5
1,25
t
Cp baru
Cp diff
65
45
Cp baru
y
=a+bx
y1
= 78,25 + (-1,325 x 10) = 65µg/mL
y2
= 78,25 + (-1,325 x 20) = 51,75 µg/mL
y3
= 78,25 + (-1,325 x 30) = 38,5 µg/mL
Cp diff
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
Menit 10
: 65 – 20 = 45 µg/mL
Menit 20
: 51,75 – 28,75 = 23 µg/mL
Menit 30
: 38,5 – 37,25 = 1,25 µg/mL
Absorbansi (t vs Cp diff)
a = 66,833
b = -2,187
r = -0,999
Ka = -(b)
= -(-2,187)
= 2,187/menit
4. tmaks =
(ka /ke)
ka−ke
2,187
( 1,325 )
=
(2,187−1,325)
1,650
= 0,862
= 1,914 menit
5. Vd =
F x Do x ka
a (ka−ke)
=
0,8 x 10277 x 2,187
78,25(0,862)
=
17980,639
67,451
= 266,573 ml
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
6. Cpmaks = [A.e-ke.tmaks] – [B.e-ka.tmaks]
= [78,25 e-1,325 x 1,914] – [66,833.e-2,187 x 1,914]
= [78,25 . 0,079] – [66,833 . 0,015]
= 6,181 – 1,002
= 5,179 µg/mL
7. AUC
tn
a. [ AUC ]tn−1=
Cpn+Cpn−1
(tn - tn-1)
2
tn
Menit 10 dan 20 [ AUC ]tn−1=
[ AUC ]20
10
=
Cpn+Cpn−1
(tn - tn-1)
2
20+28,75
(20–10)
2
= 243,75 µg menit/mL
tn
Menit 20 dan 30 [ AUC ]tn−1 =
[ AUC ]30
20
=
Cpn+Cpn−1
(tn - tn-1)
2
37,25+28,75
(30-20)
2
= 330 µg menit/mL
tn
Menit 30 dan 40 [ AUC ]tn−1 =
40
[ AUC ]30
=
Cpn+Cpn−1
(tn - tn-1)
2
27,5+37,25
(40 - 30)
2
= 325 µg menit/mL
tn
Menit 40 dan 50 [ AUC ]tn−1 =
[ AUC ]50
40
=
Cpn+Cpn−1
(tn - tn-1)
2
10,75+ 27,75
(50-40)
2
= 192,5 µg menit/mL
∑AUC = 243,75 + 330 + 325 + 192,5
= 1091,25 µg menit/mL
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI
ORAL
t∞
b.[ AUC ]tn
CPn
= Ke
10,75
= 1,325 = 8,113 µg menit/mL
F . Do
t∞
c. [ AUC ]t 0 = Vd . Ke
0,8 x 10277
= 266,573 x 1,325
8221,6
= 329,217
= 24,973 µg menit/mL
d. % AUC ekstrapolasi =
[ AUC ] ttn∞
x 100%
∑ AUC
8,113
= 1091,25 x 100 %
= 0,7 %
Jadi, data yang didapatkan valid karna kurang dari 20%.
AYU MELINDA
15020140081
ANDRI