Analisis Faktor Faktor Pendorong Masyar

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR –FAKTOR PENDORONG MASYARAKAT MEMBAYAR ZAKAT, INFAQ, DAN SEDEKAH (ZIS) MELALUI BAZDA SUMATERA UTARA OLEH ANDY RISWAN RITONGA PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor pendorong muzakki sehingga melakukan pembayaran dana ZIS melalui BAZDASU. Penelitian ini juga membahas perkembangan pengumpulan dana ZIS selama tahun 2001-2011, serta kendala-kendala yang dihadapi BAZDASU dalam pengumpulan ZIS.

Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 40 muzakki yang memabayar dana ZIS di BAZDASU, menggunakan metode analisis deskriptif dengan bantuan software SPSS 16.0 descriptive analysis. Sedangkan untuk meneliti perkembangan pengumpulan dana ZIS dilakukan dengan menganalisis perkembangan jumlah muzakki, penerimaan, dan penyaluran dana ZIS selama 11 tahun terakhir. Juga menampilkan kendala internal dan eksternal yang dihadapi BAZDASU dalam pengumpulan ZIS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mendorong masyarakat membayar ZIS tersebut adalah pelayanan, lokasi, teknik pengumpulan dan status BAZDASU. Alasan muzakki lebih memilih membayar zakat, infaq dan sedekah pada lembaga ini, karena statusnya sebagai lembaga zakat resmi milik Pemerintah. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berzakat, berinfaq dan bersedekah, BAZDASU harus terus meningkatkan kualitas kinerja, pelayanan, sosialisasi dan program-program unggulannya, guna membangun citra BAZDASU yang lebih baik kedepanya.

Kata kunci: ZIS, Pelayanan, Lokasi, Teknik Pengumpulan.

ABSTRACT

This study aims to determine the driving factors that make payments Muzakki ZIS funds through BAZDASU. This study also discusses the development of ZIS fundraiser for the year 2001-2011, as well as obstacles encountered in the collection BAZDASU ZIS.

This study took a sample of 40 Muzakki the ZIS in BAZDASU to pay funds, using descriptive analysis method with the help of descriptive analysis software SPSS 16.0. While researching the development of fund-raising conducted by analyzing developments ZIS Muzakki number, receipt, and disbursement of funds during the last 11 years ZIS. Also featuring internal and external constraints faced in the collection BAZDASU ZIS.

The results showed that the factors that encourage people to pay ZIS is a service, location and status BAZDASU collection techniques. Muzakki reasons prefer to pay zakat, and alms infaq in these institutions, because of its status as an official charity organization owned by the Government. To increase public awareness of the tithe, and give alms berinfaq, BAZDASU must continue to improve the quality of performance, service, socialization and its superior programs, in order to build a better image BAZDASU for the future.

Key words: ZIS, Service, Location, collection techniques.

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat beriring salam juga senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW.

Skripsi ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor Pendorong Masyarakat Membayar Zakat, Infaq, Dan Sedekah (ZIS) Melalui BAZDA Sumatera Utara”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada :

1. Kedua Orang Tua tercinta, ayahanda Sofyan Suri Ritonga, SH dan ibunda Siti Onggol, S,pd. Saudara-saudara, abang, kakak, dan adik tercinta, beserta teman-teman seperjuanganku yang selalu memberikan semangat dan dukungan beserta doa untuk keselamatan dan keberhasilan penulis.

2. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc. Ph.D, selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan, sekaligus Dosen Pembimbing yang telah memberikan penulis dorongan, masukan dan saran yang berguna dalam menyempurnakan skripsi ini dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Kepada Bapak DR. Saparuddin Siregar, SE, AK, SAS, M.Ag selaku dosen pembaca penilai yang telah memberikan kritik dan saran pada penulis.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan berbagai ilmunya kepada penulis.

7. Bapak dan Ibu staf administrasi Fakultas Ekonomi, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah dengan ikhlas melayani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada pimpinan BAZDASU Bapak Drs. H. Amansyah Nasution, MSP beserta pegawai-pegawai BAZDASU yang telah membantu dalam proses penelitian penulis demi menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata penulis mengaharapkan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat

dan membantu semua pihak yang memerlukannya, terutama rekan mahasiswa Ekonomi Pembangunan.

Wassalamualaikum Wr. Wb. Medan, 24 Juli 2012

Penulis

Andy Riswan Ritonga 080501013

4.3. Analisis Data Perkembangan Pengumpulan ZIS dan Deskriptif Penelitian………………………………………………………….. 78

4.3.1. Perkembangan Jumlah Muzakki BAZDASU………… 78

4.3.2. Jumlah Penerimaan Dana ZIS dan Non ZIS di BAZDASU……………………………………………. 83

4.3.3. Jumlah Penyaluran Dana Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) di BAZDASU…………………........................... 88

4.4. Kendala-kendala yang Dihadapi BAZDASU Dalam Menghimpun Dana Zakat, Infaq, Dan sedekah (ZIS)………………………. 94 4.4.1.Kendala Internal………………………………………... 94

4.4.2. Kendala Eksternal……………………………………… 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ............................................................................. 97

5.2. Saran ...................................................................................... 99

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 101 LAMPIRAN.................................................................................................. 103

DAFTAR TABEL

No. Tabel

Judul

Halaman

1.1 Jumlah Dana Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) di Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara……………………......... 8

1.2 Jumlah Donatur/Muzakki di Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara……………………………………………………. 8

2.1 Nishab Zakat Unta…………………….. ............................... 20

2.2 Nishab Zakat Sapi atau Kerbau…………………………...... 21

2.3 Zakat Kambing dan Domba………………………………… 22

4.1 Data Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin.......... 56

4.2 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan…………. 58

4.3 Data Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan dan Pendapatan 59

4.4 Lama Responden Menjadi Muzakki BAZDASU………..….. 60

4.5 Dana yang Pernah atau Paling Sering Disalurkan Oleh Responden…………………………………………................ 62

4.6 Tanggapan Responden Terhadap Lokasi BAZDASU………

4.7 Alasan Responden Membayar ZIS di BAZDASU………….

4.8 Jarak Tempat Tinggal Responden Dengan Lokasi BAZDASU

4.9 Cara Penyaluran Dana ZIS Oleh Responden Melalui BAZDASU…………………………………………………. .. 71

4.10 Prosedur Penyaluran Dana ZIS yang Dirasakan Responden di BAZDASU………………………………………………. 73

4.11 Frekuensi Responden Menyalurkan Dana ZIS di BAZDASU 74

4.12 Pelayanan yang Diperoleh Responden dari BAZDASU…….. 76

4.13 Jumlah Donatur/Muzakki BAZDASU Tahun 20012011…. ...

4.14 Jumlah Penerimaan Dana ZIS DAN Non ZIS BAZDASU Tahun 2001-2011…………………………………………… .. 85

4.15 Jumlah Penyaluran Dana ZIS Oleh BAZDASU Tahun

2001-2011………………………… …. …………………... 90

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar

Judul

Halaman

4.1 Lama Responden Menjadi Muzakki BAZDASU………..……. 62

4.2 Dana yang Pernah atau Paling Sering Disalurkan Oleh Responden………………………………………… ....................

63

66

4.3 Tanggapan Responden Terhadap Lokasi BAZDASU................

68

4.4 Alasan Responden Membayar ZIS di BAZDASU……………..

70

4.5 Jarak Tempat Tinggal Responden Dengan Lokasi BAZDASU..

4.6 Cara Penyaluran Dana ZIS Oleh Responden Melalui BAZDASU…………………………………………………….. 72

4.7 Prosedur Penyaluran Dana ZIS yang Dirasakan Responden

di BAZDASU………………………………………………….. 74

4.8 Frekuensi Responden Menyalurkan Dana ZIS di BAZDASU…. 76

78

4.9 Pelayanan yang Diperoleh Responden Dari BAZDASU……….

4.10 Jumlah Penerimaan Dana ZIS dan Non ZIS yang Terhimpun

88

Oleh BAZDASU Tahun 2001-2011…………………………….

4.11 Perbandingan Penerimaan dan Penyaluran ZIS Oleh BAZDASU Tahun 2001-201…………………….……………………………. 93

DAFTAR SINGKATAN

BAZDA

= Badan Amil Zakat Daerah

BAZDASU = Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara BAZIS

= Badan Amil Zakat Infaq Sedekah

BAZNAS

= Badan Amil Zakat Nasional

BAZ

= Badan Amil Zakat

BPS

= Badan Pusat Statistik

DPRD

= Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

LAZ

= Lembaga Amil Zakat

LHAI

= Lembaga Harta Agama Islam

LPZ

= Lembaga Pengelolaan Zakat

OPZ

= Organisasi Pengelolaan Zakat

SPSS

= Statistic Product and Service Solution

UPZ

= Unit Pengumpulan Zakat

= Zakat Infaq Sedekah

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor pendorong muzakki sehingga melakukan pembayaran dana ZIS melalui BAZDASU. Penelitian ini juga membahas perkembangan pengumpulan dana ZIS selama tahun 2001-2011, serta kendala-kendala yang dihadapi BAZDASU dalam pengumpulan ZIS.

Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 40 muzakki yang memabayar dana ZIS di BAZDASU, menggunakan metode analisis deskriptif dengan bantuan software SPSS 16.0 descriptive analysis. Sedangkan untuk meneliti perkembangan pengumpulan dana ZIS dilakukan dengan menganalisis perkembangan jumlah muzakki, penerimaan, dan penyaluran dana ZIS selama 11 tahun terakhir. Juga menampilkan kendala internal dan eksternal yang dihadapi BAZDASU dalam pengumpulan ZIS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mendorong masyarakat membayar ZIS tersebut adalah pelayanan, lokasi, teknik pengumpulan dan status BAZDASU. Alasan muzakki lebih memilih membayar zakat, infaq dan sedekah pada lembaga ini, karena statusnya sebagai lembaga zakat resmi milik Pemerintah. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berzakat, berinfaq dan bersedekah, BAZDASU harus terus meningkatkan kualitas kinerja, pelayanan, sosialisasi dan program-program unggulannya, guna membangun citra BAZDASU yang lebih baik kedepanya.

Kata kunci: ZIS, Pelayanan, Lokasi, Teknik Pengumpulan.

ABSTRACT

This study aims to determine the driving factors that make payments Muzakki ZIS funds through BAZDASU. This study also discusses the development of ZIS fundraiser for the year 2001-2011, as well as obstacles encountered in the collection BAZDASU ZIS.

This study took a sample of 40 Muzakki the ZIS in BAZDASU to pay funds, using descriptive analysis method with the help of descriptive analysis software SPSS 16.0. While researching the development of fund-raising conducted by analyzing developments ZIS Muzakki number, receipt, and disbursement of funds during the last 11 years ZIS. Also featuring internal and external constraints faced in the collection BAZDASU ZIS.

The results showed that the factors that encourage people to pay ZIS is a service, location and status BAZDASU collection techniques. Muzakki reasons prefer to pay zakat, and alms infaq in these institutions, because of its status as an official charity organization owned by the Government. To increase public awareness of the tithe, and give alms berinfaq, BAZDASU must continue to improve the quality of performance, service, socialization and its superior programs, in order to build a better image BAZDASU for the future.

Key words: ZIS, Service, Location, collection techniques.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya berhubungan dengan nilai ketuhanan saja namun berkaitan juga dengan hubungan kemanusian yang bernilai sosial (Maliyah ijtimah‘iyyah). ZIS memiliki manfaat yang sangat penting dan strategis dilihat dari sudut pandang ajaran Islam maupun dari aspek pembangunan kesejahteraan umat. Hal ini telah dibuktikan dalam sejarah perkembangan Islam yang diawali sejak masa kepemimpinan Rasulullah SAW. Zakat telah menjadi sumber pendapatan keuangan negara yang memiliki peranan sangat penting, antara lain sebagai sarana pengembangan agama Islam, pengembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, pengembangan infrastruktur, dan penyediaan layanan bantuan untuk kepentingan kesejahteraan sosial masyarakat yang kurang mampu seperti fakir miskin, serta bantuan lainnya (Depag RI, 2007 a:1).

Peranan zakat di atas, sesuai dengan kondisi ekonomi masyarakat miskin di Indonesia yang masih membutuhkan berbagai macam layanan bantuan, namun masih kesulitan dalam memperoleh layanan bantuan tersebut guna meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Di lihat dari fenomena itulah, Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam sebenarnya memiliki potensi yang strategis dan sangat layak untuk dikembangkan dalam menggerakkan perekonomian negara. Melalui penggunaan salah satu instrumen pemerataan pendapatan, yaitu institusi zakat, infaq, dan sedekah (ZIS), di mana zakat, infaq, Peranan zakat di atas, sesuai dengan kondisi ekonomi masyarakat miskin di Indonesia yang masih membutuhkan berbagai macam layanan bantuan, namun masih kesulitan dalam memperoleh layanan bantuan tersebut guna meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Di lihat dari fenomena itulah, Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam sebenarnya memiliki potensi yang strategis dan sangat layak untuk dikembangkan dalam menggerakkan perekonomian negara. Melalui penggunaan salah satu instrumen pemerataan pendapatan, yaitu institusi zakat, infaq, dan sedekah (ZIS), di mana zakat, infaq,

Oleh karena itu, ibadah zakat, infaq, dan sedekah yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Islam di Indonesia, didukung dengan besarnya kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, sehingga dapat dikatakan Indonesia adalah negara yang memiliki potensi zakat yang cukup besar. Potensi ini merupakan sumber pendanaan yang dapat dijadikan kekuatan pemberdayaan ekonomi, pemerataan pendapatan, bahkan akan dapat menggerakkan roda perekonomian negara. Potensi ini sebelumnya hanya dikelola oleh individu-individu secara tradisional dan bersifat konsumtif, sehingga pemanfaatannya belum optimal. Setelah berlakunya Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, pelaksanaan pengelolaan zakat di Indonesia dilakukan oleh Lembaga Pengelola Zakat (LPZ) yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk Pemerintah di tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota dan kecamatan serta Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk dan dikelola masyarakat (Depag RI, 2007 a: 1).

Pengelolaan dana zakat, infaq, dan sedekah oleh BAZ dan LAZ, seharusnya dapat memberikan kontribusi terhadap masalah kemiskinan dalam hal membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun kenyataannya masih banyak masyarakat Indonesia yang hidup miskin dan serba kekurangan dan belum tersentuh oleh hasil distribusi zakat, dikarenakan banyak program LPZ yang manfaatnya bagi umat belum dirasakan secara signifikan (Depag RI, 2008:3). Padahal potensi zakat Indonesia di atas kertas luar biasa besar. Secara matematis, Pengelolaan dana zakat, infaq, dan sedekah oleh BAZ dan LAZ, seharusnya dapat memberikan kontribusi terhadap masalah kemiskinan dalam hal membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun kenyataannya masih banyak masyarakat Indonesia yang hidup miskin dan serba kekurangan dan belum tersentuh oleh hasil distribusi zakat, dikarenakan banyak program LPZ yang manfaatnya bagi umat belum dirasakan secara signifikan (Depag RI, 2008:3). Padahal potensi zakat Indonesia di atas kertas luar biasa besar. Secara matematis,

Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2011 mencapai 30,01 juta jiwa, menurun dibanding tahun 2010 yang mencapai 31,02 juta jiwa. Sumatera Utara berada pada empat besar sebagai provinsi yang jumlah penduduk terbanyak dari 33 propinsi di Indonesia. Jumlah penduduk miskinnya mencapai 1,481 juta jiwa. Angka tersebut menurun sedikit dibanding tahun 2010 yang mencapai 1,490 juta jiwa (www.bps.go.id). Dengan status jumlah masyarakat Islam yang mayoritas, jelas yang paling banyak berada pada garis kemiskinan adalah masyarakat Islam, sehingga masalah ini menjadi masalah umat Islam yang harus ditanggung bersama.

Untuk membantu memecahkan masalah kemiskinan melalui institusi ZIS, diperlukan aturan hukum yang jelas melalui Undang-undang Pengelolaan Zakat. Dalam UU Pengelolaan Zakat dimaksud disebutkan bahwa tujuan pengelolaan zakat adalah meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat Untuk membantu memecahkan masalah kemiskinan melalui institusi ZIS, diperlukan aturan hukum yang jelas melalui Undang-undang Pengelolaan Zakat. Dalam UU Pengelolaan Zakat dimaksud disebutkan bahwa tujuan pengelolaan zakat adalah meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat

Pengurangan zakat dari laba atau pendapatan sisa kena pajak tersebut bertujuan agar wajib pajak tidak terkena beban ganda, yakni kewajiban membayar zakat dan pajak, agar kesadaran membayar zakat diharapkan dapat memacu kesadaran membayar pajak. Zakat yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak adalah yang dibayarkan kepada BAZ atau LAZ yang dikukuhkan oleh pemerintah untuk dapat mengurangkan zakat dari penghasilan kena pajak tersebut. Wajib pajak harus terdaftar dan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) terlebih dahulu (Depag RI, 2007 b:64-65). Oleh karena itu, kewajiban membayar zakat dan pajak dapat lebih disinergikan, dimana keduanya merupakan sumber keuangan yang berpotensi besar dalam kegiatan pembangunan ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat.

Oleh karena itu, zakat yang memiliki peranan besar sebagai sumber keuangan syariah dalam membantu meningkatkan perbaikan kualitas kesejahteraan hidup masyarakat. Untuk itu diperlukan penguatan aturan hukum guna menempatkan kedudukan zakat yang lebih strategis lagi di Indonesia. Salah

satu alasan itulah yang mendukung dilakukannya revisi undang-undang dalam mengatur dan menguatkan kedudukan zakat, serta Lembaga Pengelolaan Zakat (LPZ) di Indonesia. Pada akhirnya proses amandemen UU No 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat telah selesai diamandemen dan disahkan oleh DPR RI pada tanggal 27 Oktober 2011 lalu. UU hasil amandemen tersebut kemudian diberi nomor UU Nomor 23 Tahun 2011. Sebuah hasil perumusaan dan perjuangan panjang bagi pihak-pihak yang peduli terhadap pengelolaan zakat di Indonesia, akibat dari ketidak setujuan atas UU Nomor 38 Tahun 1999 yang memberikan LAZ kesempatan yang sama besar dalam mengelola dana zakat. Terdapat bukti-bukti yang semakin menguat bahwa pada umumnya masyarakat telah gagal dalam melaksanakan pengelola zakat, dan seharusnya pengelolaan zakat ini dikembalikan kepada lembaga zakat pemerintah (BAZ). Peningkatan Pertumbuhan yang besar jumlah dana zakat, infaq, dan sedekah yang berhasil dikumpulkan oleh LAZ tidak diiringi dengan penurunan tingkat kemiskinan secara optimal. Oleh sebab itu ada anggapan bahwa lembaga zakat yang dikelola oleh masyarakat sendiri, belum dapat berjalan dengan baik serta masih syarat terhadap kepentingan individu dan kelompok.

Dengan adanya Undang-undang baru zakat ini, lebih menguatkan peran dan fungsi BAZ, yang menegaskan kewajiban LAZ yang di bentuk masyarakat untuk melaporkan kegiatan pengumpulan dan pendayagunaan zakat yang telah dilakukannya kepada BAZ (Pasal 19), tetapi bukan kewajiban untuk menyetorkan dana zakat kepada BAZ. Hal ini bertujuan agar koordinasi LPZ dapat diformalkan melalui Undang-undang.

Terwujudnya koordinasi Pengelolaan dana zakat yang baik antara BAZ dan LAZ melalui UU yang baru, menumbuhkan harapan besar dalam menghadapi tahun 2012, sehingga optimisme peningkatan penerimaan zakat secara nasional cukup beralasan. Pada tahun 2010, penerimaan zakat nasional mencapai sekitar Rp 1,5 triliun zakat, sedangkan tahun 2011 lalu mencapai Rp 1,8 triliun atau mengalami kenaikan 20% dibanding penerimaan tahun 2010. Untuk tahun 2012, jumlah penerimaan zakat Rp 3-4 triliun sangat mungkin terealisasi asal terpenuhi dua syarat, yaitu, (1) sistem pengelolaan zakat sesuai UU pengelolaan zakat yang baru berjalan efektif dipusat dan disemua daerah, dan (2) pelaksanaan pembayaran zakat sebagai pengurang penghasilan bruto bagi para wajib pajak orang pribadi yang beragama Islam dapat direalisasikan dengan berbasis sistem IT perpajakan dan perzakatan (Republika, 22 Desember 2011).

Sementara di Sumatera Utara, menurut Pimpinan Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara telah mengumpulkan dana yang berasal dari zakat, infaq dan sedekah (ZIS) sekitar Rp1,4 miliar hingga pertengahan Agustus 2011 yang akan disalurkan untuk membantu kaum fakir miskin dan pihak-pihak yang membutuhkan bantuan. Dengan rincian sebanyak Rp 600 juta berasal dari zakat dan Rp800 juta dari infaq serta sedekah. Namun sedang diupayakan pengumpulan ZIS lebih banyak agar dapat membantu kaum fakir miskin dan pihak-pihak yang membutuhkan bantuan. Pada tahun 2010, Dana ZIS yang terkumpul oleh Bazda Sumatera Utara mencapai Rp.1,7 milyar dengan rincian Rp.1,2 milyar dari zakat dan sekitar Rp.450 juta dari infaq dan sedekah (www.waspadaonline.com). Dalam perkembangan LPZ setelah disahkannya UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang

Pengelolaan Zakat di Indonesia (kini telah di amandemen menjadi UU Nomor 23 tahun 2011, yang pelaksanaan masih dalam proses sosialisasi). Secara hukum menetapkan adanya proses pengesahan Lembaga Pengelolaan Zakat (LPZ) (pasal

6) yakni pembentukan Badan Amil Zakat Daerah dilakukan oleh pemerintah daerah. Dalam rangka melaksanakan amanat UU Pengelolaan Zakat Nomor 38 Tahun 1999 tersebutlah, Pemerintah provinsi Sumatera Utara melalui Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara sejak tahun 2001 telah membentuk Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara (BAZDASU).

Keberadaan BAZDASU terasa memberikan peran dan tujuan penting bagi masyarakat dan pemerintah Sumatera Utara, antara lain yaitu (Khoiri, 2010:2): 1. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntutan syariat Islam, 2. Meningkatkan fungsi dan peranan norma keagamaan dalam upaya menciptakan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial, 3. Meningkatkan pendayagunaan dana zakat, infaq, dan sedekah yang lebih produktif. Lembaga ini kemudian mulai menjadi lembaga yang dipercaya masyarakat dan amanah dalam mengelola dana umat. Walaupun demikian masih terdapat sejumlah permasalahan yang harus dihadapi seperti (Maratua Simanjuntak, 2006:37-38), masih rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat membayar zakat ke lembaga pemerintah, belum meratanya pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk membayar zakat khususnya zakat maal (harta), serta belum meratanya sosialisasi kebijakan peraturan pemerintah dan UU pengelolaan zakat, serta permasalahan lainnya yang juga harus dibenahi dalam mewujudkan pengelolaan zakat yang amanah, profesional, dan transparan. Oleh karena itu

BAZDASU terus berusaha meningkatkan pelayanannya, mulai dari upaya penghimpunan dan pendayagunaan dana ZIS, serta pengembangan sumber daya yang ada terus menerus dilakukan.

Perwujudan usaha-usaha BAZDASU mulai terlihat perkembangannya dari jumlah penghimpunan dana zakat, infak dan sedekah (ZIS) dari tahun ke tahun. Dalam kurun waktu empat tahun terakhir terkumpul dana ZIS sebagai berikut :

Tabel 1.1: Jumlah Dana Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) di Badan Amil

Zakat Daerah Sumatera Utara Jumlah Dana Terhimpun

2007 Rp.1.646.540.450 Rp.433.545.700 Rp. 49.983.350 2008

Rp.1.721.948.800 Rp.140.364.970 Rp. 21.161.625 2009

Rp.1.079.985.288 Rp.228.222.495 Rp.107.701.920 2010

- Sumber: Hasil Wawancara Dengan Pengelola BAZDASU (2012).

Rp.1.259.213.823

Rp.384.259.190

Jumlah penerimaan di atas masih terbilang relatif kecil dibanding dengan potensi ZIS yang diyakini cukup besar yang ada di Sumatera Utara. Apabila dilihat dari perkembangan jumlah donatur/muzakki yang membayarkan zakat, infaq, dan sedekah dari tahun ke tahun melalui BAZDASU, dalam kurun waktu empat tahun terakhir, maka dapat dilihat perkembangannya sebagai berikut :

Tabel 1.2 : Jumlah Donatur/Muzakki di Badan Amil Zakat Daerah

Sumatera Utara.

Jumlah Donatur/Muzakki

Sumber: Data Muzakki BAZDASU.

Data pada tabel di atas, menunjukkan pada tahun 2007 jumlah muzakki yang menyalurkan zakatnya di BAZDASU sebanyak 268 orang, sedangkan pada tahun 2008 hanya sebanyak 216 orang atau mengalami penurunan sebesar 19,5%, dan pada tahun 2009 sebanyak 220 orang atau hanya meningkat sebesar 1,85%, begitu juga pada tahun 2010 sebanyak 224 orang, yang hanya mengalami peningkatan 1,8%. Data jumlah donatur yang mendonasikan dana infaq dan sedekah tidak tersaji pada tabel di atas, hal tersebut dikarenakan BAZDASU tidak mendata identitas pihak yang menyalurkan infaq dan sedekah secara rapi dan sistematis. Salah satu alasannya ialah sebagian besar para donatur menyalurkannya melalui unit-unit pengumpulan zakat (UPZ) serta pada kotak- kotak infaq yang tersedia di tempat-tempat tertentu yang berkerja sama dalam pengumpulan infaq dan sedekah dengan BAZDASU, sehingga sulit untuk mengetahui data identitas donatur secara terperinci.

Sebagai lembaga yang berada di bawah naungan pemerintah Sumatera Utara, secara struktual hubungan birokrasi dan koordinasi tidak dapat dihindarkan. Apalagi proses operasional berjalannya BAZDASU dibantu dari APBD Provinsi Sumatera Utara, bukan menggunakan dana zakat sebagaimana pengelola zakat pada umumnya (Khoiri, 2010:2). Konsekuensinya BAZDASU semakin mengedepankan akuntabilitas, kredibilitas dan transparansi. Untuk melengkapi itu pertanggung jawaban keuangan setiap tahunnya disampaikan kepada Gubernur Sumatera Utara dan Badan Inspektorat, yang sebelumnya telah diaudit terlebih dahulu oleh Akuntan Publik sejak tahun 2007, disamping itu juga pertanggung jawaban kepada umat, baik secara terbuka melalui media massa Sebagai lembaga yang berada di bawah naungan pemerintah Sumatera Utara, secara struktual hubungan birokrasi dan koordinasi tidak dapat dihindarkan. Apalagi proses operasional berjalannya BAZDASU dibantu dari APBD Provinsi Sumatera Utara, bukan menggunakan dana zakat sebagaimana pengelola zakat pada umumnya (Khoiri, 2010:2). Konsekuensinya BAZDASU semakin mengedepankan akuntabilitas, kredibilitas dan transparansi. Untuk melengkapi itu pertanggung jawaban keuangan setiap tahunnya disampaikan kepada Gubernur Sumatera Utara dan Badan Inspektorat, yang sebelumnya telah diaudit terlebih dahulu oleh Akuntan Publik sejak tahun 2007, disamping itu juga pertanggung jawaban kepada umat, baik secara terbuka melalui media massa

BAZ juga harus memperhatikan kegiatan operasional pengelolaannya dengan baik, agar masyarakat lebih terpanggil untuk menyalurkan zakat, infaq dan sedekah tersebut. Untuk itu penulis meneliti apakah yang menjadi faktor-faktor pendorong masyarakat menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS). Faktor pendorong itu sendiri menurut penulis dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pelayanan, lokasi, dan Teknik pengumpulan (Fundraising). Melalui pelayanan yang baik yang diperoleh seorang muzakki, maka diharapkan muzakki akan tetap menyalurkan dana ZIS kembali ke lembaga zakat tersebut. Faktor lokasi juga diyakini sebagai pendorong masyarakat untuk menyalurkan dana ZIS pada suatu lembaga zakat. Jarak dan akses menuju lokasi lembaga zakat dari tempat tinggal/kegiatan masyarakat dalam hal ini muzakki diyakini cukup berpengaruh dalam hal menyalurkan dana ZIS secara langsung pada kantor lembaga zakat tersebut. Begitu juga dengan metode pengumpulan dana ZIS sebagai faktor yang ikut mendorong masyarakat untuk menyalurkan dana ZIS tersebut. Teknik pengumpulan atau sering disebut dengan istilah fundraising zakat merupakan proses kegiatan dalam melakukan penghimpunan dana ZIS ,sehingga masyarakat termotivasi serta menimbulkan kesadaran dan kepedulian untuk membantu masyarakat yang hidup dalam kekurangan melalui dana ZIS.

Oleh karena itulah BAZDASU ini merupakan LPZ resmi yang dimiliki pemerintah, sehingga diharapkan memiliki kelebihan dan keutamaan dibandingkan LAZ yang dikelola oleh masyarakat, baik dalam hal penghimpunan maupun pendayagunaan dana ZIS tersebut. Berdasarkan kedudukan dan status BAZDASU yang sangat potensial sebagai salah satu lembaga zakat yang dikelola oleh pihak pemerintah, diharapkan dapat lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, dan mampu membuat program-program pendayagunaan dana ZIS yang lebih tepat guna setiap tahunnya. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan lebih memberikan kepercayaan dalam menyalurkan dana ZIS melalui BAZDASU.

Melihat kondisi dan fakta tersebut, sudah seharusnyalah masyarakat Muslim di Sumatera Utara sebagai muzakki, dan pemerintah provinsi Sumatera Utara dalam membina dan mengawasi BAZDASU, untuk lebih tergerak lagi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat membayar zakat, infak, dan sedekah (ZIS) melalui BAZDASU. Oleh karena itu, dengan dilatar belakangi keadaan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Faktor-Faktor Pendorong Masyarakat Membayar Zakat, Infaq, Dan Sedekah (ZIS) Melalui BAZDA Sumatera Utara”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apakah yang mendorong masyarakat membayar zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) melalui BAZDASU ?

2. Bagaimana perkembangan pelaksanaan pengumpulan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS), ditinjau dari jumlah muzakki, jumlah penerimaan, dan jumlah penyaluran dana ZIS di BAZDASU ?

3. Kendala apakah yang dihadapi BAZDASU dalam menghimpun zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong masyarakat membayar zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) melalui BAZDASU.

2. Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan pengumpulan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS), yang ditinjau dari jumlah muzakki, jumlah penerimaan, dan jumlah penyaluran dana ZIS di BAZDASU.

3. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi BAZDASU dalam menghimpun zakat, infaq, dan sedekah (ZIS).

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi pemerintah pusat dan daerah, khususnya melalui Kementrian Agama dalam membuat peraturan dan kebijakan untuk meningkatkan pengelolaan, pengumpulan, dan pendayagunaan dana zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) ke depan.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi kepada masyarakat tentang perkembangan pelaksanaan pengumpulan dana

ZIS di BAZDASU, serta dapat berguna juga sebagai bahan masukan bagi BAZDASU ke depan.

3. Sebagai media pengaplikasian ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan, serta membandingkannya dengan kondisi sebenarnya di dunia nyata. Guna melatih kemampuan dalam menganalisis secara sistematis.

4. Hasil penelitian juga diharapkan sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa fakultas ekonomi, terutama mahasiswa program studi ekonomi pembangunan yang ingin memfokuskan penelitian ini dimasa yang akan datang.

5. Sebagai bahan studi tambahan terhadap penelitian mengenai zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) yang sudah ada sebelumnya.

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Zakat

2.1.1 Pengertian zakat

Ditinjau dari segi bahasa kata zakat merupakan kata dasar dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik, sedangkan dari segi istilah fiqih, zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT diserahkan kepada orang yang berhak menerimanya, disamping berarti mengeluarkan sejumlah harta tertentu itu sendiri (Qardawi, 1996:35).

Menurut etimologi syari’at (istilah), zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan Allah SWT, untuk dikeluarkan dan diberikan kepada orang–orang yang berhak menerimanya.

Dalam Al-Quran, Allah SWT telah menyebutkan tentang zakat dan shalat sebanyak 82 ayat (Al-Zuhayly, 2000:89). Dari sini dapat disimpulkan secara deduktif bahwa zakat merupakan rukun Islam yang terpenting setelah ibadah shalat. Zakat dan shalat dijadikan sebagai lambang keseluruhan ajaran Islam. Pelaksanaan shalat melambangkan hubungan seseorang dengan Tuhan, sedangkan pelaksanaan zakat melambangkan hubungan antar sesama manusia (Shihab, 2000:135). “Tidaklah mereka itu diperintahkan, melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan ikhlas dan condong melakukan agama karenanya, begitu pula supaya mengerjakan shalat dan mengeluarkan zakat dan itulah agama yang lurus (Terjemahan QS. Al-Bayyinah: 5)”.

“Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat, dan kebaikan apapun yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu akan mendapatkan pahala dari sisi Allah, Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (Terjemahan QS. Al- Baqarah: 10)”.

Dari ayat di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, Pertama, zakat adalah sebutan untuk jenis barang tertentu yang harus dikeluarkan oleh umat Islam dan dibagi-bagikan kepada golongan yang berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan syari’at. Kedua, zakat merupakan konsekuensi logis dari prinsip kepemilikan harta dalam ajaran Islam yang fundamental, yakni haqqullah (milik Allah yang dititipkan kepada manusia) dalam rangka pemerataan kekayaan. Ketiga , zakat adalah ibadah yang tidak hanya berkaitan dengan hubungan ketuhanan saja tetapi juga mencakup dengan nilai sosial-kemanusiaan yang sering disebut sebagai ibadah Maliyah ijtima’iyyah (Qardawi, 1996:88-90).

Menurut sejumlah hadist dan laporan para sahabat, menerangkan keutamaan ibadah zakat setelah ibadah shalat, berdasarkan beberapa hadist shahih, misalnya seperti hadist dari Ibnu Umar ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: ”Saya diperintah untuk memerangi manusia sehingga mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya Muhammad itu adalah utusan Allah, mendirikan shalat dan memberikan zakat. Apabila mereka telah melakukan itu maka terpeliharalah dari padaku darah dan harta mereka kecuali dengan hak islam dan hisab mereka atas Allah” (HR. Bukhari: 25). Urutan ini tidak terlepas dari pentingnya kewajiban zakat (setelah shalat), di puji orang yang melaksanakannya dan diancam bagi orang yang meninggalkannya dengan Menurut sejumlah hadist dan laporan para sahabat, menerangkan keutamaan ibadah zakat setelah ibadah shalat, berdasarkan beberapa hadist shahih, misalnya seperti hadist dari Ibnu Umar ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: ”Saya diperintah untuk memerangi manusia sehingga mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya Muhammad itu adalah utusan Allah, mendirikan shalat dan memberikan zakat. Apabila mereka telah melakukan itu maka terpeliharalah dari padaku darah dan harta mereka kecuali dengan hak islam dan hisab mereka atas Allah” (HR. Bukhari: 25). Urutan ini tidak terlepas dari pentingnya kewajiban zakat (setelah shalat), di puji orang yang melaksanakannya dan diancam bagi orang yang meninggalkannya dengan

2.1.2 Klasifikasi Zakat

Zakat dapat diklasifikasikan berdasarkan jenisnya, yaitu zakat fitrah dan zakat maal (harta). serta harta yang wajib di keluarkan zakatnya, syarat-syarat harta yang terkena zakat dan golongan yang berhak menerima zakat.

2.1.2.1 Zakat Fitrah

A. Pengertian Zakat fitrah itu adalah zakat diri atau pribadi dari setiap muslim yang dikeluarkan menjelang hari raya Idul Fitri. Zakat fitrah diwajibkan pada tahun kedua hijriah yaitu pada bulan ramadhan diwajibkan untuk mensucikan diri dari orang yang berpuasa dari perbuatan dosa, Zakat fitrah itu diberikan kepada orang miskin untuk memenuhi kebutuhan mereka agar tidak sampai meminta-minta pada saat hari raya (Hasan, 2006:107).

B. Syarat-Syarat Dan Nishab Zakat Fitrah Zakat fitrah adalah kewajiban yang bersifat umum pada setiap pribadi dari kaum muslimin tanpa membedakan antara orang merdeka dengan hamba sahaya, antara laki-laki dan perempuan, antara anak-anak dan orang dewasa, dan antara B. Syarat-Syarat Dan Nishab Zakat Fitrah Zakat fitrah adalah kewajiban yang bersifat umum pada setiap pribadi dari kaum muslimin tanpa membedakan antara orang merdeka dengan hamba sahaya, antara laki-laki dan perempuan, antara anak-anak dan orang dewasa, dan antara

1. Islam

2. Ukuran kewajiban zakat fitrah adalah kelebihan dari makanan orang yang bersangkutan dan makanan orang yang menjadi tanggungannya pada hari dan malam hari raya Idul Fitri tersebut.

Cara penyerahan zakat fitrah dapat ditempuh dengan dua cara, adalah sebagai berikut (Kartika, 2006:23) :

1. Zakat fitrah diserahkan langsung oleh yang bersangkutan kepada fakir miskin. Apabila ini dilakukan maka sebaiknya pada malam hari raya dan lebih baik lagi jika mereka diberikan pada pagi hari sebelum shalat Idul Fitri dimulai agar dengan adanya zakat fitrah itu lebih melapangkan kehidupan mereka.

2. Zakat fitrah diserahkan kepada amil (panitia) zakat. Apabila hal itu dilakukan maka sebaiknya diserahkan beberapa hari sebelum hari raya Idul Fitri agar panitia dapat mengatur distribusinya dengan baik dan tertib kepada mereka yang berhak menerimanya.

2.1.2.2 Zakat Maal (Harta)

A. Pengertian Maal (Harta) menurut bahasa ialah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk menyimpan, memiliki dan dimanfaatkan, sedangkan menurut syara’ adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dapat digunakan menurut kebiasaannya (Kartika, 2006:24).

Zakat maal adalah zakat yang dikeluarkan dari harta atau kekayaan serta penghasilan yang dimiliki oleh seorang muslim yang telah mencapai nishab dan haulnya. Perhitungan zakat maal menurut nishab, kadar, dan haul yang dikeluarkan ditetapkan berdasarkan hukum agama.

B. Harta yang wajib di keluarkan zakatnya Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat pada pasal 4 ayat (2) harta yang wajib dikenakan zakat meliputi :

1. Emas, perak, dan logam mulia lainnya.

2. Uang dan surat berharga lainnya.

3. Perniagaan.

4. Pertanian, perkebunan, dan kehutanan.

5. Peternakan dan perikanan.

6. Pertambangan.

7. Perindustrian;.

8. Pendapatan dan jasa, dan

9. Rikaz Dibawah ini akan dijelaskan harta kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya tersebut :

1. Zakat Emas, Perak dan logam Mulia lainnya Zakat emas dan perak dipandang sebagai benda yang mempunyai nilai tersendiri oleh masyarakat. Emas dan perak dibuat untuk berbagai macam perhiasan, terutama emas yang dipakai kaum wanita selain sebagai perhiasan sehari-hari, juga dibuat untuk hiasan dalam rumah tangga. Disamping itu emas 1. Zakat Emas, Perak dan logam Mulia lainnya Zakat emas dan perak dipandang sebagai benda yang mempunyai nilai tersendiri oleh masyarakat. Emas dan perak dibuat untuk berbagai macam perhiasan, terutama emas yang dipakai kaum wanita selain sebagai perhiasan sehari-hari, juga dibuat untuk hiasan dalam rumah tangga. Disamping itu emas

Nishab zakat emas adalah sebesar 20 dinar atau setara dengan 85 gram emas murni, sedangkan nishab zakat perak adalah sebesar 200 dirham atau setara dengan 672 gram perak. Apabila kepemilikan emas dan perak tersebut sudah mencapai satu tahun wajib dikeluarkan zakatnya sebasar 2,5 %.

2. Zakat Uang Dan Surat Berharga Lainnya Uang dan segala jenis bentuk simpanan uang seperti tabungan, deposito, cek, serta surat berharga seperti saham dan obiligasi termasuk ke dalam kekayaan wajib dikeluarkan zakatnya. Pendapat yang menyatakan bahwa uang wajib dikeluarkan zakatnya, sebab saat ini uang menjadi harta yang berharga, menggantikan kedudukan emas yang tidak lagi diperbolehkan sebagai alat tukar umum dalam jual beli dan lain sebagainya (Al-Zuhayly, 2000:144).

Nishab zakat uang dan surat berharga setara dengan besar nishab zakat emas dan perak. Apabila seseorang memiliki jenis harta yang bermacam-macam dan diakumulasikan jumlahnya telah mencapai atau setara dengan nishab emas, sebesar 85 gram atau perak 672 gram. Serta kepemilikan harta tersebut telah mencapai satu tahun, maka dikenakan kewajiban zakat sebesar 2,5 %.

3. Zakat Hasil Perniagaan Zakat perniagaan ialah zakat yang dikeluarkan dari kekayaan yang diinvestasikan dan diperoleh dari kegiatan perdagangan, baik yang dilakukan oleh perseorangan maupun secara kelompok yang wajib dikeluarkan zakatnya setiap tahun sebagai zakat uang.

Nishab zakat perniagaan atau perdagangan dikeluarkan zakatnya setelah sampai nishabnya senilai 93,6 gram (Yusuf Qardhahawi mengatakan 85 gram) dan zakatnya sebesar 2,5 %. Perhitungan dilaksanakan sampai satu tahun kegiatan dagang. Tidak mesti mulai dari bulan januari dan berakhir pada bulan desember, oleh karena itu kegiatan mulai berdagang harus dicatat (Hasan, 2006:49-50).

4. Zakat Hasil Peternakan dan Perikanan Zakat peternakan meliputi hasil dari peternakan hewan baik yang berukuran besar seperti sapi, kerbau dan unta, yang berukuran sedang seperti kambing dan domba dan yang berukuran kecil seperti unggas, ikan dan lain-lain. Perhitungan zakat untuk masing-masing jenis hewan ternak, baik nishab maupun kadarnya berbeda-beda dan sifatnya bertingkat. Sedangkan haulnya yakni satu tahun untuk setiap jenis hewan.

a. Zakat Unta Sesuai dengan ijma ulama dan hadist-hadist Rasulullah SAW, maka nishab

unta dan besar zakatnya mulai dari jumlah 5 ekor, dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 2.1 Nishab Zakat Unta.

Nishab Banyak Zakat Yang Wajib Dikeluarkan Unta

5-9 Seekor kambing 10-14

2 ekor kambing 15-19

3 ekor kambing 20-24 4 ekorkambing 25-35

Seekor anak unta betina (berumur 1 tahun lebih) 36-45

Seekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih) 46-60

Seekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih) 61-75

Seekor anak unta betina (berumur 4 tahun lebih) 76-90

2 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih)

91-120

2 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih)

121-129

3 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih)

130-139 Seekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih) di tambah 2 130-139 Seekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih) di tambah 2

2 ekor anak unta betina (umur 3 tahun lebih) di tambah seekor anak unta betina (umur 2 tahun lebih) 150-159

3 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih)

160-169

4 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih)

170-179

3 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih) di tambah 2 ekor anak unta betina (umur 3 tahun lebih) 180-189

2 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih) di tambah 2 ekor anak unta betina (umur 3 tahun lebih) 190-199

3 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih) di tambah seekor anak unta betina (umur 2 tahun lebih)

4 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih) di tambah 5 ekor anak unta betina (umur 2 tahun lebih) Sumber: Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara (2012).

200-209

b. Zakat Sapi atau Kerbau Sapi dan kerbau yang mulai wajib dibayarkan zakatnya apabila jumlahnya

telah mencapai 30 ekor, dapat dilihat ditabel berikut :

2.2 Tabel Nishab Sapi Atau Kerbau.

Nishab Sapi Banyak Zakat Yang Wajib Dikeluarkan

30-39 Seekor sapi jantan betina tabi’ 40-59

Seekor sapi jantan/betina musinnah 60-69

2 ekor sapi jantan/betina tabi’ 70-79 Seekor sapi musinah dan seekor tabi’ 80-89

2 ekor sapi musinnah 90-99

3 ekor tabi' (sapi berumur satu tahun atau memasuki tahun kedua) 100-109

2 ekor tabi' dan 1 ekor musinnah (sapi berumur satu tahun atau memasuki tahun ketiga) 110-119

2 ekor musinnah dan 1 ekor tabi' 120-129

3 ekor musinnah atau 4 ekor tabi' 130-160 s/d > setiap 30 ekor, 1 tabi' dan setiap 40 ekor, 1 musinnah Sumber : Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara (2012).

Selanjutnya setiap jumlah itu bertambah 30 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor tabi'. Jika setiap jumlah itu bertambah 40 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor musinnah. keterangan : a. Tabi' : sapi berumur 1 tahun (masuk tahun ke-2)

b. Musinnah : sapi berumur 2 tahun (masuk tahun ke-3) b. Musinnah : sapi berumur 2 tahun (masuk tahun ke-3)

jumlahnya telah mencapai 40 ekor, dapat dilihat pada tabel berikut :

2.3 Tabel Nishab Kambing dan Domba.

Nishab Banyak Zakat Yang Wajib Dikeluarkan Kambing

40-120 Seekor (berumur 2 tahun) atau domba (berumur 1 tahun) 121-200

2 ekor kambing/domba 201-399

3 ekor kambing/domba 400-499 4 ekor kambing/domba 500-599

5 ekor kambing/domba Sumber : Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara (2012).

Selanjutnya, setiap jumlah tersebut bertambah 100 ekor dan kelipatannya, maka zakatnya bertambah 1 ekor.

d. Zakat Unggas dan Ikan Mengenai nishab zakat ialah pada peterrnakan unggas dan perikanan yang

tidak ditetapkan berdasarkan jumlah (ekor) seperti sapi, kambing dan domba, tetapi dihitung berdasarkan skala usaha. Nishab zakat ternak unggas dan perikanan ialah setara dengan 82 gram emas maka berkewajiban mengeluarkan zakat sebesar 2,5%. Dengan demikian, usaha ternak unggas dan perikanan dapat digolongkan kedalam zakat perniagaan (Kartika, 2006:32).

5, Zakat Hasil Pertanian Zakat hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti tanaman biji-bijian (padi, jagung, kedelai); umbi- umbian (ubi, kentang, dll); sayur-sayuran (bawang, cabai, bayam, dll); buah- buahan (kelapa, pisang, kelapa sawit, dll); tanaman hias (anggrek, cengkeh, dll); 5, Zakat Hasil Pertanian Zakat hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti tanaman biji-bijian (padi, jagung, kedelai); umbi- umbian (ubi, kentang, dll); sayur-sayuran (bawang, cabai, bayam, dll); buah- buahan (kelapa, pisang, kelapa sawit, dll); tanaman hias (anggrek, cengkeh, dll);

Hal tersebut sesuai dengan firman Allah Swt, “Hai orang-orang yang beriman, nafkakanlah (ke jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan apa yang kamu keluarkan dari bumi untuk kamu” (Terjemahan QS.Al- Baqarah:267).

Nishab zakat hasil pertanian adalah lima wasaq yang jumlahnya setara dengan 250 kg beras, jika hasil pertanian merupakan makanan pokok seperti beras, jagung, gandum dan lain-lain, maka nishabnya setara dengan 653 kg gabah atau 529 kg beras dari hasil pertanian tersebut. Tetapi jika hasil pertanian berupa buah-buahan, sayur-sayuran, daun, bunga dan lainnya, maka nishab disetarakan dengan harga nishab makanan pokok yang paling utama di negara tersebut.

Sedangkan kadar zakat hasil pertanian ialah, jika menggunakan air dengan sistem irigasi dikarenakan menggunakan biaya tambahan, maka kadar zakatnya adalah 5%. Apabila menggunakan air atau sistem pengairan tanpa mengeluarkan pembiayaan seperti air hujan, maka kadar zakatnya adalah 10%.

6. Zakat Pertambangan Zakat pertambangan adalah segala yang dikeluarkan dari hasil bumi yang dijadikan Allah di dalamnya dan berharga, seperti timah, besi dan sebagainya (Hasbi Ash Shiddieqy, 2006:149).

Kewajiban untuk menunaikan zakat pada barang-barang tambang ialah setiap barang itu selesai diolah dan tidak perlu berlaku sampai satu tahun, asalkan Kewajiban untuk menunaikan zakat pada barang-barang tambang ialah setiap barang itu selesai diolah dan tidak perlu berlaku sampai satu tahun, asalkan

Di Indonesia sebagian besar barang hasil tambang yang bersifat vital dikelola langsung oleh pemerintah, dengan demikian sulit untuk memperhitungkan zakatnya, namun apabila ada pengusaha muslim yang mendapat kesempatan untuk mengelola tambang apapun jenisnya hendaknya memperhatikan masalah zakat hasil tambang yang sesuai dengan syariat Islam (Hasan, 2006:68).

7. Zakat Perindustrian Dalam kamus bahasa Indonesia industri adalah kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan, misalnya dengan mesin, yaitu suatu proses pengolahan bahan baku dan yang sejenisnya menjadi produk atau menjadi jasa yang mempunyai manfaat dan nilai tambah.

Pada zaman sekarang, telah keluar fatwa-fatwa kontemporer (fatawa mu’ashirah) dan ketetapan dari beberapa ketetapan bersama para ahli fikih tentang masalah fikih (Majma’ Al-fiqh), yaitu tentang zakat industri. Fatwa-fatwa dan ketetapan tersebut menjadikan aktivitas perindustrian tunduk kepada zakat. Seperti, pada fatwa-fatwa seminar problematika zakat kontemporer yang pertama, yang diadakan oleh Lembaga Zakat Internasional, Bait Al-Zakat Kuwait pada bulan Rabi’ul Awal 1409 Hijriah atau bertepatan pada bulan Oktober 1988 tentang proyek-proyek industri (www.justanotherwordpress.com).

Para pakar zakat menyatakan zakat perindustrian dapat dianalogikan sama dengan zakat perniagaan. Sehingga nishabnya juga sama dengan nishab emas yaitu 85 gram emas, kadar zakatnya sebesar 2,5 persen. Mencapai nishab pada setiap akhir tahun, atau setelah berakhirnya rapat umum pemegang saham bagi zakat para pemegang saham.

8. Zakat Pendapatan dan Jasa Profesi Zakat profesi adalah zakat yang dikenakan pada setiap pekerjaan atau keahlian profesionalisme tertentu, baik yang dilakukan bersama dengan orang atau lembaga lain, yang mendatangkan penghasilan (uang) yang telah memenuhi nishab (Hafidhuddin, 1998:103).

Zakat pendapatan dan jasa profesi ialah termasuk dikategorikan dalam zakat maal. Menurut Yusuf Al Qardhawi, merupakan Al Mal Al Mustafad ialah kekayaan yang diperoleh oleh seorang muslim melalui bentuk usaha baru yang sesuai dengan syariat Islam.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63