Uts bahasa indonesia verba memotong

Ujian Tengah Semester
Ganjil
Bahasa Indonesia

Dosen Pembimbing :
Drs. ARZAL.,M.pd

Di susun oleh :
VIVIN AGUSTIN

1. Tuliskanlah sejarah, fungsi, dan kedudukan bahasa
indonesia!
Sejarah bahasa Indonesia :
Bahasa Indonesia merupakan varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia dari
cabang bahasa-bahasa Sunda-Sulawesi, yang dipakai sebagai lingua franca di Nusantara
sejak abad-abad awal penanggalan modern.Aksara pertama dalam bahasa Melayu atau
Jawi ditemukan di pesisir tenggara Pulau Sumatera, menandakan bahwa bahasa ini
menyebar ke berbagai tempat di Nusantara dari pesisir tenggara Pulau Sumatera berkat
penggunaannya oleh Kerajaan Sriwijaya yang menguasai jalur perdagangan. Istilah
Melayu atau sebutan bagi wilayahnya sebagai Malaya sendiri berasal dari Kerajaan
Malayu yang bertempat di Batang Hari, Jambi, dimana diketahui bahasa Melayu yang

digunakan di Jambi menggunakan dialek "o" sedangkan dikemudian hari bahasa dan
dialek Melayu berkembang secara luas dan menjadi beragam. Hingga akhir abad ke-19
dapat dikatakan terdapat paling sedikit dua kelompok bahasa Melayu yang dikenal
masyarakat Nusantara: bahasa Melayu Tinggi yang terbatas pemakaiannya tetapi
memiliki standar serta bahasa Melayu Pasar yang kolokial dan tidak baku. Karena
perkembangan bahasa melayu dikalangan rakyat indonesia (pribumi) yang cukup baik,
Pemerintah kolonial Hindia-Belanda akhirnya menyadari bahwa bahasa Melayu dapat
dimanfaatkan untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi karena
penguasaan bahasa Belanda untuk para pegawai pribumi dinilai lemah. Dengan merujuk
pada bahasa Melayu Tinggi (karena telah memiliki kitab-kitab rujukan) beberapa sarjana
Belanda mulai terlibat dalam standardisasi bahasa. Promosi bahasa Melayu pun
digalakkan di sekolah-sekolah dan didukung dengan penerbitan karya sastra dalam bahasa
Melayu. Dari promosi bahasa melayu yang dilakukan Belanda, maka secara perlahan
terbentuklah "embrio" bahasa Indonesia yang sedikit demi sedikit mulai terpisah dari
bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor. Pada awal abad ke-20 perpecahan dalam
bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai terlihat. Pada tahun 1901, Indonesia (sebagai
Hindia-Belanda) mengadopsi ejaan Van Ophuijsen dan pada tahun 1904 Persekutuan
Tanah Melayu (kelak menjadi bagian dari Malaysia) di bawah Inggris mengadopsi ejaan
Wilkinson. Kemudian pada tahun 1908 Pemerintah Hindia-Belanda (VOC) mendirikan
sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de

Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat). Intervensi pemerintah semakin kuat dengan
dibentuknya Commissie voor de Volkslectuur ("Komisi Bacaan Rakyat" - KBR) pada
tahun 1908, yang kemudian pada tahun 1917 Commissie voor de Volkslectuur diubah
menjadi Balai Pustaka. Balai itu menerbitkan buku-buku novel seperti Siti Nurbaya dan
Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan,
yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
Pada tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam
pidatonya di sidang Volksraad. Hal ini merupakan kali pertama dalam sidang Volksraad,
seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia diakui secara
resmi sebagai "Bahasa Persatuan Bangsa" pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober
1928. Pemakaian bahasa Melayu sebagai bahasa nasional di indonesia atas usulan
Muhammad Yamin, seorang sastrawan, politikus, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada
Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan: "Jika mengacu pada masa depan
bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang

bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua
bahasa itu, bahasa Melayu lah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau
bahasa persatuan". Setelah kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tanggal 18 Agustus
1945 Bahasa Indonesia diakui secara Yuridis. Namun secara Sosiologis kita dapat
mengatakan bahwa Bahasa Indonesia resmi di akui pada Sumpah Pemuda tanggal 28

Oktober 1928. Hal ini juga sesuai dengan butir ketiga ikrar sumpah pemuda yaitu "Kami
putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia." Namun secara
Yuridis Bahasa Indonesia diakui pada tanggal 18 Agustus 1945 atau setelah Kemerdekaan
Indonesia.
4 faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia yaitu :
1. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan
bahasa perdangangan.
2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa melayu tidak
dikenal tingkatan bahasa (bahasa halus dan bahasa kasar).
3. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan
dalam arti yang luas.
4. Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa
Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi oleh
sastrawan Minangkabau, seperti Chairil Anwar, Abdul Muis, Marah Rusli, Idrus, Sutan
Takdir Alisyahbana, Nur Sutan Iskandar, Roestam Effendi dan Hamka. Sastrawan
tersebut banyak mengisi dan menambah perbendaharaan kata, morfologi, maupun
sintaksis bahasa Indonesia. Pada tahun 2008 dicanangkan sebagai Tahun Bahasa 2008.
Oleh karena itu, sepanjang tahun 2008 telah diadakan kegiatan kebahasaan dan
kesastraan. Sebagai puncak dari seluruh kegiatan kebahasaan dan kesastraan serta

peringatan 80 tahun Sumpah Pemuda, diadakan Kongres IX Bahasa Indonesia pada
tanggal 28 Oktober-1 November 2008 di Jakarta. Kongres tersebut akan membahas lima
hal utama, yakni bahasa Indonesia, penggunaan bahasa asing, bahasa daerah, pengajaran
bahasa dan sastra, serta bahasa media massa. Kongres bahasa ini berskala internasional
dengan menghadirkan para pembicara dari dalam maupun luar negeri.

Fungsi Bahasa Indonesia
1. Fungsi Bahasa Indonesia Baku:


Sebagai pemersatu : digunakan dalam hubungan sosial antar manusia.



Sebagai penanda kepribadian : dapat mengungkapkan jati diri dan juga perasaan.



Menambah wibawa : berfungsi untuk menjaga komunikasi yang santun.




Sebagai kerangka acuan : memiliki tindak tutur yang terkontrol.
2. Secara umum sebagai alat komunikasi lisan maupun tulis.
Menurut Santoso, dkk. (2004) bahwa bahasa sebagai alat komunikasi memiliki fungsi
sebagai berikut:



Fungsi informasi : untuk mengungkapkan perasaan.



Fungsi adaptasi dan integrasi : terkait hubungannya dengan sosial.



Fungsi ekspresi diri : mendapatkan perlakuan terhadap sesama anggota masyarakat.




Fungsi kontrol sosial : berfungsi untuk mengatur tingkah laku.
3. Sebagai alat komunikasi untuk berbagai keperluan
Menurut Hallyday (1992) Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi untuk berbagai
keperluan:



Fungsi instrumental : guna memperoleh sesuatu.



Fungsi regulatoris : agar dapat mengendalikan perilaku orang lain.



Fungsi intraksional : agar dapat berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain.




Fungsi personal : agar dapat berinteraksi dengan orang lain.



Fungsi heuristik : agar dapat menemukan dan belajar sesuatu.



Fungsi imajinatif : agar dapat menciptakan dunia imajinasi.



Fungsi representasional : agar dapat menyampaikan informasi.

Kedudukan bahasa Indonesia
1. Sebagai Bahasa Nasional
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional diperoleh sejak awal
kelahirannya, yaitu tanggal 28 Oktober 1928 dalam Sumpah Pemuda. Bahasa Indonesia
dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional sekaligus merupakan bahasa persatuan.
Adapun dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional , bahasa Indonesia mempunyai

fungsi sebagai berikut. Lambang jati diri (identitas). Lambang kebanggaan bangsa. Alat
pemersatu berbagai masyarakat yang mempunyai latar belakang etnis dan sosial-budaya,
serta bahasa daerah yang berbeda. Alat penghubung antarbudaya dan antardaerah
2. Sebagai Bahasa Resmi/Negara
Kedudukan bahasa Indonesia yang kedua adalah sebagai bahasa resmi/negara;
kedudukan ini mempunyai dasar yuridis konstitusional, yakni Bab XV pasal 36 UUD
1945. Dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi/negara, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai berikut. Bahasa resmi negara . Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga
pendidikan. Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan. Bahasa resmi dalam
pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu dan teknologi.

2. uliskanlah pengertian seluk beluk kalimat efektif
dan kalimat tidak efektif berikan contohnya masingmasing!

Kalimat efektif adalah kalimat yang bisa mewakili gagasan pembicara atau penulis
serta dapat diteriam maksud/artinya serta tujuannya seperti yang di maksud
penulis/pembaca. Kalimat efektif adalah kalimat yang padat, sngkat, jelas lengkap,
dan dapat menyampaikan informasi secara tepat. Masih banyak orang yang belum
faham kalimat efektif. Sehingga kalimat-kalimat tidak efektif masih sering digunakan

dalam kehidupan, bahkan dalam dunia pendidikanpun kalimat tidak efektif masih
susah untuk dihindari. Terlebih dalam bahasa lisan, kalimat tidak efektif sering kali
digunakan. Salah satu cara agar kita terhindar dari penggunaan kalimat tidak efektif,
kita harus mengenali terlebih dahulu apa itu kalimat efektif.
Menurut Badudu (Putrayasa, 2009, hlm. 1), kalimat efektif ialah kalimat yang baik
karena apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si pembicara (si penulis dalam bahasa tulis)
dapat diterima dan dipahami oleh pendengar (pembaca dalam bahasa tulis) sama benar
dengan apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si penutur atau si penulis. Jadi, kalimat
efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan informasi secara sempurna. Selain,
informasi yang disampaikan harus jelas, kalimat efektif juga harus memiliki unsur-unsur
kalimat yang lengkap. Kalimat dikatakan memiliki unsur yang lengkap jika sekurang
kurangnya mengandung unsur subjek (S) dan unsur predikat (P).
1.

2.

3.

4.


5.

1.

2.

3.
4.

Ciri-ciri kalimat efektif menurut Putrayasa (2009, hlm. 54) yaitu sebagai berikut.
Kesatuan
Sebuah kalimat yang efektif harus memiliki subjek, predikat, serta unsur-unsur lain
(objek, pelengkap dan keterangan) yang saling mendukung serta membentuk kesatuan
tunggal.
Kehematan
Kehematan adalah adanya hubungan jumlah kata yang digunakan dengan luasnya
jangkauan makna yang diacu. Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak
perlu.
Penekanan
Penekanan dalam kalimat adalah upaya pemberian aksentuasi, pementingan atau

pemusatan perhatian pada salah satu unsur atau bagian kalimat, agar unsur atau bagian
kalimat yang diberi penegasan itu lebih mendapat perhatian dari pendengar dan pembaca.
Kesejajaran
Kalimat efektif memiliki kesamaan bentuk/imbuhan. Jika bagian kalimat itu
menggunakan kata kerja berimbuhan meN-, maka bagian yang lainnya pun harus
menggunakan kata kerja berimbuhan meN- pula.
Kelogisan
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Hubungan antar unsur-unsur dalam kalimat
harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Faktor penyebab ketidakefektifan kalimat menurut Putrayasa (2009, hlm. 95) adalah
sebagai berikut.
Kontaminasi atau kerancuan
Kontaminasi adalah suatu gejala bahasa yang dalam bahasa indonesia diistilahkan
dengan kerancuan. Kalimat yang rancu berarti kalimat yang kacau atau kalimat yang
susunannya tidak teratur sehingga informasinya sulit dipahami.
Pleonasme
Pleonasme berarti pemakaian kata yang berlebihan. Ada yang menggunakan dua kata
yang searti yang sebenarnya tidak perlu karena menggunakan salah satu di antara kedua kata
itu sudahcukup. Ada penggunaan unsur yang berlebih karena pengaruh bahasa asing. Ada
pula kelebihan penggunaan unsur itu karena ketidaktahuan si pemakai bahasa.
Ambiguitas atau keambiguan
Kalimat yang memenuhi ketentuan tata bahasa, tetapi masih menimbulkan tafsiran
ganda (ambigu) tidak termasuk kalimat yang efektif.
Ketidakjelasan unsur inti kalimat

Kalimat yang baik harus mengandung unsur-unsur yang lengkap, sekurang-kurangnya
harus ada dua unsur, yaitu subjek dan predikat.
5. Kemubaziran preposisi dan kata
Ketidakefektifan kalimat sering disebabkan oleh pemakaian kata depan (preposisi) yang
tidak perlu.
6. Kesalahan logika/nalar
Logika menentukan apakah kalimat yang kita tuturkan adalah kalimat yang logis atau
tidak. Nalar ialah aktivitas yang memungkinkan seseorang untuk berpikir logis. Pikiran yang
logis ialah pikiran yang masuk akal yang berterima.
7. Ketidaktepatan bentuk kata
Contohnya, imbuhan pe- tidak mendapat bunyi apabila dilekatkan pada kata dasar
berkonsonan /l/ atau /r/. Namun, saat ini banyak kita jumpai bentukan kata yang menyimpang
(tidak tepat) dari aturan yang ada. Misalnya pengrusakan, perluasan, dan perlawatan.
8. Ketidaktepatan makna
Jika sebuah kata tidak dipahami maknanya, pemakaiannya pun mungkin tidak akan
tepat. Hal itu akan menimbulkan keganjilan, kekaburan, dan salah tafsir.
9.
Pengaruh bahasa daerah
Banyak kata dari bahasa daerah masuk ke dalam bahasa indonesia. Kata-kata bahasa
daerah yang sudah diserap ke dalam bahasa indonesia tidak menjadi masalah jika digunakan
dalam pemakaian bahasa indonesia sehari-hari. Akan tetapi, bahasa daerah yang belum
berterima dalam bahasa indonesia perlu dihindari penggunaannya, karena akan menimbulkan
kalimat tersebut menjadi tidak efektif.
10. Pengaruh bahasa asing
Akhir-akhir ini pengaruh bahasa inggris sangat besar. Beberapa kata yang berasal dari
bahasa inggris sering dipakai selain kata kata dari bahasa indonesia yang searti dengan katakata itu. Terkadang, sering kita melihat bahwa orang indonesia seolah keranjingan
menggunakan kata asing terlebih dalam berpidato, sampai-sampai tidak dipikirkan lagi
bhawa yang mendengarkan pidato itu, mungkin tidak dapat lagi memahami bahasa yang
dipakai oleh orang yang sedang berpidato.
Berikut disajikan beberapa contoh kalimat efektif dan kalimat tidak efektif yang
diambil dari sebuah skripsi.
1.
Kalimat efektif
a. Penulis (S) dilahirkan (P) di Sukabumi pada tanggal 25 Juni 1994 (K).
b. Penulis (S) bertempat tinggal (P) di Jl. Raya Cikalong Kab. Tasikmalaya (K).
c. Penulis (S) menyadari (P) bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini (O).
Kalimat-kalimat (1, 2 dan 3) merupakan kalimat efektif karena kalimat tersebut mempunyai
unsur-unsur kalimat yang lengkap (gramatis) dan informasi yang disampaikan dari kalimat
tersebut dapat dipahami oleh pembaca secara jelas.
2. Kalimat tidak efektif
a. Anak pertama dari dua bersaudara (P).
Kalimat tersebut tidak efektif karena tidak memiliki subjek (S).
Perbaikan
Penulis (S) merupakan (P) anak pertama dari dua bersaudara (Pel).
b. Anak perempuan dari pasangan bapak mukholik, S.Pd, Msi dan Ibu Rohayati (P).
Kalimat tersebut tidak efektif karena tidak memiliki subjek (S)
Perbaikan

Penulis (S) merupakan (P) anak perempuan dari pasangan bapak Mukholik, S.Pd, Msi dan
Ibu Rohayati (Pel).
c. (Kemudian) penulis (S) melanjutkan (P) ke perguruan tinggi pada tahun 2009 di Universitas
Pendidikan Indonesia dengan mengambil jurusan pendidikan fisika (K).
Kalimat tersebut tidak efektif karena terdapat dua gagasan utama, objek tidak jelas dan
terdapat kemubaziran kata. Gagasan utama yang pertama yaitu penulis melanjutkan ke
perguruan tinggi pada tahun 2009 di Universitas Pendidikan Indonesia. Gagasan utama yang
kedua yaitu penulis mengambil jurusan pendidikan fisika. Kemubaziran kata pada kalimat
tersebut yaitu adanya dua frasa yang memiliki makna yang hampir mirip. Frasa tersebut yaitu
perguruan tinggi dan Universitas Pendidikan Indonesia.
Perbaikan
(Kemudian) penulis (S) melanjutkan (P) pendidikan (O) ke Universitas Pendidikan Indonesia
pada tahun 2009 (K). Penulis (S) memilih (P) jurusan pendidikan fisika (O).
Kalimat efektif berbeda dengan kalimat gramatis. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar
dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain secara tepat. Salah satu syarat kalimat
efektif adalah memiliki kelengkapan unsur-unsur kalimat, sekurang-kurangnya memiliki
subjek dan predikat. Maka dari itu, sudah jelas bahwa kalimat efektif merupakan kalimat
gramatis. Namun, kalimat gramatis belum tentu efektif. Kalimat gramatis hanya
mementingkan kelengkapan unsur-unsur kalimat tanpa melihat kelogisan kalimat tersebut.

3. Sebutkan pengertian surat, bagian-bagian surat,
jenis-jenis surat resmi. Buatlah contoh surat resmi dan
contoh surat pribadi (surat cinta).
Pengertian Surat Dinas/Resmi
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Surat Dinas adalah surat yang dikeluarkan oleh
kantor pemerintah atau instansi atau lembaga resmi lainnya dan bebas dari biaya.
Surat dinas isinya ditujukan untuk keperluan kedinasan, baik itu pemerintah atau swasta.
Karena fungsi kedinasan tidak hanya berlaku di pemerintahan, akan tetapi berlaku juga di
instansi atau lembaga swasta. Biasanya isinya berupa urusan seperti penyampaian
pengumuman, pemberian suatu izin, pemberian tugas dan lain-lain.
Oleh karena itu jika terdapat surat yang dikirimkan dari satu pihak ke pihak lain yang isinya
berhubungan dengan kepentingan tugas ataupun kegiatan dinas suatu instansi, maka surat
seperti itu disebut surat resmi. Kenapa disebut surat resmi? karena penulisan dalam surat
dinas ditulis dengan format dan memakai bahasa resmi.

Ciri-Ciri Surat Dinas
Adapun ciri dari surat dinas, yang diantaranya sebagai berikut ini:


Adanya kop surat dan nama instansi ataupun lembaga.



Adanya nomer surat dan lampiran.



Adanya salam pembuka maupun salam penutup.



Menggunakan bahasa resmi, karena surat dinas merupakan surat resmi.



Adanya stempel instansi atau lembaga pada surat.

Syarat Surat Dinas
Beberapa persyarat untuk membuat sebuah surat dinas, yang diantaranya sebagai berikut ini:


Format dari surat harus teratur sesuai dengan format surat dinas.



Isi dari surat tidak terlalu panjang harus langsung pada inti yang ingin disampaikan.



Bahasa yang digunakan harus bahasa resmi, sopan dan mudah untuk dipahami
pembaca.



Dan surat harus menggambarkan citra dari instansi atau lembaga yang membuatnya.

Fungsi Surat Dinas
Surat Dinas berfungsi antara lain sebagai berikut :


Sebagai pedoman pekerjaan, seperti surat intruksi, surat pemberian izin ataupun surat
pengambilan keputusan.



Sebagai alat pengingat, karena surat ini dapat dijadikan arsip bagi instansi.



Sebagai bukti perkembangan suatu instansi atau lembaga.



Sebagai alat bukti, terutama surat perjanjian.

Unsur / Bagian-bagian Surat Dinas
Surat dinas merupakan surat resmi dan tentu saja ada bagian-bagiannya, yang diantaranya
seperti bawah ini:

1. Kop Surat atau kepala surat
Merupakan bagian teratas dari sebuah surat resmi, biasanya dipakai untuk
membedakan surat formal dan surat non formal. Kop surat terdiri dari logo, nama dan alamat
instansi atau lembaga. Yang dimana nama mengacu pada induk organisasi, serta pada kop
surat terdapat karakteristik atau ciri khas organisasi tersebut.
2. Tanggal surat
Terdiri dari nama, tempat dan tanggal dibuatnya surat tersebut.
3. Nomor
Terdiri dari kode, nomor urut surat yang dikeluarkan, identitas instansi atau lembaga
dan tahun dibuatnya surat tersebut.
4. Lampiran
Lampiran yaitu lembaran tambahan yang akan dilampirkan, dapat berupa lembaran
kertas lain atau dokumen lain. Jika tidak ada lampiran biasanaya diisi dengan tanda strip.
5. Perihal atau hal
Perihal merupakan isi pokok dari surat dinas, seperti misalnya ditujukan kepada siapa
atau untuk apa surat tersebut.
6. Alamat
Terdapat 2 (dua) macam penulisan alamat pada surat dinas, ada untuk perorangan dan
ada untuk instansi lain. Jika untuk surat rahasia kata “kepada” tak perlu dipakai sebab sudah
ditulis pada amplop. Jika untuk surat dinas terbuka maka memakai “kepada” lalu langsung
saja memakai nama instansinya. Akan tetapi jika ditujukan bagi orang banyak harus memakai
kata “bapak”, “ibu” dan sebagainya dan kata “Yth” digunakan jika surat ditujukan kepada
orang ataupun suatu jabatan.
7. Salam pembuka
Salam pembuka dipakai untuk menunjukan sopan santun maupun rasa hormat.
8. Isi surat
Isi dari surat haruslah sesuai dengan perihal.
9. Salam penutup
Salam penutup dipakai untuk menunjukan akhir dari isi surat.
10. Pengirim
Meliputi jabatan pengirim dalam instansi / lembaga, nama terang, tanda tangan, dan
stempel instansi.
11. Tembusan
Tembusan dipakai jika surat tersebut memang membutuhkan tembusan. Tembusan
yaitu pihak-pihak yang mendapatkan tebusan ataupun salinan surat selain yang dialamatkan.

Jenis / Macam-Macam Surat Dinas
1. Surat Pengumuman : Surat yang disampaikan kepada khalayak umum tanpa harus
diketahui siapa dan berapa jumlah pembacanya, dan siapa pun berhak membaca.

2. Surat Panggilan Kerja : Surat yang dipergunakan untuk memanggil / mengundang
seseorang untuk mengadakan wawancara, pengujian tenaga kerja, penawaran protek
kerja sama dll sesuai tempat dan waktu yang ditetapkan.
3. Surat Permohonan Izin : Surat yang sengaja dibuat dengan tujuan untuk memohon
izin / bantuan maupun kerjasama kepada instansi terkait.
4. Surat Undangan : Surat pemberitahuan kepada seseorang untuk menghadiri suatu
acara pada waktu dan tempat yang telah ditentukan.
5. Surat Pemberitahuan : Surat yang berisi pemberitahuan kepada semua anggota yang
dituju agar mereka mengetahui sebuah kabar,berita/informasi.
6. Surat Pemberian Izin : Surat yang memberikan izin kepada perusahaan / seseorang
untuk menggunakan lokasi tertentu sebagai tempat usaha menyatakan tidak keeratan
atas permohonan izin yang disampaikan
7. Berita Acara : Catatan laporan yang dibuat mengenai waktu terjadi, tempat,
keterangan / petunjuk lain tentang suatu perkara / peristiwa.
8. Surat Keterangan : Surat yang berisikan keterangna mengenai suatu hal agar tidak
menimbulkan keraguan.
9. Surat Rekomendasi : Surat yang dibuat oleh seorang pimpinan / pejabat tertentu yang
berisi keterangan tentang keadaan pribadi seseorang berdasarkan data-data autentik
yang adak katena diminta sendiri oleh pihak yang bersangkutan untuk kepentingan
pribadinya.
10. Surat Keputusan : Surat yang berisi putusan tentang suatu hal yang berkaitan dengan
urusan dalam sebuah lembaha / iInstitusi, agar tidak menimbulkan salah tafsir.
11. Surat Peringatan : Surat yang dilayangkan oleh pihak berwenang kepada karyawan
di suatu perusahaan perihal adanya pelanggaran aturan karyawan tersebut.
12. Surat Bantahan : Surat yang dibuat oleh penggugat yang berisi bantahan terhadap
suatu pernyataan yang dianggap salah dan harus diluruskan.
13. Surat Perintah : Surat yang berisikan perintah dan pejabat yang berwenang kepada
seseorang untuk melakukan suatu kegiatan / tidak melakukan suatu kegiatan.
14. Surat Perjanjian Kerja : Surat yang berisi kesepakatan untuk bekerja pada suatu
perusahaan yang dilakukan dan ditandatangani okeh calon pekerja dan pihak
perusahaan juga berisi ketentuan mengatur hubungan kerja antara aperusahaan dan
karyawan.
15. Surat Laporan : Surat yang berisi penyajian fakta tentang sesuatu keadaan / suatu
kegaiatan yang berkenaan dengan tanggung jawab ditugaskan kepada pelapor.
16. Surat Pernyataan : Surat yang menyatakan kebenaran suatu hal disertai
pertanggungjawaban ats pernyataan tersebut.
17. Surat Pengantar : Surat yang ditujukan kepada seseorang pejabat / perusahaan untuk
mengantarkan surat, dokumen maupun barang.

18. Surat Kuasa : Surat yang berisi pelimpahan wewenang dari seseorang pejabat tertentu
kepada seseorang / pejabat lainnya.
19. Surat Perintah Perjalanan Dinas : Surat yang digunakan sebagai alat pemberitahuan
yang ditunjukan kepada pejabat tertentu untuk melaksanakan perjalanan dinas serta
pemberian fasilitas perjalanan dan pembiayaan.
20. Surat Tugas : Surat yang diberikan atasan kepada bawahan untuk menugaskan
seseorang dalam melaksanakan tugasnya di instansi / perusahaan tertentu dan yang
ditugaskan dapat menyelesaikan tugasnya dengan waktu dan tempat yang telah
ditentukan.
21. Surat Pengusulan : Surat yang berisi saran / permintaan kepada seseorang . suatu
badan untuk melakukan suatu pekerjaan yang dimaksudkan agar oran . badan yang
menerima usul tersebut dapat melakukan apa yang diharapkan.
22. Surat Perjanjian Jual Beli : Surat mengenai adanya kesepakatan antar pihak pertama
dan pihak kesua melalui transaksi barang, baik barang bergerak maupun tak bergerak.
23. Surat Perjanjian Sewa Menyewa : Surat yang dibuat oleh dua pihak yaitu pihak
penyewa dan yang menyewakan dengan memuat pernyataan kesepakatan serta
menyewa yang disetujui.
1. Contoh Surat Dinas Undangan
DINAS PENDIDIKAN PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN
KABUPATEN TEGAL
Tegal, 20 mei 2015
Nomor
Lampiran
Perihal

: 012 / DPK / VI / 2015
:: Undangan
Yth. Sdr. Abdel
Pamentaman
Jl. Trijaya no 212
Tegal

Dengan hormat,
Kami mengundang Saudara untuk menghadiri rapat yang akan diadakan pada:
Hari
: Selasa , 22 Mei 2015
Tempat
: Gedung Serba Guna , Kabupaten Tegal
Waktu
: 11.00 – selesai
Acara
: Pembahasan kegiatan dengan Dewan DPRD Kabupaten Tegal
Atas perhatian Saudara, kami mengucapkan terima kasih
Hormat kami,
Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya
( Tanda tangan )
Drs. Aji Setiaji

4. Tuliskan pengertian hukum dm beserta contohnya
dan pengecualian hukum dm beserta contohnya.
PENGERTIAN HUKUM D-M DAN PEMAKAIANNYA
Hukum D-M merupakan hukum susunan dua atau lebih dua kata dalam bahasa
Indonesia dengan ketentuan kata yang terletak di depan adalah kata yang diterangkan (D) dan
kata yang belakangnya
adalah kata yang menerangkan (M). Hukum ini pertama kali dikemukakan oleh Sutan Takdir
Alisyahbana, seorang ahli bahasa Indonesia.
Contoh: anak sulung: anak (D)- sulung (M), berlaku hukum D-M.
Bank Asia Sentral : Bank (D)-Asia Sentral(M), berlaku hukum D-M.
Dalam kehidupan sehari-hari, disebabkan oleh pengaruh bahasa Belanda dan Inggris, terjadi
penyimpangan-penyimpangan mengenai pemakaian Hukum D-M dalam bahasa Indonesia,
sehingga mengikuti hukum sebaliknya, yakni Hukum M-D, yang berlaku dalam bahasa
Belanda dan Inggris.
Contoh-contoh penyimpangan:
1. Pusat Pasar: Pusat (M)- Pasar (D), yang berasal dari bahasa Belanda, yakni Centrale
Passer
(Hukum M-D), yang dalam bahasa Indonesia seharusnya menjadi Pasar
Pusat
(Pasar Sentral), sehingga menjadi Hukum D-M.
2. Perdana Menteri: Perdana (M)- Menteri (D), yang berasal dari Prime Minister (Hukum MD) dalam bahasa Inggris, yang dalam bahasa Indonesia seharusnya
menjadi Menteri Perdana (Hukum D-M).
3. Deli Plaza: Deli (M)- Plaza (D), yang mengikuti Hukum M-D dalam bahasa Inggris.
Seharusnya dibalik menjadi Plaza Deli (Hukum D-M) dalam bahasa Indonesia.
4. es krim: es (M)-krim (D), yang berasal dari 'ice cream' (Hukum M-D) dalam bahasa
Inggris.
Seharusnya krim es (Hukum D-M) dalam bahasa Indonesia.
5. kelas interval: kelas (M)- interval (D), yang berasal dari 'class interval' (Hukum M-D)
dalam
bahasa Inggris. Seharusnya diindonesiakan menjadi interval kelas (Hukum
D-M) dengan interval (D)-kelas (M).
6. Wakil Direktur: Wakil (M)-Direktur (D) yang berasal dari Vice Director (Hukum M-D)
dalam
bahasa Inggris.Diindonesiakan, seharusnya menjadi Direktur
Wakil (Hukum
D-M) dengan Direktur (D)-Wakil (M).
7. Pembantu Dekan: Pembantu (M)- Dekan (D) yang berasal dari 'Vice Dean' (Hukum M-D)
dalam bahasa Inggris. Selayaknya dalam bahasa Indonesia menjadi
Dekan
Pembantu (Hukum D-M)
8. Letnan Kolonel: Letnan (M)- Kolonel (D), yang berasal dari Lieutenant Colonel (Hukum
M-D).
Diindonesiakan seharusnya menjadi Kolonel Letnan (Hukum D-M).
9. Brigadir Jenderal, Mayor Jenderal, dan Letnan Jenderal menggunakan Hukum MD seperti pada
no. 8, yang berasal dari bahasa Inggris yakni Brigadier General, Major General dan
Lieutenant

General, yang diindonesiakan menjadi Jenderal Brigadir, Jenderal Mayor dan Jenderal
Letnan,
yang menggunakan Hukum D-M.
10. Helvetia Graha: Helvetia (M)- Graha (D) yang mengikuti Hukum M-D, seharusnya
menjadi
Graha Helvetia, yakni Hukum D-M.
11. Mantan Presiden: Mantan(M)-Presiden (D), yang berasal dari Ex President (Hukum M-D)
dalam bahasa Inggris,yang diindoesiakan seharusnya menjadi Presiden
Mantan (Hukum D-M)

PENGECUALIAN HUKUM D-M
Dalam bahasa Indonesia tidak selalu berlaku Hukum D-M, ada pengecualiannya.
Pengecualian-pengecualian tersebut, sebagaimana diungkapkan oleh Sutan Takdir Alisyahbana adalah
sebagai berikut:
1. Beberapa jenis kata bantu dan kata keterangan, misalnya: akan, lagi, masih, kurang, makin, lebih,
terlalu, amat, sedang, sudah dan sebagainya.
Contoh: sudah mekar: sudah (M) - mekar (D), berlaku kebalikan Hukum D-M, yakni Hukum M-D.
amat susah: amat (M)-susah (D), berlaku Hukum M-D.
2. Kata bilangan: misalnya sebuah, sebutir, sebiji, seutas, sebatang, sehelai, satu, dua, tiga, dan
sebagainya.
Contoh: sebuah jeruk: sebuah (M)- jeruk (D), berlaku Hukum M-D (Berapa jeruk?)
tiga orang: tiga (M)- orang (D), berlaku Hukum M-D (Berapa orang?)
3. Kata depan: misalnya: di, ke, dari, atas, kepada, dan sebagainya.
Contoh: dari Medan: dari (M)- Medan (D), berlaku Hukum M-D, kebalikan Hukum D-M.
kepada saya: kepada (M)-saya (D), berlaku Hukum M-D.
Selain pengecualian-pengecualian tersebut di atas tidak ada pengecualian yang lain dari Hukum
D-M.

Adakalanya untuk menghindari terjadinya penyimpangan atau pelanggaran terhadap peraturan
yang berlaku (Hukum D-M), maka gabungan dua kata yang terpisah, disatukan penulisannya,
sehingga menjadi satu kata. Umpama: pasca sarjana: pasca (M)-sarjana (D), berlaku Hukum M-D,
ditulis pascasarjana, sehingga tidak ada masalah Hukum D-M.Dapat juga lagi: mantan gubernur:
mantan (M)-gubernur (D), Hukum M-D, dijadikan satu kata, yakni mantangubernur, sehingga
hilanglah masalah HukumD-M.

PENUTUPAN
Penyimpangan-penyimpangan dari Hukum D-M, yang bukan pengecualian, karena berasal
dari bahasa asing (antara lain bahasa Belanda dan bahasa Inggris) sebaiknya dapat diperbaiki demi
tertibnya dalam membahasa Indonesia. Meskipun penyimpangan-penyimpangan tersebut telah
berlangsung sangat lama, pintu tetap terbuka untuk mendapatkan yang benar sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

5. Tuliskan pengertian, jenis-jenis, dan seluk beluk
KI/KTI. Carilah 5 judul KTI!

Pengertian Karya Tulis Ilmiah
Karya ilmiah merupakan sebuah tulisan yang berisi suatu permasalahan yang ditulis
dan diungkapkan dengan metode-metode ilmiah yang sesuai dengan kaidah penulisan karya
tulis ilmiah tertentu. karya tulis ilmiah berisi data dan fakta maupun hasil penelitian
seseorang yang ditulis secara runut dan sistematis.
Karya tulis ilmiah disusun jarus berdasarkan fakta, bersifat objektif, tidak bersifat
emosional dan personal, dan tersusun secara sistematis dan logis. Bahasa yang digunakan di
dalam suatu karya tulis ilmiah ialah bahasa Indonesia yang baku yang sesuai dengan kaidah
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
Untuk mencapai tingkat kelogisan tertentu dalam karya tulis ilmiah, seorang peneliti
haruslah memiliki landasan teori yang kuat. landasan teori yang kuat akan membantu peneliti
dalam menyusun dan mempertahankan hasil penulisannya, karena dari landasan teori
tersebut, suatu karya tulis ilmiah tidak menyimpang dari disiplin ilmu tertentu, sehingga
dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Pertanggung jawaban ilmiah yang dimaksud bukan hanya sekedar teknik sistematika
penulisannya saja. Lebih lanjut, suatu karya ilmiah haruslah memenuhi kaidah :


Penyebutan sumber yang jelas, artinya jika suatu peneliti mengutip pernyataan
ataupun hasil penelitian orang lain, maka haruslah disebutkan sumber kutipan tersebut



Memenuhi kaidah penulisan frasa, kata, dan kalimat yang sesuai dengan bahasa yang
baik dan benar.

Ciri-Ciri Karya Tulis Ilmiah
Karya ilmiah haruslah menggunakan bahasa keilmuan, yaitu suatu ragam bahasa yang
digunakan di dalam suatu bidang ilmu tertentu. ragam bahasa tersebut hanyalah dipahami
oleh para peminat bidang ilmu tersebut. Oleh karena itu, para peneliti haruslah menulis karya
ilmiah sesuai dengan bidang keilmuannya masing-masing.
Ciri-ciri bahasa keilmuan adalah sebagai berikut :

1. Reproduktif
Artinya ialah suatu karya ilmiah tersebut ditulis oleh peneliti harus diterima dan dimaknai
oleh para pembacanya sesuai dengan makna yang ingin disampaikan oleh penulisnya.

2. Tidak Ambigu
Artinya suatu karya ilmiah haruslah dikarang berdasarkan kaidah bahasa yang baik dan benar.
Penulis harus menguasai materi atau harus mampu untuk menyusun kalimat dengan subjek
dan prediket yang jelas.

3. Tidak Emotif
Artinya karya tulis harus disusun tidak dengan melibatkan aspek perasaan penulisnya. Halhal yang diungkapkan harus rasional, tanpa diberi tambahan pada subjektifitas penulisnya.

4. Penggunaan Bahasa Baku
Karya tulis ilmiah harus memuat kaidah berbahasa yang benar, baik dalam ejaan, kata,
kalimat, dan paragrafnya.

5. Penggunaan Kaidah Keilmuan
Suatu karya ilmiah harus memuat atau menggunakan istilah-istilah dalam bidang keilmuan
tertentu sesuai dengan bidangnya penulis, ini menjadi bukti bahwasanya penulis menguasai
apa yang ditulisnya.

6. Bersifat Dekoratif dan Rasional
Artinya penulis dalam karyanya harus menggunakan istilah atau kata yang hanya memiliki
satu makna. Rasional artinya penulis harus menonjolkan kerunutan pikiran yang logis, lancer,
dan kecermatan penulisannya.

7. Terdapat Kohesi dan Bersifat Straight Forward
Artinya harus ada kohesi atau kebergantungan antar kalimatnya pada setiap paragraph dalam
setiap bab. Bersifat straight forward artinya langsung ke sasaran. Tulisan ilmiah tidak
berbelit-belit, tetapi langsung ke penjelasan.

8. Menggunakan Kalimat Efektif
Artinya kalimat itu padat berisi, tidak bertele-tele, sehingga makna yang ingin disampaikan
kepada pembaca tepat mengenai sasaran.

Jenis Karya Tulis Ilmiah
Berdasarkan tingkat akademisnya, karya ilmiah dapat dibedakan menjadi 5 macam, yaitu :


Makalah, yaitu karya ilmiah yang memerlukan studi, baik langsung maupun tidak
langsung. Dapat berupa kajian pustaka atau buku, kajian suatu masalah, atau analisis
fakta hasil observasi.



Laporan Penelitian, merupakan karya ilmiah yang dibuat setelah seseorang melakukan
penelitian, pengamatan, wawancara, percobaan, dan lain sebagainya.



Skripsi, merupakan karya ilmiah yang karya ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa
tingkat strata-1 untuk memperoleh gelar sarjana.



Tesis, yaitu karya ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa strata-2 untuk memperoleh
gelar magister.



Disertasi, yaitu karya ilmiah yang dibuat dan disusun oleh mahasiswa strata-3 untuk
memperoleh gelar doktor.

Tujuan Karya Tulis Ilmiah


Dapat menjadi transformasi pengetahuan bagi sekolah atau institusi perguruan tinggi
dengan masyarakat, atau bagi para peminatnya



Melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian secara benar dan teratur



Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki mahasiswa dalam
menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk karya ilmiah setelah yang
bersangkutan memperoleh pengetahuan dari keilmuannya



Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan mahasiswa



Sebagai wahana melatih pengungkapan pikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk
tulisan ilmiah yang sistematis

Manfaat Karya Tulis Ilmiah


Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif



Mengenalkan dengan kagiatan kepustakaan



Memperoleh kepuasaan intelektual



Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan



Sebagai bahan acuan atau penelitian pendahuluan untuk peneliti selanjutnya



Meningkatkan perorganisasian fakta dan data secara sistematis



Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber

Sistematika Penulisan Karya Tulis Ilmiah
1. Latar Belakang Masalah
Merupakan alasan mengapa peneliti harus mengambil penelitian ini untuk diteliti olehnya.
Suatu gejala atau peristiwa tertentu yang tampak dapat dijadikan suatu latara belakang
permasalahan.

2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang muncul tersebut, kemudian dapat diidentikasi
berbagai macam masalah lain yang timbul. Hal ini sangat penting dilakukan guna memilih
dan menetapkan masalah yang akan ditulis.

3. Pembatasan Masalah
Kualitas suatu karya ilmiah tidak terletak pada banyaknya masalah yang diambil, akan tetapi
lebih kepada sebarapa dalam karya tersebut mengupas permasalahan yang ada. Oleh karena
itu, masalah haruslah dibatasi agar penulis dapat merumuskan masalahnya dengan jelas

4. Perumusan Masalah
Merupakan pertanyaa yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup permasalahan yang
akan diteliti. Perumusan masalah biasanya menggunakan kalimat Tanya.

5. Tujuan Penelitian
Haruslah karya ilmiah mengungkapkan tujuan penelitiannya secara lengkap, operasional, dan
konsisten dengan perumusan masalah yang sudah dikemukakan sebelumnya. Tujuan
penelitian memperoleh jawaban atas masalah yang telah dirumuskan

6. Manfaat Penelitiaan
Bertujuan untuk mengembangkan ilmu dan penelitian lebih lanjut. Manfaat praktis
menyangkut kegunaan praktis penelitian tersebut.

7. Landasan Teoritis
Merupakan pengkajian ilmiah terhadap pengetahuan yang telah ada. Kajian tersebut
berbentuk hukum, konsep, dan prinsip-prinsip yang relevan dengan permasalahan. Teori yang
dikutip haruslah bersumber dan dapat dipertanggung jawabkan.
Dalam landasan teori, juga harus pula dikaji mengenai penelitian yang rleevan atau
berhubungan dengan pernelitian saat ini. Penelitiaan yang relevan tersebut diperlukan untuk
melihat bahwa penelitian yang sebelumnya memiliki unsur-unsur yang dapat mendukung
penelitian saat ini.

5 Judul Karya Tulis ilmiah :
1. Kemampuan Cacing Tanah Dan Kotoran Sapi Untuk Mempertinggi Unsur Hara Nitrogen
( N), Fosfor(P), Kalium(K) Dalam Komposting Sampah Organik
2. Faktor-Faktor Pendukung Kepemilikan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Pada Rumah
Sakit Yang Ada Di Kota Jambi
3. Pemeriksaan Telur Cacing Pada Kotoran Kuku Dan Hygiene Siswa Sekolah Dasar 96 Kota
Jambi
4. Kandungan Bakteri Escherichia Coli Dan Salmonella Sp. Pada Daging Burger Yang Dijual Di
Sekolah Menengah Atas 1 Kota Jambi
5. Pemeriksaan Larva Cacing Pita Paoa Daging Babi (Porcina) Di Rumah Makan babi
Panggang Horas Bah.

6. Tuliskan jenis-jenis tanda baca, fungsi tanda baca
beserta contohnya!
Pengertian tanda baca
adalah suatu bentuk simbol yang berguna untuk membuat susunan kalimat menjadi beraturan
dan untuk memberikan tekanan atau nada atau intonasi pada suatu kalimat.

1. Tanda titik (.)
Fungsi dan pemakaian tanda titik:
 Untuk mengakhiri sebuah kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan,
 Diletakan pada akhir sinkatan gelar, jabatan, pangkat dan sapaan,

 Pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum,
Contoh :
 Menggunakan tanda baca dengan benar agar tidak terjadi kesalah pahaman.
 Dr. Adit senang mengobati orang sakit.
 Kutipan menarik itu diambil dari hlm 5 dan 8.
2. Tanda Koma (,)
Fungsi dan pemakaian tanda koma antara lain:
 Memisahkan unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilang,
 Memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut
mendahului induk kalimat,
 Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dakam kalimat, dll.
Contoh :
 Studio tersebut tersedia berupa gitar, drum dan bass.
 Apabila keliru memilih bidang spesialisasi, usaha tidak dapat melaju.
 “Jangan buang sampah sembarangan,” kata Rudi.
3. Tanda Seru (!)
Fungsi dan pemakaian tanda seru :
 Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan berupa seruan atau perintah
atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang
kuat.
Contoh :
 Jangan letakan benda itu di depan saya !
4. Tanda Titik Koma (;)
Fungsi dan pemakaian titik koma adalah:
 Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis atau setara
 Memisahkan kalimat yang setara didalam satu kalimat majemuk sebagai pengganti
kata penghubung.
Contoh :
 Hari makin sore; kami belum selesai juga.
 Desi sibuk bernyanyi; ibu sibuk bekerja di dapur; adik bermain bola.
5. Tanda Titik Dua (:)
Tanda Titik Dua digunakan dalam hal-hal sebagai berikut
 Pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
 Pada kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian
 Dalam teks drama sesudah kata yang menunjukan pelaku dalam percakapan
Contoh :
 Fakultas Ekonomi UPN Jogja memiliki tiga jurusan: Akuntansi, Managemen, dan
Ilmu Ekonomi.
 Project By: Alland Project
Penulis: Indra Lesmana
Editor: Wicak
 “Jangan datang terlambat.”
Budi: “Siap, Pak.”
6. Tanda Hubung (-)
Tanda hubung dipakai dalam hal-hal seperti berikut:
 Menyambung unsur-unsur kata ulang
 Merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing—Contoh :
 Anak-anak kelaparan di negara Afrika adalah akibat globalisasi.
 di- packing

7. Tanda Elipsis (…)
Tanda elipsis dipergunakan untuk menyatakan hal-hal seperti berikut
 Mengambarkan kalimat yang terputus-putus
 Menunjukan bahwa satu petikan ada bagian yang dihilangkan
Contoh :
 “PLAK ….. ALHAMDULLLIILAHH ……” kuda itu berjalan dengan cepat, sampaisampai orang itu tidak bisa mengendalikanya, di depan terlihatlah jurang yang sangat
dalam.
8. Tanda Tanya (?)
 Tanda tanya selalunya dipakai pada setiap akhir kalimat tanya.
 Tanda tanya yang dipakai dan diletakan didalam tanda kurung menyatakan bahwa
kalimat yang dimaksud disangsikan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh :
 Siapa Presiden Indonesia saat ini?
9. Tanda Kurung ( )
Tanda kurung dipakai dalam ha-hal berikut
 Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan
 Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian pokok pembicaraan
 Mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri keterangan
Contoh :
 Jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga disebut demand
(permintaan).
10. Tanda Kurung Siku ( [..] )
Tanda kurung siku digunakan untuk:
 Mengapit huruf, kata atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada akhir
kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain
 Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung
Contoh :
 Persamaan akuntansi ini (perbedaannya ada di Bab 1 [lihat halaman 38-40]) perlu
dipelajari disini.
11. Tanda Petik (“…”)
Fungsi tanda petik adalah:
 Mengapit petikan lagsung yang berasal dari pembicaraan, naskah atau bahan tertulis
lain
 Mengapit judul syair, karangan, bab buku apabila dipakai dalam kalimat
 Mengapit istilah kalimat yang kurang dikenal
Contoh :
 Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara adalah Bahasa Indonesia.”
12. Tanda Petik Tunggal (‘..’)
Tanda Petik tunggal mempunyai fungsi :
 Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain
 Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing
Contoh :
 “Dia bilang padaku ‘jangan kau ganggu dia’, seketika itu aku ingin mengingatkannya
kembali.” Ujar Andi.
13. Tanda Garis Miring (/)
 Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat
 Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per atau nomor alamat
Contoh :
 Modem itu memiliki kecepatan sampai 7,2 Mb / s.
14. Tanda Penyingkat (Apostrof) (‘)
 Tanda Apostrof menunjukan penghilangan bagian kata.

Contoh :
 Budi bertugas sebagai pembaca pembukaan UUD ‘45.

7. Carilah :
a. Pengertian, jenis, dan contoh gaya bahasa.
A. Penjelasan Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara bagaimana pengarang menguraikan cerita yang
dibuatnya, atau definisi dari gaya bahasa yaitu cara bagaimana pengarang cerita
mengungkapkan isi pemikirannya lewat bahasa-bahasa yang khas dalam uraian
ceritanya sehingga dapat menimbulkan kesan tertentu.
B. Inilah jenis majas
Berikut di bawah ini jenis-jenis Majas dilengkapi dengan contohnya:
1. Gaya Bahasa Pertentangan
a. Hiperbola
Hiperbola yaitu gaya bahasa yang berupa suatu pernyataan yang terlalu berlebihan
dari kenyataan yang ada dengan maksud untuk memberikan kesan yang mendalam atau
meminta perhatian. Seperti contohnya: Dia berteriak sampai suaranya menembus langit ke-7.
b. Litotes
Litotes yaitu gaya bahasa yang menyatakan sesuatu dengan cara-cara yang
berlawanan dengan kenyataan, dengan cara mengecilkan ataupun menguranginya. Seperti
contohnya: Aku tidaklah Pintar itulah mengapa aku selalu bekerja keras.
c. Paradoks
Paradoks yaitu gaya bahasa yang bertentangan antara pernyataan dan fakta yang ada
atau 2 (dua) pengertian yang bertentangan sehingga seperti tidak masuk akal. Contohnya:
Aku merasa kesepian di kota yang ramai ini.
d. Antitesis
Antitesis yaitu gaya bahasa yang pengungkapannya berhubungan dengan situasi,
benda ataupun sifat yang keadaannya saling bertentangan dan juga memakai kata-kata yang
berlawanan arti. Seperti contohnya: Tua muda, laki-laki perempuan banyak yang menonton
film tersebut.
2. Gaya Bahasa Sindiran
a. Ironi atau sindiran halus
Ironi yaitu gaya bahasa yang menyatakan hal yang bertentangan dengan maksud yang
digunakan untuk menyindir seseorang tapi dengan cara yang halus. Seperti contohnya: Rajin
sekali kau masuk sekolah, sampai keterangan tidak hadirmu banyak sekali di absensi.
b. Sinisme
Sinisme yaitu gaya bahasa sindiran lebih kasar dari Ironi, dengan cara menyindir
secara langsung kepada orang lain. Seperti contohnya: Kelakuanmu tadi sangat tidak pantas
dilakukan oleh seorang siswa / Badanmu sangat bau sekali pasti kamu belum mandi.

c. Sarkasme
Serkasme yaitu gaya bahasa sindiran yang sangat kasar, terkadang dapat menyakitkan
hati. Seperti contohnya: Bisa kerja ga sih kamu? Yang begini juga tidak becus mengerjakan!
3. Gaya Bahasa Penegasan
a. Inversi
Inversi yaitu gaya bahasa yang kalimat predikatnya berada di depan subjek kalimat
tersebut. Seperti contohnya: Besar sekali kolamnya.
b. Retoris
Retoris yaitu gaya bahasa yang kalimat tanya tidak bertanya, yang dimana
menyatakan kesangsian ataupun bersifat mengejek. Seperti contohnya: Apa itu bukti dari janji
yang kau ucapkan tadi?

c. Paralelisme
Paralelisme yaitu gaya bahasa yang pengulangan kata-katanya digunakan untuk
penegasan didalam bahasa puisi.
d. Enumerasio
Enumerasio yaitu gaya bahasa yang digunakan untuk melukiskan suatu keadaan atau
peristiwa dengan cara menguraikan satu demi satu keadaan tersebut, sehingga merupakan
suatu keseluruhan.
e. Koreksio
Koreksio yaitu gara bahasa yang membetulkan kembali ucapan yang tidak benar atau
salah, baik itu secara sengaja ataupun tidak disengaja. Seperti contohnya: Tadi dia baru saja
pulang, oh… bukan di baru saja berangkat lagi.
f. Repertis
Repetisi yaitu gara bahasa yang pengulangan kata-katanya dalam bahasa prosa.
Seperti contohnya: Kita sudah berusaha, kita sudah menang, kita sudah berhasil.
g. Klimaks
Klimaks yaitu gaya bahasa yang menguraikan suatu peristiwa secara berturut-turut
dan semakin lama maka ceritanya akan semakin memuncak atau meningkat. Seperti
contohnya: Semua kalangan dari anak-anak sampai orang dewasa beramai-ramai mengikuti
kompotisi sepak bola.
h. Anti klimaks
Anti klimaks yaitu gaya bahasa yang dimana penguraian suatu peristiwa secara
berturut-turut tapi makin lama maka ceritanya akan semakin menurun, ini adalah kebalikan
dari Klimaks. Seperti contohnya: Di seluruh pelosok desa dan kota merayakan hari
kemerdekaan Indonesia yang ke-70 / Guru-guru dan seluruh orang tua siswa menghadiri
acara kelulusan.
i. Pleonasme
Pleonasme yaitu gaya bahasa yang menggunakan kata-kata atau sepatah kata secara
berlebihan dengan maksud untuk menegaskan arti dari suatu kata. Seperti contohnya: Seluruh
pelajar yang berada di bawah segera naik ke atas / Mereka menerobos ke dalam stadion untuk
menyaksikan pertandingan tersebut.

j. Ekslamasio
Ekslamasio yaitu gaya bahasa yang didalam kalimatnya memakai kata seru. Seperti
contohnya: Wah…, keren sekali orang itu!
k. Tautologi
Tautologi yaitu gaya bahasa yang mengulang beberapa kali sepatah kata didalam
suatu kalimat. Seperti contohnya: Mungkin, mungkin dia bisa berhasil dalam
melaksanakan tugasnya.
4. Gaya bahasa perbandingan
a. Asosiasi atau perumpamaan
Asosiasi yaitu gaya bahasa yang perbandingan terhadap 2 (dua) hal yang maksudnya
berbeda, akan tetapi sengaja dianggap sama. Seperti contohnya: Wajahnya cantik bagaikan
rembulan / Semangatnya seperti api yang berkobar.
b. Metafora
Metafora yaitu gaya bahasa yang cara dalam menungkapkan ungkapan kalimatnya
dilakukan secara langsung berupa suatu perbandingan analogis. Pemakaian kata atau
kelompok kata dalam kalimat bukanlah arti yang sesungguhnya, tapi sebagai lukisan yang
berdasarkan perbandingan atau persamaan saja. Seperti contohnya: Bocah kutu buku itu telah
menjadi juara pertama cerdas cermat / Si jago merah sudah menbumi hanguskan komplek
perumahan itu hanya dalam 2 jam / Kembang desa yang sedang mencari pasangan.
c. Personifikasi
Personifikasi yaitu gaya bahasa yang memberikan karakteristik atau sifat-sifat
manusia kepada benda yang tidak hidup. Jadi benda yang tidak hidup seolah-olah bernyawa
dan mempunyai sifat seperti manusia. Seperti contohnya: Sore hari ini awan meneteskan air
mata / Angin seperti berbisik kepadaku.
d. Alegori
Alegori yaitu gaya bahasa yang menyatakan dengan menggunakan cara lain lewat
kiasan ataupun penggambaran. Alegori merupakan perbandingan yang berkaitan antara satu
dan yang lainnya didalam kesatuan yang utuh. Alegori biasanya berbentuk suatu cerita yang
penuh dengan simbol-simbol bermuatan bnayk moral.
e. Simile
Simile yaitu gaya bahasa yang membandingkan suatu hal dengan hal lainnya dengan
memakai kata penghubung atau pembanding pada kalimatnya yang dimana 2 (dua) hal
tersebut berbeda akan tetapi mempunyai karakteristik yang sama. Biasanya kata
penghubungnya: seperti, bagaikan, semisal, seumpama, ibarat dan lain-lain. Seperti
contohnya: Kau “bagaikan” cahaya dalam kegelapan / Mereka “seperti” sepasang kekasih.
f. Sinekdoke
Sinekdoke yaitu gaya bahasa yang memakai kata dengan arti yang menunjukan hal lain di
luar kata yang diungkapkan. Sindekdoke terbagi menjadi 2 (dua) macam yang diantaranya:
 Yang pertama Sinekdoke pars pro tato merupakan gaya bahasa yang menyebutkan
sebagian kecil kata dari sesuatu untuk menyatakan secara keseluruhan. Contohnya:
Mungkin dia sudah nyaman mempunyai pekerjaan sebagai salles-man dan
menawarkan produk yang dijualnya dari “pintu” ke “pintu” / Hari ini akau tidak
melihat Muka si Toni (kata “pintu” ke “pintu” mewakili banyak rumah para
konsumen dan kata “muka” mewakili sosok Toni