7 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Remaja

  Poltekes Depkes (2010) Remaja adalah harapan bangsa sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja itu sendiri. Remaja yang sehat adalah remaja yang produktif dan kreatif sesuai perkembangannya. Oleh karena itu, pemahaman terhadap tumbuh kembang remaja menjadi sangat penting untuk menilai keadaan remaja.

  Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. beberapa ahli, selain istilah pubertas digunakan juga istilah adolesent (dalam bahasa inggris adolescense). Para ahli merumuskan bahwa istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis baik bentuk maupun fisiologis yang dari anak-anak ke masa dewasa terutama perubahan reproduksi. Sedangkan istilah adolelesen lebih ditekankan pada perubahan universal atau kematangan yang menyertai masa pubertas (Santrock, 1996 ).

  Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka dit untut untuk bersikap mandiri dan dewasa. Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan, namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal yang pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka.

  Untuk dapat memahami remaja, maka perlu dilihat berdasarkan perubahan pada dimensi dimensi tersebut.

  Menurut WHO, dikatakan usia remaja adalah antara 10-18 tahun. Tetapi berdasarkan penggolongan umur, masa remaja terbagi atas :

1. Masa remaja awal (10- 13 tahun)

  Pada tahap ini, remaja mulai berfokus pada pengambilan keputusan ,baik maupun disekolah. Remaja juga mulai menggunakan istilah- istilah sendiri dan mempunyai pandangan seperti: olah raga yang baik untuk bermain, memilih kelompok bergaul, pribadi seperti apa yang diinginkan dan mengenal cara untuk berpenampilan menarik.

  2. Masa remaja tengah (11- 16 tahun) Pada tahapan ini terjadi peningkatan interaksi dengan kelompok, sehingga tidak selalu tergantung pada keluarga dan terjadi eksplorasi seksual. Dengan menggunakan pengalaman dan pemikiran yang kompleks pada tahap ini remaja sering mengajukan pertanyaan menganalisa secara menyeluruh dan berfikir tentang bagaimana cara mengembangkan identitas “ siapa saya “. Pada masa ini remaja juga mulai mempertimbangkan kemungkinan masa depan, tujuan dan membuat rencana sendiri.

  3. Masa remaja akhir (17- 19 tahun) Pada tahap ini remaja lebih berkonstransi pada rencana yang akan datang dan meningkatkan pergaulan. Selama masa remaja akhir proses berfikir secara kompleks digunakan untuk memfokuskan diri masalah- masalah idealisme toleransi, keputusan untuk karir dan pekerjaan serta peran orang dewasa dan masyarakat.

2.2 Tugas perkembangan masa remaja

  Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas perkembangan masa remaja menuut Hurlock (1991) dalam Ali, M (2011) adalah berusaha:

  1. Mampu menerima keadaan fisiknya 2.

  Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa 3. Mampu menerima hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis

  4. Mencapai kemandirian emosional 5.

  Mencapai kemandirian ekonomi 6. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yangsangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat

  7. Memahami dan menginternalkan nilai-nilai orang dewasadan orangtua 8.

  Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa

  9. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan 10.

  Memahami dan mempersiapkan berbagaitanggung jawab kehidupan keluarga Tugas-tugas perkembangan fase remaja ini amat berkaitan dengan perkembangan kognitifnya, yaitu fase operasional formal. Kematangan pencapaian fase kognitif akan sangat membantu kema mpuan dalam melaksanakan melaksanakan tugas-tugas perkembangan, diperlukan kemampuan kreatif remaja. Kemampuan kreatif ini banyak diwarnai ole perkembangan kognifnya.

  2.3 Rokok

  Rokok adalah cacahan tembakau yang dibungkus dengan kertas yang panjangnya berukuran 7-20 cm. Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah kedalam kantong. Bungkusan-bungkusan juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung. Walaupun kenyataannya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi (Aditama, 2011).

  Conrad dan Miler dalam Sitepoe (2000) dalam Tukiran, dkk (2010) menyatakan bahwa seorang akan menjadi perokok melalui doorongan psikologis dan dorongan fisiologis. Dorongan psikologis biasanya pada anak remaja adalah untuk kejantanan, mengalihkan kecemasan dan menunjukkan kedewasaan.

  Dorongan fisiologis adalah nikotin yang dapat menyebabkan ketagihan sehingga seseorang ingin terus merokok.

  2.4 Jenis-jenis rokok

  Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Perbedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok

  2.4.1 Rokok berdasarkan bahan pembungkus Terdiri dari klobot yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung, kawung yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren sigaret yaitu yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.

  2.4.2 Rokok berdasarkan bahan baku Terdiri dari rokok putih yaitu rokok yang bahan baku atau isinya hanya tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa atau aroma tertentu, rokok kretek yaitu bahan baku atau isinya berupa daun tembakau atau cengkeh yang diberi saos untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

  2.4.3 Rokok berdasarkan proses pembuatannya Terdiri dari sigaret kretek tangan yaitu rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan atau alat bantu sedehana

  2.4.4 Rokok berdasarkan filter Terdiri dari rokok filter yaitu rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus, rokok non filter yaitu rokok yang pada bagian pabgkalnya tidak terdapat gabus

2.5 Dampak merokok

  Bahaya merokok bagi kesehatan menurut Aditama (2011) adalah dapat menimbulkan berbagai penyakit. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan si perokok tetapi juga orang disekitarnya. Adapun dampak rokok terhadap kesehatan sebagai berikut:

  2.5.1 Dampak pada paru-paru Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran nafas dan jaringan paru-paru. Pada saluran nafas besar,sel mukosa membesar

  (hipertropi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran nafas terjadi radangan ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli.

  2.5.2 Dampak terhadap jantung Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah dan jantung. Bukan hannya menyebabkan penyakit jantung koroner tetapi juga berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan ferifer. Nikotin yang terkandung pada rokok, selain menyebabkan ketagihan, juga merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga menganggu kerja sistem syaraf, otak dan banyak bagian tubuh lainnya.

  2.5.3 Tukak lambung dan tukak usus dua belas jari Didalam perut usus dua belas jari terjadi keseimbangan antara pengeluaran asam yang dapat menganggu lambung dengan daya perlindungan. Tembakau meningkatkan asam lambung dan usus dua belas jari. Perokok menderita dua kali

  2.5.4 Impotensi Pada laki- laki berusia 30-40 tahun merokok saat meningkatkan disfungsi eraksi sekitar 50 %. Ereksi tidak terjadi bila darah tidak dapat mengalir kepenis.

  Oleh karena itu pembuluh darah harus dalam keadaan baik, merokok dapat merusak pembuluh darah, nikotin penyempitan arteri yang menuju penis,mengurangi aliran darah dan tekanan darah menuju penis.

  2.5.5 Penyakit pada perokok fasif Perokok pasif dapat terkena penyakit kanker paru-paru dan jantung koroner. Menghisap asap tembakau dari orang lain dapat memperburuk kondisi penyakit angina, asma, alergi, gangguan pada hamil.

2.6 Faktor yang mempengaruhi merokok pada remaja

  Seperti penggunaan zat–zat lainnya, terdapat beberapa faktor resiko remaja bagi remaja sehingga merka menjadi perokok. Faktor–faktor tersebut antara lain faktor psikologik, faktor biologi dan faktor lingkungan (Soetjiningsih, 2004).

2.6.1 Faktor psikologik: 1.

  Faktor perkembangan sosial Aspek perkembangan pada remaja antara lain: menetapkan kebebasan dan otonomi, membentuk identitas diri, penyesuaian perubahan psikososial berhubungan dengan maturasi fisik.

2. Faktor psikiatrik

  Studi epidemiologi pada dewasa mendapatkan asosiasi antara merokok dengan gangguan psikiatrik seperti skizofrenia, depresi, cemas, dan penyalahgunaan zat-zat tertentu. Pada remaja didapatkan asosiasi antara merokok dengan depresi dan cemas. Gejala depresi lebih sering pada remaja perokok daripada bukan perokok. Merokok berhubungan dengan meningkatnya kejadian depresi mayor dan penyalahgunaan zat-zat tertentu. Remaja yang memperlihatkan gejala depresi dan cemas mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk memulai merokok daripada remaja yang asimtomatik.Remaja dengan gangguan cemas bisa menggunakan rokok untuk menghilangkan kecemasan yang mereka alami.

2.6.2 Faktor biologik 1.

  Faktor kognitif Faktor lain yang mungkin mengkontribusi perkembangan kecanduan nikotin adalah merasakan adanya efek bermanfaat dari nikotin. Sebagai contoh, beberapa dewasa perokok melaporkan bahwa merokok memperbaiki kosentrasi. Telah dibuktikan bahwa deprivasi nikotin mengganggu perhatian dan kemampuan kognitif, tetapi hal ini akan berkurang bila mereka diberi nikotin atau rokok.

  Studi-studi yang dilakukan dengan dewasa perokok atau bukan perokok memperlihatkan bahwa nikotin dapat meningkatkan finger-tapping rate, respon motorikdalam tes fokus perhatian, perhatian terus- menerus dan pengenalan memori. Pada remaja efek nikotin dalam meningkatkan penampilan tidak

2. Faktor jenis kelamin

  Patut diperhatikan bahwa belakangan ini kejadian merokok meningkatkan pada remaja wanita. Wanita perokok dilaporkan menjadi percaya diri, suka menentang, dan secara sosial cakap, keadaan ini berbeda dengan laki- laki perokok yang secara sosial tidak aman.

  2.6.3 Faktor lingkungan Faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan tembakau antara lain orang tua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok, terpapar reklame tembakau, artis pada reklame tembakau di media. Orangtua memegang peranan terpenting. Dari remaja yang merokok didapatkan 75% salah satu atau kedua orangtuanya merokok.Sebuah studi kohort pada anak-anak SMU mendapatkan bahwa prediktor yang bermakna dalam peralihan dari kadang- kadang merokok menjadi merokok secara teratur adalah orangtua merokok dan konflik keluarga.

  Reklame tembakau diperkirakan mempunyai pengaruh yang lebih kuat daripada pengaruh yang lebih kuat daripada pengaruh orangtua atau teman sebaya, mungkin karena mempengaruhi persepsi remaja terhadap penampilan dan manfaat merokok.

  Memulai menggunakan tembakau lebih erat hubungannya dengan faktor- faktor lingkungan sedangkan peningkatan dari merokok pertama kecanduan rokok tampaknya dipengaruhi oleh faktor personal dan farmakologik.

2.7 Bahaya Merokok

  Bahaya merokok terhadap remaja yang terutama adalah fisiknya, seperti yang dijelaskan oleh Depkes (2004) yaitu: “rokok pada dasarnya merupakan pabrik bahan kimia berbahaya. Saat batang rokok terbakar,maka asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia dengan 3 komponen utama,yaitu nikotin yang menyebabkan ketergantungan/adiksi. Tar yang bersifat karsinogen, karbon monoksida yang aktivitasnya sangat kuat terhadap hemoglobin sehingga kadar oksigen dalam darah berkurang,dan bahan-bahan kimia lain yang beracun.

  Efek merokok tidak hanya mempengaruhi kesehatan perokok saja, tetapi juga mempengaruhi kesehatan orang disekitarnya yang tidak merokok, karena terpapar asap rokok tersebut yang disebut perokok pasif (Depkes, 2010). Adapun bahaya merokok adalah sebagai berikut :

2.7.1 Bagi perokok aktif 1.

  Meningkatkan resiko dua kali lebih besar untuk mengalami serangan jantung

  2. Meningkatkan resiko dua kali lebih besar untuk mengalami stroke 3.

  Meningkatkan resiko mengalami serangan jantung dua kali lebih besar pada mereka yang mengalami tekanan darah tinggi atau kolesterol tinggi

  4. Meningkatkan resiko 10 kali lebih besar untuk mengalami serangan jantung bagi wanita pengguna pil KB

  5. Meningkatkan resiko lima kali lebih besar menderita kerusakan jaringan

2.7.2 Bagi perokok pasif 1.

  Bahaya kerusakan paru-paru.Kadar nikotin,karbon monoksida, serta zat- zat lain yang lebih tinggi dalam darah mereka akan memperparah penyakit yang sedang diderita, dan kemungkinanan mendapat serangan jantung yang lebih tinggi bagi mereka yang berpenyakit jantung.Anak- anak yang orang tuanya merokok akan mengalami batuk, pilek dan radang tenggorokan serta penyakit paru-paru lebih tinggi. Wanita hamil yang merokok beresiko mendapatkan bayi mereka lahir, kurus, cacat dan kematian

  2. Jika suami perokok, maka asap rokok yang dihirup oleh istrinya akan mempengaruhi bayi dalam kandungan

2.8 Cara Menghindari Kebiasaan Merokok

  Menurut Sumartono (2008) ada beberapa cara menghindari kebiasaan merokok yaitu :

  1. Tumbuhkan kemauan yang tinggi untuk berhenti merokok,dalam hal ini kita harus mengingat penyakit yang dapat di akibatkan oleh rokok dan merupakan penderitaan 2. Mintalah bantuan orang terdekat untuk membantu mengingatkan agar tidak lagi mengisap rokok. Yang pertama dilakukan adalah dengan memberitahukan niat untuk tidak merokok pada orang terdekat sehongga berlahan- lahan anda akan merasa risih dan sungkan karena terus menerus diingatkan

  3. Tanamkan pada diri sendiri bahwa pasti mampu untuk berhenti sama sekali dari kebiasaan merokok, hal ini dapat dilakukan dengan memulai menurunkan jumlah batang rokok yang diisap perhari, sehingga semakin lama semakin sedikit sampai tidak sama sekali

  4. Mencari pengganti yang lebih positif dari pada rokok. Untuk mengganti waktu yang digunakan untuk merokok dapat melakukan olah raga, makan permen atau melakukan aktivitas lain.

2.9 Pencegahan merokok

  Sejak tahun 1960-an telah dilakukan banyak program pencegahan merokok baik disekolah dasar maupun sekolah menengah. Kebutuhan untuk program tersebut ditegaskan oleh beberapa temuan penelitian menunjukkan bahwa:

  1. Merokok dihubungkan dengan peningkatan angka morbiditas dan mortalitas terutama pada yang memulai merokok pada usia yang lebih muda.

  2. Merokok adalah sebuah kebiasaan yang susah dihentikan.

  3. Remaja yang merokok lebih mungkin menggunakan zat-zat yang lain seperti alkohol dan obat-obatan lainnya dibanding remaja yang bukan perokok.

  Akhir-akhir ini kebanyakan program pencegahan merokok berdasarkan satu dari

  1. Pendekatan pengaruh sosial (Social influencesn approach) Pendekatan pengaruh sosial didasarkan pada asumsi bahwa model tersebut adalah faktor utama dalam memulai perilaku merokok dan bahwa anak- anak dan remaja perlu diajarkan cara menahan tekanan sosial terhadap merokok datang dari orang tua ,saudara kandung, teman dan media.

  2. Pendekatan melatih cara menghadapi kehidupan (life skill training approach) Pendekatan melatih cara menghadapi kehidupan didasarkan pada asumsi bahwa yang menyebabkan merokok dan bentuk lain penggunaan zat-zat tertentu kurangnya inteligensi personal dan sosial. Beberapa defisit personal yang bisa membuat seseorang lebih peka terhadap penggunaan zat-zat tertentu adalah rendah diri.kurangnya komunikasi dan sosialisasi, kurangnya motivasi untuk berprestasi, dan kurangnya strategi yang kuat menghadapi stress. Program berdasarkan pendekatan ini biasanya memberikan pelatihan pada bidang: peningkatan rasa rendah diri, ketegasan, cara komunikasi, interaksi sosial, santai dalam mengatasi stres, pemecahan masalah dan membuat keputusan (Soetjiningsih, 2004).