Hubungan Sipil Militer dalam Strategi Ko (1)

Hubungan Sipil-Militer dalam Strategi Kontra-Insurgensi Kolombia
Latar Belakang
Selama lebih dari empat puluh tahun, Kolombia telah mengalami konflik
internal dan perselisihan ideologi. Pemerintah Kolombia terkurung dalam
pertaruhan legitimasi politik dan bertahan hidup melawan kelompok – kelompok
pemberontak. Konflik ini membawa Kolombia ke situasi kritis yang mengancam
kedaulatan negara dan memungkinkan Kolombia menjadi failed state. Untuk
merespon situasi tersebut, bangsa Kolombia, kelompok politik dan militer di
Kolombia dan masyarakat sipil Kolombia telah bersatu dalam upaya mengambil
alih kontrol negara. Hasil dari upaya persatuan komponen – komponen tadi
diimplementasikan dalam strategi politik-militer sejak 1999.
Tabel 1 Kelompok Pemberontak di Kolombia1

Kelompok
Pemberontak

Nama

Keterangan

Fuerzas

Armadas
Revolucionarias
de
Colombia
(FARC)

 Kelompok tertua dan terbesar, yang
memiliki suplai logistik, keuangan dan
persenjataan paling baik di Amerika Latin.
 Wilayah operasi di pedesaan, dengan basis
utama di Tenggara Kolombia
 Aktivitasnya
termasuk
pemboman,
pembunuhan, serangan mortir, penculikan
dan pembajakan terhadap politisi Kolombia
serta perdagangan narkotika.
 Sayap politik dari Partai Komunis
Kolombia yang berhaluan marxismeleninisme.
 Tujuan utama untuk menggulingkan

pemerintahan Kolombia yang berkuasa.

Ejercito
de
Liberacon
Nacional (ELN)

 Kelompok yang terinspirasi dari gerakan
Fidel Castro dan Che Guevara.
 Wilayah
Lembah

operasi di Utara
Magdalena
dan

Kolombia,
sepanjang

1 Beittel, June S. and Clare Seelke. 2009. Colombia: Issues for Congress. Washington D.C.:

Congressional Research Service. hal 7-10

1

perbatasan Kolombia-Venezuela.
 Aktivitasnya
termasuk
pemboman,
penculikan, perusakan pipa minyak dan
perdagangan narkotika.
 Gereja Katolik Roma berpengaruh besar
terhadap ELN.

Strategi awal yang dilakukan Kolombia untuk mengambil alih kembali
kontrol terhadap beberapa wilayah yang memberontak dari dalam negara adalah
menginisiasi Plan Colombia. Plan Colombia menyajikan strategi yang jelas dan
dijadikan sebagai pedoman operasional bagi elit politik dan militer di Kolombia.
Walaupun Plan Colombia tidak menghentikan perdagangan narkotika seperti yang
diharapkan rakyat, Plan Colombia menuntun pemerintah dengan arah yang jelas
untuk implementasi operasi-operasi militer melawan pemberontak. Hal yang

membuat Plan Colombia berbeda dengan kampanye militer dan kebijakan
demokratisasi lainnya adalah aspek taktik dan operasionalnya, sehingga Plan
Colombia lebih memberikan daya rusak terhadap basis dan psikologis kelompok
pemberontak. Sebenarnya hal ini bisa terjadi karena pemerintah Kolombia telah
belajar dari operasi – operasi militer dan strategi kontra-insurgensi sebelumnya,
pada saat militer Kolombia menyerang wilayah yang dikontrol pemberontak dan
kemudian keluar dari wilayah tersebut, pemberontak biasanya kembali dan
mengontrol kembali wilayah yang sudah diamankan tadi.
Para pemikir strategi militer Kolombia terus mengembangkan doktrin
kontra-insurgensi lain untuk merespon efek destabilisasi yang dilakukan
kelompok pemberontak. Doktrin ini melibatkan seluruh elemen pemerintah dan
masyarakat sipil, yaitu Strategi Plan Patriota dan Democratic Security Strategy,
dan yang paling baru adalah Strategi Democratic Security Consolidation Policy.
Gagasan utama dari strategi-strategi ini adalah ketika Angkatan Bersenjata
Kolombia menyerang wilayah – wilayah pemberontak, maka selanjutnya Polisi
nasional Kolombia mengamankan wilayah operasi. Institusi-institusi pemerintah
selanjutnya datang dan membantu masyarakat lokal melalui proyek sosial dan
ekonomi. Kondisi yang muncul adalah konsolidasi demokrasi yang membawa
fungsi institusi pemerintah dan masyarakat sipil dalam satu payung kontrainsurgensi. Pendekatan ini merupakan salah satu model inter-agensi dari kontrainsurgensi. Pendekatan inter-agensi ini tidak hanya memperkuat sektor keamanan,
tetapi juga meningkatkan sektor sosial-politik.

Gagasan dibalik doktrin inter-agensi ini merupakan bentuk kerjasama sipilmiliter yang kuat, tidak hanya antara pemimpin politik dengan institusi militer,
tetapi juga antara masyarakat sipil dengan institusi militer. Pola segitiga dalam
hubungan antar aktor, ditambah peningkatan level keamanan dan kondisi sosialpolitik akan membawa pemerintahan yang berkelanjutan di banyak wilayah
2

Kolombia. Pemerintahan yang berkelanjutan merupakan salah satu inti utama dari
konsep demokrasi.

Permasalahan
Ancaman utama terhadap keamanan di Kolombia berasal dari aktor internal
dan eksternal. Bangsa Kolombia telah lama mempunyai masalah dengan
gerilyawan, paramiliter dan penyeludup narkotika.2 Seiring waktu, pergerakan
kelompok-kelompok ini semakin berdampak terhadap keamanan Kolombia.
Selain itu, ada ancaman politik terhadap rezim pemerintah yang berasal dari
negara-negara tetangga seperti Ekuador dan Venezuela.3 Banyak dari kelompok
pemberontak memiliki basis di perbatasan dan bergerak lintas perbatasan
Kolombia dan negara tetangga untuk berlindung. Kondisi ini menempatkan
Kolombia dalam posisi yang tidak menguntungkan karena diperlukan upaya
diplomatik untuk berurusan dengan negara tetangga yang secara tidak langsung
melindungi kelompok pemberontak tersebut.

Gejolak dalam negeri Kolombia berdampak besar terhadap negara dalam
berbagai sektor. Salah satu sektor yang terkena dampak paling parah adalah
keamanan internal. Fokus yang berlebih di dalam negeri juga berpengaruh
terhadap keamanan eksternal, hasilnya negara ini lebih rentan terhadap serangan
dari luar. Penekanan pada stabilitas dalam negeri juga mempengaruhi perhatian
negara-negara lain terhadap konflik dengan kelompok pemberontak, mengingat
wilayah konflik juga banyak di sekitar perbatasan Kolombia dengan negaranegara tetangganya.
Kondisi di Kolombia merupakan bentuk sistem kekerasan (system of
violence). Richani (2002) menjelaskan bahwa perang yang terjadi di Kolombia
telah membuat sistem perang yang saling terhubung. Sistem ini dijalin oleh
interaksi aktor-aktor konflik, kondisi ekonomi-politik setiap individu dan kondisi
ekonomi-politik secara umum dan membuat hubungan kompleks di sektor
ekonomi-sosial-politik berpengaruh terhadap pencegahan resolusi perdamaian.4
2 Uribe-Uran, Victor. 2009. Colombian Strategic Culture. Florida International University. ARC
Strategic Culture Findings Report 4. hal 24
3 Op. Cit, Beittel, hal 7
4 Richani, Nazih. 2002. Systems of Violence: The Political Economy of War and Peace in
Colombia. New York: State University of New York Press.

3


Hipotesis
Sejak pemerintah Kolombia melaksanakan doktrin kontra-insurgensi yang
berlandaskan hubungan sipil-militer, pemerintah Kolombia juga mampu
mempertahankan stabilitas keamanan di dalam negeri
Penilaian
Tabel 2 Sejarah Strategi Kontra-Insurgensi Kolombia
Tahun

Strategi

Keterangan

1962

Plan Lazo

 Amerika Serikat melihat perlunya mendukung
pemerintahan baru Kolombia setelah La
Violencia

untuk
menyerang
kembali
pemberontak komunis yang posisinya makin
kuat di Kolombia
 Amerika Serikat mengurukan tim survei dari
DOD/CIA dan tim latihan militer (MTT) ke
Kolombia untuk membantu Militer Kolombia
menstabilkan situasi
 Komponen utama dalam strategi ini adalah
penetapan action civica militar, sebuah aksi
yang ditujukan untuk menstabilkan situasi,
dengan cara membuat hubungan utama antara
perdamaian dan solidaritas antara pemerintah
dengan masyarakat melalui program-program
pengembangan masyarakat.5

1999

Plan Colombia


 Presiden Pastrana mendesain rencana nasional
Kolombia yang ditujukan untuk memperkuat
negara,
mencapai
perdamaian
dan
kesejahteraan, dan melawan kartel narkotika
 Strategi ini dilihat sebagai Marshall Plan bagi
Kolombia. Strategi ini berdasarkan lima pilar
utama
pembangunan
institusi
sosial,
diantaranya: formulasi proses perdamaian,
reformasi ekonomi, kebijakan kontra-narkotika,

5 Rempe, Dennis. 2002. The Past as Prologue: A History of U.S. Counterinsurgency Policy in
Colombia, 1958-66. Carlisle: US Army War College Strategic Studies Institute. Hal. 19


4

demokratisasi dan reformasi sosial.6
2003

Plan Patriota dan  Presiden Uribe mengambil langkah keras
Democratic
menghadapi kelompok pemberontak dan
Security Strategy
mendapat dukungan penuh dari masyarakat.
Strategi ini merupakan kampanye untuk
mengambil kembali wilayah – wilayah
Kolombia yang dikuasai FARC.7
 Strategi ini mendapat bantuan dari Kementerian
Pertahanan, untuk membangun strategi nasional
yang dapat memulihkan dan menjaga kondisi
demokrasi di beberapa wilayah Kolombia yang
masih tertinggal.8
 Strategi ini berdasarkan visi Presiden Uribe
yang menginginkan masuknya investasi asing

ke Kolombia. Jika situasi dalam negeri aman,
arus investasi asing akan masuk dan keyakinan
masyarakat terhadap pemerintah meningkat.9
 Strategi ini merupakan strategi pertama di
Kolombia yang menjelaskan hubungan sipilmiliter sebagai inti dari konsep operasionalnya.
Seperti yang tertulis di kebijakan resmi
pemerintah Kolombia, bahwa tujuan utama dari
Democratic Security Strategy adalah untuk
memperkuat dan menjamin supremasi hukum di
Kolombia, melalui bantuan otoritas demokrasi.
Untuk mencapai tujuan utama ini, tujuan
strategis lainnya dicapai kerjasama antara
institusi sipil pemerintah, militer dan sipil
masyarakat.10

2007

Democratic
Security
Consolidation
Policy and the
Strategic Leap

 Pemerintah Kolombia menggunakan strategi ini
dalam implementasi kebijakan yang ditujukan
untuk tujuan keamanan dan perdamaian,
penindakan hukum, penjaminan keamanan,
koordinasi kekuatan dan koordinasi lembaga
negara.11

6 Muller, Christopher. 2006. USMILGP Colombia: Transforming Security Cooperation in the
Global War on Terrorism. Master's Thesis, Naval Postgraduate College.
7 Beittel, Op.Cit, hal 7
8 Mejia, Alberto. 2008. Colombia's National Security Strategy, A New COIN Approach. Master's
Thesis, US Army War College. hal 16
9 Ibid
10 Colombian Ministry of Defense. 2007. Politico de Consolidacion de La Seguridad
Democratica. Bogota: La Oficina del Ministro de Defensa Nacional.

5

 Strategi ini dipersiapkan untuk operasi militer
besar
yang
dikonsolidasikan
dengan
peningkatan pengaruh politik di masyarakat

Tabel 2 telah menjelaskan strategi kontra-insurgensi yang dilakukan
pemerintah Kolombia. Strategi Kolombia dapat dilihat sebagai implementasi
tujuan militer untuk tujuan politik, maka perlu dilakukan evaluasi sistematis
mengenai strategi yang terbaru (Democratic Security Consolidation Policy)
Penilaian terhadap model strategi tidak memerlukan analisis saintifik jika
dapat memahami tujuan strategi tersebut. Bartholomees (2008) menjelaskan
pedoman yang mampu mengurai kompleksitas dari suatu strategi. Pedoman ini
ditujukan untuk mencapai koherensi, keberlanjutan dan konsensus antara tujuan
politik dan tujuan militer. Evaluasi menggunakan pedoman ini dimulai dari
perspektif mengenai tujuan nasional dan beraakhir pada implementasi strategi di
lapangan. Adapun pedoman yang dimaksud bisa dilihat pada;

Gambar 1 Model Formulasi Strategi12

11 Ibid
12 Bartholomees, J Boone. 2008. US Army War College Guide to National Security Issues,
Volume II: National Security Policy and Strategy. Carlisle: US Army War College-Strategic
Studies Institute.

6

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan adalah selama perumusan
strategi, lingkungan global (eksternal) dan lingkungan nasional (internal)
berpengaruh diluar dan tetap sebagai konstanta selama proses formulasi. Evaluasi
akan dijelaskan dalam tabel 3.
Tabel 3 Penilaian Terhadap Strategi Democratic Security Consolidation
Policy
No

Variabel

Keterangan

1

Tujuan Nasional

Dalam kebijakan resmi Pemerintah Kolombia
tertulis bahwa tujuan nasional Negara Kolombia
adalah untuk terus meningkatkan kondisi sosial
masyarakat, untuk terus mengkonsolidasikan
demokratisasi di wilayah lemah hukum dan untuk
mengakhiri
kekuatan
kelompok-kelompok
bersenjata.13 Tujuan ini merefleksikan upaya negara
untuk kembali ke dasar moralitasnya dan
bertanggung jawab kepada masyarakat.

2

Kepentingan Nasional

Pemerintah

Kolombia

akan

meningkatkan

13 Op. Cit. Colombia Ministry of Defense

7

keamanan melalui pengerahan armada militer dan
keamanan untuk menekan kekuatan kelompok
pemberontak,
termasuk
juga
mereformasi
kebijakan pemerintah terkait bantuan keamanan.14
Ketika keamanan mampu ditingkatkan, negara akan
memulai untuk mengembangkan metode untuk
meningkatkan
aksi
pemerintah
untuk
mempromosikan nilai – nilai kepemerintahan yang
baik.
3

Strategi Besar

4

Kebijakan Nasional

5

Proses
Strategi

Strategi Democratic Security Consolidation Policy
berpengaruh terhadap peningkatan keamanan
nasional dan rasa aman serta damai diantara rakyat
Kolombia.15

Pemimpin politik Kolombia telah mengembangkan
pedoman nasional yang menjelaskan hubungan
diantara aktor-aktor pemerintahan. Terkait strategi
Democratic Security Consolidation Policy,
pedoman ini dirumuskan dalam formula
keselarasan upaya, yaitu; Militer/Polisi + Sipil +
Kontrol Anti-Narkotika pada konteks kontrol,
stabilisasi dan konsilidasi.16
Formulasi Dokumen Departemen Pertahanan Kolombia
(2007) menjelaskan bahwa Democratic Security
Consolidation Policy membutuhkan perombakan
total dari Badan Intelijen Negara dan pendirian
suatu Pusat Studi Strategis yang memeriksa
kesesuaian kebijakan negara dengan tujuan
nasionalnya, konsep strategis dan kekuatan
nasionalnya
serta
mengatur
mekanisme
pengawasan dalam negeri yang mengawasi sumber
daya negara.

Dari penjelasan tabel diatas, dapat dilihat bahwa strategi Democratic
Consolidation Policy merupakan implementasi objek politik kedalam organisasi
militer yang berlandaskan kepentingan rakyat sipil.

Analisis
Penulis mencoba menganalisis proses inter-agensi dalam hubungan sipil
militer di Kolombia dengan teori konkordinasi. Teori ini menyebutkan bahwa tiga
14 Ibid
15 Ibid
16 Ibid

8

aktor –militer, elit politik dan masyarakat- seharusnya memiliki sasaran hubungan
kerjasama. Teori ini juga tidak menghalangi pemisahan institusi sipil dan militer,
lebih menekankan perlunya dialog, akomodasi dan pertukaran nilai antara militer,
elit politik dan masyarakat. Teori konkordinasi memiliki empat konsep utama
yang dipengaruhi kesepakatan tiga partner, yaitu: komposisi sosial dari petugas
kepolisian, proses perumusan kebijakan politik, metode rekrutmen militer dan
gaya kemiliteran.17
Tujuan dari teori konkordinasi ada dua hal; pertama, mencoba menjelaskan
kondisi kelembagaan dan budaya yang mempengaruhi hubungan antara militer,
elit politik dan masyarakat. Kedua, membantu prediksi terkait kurangnya
kesepakatan antara tiga aktor dan kemungkinan intervensi militer dalam politik
internal, didasarkan pada ketidakpraktisan dari kesepakatan.18
Ketika pendekatan sipil-militer ini diaplikasikan kedalam formulasi strategi
Kolombia, ada beberapa komposisi yang saling mendukung dan berkontribusi
didalam kesuksesan hubungan sipil-militer di Kolombia, dan ada komposisi lain
yang tidak berkontribusi dalam kasus di Kolombia. Ketiga komponen yang
berkontribusi pada strategi kontra-insurgensi Kolombia yang terakhir (Democratic
Security Consilidation Policy) adalah proses pembuatan kebijakan politik, metode
rekruitmen militer dan gaya kemiliteran.
Strategi Democratic Security Consilidation Policy menempatkan tanggung
jawab pembuatan kebijakan oleh institusi sipil. Pendekatan ini diterima oleh
kelompok militer dan masyarakat sipil, hasilnya legitimasi negara terbilang tinggi
dalam implementasi strategi. Pada konteks metode rekruitmen militer, jumlah
personel militer Kolombia meningkat setiap tahunnya. Rekruitmen, pelatihan dan
perlengkapan membutuhkan pengeluaran yang besar. Untuk mengatasinya,
pemerintah mengeluarkan pajak perang untuk meningkatkan pendapatan negara.
Terkait gaya kemiliteran, dapat dikatakan bahwa militer Kolombia telah
berkembang menjadi organisasi militer yang berkompetensi (dalam artian
semakin profesional). Pngerahan Armada Militer Khusus Kolombia (SOF) ke
Afghanistan dan penyerbuan ke basis militer FARC memperlihatkan bahwa
militer sudah dipersiapkan secara matang dalam menghadapi situasi paling
genting sekalipun dan posisinya krusial dalam konteks keamanan nasional
Kolombia.
Dampak terhadap strategi hubungan sipil-militer di Kolombia dapat
dianalisis dari kondisi keamanan. Empat indikator yang dipilih untuk menjelaskan
hubungan strategi dengan dampak keamanan adalah jumlah pembunuhan,
penculikan, serangan kelompok bersenjata dan kombatan ilegal yang telah
demobilisasi.

17 Schiff, Rebecca L. 2009. The Military and Domestic Politics: A Concordance Theory of
Civil-Military Relations. New York: Routledge.
18 Op. Cit. Schiff. hal 33

9

Tabel 4 Level Kekerasan di Kolombia - Indikator Keamanan19
Tahun Strategi
KontraInsurgensi

Pembunu Penculik
han
an

Serangan
Kelompok
Bersenjata

Demobili Jumla
sasi
h
Kombata Insiden
n

1999

168

5791

1194

0

7153

2000

236

5663

1349

0

7448

2001

185

4123

1172

0

5482

2002

115

4590

1645

1412

6350

94

3379

1237

2538

4730

46

2199

724

2972

2969

48

1177

612

2364

1837

37

977

646

2460

1660

26

751

316

3192

1093

37

634

347

3461

1018

2003
2004
2005

Plan
Colombia

Plan
Patriota dan
Democratic
Security
Strategy

2006
2007
2008

Democratic
Security
Consolidatio
n Policy and
the Strategic
Leap

Tabel 4 dapat menjelaskan keberhasilan strategi kontra-insurgensi yang
dilakukan oleh Kolombia. Perubahan strategi kontra-insurgensi yang didasarkan
pada penyempurnaan strategi sebelumnya juga berdampak pada penurunan jumlah
insiden kekerasan yang terjadi di Kolombia. Penurunan drastis jumlah insiden
kekerasan terjadi sejak strategi Plan Patriota dan Democratic Security Strategy
dilaksanakan. Tabel 2 telah menjelaskan bahwa strategi ini merupakan strategi
pertama yang menekankan hubungan sipil-militer sebagai inti operasionalnya.
Dibalik keberhasilan strategi ini, ada beberapa kelemahan, yaitu
pelanggaran Hak Asasi Manusia dan ketergantungan pemerintah Kolombia
terhadap dukungan internasional. Selama berlangsungnya operasi militer melawan
19 Colombian Ministry of Defense. 2009. Consolidacion de la Seguridad Democratica: Un
esfuerzo con decision y resultados. Bogota: La Oficina del Ministro de Defensa Nacional dalam
Schoonover, Harvey A. 2011. Cooperation in The Midst of Chaos: An Examination of Colombia’s
Civil-Military Relationship and Its Effort in Combating Socio-Political Destabilization. Florida:
Florida Atlantic University. hal 108

10

pemberontak, ditemukan banyak kasus pelanggaran HAM yang dilakukan oleh
militer Kolombia. Padahal, pelanggaran HAM ini berdampak negatif terhadap
operasi kontra-insurgensi dan mengurangi keefektifan hubungan sipil-militer.
Salah satu permasalah yang tersisa adalah ketakutan rakyat Kolombia bahwa
militer tidak mampu melindungi mereka dari pemberontak yang mampu berbaur
ditengah – tengah masyarakat.

Tabel 5 Bantuan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap Kolombia20
Tahun

Strategi

Total Bantuan (USD$)

1999

Plan Colombia

318, 464, 877

2000

1,002,896,855

2001

225,290,217

2002

504,050,141

2003

Plan Patriota dan Democratic
Security Strategy

742,327,707

2004

728,723,588

2005

713,634,737

2006

724,787,053

2007

Democratic Security
Consolidation Policy

752,349,023

2008

646,675,402

2009

643,953,053

Faktor eksternal yang berpengaruh besar terhadap keberhasilan Kolombia
melaksanakan strategi kontra-insurgensi adalah bantuan dan dukungan
internasional, terutama Amerika Serikat. Kolombia seperti hampir semua negaranegara Amerika Latin menghadapi permasalahan finansial. Pemerintah Kolombia
percaya bahwa bantuan dari Amerika Serikat akan selalu datang. Padahal, dalam
lingkungan strategis kontra-insurgensi, kita harus selalu mencoba dua atau tiga
langkah didepan lawan dan mencoba memprediksi langkah-langkah strategis
didepan. Jika ketergantungan terhadap bantuan asing ini terus terjadi, maka visi
20 Center for International Policy. "Plan Colombia and Beyond," Colombia Program.
http://www.cipcol.org/ (diakses Oktober 2014)

11

politik dan strategis yang tertulis dalam komponen-komponen formulasi strategis
seperti pada gambar 1 tidak mampu dicapai.

Kesimpulan dan Rekomendasi
Kolombia telah membuat suatu doktrin strategi, yang menggabungkan
hubungan sipil-militer sebagai penggerak utamanya. Dari hasil analisis,
pendekatan kontra-insurgensi yang baru (Democratic Security Consolidation
Policy) berdampak positif terhadap kondisi keamanan di Kolombia. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Tanpa pemahaman yang jelas, pendekatan kontra-insurgensi dapat dipahami
sebagai instrumen kekerasan daripada sebagai instrumen untuk meningkatkan
kondisi keamanan dan sosial-politik
2. Untuk menghindari persepsi negatif terhadap strategi tersebut, diperlukan
upaya pelibatan komponen sipil yang lebih besar. Terutama di basis-basis
pemberontak
3. Untuk menghindari ketergantungan yang berlebihan terhadap bantuan finansial
Amerika Serikat, Kolombia seharusnya melakukan reformasi sistem politik
yang bertujuan untuk kemandirian negara.
Strategi kontra-insurgensi di Kolombia telah melewati berbagai tantangan
dalam implementasinya. Dibalik keberhasilannya, proses ini masih menyisakan
beberapa masalah, misalnya akses yang lebih luas bagi penduduk Kolombia
kedalam sistem politik yang berpengaruh positif terhadap konsilidasi demokrasi di
negara tersebut. Pendekatan inter-agensi menggabungkan pengalamanpengalaman menghadapi pemberontak kedalam sebuah konsep baru yang hasilnya
lebih baik lagi. Hasilnya termasuk kemungkinan untuk peningkatan level
keamanan dan status sosial-politik. Gabungan pemerintah sipil, militer dan
masyarakat sispil menghasilkan sebuah “harmonisasi strategis” dalam formulasi
strategi kontra-insurgensi. Formulasi sebuah strategi kontra-insurgensi yang
efektif dan tepat sasaran membutuhkan pemeriksaan dan pengujian terlebih
dahulu di dalam negeri,
Strategi kontra-insurgensi Kolombia tidak hanya dilihat sebagai pendekatan
inter-agensi saja, akan tetapi juga sebagai strategi yang konsentrasinya terhadap
hubungan sipil-militer. Pendekatan inter-agensi dalam perang melawan
pemberontak (insurgence) dapat dilihat sebagai langkah maju untuk pemahaman,
formulasi dan penerapan strategi kontra-insurgensi.

12

Daftar Pustaka
Bartholomees, J Boone. 2008. US Army War College Guide to National Security
Issues, Volume II: National Security Policy and Strategy. Carlisle: US Army
War College-Strategic Studies Institute.
Beittel, June S. and Clare Seelke. 2009. Colombia: Issues for Congress.
Washington D.C.: Congressional Research Service.
Center for International Policy. "Plan Colombia and Beyond," Colombia Program.
http://www.cipcol.org/
Colombian Ministry of Defense. 2007. Politico de Consolidacion de La
Seguridad Democratica. Bogota: La Oficina del Ministro de Defensa
Nacional.
Mejia, Alberto. 2008. Colombia's National Security Strategy, A New COIN
Approach. Master's Thesis, US Army War College.
Muller, Christopher. 2006. USMILGP Colombia: Transforming Security
Cooperation in the Global War on Terrorism. Master's Thesis, Naval
Postgraduate College.
Rempe, Dennis. 2002. The Past as Prologue: A History of U.S.
Counterinsurgency Policy in Colombia, 1958-66. Carlisle: US Army War
College Strategic Studies Institute.
Richani, Nazih. 2002. Systems of Violence: The Political Economy of War and
Peace in Colombia. New York: State University of New York Press.

13

Schiff, Rebecca L. 2009. The Military and Domestic Politics: A Concordance
Theory of Civil-Military Relations. New York: Routledge.
Schoonover, Harvey A. 2011. Cooperation in The Midst of Chaos: An
Examination of Colombia’s Civil-Military Relationship and Its Effort in
Combating Socio-Political Destabilization Master’s Thesis, Florida Atlantic
University.
Uribe-Uran, Victor. 2009. Colombian Strategic Culture. Florida International
University. ARC Strategic Culture Findings Report.

14