KESEJAHTERAAN GURU SWASTA Gaji ke 13 unt

PROFESI KEPENDIDIKAN

KESEJAHTERAAN GURU SWASTA : Gaji ke-13 untuk Guru Swasta

Evi Fadillawati (4815111569)
Pendidikan Sosiologi Reguler 2011

SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
DKI JAKARTA
2013

KESEJAHTERAAN GURU SWASTA : Gaji ke-13 untuk Guru Swasta
(Evi Fadillawati , Universitas Negeri Jakarta)
Abstrak
Penulisan paper ini bermaksud menjelaskan sebuah gambaran kesejahteraan guru swasta (guru
gonorer, guru tidak tetap, guru kontrak). Guru adalah pihak yang sangat bertanggung jawab dalam
keberlangsungan pendidikan di sekolah, maka dari itu guru diharuskan memiliki keahlian sesuai dengan
bidangnya, bertanggung jawab, dan jiwa rela memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik
serta lebih mementingkan memberi layanan dibandingkan kepentingan pribadi. Namun ditengah

banyaknya tuntutan terhadap profesi guru, banyak permasalahan yang dialami oleh guru khusunya guru
swasta, yang berkaitan dengan kesejahteraan hidup. Padahal seharusnya guru swasta pun perlu
diperhatikan oleh pemerintah karena mereka berkontribusi pula dalam pencapaian tujuan pendidikan
nasional.

PENDAHULUAN
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan
pendidikan tersebut perlu didahului oleh proses pendidikan yang memadai. Agar proses
pendidikan dapat berjalan dengan baik, maka semua aspek yang dapat mempengaruhi belajar
siswa harus dapat berpengaruh positif bagi diri siswa, sehingga nantinya dapat meningkatkan
kualitas pendidikan.
Aspek yang paling mempengaruhi keberhasilan sebuah proses pendidikan adalah guru.
Guru merupakan suatu jabatan yang memerlukan keahlian, tanggung jawab dan jiwa rela
memberikan layanan sosial di atas kepentingan pribadi. Sesuai dengan tuntutan jabatan guru
tersebut, maka jabatan guru merupakan jabatan "profesi". Oleh karena itu, tujuan program
pendidikan akan dapat dicapai oleh guru yang mempunyai sikap profesional yang positip.

Selama ini guru yang bekerja di berbagai sekolah, baik negeri maupun swasta, sering kali
masyarakat mengira bahwa para guru tersebut adalah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Padahal tidak semua guru yang bekerja di sekolah sekolah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS)
namun ada pula yang berstatus sebagai guru swasta (guru honorer, guru tidak tetap, guru
kontrak).

Guru swasta yang rata-rata bekerja di sekolah swasta sampai saat ini belum

mendapatkan standar gaji yang menitikberatkan pada bobot jam pelajaran, tingkatan jabatan, dan
Evi Fadillawati | 2

tanggung jawab masa depan siswanya. Banyak diantara mereka yang bekerja melebihi dari
imbalan yang mereka terima. Jadi bisa dikatakan, insentif atau gaji yang mereka terima tidak
sebanding dengan pekerjaan yang mereka laksanakan dan tanggung jawab yang mereka terima
terhadap masa depan siswanya. Berbeda kondisi dengan para guru yang statusnya adalah
Pegawai Negeri Sipil (PNS). Selain kenaikan gaji pokok, pemerintah juga memberikan gaji
bulan ke-13 bagi PNS. Dari kondisi ini, terlihat sekali perbedaan kesejahteraan yang didapat
antara guru PNS dengan guru swasta yang hanya mendapatkan gaji dari yayasan sekolah tempat
mereka bekerja.


KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN
1. Profesionalisme Guru
Sanusi et al. (1991), mengutarakan bahwa profesi itu adalah jabatan dengan ciri-ciri
utama sebagai berikut1 :
a. Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang menentukan (crusial)
b. Jabatan yang menuntut keterampilan/keahlian tertentu
c. Keterampilan/keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melalui pemecahan masalah
dengan menggunakan teori dan metode ilmiah
d. Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas, sistematik, eksplisit,
yang bukan hanya sekadar pendapat khalayak umum
e. Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan waktu yang cukup
lama.
f.

Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai
profesional itu sendiri.

g. Dalam memberikan layanan kepada masyarakat, anggota profesi berpegang teguh pada
kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi.
h. Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan judgement terhadap

permasalahan profesi yang dihadapinya.

1

Raflis Kosasi aa Soetjiitjo Profesi Keguruan (Jakarja: Ri etka Citja, 2007), hlm 16

Evi Fadillawati | 3

i. Dalam prakteknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom dan bebas dari campur
tngan orang luar.
j. Jabatan ini mempunyai prestise tinggi dalam masyarakat, dan oleh karenanya
memeproleh imbalan yang tinggi pula.
Dengan melihat ciri-ciri diatas, maka dapat dikatakan jabatan sebagai guru merupakan
profesi. Guru merupakan jabatan yang harus memiliki keterampilan atau keahlian khusus serta
telah menempu pendidikan di perguruan tinggi yang cukup lama.
Menurut Reminsa (2008), menjadi guru mungkin semua orang bisa. Tetapi menjadi guru
yang memiliki keahlian dalam mendidikan atau mengajar perlu pendidikan, pelatihan dan jam
terbang yang memadai. Maka dari itu, untuk menjadi guru profesional seperti yang dimaksud
standar minimal yang harus dimiliki adalah2:
· Memiliki kemampuan intelektual yang memadai

· Kemampuan memahami visi dan misi pendidikan
· Keahlian mentrasfer ilmu pengetahuan atau metodologi pembelajaran
· Memahami konsep perkembangan anak/psikologi perkembangan
· Kemampuan mengorganisir dan problem solving
· Kreatif dan memiliki seni dalam mendidik
Profesionalisme guru adalah kemampuan guru untuk melakukan tugas pokoknya sebagai
pendidik dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan, melakukan, dan melaksanakan
evaluasi pembelajaran. Guru yang profesional tidak hanya menguasai bidang ilmu, bahan ajar,
menguasai metode yang tepat, mampu memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan yang
tinggi dan wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan. Guru yang profesional juga harus
memiliki pemahaman yang mendalam tentang hakekat manusia, dan masyarakat.

2

Detsi Retmi sa 2008 “Menjadi Guru Profesional”. hjjt://aetsiretmi sa muljitly com, (aiaksets
ja ggal 24 Detsetmbetr 2012 tkl 08:56 WIB)

Evi Fadillawati | 4

Profesi guru sangat identik dengan peran mendidik seperti membimbing, membina,

mengasuh ataupun mengajar. Melihat peran tersebut, sudah menjadi keharusan bahwa guru harus
memiliki kualitas mendidik dan berkepribadian yang baik dan benar. Hal ini dikarenakan tugas
guru bukan hanya mengajar tetapi juga menanamkan nilai - nilai dasar dari pembangunan
karakter yang baik dan sesuai nilai-nilai dan norma yang ada di msayarakat.
2. Beban Tanggung Jawab Guru
Dunia pendidikan nasional kita sedang menghadapi masalah yang kompleks. Begitu
kompleksnya masalah, terkadang guru merupakan pihak yang paling sering dituding sebagai
orang yang paling bertanggung jawab terhadap kualitas pendidikan. Guru memang merupakan
salah satu komponen pendidikan yang sangat strategis dan banyak mengambil peran di dalam
proses pendidikan secara luas, khususnya dalam pendidikan persekolahan.
Guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar, memiliki peran yang
menentukan keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama guru ialah merancang, mengelola,
melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran (Mulyana, 2006)3. Disamping itu, kedudukan
guru dalam kegiatan belajar mengajar juga sangat strategis dan menentukan. Karena gurulah
yang akan menentukan kedalaman dan keluasan materi pelajaran, serta memilah dan memilih
bahan pelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik. Semua itu tidak akan dapat dicapai
apabila guru itu sendiri tidak memiliki keprofesionalitasan dalam dirinya.
Guru pada masa kini khususnya guru swasta telah mendapatkan begitu banyak beban.
Pertama, tugas berat yang diembannya tidak diimbangi dengan tingkat kesejahteraan yang
memadai. Gaji guru swasta yang kecil pun terkadang masih diperas dengan potongan macam

macam dengan dalih untuk keperluan dana sosial, asuransi, atau pungutan lainnya. Namun,
sebagai guru pun tidak bisa berbuat apa-apa. Sikap penuh nilai pengabdian, loyalitas, dan tanpa
pamrih telah membuat guru tidak mau berhadapan dengan konflik. Mereka lebih suka memilih
3

Tetsis Pet aiaika

18 Ju i 2012. MOTIVASI KERJA GURU TIDAK TETAP DI BERBAGAI SMA

SWASTA DI KOTA SEMARANG (PEND-60) hjjt://ilmiahilmu woratretss com/ (aiaksets taaa
ja ggal 24 Detsetmbetr 2012 tkl 09:25)

Evi Fadillawati | 5

diam daripada menyuarakan kenyataan pahit yang dirasakannya. Kedua, guru sering dijadikan
alat untuk kepentingan-kepentingan tertentu. Guru harus menjadi sosok yang nerima, pasrah, dan
tidak banyak menuntut. Ketiga, harapan masyarat yang terlalu berlebihan. Masyarakat menuntut
agar guru sebagai figur pengajar dan pendidik bersih dari cacat hukum dan moral. Gerak-gerik
guru selalu menjadi sorotan. Melakukan penyimpangan moral sedikit saja, masyarakat beramairamai menghujatnya.
3. Kesejahteraan Guru Swasta

Gaji Ke-13 Untuk Pendidikan Swasta Hanya Ilusi4
Mengharapkan sesuatu yang belum pasti bisa digapai, adalah tindakan bijak bagi semua
orang. Apalagi harapan yang menyangkut kesejahteraan pendidik swasta yang masih harus
berjuang melawan nasibnya, ketimbang melengkapi kompetensi bahan ajarnya untuk peserta
didiknya. Meski kesejahteraannya itu menjadi faktor pendukung utama sebuah sematan
“pendidik professional”. Namun hingga saat ini korelasi antara keduanya tak kunjung terwujud.
Apa yang bisa diharap lagi dari seorang pendidik swasta.
Hanya sepihak saja tuntutan profesionalisasi didengungkan oleh otoritas, yang menuntut
terentaskanya keterpurukan standar pendidikan kita yang entah kapan bisa terwujud, sementara
itu di lain sisi sang pendidik swasta masih meregang dan menggapai kehidupan yang layak.
Betapa tidak untuk penghasilan pendidik swasta se- Indonesia masih banyak yang berada jauh di
bawah UMR, dan ini telah berlangsung berpuluh tahun. Sementara kita bertambah harus
melewati jurang kesenjangan perbedaan mutu dengan negara lain. Selaras dengan menganganya
jurang kesenjangan kesejahteraan pendidik swasta dengan pendidik PNS, yang rencananya bakal
menerima gaji ke-13, pada bulan Juni tahun ini.
Berdasarkan data jumlah guru yang tersebar di seluruh Indonesia adalah sebesar 2.607.311
guru. Sedangkan menurut Direktorat Kependidikan Tenaga Kependidikan jumlah guru PNS
4

Ir Bamba g Sukmaaii 20 May 2010 Gaji Ke-13 Untuk Pendidikan Swasta Hanya Ilusi


hjjt://www haria sumujtos com/ (aiaksets taaa ja ggal 19 Detsetmbetr 2012 tkl 18:29 WIB)

Evi Fadillawati | 6

yang tersebar di Indonesia adalah sejumlah 1.430.505 guru. Dengan demikian bisa kita tentukan
bahwa jumlah guru swasta se Indonesia adalah sebesar 1.176.806 guru, dari semua guru yang
ada, menurut Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Prof Muhammad Nuh, sebanyak 66
persen

mengajar

di

sekolah-sekolah

di

berbagai


daerah

terpencil

di

Indonesia.

Kita bisa membayangkan bila sejumlah guru swasta tersebut, masih harus mengejar kebutuhan
untuk hidup layak. Sementara itu, mereka semua adalah “sang masinis penggerak gerbong
revolusi pendidikan” yang dimesini pembelajaran inovatif professional.
Dengan potensi sebesar itu (jumlah pendidik swasta lebih besar dari PNS), jelaslah kita
semua harus mengakui kontribusi pendidik swasta terhadap pencapaian pendidikan nasional
menurut standar pendidikan nasional, yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, sesuai dengan yang termaktub
dalam PP No 19 Tahun 2005. Maka adalah sesuatu yang tidak dapat dimengerti apabila
Disdikpora tidak memperhitungkan mereka dalam pengucuran gaji ke-13.
Dalam era globalisasi dan modernisasi, memang sudah selayaknya sebagai anak bangsa perlu
bersinergi menjemput bola, terlebih-lebih untuk anak anak kita yang harus “inten” untuk larut di
dalamnya. Guna pencetakan mutu generasi tersebut, tidak mungkin lagi bagi guru swasta yang

hanya berpenghasilan dengan sistim jumlah jam mengajar, yang besarnya masih di bawah UMR
buruh pabrik. Meski sekarang telah ada tunjangan fungsional sebesar Rp. 250 ribu dan honor
daerah yang besarnya bervariasi tergantung kebijakan pemkot/kab masing-masing. Namun kedua
tunjangan itupun tidak dapat dipastikan kapan tepatnya waktu pengucurannya. Diharapkan sekali
oleh kalangan guru swasta bahwa kedua tunjangan untuk guru tersebut, dapat dikucurkan secara
teratur sebulan sekali.
Dengan kondisi yang carut marut demkian maka wajar saja bila sebagian guru swasta
menjadi aktif berperan sebagai “parlemen jalanan” dengan berbagai cara, seperti yang dilakukan
oleh Forgusta (Forum Guru Swasta Tegal, Jateng) di awal tahun 2010 ini. Bila keadaan sudah
seperti ini maka esensi pendidik sebagai “pahlawan tanpa tanda jasa” telah meredup citranya.
Namun bagaimanapun alasanya mereka , pendidik adalah manusia biasa yang harus
menafkahi keluarganya dengan kondisi yang memprihatinkan. Perjuangan yang mereka lakukan
Evi Fadillawati | 7

sekedar mencairkan sebuah kontroversi antara fungsi dan peran pendidik yang berlabel
professional di tengah harga kebutuhan pokok yang cenderung naik terus, namun mereka juga
memiliki sisi lain yaitu minimnya kesejahteraan yang mereka terima. Inilah sebuah ilustrasi dari
figur pendidik di Indonesia dari dekade ke dekade. Sehingga tidak ada salahnya bila gaji ke-13
juga bisa dinikmati oleh guru swasta, entah dengan cara kebijakan yang bagaimana pun bukan
hanya “ilusi” yang tergambar di tiap hati guru swasta.
Sehingga tidak terdapat lagi demo guru yang sebenarnya tabu dilakukan, karena profesi guru
erat kaitanya dengan martabat bangsa. Menurut Sayidiman Suryohadiprojo Purnawirawan
Pejabat Tinggi TNI Angkatan Darat, peningkatan harga diri dan martabat bangsa memerlukan
niat amat kuat untuk mengadakan banyak perubahan dalam sikap sehari-hari.

Menurut Sanusi et al (1991) dapat dikatakan profesi jika jabatan tersebut memiliki
keterampilan atau keahlian khusus yang didapat melalui pendidikan perguruan cukup tinggi, dan
mempunyai prestise tinggi dalam masyarakat, yang oleh karenanya memperoleh imbalan yang
tinggi pula. Dari pernyataan tersebut maka guru merupakan profesi. Profesi guru identik sekali
dengan peran mendidik seperti membimbing, membina, mengasuh ataupun mengajar. Maka dari
itu, seorang guru dituntut selalu meningkatkan kualitasnya sebagai pendidik. Dampak kualitas
kemampuan profesional kinerja guru bukan hanya akan berkontribusi terhadap kualitas lulusan
yang akan dihasilkan, tetapi juga akan berpengaruh pada kualitas kinerja dan jasa para lulusan
tersebut dalam pembangunan, yang kemudian akan berpengaruh pula terhadap kualitas
peradaban dan martabat hidup masyarakat, bangsa, serta umat manusia pada umumnya. Namun,
pandangan mengenai guru yang berkembang di masyarakat dan oleh sebagian guru itu sendiri ,
bahwa dalam meningkatkan kualitasnya sebagai pendidik yang lebih dahulu harus ditinggkatkan
adalah gaji guru. Jika gaji guru tinggi maka secara otomatis mutu, komitmen dan tanggung jawab
guru juga akan tinggi. Pada kenyataannya, ada perbedaan gaji yang di dapat antara guru berstatus
PNS denagn guru swasta. Guru PNS mendapatkan gaji dan tunjangan yang besar dari pemerintah
dan ditambah lagi gaji ke-13, sedangkan guru swasta digaji hanya berdasarkan jam mengajar
yang telah mereka lakukan yang terkadang belum layak untuk mensejahterakan mereka.
Seharusnya, guru swasta diperlakukan sama dengan guru PNS karena mereka sama sama
Evi Fadillawati | 8

berkontribusi dalam pencapaian pendidikan nasional yang bertujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, sesuai dengan yang
tercantum dalam PP No 19 Tahun 2005. Jika guru swasta terus saja tidak diperhatikan, akan
timbul keengganan untuk meningkatkan kualitasnya sebagai guru dan pudarnya rasa tangggung
jawab mereka terhadap pendidikan. Yang nantinya, penyelenggaraan pendidikan tersebut sulit
untu mencapai tujuan pendidikan nasional.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Profesi guru sangat identik dengan peran mendidik seperti membimbing, membina,
mengasuh ataupun mengajar. Melihat peran tersebut, sudah menjadi keharusan bahwa guru harus
memiliki kualitas mendidik dan berkepribadian yang baik dan benar. Hal ini dikarenakan tugas
guru bukan hanya mengajar tetapi juga menanamkan nilai - nilai dasar dari pembangunan
karakter yang baik dan sesuai nilai-nilai dan norma yang ada di msayarakat. Guru profesional
yang berkualitas akan memberikan keberhasilan dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Namun, untuk menjadi guru profesional berkualitas perlu ditunjang oleh gaji guru yang tinggi.
Gaji yang diterima oleh semua guru (guru PNS dan guru swasta) seharusnya tidak menciptakan
jurang perbedaan kesejahteraan yang tinggi antara guru PNS maupun guru swasta. Perlu adanya
keadilan dalam persolan mensejahterakan guru.
Saran
Pemerintah

sudah

seharusnya menggagas

peraturan

perundang-undangan

yang

melindungi profesi guru, tidak peduli apakah itu guru negeri atau swasta, dengan memberi
jaminan minimal yang diperlukan agar kesejahteraan dan martabat guru terjaga. Namun
disamping itu, sebagai guru memang sudah seharusnya meningkatkan kualitasnya demi
keberhasilan pendidikan. Guru yang berkualitaslah yang akan selalu meningkatkan
profesionalismenya, dan harus tetap membuktikan kinerjanya layak dihargai meskipun berstatus
guru swasta

Evi Fadillawati | 9

DAFTAR PUSTAKA

Soetjipto, Raflis Kosasi. 2007. Profesi Keguruan . Jakarta: Rineka Cipta
Meilanie, R Sri Martini. 2012. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan
Tesis Pendidikan. 18 Juni 2012. MOTIVASI KERJA GURU TIDAK TETAP DI BERBAGAI SMA
SWASTA DI KOTA SEMARANG (PEND-60). http://ilmiahilmu.wordpress.com/
Reminsa, Desi. 2008. “Menjadi Guru Profesional”. http://desireminsa.multiply.com.

Evi Fadillawati | 10