BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepribadian 2.1.1 Pengertian Kepribadian - Pengaruh Kepribadian Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT.PLN (PERSERO) Unit Induk Pembangunan Jaringan Sumatera I
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepribadian
2.1.1 Pengertian Kepribadian
Menurut Gordon Allport dalam Robbins (2009:127) kepribadian adalah keseluruhan cara di mana seorang individu beraksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian membentuk perilaku setiap individu.Maka apabila ingin memahami dengan lebih baik perilaku seseorang dalam suatu organisasi, sangatlah berguna jika mengetahui sesuatu tentang kepribadiannya.Menurut Daft (2006:273) Kepribadian adalah seperangkat karakteristik yang mendasari suatu pola prilaku yang relatif stabil sebagai respons pada ide-ide, objek-objek, atau orang-orang di dalam lingkungan. Memahami kepribadian seorang individu dapat membantu para manajer untuk meramalkan bagaimana seseorang akan bertindak dalam situasi tertentu. Menurut Sigit (2003:26) Kepribadian adalah kombinasi daripada karakteristik-karakteristik mental dan phisikal yang tampak unik dan stabil pada seseorang yang sering timbul pada waktu ia berinteraksi dengan orang lain (lingkungan). Menurut Kanuk dalam Erna (2008;118) Kepribadian adalah karakteristik psikologis seseorang yang menentukan dan merefleksikan bagaimana seseorang merespon lingkungannya. Kepribadian adalah organisasi dinamis pada masing-masing sistem psikofisik yang menentukan penyesuaian unik pada lingkungannya dan kepribadian merupakan total jumlah dari seorang individu dalam beraksi dan berinteraksi dengan orang lain, atau dapat pula dikatakan bahwa kepribadian adalah himpunan karakteristik dan kecendrungan yang stabil serta menentukan sifat umum dan perbedaaan dalam perilaku seseorang (Rivai, 2003:228).
2.1.2 Teori Kepribadian
Teori kepribadian memegang peranan khusus dalam perkembangan ilmu psikologi umum. Teori ini membahas peranan utuh (whole person) dalam suatu total lingkungan dan teori ini sangat penting untuk teori organisasi dan praktek manajemen (Kast, 2002:391).
Menurut Winardi (2007;221), ada tiga macam pendekatan teoritikal yang dapat dimanfaatkan guna memahami kepribadian yaitu:
1. Pendekatan Sifat (The Trait Approach)
Sifat-sifat didefenisikan sebagai predisposisi-predisposisi yang diinferensi, yang mengarahkan perilaku seseorang individu dengan cara-cara yang bersifat konsisten dan khas.Disamping itu, sifat-sifat menyebabkan timbulnya ketidakkonsistenan dalam perilaku, karena mereka merupakan atribut-atribut yang bertahan lama, dan mereka memiliki skope umum atau luas.
2. Pendekatan psikodinamik (The Psychdynamic) Dalam pendekatan ini, terdapat pertempuran antara kepribadian yaitu antara apa yang dinamakan “the Id” dan “superego” yang dimoderasi oleh ego. Id, adalah bagian kepribadian yang primitif, yang berada dibawah sadar.Id bekerja secara irasional, tanpa mempertimbangkan apakah yang dikehendaki dapat di capai, ataupun secara moral dapat diterima. Yang kedua adalah superego yaitu merupakan gudang dari nilai- nilai seorang individu, di dalam hal mana termasuk sikap-sikap moral yang dibentuk oleh masyarakat. Superego sering berkonflik dengan Id, dimana Id berkeinginan melakukan apa yang terasa baik, sedangkan superego melakukan tindakan apa yang dianggap benar.
3. Pendekatan Humanistik
Pendekatan-pendekatan ini guna memahami kepribadian dicirikan oleh adanya pemusatan perhatian pada pertumbuhan dan aktualisasi diri sang individu. Teori ini menekankan pentingya fakta bagaimana manusia mempersepsikan dunia mereka dan semua kekeuatan yang memperngaruhinya.Teori humanistik menitikberatkan person, dan pentingnya aktualisasi diri bagi kepribadian.
2.1.3 Karakteristik Kepribadian
Menurut Daft (2006:274) ada lima dimensi umum yang menggambarkan kepribadian. Juga sering di sebut “Lima Besar” faktor kepribadian, setiap faktor dapat memiliki jangkauan yang luas dari karakteristik spesifik. Lima Besar Faktor kepribadian (Big Five Personality Factors) mendeskripsikan keterbukaan
(ekstroversion) , keramah-tamahan (agreeableness) , kehati-hatian (conscientiousness) , kestabilan emosional (emotional stability), dan keterbukaan
pada pengalaman (openness to experience): 1.
Keterbukaan, suatu tingkat di mana seseorang mudal bergaul, suka berbicara, tegas, dan merasa nyaman dengan hubungan antar personal.
2. Keramah-tamahan. Suatu tingkat di mana seseorang dapat berhubungan dengan baik dengan orang lain dengan kebaikan hati, bersikap koorperatif, memaafkan, memberi pengertian, dan memberi kepercayaan.
3. Kehati-hatian. Suatu tingkat dimana seseorang terfokus pada beberapa tujuan, dan dengan demikian berperilaku dalam cara-cara yang bertanggung jawab, dapat di andalkan, gigih dan berorientasi pada pencapaian.
4. Kestabilan emosi. Suatu tingkat dimana seseorang bersikap tenang, antusias, dan merasa aman, bukannya tegang, gelisah, tertekan, murung atau merasa tidak aman.
5. Keterbukaan pada pengalaman. Suatu tingkat dimana seseorang memiliki ketertarikan yang luas dan imajinatif, kreatif, sensitive pada seni, dan bersedia untung mempertimbangkan ide-ide baru. Seperti penjelasan diatas, faktor-faktor tersebut mewakili sebuah rangkaian kesatuan.Seorang individu dapat menunjukkan tingkat rendah, sedang, atau tinggi untuk masing-masing kualitas.Seseorang yang tingkat keramah-tamahannya yang sangat tinggi berkemungkinan di gambarkan sebagai orang yang hangat, ramah, dan baik hati, sedangkan seseorang yang secara ekstrem berkebalikan dengannya digambarkan sebagai orang yang dingin, kasar, atau sulit diajak bergaul.Secara umum, lebih disukai untuk memiliki tingkat sedang sampai tinggi untuk masing- masing faktor kepribadian untuk karyawan pada umumnya.
2.1.4 Faktor-Faktor Penentu Kepribadian
Kepribadian tidak terbentuk secara tiba-tiba.Kepribadian merupakan hasil dari sejumlah kekuatan yang secara bersama membantu membentuk individu.
Meurut Robbins (2008:127) Ada dua faktor penentu kepribadian, yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan.
1. Faktor keturunan Keturunan merujuk pada faktor genetis seorang individu, tinggi, fisik, bentuk wajah, gender, tempramen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi, dan irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya di anggap dipengaruhi oleh orang tua. Pendekatan keturunan berpendapat bahwa penjelasan pokok mengenai kepribadian seseorang adalah struktur molekul dari gen yang terdapat pada kromosom.
2. Faktor lingkungan Kepribadian seseorang, meskipun pada umumnya relatif dan konsisten, dapat berubah bergantung pada situasi yang dihadapinya. Meskipun kita belum mampu mengembangkan pola klasifikasi yang akurat untuk situasi-situasi ini, kita tahu bahwa ada beberapa situasi misalnya tempat ibadah atau wawancara pekerjaan membatasi banyak perilaku, sementara situasi lain misalnya piknik di taman umum membatasi relatif sedikit perilaku. Dengan kata lain, tuntutan yang berbeda dari situasi yang berbeda memunculkan aspek yang berbeda dari kepribadian seseorang.
2.1.5 Sifat-Sifat kepribadian
Sifat-sifat kepribadian yaitu karakteristik yang sering muncul dan mendeskripsikan perilaku seorang individu (Robbins, 2008:130)
1. MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) adalah tes kepribadian yang menggunakan empat karakteristik dan mengklasifikasikan individu ke salah satu dari 16 tipe kepribadian. Empat karakteristik kepribadian itu adalah: a.
Ekstraver versus Introver yaitu individu dengan karakteristik ekstraver digambarkan sebagai individu yang ramah, suka bergaul, dan tegas. Sedangkan individu dengan karakteristik introver digambarkan sebagai individu yang pendiam dan pemalu.
b.
Sensitif versus Intuitif yaitu individu dengan karakteristik sensitif digambarkan sebagai individu yang praktis dan lebih menyukai rutinitas urutan. Mereka berfokus pada detail. Sebaliknya, individu dengan karakteristik intuitif mengandalkan proses-proses tidak sadar.
c.
Pemikir versus perasa yaitu individu yang termasuk dalam karakteristik pemikir menggunakan alasan dan logika untuk menangani berbagai masalah, sedangkan individu dengan karakteristik perasa mengandalkan nilai-nilai dan emosi pribadi mereka.
d.
Memahami versus menilai yaitu individu yang cenderung memiliki karakteristik memahami menginginkan kendali dan lebih suka dunia mereka teratur dari terstruktur, sedangkan individu dengan karakteristik menilai cenderung lebih fleksibel dan spontan.
2. Model Lima Besar
Dimensi Big Five Personality diperkenalkan oleh Goldberg pada tahun 1981. Dimensi ini tidak mencerminkan perspektif teoritis tertentu, tetapi merupakan hasil dari analisis bahasa alami manusia dalam menjelaskan dirinya sendiri dan orang lain. Taksonomi Big Five bukan bertujuan untuk mengganti sistem yang terdahulu, melainkan sebagai penyatu karena dapat memberikan penjelasan sistem kepribadian secara umum (John & Srivastava,1999). Model ini menjelaskan lima dimensi dasar saling mendasari dan mencakup sebagian besar variasi yang signifikan dalam kepribadian manusia.
Faktor-faktor lima besar ini mencakup: a.
Ekstraversi (extraversion).Faktor pertama adalah extraversion, atau bisa juga disebut faktor dominan-patuh (dominance-submissiveness). Faktor ini merupakan dimensi yang penting dalam kepribadian, dimana extraversion ini dapat memprediksi banyak tingkah laku sosial. Menurut penelitian, seseorang yang memiliki faktor extraversion yang tinggi, akan mengingat semua interaksi sosial, berinteraksi dengan lebih banyak orang dibandingkan dengan seseorang dengan tingkat extraversion yang rendah. Dalam berinteraksi, mereka juga akan lebih banyak memegang kontrol dan keintiman.
Extraversion dicirikan dengan afek positif seperti memiliki antusiasme yang
tinggi, senang bergaul, memiliki emosi yang positif, energik, tertarik dengan banyak hal, ambisius, workaholic juga ramah terhadap orang lain.
Extraversion memiliki tingkat motivasi yang tinggi dalam bergaul, menjalin
hubungan dengan sesama dan juga dominan dalam lingkungannya.Extraversion dapat memprediksi perkembangan dari hubungan sosial. Seseorang yang memiliki tingkat extraversion yang tinggi dapat lebih cepat berteman daripada seseorang yang memiliki tingkat
extraversion yang rendah. Extraversion mudah termotivasi oleh perubahan,
variasi dalam hidup, tantangan dan mudah bosan. Sedangkan orang-orang dengan tingkat ekstraversion rendah cenderung bersikap tenang dan menarik diri dari lingkungannya. Dimensi ini mengungkapkan tingkat kenyamanan seseorang dalam berhubungan dengan individu lain. Individu yang memiliki sifat ekstraversi cenderung suka hidup berkelompok, tegas, dan mudah bersosialisasi. Sebaliknya, individu yang memilki sifat ekstroversi cenderung suka menyendiri, penakut dan pendiam. Ekstraversi merupakan taksiran kuantitas dan intensitas interaksi interpersonal, tingkat aktivitas, kebutuhan untuk stimulasi dan kapasitas untuk kesenangan berinteraksi. Menurut Costa dan McCrae dalam Feist (2010:136) orang dengan skor tinggi cenderung penuh kasih sayang, ceria, senang berbicara, senang berkumpul, dan menyenangkan. Sebaliknya, mereka yang memiliki skor rendah biasanya tertutup, pendiam, penyendiri, pasif, dan tidak mempunyai cukup kemampuan untuk mengekspresikan emosi yang kuat.
b.
Agreebleness dapat disebut juga social adaptibility atau likability yang mengindikasikan seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah, menghindari konflik dan memiliki kecenderungan untuk mengikuti orang lain. Berdasarkan value survey, seseorang yang memiliki skor
agreeableness yang tinggi digambarkan sebagai seseorang yang memiliki
value suka membantu, forgiving, dan penyayang.Namun, ditemukan pula
sedikit konflik pada hubungan interpersonal orang yang memiliki tingkat
agreeableness yang tinggi, dimana ketika berhadapan dengan konflik, self esteem mereka akan cenderung menurun. Selain itu, menghindar dari usaha
langsung dalam menyatakan kekuatan sebagai usaha untuk memutuskan konflik dengan orang lain merupakan salah satu ciri dari seseorang yang memiliki tingkat aggreeableness yang tinggi. Pria yang memiliki tingkat
agreeableness yang tinggi dengan penggunaan power yang rendah, akan lebih
menunjukan kekuatan jika dibandingkan dengan wanita.Sedangkan orang- orang dengan tingkat agreeableness yang rendah cenderung untuk lebih agresif dan kurang kooperatif. Dimensi ini merujuk pada kecenderungan individu untuk patuh terhadap individu lainnya. Individu yang sangat mudah bersepakat adalah individu yang senang bekerja sama, hangat dan penuh kepercayaan. Sementara itu, individu yang tidak mudah bersepakat cenderung bersikap dingin, tidak ramah, dan suka menentang.Agreableness mendiskripsikan kualitas orientasi interpersonal seseorang secara berkesinambungan dari perasaan terharu sampai perasaan menentang dalam pikiran perasaan dan tindakan. Menurut Costa dan McCrae dalam Feist (2010:136) orang dengan skir tinggi cenderung mudah percaya, murah hati, pengalah, mudah menerima dan memiliki perilaku yang baik. Sedangkan mereka yang memiliki skor rendah cenderung penuh curiga, pelit, tidah ramah, mudah kesal, dan penuh kritik terhadap orang lain.
c.
Sifat berhati-hati (conscientiousness)mendeskripsikan kontrol terhadap lingkungan sosial, berpikir sebelum bertindak, menunda kepuasan, mengikuti peraturan dan norma, terencana, terorganisir, dan memprioritaskan tugas. Di sisi negatifnya trait kepribadian ini menjadi sangat perfeksionis, kompulsif,
workaholic , membosankan. Tingkat conscientiousness yang rendah menunjukan sikap ceroboh, tidak terarah serta mudah teralih perhatiannya.
Dimensi ini merupakan ukuran kepercayaan. Individu yang sangat berhati- hati adalah individu yang bertanggung jawab, teratur, dapat diandalkan, dan gigih, sebaliknya individu dengan sifat berhati-hati yang rendah cenderung mudah bingung, tidak teratur, dan tidak bias diandalkan.Menurut Costa dan McCrae dalam Feist (2010:136) orang dengan skor tinggi biasanya pekerja keras, berhati-hati, tepat waktu, dan mampu bertahan. Sebaliknya orang yang memiliki skor yang rendah cenderung tidak teratur, ceroboh, pemalas, dan tidak memiliki tujuan dan lebih mungkin menyerah saat mulai menemui kesulitan dalam mengerjakan sesuatu. Individu yang memiliki sifat berhati- hati cenderung berumur panjang karena memiliki pola hidup yang lebih baik dan hampir tidak pernah melakukan tindakan-tidakan beresiko. Namun ternyata memiliki sifat berhati-hati juga memiliki kekurangan, barangkali karena mereka begitu teratur dan terstruktur maka mereka tidak dapat beradaptasi dengan baik dengan konteks-konteks yang dinamis. Individu dengan karakteristik seperti ini biasanya berorientasi pada prestasi kerja (Robbins, 2008:135).
d.
Stabilitas emosi (emotional stability). Dimensi ini menilai kemampuan seseorang untuk menahan stress. Individu dengan stabiltas emosi yang positif cenderung tenang, percaya diri, dan yang memiliki pendirian yang teguh. Sementara itu, individu dengan stabilitas emosi yang negatif cenderung mudah gugup, khawatir, depresi, dan tidak memiliki pendirian yang teguh.Menurut Costa dan McCrae dalam Feist (2010:136) orang dengan skor tinggi cenderung penuh kecemasan, tempramental, mengasihi diri sendiri, sangat sadar akan dirinya sendiri, emosional, dan rentan terhadap gangguan yang berhubungsn dengan stress. Dan mereka yang memiliki skor rendah biasanya tenang, tidak tempramental, puas terhadap diri sendiri, dan tidak emosional. Stabilitas emosi memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan kenyamanan hidup, kepuasan kerja, dan tingakat stress yang rendah. Stabilitas emosi yang rendah juga berhubungan dengan keluhan kesehatan yang lebih sedikit. Satu kelebihan dari stabilitas emosi yang rendah ketika suasana hati tidak baik, individu dengan karakteristik seperti ini cenderung membuat keputusan dengan lebih cepat dan lebih baik di bandingkan individu dengan emosi yang stabil berada dalam suasana hati yang buruk (Robbins, 2008:135).
e.
Terbuka terhadap hal-hal baru (openness to experience). Mempunyai ciri mudah bertoleransi, kapasitas untuk menyerap informasi, menjadi sangat fokus dan mampu untuk waspada pada berbagai perasaan, pemikiran dan impulsivitas. Seseorang dengan tingkat openness to experience yang tinggi digambarkan sebagai seseorang yang memiliki nilai imajinasi,
broadmindedness , dan a world of beauty. Sedangkan seseorang yang
memiliki tingkat openness to experience yang rendah memiliki nilai kebersihan, kepatuhan, dan keamanan bersama, kemudian skor openness to
experience yang rendah juga menggambarkan pribadi yang mempunyai pemikiran yang sempit, konservatif dan tidak menyukai adanya perubahan. openness to experience dapat membangun pertumbuhan pribadi. Pencapaian
kreatifitas lebih banyak pada orang yang memiliki tingkat openness to
experience yang tinggi dan tingkat agreeableness yang rendah. Seseorang
yang kreatif, memiliki rasa ingin tahu, atau terbuka terhadap pengalaman lebih mudah untuk mendapatkan solusi untuk suatu masalah. Dimensi ini merupakan dimensi terakhir yang mengelompokkan individu berdasarkan lingkup minat dan ketertarikannya terhadap hal-hal baru. Individu yang sangat terbuka cenderung kreatif, ingin tahu, dan sensitif terhadap hal-hal yang bersifat seni. Sebaliknya mereka yang tidak terbuka cenderung memiliki sifat konvesnsional dan merasa nyaman dengan hal-hal yang telah ada. Individu dengan keterbukaan terhadap hal-hal baru yang tinggi cenderung lebih kreatif dalam ilimu pengatahuan dan seni, kurang religius, dan kemungkinan besar lebih liberal dibandingkan dengan mereka dengan tingkat keterbukaan terhadap hal-hal baru yang lebih rendah. Individu yang terbuka mengatasi perubahan organisasional dengan lebih baik dan lebih dapat menyesuaikan diri dalam konteks-konteks dinamis (Robbins,
2008:135).Individu yang memiliki sifat ini akan memperoleh rasa nyaman dari hubungan mereka dengan orang-orang dan hal-hal yang dikenal akrab.
2.1.6 Sikap Kepribadian
Kepribadian seseorang mempengaruhi sikap-sikap dan perilaku yang berkaitan dengan pekerjaan melalui cara yang sangat beragam (Daft, 2006:279).
Ada beberapa indikator kuat perilaku di tempat kerja, yaitu terkait dengan evaluasi inti seseorang, Machiavellianisme, narsisme, pemantauan diri, berani mengambil resiko serta kepribadian proaktif dan Tipe A (Robbins, 2008:137).
1. Evaluasi inti diri adalah tingkat di mana individu menyukai atau tidak menyukai diri mereka sendiri, apakah mereka menganggap diri mereka cakap dan efektif, dan apakah mereka merasa memegang kendali atau tidak berdaya atas lingkungan mereka.
2. Machiavellianisme adalah tingkat di mana seorang individu paragmatis, mempertahankan jarak emosional, dan yakin bahwa hasil lebih penting daripada proses. Mach yang tinggi melakukan lebih banyak manipulasi, lebih banyak memperoleh kemenangan, tidak mudah terbujuk danlebih banyak membujuk dibandingkan dengan tingkat March yang rendah. Namun, tingkat Mach dapat diredam oleh faktor-faktor situasional. Individu March yang tinggi berkembang dengan baik apabila ketika mereka berinteraksi secara langsung dengan individu lain, ketika situasi mempunyai sedikit peraturan, yang memungkinkan kebebasan improvisasi, bila keterlibatan emosional dengan detail-detail yang tidak relavan dengan keberhasilan mengganggu Mach yang rendah.
3. Narsisme adalah kecenderungan menjadi arogan, mempunyai rasa kepentingan diri yang berlebihan, membutuhkan pengakuan berlebih dan mengutamakan diri sendiri. Individu narsis seringkali ingin mendapatkan pengakuan dari individu lain dan penguatan atas keunggulan mereka, mereka cenderung akan memandang rendah dan berbicara kasar terhadap individu yang mengancam mereka. Individu narsis juga cenderung egois dan eksploitif, dan mereka seringkali memanfaatkan sikap yang dimiliki individu lain untuk keuntungan mereka.
4. Pemantauan diri adalah kemampuan seorang individu untuk menyesuaikan perilakunya dengan faktor-faktor situasional eksternal.individu ini sangat peka terhadap isyarat-isyarat eksternal dan mampu menyesuaikan perilaku dengan situasi yang berbeda-beda. Individu dengan tingkat pemantauan diri yang tinggi mampu menghadirkan kontradiksi luar biasa antara penampilan di depan umum dan diri pribadi mereka.
5. Pengambilan resiko. Individu memilki keberanian yang berbeda-beda untuk mengambil kesempatan. Kecenderungan untuk mengambil dan menghindari resiko telah terbukti berpengaruh terhadap berapa lama waktu yang dibutuhkan manajer untuk membuat suatu keputusan dan berapa banyak informasi yang di butuhkan sebelum membuat pilihan.
6. Kepribadian Tipe A adalah keterlibatan secara agresif dalam perjuangan terus-menerus untuk mencapai lebih banyak dalam waktu yang lebih sedikit dan bila perlu melawan upaya yang menentang dari orang lain atau hal lain. Karakteristik Tipe A adalah:
- Selalu bergeak, berjalan, danmakan cepat.
- Merasa tidak sabaran.
- Berusaha keras untuk memikirkan atau melakukan dua hal atau lebih pada saat bersamaan.
- Tidak dapat menikmati waktu luang.
- Terobsesi dengan angka-angka, mengukur keberhasilan dalam bentuk jumlah hal yang biasa diperoleh.
7. Kepribadian proaktif adalah sikap yang cenderung opurtunitis, berinisiatif, berani bertindak, dan tekun hingga berhasil mencapai perubahan yang berarti. Individu proaktif cenderung mencari informasi pekerjaan mengenai organisasi, mengembangkan kontak posisi yang itnggi, terlibat dalam perencanaan karier, dan tekun ketika menghadapi rintangan- rintangan karier.
2.1.7 Menilai Kepribadian
Cara menilai kepribadian adalah karena penelitian menunjukkan bahwa tes-tes kepribadian sangat berguna dalam membuat keputusan perekrutan..tes kepribadian berguna untuk dapat lebih memahami dan lebih baik dalam mengatur individu yang bekerja di dalam organisasi.
Terdapat tiga cara utama untuk menilai kepribadian (Robbins, 2008:136): 1. Survei mandiri (diisi sendiri oleh individu). Adalah cara paling umum yang digunakan untuk menilai kepribadian. Kekurangan dari survei jenis ini adalah individu mungkin berbohong atau hanya menunjukkan kesan yang baik.
2. Survei peringkat atau pengamat. Dikembangkan untuk memberikan suatu penilaian bebas mengenai kepribadian. Survei mungkin dapat dilakukan oleh rekan kerja.
3. Ukuran proyeksi. Adalah menggunakan lukisan atau foto, individu yang diuji diminta menuliskan kisah dari setiap gambar yang di lihatnya.
Namun, penilaian respons-respons tersebut telah terbukti sebagai suatu tantangan karena seringkali menilai hasil-hasil tersebut secara berbeda satu sama lain.
2.2 Kinerja Karyawan
2.2.1 Pengertian Kinerja
Kinerja berasal dari kata Job Perfomance atau actual Perfomance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang).Prestasi kerja pada umumnya dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan, pengalaman, dan kesungguhan kerja dari tenaga kerja yang bersangkutan.Kinerja pada dasarnya adalah aktivitas yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan.Kinerja karyawan mempengaruhi seberapa banyak mereka memberikan konstribusi kepada perusahaan.Perbaikan kinerja baik individu maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi (Mathis, 2002:78).Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut (Wibowo, 2007:2).Menurut Amstrong dan baron dalam Wibowo (2007:2) Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan konstribusi ekonomi.
Kinerja merupakan implementasi dari rencana yang telah disusun di dalam organisasi.Implementasi kinerja dilakukan oleh sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi dan kepentingan. Bagaimana organisasi menghargai dan mememperlakukan sumber daya manusianya akan mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam menjalankan kinerja. Evaluasi kinerja juga dilakukan terhadap hasil kerja individu dalam organisasi.Keberhasilan kinerja individu sangat berpengaruh terhadap hasil kerja organisasi (Wibowo, 2007:5).Mangkunegara (2006:9) menyatakan bahwa kinerja adalah prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya.tingkat keberhasilan suatu kinerja meliputi kuantitas kerja, ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan, kualitas kerja yang baik, pemanfaatan waktu yang baik, serta tingkat kesalahan dalam bekerja.
Kinerja dapat dipengaruhi oleh tiga faktor (Henry simamora dalam Mangkunegara, 2009:14), yaitu: a.
Faktor individual yang terdiri dari: - Kemampuan dan keahlian.
- Latar belakang.
- Demografi.
b.
Faktor psikologis yang terdiri dari: - Persepsi.
- Attitude.
- Personality.
- Pembelajaran.
- Motivasi.
c.
Faktor organisasi yang terdiri dari: - Sumber daya.
- Kepemimpinan.
- Penghargaan.
- Struktur.
- Job design. Faktor yang berkaitan dengan keberhasilan jangka panjang organisasi adalah kemampuannya untuk mengukur seberapa baik karyawan bekerja dan menggunakan informasi guna memastikan bahwa pelaksanaan memenuhi standar- standar sekarang dan meningkat sepanjang waktu.
Menurut Mondy (2008:257) penilaian kinerja (Perfomance Appraisal) adalah sistem formal untuk menilai dan mengevaluasi kinerja tugas individu dan tim. Tujuan utama sistem penilaian adalah untuk memperbaiki kinerja individu dan organisasi.
Dalam penilaian kinerja dinilai konstribusi karyawan kepada perusahaan selama periode waktu tertentu.Umpan balik kinerja memungkinkan karyawan mengetahui seberapa baik bekerja bila dibandingkan dengan perusahaan. Penilaian kinerja memberikan mekanisme penting bagi manajemen untuk digunakan dalam menjelaskan tujuan-tujuan dan standar-standar kinerja serta memotivasi karyawan di waktu berikutnya.
2.2.2 Indikator Kinerja
Ukuran secara kualitatif dan kuantitatif yang menunjukkan tingkatan pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan adalah merupakan indikator dari suatu kinerja. Indikator kinerja haruslah merupakan sesuatu yang dapat dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat bahwa kinerja setiap hari dalam perusahaan dan perorangan terus mengalami peningkatan sesuai dengan rencana yang telah di tetapkan. Menurut Mathis (2002:78). Kinerja karyawan mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi konstribusi kepada organisasi yang antara lain termasuk: a.
Kuantitas kerja, merupakan volume kerja yang dihasilkan di atas kondisi normal.
b.
Kualitas kerja, merupakan keterampilan, ketelitian, dan keterkaitan hasil dengan mengabaikan volume pekerjaan.
c.
Pemanfaatan waktu, merupakan penggunaan masa kerja yang disesuaikan dengan kebijakan perusahaan.
d.
Kerjasama, merupakan kemampuan menangani hubungan dalam pekerjaan.
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Para pemimpin organisasi menyadari adanya perbedaan kinerja antara satu karyawan dengan karyawan lainnya yang berada dalam pengawasannya.Secara garis besar, perbedaan kinerja ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor individu dan situasi kerja. Ada tiga perangkat variabel yang mempengaruhi kinerja atau prestasi kerja seseorang, yaitu:
1. Variabel individual, terdiri dari: a.
Kemampuan dan keterampilan.
Kondisi mental dan fisik seseorang dalammenjalankan suatu aktivitas atau pekerjaan.
b.
Latar belakang.
Kondisi dimasa lalu yang mempengaruhi karakteristik dan sikap mental seseorang, biasanya dipengaruhi oleh faktor keturunan serta pengalaman dimasa lalu.
c.
Demografis.
Kondisi kependudukan yang berlaku pada individu atau karyawan, dimana lingkungan sekitarnya akan membentuk pola tingkah laku individu tersebut berdasarkan adat atau norma sosial yang berlaku.
2. Variabel organisasional, terdiri dari: a.
Sumber daya.
Sekumpulan potensi atau kemampuan organisasi yang dapat di ukut dan dinilai, seperti sumber daya alam, sumber daya manusia.
b.
Kepemimpinan.
Suatu seni koordinasi yang dilakukam oleh pimpinan dalam memotivasi pihak lain untuk meraih tujuan yang diinginkan oleh organisasi.
c.
Imbalan.
Balas jasa yangditerima oleh karyawan atau usaha yang telah dilakukan di dalam proses aktivitas organisasi dalam jangka waktu tertentu secara intrinsik maupun eksterinsik.
d.
Struktur.
Hubungan wewenang dan tanggungjawab antar individu di dalam organisasi, dengan karakteristik tertentu dan kebutuhan organisasi e.
Desain pekerjaan.
Job description yang diberikan kepada karyawan, apakah karyawan dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan job description.
3. Variabel psikologis, terdiri dari: a.
Persepsi.
Suatu proses kognitif yang digunakan oleh seseorang untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya.
b.
Sikap.
Kesiapsiagaan mental yang dipelajari dan diorganisir melalui pengalaman dan mempunyai pengaruh tertentu atas cara tanggap seseorang terhadap orang lain.
c.
Kepribadian.
Pola perilaku dan proses mental yang unik, mencirikan seseorang d. Belajar.
Proses yang dijalani seseorang dari tahap tidak tahu menjadi tahu dan memahami akan sesuatu terutama yang berhubungan dengan organisasi dan pekerjaan.
2.3 Penelitian Terdahulu
Hakim (2010) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kepribadian, Sikap dan Kepemimpinan terhadap Kinerja Kreatif Dalam Organisasi (Studi Kasus Pada Organisasi Kreatif di Kota Semarang)”.Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisa pengaruh antara kepribadian, sikap, dan kepemimpinan terhadap kinerja kreatif (studi pada organisasi kreatif di kota Semarang). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah karyawan/anggota organisasi dari agensi kreatif Becakmabur, agensi kreatif DKV Udinus, bisnis kreatif Kedai Digital, Komunitas Playon, dan Komunitas Hysteria. Adapun metode yang digunakan dalam pengambilan sampel ini adalah dengan menggunakan Convenience Sampling, metode analisis data yang digunakan adalah analisa regresi linier berganda, dengan menggunakan bantuan program SPSS. Hasil pengujian menunjukkan bahwa secara simultan kepribadian, sikap, dan kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja kreatif.Secara parsial dari ketiga variabel bebas tersebut, hanya variabel kepemimpinan yang menunjukkan hasil tidak siginifikan terhadap kinerja kreatif.Selain karena tidak ada signifikansi yang terjadi, variabel kepemimpinan menunjukkan nilai koefisien yang sangat kecil.Ini menunjukkan bahwa dari ketiga variabel bebas tersebut, kepemimpinan tidak ada pengaruhnya terhadap kinerja kreatif.
.
Simanjuntak (2012) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Kepribadian terhadap Kinerja karyawan pada Carrefour Citra Garden Padang Bulan Medan”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstraversi, ramah, teliti, stabilitas emosional, dan terbuka terhadap hal- hal baru terhadap kinerja karyawan pada Carrefour Citra Garden dan variabel manakah diantara variabel-variabel ekstraversi, ramah, teliti, stabilitas emosional, dan terbuka terhadap hal-hal baru yang paling dominan dalam mempengaruhi kinerja karyawan pada Carrefour Citra Garden.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan Carrefour Citra Garden yang jumlahnya tidak diketahui.Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis regresi berganda.Jenis penelitian adalah penelitian asosiatif, dan data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan ekstrakversi (X1), ramah (X2), teliti (X3), stabilitas emosi (X4), terbuka terhadap hal-hal baru (X5) berpengaruh positif dan signifikan. Dan secara parsial bahwa variabel terbuka terhadap hal-hal baru (X5) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada Carrefour Citra garden.
Putra (2012) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Kepribadian Berdasarkan Teori Lima Besar (Big Five Model) Terhadap Kinerja Karyawan Hotel Grand Darussalam Recidencess Syariah Medan”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepribadian berdasarkan teori lima besar (big five model) terhadap kinerja karyawan pada Hotel Grand Darusalam Residences Syariah. Populasi didalam penelitian ini adalah seluruh karyawan Hotel Grand Darusalam Residences Syariah yang berjumlah 30 orang.
Metode analisis data menggunakan metode deskriptif dan metode kuantitatif yaitu dengan Analisis Regresi Linier Sederhana. Hasil dari penelitian ini adalah secara simultan teori lima besar berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Dan secara parsial teori lima besar berpengaruh sebesar 39,60% sedangkan 60,40% nya lagi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Metia (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Teori Lima Besar (Big Five Model) Terhadap Kinerja Karyawan Pada Kantor Wilayah Perum Pegadaian Medan”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor Teori Lima Besar/ Big Five Model (Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism, Openness) yang mempengaruhi kinerja karyawan pada Kantor Wilayah Perum Pegadaian Medan.Teknik pengambilan sampel ditentukan dengan metode sensus.Metode analisis yang dipergunakan adalah metode analisis deskriptif, metode analisis statistik yang terdiri dari Analisis Faktor dan Analisis Regresi Linier Berganda., pengujian Signifikan Simultan, pengujian Signifikan Parsial dan pengujian Determinasi. Hasil dari penelitian ini adalah secara simultan teori lima besar berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Dan secara parsial adanya pengaruh positif dan signifikan dari variabel bebas Extraversion terhadap variabel terikat kinerja karyawan.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti Judul penelitian Variabel penelitian Hasil penelitian
Independen Dependen
Metia (2009) Analisis Teori Lima Kinerja Secara simultan teori lima Pengaruh Teori Besar besar berpengaruh secaraLima Besar (Big positif dan signifikan Five Model) terhadap kinerja karyawan. Terhadap Kinerja Dan secara parsial adanya Karyawan Pada pengaruh positif dan Kantor Wilayah signifikan dari variabel Perum Pegadaian bebas Extraversion terhadap Medan variabel terikat kinerja karyawan. Hakim (2010) Pengaruh Kepribadian, Sikap, dan Kepemimpinan terhadap Kinerja Kreatif dalam Organisasi 1.
Kepribadian 2. Sikap 3. Kepemimpi nan
Kinerja secara simultan kepribadian, sikap, dan kepemimpinan secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja kreatif dan secara parsial kepemimpinan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja kreatif
Simanjuntak (2012) Analisis Pengaruh Kepribadian terhadap Kinerja karyawan pada Carrefour Citra Garden Padang Bulan Medan
1. Ekstraversi 2.
Ramah 3. Teliti 4. Stabilitas emosi
5. Terbuka terhadap hal-hal baru Kinerja Secara simultan ektraversi, ramah, teliti, stabilitas emosi, terbuka terhadap hal- hal baru secara bersama- sama berpengaruh positif dan signifikan.terhadap kinerja karyawan dan secara parsial variabel terbuka terhadap hal-hal baru berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan
Putra (2012) Analisis Pengaruh Kepribadian Berdasarkan Teori Lima Besar (Big Five Model) Terhadap Kinerja Karyawan Hotel Grand Darussalam Recidencess Syariah Medan
Teori Lima Besar Kinerja Secara simultan teori lima besar berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan dan secara parsial teori lima besar berpengaruh sebesar 39,60% sedangkan 60,40% nya lagi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Sumber: Metia (2009), Hakim (2010), Simanjuntak (2012), dan Putra (2012)
2.4 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan sintesa tentang hubungan dari beberapa variabel yang diteliti yang disusun dari beberapa teori yang dideskripsikan.Kerangka konseptual merupakan dasar pembuatan hipotesis. (Sugiono, 2005:49)
Kepribadian adalah seperangkat karakteristik yang mendasari suatu pola perilaku yang relatif stabil sebagai respons pada ide-ide, objek-objek, atau orang- orang di dalam lingkungan. Memahami kepribadian seorang individu dapat membantu para manajer untuk meramalkan bagaimana seseorang akan bertindak dalam situasi tertentu.( Daft, 2006:273) Menurut Goldberg pada tahun 1981 dalam John & Srivastava (1999). Dimensi ini tidak mencerminkan perspektif teoritis tertentu, tetapi merupakan hasil dari analisis bahasa alami manusia dalam menjelaskan dirinya sendiri dan orang lain. Model ini menjelaskan lima dimensi dasar saling mendasari dan mencakup sebagian besar variasi yang signifikan dalam kepribadian manusia.
Faktor-faktor lima besar ini mencakupketerbukaan (ekstroversion), keramah- tamahan (agreeableness), kehati-hatian (conscientiousness), kestabilan emosional
(emotional stability) , dan keterbukaan pada pengalaman (openness to experience).
Mangkunegara (2006:9) menyatakan bahwa kinerja adalah prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan yugas yang diberikan kepadanya.Tingkat keberhasilan suatu kinerja meliputi kuantitas kerja yang baik, pemanfaatan waktu yang baik, serta tingkat kesalahan dalam bekerja.
Kepribadian merupakan faktor terbaik untuk digunakan memprediksi kinerja karyawan.Variabel ini dapat digunakan untuk memprediksikan kinerja karyawan secara kontekstual meskipun tidak mendukung kinerja karyawan secara teknis (Kierstead, 1998).Hubungan antara kepribadian dengan kinerja seseorang dipengaruhi oleh keadaan dan kecenderungan individu untuk berperilaku berbeda dan menyimpang dari karakteristik sifat ketika berada diluar lingkungan kerja (Barrick dan Mount, 1993).Hubungan ini juga dipengaruhi oleh keanekaragaman karakter dan faktor lingkungan (Goffin and Rothstein, 1996).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka kerangka konseptual digambarkan sebagai berikut: Keterbukaan (X1) Keramah-tamahan (X2)
Kinerja Karyawan (Y)
Kehati-hatian (X3) Stabilitas Emosi (X4) Keterbukaan Pada Pengalaman (X5)
Sumber: Daft (2006) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan awal kesimpulan sementara hubungan pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat sebelum dilakukan penelitian dan harus dilakukan melalui penelitian.Dugaan tersebut diperkuat melalui teori atau jurnal yang mendasari dan hasil dari penelitian terdahulu.
Berdasarkan masalah yang diuraikan, peneliti merumuskan hipotesis atas permasalahan yang dihadapi yaitu “Kepribadian yang terdiri dari keterbukaan
(ekstroversion), keramah-tamahan (agreeableness), kehati-hatian
(conscientiousness), kestabilan emosional (emotional stability), dan
keterbukaan pada pengalaman (openness to experience) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan PT.PLN (PERSERO) Unit Induk Pembangunan Jaringan Sumatera 1”.