Pengaruh Suhu terhadap Kelangsungan hidu

MAKALAH LIMNOLOGI

PENGARUH SUHU
TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN
LARVA IKAN MAS (Cyprinus carpio Linn)

Disusun oleh:
Rusmawanto

(125080500111009)

Frentina Murti Sujadi

(125080500111015)

Rafidha Fira Ladida

(125080500111017)

Nisa’ul Fikria


(125080500111019)

Intan Permatasari

(125080500111025)

Rochmad Sasono Aji

(125080500111027)

Annisa Farhana Dewi

(125080500111035)

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013

KATA PENGANTAR


Segala puji bagi Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya bagi
penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan proses penyusunan karya ilmiah
dengan judul Pengaruh Suhu Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan
Larva Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn).
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini tidak lepas
dari adanya kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan
segenap kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak berikut.
1. Dr. Ir. Agoes Soepriyanto selaku Ketua Program Studi Budidaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya
Malang.
2. Prof. Dr. Ir. Arief Prajitno, MS selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Limnologi yang telah berkenan memberikan motivasi kepada Penulis.
3. Ir. Ellana Sanoesi, MP selaku dosen mata kuliah Limnologi yang telah
memberikan tugas dan bimbingan dalam pembuatan makalah kepada
penulis
4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu hingga terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amalan

yang akan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Di akhir kata, penulis berharap
semoga gagasan tertulis ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak.

Malang, 20 September 2013

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................

i

KATA PENGANTAR ..........................................................................................

ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ...............................................................................................


v

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................

1

1.1 Latar Belakang .........................................................................................

1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................

2

1.3 Tujuan ......................................................................................................

2

1.4 Manfaat ....................................................................................................


3

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................

4

2.1 Klasifikasi Ikan Mas ................................................................................

4

Morfologi ................................................................................................

4

2.2 Kualitas Air untuk Pembesaran Ikan .......................................................

5

2.3 Pertumbuhan ............................................................................................


5

2.4 Suhu .........................................................................................................

6

Stratifikasi Suhu ......................................................................................

7

2.5 Perubahan Suhu Terhadap Pertumbuhan Ikan .........................................

8

2.6 Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Mas ........................ 10
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 11
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 11
3.2 Saran ........................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 12


DAFTAR GAMBAR

Cyprinus carpio Linn .........................................................................................

1

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Mas ..................... 10

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki kekayaan alam yang banyak dan beraneka ragam. Luas
perairan laut Indonesia diperkirakan sebesar 5,8 juta km2, panjang garis pantai
± 95,181 km, dan gugusan pulau-pulau sebanyak 17.480 pulau. Kekayaan
Indonesia berupa sumberdaya perikanan yang sangat luas menjadi modal dasar
dalam pembangunan nasional sekaligus memiliki potensi yang sangat besar
bagi pembangunan kelautan dan perikanan (Sudirman dan Karim, 2008).

Pembangunan Perikanan Budidaya adalah mewujudkan perikanan
budidaya sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi andalan yang
diwujudkan melalui system usaha budidaya yang berdaya saing, berkelanjutan
dan berkeadilan. Sektor perikanan sebagai bagian dari sumberdaya perairan
merupakan penghasil protein hewani dalam hal ini adalah daging ikan, yang
berperan penting dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan protein
(Minggawati, 2006).
Ikan Mas merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki prospek
yang cerah untuk dibudidayakan. Ikan Mas merupakan salah satu jenis ikan air
tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Selain itu ikan mas merupakan
salah satu komoditi unggulan perikanan tawar karena sebagian besar
masyarakat Indonesia menggemari ikan mas (Adliah, 2011). Usaha
pembenihan ikan mas hingga saat ini telah berkembang pesat, sejalan dengan
pertumbuhan penduduk. Salah satu mata rantai usaha budidaya ikan adalah
tersedianya benih yang mencukupi baik kuantitas maupun kualitas. Walaupun
usaha pembenihan ikan khususnya ikan mas telah lama dilakukan, tetapi
kebutuhan benih hingga saat ini masih belum mencukupi.
Menurut Kelabora (2010), salah satu kendala dalam usaha pembenihan
yaitu tingkat kelangsungan hidup yang rendah dan pertumbuhan ikan yang
relative lambat. Diperkirakan hanya sekitar 30–40% kelangsungan hidup larva

ikan mas dapat dicapai setiap satu ekor induk yang dipijahkan. Kondisi ini

salah satunya disebabkan oleh adanya perubahan suhu atau tidak stabilnya
suhu, sehingga larva ikan menjadi stress dan mati. Selain itu, tidak stabilnya
suhu juga mengakibatkan pertumbuhan larva ikan menjadi lambat. Hal ini
disebabkan suhu sangat berpengaruh terhadap proses metabolisme dan proses
metabolisme akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan.
Perbedaan suhu air media dengan tubuh ikan akan menimbulkan gangguan
metabolisme. Kondisi ini dapat mengakibatkan sebagian besar energy yang
tersimpan dalam tubuh ikan digunakan untuk penyesuian diri terhadap
lingkungan yang kurang mendukung tersebut, sehingga dapat merusak sistem
metabolisme atau pertukaran zat. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan ikan
karena gangguan sistem percernaan.
Dalam rangka meningkatkan kelangsungan hidup dan mempercepat proses
pertumbuhan larva ikan mas, maka perlu dilakukan pengkajian mengenai suhu
terbaik untuk kelangsungan hidup. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui
akibat dari adanya perubahan suhu terhadap pertumbuhan dan kelangsung
hidup larva ikan mas.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan mas ?
2. Bagaimana pengaruh suhu terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan
larva ikan mas ?
3. Berapakah suhu yang optimum untuk kelangsungan hidup larva ikan mas ?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan aspek yang harus diperhatikan untuk kelangsungan hidup dan
pertumbuhan larva ikan mas
2. Menjelaskan akibat dari adanya perubahan suhu terhadap kelangsungan
hidup dan pertumbuhan larva ikan mas
3. Menjelaskan stratifikasi suhu yang optimum dalam pemeliharaan larva
ikan mas

1.4 Manfaat
1. Mengetahui aspek yang harus diperhatikan untuk kelangsungan hidup dan
pertumbuhan larva ikan mas
2. Mengetahui pengaruh yang disebabkan oleh adanya perubahan suhu
terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan mas
3. Mengetahui stratifikasi suhu yang optimum dalam pemeliharaan larva ikan
mas


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi Ikan Mas
Jenis ikan mas merupakan salah satu komoditas dari sektor perikanan yang
dapat dibudidayakan pada beberapa lahan yang memenuhi syarat tumbuhnya ikan
mas. Pembudidayaan ikan mas di Indonesia banyak ditemui di Jawa dan Sumatera
dalam bentuk empang, maupun keramba terapung yang diletakkan di danau atau
waduk besar. Habitat aslinya di alam meliputi sungai berarus tenang sampai
sedang dan di area danau yang dangkal. Perairan yang disukai tentunya yang
banyak menyediakan pakan alaminya (Adliah, 2011)
Menurut Saanin (1984), klasifikasi ikan mas dapat dijelaskan sebagai
berikut.
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Subfilum

: Pisces

Kelas

: Teleostei

Ordo

: Ostariophysi

Subordo

: Cyprinidea

Famili

: Cyprinidae

Subfamili

: Cyprininae

Genus

: Cyprinus

Spesies

: Cyprinus carpio Linn

Gambar 1
Cyprinus carpio Linn
(Zipcodezoo, 2013)

Morfologi
Secara morfologi, ikan mas memiliki ciri-ciri bentuk tubuh agak
memanjang dan memipih tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat
disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran
pendek. Hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil
tidak ditutupi sisik. Sisik ikan mas berukuran relatif besar dan digolongkan ke

dalam tipe sisik sikloid dengan warna yang sangat beragam (Rochdianto 2005
dalam Mones 2008).
Ikan mas merupakan ikan air tawar yang memiliki sifat tenang, suka
menempati perairan yang tidak terlalu bergolak dan senang bersembunyi di
kedalaman. Ikan mas termasuk omnivora, biasanya memakan plankton. Larva
ikan mas memakan invertebrata air seperti rotifer, copepoda dan kutu air.
Kebiasaan makan ikan mas berubah-ubah dari hewan pemakan plankton menjadi
pemakan dasar. Ikan mas yang sedang tumbuh memakan organisme bentik dan
sedimen organik. Ikan mas jantan akan matang gonad pada umur dua tahun dan
ikan mas betina pada umur tiga tahun. Ikan mas akan memijah pada suhu
lingkungan berkisar antara 18-20 °C ( Ikenoue,1982 dalam Ariaty, 1991).

2.2 Kualitas Air untuk Pembesaran Ikan
Kualitas lingkungan perairan adalah suatu kelayakan lingkungan perairan
untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme air yang nilainya
dinyatakan dalam suatu kisaran tertentu. Sementara itu, perairan ideal adalah
perairan yang dapat mendukung kehidupan organisme dalam menyelesaikan daur
hidupnya (Boyd, 1982).
Kualitas air adalah suatu keadaan dan sifat-sifat fisik, kimia dan biologi
suatu perairan yang dibandingkan dengan persyaratan untuk keperluan tertentu,
seperti kualitas air untuk air minum, pertanian dan perikanan, rumah sakit,
industri dan lain sebagainya. Sehingga menjadikan persyaratan kualitas air
berbeda-beda sesuai dengan peruntukannya. Beberapa aspek penting yang perlu
diperhatikan dalam pengelolaan kualitas air: 1) Tingkat pemanfaatan dari
penggunaan air; 2) Faktor kualitas alami sebelum dimanfaatkan; 3) Faktor yang
menyebabkan kualitas air bervariasi; 4) Perubahan kualitas air secara alami; 5)
Faktor-faktor khusus yang mempengaruhi kualitas air; 6) Persyaratan kualitas air
dalam penggunaan air; 7) Pengaruh perubahan dan keefektifan kriteria kualitas
air; 8) Perkembangan teknologi.

2.3 Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan parameter budidaya yang harus dicapai, karena
pertumbuhan akan menentukan nilai produksi yang diharapkan. Menurut Effendi
(1978) dalam Rudiyanti dan Ekasari (2009), pertumbuhan dapat juga diartikan
sebagai pertumbuhan bentuk ikan baik panjang dan berat sesuai dengan
pertambahan waktu.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
Faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup
ikan selain pakan adalah kualitas air terutama suhu. Karena suhu dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan nafsu makan ikan. Suhu dapat mempengaruhi
aktivitas penting ikan seperti pernapasan, pertumbuhan dan reproduksi. Suhu yang
tinggi dapat mengurangi oksigen terlarut dan mempengaruhi selera makan ikan

2.4 Suhu
Di Indonesia, suhu udara rata-rata pada siang hari di berbagai tempat
berkisar antara 28,2 0C sampai 34,6 0C dan pada malam hari suhu berkisar antara
12,8 0C sampai 30 0C. Keadaan suhu tersebut tergantung pada ketinggian tempat
dari atas permukaan laut. Suhu air umumnya beberapa derajat lebih rendah
dibanding suhu udara disekitarnya. Secara umum, suhu air di perairan Indonesia
sangat mendukung bagi pengembangan budidaya perikanan (Cholik et. al, 1986).
Menurut Effendi (2003), suhu merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam proses metabolisme organisme di perairan. Perubahan suhu yang
mendadak atau kejadian suhu yang ekstrim akan mengganggu kehidupan
organisme bahkan dapat menyebabkan kematian. Suhu perairan dapat mengalami
perubahan sesuai dengan musim, letak lintang suatu wilayah, ketinggian dari
permukaan laut, letak lintang tempat terhadap garis edar matahari, waktu
pengukuran dan kedalaman air. Suhu air mempunyai peranan dalam mengatur
kehidupan biota perairan, terutama dalam proses metabolism.
Suhu dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan
organisme perairan. Berbagai jenis udang memiliki suhu optimal tertentu untuk
masing-masing spesiesnya suhu air hangat berkaitan dengan konsentrasi oksingen
dalam air dan laju konsumsi oksigen hewan air. Suhu air berbanding terbalik

dengan konsentrasi jenuh oksigen terlarut dan berbanding lurus

dengan laju

oksigen hewan air serta laju kimia dalam air (Afriatna, 1998).
Ikan mempunyai suhu optimum tertentu untuk selera makannya. Menurut
Cholik et. al (1986) bahwa kenaikan suhu perairan diikuti oleh derajat
metabolisme dan kebutuhan oksigen organisme akan naik pula, hal ini sesuai
dengan hukum Van’t Hoff yang menyatakan bahwa untuk setiap perubahan
kimiawi, kecepatan reaksinya naik 2–3 kali lipat setiap kenaikan suhu sebesar
10°C. Djajasewaka dan Djajadireja (1990) menyatakan bahwa suhu optimum
untuk selera makan ikan adalah 25– 27OC. Suhu optimum seperti ini akan dicapai
pada pagi dan sore hari. Menurut Wardoyo (1975) meskipun ikan dapat
beraklimatisasi pada suhu yang relatif tinggi, tetapi pada suatu derajat tertentu
kenaikan suhu dapat menyebabkan kematian ikan. Cholik et. al (1986)
menyebutkan bahwa perubahan drastis suhu sampai mencapai 5OC dapat
menyebabkan stress pada ikan atau membunuhnya.
Ikan mas dapat tumbuh cepat pada suhu lingkungan berkisar antara 20-28
°C dan akan mengalami penurunan pertumbuhan bila suhu lingkungan lebih
rendah. Pertumbuhan akan menurun dengan cepat di bawah suhu 13°C dan akan
berhenti makan apabila suhu berada di bawah 5 °C (Huet 1970 dalam Ariaty
1991).

Stratifikasi Suhu
Menurut Ruttner (1965) dalam Arfiati (2009), distribusi cahaya pada air
tergenang juga akan makin berkurang dengan bertambahnya kedalaman. Hal ini di
sebabkan terbatasnya sinar matahari yang relatif dalam, sehingga pada ekosistem
air tergenang terbentuk lapisan lapisan air yaitu: Epilimnion di bagian permukaan,
Metalimnion di bagian tengah (Thermoklin), dan Hipolimnion di bagian yang
terdalam
Ketebalan lapisan-lapisan tersebut tergantung pada tingkat kejernihan
perairan. Makin jernih air, makin banyak cahaya yang dapat menembus perairan,
sehingga suhu air makin hangat dan lapisan hipolimnion makin tipis. Jika wilayah

perairan mendapat cahaya makin banyak, maka phytoplankton lebih mudah
melakukan fotosintesis karena wilayah fotik makin luas.
Suhu tertinggi pada ekosistem perairan tergenang akan di peroleh di
lapisan epilimnion karena lebih banyak menerima sinar matahari. Sehingga
viscositas air lebih kecil dan fotosintesis terjadi lebih banyak. Difusi dari udara
hanya terjadi di lapisan ini. Untuk peraitan selain di wilayah tropis, lapisan
epilimnion dapat membeku pada musim dingin. Karena suhu udara yang akan
mempengaruhi suhu permukaan air.
Lapisan metalimnion memiliki suhu missal dari 20o C di lapisan
epilimnion, pada bagian lebih dalam terukur 10o C. Batas awal perbedaan suhu ini
sebagai batas awal lapisan metalimnion. Lapisan ini masih meneriima matahari
sehingga phytoplankton masih dapat melakukan proses fotosintesis. Viscositas air
lebih tinggi daripada lapisan epilimnion, sehingga terjadi difusi oksigen dari
lapisan epilimnion.
Di bawah lapisan metalimnion akan ditemukan suhu air lebih kecil dari
4o C. Lapisan ini mengalami difusi oksigen dari lapisan metalimnion karena ada
perbedaan tekanan air oleh viscositas air. Tetapi karena terbatasnya oksigen di
lapisan metalimnion, maka difusi oksigen ini tidak terjadi. Hipolimnion
merupakan bagian perairan gelap yang tidak menerima cahaya matahari sehingga
tidak ditemukan phytoplankton di lapisan ini karena tidak dapat melakukan proses
fotosintesis.
Lapisan- lapisan di perairan yang memiliki perbedaan suhu ini akan
mempengaruhi pertumbuhan pada ikan yang dibudidayakan. Selain perbedaan
pada tersedianya oksigen di perairan juga karena terbatasnya pakan alami berupa
plankton untuk ikan.
2.5 Perubahan Suhu Terhadap Pertumbuhan Ikan
Faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup
ikan selain pakan adalah kualitas air terutama suhu. Karena suhu dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan nafsu makan ikan. Suhu dapat mempengaruhi

aktivitas penting ikan seperti pernapasan, pertumbuhan dan reproduksi. Suhu yang
tinggi dapat mengurangi oksigen terlarut dan mempengaruhi selera makan ikan.
Suhu air normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup
dapat melakukan metabolisme dan berkembangbiak. Suhu merupakan faktor fisik
yang sangat penting di air, karena bersama-sama dengan zat/unsur yang
terkandung didalamnya akan menentukan massa jenis air, dan bersama-sama
dengan tekanan dapat digunakan untuk menentukan densitas air. Selanjutnya,
densitas air dapat digunakan untuk menentukan kejenuhan air. Suhu air sangat
bergantung pada tempat dimana air tersebut berada. Kenaikan suhu air di badan
air penerima, saluran air, sungai, danau dan lain sebagainya akan menimbulkan
akibat sebagai berikut: 1) Jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun; 2)
Kecepatan reaksi kimia meningkat; 3) Kehidupan ikan dan hewan air lainnya
terganggu. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, maka akan menyebabkan
ikan dan hewan air lainnya mati.
Suhu dapat mempengaruhi fotosintesa di laut baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pengaruh secara langsung yakni suhu berperan untuk
mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses fotosintesa. Tinggi suhu dapat
menaikkan laju maksimum fotosintesa, sedangkan pengaruh secara tidak langsung
yakni

dalam

merubah

struktur

hidrologi

kolom

perairan

yang

dapat

mempengaruhi distribusi fitoplankton.
Pengaruh suhu secara tidak langsung dapat menentukan stratifikasi massa
air, stratifikasi suhu di suatu perairan ditentukan oleh keadaan cuaca dan sifat
setiap perairan seperti pergantian pemanasan dan pengadukan, pemasukan atau
pengeluaran air, bentuk dan ukuran suatu perairan. Suhu air yang layak untuk
budidaya ikan laut adalah 27–32 oC. Kenaikan suhu perairan juga menurunkan
kelarutan oksigen dalam air, memberikan pengaruh langsung terhadap aktivitas
ikan disamping akan menaikkan daya racun suatu polutan terhadap organisme
perairan (Brown dan Gratzek, 1980). Selanjutnya Kinne (1972) menyatakan
bahwa suhu air berkisar antara 35 – 40 0C merupakan suhu kritis bagi kehidupan
organisme yang dapat menyebabkan kematian. Perbedaan suhu air media dengan
tubuh ikan akan menimbulkan gangguan metabolisme. Kondisi ini dapat
mengakibatkan sebagian besar energy yang tersimpan dalam tubuh ikan

digunakan untuk penyesuian diri terhadap lingkungan yang kurang mendukung
tersebut, sehingga dapat merusak sistem metabolisme atau pertukaran zat. Hal ini
dapat mengganggu pertumbuhan ikan karena gangguan sistem percernaan. Suhu
air mempunyai pengaruh besar terhadap pertukaran zat atau metabolisme mahkluk
hidup di perairan. Oleh karena itu peningkatan suhu lebih tinggi dapat
menghambat pertumbuhan dan menyebabkan tingginya mortalitas ikan (Asmawi,
1983)
Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan ikan juga dipengaruhi oleh intensitas
cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan, dan akan mempengaruhi kadar
oksigen terlarut dalam air atau yang biasa disebut dengan disolved oxygen (DO).
Temperatur juga sangat mempengaruhi laju pertumbuhan dari organisma
air. Laju pertumbuhan Gammarous fasciatus yang muda (Crustacea) misalnya,
akan berlangsung selama 3 minggu pada temperatur 15o C, sedangkan pada
temperatur 24o C berlangsung hanya dalam 1 minggu saja. Kenaikan temperatur
air dengan demikian akan berakibat pada percepatan masa perkembangan hewan
sampai 3 kali lipat, sesuai dengan hukum VAN’T HOFFS. Selain itu, temperatur
juga mempengaruhi masa hidup dari organisme air. Dari penelitian, terhadap
Daphia magna, terbukti bahwa masa hidup hewan ini berkurang dari 110 hari
pada temperatur 8o C menjadi 40 hari pada temperatur 18o C, bahkan semakin
berkurang menjadi 25 hari pada temperatur 25o C. Selanjutya temperatur air
memoengaruhi frenkuensi denyut jantung seperti dibuktikan pada D. pulex. Pada
temperatur 9,5o C frekuensi denyut berkisar pamenda 170/menit dan meningkat
menjadi 250/menit pada temperatur 15,5o C (Meijering, 1972 dalam Barus, 2002).
2.6 Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Mas
Kelangsungan hidup dinyatakan sebagai persentase jumlah ikan yang
hidup selama jangka waktu pemeliharaan dibagi dengan jumlah ikan yang ditebar
dan tingkat kelangsungan hidup merupakan kebalikan dari tingkat mortalitas. Data
kelangsungan hidup dan pertambahan panjang larva ikan mas berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Kelabora (2010) selama tiga puluh hari dengan 4
perlakuan dapat dilihat pada Tabel dibawah ini .
Tabel 1: Kelangsungan Hidup dan Pertambahan Panjang Larva Ikan Mas

Perlakuan

Pertambahan Panjang

Kelangsungan Hidup

Panjang hari ke-

Pengamatan hari ke-

Pertambahan
Panjang Ikan
(cm)

0

30

0

30

A

0.30

2.07

100

58,67

1,77

B

0.30

2.40

100

65,33

2,10

C

0.30

2.37

100

62,67

2,07

D

0.30

2.03

100

50,00

1,73

Keterangan: A= 26 oC B= 28 oC C= 30 oC D= 32 oC
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data menunjukkan bahwa
tingkat kelangsungan hidup sangat dipengaruhi oleh suhu air. Berdasarkan hasil di
atas, berarti perlakuan B (suhu 28OC) merupakan suhu terbaik, karena selain
memberikan pertumbuhan berat dan panjang tertinggi juga memberikan tingkat
kelangsungan hidup tertinggi. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa suhu media
pemeliharaan memberikan tingkat pertambahan panjang terhadap larva ikan mas,
karena suhu erat dengan proses metabolisme sehingga pertumbuhan ikan akan
semakin cepat. Sesuai pendapat Cholik et. al (1986) bahwa kenaikan suhu
perairan diikuti oleh derajat metabolisme. Namun kenaikan suhu yang semakin
tinggi akan menurunkian pertumbuhan, karena selera makan ikan mempunyai
suhu yang optimal. Menurut Djajasewaka dan Djajadireja (1990) menyatakan
bahwa suhu optimum untuk selera makan ikan adalah 25–27°C.
Berdasarkan hasil penelitian dengan memperhatikan pertambahan panjang
larva ikan mas pada masingmasing perlakuan hingga pada akhir pengamatan,
maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan B (suhu 28 oC) merupakan perlakuan
yang tertinggi pertumbuhannya dan merupakan suhu yang sesuai untuk larva ikan
mas.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai pertumbuhan bentuk ikan baik
panjang dan berat sesuai dengan pertambahan waktu, sedangkan
kelangsungan hidup dinyatakan sebagai persentase jumlah ikan yang hidup
selama jangka waktu pemeliharaan dibagi dengan jumlah ikan yang
ditebar
2. Suhu dapat mempengaruhi pernapasan, pertumbuhan serta reproduksi,
suhu yang tinggi dapat mengurangi oksigen terlarut dan mempengaruhi
selera makan ikan.
3. Perubahan suhu dapat merusak sistem metabolisme atau pertukaran zat,
mengganggu sistem pencernaan dan pertumbuhan ikan
4. Perubahan suhu yang drastis dapat menyebabkan ikan stress dan
menimbulkan kematian
5. Suhu 28 oC merupakan suhu yang optimal untuk kelangsungan hidup dan
pertumbuhan larva ikan mas.

3.2 Saran
Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam usaha pembenihan ikan maka
perlu diperhatikan kualitas lingkungan baik fisika maupun kimia. Selain itu, para
pembudidaya ikan perlu memperhatikan manajemen pemeliharaan ikan (kolam
pemeliharaan maupun pakan) dengan baik, karena hal ini sangat mempengaruhi
kesehatan ikan. Selain suhu, banyak faktor yang juga mempengaruhi
kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan. Disarankan juga diadakan
penelitian lanjutan dengan jumlah ikan dan jenis ikan yang lebih banyak agar bisa
diperoleh data mengenai kisaran nilai normal terhadap pengaruh perubahan suhu
pada ikan.

DAFTAR PUSTAKA

Adliah, Nudiyal. 2011. Analisis Pendapatan Usaha Pengolahan Ikan Mas
(Cyprinus carpio) Perspektif Laporan Keuangan (Studi Kasus pada
Usaha Limbung Mas Indah, Kelurahan Kalebajeng, Kecamatan Bajeng,
Kabupaten Gowa). Skripsi. FIKP. Universitas Hasanuddin.
Afriatna, Eddy dan Eviliawaty. 1998. Beberapa Metode Budidaya Ikan. Kanisius:
Yogyakarta.
Arfiati, Diana. 2009. Strategi Peningkatan Kualitas Sumberdaya pada Ekosistem
Perairan Tawar. FPIK- Universitas Brawijaya : Malang
Ariaty L. 1991. Morfologi Darah Ikan Mas (Cyprinus carpio), Nila Merah
(Orechromis sp) dan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) dari Sukabumi.
Skripsi. Bogor: Fakultas Perikanan IPB.
Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Karamba. Gramedia: Jakarta
Barus, Ternala Alexander. 2002. Pengantar Limnologi. Kanisius: Yogyakarta
Boyd, C.E., 1982. Water Quality in Warm water Fish Ponds. Auburn. University.
Alabama. USA.
Cholik. F., Artati dan R.Arifudin., 1986. Pengelolaan Kualitas Air Kolam. INFIS
Manual seri nomor 26. Dirjen Perikanan. Jakarta. 52 hal.
Djajasewaka dan Djajadiredja R. 1990. Budidaya Ikan di Indonesia. Cara
Pengembangannya. Badan Litbang Pertanian. Lembaga Penelitian
Perikanan Darat. Jakarta. 48 hal.
Effendie. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius. Jogjakarta
Kelabora, Dominggas M. 2010. Pengaruh Suhu Terhadap Kelangsungan Hidup
dan Pertumbuhan Larva Ikan Mas (cyprinus carpio). Jurnal Perikanan
Terubuk. Vol 38 No.1. ISSN 0126-6265
Minggawati, Infa. 2006. Pengaruh Padat Penebaran yang Berbeda Terhadap
Pertumbuhan Ikan Nila Gift (Oreochromis sp) yang Dipelihara dalam
Baskom Plastic Effect of Different Density of the GIFT Tilapia
(Oreochromis sp) that Reared in Plastic Buckets on Its Growth Rate.
Journal of Tropical Fisheries 1(2): 119-125
Mones, R. Adelbert. 2008. Gambaran Darah Pada Ikan Mas (Cyprinus Carpio
Linn) Strain Majalaya Yang Berasal Dari Daerah Ciampea Bogor.
Skripsi. FKH. IPB: Bogor

Rudiyanti, Siti. Astri Diana Ekasari. 2009. Pertumbuhan Dan Survival Rate Ikan
Mas (Cyprinus Carpio Linn) Pada Berbagai Konsentrasi Pestisida
Regent 0,3 G. Jurnal Saintek Perikanan. Vol. 5 No.1:39-47
Saanin. H., 1994. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid IV. Bina Cipta.
Bandung. 256 hal.
Sudirman, H dan M. Yusri Karim. 2008. Ikan Kerapu (Biologi Eksploitasi
Manajemen dan Budidayanya). Yasrif Watampone. Jakarta.