Macam Model Metode Pembelajaran Id
41 MACAM MODEL METODE
PEMBELAJARAN EFEKTIF
August 2, 2014 by teguhtw
Populernya model metode pembelajaran ceramah dan 41 model pembelajaran yang sering
terlupakan….
Berikut akan saya paparkan macam-macam metode pembelajaran yang efektif untuk dapat
dilaksanakan. Khususnya para pendidik atau juga para calon pendidik. Selama ini kita hanya
familiar atau bahkan selalu hanya menggunakan metode seperti ceramah. padahal banyak sekali
selain metode tersebut yang dapat digunakan dan efektif dalam usaha meningkatkan pemahaman
peserta didik terhadap materi yang kita sampaikan dan pada akhirnya tujuan dari pembelajaran
yang sudah kita tetapkan di awal tercapai dengan baik dan akan tecipta pembelajaran yang
berkualitas serta tercipta pengalaman-pengalaman yang menarik.
Selanjutnya anda dapat mengklik metode di bawah ini, karena dalam micro teaching di daftar
mata kuliah saya dan termasuk kedalam pembahasan kependidikan jadi disini akan dijelaskan
secara singat untuk masing-masing metode tersebut.
1. EXAMPLE NON EXAMPLE
Contoh dapat dari kasus/ gambar yang relevan dengan KD
2. PICTURE NON PICTURE
3. NUMBERED HEADS TOGETHER
(Kepala bernomor, Spencer Kagan 1992)
4. COOPERATIVE SCRIPT
(Dansereau Cs 1985)
5. KEPALA BERNOMOR STRUKTUR
(Modifikasi dari number heads)
6. STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
Tim siswa kelompok prestasi
7. JIGSAW -MODEL TIM AHLI
(Aronssn – Braney – Stephen – Sikes – and Snapp 1978)
8. PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)
Pembelajaran berdasarkan masalah
9. ARTIKULASI
10. MIND MAPPING
11. MAKE – A MATCH
mencari pasangan (lorna Curran 1994)
12. THINK PIR AND SHARE
13. DEBATE
14. ROLE PLAYING
15. GROUP INVESTIGATION
Sharan 1992
16. TALKING STICK
17. BERTUKAR PASANGAN
18. SNOWBALL THROWING
19. STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING
Siswa/ peserta mempresentasikan ide/ pendapat pada rekan peserta lainnya
20. COURSE REVIEW HORAY
21. DEMONSTRATION DAN EKSPERIMEN
( Khusus materi yang memerlukan peragaan atau percobaan misalnya Gussen )
22. EXPLISIT INSTRUCTION
Pengajaran langsung ( Rosenshina and Stevens 1986 )
23. COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)
Kooperative membaca dan menulis (Steven and Slavin 1995)
24. INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE (LINGKARAN KECIL-LINGKARAN BESAR)
oleh Spencer Kagan
25. COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)
26. WORD SQUARE
27. SCRAMBLE
28. TAKE AND GIVE
29. CONSEPT SENTENCES
30. COMPLETTE SENTENCE
31. TIME TOKEN AREND 1998
32. PAIR CECKS SPENCER KAGEN 1993
33. ROUND CLUB (KELILING KELOMPOK)
34. TARI BAMBU
35. DUA TINGGAL DUA TAMU (TWO STRAY TWO STRAY)
SPENCER KAGAN 1992)
36. STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS)
37. PEMBELAJARAN OTENTIK (OUTENTIC LEARNING)
38. NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)
38. INQUIRY
39. MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
40. BERBASIS PROYEK DAN TUGAS
41. PEMBELAJARAN BERBASIS JASA DAN LAYANAN (SERVICE LEARNING)
Model Pembelajaran EXAMPLE NON EXAMPLE
EXAMPLE NON EXAMPLE
1. Pengertian
Model Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa di sebut example and non-example
merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media
pembelajaran. Metode Example non Example adalah metode yang menggunakan media gambar
dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir
kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contohcontoh gambar yang disajikan.
Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar
tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar.
Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih menekankan pada konteks
analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan
di kelas rendah dengan menenkankan aspek psikoligis dan tingkat perkembangan siswa kelas
rendah seperti :
a. kemampuan berbahasa tulis dan lisan,
b. kemampuan analisis ringan, dan
c. kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya
Model Pembelajaran Example Non Example menggunakan gambar dapat melalui OHP,
Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan haruslah
jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat
dengan jelas.
B. Ciri-ciri
Metode Example non Example juga merupakan metode yang mengajarkan pada siswa untuk
belajar mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua
cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga
dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example and Nonexample adalah taktik yang dapat
digunakan untuk mengajarkan definisi konsep.
Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat
dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non-example dari suatu definisi konsep
yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang
ada.
– Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang
sedang dibahas, sedangkan
– non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang
sedang dibahas.
Metode Example non Example penting dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu
konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari sifat fisiknya.
Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-example diharapkan akan dapat
mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada.
C Kelebihan dan Kekurangan.
Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode Example non Example antara lain:
1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman
konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek.
2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk
membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari Example non Example
3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep
dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa
bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.
Kebaikan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.
1. Langkah-langkah :
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisa gambar
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut
dicatat pada kertas
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan
yang ingin dicapai
7. Kesimpulan
MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
Salah satu model yang saat ini populer dalam pembelajaran adalah Model Pembelajaran Picture
and Picture ini merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan
sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh. Model
pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan
dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model apapun yang
digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif
setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat
peserta didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya harus menimbulkan minat kepada peserta didik
untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan
metoda, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses
pembelajaran.
Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran.
Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses
pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu
atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar. Atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT
dalam menggunakan Power Point atau software yang lain.
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and
picture adalah sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan
dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok
mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di
antara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran yaitu
dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara
seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi
bermakna.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi Dasar
mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh
mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indicator-indikator
ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh
peserta didik.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan
momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari
sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini
belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat
siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya.
Dengan Picture atau gambar kita akan menghemat energy kita dan siswa akan lebih mudah
memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangakan selanjutnya sebagai guru dapat
memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan
tertentu.
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar
menjadi urutan yang logis.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang
kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa
merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan.
Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutan, dibuat, atau dimodifikasi.
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan
indicator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain
untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan
pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain
dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indicator
yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indicator yang telah ditetapkan.
7. Kesimpulan/rangkuman
Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai penguatan materi
pelajaran
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Picture and Picture:
Kelebihan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
3. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan
memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir,
4. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.
5. Siswa dilibatkan daiam perencanaan dan pengelolaan kelas
Kekurangan:
1. Memakan banyak waktu
2. Banyak siswa yang pasif.
3. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.
4. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain
5. Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai
KESIMPULAN
Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar
dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif,
Kreatif, dan Menyenangkan. Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media
dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses
pembelajaran.
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and
picture adalah sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan
dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok
mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di
antara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk siswa secara bergantian untuk mengurutkan gambar-gambar secara logis
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan/rangkuman
Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT, Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan
diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya
kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat
secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian
besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta
berdiskusi untuk memecahkan masalah
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan
oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan
yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan
tipe NHT yaitu :
1. Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar
belakang.
3. Pengembangan keterampilan social
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai
pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan
sebagainya.
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Numbered Heads Together adalah sebagai
berikut :
Kelebihan:
– Setiap siswa menjadi siap semua
– Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
– Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
– Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama..
– Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000:
29), dengan tiga langkah yaitu :
a) Pembentukan kelompok;
b) Diskusi masalah;
c) Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam
langkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario
Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa.
Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda.
Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras,
suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok
digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan
dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan
meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS
atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat
spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor
yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan
dengan materi yang disajikan.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil
belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :
Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
1. Memperbaiki kehadiran
2. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
3. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
4. Konflik antara pribadi berkurang
5. Pemahaman yang lebih mendalam
6. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
7. Hasil belajar lebih tinggi
KESIMPULAN
Model pembelajaran ini baik digunakan karena model ini mengajarkan kepada siswa untuk lebih
siap dalam menguasai materi serta belajar menerima keanekaragaman dengan kelompok lain,
karna dalam model ini siswa dituntut untuk berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah.
Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk setiap pokok bahasan, karena
setia model atau metode mengajar masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan oleh
karenanya guru dituntut untuk pandai memilih model pembelajaran yang sesuai.
Metode Belajar Cooperative script
metode belajar Cooperative script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan
mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa
yang berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide
pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi /
menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal
ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya,
serta lakukan seperti di atas.
6. Kesimpulan guru.
7.
Kelebihan:
Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
Setiap siswa mendapat peran.
Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan:
Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya
sebatas pada dua orang tersebut).
model pembelajaran Kepala bernomor struktur
Model pembelajaran Kepala bernomor struktur
1. Pengertian
Untuk mengembangkan potensi to live together salah satunya melalui model
pembelajaran kooperatif. Aktivitas pembelajaran kooperatif menekankan pada kesadaran
siswa perlu belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep, keterampilan kepada
siswa yang membutuhkan atau anggota lain dalam kelompoknya, sehingga belajar
kooperatif dapat saling menguntungkan antara siswa yang berprestasi rendah dan siswa
yang berprestasi tinggi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Slavin (Ibrahim, 2000:16) tentang pengaruh
pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar pada semua tingkat kelas dan semua bidang studi
menunjukkan bahwa kelas kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih
tinggi dibandingkan kelompok kontrol.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu tipe NHT (Numbered Heads Together). Model
ini dapat dijadikan alternatif variasi model pembelajaran sebelumnya. Dibentuk kelompok
heterogen, setiap kelompok beranggotakan 3-5 siswa, setiap anggota memiliki satu nomor, guru
mengajukan pertanyaan untuk didiskusikan bersama dalam kelompok. Guru menunjuk salah satu
nomor untuk mewakili kelompoknya. Menurut Muhammad Nur (2005) model pembelajaran
kooperatif tipe NHT pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok dengan ciri
khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa
memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini
menjamin keterlibatan total semua siswa. Cara ini upaya yang sangat baik untuk meningkatkan
tanggung jawab individual dalam dalam diskusi kelompok.
Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada
aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang
akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh
Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif
struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung
pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan
alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk
kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti
ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan
kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008). Menurut Kagan (2007) model
pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi,
mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih
produktif dalam pembelajaran.
2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran Kepala bernomor
struktur)
Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu ia akan memilih manakah
model pembelajaran yang tepat diberikan untuk materi pelajaran tertentu.
Ciri-ciri pembelajaran kepala bernomer struktur sebagai berikut:
1) Penomoran
Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa
nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah
siswa di dalam kelompok.
2) Pengajuan Pertanyaan
Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa.
Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang di
pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat
umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.
3) Berpikir Bersama
Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama untuk
menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua
anggota mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan.
4) Pemberian Jawaban
Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok
yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas,
kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut,
selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan
berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban
tersebut.
3. Langkah – langkah Kepala bernomor struktur
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang
berangkai Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan
soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya
3. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari
kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam
kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil
kerja sama mereka
4. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
5. Kesimpulan
4. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kepala bernomor struktur
5. Kelebihan dan kekurangan
1) Kelebihan
a. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Mampu memperdalam pamahaman siswa.
c. Melatih tanggung jawab siswa.
d. Menyenangkan siswa dalam belajar.
e. Mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
f. Meningkatkan rasa percaya diri siwa.
g. Mengembangkan rasa saling memiliki dan kerjasama.
h. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.
i. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
j. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat pelajaran menempati
jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.
2) Kelemahan
a. Ada siswa yang takut diintimidasi bila Memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila
kenyataannya siswa lain kurang mampu menguasai materi)
b. Ada siswa yang mengambil jalan pintas dengan meminta tolong pada temannya untuk
mencarikan jawabnya.Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu .
c. Apabila pada satu nomer kurang maximal mengerjakan tugasnya, tentu saja mempengaruhi
pekerjaan pemilik tugas lain pada nomer selanjutnya.
Model Pembelajaran STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
Model Pembelajaran STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
Model pembelajaran STAD termasuk model pembelajaran kooperatif. Semua model
pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur
penghargaan. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatifsiswa didorong
untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperaif adalah
prestasi belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari
temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
1. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE STAD
1.
Menurut wina (2008:242) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil,yaitu antara 4-5 orang yang
mempunyai latar belakang kemampuan akademik,jenis kelamin,ras atau suku yang berbeda
(heterogen)
2.
Johnson (dalam Etin Solihatin,2005 :4 ) menyatakan bahwa :pembelajaran kooperatif
adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja
sama.
3.
Slavin ( dalam Wina,2008:242) mengemukakan dua alasan bahwa : pembelajaran
kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki pembelajaran selama
ini. Pertama,beberapa penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat menngkatkan kemampuan hubungan
sosial,menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain,serta dapat meningkatkan
harga diri.kedua,pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam
belajar,berfikir,memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.
2. Prinsip Pembelajaran Kooperatif sebagai berikut.
a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan
dalam kelompoknya.
b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok
mempunyai tujuan yang sama.
c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama
diantara anggota kelompoknya.
d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
f.
Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
3. Ciri Pembelajaran Kooperatif
Masih menurut Nur dalam Chotimah (2007), ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai
a. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi
dasar yang akan dicapai.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat
kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender.
c. Penghargaan menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.
4. Sintaks Model Pembelajaran STAD
Langkah-langkah model pembelajaran STAD dapat dilihat pada tabel 2.1 seperti
Tabel 2.1 Enam Langkah Model Pembelajaran STAD
Langkah
Indikator
Tingkah laku guru
Langkah 1
Menyampaikan tujuan dan
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan
mengkomunikasikan
kompetensi dasar
memotivasi siswa
yang akan dicapai serta
memotivasi siswa
Guru menyajikan informasi
kepada siswa
Menyajikan informasi
Langkah 2
Guru menginformasikan
pengelom-pokkan
Siswa
Langkah 3
Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok- kelompok
belajar
Membimbimg kelompok belajar
Langkah 4
Guru memotivasi serta
memfasilitasi kerja siswa dalam
kelompok-kelompok belajar
Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang
materi pembelajaran yang telah
dilaksanakan
Evaluasi
Langkah 5
Guru memberi penghargaan
hasil belajar
individual dan kelompok
Langkah 6
Memberikan penghargaan
Model pembelajaran STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan temantemannya di Universitas
John Hopkins. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5
orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri atas laki-laki dan perempuan, berasal dari
berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Anggota tim menggunakan
lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya
dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui diskusi
dan kuis.
Sintaks model Pembelajaran STAD dalam Chotimah (2007) antara lain :
a. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.
b. Guru menyajikan pelajaran.
c. Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok
d. Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada anggota kelompok
lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
e. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab
kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu.
f. Guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki nilai/poin
g. Guru memberikan evaluasi.
h. Penutup.
Dalam STAD, penghargaan kelompok didasarkan atas skor yang didapatkan oleh
kelompok dan skor kelompok ini diperoleh dari peningkatan individu dalam setiap kuis.
Sumbangan poin peningkatan siswa terhadap kelompoknya didasarkan atas ketentuan
pada tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2 Kriteria Pemberian Skor Peningkatan STAD
Skor Kuis
Poin peningkatan
Lebih dari 10 point di bawah skor dasar
5
1-10 point di bawah skor dasar
10
Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar
20
Lebih dari 10 poin di atas skor dasar
30
Hasil sempurna (tidak mempertimbangkan skor dasar
30
Catatan: Nilai kuis sebelumnya dapat digunakan sebagai skor dasar
(Sumber:Slavin, 1995 dalam Parlan, 2006:17)
Skor kelompok untuk setiap kelompok didasarkan pada sumbangan poin peningkatan
yang diperoleh oleh setiap anggota kelompok yaitu dengan menjumlah seluruh poin
peningkatan anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Penghargaan
kelompok diberikan dengan empat kriteria seperti pada tabel 2.3 berikut.
Tabel 2.3 Predikat Keberhasilan Kelompok
Kriteria
Nilai Perkembangan
Excellent
22,6 – 30
The best teams
15,1 – 22,5
Good teams
7,6 – 15,0
General teams
≥7,5
(Sumber: Slavin, 1995 dalam Supriyo, 2008:50)
5. Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran Tipe STAD
A)
Kelebihan model pembelajaran Kooperatif STAD
Menurut Davidson (dalam Nurasma,2006:26) :
a)
Meningkatkan kecakapan individu
b)
Meningkatkan kecakapan kelompok
c)
Meningkatkan komitmen
d)
Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya
e)
Tidak bersifat kompetitif
f)
Tidak memiliki rasa dendam
B)
Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD
a)
Menurut Slavin (dalam Nurasma 2006:2007 )yaitu:
b)
Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang
c)
Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang
pandai lebih dominan.
1. Hubungan Penerapan Model STAD dengan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa
Dalam proses belajar mengajar guru sebagai pelaksana pengajaran harus dapat menciptakan
kondisi yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Dengan demikian diharapkan terjadi interaksi
antara guru dan siswa yang pada umumnya akan merasa mendapat motivasi yang tinggi apabila
guru melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Selain itu siswa akan lebih
memahami dan mengerti konsep-konsep fisika secara benar.
Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara konsisten baik bagi
siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, dan resistensi (daya lekat) terhadap
materi pelajaran menjadi lebih panjang (Ellyana, 2007). Pembelajaan kooperatif yang dikemas
dalam kegiatan pembelajaran yang bervariasi dengan model STAD dapat menumbuhkan
motivasi dan prestasi belajar siswa. Pengajaran fisika yang disajikan dengan model
pembelajaran STAD memungkinkan untuk memberikan pengalaman-pengalaman sosial sebab
mereka akan bertanggung jawab pada diri sendiri dan anggota kelompoknya. Keberhasilan
anggota kelompok merupakan tugas bersama.
Dalam pembelajaran STAD ini anggota kelompok berasal dari tingkat prestasi yang berbedabeda, sehingga melatih siswa untuk bertoleransi atas perbedaan dan kesadaran akan perbedaan.
Disamping itu pembelajaran yang disajikan dengan model STAD akan melatih siswa untuk
menceriterakan, menulis secara benar apa yang diteliti dan diamati. Apabila ditinjau dari proses
pelaksanaannya, kegiatan model pembelajaran STAD lebih membawa siswa untuk memahami
materi yang disajikan oleh guru, karena siswa aktif dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan
uraian di atas, pengajaran fisika yang disajikan dengan dengan penerapan model
pembelajaran STADakan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-studentteams.html#ixzz2uZXKTNWl
Model Pembelajaran Jigsaw
Model Pembelajaran Jigsaw
1. Pengertian
Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Model
pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari
materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut kepada kelompoknya.Pada model pembelajaran jigsaw ini keaktifan siswa (student
centered) sangan dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil yang
beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli.
Dalam Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw, siswa dibagi dalam beberapa kelompok belajar
yang heterogen yang beranggotakan 3-5 orang dengan menggunakan pola kelompok asal dan
kelompok ahli. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota
kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Guru harus
trampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik bagi setiap
angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota
kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian
dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam
kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing
anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut.
Disini, peran guru adalah mefasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah
untuk memahami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok
kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang
telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli.Para kelompok ahli harus mampu
untuk membagi pengetahuan yang di dapatkan saat melakuakn diskusi di kelompok ahli,
sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh setiap anggota pada kelompok asal. Kunci tipe
Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi
yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan kerja sama yang
positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang
biberikan.
1. Langkah- Langkah dalam metode jigsaw
Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur seperti gergaji.
Menurut Arends (1997), langkah-langkah penerapan model pembelajaran Jigsaw, yaitu:
1. Awal kegiatan pembelajaran
a. Persiapan
1. Melakukan Pembelajaran Pendahuluan
Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan menjelaskan
tujuan dipelajarinya topik tersebut.
2. Materi
Materi pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian
pembelajaran tergantung pada banyak anggota dalam setiap kelompok serta banyaknya
konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan dipelajari oleh siswa.
3. Membagi Siswa Ke Dalam Kelompok Asal Dan Ahli
Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan 3-5 orang yang
heterogen baik dari kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun latar belakang
sosialnya
4. Menentukan Skor Awal
Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya atau
nilai akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya.
2.
Rencana Kegiatan
1. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan
menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.
2. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua
sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
3. Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk menjelaskan topik yang
didiskusikannya.
4. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.
5. Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor kelompok atau
menghargai prestasi kelompok.
3. Sistem Evaluasi
Dalam evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:
1. Mengerjakan kuis individual yang mencaukup semua topik.
2. Membuat laporan mandiri atau kelompok.
3. Presentasi
Materi Evaluasi
– Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh mahasiswa.
– Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa.
1. Kelebihan
Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw
memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas
menjelaskan materi kepada rekan-rekannya
2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan
berpendapat.
1. Kelemahan
Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu :
1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi.
Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru
harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga
ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.
2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan mengalami kesulitan
untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini
guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam
menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.
3. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan
agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.
4. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranjigsaw.html#ixzz2uZXP82Tt
4/21/2012
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED
INTRODUCTION)
PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Sejarah Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah dirintis dalam ilmu kesehatan di McMaster University di
Kanada pada tahun 1960-an yang diresmikan pada tahun 1968. (Neufeld & Barrows, 1974),
karena siswa tidak mampu menerapkan sejumlah besar mereka pengetahuan ilmiah dasar untuk
situasi klinis. Tak lama kemudian, tiga sekolah medis lain – University of Limburg di Maastricht
(Belanda), University of Newcastle (Australia), dan University of New Mexico (Amerika)
mengambil McMaster model pembelajaran berbasis masalah. (diadopsi oleh lain programprogram sekolah kedokteran (Barrows, 1996) dan juga telah diadaptasi untuk instruksi sarjana
(Boud dan Feletti, 1997; Duch et al, 2001. ; Amador et al, 2006))
Landasan Teoretik Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Temuan-temuan dari psikologi kognitif menyediakan landasan teoretis untuk meningkatkan
pengajaran secara umum dan khsususnya problem based learning (PBL). Premis dasar dalam
psikologi kognitif adalah belajar merupakan proses konstruksi pengetahuan baru yang
berdasarkan pada pengetahuan terkini. Mengikuti Glaser (1991) secara umum diasumsikan
bahwa belajar adalah proses yang konstruktif dan bukan penerimaan. Proses-proses kognitif yang
disebut metakognisi mempengaruhi penggunaan pengetahuan, dan faktor-faktor sosial dan
kontektual mempengaruhi pembelajaran.
A. Pengertian Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Suherman (2003: 7)
Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang
menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Konsep yang dikemukakan Suherman menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu
bentuk bagaimana interaksi yang tercipta antara guru dan siswa berhubungan dengan strategi,
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang digunkan dalam proses pembelajaran.
Gijselaers ( 1996)
Pembelajaran berbasis masalah diturunkan dari teori bahwa belajar adalah proses dimana
pembelajar secara aktif mengkontruksi pengetahuan.
Konsep ini menjelaskan bahwa belajar terjadi dari aksi siswa, dan pendidik hanya berperan
dalam memfasilitasi terjadinya aktivitas kontruksi pengetahuan oleh pembelajar. Pendidik harus
memusatkan perhatiannya untuk membantu siswa dalam mencapai keterampilan self directed
learning.
Tujuan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Departemen Pendidikan Nasional (2003)
Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa menjadi pembelajar yang mandiri, artinya ketika
siswa belajar, maka siswa dapat memilih strategi belajar yang sesuai, terampil menggunakan
strategi tersebut untuk belajar dan mampu mengontrol proses belajarnya, serta termotivasi untuk
menyelesaikan belajarnya itu.
Dari pengertian ini, dikatakan bahwa tujuan utama pembelajaran berbasis masalah adalah untuk
menggali daya kreativitas siswa dalam berpikir dan memotivasi siswa untuk terus belajar.
Muslimin Ibrahim (2000:7)
Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi
sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan
untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan
ketrampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam
pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajar yang mandiri.
Dari pengertian ini kita dapat mngetahui bahwa pembelajaran berbasis masalah ini difokuskan
untuk perkembangan belajar siswa, bukan untuk membantu guru mengumpulkan informasi yang
nantinya akan diberikan kepada siswa saat proses pembelajaran.
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning) bertujuan untuk:
1. membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah,
2. belajar peranan orang dewasa yang otentik,
3. menjadi siswa yang mandiri,
4. untuk bergerak pada level pemahaman yang lebih umum, membuat kemungkinan transfers
pengetahuan baru,
5. mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
6. meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
7. meningkatkan motivasi belajar siswa
8. membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
B. Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Berdasar pada pandangan psikologi kognitif terdapat tiga prinsip pembelajaran yang berkaitan
dengan PBL
1. Belajar adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan. Pembelajaran tradisional didominasi
oleh pandangan bahwa belajar adalah penuangan pengetahuan ke kepala pebelajar. Kepala
pebelajar dipandang sebagai kotak kosong yang siap diisi melalui repetisi dan penerimaan.
Pengajaran lebih diarahkan untuk penyimpanan informasi oleh pebelajar pada memorinya seperti
menyimpan buku-buku di perpustakaan. Pemanggilan kembali informasi bergantung pada
kualitas nomer panggil(call number) yang digunakan dalam mengklasifikasikan informasi.
Namun, psikologi kognitif modern menyatakan bahwa memori merupakan struktur asosiatif.
Pengetahuan disusun dalam jaringan antar konsep, mengacu pada jalinan semantik. Ketika
belajar terjadi informasi baru digandengkan pada jaringan informasi yang telah ada. Jalinan
semantik tidak hanya menyangkut bagaimana menyimpan informasi, tetapi juga bagaimana
informasi itu diinterpretasikan dan dipanggil.
2. Knowing About Knowing (metakognisi) Mempengaruhi Pembelajaran.
Prinsip kedua yang sangat penting adalah belajar adalah proses cepat, bila pebelajar mengajukan
keterampilan-keterampilan self monitoring, secara umum mengacu pada metakognisi (Bruer,
1993 dalam Gijselaers, 1996). Metakognisi dipandang sebagai elemen esensial keterampilan
belajar seperti setting tujuan (what am I going to do), strategi seleksi (how am I doing it?), dan
evaluasi tujuan (did it work?). Keberhasilan pemecahan masalah tidak hanya bergantung pada
pemilikan pengetahuan konten (body of knowledge), tetapi juga penggunaan metode pemecahan
masalah untuk mencapai tujuan. Secara khusus keterampilan metokognitif meliputi kemampuan
memonitor prilaku belajar diri sendiri, yakni menyadari bagaimana suatu masalah dianalisis dan
apakah hasil pemecahan masalah masuk akal?
3. Faktor-faktor Kontekstual dan Sosial Mempengaruhi Pembelajaran. Prinsip ketiga ini adalah
tentang penggunaan pengetahuan. Mengarahkan pebelajar untuk memiliki pengetahuan dan
untuk mampu menerapkan proses pemecahan masalah merupakan tujuan yang sangat ambisius.
Pembelajaran biasanya dimulai dengan penyampaian pengetahuan oleh pembelajar kepada
pebelajar, kemudian disertai dengan pemberian tugas-tugas berupa masalah untuk meningkatkan
penggunaan pengetahuan. Namun studi-studi menunjukkan bahwa pebelajar mengalami
kesulitan serius dalam menggunakan pengetahuan ilmiah (Bruning et al, 1995). Studi juga
menunjukkan bahwa pendidikantradisional tidak memfasilitasi peningkatan peman masalahmaslah fisika walaupun secara formal diajarkan teori fisika ( misalnya, Clement, 1990).
Bridges (1992) dan Charlin (1998)
Dalam melaksanakan proses pembelajaran PBM
PEMBELAJARAN EFEKTIF
August 2, 2014 by teguhtw
Populernya model metode pembelajaran ceramah dan 41 model pembelajaran yang sering
terlupakan….
Berikut akan saya paparkan macam-macam metode pembelajaran yang efektif untuk dapat
dilaksanakan. Khususnya para pendidik atau juga para calon pendidik. Selama ini kita hanya
familiar atau bahkan selalu hanya menggunakan metode seperti ceramah. padahal banyak sekali
selain metode tersebut yang dapat digunakan dan efektif dalam usaha meningkatkan pemahaman
peserta didik terhadap materi yang kita sampaikan dan pada akhirnya tujuan dari pembelajaran
yang sudah kita tetapkan di awal tercapai dengan baik dan akan tecipta pembelajaran yang
berkualitas serta tercipta pengalaman-pengalaman yang menarik.
Selanjutnya anda dapat mengklik metode di bawah ini, karena dalam micro teaching di daftar
mata kuliah saya dan termasuk kedalam pembahasan kependidikan jadi disini akan dijelaskan
secara singat untuk masing-masing metode tersebut.
1. EXAMPLE NON EXAMPLE
Contoh dapat dari kasus/ gambar yang relevan dengan KD
2. PICTURE NON PICTURE
3. NUMBERED HEADS TOGETHER
(Kepala bernomor, Spencer Kagan 1992)
4. COOPERATIVE SCRIPT
(Dansereau Cs 1985)
5. KEPALA BERNOMOR STRUKTUR
(Modifikasi dari number heads)
6. STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
Tim siswa kelompok prestasi
7. JIGSAW -MODEL TIM AHLI
(Aronssn – Braney – Stephen – Sikes – and Snapp 1978)
8. PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)
Pembelajaran berdasarkan masalah
9. ARTIKULASI
10. MIND MAPPING
11. MAKE – A MATCH
mencari pasangan (lorna Curran 1994)
12. THINK PIR AND SHARE
13. DEBATE
14. ROLE PLAYING
15. GROUP INVESTIGATION
Sharan 1992
16. TALKING STICK
17. BERTUKAR PASANGAN
18. SNOWBALL THROWING
19. STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING
Siswa/ peserta mempresentasikan ide/ pendapat pada rekan peserta lainnya
20. COURSE REVIEW HORAY
21. DEMONSTRATION DAN EKSPERIMEN
( Khusus materi yang memerlukan peragaan atau percobaan misalnya Gussen )
22. EXPLISIT INSTRUCTION
Pengajaran langsung ( Rosenshina and Stevens 1986 )
23. COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)
Kooperative membaca dan menulis (Steven and Slavin 1995)
24. INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE (LINGKARAN KECIL-LINGKARAN BESAR)
oleh Spencer Kagan
25. COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)
26. WORD SQUARE
27. SCRAMBLE
28. TAKE AND GIVE
29. CONSEPT SENTENCES
30. COMPLETTE SENTENCE
31. TIME TOKEN AREND 1998
32. PAIR CECKS SPENCER KAGEN 1993
33. ROUND CLUB (KELILING KELOMPOK)
34. TARI BAMBU
35. DUA TINGGAL DUA TAMU (TWO STRAY TWO STRAY)
SPENCER KAGAN 1992)
36. STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS)
37. PEMBELAJARAN OTENTIK (OUTENTIC LEARNING)
38. NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)
38. INQUIRY
39. MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
40. BERBASIS PROYEK DAN TUGAS
41. PEMBELAJARAN BERBASIS JASA DAN LAYANAN (SERVICE LEARNING)
Model Pembelajaran EXAMPLE NON EXAMPLE
EXAMPLE NON EXAMPLE
1. Pengertian
Model Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa di sebut example and non-example
merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media
pembelajaran. Metode Example non Example adalah metode yang menggunakan media gambar
dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir
kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contohcontoh gambar yang disajikan.
Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar
tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar.
Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih menekankan pada konteks
analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan
di kelas rendah dengan menenkankan aspek psikoligis dan tingkat perkembangan siswa kelas
rendah seperti :
a. kemampuan berbahasa tulis dan lisan,
b. kemampuan analisis ringan, dan
c. kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya
Model Pembelajaran Example Non Example menggunakan gambar dapat melalui OHP,
Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan haruslah
jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat
dengan jelas.
B. Ciri-ciri
Metode Example non Example juga merupakan metode yang mengajarkan pada siswa untuk
belajar mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua
cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga
dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example and Nonexample adalah taktik yang dapat
digunakan untuk mengajarkan definisi konsep.
Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat
dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non-example dari suatu definisi konsep
yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang
ada.
– Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang
sedang dibahas, sedangkan
– non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang
sedang dibahas.
Metode Example non Example penting dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu
konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari sifat fisiknya.
Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-example diharapkan akan dapat
mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada.
C Kelebihan dan Kekurangan.
Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode Example non Example antara lain:
1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman
konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek.
2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk
membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari Example non Example
3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep
dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa
bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.
Kebaikan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.
1. Langkah-langkah :
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisa gambar
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut
dicatat pada kertas
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan
yang ingin dicapai
7. Kesimpulan
MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
Salah satu model yang saat ini populer dalam pembelajaran adalah Model Pembelajaran Picture
and Picture ini merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan
sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh. Model
pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan
dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model apapun yang
digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif
setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat
peserta didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya harus menimbulkan minat kepada peserta didik
untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan
metoda, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses
pembelajaran.
Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran.
Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses
pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu
atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar. Atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT
dalam menggunakan Power Point atau software yang lain.
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and
picture adalah sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan
dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok
mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di
antara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran yaitu
dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara
seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi
bermakna.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi Dasar
mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh
mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indicator-indikator
ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh
peserta didik.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan
momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari
sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini
belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat
siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya.
Dengan Picture atau gambar kita akan menghemat energy kita dan siswa akan lebih mudah
memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangakan selanjutnya sebagai guru dapat
memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan
tertentu.
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar
menjadi urutan yang logis.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang
kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa
merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan.
Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutan, dibuat, atau dimodifikasi.
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan
indicator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain
untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan
pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain
dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indicator
yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indicator yang telah ditetapkan.
7. Kesimpulan/rangkuman
Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai penguatan materi
pelajaran
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Picture and Picture:
Kelebihan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
3. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan
memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir,
4. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.
5. Siswa dilibatkan daiam perencanaan dan pengelolaan kelas
Kekurangan:
1. Memakan banyak waktu
2. Banyak siswa yang pasif.
3. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.
4. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain
5. Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai
KESIMPULAN
Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar
dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif,
Kreatif, dan Menyenangkan. Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media
dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses
pembelajaran.
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and
picture adalah sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan
dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok
mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di
antara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk siswa secara bergantian untuk mengurutkan gambar-gambar secara logis
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan/rangkuman
Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT, Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan
diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya
kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat
secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian
besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta
berdiskusi untuk memecahkan masalah
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan
oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan
yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan
tipe NHT yaitu :
1. Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar
belakang.
3. Pengembangan keterampilan social
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai
pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan
sebagainya.
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Numbered Heads Together adalah sebagai
berikut :
Kelebihan:
– Setiap siswa menjadi siap semua
– Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
– Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
– Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama..
– Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000:
29), dengan tiga langkah yaitu :
a) Pembentukan kelompok;
b) Diskusi masalah;
c) Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam
langkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario
Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa.
Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda.
Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras,
suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok
digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan
dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan
meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS
atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat
spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor
yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan
dengan materi yang disajikan.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil
belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :
Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
1. Memperbaiki kehadiran
2. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
3. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
4. Konflik antara pribadi berkurang
5. Pemahaman yang lebih mendalam
6. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
7. Hasil belajar lebih tinggi
KESIMPULAN
Model pembelajaran ini baik digunakan karena model ini mengajarkan kepada siswa untuk lebih
siap dalam menguasai materi serta belajar menerima keanekaragaman dengan kelompok lain,
karna dalam model ini siswa dituntut untuk berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah.
Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk setiap pokok bahasan, karena
setia model atau metode mengajar masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan oleh
karenanya guru dituntut untuk pandai memilih model pembelajaran yang sesuai.
Metode Belajar Cooperative script
metode belajar Cooperative script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan
mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa
yang berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide
pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi /
menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal
ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya,
serta lakukan seperti di atas.
6. Kesimpulan guru.
7.
Kelebihan:
Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
Setiap siswa mendapat peran.
Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan:
Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya
sebatas pada dua orang tersebut).
model pembelajaran Kepala bernomor struktur
Model pembelajaran Kepala bernomor struktur
1. Pengertian
Untuk mengembangkan potensi to live together salah satunya melalui model
pembelajaran kooperatif. Aktivitas pembelajaran kooperatif menekankan pada kesadaran
siswa perlu belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep, keterampilan kepada
siswa yang membutuhkan atau anggota lain dalam kelompoknya, sehingga belajar
kooperatif dapat saling menguntungkan antara siswa yang berprestasi rendah dan siswa
yang berprestasi tinggi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Slavin (Ibrahim, 2000:16) tentang pengaruh
pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar pada semua tingkat kelas dan semua bidang studi
menunjukkan bahwa kelas kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih
tinggi dibandingkan kelompok kontrol.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu tipe NHT (Numbered Heads Together). Model
ini dapat dijadikan alternatif variasi model pembelajaran sebelumnya. Dibentuk kelompok
heterogen, setiap kelompok beranggotakan 3-5 siswa, setiap anggota memiliki satu nomor, guru
mengajukan pertanyaan untuk didiskusikan bersama dalam kelompok. Guru menunjuk salah satu
nomor untuk mewakili kelompoknya. Menurut Muhammad Nur (2005) model pembelajaran
kooperatif tipe NHT pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok dengan ciri
khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa
memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini
menjamin keterlibatan total semua siswa. Cara ini upaya yang sangat baik untuk meningkatkan
tanggung jawab individual dalam dalam diskusi kelompok.
Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada
aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang
akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh
Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif
struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung
pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan
alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk
kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti
ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan
kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008). Menurut Kagan (2007) model
pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi,
mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih
produktif dalam pembelajaran.
2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran Kepala bernomor
struktur)
Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu ia akan memilih manakah
model pembelajaran yang tepat diberikan untuk materi pelajaran tertentu.
Ciri-ciri pembelajaran kepala bernomer struktur sebagai berikut:
1) Penomoran
Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa
nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah
siswa di dalam kelompok.
2) Pengajuan Pertanyaan
Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa.
Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang di
pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat
umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.
3) Berpikir Bersama
Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama untuk
menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua
anggota mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan.
4) Pemberian Jawaban
Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok
yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas,
kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut,
selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan
berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban
tersebut.
3. Langkah – langkah Kepala bernomor struktur
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang
berangkai Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan
soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya
3. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari
kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam
kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil
kerja sama mereka
4. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
5. Kesimpulan
4. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kepala bernomor struktur
5. Kelebihan dan kekurangan
1) Kelebihan
a. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Mampu memperdalam pamahaman siswa.
c. Melatih tanggung jawab siswa.
d. Menyenangkan siswa dalam belajar.
e. Mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
f. Meningkatkan rasa percaya diri siwa.
g. Mengembangkan rasa saling memiliki dan kerjasama.
h. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.
i. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
j. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat pelajaran menempati
jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.
2) Kelemahan
a. Ada siswa yang takut diintimidasi bila Memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila
kenyataannya siswa lain kurang mampu menguasai materi)
b. Ada siswa yang mengambil jalan pintas dengan meminta tolong pada temannya untuk
mencarikan jawabnya.Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu .
c. Apabila pada satu nomer kurang maximal mengerjakan tugasnya, tentu saja mempengaruhi
pekerjaan pemilik tugas lain pada nomer selanjutnya.
Model Pembelajaran STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
Model Pembelajaran STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
Model pembelajaran STAD termasuk model pembelajaran kooperatif. Semua model
pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur
penghargaan. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatifsiswa didorong
untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperaif adalah
prestasi belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari
temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
1. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE STAD
1.
Menurut wina (2008:242) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil,yaitu antara 4-5 orang yang
mempunyai latar belakang kemampuan akademik,jenis kelamin,ras atau suku yang berbeda
(heterogen)
2.
Johnson (dalam Etin Solihatin,2005 :4 ) menyatakan bahwa :pembelajaran kooperatif
adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja
sama.
3.
Slavin ( dalam Wina,2008:242) mengemukakan dua alasan bahwa : pembelajaran
kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki pembelajaran selama
ini. Pertama,beberapa penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat menngkatkan kemampuan hubungan
sosial,menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain,serta dapat meningkatkan
harga diri.kedua,pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam
belajar,berfikir,memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.
2. Prinsip Pembelajaran Kooperatif sebagai berikut.
a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan
dalam kelompoknya.
b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok
mempunyai tujuan yang sama.
c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama
diantara anggota kelompoknya.
d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
f.
Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
3. Ciri Pembelajaran Kooperatif
Masih menurut Nur dalam Chotimah (2007), ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai
a. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi
dasar yang akan dicapai.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat
kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender.
c. Penghargaan menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.
4. Sintaks Model Pembelajaran STAD
Langkah-langkah model pembelajaran STAD dapat dilihat pada tabel 2.1 seperti
Tabel 2.1 Enam Langkah Model Pembelajaran STAD
Langkah
Indikator
Tingkah laku guru
Langkah 1
Menyampaikan tujuan dan
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan
mengkomunikasikan
kompetensi dasar
memotivasi siswa
yang akan dicapai serta
memotivasi siswa
Guru menyajikan informasi
kepada siswa
Menyajikan informasi
Langkah 2
Guru menginformasikan
pengelom-pokkan
Siswa
Langkah 3
Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok- kelompok
belajar
Membimbimg kelompok belajar
Langkah 4
Guru memotivasi serta
memfasilitasi kerja siswa dalam
kelompok-kelompok belajar
Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang
materi pembelajaran yang telah
dilaksanakan
Evaluasi
Langkah 5
Guru memberi penghargaan
hasil belajar
individual dan kelompok
Langkah 6
Memberikan penghargaan
Model pembelajaran STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan temantemannya di Universitas
John Hopkins. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5
orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri atas laki-laki dan perempuan, berasal dari
berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Anggota tim menggunakan
lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya
dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui diskusi
dan kuis.
Sintaks model Pembelajaran STAD dalam Chotimah (2007) antara lain :
a. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.
b. Guru menyajikan pelajaran.
c. Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok
d. Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada anggota kelompok
lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
e. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab
kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu.
f. Guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki nilai/poin
g. Guru memberikan evaluasi.
h. Penutup.
Dalam STAD, penghargaan kelompok didasarkan atas skor yang didapatkan oleh
kelompok dan skor kelompok ini diperoleh dari peningkatan individu dalam setiap kuis.
Sumbangan poin peningkatan siswa terhadap kelompoknya didasarkan atas ketentuan
pada tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2 Kriteria Pemberian Skor Peningkatan STAD
Skor Kuis
Poin peningkatan
Lebih dari 10 point di bawah skor dasar
5
1-10 point di bawah skor dasar
10
Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar
20
Lebih dari 10 poin di atas skor dasar
30
Hasil sempurna (tidak mempertimbangkan skor dasar
30
Catatan: Nilai kuis sebelumnya dapat digunakan sebagai skor dasar
(Sumber:Slavin, 1995 dalam Parlan, 2006:17)
Skor kelompok untuk setiap kelompok didasarkan pada sumbangan poin peningkatan
yang diperoleh oleh setiap anggota kelompok yaitu dengan menjumlah seluruh poin
peningkatan anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Penghargaan
kelompok diberikan dengan empat kriteria seperti pada tabel 2.3 berikut.
Tabel 2.3 Predikat Keberhasilan Kelompok
Kriteria
Nilai Perkembangan
Excellent
22,6 – 30
The best teams
15,1 – 22,5
Good teams
7,6 – 15,0
General teams
≥7,5
(Sumber: Slavin, 1995 dalam Supriyo, 2008:50)
5. Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran Tipe STAD
A)
Kelebihan model pembelajaran Kooperatif STAD
Menurut Davidson (dalam Nurasma,2006:26) :
a)
Meningkatkan kecakapan individu
b)
Meningkatkan kecakapan kelompok
c)
Meningkatkan komitmen
d)
Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya
e)
Tidak bersifat kompetitif
f)
Tidak memiliki rasa dendam
B)
Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD
a)
Menurut Slavin (dalam Nurasma 2006:2007 )yaitu:
b)
Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang
c)
Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang
pandai lebih dominan.
1. Hubungan Penerapan Model STAD dengan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa
Dalam proses belajar mengajar guru sebagai pelaksana pengajaran harus dapat menciptakan
kondisi yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Dengan demikian diharapkan terjadi interaksi
antara guru dan siswa yang pada umumnya akan merasa mendapat motivasi yang tinggi apabila
guru melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Selain itu siswa akan lebih
memahami dan mengerti konsep-konsep fisika secara benar.
Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara konsisten baik bagi
siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, dan resistensi (daya lekat) terhadap
materi pelajaran menjadi lebih panjang (Ellyana, 2007). Pembelajaan kooperatif yang dikemas
dalam kegiatan pembelajaran yang bervariasi dengan model STAD dapat menumbuhkan
motivasi dan prestasi belajar siswa. Pengajaran fisika yang disajikan dengan model
pembelajaran STAD memungkinkan untuk memberikan pengalaman-pengalaman sosial sebab
mereka akan bertanggung jawab pada diri sendiri dan anggota kelompoknya. Keberhasilan
anggota kelompok merupakan tugas bersama.
Dalam pembelajaran STAD ini anggota kelompok berasal dari tingkat prestasi yang berbedabeda, sehingga melatih siswa untuk bertoleransi atas perbedaan dan kesadaran akan perbedaan.
Disamping itu pembelajaran yang disajikan dengan model STAD akan melatih siswa untuk
menceriterakan, menulis secara benar apa yang diteliti dan diamati. Apabila ditinjau dari proses
pelaksanaannya, kegiatan model pembelajaran STAD lebih membawa siswa untuk memahami
materi yang disajikan oleh guru, karena siswa aktif dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan
uraian di atas, pengajaran fisika yang disajikan dengan dengan penerapan model
pembelajaran STADakan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-studentteams.html#ixzz2uZXKTNWl
Model Pembelajaran Jigsaw
Model Pembelajaran Jigsaw
1. Pengertian
Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Model
pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari
materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut kepada kelompoknya.Pada model pembelajaran jigsaw ini keaktifan siswa (student
centered) sangan dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil yang
beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli.
Dalam Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw, siswa dibagi dalam beberapa kelompok belajar
yang heterogen yang beranggotakan 3-5 orang dengan menggunakan pola kelompok asal dan
kelompok ahli. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota
kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Guru harus
trampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik bagi setiap
angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota
kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian
dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam
kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing
anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut.
Disini, peran guru adalah mefasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah
untuk memahami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok
kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang
telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli.Para kelompok ahli harus mampu
untuk membagi pengetahuan yang di dapatkan saat melakuakn diskusi di kelompok ahli,
sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh setiap anggota pada kelompok asal. Kunci tipe
Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi
yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan kerja sama yang
positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang
biberikan.
1. Langkah- Langkah dalam metode jigsaw
Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur seperti gergaji.
Menurut Arends (1997), langkah-langkah penerapan model pembelajaran Jigsaw, yaitu:
1. Awal kegiatan pembelajaran
a. Persiapan
1. Melakukan Pembelajaran Pendahuluan
Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan menjelaskan
tujuan dipelajarinya topik tersebut.
2. Materi
Materi pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian
pembelajaran tergantung pada banyak anggota dalam setiap kelompok serta banyaknya
konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan dipelajari oleh siswa.
3. Membagi Siswa Ke Dalam Kelompok Asal Dan Ahli
Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan 3-5 orang yang
heterogen baik dari kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun latar belakang
sosialnya
4. Menentukan Skor Awal
Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya atau
nilai akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya.
2.
Rencana Kegiatan
1. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan
menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.
2. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua
sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
3. Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk menjelaskan topik yang
didiskusikannya.
4. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.
5. Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor kelompok atau
menghargai prestasi kelompok.
3. Sistem Evaluasi
Dalam evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:
1. Mengerjakan kuis individual yang mencaukup semua topik.
2. Membuat laporan mandiri atau kelompok.
3. Presentasi
Materi Evaluasi
– Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh mahasiswa.
– Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa.
1. Kelebihan
Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw
memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas
menjelaskan materi kepada rekan-rekannya
2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan
berpendapat.
1. Kelemahan
Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu :
1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi.
Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru
harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga
ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.
2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan mengalami kesulitan
untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini
guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam
menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.
3. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan
agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.
4. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranjigsaw.html#ixzz2uZXP82Tt
4/21/2012
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED
INTRODUCTION)
PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Sejarah Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah dirintis dalam ilmu kesehatan di McMaster University di
Kanada pada tahun 1960-an yang diresmikan pada tahun 1968. (Neufeld & Barrows, 1974),
karena siswa tidak mampu menerapkan sejumlah besar mereka pengetahuan ilmiah dasar untuk
situasi klinis. Tak lama kemudian, tiga sekolah medis lain – University of Limburg di Maastricht
(Belanda), University of Newcastle (Australia), dan University of New Mexico (Amerika)
mengambil McMaster model pembelajaran berbasis masalah. (diadopsi oleh lain programprogram sekolah kedokteran (Barrows, 1996) dan juga telah diadaptasi untuk instruksi sarjana
(Boud dan Feletti, 1997; Duch et al, 2001. ; Amador et al, 2006))
Landasan Teoretik Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Temuan-temuan dari psikologi kognitif menyediakan landasan teoretis untuk meningkatkan
pengajaran secara umum dan khsususnya problem based learning (PBL). Premis dasar dalam
psikologi kognitif adalah belajar merupakan proses konstruksi pengetahuan baru yang
berdasarkan pada pengetahuan terkini. Mengikuti Glaser (1991) secara umum diasumsikan
bahwa belajar adalah proses yang konstruktif dan bukan penerimaan. Proses-proses kognitif yang
disebut metakognisi mempengaruhi penggunaan pengetahuan, dan faktor-faktor sosial dan
kontektual mempengaruhi pembelajaran.
A. Pengertian Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Suherman (2003: 7)
Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang
menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Konsep yang dikemukakan Suherman menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu
bentuk bagaimana interaksi yang tercipta antara guru dan siswa berhubungan dengan strategi,
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang digunkan dalam proses pembelajaran.
Gijselaers ( 1996)
Pembelajaran berbasis masalah diturunkan dari teori bahwa belajar adalah proses dimana
pembelajar secara aktif mengkontruksi pengetahuan.
Konsep ini menjelaskan bahwa belajar terjadi dari aksi siswa, dan pendidik hanya berperan
dalam memfasilitasi terjadinya aktivitas kontruksi pengetahuan oleh pembelajar. Pendidik harus
memusatkan perhatiannya untuk membantu siswa dalam mencapai keterampilan self directed
learning.
Tujuan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Departemen Pendidikan Nasional (2003)
Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa menjadi pembelajar yang mandiri, artinya ketika
siswa belajar, maka siswa dapat memilih strategi belajar yang sesuai, terampil menggunakan
strategi tersebut untuk belajar dan mampu mengontrol proses belajarnya, serta termotivasi untuk
menyelesaikan belajarnya itu.
Dari pengertian ini, dikatakan bahwa tujuan utama pembelajaran berbasis masalah adalah untuk
menggali daya kreativitas siswa dalam berpikir dan memotivasi siswa untuk terus belajar.
Muslimin Ibrahim (2000:7)
Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi
sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan
untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan
ketrampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam
pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajar yang mandiri.
Dari pengertian ini kita dapat mngetahui bahwa pembelajaran berbasis masalah ini difokuskan
untuk perkembangan belajar siswa, bukan untuk membantu guru mengumpulkan informasi yang
nantinya akan diberikan kepada siswa saat proses pembelajaran.
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning) bertujuan untuk:
1. membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah,
2. belajar peranan orang dewasa yang otentik,
3. menjadi siswa yang mandiri,
4. untuk bergerak pada level pemahaman yang lebih umum, membuat kemungkinan transfers
pengetahuan baru,
5. mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
6. meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
7. meningkatkan motivasi belajar siswa
8. membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
B. Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Berdasar pada pandangan psikologi kognitif terdapat tiga prinsip pembelajaran yang berkaitan
dengan PBL
1. Belajar adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan. Pembelajaran tradisional didominasi
oleh pandangan bahwa belajar adalah penuangan pengetahuan ke kepala pebelajar. Kepala
pebelajar dipandang sebagai kotak kosong yang siap diisi melalui repetisi dan penerimaan.
Pengajaran lebih diarahkan untuk penyimpanan informasi oleh pebelajar pada memorinya seperti
menyimpan buku-buku di perpustakaan. Pemanggilan kembali informasi bergantung pada
kualitas nomer panggil(call number) yang digunakan dalam mengklasifikasikan informasi.
Namun, psikologi kognitif modern menyatakan bahwa memori merupakan struktur asosiatif.
Pengetahuan disusun dalam jaringan antar konsep, mengacu pada jalinan semantik. Ketika
belajar terjadi informasi baru digandengkan pada jaringan informasi yang telah ada. Jalinan
semantik tidak hanya menyangkut bagaimana menyimpan informasi, tetapi juga bagaimana
informasi itu diinterpretasikan dan dipanggil.
2. Knowing About Knowing (metakognisi) Mempengaruhi Pembelajaran.
Prinsip kedua yang sangat penting adalah belajar adalah proses cepat, bila pebelajar mengajukan
keterampilan-keterampilan self monitoring, secara umum mengacu pada metakognisi (Bruer,
1993 dalam Gijselaers, 1996). Metakognisi dipandang sebagai elemen esensial keterampilan
belajar seperti setting tujuan (what am I going to do), strategi seleksi (how am I doing it?), dan
evaluasi tujuan (did it work?). Keberhasilan pemecahan masalah tidak hanya bergantung pada
pemilikan pengetahuan konten (body of knowledge), tetapi juga penggunaan metode pemecahan
masalah untuk mencapai tujuan. Secara khusus keterampilan metokognitif meliputi kemampuan
memonitor prilaku belajar diri sendiri, yakni menyadari bagaimana suatu masalah dianalisis dan
apakah hasil pemecahan masalah masuk akal?
3. Faktor-faktor Kontekstual dan Sosial Mempengaruhi Pembelajaran. Prinsip ketiga ini adalah
tentang penggunaan pengetahuan. Mengarahkan pebelajar untuk memiliki pengetahuan dan
untuk mampu menerapkan proses pemecahan masalah merupakan tujuan yang sangat ambisius.
Pembelajaran biasanya dimulai dengan penyampaian pengetahuan oleh pembelajar kepada
pebelajar, kemudian disertai dengan pemberian tugas-tugas berupa masalah untuk meningkatkan
penggunaan pengetahuan. Namun studi-studi menunjukkan bahwa pebelajar mengalami
kesulitan serius dalam menggunakan pengetahuan ilmiah (Bruning et al, 1995). Studi juga
menunjukkan bahwa pendidikantradisional tidak memfasilitasi peningkatan peman masalahmaslah fisika walaupun secara formal diajarkan teori fisika ( misalnya, Clement, 1990).
Bridges (1992) dan Charlin (1998)
Dalam melaksanakan proses pembelajaran PBM