Hakikat sosiologi sebagai ilmu pengetahu (1)

Hakikat sosiologi sebagai ilmu pengetahun adalah sebagai berikut...


Sosiologi adalah ilmu sosial, hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa sosiologi
mempelajari atau berhubungan dengan gejala-gejala kemasyarakatan



Berdasarkan penerapannya, sosiologi digolongkan dalam ilmu pengetahuan murni (pure
science) dan dapat menjadi ilmu terapan (applied science).



Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak dan bukan pengetahuan yang
konkret. Artinya, yang menajdi perhatian adalah bentuk dan pola peristiwa dalam
masyarakat secara menyeluruh, tidak hanya peristiwa itu sendiri.



Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian dan pola manusia dan
masyarakatnya. Sosiologi meneliti dan mencari apa yang menjadi prinsip dan hukumhukum umum dari interaksi manusia serta bentuk, sifat, isi dan struktur masyarakat.




Sosiologi merupakan ilmu umum, bukan khusus, artinya mempelajari gejala-gejala pada
interaksi antarmanusia.

Sejalan dengan perkembangan masyarakat yang ditandai dengan semakin kompleksnya unsurunsur kemasyarakatan, sosiologi dipersempit menjadi bidang-bidang:


Sosiologi Industri,



Sosiologi Ekonomi,



Sosiologi Kesehatan,




Sosiologi Militer,



Sosiologi Politik,



Sosiologi Pendidikan,



Sosiologi Budaya,



Sosiologi Agama,




Sosiologi Perkotaan dan Pedesaan,



Sosiologi Hukum, dan



Sosiologi Pertanian.



Metode-metode Sosiologi – Telah dijelaskan sebelumnya bahwa sosiologi adalah ilmu
pengetahuan yang berdiri sendiri. Sebagai sebuah ilmu pengetahuan maka sosiologi sekurangkurangnya harus dirumuskan dalam dua cara. Pertama, suatu ilmu adalah satuan kerangka
pengetahuan yang tersusun dan teruji yang diperoleh melalui suatu penelitian ilmiah. Kedua,
suatu ilmu adalah suatu metode untuk menemukan suatu kerangka pengetahuan yang tersusun
dan teruji. Menurut Paul Horton, ada berbagai langkah dalam penelitian ilmiah yang mudah
disusun, yaitu:


a. Merumuskan Masalah
Kita membutuhkan suatu masalah yang bermanfaat untuk diteliti dan yang dapat diselidiki
melalui metode ilmiah.
b. Meninjau Kepustakaan
Tinjauan kepustakaan dilakukan untuk mencari dasar teori yang digunakan sebagai dasar
menganalisis masalah yang diteliti agar penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.
c. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang baru diteliti. Sedangkan
hipotesis itu sendiri antara lain dapat dirumuskan berdasar atas kajian pustaka yang telah
dilakukan.
d. Merencanakan Desain Penelitian
Menguraikan apa yang perlu ditelaah, data apa yang perlu dicari, di mana, bagaimana
mengumpulkan, mengolah, dan menganalisisnya.
e. Mengumpulkan data sesuai dengan desain penelitian
terdapat sejumlah teknik pengumpulan data. Meskipun begitu teknik pengumpulan data harus
disesuaikan dengan jenis serta desain penelitiannya, apakah berbentuk kualitatif atau kuantitatif
sebagaimana pada disiplin ilmu-ilmu lainnya.
Sosiologi juga memiliki sejumlah alat pengumpul data antara lain melalui wawancara, quisioner,
angket dan juga observasi. Data-data yang telah terkumpul tersebut selanjutnya dianalisa.




Empiris, artinya bahwa ilmu pengetahuan tersebut didasarkan atas hasil observasi
(terhadap fenomena yang kasat mata) atau bersifat empirik. Selain itu juga didasarkan
atas akal sehat sehingga hasilnyapun tidak bersifat spekulatif.



Teoritis, yaitu ilmu pengetahuan yang selalu berusaha untuk menyusun abstraksi dari
hasil-hasil observasi. Abstraksi merupakan kerangka unsur-unsur yang tersusun secara
logis serta bertujuan untuk menjelaskan hubungan-hubungan sebab akibat sehingga
menjadi teori.



Kumulatif, bahwa teori-teori sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada
dalam arti memperbaiki, memperluas, serta memperhalus teori-teori lama.




Bersifat nonetis, yang dipersoalkan dalam sosiologi bukan baik buruknya fakta tetapi
bertujuan untuk menjelaskan fakta tersebut secara analitis.



Menganalisis data. Membuat klasifikasi, tabel, dan memperbandingkan data,
melaksanakan berbagai pengujian dan perhitungan yang diperlukan untuk membantu
menemukan hasilnya



Menarik Kesimpulan. Hal terpenting dari penarikan kesimpulan harus memperhatikan: 1)
Hipotesis. 2) Kebenaran hasil berdasarkan data penelitian. 3) Implikasinya bagi sosiologi.
4) Meningkatkan pengetahuan dan wawasan. 5) Saran sebagai kebijakan lebih lanjut.

Oleh karena itu, sosiologi dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan yang mampu berdiri sendiri.
Pertanyaannya sekarang termasuk dalam ilmu pengetahuan apa sosiologi itu? Pada
perkembangannya, terdapat perdebatan apakah sosiologi merupakan ilmu murni (pure science)
atau ilmu terapan (applied scinence). Ilmu murni adalah pencarian pengetahuan, penggunaan

praktisnya bukan merupakan perhatian utama. Sedangkan ilmu terapan adalah pencarian caracara untuk mempergunakan pengetahuan ilmiah guna memecahkan masalah praktis. Banyak
sarjana atau tokoh sosiologi yang mencoba menerapkan teori sosiologi untuk memecahkan
masalahmasalah sosial dan di lain pihak sosiologi secara konstan tetap mencari pengetahuan
yang lebih mendasar sebagai dukungan bagi penerapan pengetahuan praktisnya, sehingga
menimbulkan dua konsep sosiologi yaitu ilmu murni dan ilmu terapan.
Setelah mempunyai pemahaman dan pengertian mendalam tentang sosiologi, hal terpenting
lainnya adalah mengetahui metode-metode penelitian dalam sosiologi sehingga mampu
mempergunakan konsepkonsep sosiologi secara mudah. Ada banyak metode yang dilakukan para
ahli dalam mempelajari sosiologi sebagai ilmu pengetahuan. Pada saat ini telah berkembang
menjadi sebuah metodologi penelitian untuk memperdalam dan menganalisis perubahan sosial
budaya dalam masyarakat. Beberapa metode yang digunakan dalam sosiologi antara lain:
1. Studi Cross-Sectional dan Longitudinal. Studi Cross-Sectional adalah studi yang meliputi
suatu daerah pengamatan yang luas dalam suatu jangka waktu tertentu. Misalnya,
penelitian tentang pengukuran kepuasan dan ketidakpuasan terhadap sairan RRI selama
satu tahun dengan penyebaran lokasi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan,
dan Makassar. Studi Longitudinal adalah studi yang berlangsung sepanjang waktu yang
menggambarkan suatu kecenderungan atau serangkaian observasi sebelum dan sesudah.

Misalnya, melihat tingkat kemiskinan suatu daerah sebelum dan setelah mendapatkan
bantuan dengan daftar pertanyaan yang sama. Secara sederhana, pengumpulan pendapat

umum dalam skala nasional disebut studi cross-sectional, sedangkan penggunaan daftar
pertanyaan yang sama diulang dalam selang waktu akan diperoleh suatu perbandingan
atau yang disevut pula sebagai studi longitudinal.
2. Eksperimen Laboratorium dan Eksperimen Lapangan. Dalam penelitian laboratorium,
subjek orang dikumpulkan di dalam suatu tempat atau laboratorium kemudian diberi
pengalaman yang sesuai dengan yang diinginkan peneliti kemudian dicatat dan ditarik
kesimpulan. Sedangkan eksperimen lapangan adalah pengamatan yang dilakukan di luar
laboratorium di mana peneliti memberikan pengalaman-pengalaman baru kepada objek
secara umum kemudian diamati hasilnya dan ditarik kesimpulannya.
3. Metode Evaluasi. Ini biasa dilakukan untuk mengukur keefektifan suatu program
kegiatan dengan tujuan untuk melihat keberhasilan program melalui pengetahuan yang
ilmiah. Misalnya, tentang evaluasi pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dalam pendidikan nasional kita. Biasanya dalam penelitian evaluasi ini banyak
menggunakan variabel yang harus dikendalikan dan tidak mudah karena seringkali hasil
kesimpulan yang ada dengan kenyataannya berbeda.
4. Metode Kuantitatif dan Kualitatif. Merupakan metode dasar dalam sosiologi. Metode
kuantitatif merupakan metode yang menggu-nakan angka-angka yang kemudian diolah
dan diwujudkan dalam bentuk statistik, seperti skala, tabel, indeks, dan lainnya.
Termasuk metode kuantitatif adalah: 1) Metode Statisfik, yaitu metode dalam sosiologi
yang bertujuan untuk menelaah gejala-gejala sosial secara matematis. 2) Metode

smimurti, yaitu metode yang mempergunakan skalaskala dan angka-angka dalam rangka
antar manusia dalam masyarakat. Metode kualitatif merupakan metode yang lebih
menekankan pada terjadinya interaksi yang membentuk tindakan, dan kondisi sosial
tertentu.
Termasuk metode kualitatif adalah:


Metode historis, metode pengamatan yang menganalisis peristiwaperistiwa dalam masa
silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum.



Metode komparatif, metode pengamatan dengan membandingkan antara bermacammacam masyarakat serta bidang-bidangnya untuk memperoleh perbedaan dan persamaan
sebagai petunjuk perilaku suatu masyarakat pertanian Indonesia pada masa lalu dan masa
depan.



Metode studi kasus, metode pengamatan tentang suatu keadaan, kelompok, masyarakat
setempat, lembaga-lembaga, maupun individu-individu


Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi mengkaji lebih mendalam pada bidangnya dengan cara
bervariasi. Misalnya seorang sosiologi mengkaji dan mengamati kenakalan remaja di Indonesia
saat ini, mereka akan mengkaji mengapa remaja tersebut nakal, mulai kapan remaja tersebut

berprilaku nakal, sampai memberikan alternatif pemecahan masalah tersebut. Hampir semua
gejala sosial yang terjadi di desa maupun di kotabaik individu ataupun kelompok merupakan
ruang kajian yang cocok bagi sosiologi, asalkan menggunakan prosedur ilmiah. Ruang lingkup
kajian sosiologi lebih luas dari ilmu sosial lainnya. Hal ini dikarenakan ruang lingkup sosiologi
mencakup semua interaksi sosial yang berlangsung antara individu dengan individu, individu
dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok di lingkungan masyarakat.
Ruang lingkup kajian sosiologi tersebut jika dirincikan menjadi beberapa hal, misalnya antara
lain:
1. Ekonomi beserta kegiatan usahanya secara prinsipil yang berhubungan dengan produksi
distribusi dan sumber-sumber kekayaan alam.
2. Masalah manajemen yaitu pihak-pihak yang membuat kajian berkaitan dengan apa yang
dialami warganya.
3. Persoalan sejarah yaitu berhubungan dengan catatan kronologis misalnya usaha kegiatan
manusia beserta prestasinya yang tercatat dan sebagainya.
Sosiologi menggabungkan data dari berbagai ilmu pengetahuan sebagai dasar penelitiannya.

Dengan demikian sosiologi dapat dihubungkan dengan kejadian sejarah sepanjang kejadian itu
memberikan keterangan beserta uraian proses berlangsungnya hidup kelompok-kelompok atau
beberapa peristiwa dalam perjalanan sejarah dari kelompok manusia. Sebagai contoh riwayat
suatu negara dapat dipelajari dengan mengungkapkan latar belakang terbentuknya suatu negara,
faktor-faktor, prinsip-prinsip suatu negara sampai perjalanan negara dimasa yang akan datang.
Sosiologi mempertumbuhkan semua lingkungan dan kebiasaan manusia, sepanjang kenyataan
yang ada dalam kehidupan manusia dan dapat memengaruhi pengalaman yang dirasakan
manusia serta proses dalam kelompoknya. Selama kelompok itu ada maka selama itu pula akan
terlihat bentuk-bentuk, cara-cara, standar, mekanisme, masalah, dan perkembangan sifat
kelompok tersebut. Semua faktor tersebut dapat memengaruhi hubungan antara manusia dan
berpengaruh terhadap analisis sosiologi.
Sedangkan sosiologi sendiri berasal dari bahasa latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman
sedangkan Logos berati ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama
kalinya dalam buku yang berjudul “Cours De Philosophie Positive” karangan August Comte
(1798-1857). Walaupun banyak definisi tentang sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan
tentang masyarakat. Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan,
memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya.
Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia
dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangun. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi
merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan
dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain dan umum. Kelompok tersebut mencakup keluarga,
suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik, ekonomi, dan sosial.

Sosiologi adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari individu kelompok dan lembaga sosial
yang membentuk masyarakat secara umum. Ini tentu saja batasan sosiologi yang sangat
sederhana, tetapi paling mudah dimengerti secara awam. Sekedar pengenalan awam berikut akan
dijelaskan secara selintas ruang lingkup kajian sosiologi tersebut.
Sesungguhnya, ruang lingkup kajian sosiologi sebagai ilmu sangatlah luas, mencakup hampir
semua bidang kehidupan masyarakat, baik bidang ekonomi politik agama, pendidikan,
kebudayaan, tentu saja dilihat dari perspektif (asumsi teoritis dan metodologis) sosiologi.
Setidaknya ada sejumlah elemen penting yang menjadi perhatian ahli sosiologi dalam
mempelajari masyarakat. Elemen-elemen tersebut tercakup kepada lima area sosial, yakni:
karakteristik penduduk, prilaku sosial, lembaga sosial, lembaga sosial, elemen budaya dan
perubahan sosial. Karakteristik penduduk akan menentukan pola-pola hubungan sosial dan
truktur sosial yang tercipta dalam kehidupan sosial dimana penduduk bertempat tinggal.
Prilaku sosial dipelajari secara komprehensif dalam sosiologi. Dalam teori psikologi sosial
banyak dibahas tentang prilaku kelompok, sikap kompromitas, kepemimpinan, moral kelompo
dan bermacam-macam bentuk prilaku lainnya. Juga dipelajari interaksi sosial, konflik sosial
gerakan sosial dan perang. Disini juga dipelajari tentang konsep status dan peran, peran (role)
adalah harapan sosial terhadap status (position) yang disandang seseorang di tengah masyarakat
(lingkungan).
Lembaga sosial adalah kumpulan hubungan-hubungan sosial di masyarakat yang membentuk
fungsi sosial khusus. Lembaga sosial tersebut misalnya organisasi bisnis, pemerintah, rumah
sakit, masjid atau pesantren atau sekolah.Masing-masing lembaga memiliki keterkaitan
langsung dengan masyarakat yang eksisis, demikian juga antara lembaga-lembaga sosial
terhadap hubungan timbal balik, yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain.
Lembaga sosial yang dianggap paling penting adalah: keluarga, ekonomi, politik, pendidikan,
dan agama.
Elemen budaya membantu menyatukan dan mengatur kehidupan sosial. Ini memberikan orangorang landasan umum dalam komunikasi dan saling pengertian. Elemen budaya mencakup: seni,
tradisi, bahasa, pengetahuan dan niali-nilai agama. Ahli sosiologi melakukan studi terhadap
pengaruh masing-masing elemen tersebut terhadap kondisi karakter dan prilaku sosial.
Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam kondisi atau pola prilaku dalam
masyarakat. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial, seperti mode invensi,
revolusi, perang, atau sejumlah masalah penduduk lainnya. Tetapi teknologi memainkan pera
yang sangat penting dalam perubahan sosial masyarakat, terutam sejak revolusi industr di
Eropa. Secara umum perubahan sosial dapat dibagi dua (dilihat dari sumber terjadinya
perubahan), yakni perubahan internal (dalam) dan perubahan eksternal (luar).

Konsep dan Teori Sosiologi Pengetahuan
(Sumber: Coser bab 1,2,4,12 dan Dant bab 1,2,3)

Sosiologi pengetahuan merupakan “cabang baru” dalam sosiologi yang secara umum mulai
ramai dikembangkan semenjak tahun 1960-an. Semenjak saat itu sampai kini, sosiologi
pengetahuan tetap menarik perhatian, meskipun terjadi beberapa perubahan penekanan dalam
perkembangannya. Paper berikut disusun dari Buku Coser dan Dant, khususnya berkenaan
dengan penjelasan konsep dan sedikit perkembangan sosiologi pengetahuan yang “hanya”
menjadi wacana di kawasan Eropa dan AS.
Posisi sosiologi pengetahuan dalam sosiologi dan perkembangannya
Secara sederhana, sosiologi pengetahuan dapat dimaknai sebagai upaya menjadikan pengetahuan
sebagai objek perhatian dengan menerapkan perspektif sosiologi. Dalam bukunya, Tim Dant
dijelaskan bahwa pengetahuan merupakan key factor dalam masyarakat. Ia merupakan
komponen sehingga seklompok orang layak disebut ‘masyarakat”. Objek sosiologi pengetahuan
berbeda dengan sosiologi dan juga discourse. Sosiologi pengetahuan adalah suatu perspektif
yang menekankan tentang karakter sosial dari pengetahuan. Ia merefleksikan nilai-nilai dalam
masyarakat yang ditransfer melaui diskursus.
Pengetahuan selalu dibentuk dalam konteks. Hal-hal yang secara subjektif dianggap benar, hanya
benar secara subjektif. Dengan demikian, pengetahuan di satu masyarakat tidak bisa
dibandingkan dengan di masyarakat lain. Demikian pula, pengetahuan orang awam tidak berarti
lebih rendah dibandingkan ekspert.
Pada hakekatnya, dapat dikatakan bahwa sosiologi pengetahuan merupakan suatu cabang dari
ilmu-ilmu sosiologi. Dalam bidang ini dipelajari bagaimana hubungan antara pengetahuan dan
masyarakat, yaitu bagaimana pengetahuan diproduksi, didistribusi dan direpoduksi di tengah
masyarakat melalui relasi-relasi sosial. Hal ini sangat berbeda dengan filsafat. Dalam filsafat,
pengetahuan tidak berhubungan dengan masyarakat, ia disusun terpisah dari masyarakatnya. Ia
“benar” dengan sendirinya, dan hanya menurut kalangan ahli filsafat. Pengetahuan bukan suatu
yang relatif, karena ia menjadi satu kebenaran.
Dalam buku Tim Dant juga dipaparkan tentang perkembangan sosiologi pengetahuan dan
sumbangan berbagai ahli. Ia menemukan bahwa sosiologi pengetahuan berakar dari pemikiran
filsafat. Pada masa awal, disebutkan Merton telah mendiskusikan peran sosial dari intelektual
dalam birokrasi politik. Ia melakukan studi sosiologis tentang science sehingga melahirkan apa
yang dilabelinya ”ethos of science”. Selanjutnya perlu pula disebut peran Znaniecki yang mulai
membahas ini semenjak tahun 1940-an. Sementara Parson tertarik dengan operasi nilai-nilai
dalam lapangan pengetahuan. Di kalangan modern dapat misalnya disebut Neisse dan Eriksson
yang mengembangkan metodologi bagaimana melakukan sosiologi pengetahuan sehingga
menjadi ilmiah.
Pada era tahun 1970-an, Merton mengatakan bahwa sosiologi mampu melihat pengetahuan, baik
yang berupa scientific proposition maupun scientific community. Merton menemukan bahwa ada
institusi keilmuan di dalam masyarakat. Ia pun melihat bahwa nilai-nilai yang dikembangkan di
komunitas ilmiah sama dengan nilai-nilai yang dikembangkan melalui demokrasi. Masyarakat
sebagai lokasi pengetahun berbeda dengan masyarakat sebagai sumber pengetahuan, dimana
pada yang pertama dilahirkan kebijakan lokal (local wisdom).

Dari analisa sosiologi pengetahuan, disimpulkan bahwa apa yang diagung-agungkan sebagai
sifat universalitas dari pengetahuan, sesungguhnya tidak lebih dari universalitas fikiran Barat,
khususnya Eropa Barat. Kebenaran universal ini ini misalnya lalu dipakai dalam menyusun teoriteori developmentalis. Demikian pula, ilmu pengetahuan yang disusun dan berkembang di era
kolonial cenderung mengklaim bahwa ilmu (mereka) universal.
Beberapa Konsep dan Teori Sosiologi Pengetahuan
Secara sadar atau tidak, objek sosiologi pengetahuan telah menjadi perhatian para ahli sosiologi,
semenjak era sosiologi klasik. Comte misalnya memaparkan bahwa pengetahuan dan
masayarakat saling mempengaruhi secara timbal balik. Karena relasinya yang timbal balik, maka
pola-pola pengembangan masyarakat tercermin pula dari pola-pola pengetahuan yang dominan.
Menurut Comte, pengetahuan bermula dari bentuk-bentuk teologis, berlanjut menjadi metafisik,
dan akhirnya menjadi positivistik. Pada era teologis benda-benda merupakan sumber
pengetahuan. Pembabakan ini hanya melihat modus intelektual yang dominan, karena sedikit
banyak tipe pengetahuan yang tahayul misalnya masih tetap ada dalam satu masyarakat
meskipun perkembangannya telah lanjut.
Selanjutnya Emile Durkheim, sebagaimana ide dasarnya “fakta sosial”, ia melihat bahwa
pengetahuan dibentuk dalam relasi yang intersubjektif. Pengetahuan merupakan sesuatu yang
berada di luar kontrol individu, dan melekat padanya berbagai atribut lain karena ia merupakan
fakta sosial. Bahkan, agama juga merupakan suatu yang intersubjektif, karena berbentuk sebagai
sebuah kesadaran. Agama, sebagaimana pengetahuan, berkembang seirama dengan corak
solidaritas sosial di masyarakat bersangkutan. Agama totem misalnya berkembang pada
masyarakat dengan ciri solidaritas mekanis. Durkheim melihat cukup besarnya peran agama
dalam masyarakat, dimana ia menjelaskan masyarakat melalui agama yang dianutnya. Dalam
konteks pengetahuan, Durkheim meyakini bahwa agama lah yang telah mengenalkan konsep
ruang dan waktu pada masyarakat. Ia menjadi basis terbentuknya pengetahuan di masyarakat
bersangkutan.
Demikian pula Karl Marx dengan ide besarnya tentang kelas dan mode of production. Menurut
Marx, pengetahuan berkaitan dengan relasi produksi, dan ia pun menjadi modes of production.
Relasi kelas yang eksis dapat dilihat juga sebagai sebuah relasi pengetahuan. Dengan kata lain,
pengetahuan ada dalam modes of production, sebagai modal untuk memperoleh ekonomi. Di sisi
lain, pengetahuan juga menjadi dasar untuk menjalankan modes of production tersebut. Marx
berpendapat bahwa pengetahuan pada abad ke 20 dibentuk dari revolusi proletariat dan revolusi
borjuasi. Clash of civilization telah menyebabkan pula lahirnya clash of development.
Satu tokoh yang cukup penting berkenaan dengan sosiologi pengetahuan adalah Karl Mannheim,
yang sedikit banyak ikut dipengaruhi oleh Marx khususnya pemikirannya tentang ideologi.
Sosiologi pengetahuan menurut Mannheim adalah studi secara sistematis terhadap pengetahuan,
gagasan, dan fenomena intelektual secara umum. Mannheim mengaitkan gagasan tentang
kelompok dengan pandangan tentang kelompok dalam struktur sosial.
Dalam pemikiran Mannheim, “ideologi” merupakan satu bentuk pengetahuan yang diberinya
perhatian secara lebih. Dalam bukunya “Ideologi dan Utopia”, ideologi dimaknainya sebagai
sistem gagasan yang berupaya menyembunyikan dan mempertahankan masa kini dengan
menafsirkannya dari sudut pandang masa lalu.

Sosiologi pengetahuan di satu sisi menyingkap untuk memahami pemikiran dan perilaku, di sisi
lain untuk mengembangkan teori untuk situasi kontemporer berkenaan dengan signifikansi faktor
kondisi non teoritis dalam pengetahuan. Pengetahuan tidak mudah diidentifikasi secara empiris,
berbeda dengan ideologi yang lebih mudah mengidentifikasinya. Ideologi merupakan
pengetahuan khusus yang hidup di setiap masyarakat yang memiliki perspektf politik dan
berkaitan dengan kelas dan strata politik.
Menurut Mannheim, “ideologi” merupakan pengetahuan yang tidak mencerminkan
masyarakatnya. Pengetahuan melekat di kultur, dimana basisnya adalah masyarakat. Namun
ideologi tidak memiliki basis sosial sama sekali. Ideologi hanya disusun oleh sebagian kecil elit,
lalu disebarkan untuk diamini. Pengetahuan merupakan produksi kelompok (group product)
karena membutuhkan pengakuan secara sosial. Mannheim tidak membedakan antara kultur dan
pengetahuan ilmiah (scientific knowledge), sehingga juga tidak bisa membedakan sosiololgi
pengetahuan dan filsafat ilmu pengetahuan.
Karl Mannheim merupakan salah satu tokoh yang penting dalam sosiologi pengetahuan.
Menurutnya, analisis struktural dari teori-teori pengetahuan itu sebenarnya tidak dirancang untuk
membedakan teori pengetahuan dengan berbagai bentuk elemen pendukung dan katrakteristik
yang ada pada setiap teori. Oleh karenanya, harus diupayakan untuk mengurangi perbedaanperbedaan antara konsep liberalisme sebagai suatu sistem politik dan liberalisme sebagai suatu
struktur pengetahuan. Atas dasar itu, harus ada keseimbangan antara konflik atau krisis dengan
kompromi terutama yang menyangkut masalah-masalah politik dan kehidupan sosial. Di situ,
harus ada keseimbangan antara janji-janji dan ancaman secara bersama-sama.
Mannheim telah berbicara mengenai konsep-konsep yang menyangkut sosiologi pengetahuan,
ideologi, politik, dan kehidupan sosial. Secara jelas ia menerapkan konsepnya Marx berkenaan
kesadaran kelas. Dalam kaitan ini ada dua hal penting yang harus diperhatikan, pertama adalah
adanya konsep-konsep ideologi sebagai struktur kognitif yang dianggap lemah, karena hanya
memiliki perspektif tunggal yang memerlukan koreksi dari perspektif lain. Kedua adalah bahwa
sosiologi pengetahuan itu muncul dari isu-isu substansial yang terwujud karena berbagai ideologi
yang ada memberikan kontribusinya secara langsung di dalam orientasi dan kehidupan politik.
Manheim menyebutkan betapa pentingnya sosiologi pengetahuan sebagai salah satu bidang
kajian. Secara relatif, sosiologi pengetahuan merupakan bidang yang masih muda
perkembangannya. Ia menyusun tahapan-tahapan dari satu ideologi menjadi wacana dalam
sosiologi pengetahuan. Langkah-langkah tersebut diawali dengan mengeksplorasi filasafat
kesadaran, dilanjutkan dengan meneguhkan perspektif historis, dan berakhir dengan analisa
proses sosial historis. Melalui jalan ini, konsep totalitas dalam ideologi yang bersifat generalis
perlahan-lahan bertransformasi ke sistem riset dan pengamatan dalam sosiologi pengetahuan.
Sumber Bacaan:
Coser, Lewis. 1977. Masters of Sociological Thought: Ideas in Historical and Social Context.
New York: Harcourt Brace Jovanovich.
Dant, Tim. 1991. Knowledge, Ideologi and Discourse: a Sociological Perspective. London:
Routledge.

2.4. Manfaat Sosiologi
Pada hakikatnya ilmu pengetahuan timbul karena adanya hasrat ingin tahu dalam diri manusia. Hasrat
ingin tahu tadi timbul karena banyak sekali aspek-aspek kehidupan yang masih gelap bagi manusia, dan
manusia ingin mengetahui kebenaran dari kegelapan tersebut. Sama halnya dengan ilmu-ilmu lain, teoriteori yang ada dalam sosiologi memiliki tujuan untuk mencari kebenaran dari berbagai fenomena, gejala,
dan masalah sosial. Ditinjau dari aspek aksiologi, sosiologi memiliki nilai guna dalam menganalisis
fenomena-fenomena sosial yang ada di masyarakat.

Keragaman budaya seharusnya menyadarkan kita bahwa sangat penting memahami latar belakang sosial
budaya yang berasal dari masyarakat lain. Kajian tentang fenomena sosial budaya tidak bermaksud untuk
memberikan penilaian suatu budaya baik atau buruk, cocok atau tidak cocok bagi suatu masyarakat.
Sosiologi tidak bertujuan untuk memberikan penilaian bahwa suatu kebudayaan lebih tinggi atau lebih
rendah dari kebudayaan masyarakat lain. Namun, kita diajak untuk memahami keragaman budaya
sebagai sesuatu yang dapat memperkaya kebudayaan dalam suatu masyarakat.

Dalam konteks kehidupan masyarakat Indonesia yang multietnis, multikultural, sosiologi berperan untuk
mewujudkan integrasi atau persatuan nasional. Pemanfaatan kedua ilmu itu yang lebih praktis sifatnya
bisa dilihat pada penggunaannya untuk memperlancar proyek pembangunan, penyuluhan terhadap
masyarakat seperti program keluarga berencana, bahaya narkoba, dan penegakan hukum