Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pen (1)

LAPORAN TUGAS BESAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM

RTL 3238

DISUSUN OLEH : KELOMPOK KELURAHAN TANAH ENAM RATUS NAMA : SAMUEL M PARDOSI (120407043) WIDYA WINANDA (130407008) IRMAYANTI

(130407014) DHIA DARIN SILFI

ASISTEN: CRISTO M ROMARIO MANURUNG

DOSEN: Ir. JONI MULYADI , M.T HAFIZHUL KHAIR, S.T , M.T

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan manusia akan air bersih untuk domestik dan industri telah melahirkan berbagai metode pengolahan air. Pengolahan air yang dilakukan bertujuan untuk menjadikan air layak dikonsumsi sehingga aman bagi kesehatan manusia. Air yang dihasilkan harus memenuhi syarat kualitas yang mencakup syarat fisika, kimia, mikrobiologi, dan radioaktif sebagaimana standar yang diberlakukan Departemen Kesehatan RI.

Pada umumnya, dalam pengolahan air bersih dengan skala besar seperti instalasi pengolahan air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat perkotaan, air baku diambil dari sumber air yang mampu menjamin keberlangsungan suplai air baku sepanjang tahun. Sumber – sumber air baku tersebut bias berasal dari air laut, air permukaan (sungai dan danau) dan air tanah.

Dengan adanya tugas ini mahasiswa dapat secara langsung merencanakan sistem pengolahan airnya, dapat merancang bangunan pengolahannya dan bangunan pendukungnya.

Selanjutnya dalam menyelesaikan tugas ini mahasiswa harus juga dapat memaparkan bagaimana pentingnya air minum sebagai kebutuhan dasar bagi manusia. Dimana disebutkan bahwa air merupakan substansi penting dalam mendukung kehidupan manusia. Tanpa air, kesinambungan hidup manusia akan terganggu yang pada akhirnya akan menyebabkan berkurangnya keseimbangan lingkungan hidup manusia. Seiring dengan pertambahan populasi manusia, air minum menjadi sumber daya yang semakin langka dan tidak ada sumber. Ini merupakan permasalahan utama yang dihadapi dengan ketersediaan air minum.

Pada umumnya pelayanan air minum di Kota Medan sampai saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan mampu mengakomodir kebutuhan dasar masyarakat di masing-masing kelurahan di Kota Medan. Jangkauan layanan sarana dan prasarana air minum yang dilaksanakan oleh PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara untuk kota Medan, masih terbatas pada daerah pusat kota sedang daerah pinggiran kota termasuk Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan masih banyak yang belum tertangani secara teknis. Ini dapat kita lihat pada masyarakat berpenghasilan rendah yang menempati bantaran sungai yang terkesan kumuh dengan perumahan liar. Kondisi layanan air minum yang kurang memadai ini akan berakibat pada terciptanya dampak kesehatan masyarakat yang memburuk, Pada umumnya pelayanan air minum di Kota Medan sampai saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan mampu mengakomodir kebutuhan dasar masyarakat di masing-masing kelurahan di Kota Medan. Jangkauan layanan sarana dan prasarana air minum yang dilaksanakan oleh PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara untuk kota Medan, masih terbatas pada daerah pusat kota sedang daerah pinggiran kota termasuk Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan masih banyak yang belum tertangani secara teknis. Ini dapat kita lihat pada masyarakat berpenghasilan rendah yang menempati bantaran sungai yang terkesan kumuh dengan perumahan liar. Kondisi layanan air minum yang kurang memadai ini akan berakibat pada terciptanya dampak kesehatan masyarakat yang memburuk,

Dengan adanya tugas ini mahasiswa mencoba memberikan suatu telaahan untuk Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan kira-kira bagaimana solusinya untuk dapat memberikan pelayanan air minum yang memadai bagi masyarakat Kelurahan Tanah Enam Ratus.

1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran

1.2.1 Maksud

1. Agar mahasiswa dapat merencanakan Sistem Bangunan Pengolahan Air Minum (SPAM)

2. Agar mahasiswa dapat merancang Sistem Pengolahan Air Minum (SPAM), sesuai dengan kondisi Teknis daerah dan sosial ekonomi masyarakatnya

1.2.2 Tujuan

1. Merencanakan pemilihan sumber mata air yang memenuhi standar kualitas dan kuantitas kebutuhan air minum di kelurahan Tanah Enam Ratus kecamatan Medan Marelan.

2. Merencanakan sistem pengolahan air minum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan.

3. Merancang Bangunan-bangunan Sistem pengolahan Air yang sesuai dengan sistem pengolahan yang direncanakan

1.2.3 Sasaran

1. Terpenuhinya sarana air minum di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan

2. Meningkatkan pelayanan air minum di Kelurahan Tanah Enam Ratus kecamatan Medan Marelan

3. Tersusunnya Rencana Pengolaan Air Minum mulai dari pengambilan sumber air, pengolahan, transmisi, distribusi dan konsumsi dengan memperhatikan ketersediaan air baku dan kelestarian lingkungan.

1.3 Ruang Lingkup

Untuk memenuhi tercapainya maksud dan tujuan dan sasaran dari tugas ini direncanakan beberapa kegiatan antara lain:

a. Persiapan, terdiri dari pembuatan program kerja, menggali sumber data yang ada, melakukan studi literatur, menyiapkan peralatan survei, dan menyusun rencana kerja a. Persiapan, terdiri dari pembuatan program kerja, menggali sumber data yang ada, melakukan studi literatur, menyiapkan peralatan survei, dan menyusun rencana kerja

c. Analisa data terdiri dari menganalisis data yang ada sehingga menghasilkan aspek kuantitatif dan kualitatif yang dapat dipakai sebagai bahan dalam Penyusunan Tugas Besar Perencanaan dan Perancangan Banguan pengolahan Air Minum.

1.4 Sistematika Penulisan BAB I

PENDAHULUAN

Berisikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan penulisan, ruang lingkup dan sistematika penulisan;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Merupakan bab yang menjelaskan kajian teori tentang sumber air, syarat air bersih, debit air minum, proses pengolahan air bersih, dasar-dasar perencanaan, kelengkapan bangunan pengolahan air minum, kriteria perencanaan dan perancangan bangunan pelengkap pengolahan air minum;

BAB III GAMBARAN UMUM KELURAHAN DAN DATA EKSISTING

Memuat data-data pendukung dalam perencanaan bangunan pengolahan air minum Kelurahan Tanah Enam Ratus, seperti keadaan topografi, hidrologi, kualitas air baku, kependudukan meliputi jumlah penduduk dan mata pencahariannya, jenis pemukiman penduduk, dan tata guna lahan, serta fasilitas perkotaan yang ada di Kelurahan Tanah Enam Ratus.

BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM

Berisikan tentang proyeksi penduduk, proyeksi fasilitas umum dan sosial, proyeksi kebutuhan air Kelurahan Tanah Enam Ratus;

BAB V PERHITUNGAN DESAIN TEKNIS

Berisikan perhitungan desain teknis mengenai percencanaan dan percancangan bangunan pelengkap pengolahan air minum dan contoh perhitungan;

BAB IV PENUTUP

Pada bab penutup berisikan hasil akhir dari pembuatan laporan Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum, yaitu kesimpulan dan saran yang memuat kesimpulan dari keseluruhan bab serta saran untuk perbaikan isi laporan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu sendiri. Kehilangan air untuk 15% dari berat badan dapat mengakibatkan kematian yang diakibatkan oleh dehidrasi. Karenanya orang dewasa perlu meminum minimal sebanyak 1,5 – 2 liter air sehari untuk keseimbangan dalam tubuh dan membantu proses metabolisme (Slamet, 2007 ).

Air adalah semua air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, kecuali air laut dan air fosil. Kelas air adalah peringkat kualitas air yang dinilai masih layak untuk dimanfaatkan bagi peruntukan tertentu. Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas. Kelas satu adalah air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut (PP RI No. 82 Tahun 2001).

Air bersihadalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum, dimana persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologis radiologis,sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping(Ketentuan untuk Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990)

Menurut PERMENKES RI No. 416/MEN.KES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air, Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Sedangakan air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

Menurut PP RI No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Sedangkan air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar Menurut PP RI No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Sedangkan air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar

2.2 Sumber Air di Alam

Sumber air di alam terdiri atas air laut, air atmosfir (air metereologik), air permukaan, dan air tanah, (Sutrisno, 2004).

1. Air Laut Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum.

2. Air Atmosfir, Air Meteriologik Dalam kehidupan sehari-hari air ini dikenal sebagai air hujan. Air hujan memiliki sifat

agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi (karatan). Disamping itu air hujan ini mempunyai sifat lunak sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.

3. Air Permukaan Dalam buku Pengantar Kesehatan Lingkungan, air permukaan merupakan salah satu

sumber penting bahan baku air bersih, (Chandra, 2006). Faktor-faktor yang harus diperhatikan, antara lain :

a. Mutu atau kualitas baku

b. Jumlah atau kuantitasnya

c. Kontinuitasnya Yang termasuk air permukaan meliputi :

a. Air Sungai.

b. Air Rawa.

4. Air Tanah Dalam buku Pengantar Kesehatan lingkungan, air tanah merupakan sebagian air hujan

yang mencapai permukaan bumi dan menyerap ke dalam lapisan tanah dan menjadi air tanah, (Chandra, 2006). Adapun jenis-jenis air tanah, antara lain yaitu :

a. Air Tanah Dangkal Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah.

b. Air Tanah Dalam Air tanah dalam dikenal juga dengan air artesis. Air ini terdapat diantara dua lapisan

kedap air.

c. Mata Air Mata air merupakan air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah.Berdasarkan keluarnya (munculnya ke permukaan tanah) mata air dapat dibedakan atas :

a. Mata Air Rembesan, yaitu mata air yang airnya keluar dari lereng-lereng

b. Umbul, yaitu mata air dimana airnya keluar ke permukaan pada suatu dataran.

2.3 Syarat Air Bersih

Pemenuhan kebutuhan akan air bersih haruslah memenuhi dua syarat yaitu kuantitas dan kualitas (Depkes RI, 2005).

2.3.1 Syarat Kuantitas

Kebutuhan masyarakat terhadap air bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat, (Chandra, 2006). Konsumsi air bersih di perkotaan Indonesia berdasarkan keperluan rumah tangga, diperkirakan sebanyak 138,5 liter/orang/hari dengan perincian yaitu untuk mandi,cuci, kakus 12 liter, minum 2 liter, cuci pakaian 10,7 liter, kebersihan rumah 31,4 liter, taman 11,8 liter, cuci kendaraan 21,8 liter, wudhu 16,2 liter, lain-lain 33,3 liter, (Slamet, 2007).

2.3.2 Syarat Kualitas

Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, radioaktivitas, dan mikrobiologis yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air, (Slamet, 2007).

a. Parameter Fisik Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan suhu sebaiknya dibawah suhu udara sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa nyaman, dan jumlah zat padat terlarut (TDS) yang rendah.

 Bau Air yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh masyarakat. Bau air

dapat memberi petunjuk akan kualitas air.  Rasa

Air yang bersih biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan.  Warna

Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat disebabkan adanya tannin dan asam humat yang terdapat secara alamiah di air rawa, berwarna kuning muda, Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat disebabkan adanya tannin dan asam humat yang terdapat secara alamiah di air rawa, berwarna kuning muda,

Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik, biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga merupakan sumber kekeruhan.

 Suhu Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat membahayakan kesehatan, menghambat reaksi-reaksi

biokimia didalam saluran/pipa, mikroorganisme patogen tidak mudah berkembang biak, dan bila diminum air dapat menghilangkan dahaga.  Jumlah Zat Padat Terlarut

Jumlah zat padat terlarut (TDS) biasanya terdiri atas zat organik, garam anorganik, dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula. Selanjutnya, efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia penyebab masalah tersebut.

b. Parameter Mikrobiologis Sumber- sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen. Bakteri golongan coli tidak merupakan bakteri golongan patogen, namum bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri patogen.

c. Parameter Radioaktivitas Dari segi parameter radioaktivitas, apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian, dan perubahan komposisi genetik. Kematian sel dapat diganti kembali apabila sel dapatberegenerasi dan apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker dan mutasi.

d. Parameter Kimia Dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain air raksa (Hg), alumunium (Al), arsen (As), barium (Ba), besi (Fe), flourida (F), tembaga (Cu), derajat keasaman (pH), dan zat kimia lainnya. Kandungan zat kimia dalam air bersih yang digunakan d. Parameter Kimia Dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain air raksa (Hg), alumunium (Al), arsen (As), barium (Ba), besi (Fe), flourida (F), tembaga (Cu), derajat keasaman (pH), dan zat kimia lainnya. Kandungan zat kimia dalam air bersih yang digunakan

 pH Air sebaiknya tidak asam dan tidak basa (netral) untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air. pH yang dianjurkan untuk air bersih adalah 6,5

– 9.  Besi(Fe)

Kadar besi (Fe) yang melebihi ambang batas (1,0 mg/l) menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru dan menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan.  Klorida

Klorida adalah senyawa halogen klor (Cl). Dalam jumlah banyak, klor (Cl) akan menimbulkan rasa asin, korosi pada pipa sistem penyediaan air panas. Sebagai desinfektan, residu klor (Cl) di dalam penyediaan air sengaja dipelihara, tetapi klor (Cl) ini dapat terikat pada senyawa organic dan membentuk halogenhidrokarbon (Cl-HC) banyak diantaranya dikenal sebagai senyawa-senyawa karsinogenik. Kadar maksimum klorida yang diperbolehkan dalam air bersih adalah 600 mg/l.  Tembaga (Cu)

Tembaga (Cu) sebetulnya diperlukan bagi perkembangan tubuh manusia. Tetapi, dalam dosis tinggi dapat menyebabkan gejala GI, SSP, ginjal, hati; muntaber, pusing kepala, lemah, anemia, kramp, konvulsi, shock, koma dan dapat meninggal. Dalam dosis rendah menimbulkan rasa kesat, warna, dan korosi pada pipa, sambungan, dan peralatan dapur.

 Mangan (Mn) Mangan (Mn) adalah metal kelabu-kemerahan. Keracunan seringkali bersifat khronis

sebagai akibat inhalasi debu dan uap logam. Gejala yang timbul berupa gejala susunan syaraf: insomnia, kemudian lemah pada kaki dan otot muka sehingga ekspresi muka menjadi beku dan muka tampak seperti topeng (mask). Bila pemaparan berlanjut maka bicaranya melambat dan monoton, terjadi hyperrefleksi, clonus pada patella dan tumit, dan berjalan seperti penderita parkinsonism.

 Seng (Zn) Di dalam air minum akan menimbulkan rasa kesat dan dapat menyebakan gejala muntaber. Seng (Zn) menyebabkan warna air menjadi opalescent dan bila dimasak akan  Seng (Zn) Di dalam air minum akan menimbulkan rasa kesat dan dapat menyebakan gejala muntaber. Seng (Zn) menyebabkan warna air menjadi opalescent dan bila dimasak akan

2.4 Langkah – Langkah Sistem Pengolahan Air Bersih

Menurut Sulistyoweni (2002), prinsip penjernihan air menurut sumber air sebagai berikut:

a. Air yang berasal dari air sungai

Gambar 2.1 Skema Pengolahan Air Minum Bersumber Air Sungai

Sumber: Rekayasa Lingkungan, 2002

b. Air yang berasal dari air tanah Air Tanah

Gambar 2.2 Skema Pengolahan Air Minum Bersumber Air Tanah

Sumber: Rekayasa Lingkungan, 2002

Menurut Darmasetiawan (2004), strategi pengolahan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan sistem pengolahan lengkap dan sistem pengolahan kombinasi. Sistem pengolahan lengkap adalah sistem pengolahan dengan menggunakan seluruh komponen yang terdiri dari:

a. pra sedimentasi

b. koagulasi-flokulasi

c. sedimentasi

d. filtrasi dan

e. desinfeksi

Sedangkan sistem pengolahan kombinasi merupakan sistem kombinasi diantara jenis atau komponen pengolahan yang ada. Strategi pengolahan untuk masing-masing jenis air berdasarkan karakteristik jenis air yang ada, adalah sebagai berikut:

1. Air permukaan dengan tingkat kekeruhan yang tinggi Pada jenis air ini, pengolahan dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut: Langkah 1

Karena kekeruhan yang tinggi akibat besarnya kandungan sedimen dalam air baku, maka urutan proses pengolahan yang diusulkan adalah:

a) prasedimentasi

b) koagulasi-flokulasi

c) sedimentasi

d) filtrasi dan

e) desinfeksi Diawalinya proses pengolahan dengan prasedimentasi menyebabkan bahan kimia yang digunakan pada proses selanjutnya akan lebih kecil sehingga lebih ekonomis. Langkah 2

Pengolahan air dengan menggunakan saringan pasir lambat. Sebelum proses penyaringan, terlebih dahulu dilakukan proses pengendapan sampai kekeruhan mencapai 50 mg/L SiO 2 .

2. Air permukaan dengan tingkat kekeruhan yang rendah sampai sedang Pada jenis air ini, pengolahan dapat dilakukan dengan alternatif sebagai berikut : Langkah 1 Dengan tingkat kekeruhan yang lebih rendah, maka proses pengolahan dapat dilakukan cukup hanya dengan:

a) Koagulasi,flokulasi

b) sedimentasi

c) filtrasi dan

d) desinfeksi Langkah 2

Pengolahan air dengan menggunakan saringan pasir lambat. Sebelum proses penyaringan, terlebih dahulu dilakukan proses pengendapan sampai kekeruhan mencapai 50 mg/L SiO 2 .

1) Pada saat air tidak keruh, air diolah dengan saringan pasir cepat bertekanan (pressure filter).

2) Pada saat air keruh, filter over load dan clogging (tidak berfungsi). Untuk pelayanan dimanfaatkan air dari reservoir.

3. Air permukaan dengan kandungan warna yang sedang sampai tinggi Urutan proses pengolahan untuk air permukaan dengan tingkat warna yang tinggi adalah :

a) koagulasi-flokulasi

b) sedimentasi

c) filtrasi

d) desinfeksi Pada pengolahan jenis ini, lebih banyak koagulan yang dipakai dan akan lebih baik dengan pembubuhan lumpur kaolin, bentonite atau lumpur setempat. Pembubuhan koagulan dimaksudkan untuk memperberat flok yang dihasilkan. Pada jenis air berwarna, koagulasi harus dilakukan dengan tingkat energi yang lebih tinggi, waktu flokulasi dan sedimentasi yang lebih lama dari pada air tidak berwarna.

1. Air permukaan dengan kesadahan yang tinggi Proses pengolahan untuk air permukaan dengan kesadahan yang tinggi adalah dengan proses kapur soda, yaitu dengan pemisahan Ca secara kimiawi untuk kemudian diendapkan di bak pengendap.Apabila kesadahan yang dominan bersifat sementara, dapat dilakukan penyaringan dengan saringan marmer yang dilanjutkan dengan desinfeksi.

2. Air permukaan dengan kekeruhan sangat rendah Pada kasus air permukaan dengan tingkat kekeruhan sangat rendah, dapat dilakukan pengolahan langsung yang terdiri dari proses filtrasi yang dilanjutkan dengan proses desinfeksi. Sebenarnya air dari hasil pengolahan ini sudah cukup baik untuk dikonsumsi langsung tetapi dalam rangka menjaga partikulat yang masuk maka perlu dilakukan filtrasi, dan untuk menjaga supaya tidak terjadi kontaminasi bakteriologis maka perlu dilakukan desinfeksi.

2.5 Proses Pengolahan Air Bersih

Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu memerlukan air terutama untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Pada saat ini, persentase penduduk di Indonesia yang sudah mendapatkan pelayanan air bersih dari badan atau perusahaan air minum masih sangat kecil yaitu untuk daerah perkotaan sekitar 45 % , sedangkan untuk daerah pedesaan baru sekitar 36 % .

Di daerah - daerah yang belum mendapatkan pelayanan air bersih tersebut, penduduk biasanya menggunakan air sumur galian, air sungai yang kadang- kadang bahkan sering kali Di daerah - daerah yang belum mendapatkan pelayanan air bersih tersebut, penduduk biasanya menggunakan air sumur galian, air sungai yang kadang- kadang bahkan sering kali

Dalam rangka penyediaan air minum yang bersih dan sehat bagi masyarakat pedesaan yang mana kualitas air tanahnya buruk serta belum mendapatkan pelayanan air minum dari PAM, perlu memasyarakatkan alat pengolah air Minum sederhana yang murah dan dapat dibuat oleh masyarakat dengan menggunakan bahan yang ada dipasaran setempat.

Salah satu alat pengolah air minum sederhana tersebut adalah alat pengolah air minum yang merupakan paket terdiri dari Tong (Tangki), Pengaduk, Pompa aerasi dan saringan dari pasir atau disingat Model TP2AS. Alat ini dirancang untuk keperluan rumah tangga sedemikian rupa sehingga cara pembuatan dan cara pengoperasiannya mudah serta biayanya murah. Beberapa jenis proses pemisahan yang dapat dilakukanpengolahannya, untuk pengolahan air minum yang air bakunya mengandung zat besi dan mangan dan zat organik, biasaanya dapat melakukan proses pengolahan dengan cara kimiawi, selain itu ada beberapa proses yang bisa digunakan untuk pengolahan air minum yang digunakan yaitu seperti penggunaan bak sedimentasi, filtrasi,koagulasi,Koagulan, floakulasi dan densinfektan.

2.5.1 Proses Pemisahan zat padat dari air baku secara kimiawi

Air baku yang masih tetap keruh meski telah diendapkan selama lebih dari satu jam atau lebih, mengindikasikan bahwa dalam air tersebut masih terdapat koloid-koloid yang melayang-layang, yang tidak akan mengendap. Dengan kondisi seperti ini, efek gravitasi hanya sedikit atau hampir tidak ada pengaruhnya terhadap proses pemisahan kontaminan. Pemisahan kontaminan dari air baku jenis ini lebih efektif dilakukan dengan cara kimiawi, yaitu dengan menggunakan zat kimia.

Dengan menambahkan atau mencampurkan zat kimia ke dalam air baku, maka akan terjadi proses koagulasi, yang secara harfiah dapat diartikan sebagai proses pembekuan atau penggumpalan. Secara kimia, koagulasi merupakan proses destabilisasi muatan pada zat padat yang terlarut oleh zat kimia koagulan sehingga zat padat tersebut menggumpal dan dapat mengendap.

Pada prinsipnya zat koagulan yang dapat dipakai adalah semua unsur dengan kation bervalensi dua keatas, dengan daya elektrolit yang kuat, misalnya : Fe, Al, Ba. Yang umum dipakai adalah:

a. Jenis Aluminium (Al) dan turunannya, yaitu:

1) Aluminium Sulfat atau tawas (Al 3 (SO 4 ) 2 .18H 2 O) dan

2) Poli Aluminium Chloride (PAC)

b. Jenis logam besi (Fe), yaitu :

1) Fero Sulfat (Fe(SO 4 ))

2) Feri Chloride (FeCl 3 )

Berikut proses yang akan dilakukan:

2.5.2. Koagulasi dan Flokulasi

Suatu larutan koloidal yang mengandung partikel-partikel kecil dan koloid dapat dianggap stabil bila :

1. Partikel-partikel kecil ini terlalu ringan untuk mengendap dalam waktu yang pendek (beberapa jam).

2. Partikel-partikel tersebut tidak dapat menyatu, bergabung dan menjadi partikel yang lebih besar dan berat, karena muatan elektris pada permukaan elektrostatis antara partikel satu dengan lainnya.

Tujuan dari koagulasi dan flokulasi adalah untuk mengubah partikel-partikel kecil seperti warna dan kekeruhan menjadi flok yang lebih besar, baik sebagai presipitat ataupun partikel tersuspensi. Flok-flok ini kemudian dikondisikan sehingga dapat disisihkan dalam proses berikutnya. Secara teknis, koagulasi berlaku bagi penyisihan dari partikel koloid yaitu partikel yang biasanya berukuran 0,001-1 µm seperti asam humus, tanah liat, virus dan protein.

Proses pembentukan flok adalah sebagai berikut :

Destabilisasi partikel koloid

Pembentukan mikroflok

Penggabungan mikroflok

Pembentukan makroflok

a. Koagulasi

Koagulasi merupakan proses destabilisasi koloid akibat netralisasi muatan elektrostatik dengan penambahan koagulan. Untuk melaksanakan koagulasi secara efektif, koagulan yang ditambahkan harus disebarkan secara cepat dan merata ke dalam air baku. Pencampuran dapat dilaksanakan dengan cara pengadukan secara hidrolis, mekanis atau pneumatis.

Koagulan yang dapat digunakan antara lain:

1. Alumunium Sulfat (Al 2 (SO 4 ) 3 ), atau dikenal dengan nama tawas, merupakan koagulan yang sering digunakan karena harganya murah dan mudah diperoleh. pH optimum untuk proses koagulasi dengan tawas adalah sekitar 6,5-7,5. Bila pH air yang akan dikoagulasi 1. Alumunium Sulfat (Al 2 (SO 4 ) 3 ), atau dikenal dengan nama tawas, merupakan koagulan yang sering digunakan karena harganya murah dan mudah diperoleh. pH optimum untuk proses koagulasi dengan tawas adalah sekitar 6,5-7,5. Bila pH air yang akan dikoagulasi

2. Senyawa besi, seperti FeCl 3 dan FeSO 4 . FeCl 3 dapat digunakan untuk air yang mengandung hidrogen sulfida.

3. PAC (Poli Alumunium Chloride) Dengan pembubuhan koagulan, maka stabilitas larutan koloidal yang mengandung partikel-partikel kecil dan koloid akan terganggu karena molekul-molekul koagulan dapat menempel pada permukaan koloid dan mengubahmuatanelektrisnya. Misalnya molekul Al pada alum yang bermuatan positif, akan menetralkan muatan koloid yang biasanya bermuatan negatif.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi :

1. Kualitas air

2. Jumlah dan karakteristik partikel koloid

3. pH

4. Pengadukan cepat, waktu pengadukan, dan kecepatan paddles

5. Temperatur

6. Alkalinitas

7. Karakteristik dari ion-ion di dalam air

Tabel 2.1 Kriteriaperencanaanunitkoagulasi(pengadukcepat)

Unit

Kriteria

Pengadukcepat •Tipe

Hidrolis: - terjunan - saluranbersekat - dalaminstalasipengolahanair

bersekat Mekanis: -Bilah(Blade),pedal(padle)

Kinstalasi pengolahan airs

Sumber:(SNI6774:2008)

b. Flokulasi

Flokulasi berfungsi mempercepat tumbukan antara partikel koloid yang sudah • terdestabilisasi supaya bergabung membentuk mikroflok ataupun makroflok yang secara teknis dapat diendapkan. Berbeda dengan proses koagulasi dimana faktor kecepatan tidak • Flokulasi berfungsi mempercepat tumbukan antara partikel koloid yang sudah • terdestabilisasi supaya bergabung membentuk mikroflok ataupun makroflok yang secara teknis dapat diendapkan. Berbeda dengan proses koagulasi dimana faktor kecepatan tidak •

Tenaga yang dibutuhkan untuk pengadukan secara lambat dari air selama flokulasi dapat diberikan secara mekanis maupun hidrolis . Tingkat keselesaian dari proses flokulasi bergantung pada kemudahan dan kecepatan mikroflok kecil bersatu menjadi flok yang lebih besar dan jumlah total terjadinya tumbukan partikel selama flokulasi.

Tabel 2.2 Kriteriaperencanaanunitflokulasi(pengaduklambat)

Flokulatormekanis

Sumbu Flokulator Kriteriaumum

dengan pedal

dengan bilah

G(gradienkecepatan)

70(menurun) 1/detik

60(menurun)

60(menurun) –

100 –10 Waktutinggal(menit)

20 –40 20 –100 Tahapflokulasi(buah)

Kecepatan Kecepatan Pengendalianenergi

Bukaanpintu/

Kecepatan

putaran aliran air Kecepatanaliran

Sekat

putaran

max.(m/det)

1,8 –2,7 1,5 –0,5 Luasbilah/pedal dibandingkan luasbak

0,1 –0,2 - Kecepatanperputaran (%) sumbu (rpm)

8 –25 - Tinggi(m)

Sumber: (SNI6774:2008)

2.5.3. Sedimentasi

Sedimentasi adalah suatu proses yang dirancang untuk menghilangkan sebagian besar padatan yang dapat mengendap dengan pengendapan secara gravitasi. Hasil yang tersisa adalah berupa cairan jernih dan suspensi yang lebih pekat. Sedimentasi adalah salah satu unit proses yang paling umum digunakan dalam proses pengolahan air. Partikel akan mengendap dalam salah satu dari 4 cara, bergantung pada konsentrasi dari suspensi tersebut dan sifat-sifat flokulasi dari partikel.

Empat cara pengendapan pada Sedimentasi :

1. Pengendapan Tipe 1, untuk menghilangkan partikel diskret

2. Pengendapan Tipe 2, untuk menghilangkan partikel non diskret

3. Pengendapan Tipe 3, disebut juga Zone Settling

4. Pengendapan Tipe 4, disebut juga Compression

Tabel 2.3 Kriteria Perencanaan Unit Sedimentasi (Penegendap)

Bak

Bak Persegi

Bak Bundar

Persegi Aliran Vertikal

Bak Bundar

(Aliran

Kriteria Umum

(Aliran

(Menggunakan

(Kontak Clarifier

Vertikal –

Horizon

Pelat/Tabung

Beban Permukaan

2 –3 0,5 – 1,0 (m /m /jam)

Kedalaman (m)

3 –6 0,5 – 1,0 Waktu Tinggal

– Beban Pelimpah

Lebar/Panjang

7 – 15 7,2 – 10 (m /m/jam)

< 2000 Kecepatan pada

Bilangan Reynold

Pelat/Tabung

– Pengendap

Max 0,15

(m/menit)

Bilangan Fraude -5 > 10 > 10 – – > 10 Kecepatan Vertikal

<1 (cm/menit)

3 – 5% dari Sirkulasi Lumpur

– input

Kemiringan Dasar

> 60° 45° – 60° Bak (Tanpa Scraper) Periode Antar

Kontinyu 12 – Pengurasan

24***) Lumpur (jam) Kemiringan

30°/60 30°/60° Tube/Plate Sumber: SNI 6774:2008 Keterangan:

*) luas bak yang ditutupi oleh pelat/tabung pengendap **)waktu retensi pada pelat/tabung pengendap ***) pembuangan lumpur sebagian

Tangki sedimentasi yang ideal terdiri dari :

1. Zona inlet, dimana air didistribusikan sepanjang bagian yang menyilang.

2. Zona pengendapan, yaitu partikel tersuspensi diendapkan, air berada dalam keadaan diam.

3. Zona lumpur, dimana partikel yang mengendap dikumpulkan.

4. Zona outlet, adalah bagian untuk menyalurkan air yang sudah tidak mengandung partikel yang dapat diendapkan keluar dari tangki Aliran pada tangki sedimentasi dapat horizontal maupun vertikal. Bentuk tangki dapat berupa lingkaran, persegi panjang, ataupun segiempat sama sisi. Kedalaman tangki berkisar antara 2 sampai 5 meter. Rata-rata dibuat tangki dengan kedalaman 3 meter. Tangki persegi panjang dapat berukuran panjang hingga 30 meter dan lebar 10 meter. Ukuran dari scrappers mekanik juga mempengaruhi ukuran bak. Kemiringan dasar tangki berkisar antara 2 sampai 6 persen.Lumpur yang terkumpul pada dasar tangki dikeluarkan dengan membilasnya ke dalam suatu wadah atau mengumpulkannya ke dalam hopper dan kemudian mengambilnya secara gravitasi atau menggunakan pompa. Lumpur juga dapat dikeluarkan dibawah tekanan hidrostatik air pada tangki sedimentasi.

Untuk memperbaiki kinerja dari bak sedimentasi dapat digunakan tube settler ataupun plate settler . Tube settler tersedia dalam 2 konfigurasi dasar, yaitu horizontal tubes dan steeply inclined . Horizontal tubes dioperasikan dalam sambungan dengan unit filtrasi yang mengikuti unit sedimentasi. Tube-tube tersebut akan terisi zat padat dan dibersihkan dengan backwash dari filter. Horizontal tubes settlers digunakan pada instalasi

dengan kapasitas kecil (3,785 m 3 /hari). Steeply inclined tube settlers membersihkan lumpur secara kontinu melalui pola aliran yang dibuat. Karena kedalaman yang dangkal dari steeply

inclined tube settlers dan pembersihan lumpur yang kontinu, ukuran instalasi menjadi tidak terbatas.

2.5.4Filtrasi

Filtrasi adalah suatu proses pemisahan solid dari cairan dimana cairan (air) dilewatkan melalui suatu media yang berongga atau materi berongga lainnya untuk menyisihkan sebanyak mungkin materi tersuspensi. Filtrasi digunakan di pengolahan air untuk menyaring air yang telah dikoagulasi dan mengendap untuk menghasilkan air minum dengan kualitas yang baik.

Menurut tipe media yang digunakan, filter dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Filter dengan media tunggal

2. Filter dengan media ganda

3. Filter dengan multi media Menurut laju filtrasinya, filter dibedakan menjadi 2 :

1. Slow Sand Filter

Pada slow sand filter medium pasir yang digunakan umumnya hanya disyaratkan bebas lumpur dan organik. Urutan diameter butir pasir dari atas ke bawah tidak teratur (tidak terstratifikasi). Proses penyaringan yang lambat dalam slow sand filter memungkinkan kontak yang cukup lama antara air dengan media filter sehingga proses biologis terjadi, terutama pada permukaan media yang berada di atas. Biomassa yang terbentuk pada medium filter bersama suspended partikel disebut sebagai ”Scmutz decke” yang bersifat aktif dalam proses penyisihan senyawa organik dan anorganik terlarut lainnya.

2. Rapid Sand Filter Mekanisme penyaringan pada rapid sand filter sama dengan mekanisme pada slow sand filter . Perbedaannya adalah pada beban pengolahan dan penggunaan media filter. Beban pengolahan pada RSF jauh lebih tinggi daripada SSF. RSF memanfaatkan hampir seluruh media sebagai media filter ( in-depth filter ) sedangkan SSF hanya pada lapisan teratas saja.

Selain itu, RSF hanya efektif untuk menyaring suspensi kasar dalam bentuk flok halus yang lolos dari sedimentasi sedangkan SSF dapat meyaring suspensi halus (bukan koloid) dan mempunyai lapisan biomassa yang aktif.

Dalam proses filtrasi oleh granular filter terdapat beberapa mekanisme yang terjadi, yaitu :

1. Mechanical Straining Mekanisme mechanical straining terjadi akibat partikel atau flok tertahan karena mempunyai ukuran yang lebih besar dari lubang pori, sehingga partikel tidak lolos.

2. Sedimentasi

Hasil yang tersisa adalah berupa cairan jernih dan suspensi yang lebih pekat.

3. Adsorpsi

Sebagian partikel yang halus akan teradsorpsi oleh permukaan media filter karena ada tumbukan dan gaya tarik antar partikel. Ketika mekanisme filtrasi tersebut terjadi secara simultan, secara kuantitatif umumnya mekanisme yang pertama lebih dominan. Untuk meningkatkan efektivitas media, dalam arti meningkatkan volume atau kedalaman media, digunakan ”dual media” yang umumnya menggunakan media yang lebih ringan. Persyaratan dari penggunaan dual media adalah kecepatan pengendapan dari medium yang paling besar harus lebih kecil dari kecepatan pengendapan media yang lebih berat dengan diameter yang paling kecil. Persyaratan ini diperlukan supaya kedua media tersebut tidak tercampur setelah pencucian dengan teknik backwashing .

Tabel 2.4 Kriteria Perencanaan Unit Filtrasi (Saringan Cepat) Jenis Saringan

Saringan dengan

No. Unit

Saringan Biasa

Saringan

Pencucian antar

– 2. Kecepatan Penyaringan (m/jam)

1. Jumlah Bak Saringan

N = 12 Q 0,5 *)

Minimum 5 Bak

12 – 33 3. Pencucian:  Sistem Pencucian

Tanpa/Dengan

Tanpa/Dengan

Tanpa/Dengan

Blower dan/atau

Blower dan/atau

Blower dan/atau

Surface Wash Surface Wash  Kecepatan (m/jam)

Surface Wash

72 – 198  Lama Pencucian (menit)

– Pencucian (jam)

30 – 50 4. Media Pasir:  Tebal (mm)

300 – 700  Singel Media

600 – 700  Media Ganda

300 – 600  Ukuran Efektif (ES), mm

 Berat Jenis (kg/dm 3 )

0,4  Kadar SiO2

> 95% 5. Media Antrasit:  Tebal (mm)

400 – 500  ES (mm)

1,5  Berat Jenis (kg/dm 3 )

0,5 6. Filter Botom/Dasar Saringan 1) Lapisan Penyangga dari

Atas ke Bawah  Kedalaman (mm)

– Ukuran Butir (mm)

–  Kedalaman (mm)

Lanjutan Tabel 2.4 Jenis Saringan

Saringan dengan

No. Unit

Saringan Biasa

Saringan

Pencucian antar

–  Kedalaman (mm)

Ukuran Butir (mm)

– Ukuran Butir (mm)

–  Kedalaman (mm)

– Ukuran Butir (mm)

– 2) Filter Nozel  Lebar Slot Nozel (mm)

< 0,5  Prosentase Slot Nozel

> 4% Terhadap Luas Filter (%) Sumber: SNI 6774:2008

Setelah melalui proses filtrasi, pada prinsipnya air sudah memenuhi standard kualitas. Namun untuk menghindari kontaminasi air dari mikroorganisme perlu dilakukan desinfeksi. Beberapa metode desinfeksi antara lain dengan metode chlorinasi, ozon atau dengan UV (Ultra Violet). Metode yang umumnya dilakukan adalah metode chlorinasi, sedang sistem ozon dan UV jarang dilakukan, khususnya pada skala besar. Chlorine, selain digunakan sebagai desinfektan juga dapat digunakan untuk mengendalikan keberadaan mikroorganisme dan sebagai oksidan. Sebagai oksidan, Chlorine berfungsi untuk :

1) Mengoksidasi Fe dan Mn

2) Menghilangkan rasa yang tidak enak di air

3) Menghilangkan warna di air

4) Menghilangkan amonia nitrogen. Proses desinfeksi air dengan metode klorinasi diawali dengan penyiapan larutan kaporit pada konsentrasi tertentu serta penetapan dosis klor yang tepat. Beberapa metode pembubuhan kaporit yang dapat diterapkan untuk mendapatkan pembubuhan yang cukup tepat secara kontinu serta tidak membutuhkan tenaga listrik antara lain:

1) Metode gravitasi tanpa atau dengan kotak pengatur tinggi pembubuhan yang konstan

2) Metode otomatis dengan pembubuhan yang sebanding dengan debit yang dibubuhkan Kedua metode ini sudah diterapkan di Indonesia dengan hasil yang cukup memuaskan.

2.6Rencana Desain

Dalam perencanaan unit pengolahan air minum terdapat kriteria-kriteria tertentu yang harus diperhatikan, antara lain:

2.6.1 Bangunan Pengambilan Air Baku

Berdasarkan Pedoman Penyusunan Perencanaan Teknis Pengembangan SPAM, dasar- dasar perencanaan bangunan pengambilan air baku, meliputi:

1) Survei dan identifikasi sumber air baku, mengenai mata air, debit, kualitas air, dan pemanfaatan.

2) Perhitungan debit sumber air baku: Perhitungan debit air sungai pengukuran debit sungai dilakukandengan mengukur luas potongan melintang penampang basahsungai dan kecepatan rata-rata alirannya, dengan rumus:

= � . �…………………………………………………………………(2.1) � = �. . ……………………………………………………………… (2.2) dimana: Q = debit (m³/detik)

A = luas penampang basah (m²) R = jari-jari hidrolik (m) S = kemiringan/slope

m = koefisien Bazin Data-data yang diperlukanmeliputi debit aliran, pemanfaatan sungai, tinggi muka airminimum dan tinggi muka air maksimum.

3) Persyaratan lokasi penempatan dan konstruksi bangunan pengambilan:

a) Penempatan bangunan penyadap (intake) harus aman terhadap polusi yang disebabkan pengaruh luar (pencemaran oleh manusia dan mahluk hidup lain);

b) Penempatan bangunan pengambilan pada lokasi yang memudahkan dalam pelaksanaan dan aman terhadap daya dukung alam (terhadap longsor dan lain-lain);

c) Konstruksi bangunan pengambilan harus aman terhadap banjir air sungai, terhadap gaya guling, gaya geser, rembesan, gempa dan gaya angkat air (up-lift);

d) Penempatan bangunan pengambilan disusahakan dapat menggunakan sistem gravitasi dalam pengoperasiannya;

e) Dimensi bangunan pengabilan harus mempertimbangkan kebutuhan maksimum harian;

f) Dimensi inlet dan outlet dan letaknya harus memperhitungkan fluktuasi ketinggian muka air; f) Dimensi inlet dan outlet dan letaknya harus memperhitungkan fluktuasi ketinggian muka air;

h) Konstruksi bangunan pengambilan direncanakan dengan umur pakai (lifetime) minimal 25 tahun;

i) Bahan/material konstruksi yang digunakan diusahakan menggunakan material lokal atau disesuaikan dengan kondisi daerah sekitar.

4) Tipe bangunan pengambilan air baku

Pemilihan bangunan pengambilan air permukaan dibedakan menjadi:  Bangunan penyadap (Intake) Bangunan penyadap berupa pipa (PVC/GI), dihitung dengan formulasebagai berikut: 4 �= …………………………………………………………………..(2.4)

dengan pengertian: Φ = diameter pipa (m) Q = debit aliran (m 3 /detik)

v = kecepatan aliran (m/detik)  Bangunan bak pengumpul

a) Volume bak pengumpul = waktu detensi (td) x Qt = Panjang (P) x Lebar (L) x Tinggi (T) ……………(2.5)

b) Dimensi bak pengumpul: Panjang (P) = (3 – 4) x Lebar (L) Kedalaman (T) = 1 m – 1,5 m…………………………………………………..(2.6)

BAB III GAMBARAN UMUM KELURAHAN TANAH ENAM RATUS DAN DATA EKSISTING

3.1 Umum

Kelurahan Tanah Enam Ratus merupakan salah satu dari lima kelurahan yang berada di Pemerintahan Kecamatan Medan Marelan Kota Medan Provinsi Sumatera Utara yang

mempunyai luas wilayah sekitar 3,42 Km 2 . Kelurahan Tanah Enam Ratus berjarak kira-kira 3,5 Km dari Kantor Pusat Pemerintahan Kecamatan dan kira-kira berjarak 25 Km dari Pusat

Kota. Secara geografis Kelurahan Tanah Enam Ratus memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Rengas Pulau, Medan Marelan

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Titi Papan, Medan Deli

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Manunggal, Deli Serdang

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Terjun, Medan Marelan Untuk lebih jelasnya peta administrasi Kelurahan Tanah Enam Ratus dapat dilihat pada Gambar 3.1.

3.2 Topografi

Kelurahan Tanah Enam Ratus memiliki relief permukaan bumi yang relatif datar dan berada pada ketinggian lebih kurang 2 meter diatas permukaan laut. Wilayah seluruhnya

berupa daratan, dan merupakan daerah dataran rendah yang memiliki luas 3,42 Km 2 .Untuk lebih jelasnya peta tata guna lahan Kelurahan Tanah Enam Ratus dapat dilihat pada Gambar

3.3 Iklim

Kota Medan memiliki 2 buah stasiun pengamatan cuaca, yaitu Stasiun Sampali dan Stasiun Polonia. Berdasarkan data dari Stasiun Polonia, diketahui pada siang hari temperatur udara di Kelurahan Denai berkisar antara 30,1  – 33,1C dan pada malam hari, suhunya berkisar 23,7  – 29,4C. Sedangkan berdasarkan data dari Stasiun Sampali, diketahui pada siang hari temperatur udara di Kelurahan Denai berkisar antara 30,4  – 34,1C dan pada malam hari, suhunya berkisar 23,4  – 30,1C. Berdasarkan data dari Stasiun Polonia, diketahui curah hujan rata-ratanya 220,45 mm/bulan dengan rata-rata hari hujan 18 hari/bulan pada tahun 2012. Sedangkan berdasarkan data dari Stasiun Sampali, diketahui curah hujan rata-ratanyanya 180,17 mm/bulan dengan rata-rata hari hujan 15 hari/bulan pada tahun 2012.

Data lengkap mengenai temperatur udara di Stasiun Polonia dapat dilihat pada Tabel

3.1. Sedangkan data lengkap mengenai temperatur udara di Stasiun Sampali daoat dilihat pada Tabel 3.2. Dan data-data mengenai banyaknya curah hujan dan banyaknya hari hujan dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.1Temperatur Udara di Stasiun Polonia Medan menurut Tahun/Bulan, Waktu, Maksimum, Minimum Tahun 2012

Waktu Maksimum Minimum

Tahun/ Bulan

Rata-

Rata- Absolu

07.00 13.00 18.00 Rata-rata Absolut

Rata

Rata t

Sumber: Stasiun Klimatologi Sampali Medan/Sampali Climatology Station, Medan

Dari Tabel 3.1 dapat dilihat temperatur udara yang paling tinggi pada tahun 2012 terjadi pada bulan Juli yaitu 35,8 C dan temperatur udara yang paling rendah pada tahun 2012 terjadi pada bulan Mei yaitu 21,4 C. Umumnya rata-rata temperatur udara perbulan hampir sama yaitu sekitar 26,7 –28,2C.

Tabel 3.2Temperatur Udara di Stasiun Sampali Medan menurut Tahun/Bulan, Waktu, Maksimum, Minimum Tahun 2012

Waktu Maksimum Minimum

Tahun/

Rata- Absolu Bulan

Rata-

07.00 13.00 18.00 Rata-rata Absolut

Rata

Rata t

23,4 21,9 Februari

Januari 23,9

23,9 22,6 Maret

- - Desember

Sumber: Stasiun Klimatologi Sampali Medan/Sampali Climatology Station, Medan

Dari Tabel 3.2 dapat dilihat temperatur udara yang paling tinggi pada tahun 2012 terjadi pada bulan Juni yaitu 36,9 C dan temperatur udara yang paling rendah pada tahun 2012 terjadi pada bulan Juni yaitu 21,0 C. Umumnya rata-rata temperatur udara perbulan hampir sama yaitu sekitar 26,8 –28,1C.

Tabel 3.3 Curah Hujan dan Banyaknya Hari Hujan di Kota Medan Tahun 2012

Stasiun/ Station

Sampali Tahun/Bulan

Polonia

Year/Month Curah Hujan

Hari Hujan

Curah Hujan Hari Hujan

Rainfall

Rainy Days

Rainfall

Rainy Days

(mm)

(hari/ days )

(mm)

(hari/ days )

Januari/ January 62 19 112

12 Februari/ February 93 14 78 12

Maret/ March 202

April/ April 206

Mei/ May 515

Juni/ June 57 14 122

Juli/ July 279

Agustus/ August 160

September/ September 242

Oktober/ October 339

November/ November -

Desember/ December 270

Sumber: Stasiun Klimatologi Sampali Medan/Sampali Climatology Station, Medan

Berdasarkan Tabel 3.3 dapat dilihat bahwa curah hujan tertinggi pada Stasiun Sampali terjadi pada bulan Oktober yaitu sebesar 297 mm dan pada Stasiun Polonia terjadi pada bulan Mei yaitu sebesar 515 mm. Dan harihujan yang paling banyakpada Stasiun Sampali terjadi pada

sementara pada Stasiun PoloniaterjadipadabulanAgustus, September, dan Oktoberyaitusebanyak 22hari.

bulan April

yaitu

sebanyak 20 hari,

3.4 Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya

3.4.1 Tata Guna Lahan

Kelurahan Tanah Enam Ratus ini sebagian besar kawasannya diperuntukan untuk pemukiman. Berikutnya setelah pemukiman adalah untuk fasilitas lainnya, sarana perdagangan, sarana pendidikan, sarana ibadah, dan sarana kesehatan. Data mengenai tata guna lahan dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Tata Guna Lahan Kelurahan Tanah Enam Ratus

No 2 Tata Guna Lahan Persentase (%) Luas (Km )

2 Sarana Pendidikan

3 Sarana Kesehatan

4 Sarana Ibadah

5 Sarana Perdagangan

10 0,342 Sumber: Data Tugas Besar PPBPAM, 2016

6 Lainnya

3.4.2 Kependudukan

3.4.2.1 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kelurahan Tanah Enam Ratus dalam lima belas tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup besar tiap tahunnya. Data jumlah penduduk Kelurahan Tanah Enam Ratus dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Kelurahan Tanah Enam Ratus Tahun 2000-2014 Tahun

Rata-rata Kepadatan Penduduk

Jumlah

Jumlah Penduduk

Banyak

Penduduk (jiwa) 2 Kelamin Tangga Rumah per Km

Berdasarkan Jenis

Sumber: BPS Kota Medan

3.4.2.2 Mata Pencaharian