Metode Pendidikan Shalat Anak Usia 7 10
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia itu melainkan hanya untuk
beribadah kepada-Nya, sebagaimana Allah berfirman dalam surat Adz-Dzariyat
ayat 56:
ْ و
ْ َ ما خَل
ون
ْ َ س إ ِ لل لِي
ُ ق
ج ل
َ و
َ ْ الِن
ِ ْ ت ال
ِ ُعبُد
َ ن
َ
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku”.(Kemenag RI,2012:523)
Dalam ayat tersebut diterangkan bahwa ternyata manusia mau tidak mau
hidup di alam dunia ini mempunyai kewajiban untuk beribadah kepada Allah swt
sehingga dalam segala aktifitas manusia akan selalu didasari untuk beribadah
kepada Allah swt.
Manusia adalah makhluk yang diciptakan dari sesuatu yang hina, akan tetapi
mempunyai kewajiban yang mulia yaitu beribadah kepada Allah sepanjang
hidupnya sehingga dengan inilah manusia itu mulia disisi Allah sebab terkadang
banyak orang yang terlalu banyak alasan untuk beribadah dikarenakan sudah
disibukkannya dengan urusan-urusan duniawi, maka jika ini terjadi manusia itu
akan lupa fungsi dan perannya sebagai manusia di muka bumi ini.
Padahal kalau kita ingin menelaah beberapa ayat dalam Al-Qur’an sungguh
kita akan menemukan bahwa ayat yang menjelaskan dan menerangkan mengenai
ibadah itu sangatlah banyak. Hal ini menunjukkan begitu pentingnya ibadah itu
1
2
untuk diperhatikan oleh setiap muslim. Adapun salah satu ayatnya yang
menerangkan mengenai ibadah dalam surat Al-Baqarah ayat 21, yaitu :
َ
َ َ ذي خَل
ن
ْْ ُ قك
ْ سا
ِ ين
ِ وال ل
ِ م ال ل
َ ّ ي َْْا أي
ْ م
َ ذ
ُ ُ عب ُ ْدُوا َربلك
ُ هْْا النلا
َ م
ُ م تَت ل
َ
ون
َ ق
َ َم ل
ْ ُ عللك
ْ ُ قبْلِك
“Wahai manusia! Sembahlah tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan
orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”(Kemenag RI,2012: 4)
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa cangkupan ibadah disini sangatlah
luas, bisa ibadah mahdhoh atau ghoir mahdhoh. Adapun yang dimaksud dengan
ibadah mahdhoh adalah ibadah yang kaitannya langsung antara Allah dengan
hambanya seperti salat, zakat, haji dan shaum. Sedangkan ibadah ghoir mahdhoh
adalah ibadah yang kaitannya dengan muamalah antara sesama muslim seperti
berbuat baik kepada tetangga dekat dan kerabat, menghormati guru, dan hal-hal
lainnya.
Salat adalah salah satu contoh ibadah mahdhoh dan termasuk rukun islam
yang kedua maka sepatutnya mesti setiap orang muslim itu menjalankannya
karena salat adalah merupakan salah satu pondasi paling utama dalam
menjalankan ibadah bahkan menjadikan amalan pertama kali yang akan dihisab di
akhirat kelak sebagaimana rasulullah saw pernah bersabda di dalam suatu riwayat
hadits dari sahabat Anas bin Malik, yaitu:
َ
َ :ْْْال
َ ،ي
َ
َ
ْْْال لِي أَب ُْْْو
ق
ق
ل
َ ن
ْ ع
ّ ّ الضْْْب
ٍ حكِيم
ِ ْس ب
ِ َ َن أن
َ
َ
َ ر
َ ك
َ ه
ت
ُ فأَخْب ِ ْر
ْ َت أ
ُ
ِ ْْس
ِ ل
ْ م
ُ ع
َ ْ إِذَا أتَي:َه َري ْ َرة
َ م أنّي
ْ ه
ْ م
ِ ص
َ
ُ َم ي
َ و
ُ ْق
ل
ِ ْ ه عَلَي
ِ سول الل ل
" إ ِ ل:ول
َ و
ُ َر
َ سل ل
ُ صللى الل
َ ه
نأ ل
َ ه
3
،ة
ُالص ْ َلة
ِ ْ م ال
ِ ْم
ِ ِب ب
َ ْ ه ال
ُ اس
َ ُ ما ي
َ ْو
ْ م
َ ح
َ قيَا
ُ ِ س ْل
ُ ْ عبْدُ ال
َ
ل
ْ َْ م ي
َ
َ ،ُمكْتُوبَة
ْ ه
َ ق
ن
َ انْظُ ُروا:يل
ِ وإ ِ لل
ِ ه
ْ ِ فإ
َ م
ْ م
ُ َْْ ل ل
ن أت َ ل
َ ْ ال
َ ،ها
ُ ٌ فْْإن ك َْْان ل َ ْه تَطَْْو
َ ْ ت ال
ن
ُ ْ يض
َ ر
ِ ة
ِ َ مل
ِ ْ ع أك
َ
ْ ِ َ ع؟
ْ م
ُ
ّ
ّ َْتَط
ِ ف
ٍ ْو
ْ ر
ْ م
ْ ُم ي
ُ ْْ مث
ُ ع
ْل
ْ َ ال
ِ و
َ ف ُر
ِ ة
ِ ْ وض
ِ ع
َ ف
َ ِل ب
َ ْ ْال ال
َ ع
ث ُ ل،ه
ِ ْم
ّ َتَط
ِ ِ سائ
َ ِ ذَل
"ك
“Dari Anas bin Hakim Adh-Dhabbiyyi, dia berkata, "Abu Hurairah berkata
kepadaku, 'Jika kamu mendatangi penduduk negerimu, maka kabarkanlah pada
mereka bahwa aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,
'Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari seorang hamba yang Muslim
pada hari kiamat adalah salat wajib. Jika dia menyempurnakannya dan jika
tidak, maka akan dikatakan, 'Lihatlah apakah dia memiliki salat sunah?' Jika
dia memiliki salat sunah, maka sempurnakanlah yang wajib dari yang
sunahnya. Kemudian juga akan dilakukan hisab pada seluruh amalan yang
wajib seperti itu" (HR.Ibnu Majah No.1425, Babu ma ja a fi awwali maa
yuhaasabu bihi al-‘abdu as-shalaatu)
Dari hadits diatas setidaknya ada beberapa hikmah yang menunjukkan bahwa
salat adalah suatu amalan paling pertama yang akan dihisab di akhirat sehingga
alangkah sangat merugi dan bodohnya ketika ada seorang muslim yang tidak
mengamalkan kewajiban salat semasa hidupnya, maka tentunya kita selaku umat
islam harus saling mengingatkan dan membentengi terutama kepada keluarga kita
sebelum hal ini terjadi sehingga disinilah perlunya untuk diterapkan pendidikan
salat kepada seluruh orang muslim terutama anak–anak di usia dini sebagai tahap
perkenalan, pembelajaran dan pembiasaan.
Ini semua dilakukan sebagai salah satu tindakan yang menyadari akan
pentingnya pendidikan salat bagi anak–anak sehingga adanya pendidikan agama
di lembaga-lembaga formal dan informal adalah solusi untuk kebuntuan orang tua
yang secara keilmuan tidak bisa mengajarkan agama kepada anak-anaknya akan
4
tetapi ia menginginkan anaknya menjadi sholeh walaupun sebetulnya yang paling
berperan dalam mendidik anak salat secara psikologis adalah kedua orang tuanya.
Kita sering melihat begitu banyak para remaja zaman sekarang yang tidak
melaksanakan kewajiban salat apalagi salat berjama’ah di masjid bahkan mereka
lebih senang dengan kehidupan yang gaul dan trendy dibandingkankan melakukan
hal–hal seperti itu. Jika ini terjadi maka akan melahirkan banyaknya kemaksyiatan
dimana-mana dengan tanpa rasa malu sedikit pun padahal kalau kita ingin
mengkaji secara mendalam ternyata salat adalah salah satu benteng untuk diri kita
sendiri agar terhindar dari perbuatan fahsya dan mungkar sebagaimana Allah
terangkan dalam surat Al-‘Ankabut ayat:45, yaitu:
َ ْْ ي إِلَي
ُ ْْ ات
ن
ِ َ وأ
ِ مْْا أُو
ِ ْك
الص ْ َلةَ إ ِ ل
َ م
َ ْل
ِ َْ ن الْكِت
ل
َ ْاب
َ ح
ِ قم
َ ْ َن ال
َ ح
ه
ِ شْْا
ِ ذك ْ ُر الل ل
ِ َْْ ول
ْ ف
َ ْ الصْْ َلةَ تَن
ُ ْ وال
ل
َ ْْر
َ ء
ِ َ منْك
ِ هى ع
َ
ون
َ ع
ُ َ صن
ْ َه ي
َ م
ُ َ عل
ُ والل ل
ْ َ ما ت
َ أكْب َ ُر
“Bacalah Al-Qur’an yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan
laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari Perbuatan keji dan
mungkar. Ketahuilah, salat itu lebih besar keutamaannya daripada ibadah
lain. Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”(Kemenag RI,2012:401)
Selain itu dipertegas kembali dalam sebuah hadits yang menerangkan bahwa
salat merupakan perbedaan antara orang muslim dan kafir sehingga inilah menjadi
ciri dan karakteristik dikatakan sebagai orang muslim sebagaimana diriwayatkan
oleh dari abu sufyan, yaitu :
5
َ
ُ َ ي،جْْاب ِ ًرا
َ ،ان
ْ ْْس
ُ ْْق
َ
:ول
ق
ِ ْْس
َ َ في
َ ت
ْ م
ُ ع
َ :ْْال
ُ َن أبِي
ْ ع
ُ َم ي
ُ ْْق
ن
ُْ ع
ِ ْْْ ه عَلَي
ِ س
«إ ِ ل:ول
ْ م
َ و
َ
َ سْْل ل
ُ صللى الل
َ ي
َ ه
ت النلب ِ ل
َ ر ت َ ْر
ْ ُ والْك
ّ
»ة
ن
ن
ِ ص َل
ِ الش ْر
ُ الر
َ ْ وبَي
َ ْ بَي
ك ال ل
َ ك
َ ل
ِ ج
ل
ِ ف
“Dari abu sufyan ia berkata: aku mendengar jabir berkata; aku mendengar
nabi Muhammad saw bersabda: sesungguhnya (perbedaan) antara seorang
laki-laki (muslim) dan antara orang musyrik dan kafir yaitu meninggalkan
salat” (HR. Muslim No.134, Bab bayaani ithlaaqi ismi al-kufri ‘ala man
taraka as-shalaata”)
Tetapi yang mejadi sebuah masalah ternyata tidak sedikit orang tua yang
membiarkan anak-anaknya tanpa pengawasan yang ekstra diakibatkan sibuknya
dalam menguruskan pekerjaannya sehingga tidak aneh ada cerita yang sering
terdengar di masyarakat bahwa orang tua berangkat untuk bekerja ketika anakanaknya masih tidur dan begitu pula ketika orang tuanya pulang dari bekerja pun
ketika anak-anaknya sudah tidur. Maka timbul sebuah pertanyaan besar kapan
orang tua itu dapat mendidik anak untuk salat?. Kita mesti ingat bahwa anak itu
akan menjadi sebuah cobaan terhadap orang tuanya sebagaimana hal ini telah
ditegaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Anfal ayat 28 yang berbunyi:
َ ة
َ واعْلَمواْ أَنلما أَموالُكُم
ُْعنْدَه
ِ ه
ِ م
وأ ل
َ ن الل ل
ْ ُ و َلدُك
َ
ُ
َ ٌ َ فتْن
ْ وأ
َ ْ
َ ْ
َ
َ
عظِيم
َ ج ٌر
ْ أ
“Ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu adalah cobaan dan
sesungguhnya disisi Allah ada pahala yang besar”.(Kemenag RI, 2012:180)
Orang tua yang menyadari bahwa anak adalah amanah dari Allah swt
tentunya akan mendidik mereka semaksimal mungkin serta berharap di kemudian
6
hari akan menjadi anak yang sholeh dan bermanfaat bagi umat islam dan inilah
yang diinginkan oleh setiap orang tua ketika ia menunggu dan mengharapkan
anaknya lahir ke alam dunia ini.
Al-Ghazali dalam bukunya yang berjudul Ihya ‘Ulumuddin telah menyebutkan:
“Perlu diketahui bahwa jalan untuk melatih anak-anak termasuk urusan yang
paling penting dan harus mendapat prioritas yang lebih dari yang lainnya. Anak
merupakan amanat di tangan kedua orang tuanya dan kalbunya yang masih bersih
merupakan permata yang sangat berharga. Jika ia dibiasakan untuk melakukan
kebaikan, niscaya dia akan tumbuh menjadi baik dan menjadi orang yang bahagia
di dunia dan akhirat. Sebaliknya, jika ia dibiasakan dengan keburukan serta
ditelantarkan seperti hewan ternak, niscaya dia akan menjadi orang yang celaka
dan binasa.(Rahman, 2005:19)
Tujuan pendidikan nasional terdapat di Undang-Undang RI No. 2 Tahun
1989 yaitu mencerdaskan kehidupan, dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan
Pendidikan adalah bukan pendadakan sehingga dalam mendidik tentunya
akan ada proses dan tahapan-tahapannya termasuk mengenai metode pendidikan
dan penerapan kewajiban salat kepada anak - anak usia dini itu akan lebih sulit
sebab pada usia tersebut seorang pendidik dan orang tua harus melalui pendekatan
psikologis dan figur untuk dicontoh oleh seorang anak, begitu pula dalam
mendidik anak untuk melakukan salat maka seorang pendidik dan orang tuanya
terlebih dahulu yang harus memberikan contoh dihadapan mereka supaya mereka
mengenalnya kemudian tahapan selanjutnya adalah baru untuk memerintahkan
7
mereka agar melaksanakan kewajiban salat. Inilah yang pernah dicontohkan pula
oleh Rasulullah saw sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits, yaitu:
َ
ه
ن
َ َن
ِ ّجْْ د
ِ َن أبِي
ِ ْ عب
َ َن
ِ ِ مل
َ ن
ْ هع
ْ سب ْ َرةَ ع
ْ ع
َ ْ د ال
ل
ِ ْ يع ب
ِ ِ الرب
ِ ْك ب
َ ال
َ
َ ق
َ ق
ي
ْروا
ِ ْ ه عَلَي
َ و
ُ م
َ سْْل ل
ُ صللى الل ل
ل
َ ي
ُ ْم
َ ه
الص ْب ِ ل
ّ ِ ال النلب
ْ غع
ين
َ ْ َ وإِذَا بَل
َ ْ َ ة إِذَا بَل
ِ َش ْ َر
ِ ع
ِ الص ْ َل
َ ْ س ْب
َ غ
َ ِ س ْن
َ ِ س ْن
ل
ِب
َ ين
َ
ها
ْ فا
َ ْ ربُوهُ عَلَي
ِ ض
“Dari Sabrah bin Ma'bad Al Juhani RA, dia berkata, "Nabi SAW bersabda,
'Perintahkanlah anak-anak untuk mengerjakan salat, apabila telah berumur
tujuh tahun. Dan apabila telah berumur sepuluh tahun, maka pukullah dia
karena meninggalkannya.'”(HR. Abu Daud No.494 dalam Bab Yu’maru alghulamu bi as-shalaati? -Bab Kapan anak-anak mulai diperintahkan salat?-)
Dalam hadits tersebut ada beberapa hal yang sangat menarik untuk dijadikan
sebagai bahan kajian dalam penelitian ini yaitu mengenai rasullah saw yang mulai
mendidik anak-anak untuk melaksanakan salat pada saat usia 7–10 tahun dan
kemudian memberikan sanksi berupa pukulan sebagai satu hukuman atas
meninggalkan salat pada usia 10 tahun. Inilah yang menjadikan latar belakang
penulis untuk meneliti secara mendalam tentang kaitan pendidikan yang dilakukan
oleh rasulullah pada seorang anak usia 7–10 tahun dengan psikologis anak pada
usia tersebut. Maka dari itu penulis akan tuangkan penelitian ini dalam skripsi
dengan judul “METODE PENERAPAN KEWAJIBAN SALAT TERHADAP
ANAK USIA 7–10 TAHUN (Analisis Psikologi Pendidikan Islam)”
B. Rumusan Masalah
8
Ada beberapa rumusan masalah yang muncul dalam penelitian ini
berdasarkan pemaparan latar belakang di atas yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimanakah metode penerapan shalat terhadap anak usia 7-10 tahun
dalam melaksanakan kewajiban shalat?
2. Bagaimanakah psikologis anak usia 7-10 tahun dalam melaksanakan
kewajiban shalat?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penulis untuk melakukan penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui metode penerapan shalat terhadap anak usia 7-10 tahun
dalam melaksanakan kewajiban shalat.
2. Untuk mengetahui psikologis anak usia 7-10 tahun dalam melaksanakan
kewajiban shalat.
D. Kerangka Pemikiran
Metode adalah kata benda yang mempunyai arti cara sistematis dan terpikir
secara baik untuk mencapai tujuan; prinsip dan praktek-praktek pengajaran
bahasa. (Senja,dkk, t.t:565)
Penggunaan istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah kata
penerapan sehingga perlu dijelaskan agar tidak keluar dari subtansi pembahasan.
Adapun kata penerapan disini adalah merupakan salah satu bentuk pendidikan
hanya saja penerapan lebih langsung pada aplikasinya sehingga kita berfikir untuk
bagaimana seorang anak itu bisa menerapkan atau mempraktekan salat yang
dicontohkan dan diajarkan pada usia 7 – 10 tahun.
9
Penerapan berasal dari kata terap yang artinya adalah berukir, sedangkan
penerapan adalah pemasangan; pengenaan; perihal memperaktekan (Senja,dkk,
t.t:808–809), maka dari itu kata penerapan lebih spesifik kepada praktek
dibandingkan pendidikan yang memiliki makna yang sangat luas.
Berhadapan dengan anak-anak akan berbeda dengan orang dewasa
dikarenakan anak-anak memiliki psikologis yang berbeda, mereka masih polos
dan belum bisa membedakan mana yang baik dan buruk sehingga seorang anak
diibaratkan seperti kertas putih yang siap diisi dengan ukiran pendidikan yang
Islami sehingga hal ini adalah kesempatan yang sangat strategis bagi orang tua
ataupun pendidik untuk memberikan pengajaran-pengajaran salah satunya adalah
mengenai salat.
Salat berasal dari bahasa arab yang berasal dari kata shalla – yushalli –
shalaatan secara bahasa adalah do’a (Munawwir, 2002:702) sedangkan secara
syara’ adalah ibadah yang mengandung ucapan-ucapan dan amalan-amalan yang
khusus, dimulai dengan mengagungkan Allah Ta’ala (takbir), diakhiri dengan
salam.(Zakaria (ed.) , 2011:68)
Masa perkembangan anak itu sangat cepat bagaikan air yang mengalir hanya
saja perlu kita ingat bahwa seorang anak pada usianya sangatlah senang bermain
dan bereksplorasi karena keingintahuanya akan sesuatu akan tetapi tidak sedikit
orang tua yang malah memarahinya diakibatkan anaknya selalu bermain padahal
sebetulnya tindakan seperti ini secara psikologis kurang tepat karena sifat dan
karakter pada usia tersebut adalah seperti itu. maka sebaiknya orang tua hanya
sekedar mengarahkan sifat dan karakternya kepada hal-hal yang baik dan
10
bermanfaat seperti mengajaknya ke masjid untuk salat berjama’ah kendatipun
anak itu salatnya sambil bermain akan tetapi ini akan menjadi pengenalan pertama
mengenai salat baginya.
Bila pada awal pertumbuhannya sang anak ditelantarkan begitu saja, maka
kebanyakan anak yang bersangkutan akan tumbuh menjadi orang yang
berperangai buruk, pendusta, pendengki, suka mencuri, suka mengadu domba,
suka meminta dengan paksa, suka berbuat iseng, suka tertawa, dan gemar
melakukan tipu muslihat serta perbuatan abnormal. Sesungguhnya semuanya itu
dapat dihindari hanya dengan menerapkan pendidikan yang baik terhadapnya.
(Rahman , 2005:20)
Masa kanak-kanak disebut dalam bahasa arab adalah tiflun sedangkan kata
thiflun itu memiliki dua pengertian sebagaimana dijelaskan oleh Abdur Rasyid
dalam Kitab Turuqut Tadris At-tarbiyati Al-Islamiyyah yaitu masa kanak-kanak
awal dan masa kanak-kanak akhir, adapun yang dimaksud dengan masa kanakkanak awal berawal dari usia buaian (bayi) sampai usia 6 tahun sedangkan masa
kanak-kanak akhir dari usia 6 tahun sampai 12 tahun yang disebut dengan almuraahiqah.
Nasehat terbaik yang dipesankan oleh Al-Ghazali dalam pendidikan anakanak ialah memperhatikan masalah pendidikannya itu sejak dari permulaan
umurnya, oleh karena bagaimana adanya seorang anak, begitulah besarnya nanti.
Bila kita perhatikan pendidikannya di waktu ia masih kecil, maka ia pasti bersifat
baik bila ia besar. (al-Abrasyi, 1987:118)
11
Pendidikan yang bersifat terapan terhadap anak ini sudah terlebih dahulu ada
di dalam Al-Qur’an dan Hadits sebelum munculnya metode-metode pendidikan
yang sekarang sudah familiar di mana-mana terutama di dunia akademis, akan
tetapi perlu diketahui juga ketika kita mengamalkan serta mencontoh tipe-tipe
pendidikan yang bersifat terapan dalam Al-Qur’an dan hadits ini lebih diutamakan
dibandingkan dengan meteode-metode yang ada sekarang sebab akan banyak
sekali hikmah luar biasa yang terkandung didalamnya sehingga tidak sedikit kita
ditemukan beberapa metode – metode yang ada itu mirip dengan apa yang
termaktub dalam Al-Qur’an dan Hadits.
Filosof-filosof pendidikan islam telah menyuarakan apa yang disuarakan oleh
ahli-ahli ilmu pendidik dan ahli-ahli moral di waktu itu yaitu supaya pembentukan
tingkah laku yang baik pada anak-anak dilakukan sejak waktu kecilnya, seperti
membiasakan ia tidur lebih cepat, membiasakan ia berjalan dan melakukan
gerakan-gerakan olah raga, membiasakan supaya jangan meludah di tempattempat umum, jangan mengeluarkan ingus atau berdiri membelakang di mana ada
orang lain, jangan ongkang-kaki, jangan suka berdusta dan jangan suka
bersumpah, baik benar ataupun salah dan membiasakan anak-anak itu mentaati
ibu-bapak dan gurunya. Dikatakan bahwa :
َ ئ
َ ب عَلَى
َ ن
ه
ِ ْ اب عَلَي
ش ل
ش ل
ْ م
ٍ ْ شي
َ
“Siapa yang membiasakan sesuatu di waktu mudanya, waktu tua akan
menjadi kebiasaannya juga” (al-Abrasyi, 1987:111-112)
Sedangkan Psikologi itu mempersoalkan aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati maupun yang tidak. Secara umum aktivitas – aktivitas ( dan penghayatan)
12
itu dapat dicari hukum-hukum psikologi yang mendasarinya. Adalah penting
sekali para pendidik mengetahui hukum-hukum tersebut sehingga dengan
demikian akan dapat memahami anak didiknya dengan lebih baik. Dalam
meninjau masalah ini kita menempatkan manusia di dalam dunianya; selanjutnya
kita coba jelaskan apa yang dihayati, sebagaimana penghayatannya, dan apa yang
dikerjakannya, apa yang mendorongnya, dan sebagainya. (Sumadi Suryabrata,
1993:13)
E. Langkah – langkah Penelitian
Prosedur penelitian yang akan ditempuh penulis adalah melalui langkahlangkah sebagai berikut:
1. Menentukan Jenis Data
Penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif. Dalam penelitian kualitatif,
data yang digunakan adalah data lunak, yang berupa kata-kata, baik yang
diperoleh dari wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Data yang dihimpun
penulis mencangkup data-data tentang masalah yang akan dibahas, yakni metode
penerapan kewajiban salat terhadap anak pada usia 7 -10. Data ini meliputi data
untuk syarah al-Hadits, jenis data mengenai pembinaan anak secara Islami dan
psikologis yang berkaitan dengan masalah pembahasan serta data-data sebagai
penunjang dalam memberikan penjabaran dan kesimpulan.
2. Menentukan Sumber Data
Sumber data utama yang dipakai dalam penelitian ini adalah kitab-kitab
syarah al-Hadits yang menerangkan penafsiran al-Hadits serta literatur-literatur
13
yang lain sebagai data pelengkap, yaitu buku-buku mengenai pembinaan anak
secara Islami dan psikologis.
Adapun sumber data utama dalam penelitian ini adalah:
a. ‘Aunul ma’bud syarhu sunan abi daud wa ma’ahu haasyiyah ibnu qoyyim
: tahziibu sunan abi daud wa idhahu ‘illalihi wa musykalaatihi, Karya
Muhammad asyraf bin amir bin ‘ali bin haidar.
b. Tuhfatul Ahwadzi bisyarhi at-tirmidzi, Karya abu al-‘alaa Muhammad
Abdurrahman bin abdurrahim al-mubarakfury.
Adapun literatur lainnya sebagai sumber data pelengkap, yaitu buku-buku
mengenai pendidikan anak secara Islami dan psikologis diantaranya buku-buku
karya: thawilah 2008, Rahman 2005, Istadi 2007.
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penyelidikan yang menuturkan,
menganalisis, dan mengklasifikasikan penyelidikan. Metode penelitian deskriptif
ini, termasuk kategori penelitian kualitatif yang bersifat normatif. Dimana
penelitian yang dijadikan norma-norma dalam hal ini adalah pendapat para
mufasir serta para ahli ilmu pendidikan anak dan psikologis anak. Dengan
menggunakan metode deskriptif ini, penulis melakukan penelitian terhadap
beberapa kitab syarah hadits dan buku-buku pendidikan anak secara Islami dan
psikologi anak (book research).
4. Pengumpulan data
14
Adapun teknik pengumpulan data, penulis menggunakan cara studi
kepustakaan serta dokumentasi. Dengan melakukan penelaahan terhadap beberapa
uraian syarah hadits tersebut oleh para ahli syarah yang kitabnya telah disebutkan
di atas. Dan terhadap beberapa uraian yang ada dalam beberapa literatur lain yang
berkaitan dengan penelitian ini. Selanjutnya dicari hubungan antara penafsiran
para ulama terhadap pembahasan yang dikaji, ditambah dengan pendapat dari
pakar pendidikan.
5. Analisis data
Karena data yang digunakan penulis dalam penelitian ini merupakan data
kualitatif, penulis menggunakan analisis isi (Content Analysis). Tahap-tahapnya
yaitu
Reduksi (seleksi)
data;
display
(penyajian)
data,
dan penfikasi
(penyimpulan) data. Sebagai alat untuk menganalisisnya, penulis menggunakan
cara logika dengan berdasarkan pada ilmu pendidikan anak secara Islami.
Langkah-langkah yang digunakan oleh penulis berdasarkan pada pendapat
maleong yang mengatakan bahwa untuk menganalisis data yang bersifat kualitatif
diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Proses Satuan (Unityzing)
Proses satuan digunakan dalam rangka untuk menghaluskan data satuan
dengan membaca, mempelajari serta mengidentifikasi satuan-satuan dan analisis
serta memasukannya ke dalam kartu indeks
b. Kategorisasi
15
Proses kategorisasi dilakukan dengan maksud untuk mengelompokkan datadata yang telah ada berdasarkan pada pola pemikiran.
c. Penafsiran
Penafsiran maksudnya adalah untuk menetapkan makna fakta-fakta yang
telah diperoleh secara utuh melalui penafsiran yang dilakukan sejka pengumpulan
data pertama hingga akhir
6. Penarikan kesimpulan
Langkah ini merupakan langkah tahap akhir yang dilakukan dalam sebuah
penelitian dan merupakan jawaban kongkrit terhadap maksud atau tujuan
penelitian.
16
BAB II
LANDASAN TEORITIS TENTANG METODE PENERAPAN
KEWAJIBAN SALAT TERHADAP ANAK USIA 7-10 TAHUN
A. Pengertian Metode
Adapun Metode itu sendiri berasal dari Bahasa Yunani methodos yang berarti
cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka, metode
menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi
sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk
mencapai tujuan, atau bagaimana cara melakukan atau membuat sesuatu.
(http://id.wikipedia. org/wiki/Metode)
Ada beberapa definisi mengenai metode diantaran yaitu cara teratur yg
digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dng yg
dikehendaki; cara kerja yg bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
17
kegiatan guna mencapai tujuan yg ditentukan.( http://www.artikata.com/arti340805-metode.html) Sedangkan menurut Kamusa Besar Indonesia bahwa
metode adalah kata benda yang mempunyai arti cara sistematis dan terpikir secara
baik untuk mencapai tujuan; prinsip dan praktek-praktek pengajaran bahasa.
(Senja,dkk, t.t:565)
Selain itu Menurut Rosdy Ruslan (2003:24), Metode merupakan kegiatan
ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu
subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang
dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya.
(http://setiawantopan.wordpress.com/2012/02/22/metode-penelitian-dan-metodepenelitian/)
16
Dari beberapa definisi diatas menunjukkan bahwa metode adalah pada
dasarnya adalah alat untuk mempermudah untuk melakukan sesuatu sehingga
tidak heran apabila kalimat metode sering diiringi kata-kata sesudahnya seperti
metode penelitian, metode belajar, metode menghafal, metode mengajar dan
masih banyak lagi.
Metode pendidikan yang dilakukan oleh rasulullah saw serta dijelaskan dalam
Al-Qur’an
sangatlah
banyak
diantaranya
yaitu
(http://jailani-putra.blogspot.com/p/metode-metode-pendidiken-islam-dalamal.html) :
1. Metode Perumpaaan (ilustrasi)
Rasulullah saw biasanya dalam menyampaikan pendidikan rasulullah
saw selain dengan metode ceramah kadang-kadang juga dengan
18
menggunakan metode perumpaan (ilustrasi) dengan harapan para sahabat
lebih paham dan mengerti tentang isi risalah yang akan disampaikan oleh
rasulullah saw sebagaimana hadits dibawah ini yang melakukan
perumpaan salat dengan mandi,
َ
َ س
ه
ُ َن أَبِي
ِ ول الل ل
ِ س
َ م
ُ ع َر
َ ه
ْ ع
ُ صللى الل ل
ُ ه َري ْ َرةَ أن ل
َ ه
َ
َ َ ُ ْْق
ُ َم ي
ْْاب
َْ سْْل ل
ِ ْْْ عَلَي
ْْو أ ل
َ ْْرا بِب
َ َن ن
َ و
ْ ُ ول أ َرأيْت
ِ
ً ه
ْ َم ل
َ ه
َ
َ ِ ول ذَل
ُ َ ما ت
ُ ق
ه كُ ل
ُ س
ك
َ ٍ وم
ْ َم ي
ِ ل
ِ في
ِ َ غت
ِ ح
َ أ
ً م
َ سا
ْ خ
ْ ُ دك
ْ َل ي
َ ه
َ ه
شْْيْئًا
ِ ْ قْْالُوا َل يُب
ِ ْ يُب
ِ ِْْ ن دَ َرن
ِ قي
ِ ِْْ ن دَ َرن
ِ قي
ْ م
ْ م
َ ِ فذَل
َ ال
َ
ُ ْ مث
َ ق
ه
َ ْ ات ال
ِ ِْْ ه ب
ِ و
ِ ك
ُ م
ُ حو الل ل
ْ َس ي
ْ خ
ل ال ل
َ َ صل
ِ م
الْخَطَايَا
Dari Abu Hurairah, bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai
di depan pintu rumah salah seorang dari kalian, lalu dia mandi lima kali
setiap hari? Apakah kalian menganggap masih akan ada kotoran (daki)
yang tersisa padanya?" Para sahabat menjawab, "Tidak akan ada yang
tersisa sedikitpun kotoran padanya." Lalu beliau bersabda: "Seperti itu
pula dengan shalat lima waktu, dengannya Allah akan menghapus semua
kesalahan."(HR.Bukhari No.528 Babu as-shalati kifaaratun -)
2. Metode Teladan
Dalam al-Qur’an kata teladan disamakan pada kata Uswah yang
kemdian diberikan sifat dibelakangnya seperti sifat hasanah yang berarti
baik. Sehingga dapat terungkapkan menjadi Uswatun Hasanah yang
berarti teladan yang baik. Kata uswah dalam al-Qur’an diulang sebanyak
enam kali dengan mengambil contoh Rasullullah SAW, Nabi Ibrahim dan
kaum yang beriman teguh kepada Allah. Firman Allah SWT dalam surat
al-Ahzab :
لقد كان لكم في رسو ل الله اسوة حسنة
19
“Sesungguhnya dalam diri Rasullullah itu kamu dapat menemukan
teladan yang baik” (Q.S.al-Ahzab:21)
Muhammad Quthb, misalnya mengisyaratkan bahwa di dalam diri Nabi
Muhammad, Allah menyusun suatu bentuk sempurna metodologi Islam,
suatu
bentuk
yang
hidup
dan
abadi
sepanjang
sejarah
masih
berlangsung.metode ini dinggap sangat penting karena aspek agama yang
trpenting adalah akhlak yang termasuk dalam kawasan aektif yang
terwujud dalam tingkah laku(behavioral).
3. Metode Kisah-Kisah
Di dalam al-Qur’an selain terdapat nama suatu surat, yaitu surat alQasash yang berarti cerita-cerita atau kisah-kisah, juga kata kisah tersebut
diulang sebanyak 44 kali. Menurut Quraish Shihab bahwa dalam
mengemukakan kisah di al-Qur’an tidak segan-segan untuk menceritakan
“kelemahan
manusiawi”.
sebagaimana
adanya,
Namun,
tanpa
hal
menonjolkan
tersebut
digambarkanya
segi-segi
yang
dapat
mengundang rangsangan. Kisah tersebut biasanya diakhiri dengan
menggaris bawahi akibat kelemahan itu, atau dengan melukiskan saat
kesadaran dan kemenangannya mengalahkan kelemahan tadi.
Kemudian Quraish Shihab memberikan contoh pada surat al-Qashash
ayat 76-81. Disini, setelah dengan bangganya Karun mengakui bahwa
20
kekayaan yang diperolehnya adalah berkat kerja keras dan usahanya
sendiri. Sehingga muncul kekaguman orang-orang sekitarnya terhadap
kekayaan yang dimilkinya, tiba-tiba gempa menelan Karun dan
kekayaanya. Orang-orang yang tadinya kagum menyadari bahwa orang
yang durhaka tidak akan pernah memperoleh keberuntungan yang
langgeng. Pelajaran yang terkandung dalam kisah tersebut adalah
mengingatkan menusia agar jangan lupa bersyukur kepada Allah, jangan
lupa diri, takabbur, sombang dan seterusnya, karena itu semua hal yang
tidak disukai oleh Allah.
Kisah atau cerita sebagai metode pendidikan ternyata mempunyai daya
tarik yang menyentuh perasaan. Islam menyadari akan adanya sifat
alamiah manusia yang menyukai cerita dan menyadari pengaruh besar
terhadap perasaan. Oleh karena itu Islam mengeksploitasi cerita itu untuk
dijadikan salah satu tehnik pendidikan. Islam mengunakan berbagai jenis
cerita sejarah factual yang menampilkan suatu contoh kehidupan manusia
yang dimaksudkan agar kehidupan manusia bisa seperti pelaku yang
ditampilkan contoh tersebut(jika kisah itu baik). Cerita drama yang
melukiskan fakta yang sebenarnya tetapi bisa diterapkan kapan dan disaat
apapun.
4. Metode Nasihat
Al-Qur’an juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati
untuk mengarahkan manusia kepada ide yang dikehendakinya. Inilah
yang kemudian dikenal nasihat. Tetapi pada setiap nasihat yang
21
disampaikannya ini selalu dengan teladan dari I pemberi atau penyampai
nasihat itu. Ini menunjukkan bahwa antara satu metode yakni nasihat
dengan metode lain yang dalam hal ini keteladanan bersifat melengkapi.
Didalam al-Qur’an, kata-kata yang menerangkan tentang nasihat
diulang sebnyak 13 kali yang tersebut dalam 13 ayat didalam tujuh surat.
Diantara ayat-ayat tersebut berkaitan dengan para Nabi terhadap
umatnya. Salah satunya contoh nasihat Nabi Saleh kepada kaumnya,
dalam firman Allah:
وتولي عنهم وقال يا قومي لقْْد ابلغتكم رسْْالة
ربي ونصحت لكم ولكن ل تحبون الناصحين
“Maka berpaling dari mereka dan (Nabi Saleh) berkata:”hai kaumku aku
telah menyampaikan kepadamu amanat dari Tuhanku, dan aku telah
memberimu nasihat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang
yangmemberi nasihat.”(Q.S. al-‘Araf:79)
5. Metode Ceramah
Metode ini merupakan metode yang sering digunakan dalam
menyampaikan atau mengajak orang mengikuti ajaran yang telah
ditentukan. Metode ceramah sering disandingkan dengan kata khutbah.
Dalam al-Qur’an sendiri kata tersebut diulang sembilan kali. Bahkan ada
yang berpendapat metode ceramah ini dekat dengan kata tablih,yaitu
menyampaikan sesuatu ajaran. Pada hakikatnya kedua arti tersebut
memiliki makna yang sama yakni menyampaikan suatu ajaran.
Pada masa lalu hingga sekarang metode ini masih sering digunakan,
bahkan akan selalu kita jumpai dalam setiap pembelajaran. Akan tetapi
22
bedanya terkadang metode ini di campur dengan metode lain. Karena
kekurangan metode ini adalah jika sang penceramh tidak mampu
mewakili atau menyampaikan ajaran yang semestinya haus disampaikan
maka metode ini berarti kurang efektif. Apalagi tidak semua guru atau
pendidik memiliki suara yang keras dan konsisten, sehingga jika
menggunakan metode ceramah saja maka metode ini seperti hambar.
Didalam al-Qur’an kata tabligh lebih banyak digunakan daripada kata
khutbah, al-Qur’an mengulang kata tabligh sebanyak 78 kali. Salah
satunya adalah dalam surat Yaasin ayat 17, yang artinya berbunyi;
وما علينا ال البل غ المبين
“Dan kewajiban kami adalah menyampaikan (perintah Allah) dengan
jelas”.(Q.S. Yaasin:17)
Dalam ayat ini jelas bahwa metode ini telah digunakan sejak zaman
dahulu, untuk menjelaskan tetang suatu ajaran atau perintah.
6. Metode Tanya Jawab
Tanya jawab merupakan salah satu metode yang menggunakan basis
anak didik menjadi pusat pembelajaran. Metode ini bisa dimodif sesuai
dengan pelajaran yang akan disampaikan. Bisa anak didik yang bertanya
dan guru yang menjawab atau bisa anak didik yang menjawab pertanyaan
dari gurunya.
Didalam al-Qur’an hal ini juga digunakan oleh Allah agar manusia
berfikir. Pertanyaan-pertanyaan itu mampu memancing stimulus yang ada.
23
Adapun contoh yang paling jelas dari metode pendidikan Qur’an terdapat
didalam surat Ar-Rahman. Disini Allah SWT mengingatkan kepada kita
akan nikmat dan bukti kekuasaan-Nya, dimulai dari manusia dan
kemampuannya dalam mendidik, hingga sampai kepada matahari, bulan,
bintang, pepohonan, buah-buahan, langit dan bumi.
Pada setiap ayat atau beberapa ayat dengan kalimat bertanya itu,
manusia berhadapan dengan indera, naluri, suara hati dan perasaan. Dia
tidak akan dapat mengingkari apa yang di inderanya dan diterima oleh akal
serta hatinya. Ayat itu adalah Ar-Rahman ayat 13 :
فباي ألء ربكما تكذ بان
“Maka nikmat rabb kalian yang manakah yang kalian dustakan?”( Qs. Ar
Rahman : 13 )
Pertanyaan itu diulang sebanyak 31 kali didalam surat ini. Setiap diulang,
pertanyaan itu merangsang kesan yang berlainan sesuai dengan konteksnya
dengan ayat sebelumnya.
B. Pengertian Penerapan
Penerapan biasanya kata yang digunakan dalam mengaplikasikan sesuatu
dalam sesuatu yang sesuai dengan bidangnya masing-masing dalam kehidupan
masyarakat. Adapun penarapan itu sendiri berasal dari kata terap yang artinya
adalah berukir, sedangkan penerapan adalah pemasangan; pengenaan; perihal
memperaktekan (Senja,dkk, t.t:808–809), maka dari itu kata penerapan lebih
spesifik kepada praktek.
24
Setelah mengetahui makna dari metode dan penerapan, maka selanjutnya
akan diperinci tentang pengertian dari metode penerapan. Perlu kita ketahui
seksama bahwa antara metode penerapan dan metode pendidikan itu beda tipis
sekali sebab terkadang metode pendidikan itu mencangkup kepada penerapannya
juga walaupun hanya dibahas secara umum dan mesti sesuai dengan teori yang
ada berbeda dengan metode penerapan yang lebih fokus kepada praktek sehingga
bagaimana caranya supaya sesuatu itu dapat diterapkan dalam kehidupan seharihari walaupun terkadang berbeda dengan teori.
Sehingga dalam mendidik anak untuk melakukan salat adalah mesti langsung
diaplikasikan atau diterapkan dalam aktifitas sehari-harinya sebab terkadang anak
lebih suka praktek langsung dibandingkan dengan belajar teori terlebih dahulu
walaupun memang belajar teori penting akan tetapi itu hanya pengantar saja.
C. Pengertian Kewajiban
Kewajiban berasal dari wajib sebagaimana disebutkan dalam kamus besar
bahasa Indonesia bahwa wajib adalah kata kerja yang mempunyai arti harus
melakukan, harus dilaksanakan sedangkan kewajiban adalah kata benda yang
mempunyai arti sesuatu yang harus dikerjakan, sesuatu yang harus dilaksanakan;
sesuatu yang berkenaan dengan tugas atau pekerjaan (Senja,dkk, t.t:859).
Apabila ditinjau dari bahasa arab bahwa wajib adalah berasal dari kata
wajaba – yajibu – wujuuban sedangkan wajib adalah bentuk isim fa’il yang secara
bahasa (lughoh) mempunyai arti yaitu tetap, wajib dan mesti (A.W.Munawir,
1997:1537) sedangkan secara istilah wajib yaitu;
25
َ عا
ه
ِ اب عَلَى
ِ ِ ب عَلَى ت َ ْرك
ِ ِ عل
ُ ق
َ ُ ول َ ي
ْ ف
ُ َ مايُث
ُ اج
َ :ب
ِ الو
َ ه
َ
“Wajib adalah apa yang diberi pahala apabila mengerjakannya dan disiksa
apabila meninggalkannya”(Abdul Hamid Hakim,t.t:6)
dalam definisi tersebut sangatlah jelas bahwa makna kewajiban adalah sesuatu
yang
apabila
dilaksanakan
mendapat
pahala
dan
apabila
ditinggalkan
mendapatkan siksaan karena ini sudah termasuk dalam ketentuan ibadah.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa wajib adalah salah satu hukum dari 9
hukum ibadah yaitu wajib, haram, sunnat (mandub), makruh, mubah, shahih, batal
(bathil), rukhsah, dan ‘azimah.
Didalam hukum islam terutama mengenai ibadah, maka kita akan temui
bahwa wajib itu dibagi atas dua bagian yaitu wajib kifayah dan wajib ‘ain.
Adapun yang dimaksud dengan wajib ‘ain adalah kewajiban yang tidak dapat
diwakilkan oleh orang lain sehingga apabila ia tidak melaksanakannya maka ia
akan mendapatkan siksaan begitu pula sebaliknya jika ia melaksanakannya maka
ia akan mendapatkan pahala baginya seperti shalat lima waktu, zakat, haji dan
shaum.
Sedangkan wajib kifayah adalah kewajiban yang tidak ditunjukan kepada
seseorang saja akan tetapi kepada semua orang apabila ada salah satu dari mereka
yang melaksanakannya maka sebagian dari mereka telah gugur kewajiban untuk
melaksanakannya begitu pula sebaliknya apabila tidak ada seorang dari mereka
yang tidak melaksanakannya maka mereka semua mendapatkan siksaan atas
meninggalkan kewajibannya itu seperti shalat jenazah.
26
D. Pengertian Salat
Salat adalah salah satu kewajiban bagi umat muslim apalagi salat lima waktu
yang hukum adalah wajib untuk dilaksanakan baik bagi laki-laki ataupun
perempuan terkecuali usia anak-anak akan tetapi tetap saja seorang anak harus
dididik dari kecil tentang salat sehingga pada masa dewasa nanti sudah terbiasa
untuk melaksanakan salat.
Perlu kita ketahui bahwa kewajiban salat sudah ada sejak nabi daud hanya
saja terjadi perbedaan yaitu dari segi waktu dan jumlah raka’at dalam salat
sehingga ketika peristiwa isra mi’raj yaitu perjalanan nabi dari masjidil haram
menuju masjidil aqsa kemudian ke sidrotul muntaha untuk menerima kewajiban
salat yang dilakukan perjalanan itu selama satu malam sebagaimana dijelaskan
dalam hadits riwayat imam bukhari yang disimpan pada kitab salat dan bab
bagaimana salat diwajibkan dalam malam isra’ yaitu sebagai berikut :
َ ُ ْْال ك َْْان أَب ْْو ذَر يحْْ د
َ
َ ْْك
َ
ن
ق
ثأ ل
ّ َ ُ ّ
ُ َ
ٍ ِ مال
ْ ع
َ ن
ِ ْس ب
ِ َ َن أن
ُ ْال
َ م
َ ْق
َ س
َن
ِ ْْ ه عَلَي
ِ ول الل ل
َ ْر
َ و
ُ َر
ْ جع
َ سْل ل
ُ صللى الل ل
َ ه
َ ه
ِ ْف
َ
َ ة
ْ ْْس
ُ ْري
َ ْز
ه
َ مك ل
َ َْ فن
ِ ق
َ
ُ صْْللى الل ل
َ ِ وأن َْْا ب
َ ْل
ِ ل
َ ف بَيْتِي
ِ ْ جب
َ
ل
َ
َ م
َ ف
َ م
م
ِ ما
َْ سل
ِ ْ عَلي
َ م
َ ف َر
َ ْْز
َ غ
َ و
م ثُ ل
ْ ء َز
َ ِه ب
ُ سل
ري ث ُ ل
َ ج
َ ه
ِ ْصد
مان ًْْْا
ً ْْْم
ِ ئ
َ َن ذ
ِ ت
ٍ ْْْس
َ
ْ َجْْْاءَ بِط
ْ م
َ وإِي
َ ْ حك
ٍ ِ متَل
ْ م
ُ ب
ٍ ه
َ ة
َ
َ
َ
َ ف َر
َ دي
َ َ م أطْب
ْ فأ
َ
ج
َ مأ
ِ ه
ِ َ خذَ بِي
َ ْْر
َ ف
ه ثُ ل
ُ ق
ري ث ُ ل
ُ غ
َ في
َ ع
ِ ْصد
َ ء الدّنْيَا
ء الدّنْيَا
ِ ما
ت إِلَى
ِ ما
بِي إِلَى
ُ ْ جئ
ل
ل
َ الس
فل َ ل
َ الس
ِ ما
َ هذَا
َ ح
ْ ءا
َ
َ
َ ق
ُ ر
َ ق
ْْال
ق
ِ ما
ن
َ ن
ْ َ فت
ل
ْ م
َ ال
َ الس
ِ ال
ِ َاز
ِ ْ جب
ِ يل لِخ
َ
َ ع
َ ٌحد
َ يل
َ ق
ْ ه
َ ق
ُ ر
ِ م
َ ال
َ
ٌمد
َ م
َ َ ال ن
َ كأ
َ م
ح ل
ُ عي
َ م
ْ ع
َ ل
ِ هذَا
ِ ْ جب
ُ
َ
ل
َ
ل
ل
َ ه
َ ف
َ م
َ ْق
َ س
َ ق
م
َْ سل
ِ ْْْ ل إِلي
ِ ال أ ْر
ِ ْ ه عَلي
َ َ ْال ن
َ و
ْ ع
ُ صلى الل
َ
َ ه
َ
َ
َ
َ ل
َ ماءَ الدّنْيَا
َ ما
َ
ٌ ج
عدٌ عَلى
ْونَا
ِ قا
ُ فإِذَا َر
َ َ فت
ل
َ الس
فل ل
ْ ح عَل
َ
َ
َ َْ قب
ْل
ِ ْر
ِ ار
ِ ِ مين
ِ َي
ْ هأ
َ َ وعَلَى ي
ْ هأ
َ َْودَةٌ إِذَا نَظ
َ ٌودَة
ِ ْس
ِ ْس
ِ س
َ
َ ح
َ ف
َ ه بَكَى
َ ْْق
َ َْ قب
ال
ِ ْر
ِ ْْض
َ ه
ِ ار
ِ ِْْ مين
ِ َي
َ َ ْل ي
َ ْوإِذَا نَظ
َ ك
ِ ْْس
ُ ح
َ ْري
ْل
ن
ِ و
َ م ْر
ُ ْ قل
َ
ل
ي ال ل
ِ ِت ل
َ ح
ّ ِ حبًا بِالنلب
ِ ْ جب
ِ ِ الص ْ َال
ِ ْ الب
ِ ِ صال
ْ
َ
َ
َ
ه
َ و
َ هْ ذا قْْال
َ ن
ِ ِْ مين
ِ َ َن ي
ِ ذ
ِ ْه
ُ َهْ ذا آد
ْ ه ال
ْ ودَةُ ع
ْ م
َ
َ م
ِ ْس
27
ه َ
هْ ُ
هْ ُ
ة
م أَ ْ
فأ َ ْ
جن ل ِ
ين ِ
ْل الْي َ ِ
م بَنِي ِ
مال ِ ِ
و ِ
ْل ال ْ َ
من ْ ُ
ه نَ َ
ه ْ
س ُ
ش َ
َ
م ِ
َ
َ
َ
ل
ْ
ار َ
ه ُ
َن
هأ ْ
مال ِ ِ
َن ِ
وال ْ
فإِذَا نَظ َر ع ْ
ودَةُْ التِي ع ْ
ش َ
َ
ل الن ل ِ
س ِ
َ
َ
َ
قب َ َ
ج
حتلى َ
وإِذَا نَظ َر ِ
ض ِ
ه َ
مال ِ ِ
ل ِ
مين ِ ِ
يَ ِ
ْر َ
ه بَكى َ
شْ َ
عْ َ
حك َ
ف َ
ح َ
هْْا ا ْ
ف َ
ة َ
قْْ َ
ق َ
ال
ما ِ
بِي إِلَى
ء الثلانِي َ ِ
فت َ ْ
َازن ِ َ
ل
الس َ
ال ل َِخ ِ
َ
ْال ْ
ح َ
ف َ
ل َ
مْْا َ
قْ َ
و ُ
قْ َ
مث ْْ َ
س
هْْا ِ
فت َ َ
َازن ِ َ
ْل َ
ل َْْ ُ
ْال أن َ ٌ
ال ل
ه خ َِ
َ
وسى
في
جدَ ِ
و ِ
و َ
ات آدَ َ
م َ
ل
و ُ
الس َ
فذَك َ َر أن ل ُ
ري َ
س َ
م َ
م َ
ه َ
وإِدْ ِ
َ
ت
و ِ
ات الل ل ِ
ْرا ِ
م يُثْب ِ ْ
و ُ
ع َ
ول َ ْ
ه ْ
ه َ
يم َ
م َ
صْْل َ َ
وإِب ْْ َ
يسْْى َ
َ
ه َ عَلي ْ ِ
َ
ُ
م َ
في
م ِ
َ
من َ
و َ
كَي ْ
جْْْ دَ آدَ َ
ْْْازل ُ
ْْْر أن ل ُ
ْْْر أن ل ُ
ه ْ
ْْْف َ
ه َ
ه ذَك َ َ
غي ْ َ
ِ
ة َ
قْ َ
ْال
ء
ما ِ
في
ما ِ
يم ِ
س ِ
وإِب ْ َرا ِ
السا ِد َ
ل
ل
ل
الس َ
ه َ
الس َ
ء الدّنْيَا َ
َ
س َ
ر ُ
م
ه عَلَي ْ ِ
جب ْ
و َ
سل ل َ
صللى الل ل ُ
ما َ
فل َ ل
ي َ
أن َ ٌ
م لر ِ
ه َ
يل بِالنلب ِ ّ
ِ
ْ َ
س َ
ق َ
ح
خ
ي
م ْر َ
ال َ
ل
ل
ري َ
ح َ
حب ًْْا ب ِْْالنلب ِ ّ
بِإِدْ ِ
الصْال ِ ِ
وال ِ
الصْال ِ ِ
هذَا َ
ف ُ
َ
ق َ
وسى
ال َ
ن َ
هذَا إِدْ
م َر ْر ُ
قل ْ ُ
م َ
م ْ
ت بِ ُ
م َ
س ثُ ل
ت َ
ري ُ
ِ
ْ َ
ح ُ
ف َ
َ
ق َ
ن
م ْر َ
قل ْ ُ
م ْ
ت َ
ال َ
خ ال ل
ي ال ل
ح َ
حبًا بِالنلب ِ ّ
صال ِ ِ
وال ِ
صال ِ ِ
ف َ
يس ْى َ
هْ ذَا َ
قْ َ
قْ َ
ال
ت بِ ِ
ْال َ
َ
ْر ْر ُ
ع َ
م َ
م َ
وس ْى ث ُ ل
هْ ذَا ُ
مْ َ
َ
ْ
ح ُ
هْ ذَا
ي
خ
ن َ
م ْر َ
قل ْ ُ
م ْ
ت َ
َ
ل
ل
ح َ
والنلب ِ ّ
الصْْال ِ ِ
الصْْال ِ ِ
حبًا بِال ِ
َ
َ
َ
ُ
َ
َ
َ
حب ًْْا
هذا ِ
قال َ
ت ب ِْْإِب ْ َرا ِ
م ْر َ
م َر ْر ُ
ع َ
يم فقْ ال َ
ه َ
م َ
يسى ث ل
ْ
هْ ذَا َ
ح ُ
قْ َ
ْال
ن
ي
ن َ
و ِ
قل ُ
م ْ
ت َ
ل
ل
ح َ
بِالنلب ِ ّ
الص ْال ِ ِ
الب ْ ِ
الص ْال ِ ِ
م َ
َ
ن
ق
سْْل ل َْ
َ
ه عَلَي ْْْ ِ
ْْرا ِ
و َ
ْْال اب ْ ُ
صْْللى الل ل ُ
ه ُ
يم َ
ه َ
هْْ ذَا إِب ْ َ
َ
َ
َ
اب َ
ة
فأ ْ
ن َ
حب ل َ
ِ
ْزم ٍ أ ل
حْ ْ
وأب َْْا َ
عب ل
ن َ
ش َ
ن اب ْ َ
خب َ َرنِي اب ْ ُ
ه ٍ
اس َ
ٍ
َ
َ
ل
ل
َ
ْ
َ
ن َ
ي كا
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia itu melainkan hanya untuk
beribadah kepada-Nya, sebagaimana Allah berfirman dalam surat Adz-Dzariyat
ayat 56:
ْ و
ْ َ ما خَل
ون
ْ َ س إ ِ لل لِي
ُ ق
ج ل
َ و
َ ْ الِن
ِ ْ ت ال
ِ ُعبُد
َ ن
َ
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku”.(Kemenag RI,2012:523)
Dalam ayat tersebut diterangkan bahwa ternyata manusia mau tidak mau
hidup di alam dunia ini mempunyai kewajiban untuk beribadah kepada Allah swt
sehingga dalam segala aktifitas manusia akan selalu didasari untuk beribadah
kepada Allah swt.
Manusia adalah makhluk yang diciptakan dari sesuatu yang hina, akan tetapi
mempunyai kewajiban yang mulia yaitu beribadah kepada Allah sepanjang
hidupnya sehingga dengan inilah manusia itu mulia disisi Allah sebab terkadang
banyak orang yang terlalu banyak alasan untuk beribadah dikarenakan sudah
disibukkannya dengan urusan-urusan duniawi, maka jika ini terjadi manusia itu
akan lupa fungsi dan perannya sebagai manusia di muka bumi ini.
Padahal kalau kita ingin menelaah beberapa ayat dalam Al-Qur’an sungguh
kita akan menemukan bahwa ayat yang menjelaskan dan menerangkan mengenai
ibadah itu sangatlah banyak. Hal ini menunjukkan begitu pentingnya ibadah itu
1
2
untuk diperhatikan oleh setiap muslim. Adapun salah satu ayatnya yang
menerangkan mengenai ibadah dalam surat Al-Baqarah ayat 21, yaitu :
َ
َ َ ذي خَل
ن
ْْ ُ قك
ْ سا
ِ ين
ِ وال ل
ِ م ال ل
َ ّ ي َْْا أي
ْ م
َ ذ
ُ ُ عب ُ ْدُوا َربلك
ُ هْْا النلا
َ م
ُ م تَت ل
َ
ون
َ ق
َ َم ل
ْ ُ عللك
ْ ُ قبْلِك
“Wahai manusia! Sembahlah tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan
orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”(Kemenag RI,2012: 4)
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa cangkupan ibadah disini sangatlah
luas, bisa ibadah mahdhoh atau ghoir mahdhoh. Adapun yang dimaksud dengan
ibadah mahdhoh adalah ibadah yang kaitannya langsung antara Allah dengan
hambanya seperti salat, zakat, haji dan shaum. Sedangkan ibadah ghoir mahdhoh
adalah ibadah yang kaitannya dengan muamalah antara sesama muslim seperti
berbuat baik kepada tetangga dekat dan kerabat, menghormati guru, dan hal-hal
lainnya.
Salat adalah salah satu contoh ibadah mahdhoh dan termasuk rukun islam
yang kedua maka sepatutnya mesti setiap orang muslim itu menjalankannya
karena salat adalah merupakan salah satu pondasi paling utama dalam
menjalankan ibadah bahkan menjadikan amalan pertama kali yang akan dihisab di
akhirat kelak sebagaimana rasulullah saw pernah bersabda di dalam suatu riwayat
hadits dari sahabat Anas bin Malik, yaitu:
َ
َ :ْْْال
َ ،ي
َ
َ
ْْْال لِي أَب ُْْْو
ق
ق
ل
َ ن
ْ ع
ّ ّ الضْْْب
ٍ حكِيم
ِ ْس ب
ِ َ َن أن
َ
َ
َ ر
َ ك
َ ه
ت
ُ فأَخْب ِ ْر
ْ َت أ
ُ
ِ ْْس
ِ ل
ْ م
ُ ع
َ ْ إِذَا أتَي:َه َري ْ َرة
َ م أنّي
ْ ه
ْ م
ِ ص
َ
ُ َم ي
َ و
ُ ْق
ل
ِ ْ ه عَلَي
ِ سول الل ل
" إ ِ ل:ول
َ و
ُ َر
َ سل ل
ُ صللى الل
َ ه
نأ ل
َ ه
3
،ة
ُالص ْ َلة
ِ ْ م ال
ِ ْم
ِ ِب ب
َ ْ ه ال
ُ اس
َ ُ ما ي
َ ْو
ْ م
َ ح
َ قيَا
ُ ِ س ْل
ُ ْ عبْدُ ال
َ
ل
ْ َْ م ي
َ
َ ،ُمكْتُوبَة
ْ ه
َ ق
ن
َ انْظُ ُروا:يل
ِ وإ ِ لل
ِ ه
ْ ِ فإ
َ م
ْ م
ُ َْْ ل ل
ن أت َ ل
َ ْ ال
َ ،ها
ُ ٌ فْْإن ك َْْان ل َ ْه تَطَْْو
َ ْ ت ال
ن
ُ ْ يض
َ ر
ِ ة
ِ َ مل
ِ ْ ع أك
َ
ْ ِ َ ع؟
ْ م
ُ
ّ
ّ َْتَط
ِ ف
ٍ ْو
ْ ر
ْ م
ْ ُم ي
ُ ْْ مث
ُ ع
ْل
ْ َ ال
ِ و
َ ف ُر
ِ ة
ِ ْ وض
ِ ع
َ ف
َ ِل ب
َ ْ ْال ال
َ ع
ث ُ ل،ه
ِ ْم
ّ َتَط
ِ ِ سائ
َ ِ ذَل
"ك
“Dari Anas bin Hakim Adh-Dhabbiyyi, dia berkata, "Abu Hurairah berkata
kepadaku, 'Jika kamu mendatangi penduduk negerimu, maka kabarkanlah pada
mereka bahwa aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,
'Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari seorang hamba yang Muslim
pada hari kiamat adalah salat wajib. Jika dia menyempurnakannya dan jika
tidak, maka akan dikatakan, 'Lihatlah apakah dia memiliki salat sunah?' Jika
dia memiliki salat sunah, maka sempurnakanlah yang wajib dari yang
sunahnya. Kemudian juga akan dilakukan hisab pada seluruh amalan yang
wajib seperti itu" (HR.Ibnu Majah No.1425, Babu ma ja a fi awwali maa
yuhaasabu bihi al-‘abdu as-shalaatu)
Dari hadits diatas setidaknya ada beberapa hikmah yang menunjukkan bahwa
salat adalah suatu amalan paling pertama yang akan dihisab di akhirat sehingga
alangkah sangat merugi dan bodohnya ketika ada seorang muslim yang tidak
mengamalkan kewajiban salat semasa hidupnya, maka tentunya kita selaku umat
islam harus saling mengingatkan dan membentengi terutama kepada keluarga kita
sebelum hal ini terjadi sehingga disinilah perlunya untuk diterapkan pendidikan
salat kepada seluruh orang muslim terutama anak–anak di usia dini sebagai tahap
perkenalan, pembelajaran dan pembiasaan.
Ini semua dilakukan sebagai salah satu tindakan yang menyadari akan
pentingnya pendidikan salat bagi anak–anak sehingga adanya pendidikan agama
di lembaga-lembaga formal dan informal adalah solusi untuk kebuntuan orang tua
yang secara keilmuan tidak bisa mengajarkan agama kepada anak-anaknya akan
4
tetapi ia menginginkan anaknya menjadi sholeh walaupun sebetulnya yang paling
berperan dalam mendidik anak salat secara psikologis adalah kedua orang tuanya.
Kita sering melihat begitu banyak para remaja zaman sekarang yang tidak
melaksanakan kewajiban salat apalagi salat berjama’ah di masjid bahkan mereka
lebih senang dengan kehidupan yang gaul dan trendy dibandingkankan melakukan
hal–hal seperti itu. Jika ini terjadi maka akan melahirkan banyaknya kemaksyiatan
dimana-mana dengan tanpa rasa malu sedikit pun padahal kalau kita ingin
mengkaji secara mendalam ternyata salat adalah salah satu benteng untuk diri kita
sendiri agar terhindar dari perbuatan fahsya dan mungkar sebagaimana Allah
terangkan dalam surat Al-‘Ankabut ayat:45, yaitu:
َ ْْ ي إِلَي
ُ ْْ ات
ن
ِ َ وأ
ِ مْْا أُو
ِ ْك
الص ْ َلةَ إ ِ ل
َ م
َ ْل
ِ َْ ن الْكِت
ل
َ ْاب
َ ح
ِ قم
َ ْ َن ال
َ ح
ه
ِ شْْا
ِ ذك ْ ُر الل ل
ِ َْْ ول
ْ ف
َ ْ الصْْ َلةَ تَن
ُ ْ وال
ل
َ ْْر
َ ء
ِ َ منْك
ِ هى ع
َ
ون
َ ع
ُ َ صن
ْ َه ي
َ م
ُ َ عل
ُ والل ل
ْ َ ما ت
َ أكْب َ ُر
“Bacalah Al-Qur’an yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan
laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari Perbuatan keji dan
mungkar. Ketahuilah, salat itu lebih besar keutamaannya daripada ibadah
lain. Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”(Kemenag RI,2012:401)
Selain itu dipertegas kembali dalam sebuah hadits yang menerangkan bahwa
salat merupakan perbedaan antara orang muslim dan kafir sehingga inilah menjadi
ciri dan karakteristik dikatakan sebagai orang muslim sebagaimana diriwayatkan
oleh dari abu sufyan, yaitu :
5
َ
ُ َ ي،جْْاب ِ ًرا
َ ،ان
ْ ْْس
ُ ْْق
َ
:ول
ق
ِ ْْس
َ َ في
َ ت
ْ م
ُ ع
َ :ْْال
ُ َن أبِي
ْ ع
ُ َم ي
ُ ْْق
ن
ُْ ع
ِ ْْْ ه عَلَي
ِ س
«إ ِ ل:ول
ْ م
َ و
َ
َ سْْل ل
ُ صللى الل
َ ي
َ ه
ت النلب ِ ل
َ ر ت َ ْر
ْ ُ والْك
ّ
»ة
ن
ن
ِ ص َل
ِ الش ْر
ُ الر
َ ْ وبَي
َ ْ بَي
ك ال ل
َ ك
َ ل
ِ ج
ل
ِ ف
“Dari abu sufyan ia berkata: aku mendengar jabir berkata; aku mendengar
nabi Muhammad saw bersabda: sesungguhnya (perbedaan) antara seorang
laki-laki (muslim) dan antara orang musyrik dan kafir yaitu meninggalkan
salat” (HR. Muslim No.134, Bab bayaani ithlaaqi ismi al-kufri ‘ala man
taraka as-shalaata”)
Tetapi yang mejadi sebuah masalah ternyata tidak sedikit orang tua yang
membiarkan anak-anaknya tanpa pengawasan yang ekstra diakibatkan sibuknya
dalam menguruskan pekerjaannya sehingga tidak aneh ada cerita yang sering
terdengar di masyarakat bahwa orang tua berangkat untuk bekerja ketika anakanaknya masih tidur dan begitu pula ketika orang tuanya pulang dari bekerja pun
ketika anak-anaknya sudah tidur. Maka timbul sebuah pertanyaan besar kapan
orang tua itu dapat mendidik anak untuk salat?. Kita mesti ingat bahwa anak itu
akan menjadi sebuah cobaan terhadap orang tuanya sebagaimana hal ini telah
ditegaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Anfal ayat 28 yang berbunyi:
َ ة
َ واعْلَمواْ أَنلما أَموالُكُم
ُْعنْدَه
ِ ه
ِ م
وأ ل
َ ن الل ل
ْ ُ و َلدُك
َ
ُ
َ ٌ َ فتْن
ْ وأ
َ ْ
َ ْ
َ
َ
عظِيم
َ ج ٌر
ْ أ
“Ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu adalah cobaan dan
sesungguhnya disisi Allah ada pahala yang besar”.(Kemenag RI, 2012:180)
Orang tua yang menyadari bahwa anak adalah amanah dari Allah swt
tentunya akan mendidik mereka semaksimal mungkin serta berharap di kemudian
6
hari akan menjadi anak yang sholeh dan bermanfaat bagi umat islam dan inilah
yang diinginkan oleh setiap orang tua ketika ia menunggu dan mengharapkan
anaknya lahir ke alam dunia ini.
Al-Ghazali dalam bukunya yang berjudul Ihya ‘Ulumuddin telah menyebutkan:
“Perlu diketahui bahwa jalan untuk melatih anak-anak termasuk urusan yang
paling penting dan harus mendapat prioritas yang lebih dari yang lainnya. Anak
merupakan amanat di tangan kedua orang tuanya dan kalbunya yang masih bersih
merupakan permata yang sangat berharga. Jika ia dibiasakan untuk melakukan
kebaikan, niscaya dia akan tumbuh menjadi baik dan menjadi orang yang bahagia
di dunia dan akhirat. Sebaliknya, jika ia dibiasakan dengan keburukan serta
ditelantarkan seperti hewan ternak, niscaya dia akan menjadi orang yang celaka
dan binasa.(Rahman, 2005:19)
Tujuan pendidikan nasional terdapat di Undang-Undang RI No. 2 Tahun
1989 yaitu mencerdaskan kehidupan, dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan
Pendidikan adalah bukan pendadakan sehingga dalam mendidik tentunya
akan ada proses dan tahapan-tahapannya termasuk mengenai metode pendidikan
dan penerapan kewajiban salat kepada anak - anak usia dini itu akan lebih sulit
sebab pada usia tersebut seorang pendidik dan orang tua harus melalui pendekatan
psikologis dan figur untuk dicontoh oleh seorang anak, begitu pula dalam
mendidik anak untuk melakukan salat maka seorang pendidik dan orang tuanya
terlebih dahulu yang harus memberikan contoh dihadapan mereka supaya mereka
mengenalnya kemudian tahapan selanjutnya adalah baru untuk memerintahkan
7
mereka agar melaksanakan kewajiban salat. Inilah yang pernah dicontohkan pula
oleh Rasulullah saw sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits, yaitu:
َ
ه
ن
َ َن
ِ ّجْْ د
ِ َن أبِي
ِ ْ عب
َ َن
ِ ِ مل
َ ن
ْ هع
ْ سب ْ َرةَ ع
ْ ع
َ ْ د ال
ل
ِ ْ يع ب
ِ ِ الرب
ِ ْك ب
َ ال
َ
َ ق
َ ق
ي
ْروا
ِ ْ ه عَلَي
َ و
ُ م
َ سْْل ل
ُ صللى الل ل
ل
َ ي
ُ ْم
َ ه
الص ْب ِ ل
ّ ِ ال النلب
ْ غع
ين
َ ْ َ وإِذَا بَل
َ ْ َ ة إِذَا بَل
ِ َش ْ َر
ِ ع
ِ الص ْ َل
َ ْ س ْب
َ غ
َ ِ س ْن
َ ِ س ْن
ل
ِب
َ ين
َ
ها
ْ فا
َ ْ ربُوهُ عَلَي
ِ ض
“Dari Sabrah bin Ma'bad Al Juhani RA, dia berkata, "Nabi SAW bersabda,
'Perintahkanlah anak-anak untuk mengerjakan salat, apabila telah berumur
tujuh tahun. Dan apabila telah berumur sepuluh tahun, maka pukullah dia
karena meninggalkannya.'”(HR. Abu Daud No.494 dalam Bab Yu’maru alghulamu bi as-shalaati? -Bab Kapan anak-anak mulai diperintahkan salat?-)
Dalam hadits tersebut ada beberapa hal yang sangat menarik untuk dijadikan
sebagai bahan kajian dalam penelitian ini yaitu mengenai rasullah saw yang mulai
mendidik anak-anak untuk melaksanakan salat pada saat usia 7–10 tahun dan
kemudian memberikan sanksi berupa pukulan sebagai satu hukuman atas
meninggalkan salat pada usia 10 tahun. Inilah yang menjadikan latar belakang
penulis untuk meneliti secara mendalam tentang kaitan pendidikan yang dilakukan
oleh rasulullah pada seorang anak usia 7–10 tahun dengan psikologis anak pada
usia tersebut. Maka dari itu penulis akan tuangkan penelitian ini dalam skripsi
dengan judul “METODE PENERAPAN KEWAJIBAN SALAT TERHADAP
ANAK USIA 7–10 TAHUN (Analisis Psikologi Pendidikan Islam)”
B. Rumusan Masalah
8
Ada beberapa rumusan masalah yang muncul dalam penelitian ini
berdasarkan pemaparan latar belakang di atas yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimanakah metode penerapan shalat terhadap anak usia 7-10 tahun
dalam melaksanakan kewajiban shalat?
2. Bagaimanakah psikologis anak usia 7-10 tahun dalam melaksanakan
kewajiban shalat?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penulis untuk melakukan penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui metode penerapan shalat terhadap anak usia 7-10 tahun
dalam melaksanakan kewajiban shalat.
2. Untuk mengetahui psikologis anak usia 7-10 tahun dalam melaksanakan
kewajiban shalat.
D. Kerangka Pemikiran
Metode adalah kata benda yang mempunyai arti cara sistematis dan terpikir
secara baik untuk mencapai tujuan; prinsip dan praktek-praktek pengajaran
bahasa. (Senja,dkk, t.t:565)
Penggunaan istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah kata
penerapan sehingga perlu dijelaskan agar tidak keluar dari subtansi pembahasan.
Adapun kata penerapan disini adalah merupakan salah satu bentuk pendidikan
hanya saja penerapan lebih langsung pada aplikasinya sehingga kita berfikir untuk
bagaimana seorang anak itu bisa menerapkan atau mempraktekan salat yang
dicontohkan dan diajarkan pada usia 7 – 10 tahun.
9
Penerapan berasal dari kata terap yang artinya adalah berukir, sedangkan
penerapan adalah pemasangan; pengenaan; perihal memperaktekan (Senja,dkk,
t.t:808–809), maka dari itu kata penerapan lebih spesifik kepada praktek
dibandingkan pendidikan yang memiliki makna yang sangat luas.
Berhadapan dengan anak-anak akan berbeda dengan orang dewasa
dikarenakan anak-anak memiliki psikologis yang berbeda, mereka masih polos
dan belum bisa membedakan mana yang baik dan buruk sehingga seorang anak
diibaratkan seperti kertas putih yang siap diisi dengan ukiran pendidikan yang
Islami sehingga hal ini adalah kesempatan yang sangat strategis bagi orang tua
ataupun pendidik untuk memberikan pengajaran-pengajaran salah satunya adalah
mengenai salat.
Salat berasal dari bahasa arab yang berasal dari kata shalla – yushalli –
shalaatan secara bahasa adalah do’a (Munawwir, 2002:702) sedangkan secara
syara’ adalah ibadah yang mengandung ucapan-ucapan dan amalan-amalan yang
khusus, dimulai dengan mengagungkan Allah Ta’ala (takbir), diakhiri dengan
salam.(Zakaria (ed.) , 2011:68)
Masa perkembangan anak itu sangat cepat bagaikan air yang mengalir hanya
saja perlu kita ingat bahwa seorang anak pada usianya sangatlah senang bermain
dan bereksplorasi karena keingintahuanya akan sesuatu akan tetapi tidak sedikit
orang tua yang malah memarahinya diakibatkan anaknya selalu bermain padahal
sebetulnya tindakan seperti ini secara psikologis kurang tepat karena sifat dan
karakter pada usia tersebut adalah seperti itu. maka sebaiknya orang tua hanya
sekedar mengarahkan sifat dan karakternya kepada hal-hal yang baik dan
10
bermanfaat seperti mengajaknya ke masjid untuk salat berjama’ah kendatipun
anak itu salatnya sambil bermain akan tetapi ini akan menjadi pengenalan pertama
mengenai salat baginya.
Bila pada awal pertumbuhannya sang anak ditelantarkan begitu saja, maka
kebanyakan anak yang bersangkutan akan tumbuh menjadi orang yang
berperangai buruk, pendusta, pendengki, suka mencuri, suka mengadu domba,
suka meminta dengan paksa, suka berbuat iseng, suka tertawa, dan gemar
melakukan tipu muslihat serta perbuatan abnormal. Sesungguhnya semuanya itu
dapat dihindari hanya dengan menerapkan pendidikan yang baik terhadapnya.
(Rahman , 2005:20)
Masa kanak-kanak disebut dalam bahasa arab adalah tiflun sedangkan kata
thiflun itu memiliki dua pengertian sebagaimana dijelaskan oleh Abdur Rasyid
dalam Kitab Turuqut Tadris At-tarbiyati Al-Islamiyyah yaitu masa kanak-kanak
awal dan masa kanak-kanak akhir, adapun yang dimaksud dengan masa kanakkanak awal berawal dari usia buaian (bayi) sampai usia 6 tahun sedangkan masa
kanak-kanak akhir dari usia 6 tahun sampai 12 tahun yang disebut dengan almuraahiqah.
Nasehat terbaik yang dipesankan oleh Al-Ghazali dalam pendidikan anakanak ialah memperhatikan masalah pendidikannya itu sejak dari permulaan
umurnya, oleh karena bagaimana adanya seorang anak, begitulah besarnya nanti.
Bila kita perhatikan pendidikannya di waktu ia masih kecil, maka ia pasti bersifat
baik bila ia besar. (al-Abrasyi, 1987:118)
11
Pendidikan yang bersifat terapan terhadap anak ini sudah terlebih dahulu ada
di dalam Al-Qur’an dan Hadits sebelum munculnya metode-metode pendidikan
yang sekarang sudah familiar di mana-mana terutama di dunia akademis, akan
tetapi perlu diketahui juga ketika kita mengamalkan serta mencontoh tipe-tipe
pendidikan yang bersifat terapan dalam Al-Qur’an dan hadits ini lebih diutamakan
dibandingkan dengan meteode-metode yang ada sekarang sebab akan banyak
sekali hikmah luar biasa yang terkandung didalamnya sehingga tidak sedikit kita
ditemukan beberapa metode – metode yang ada itu mirip dengan apa yang
termaktub dalam Al-Qur’an dan Hadits.
Filosof-filosof pendidikan islam telah menyuarakan apa yang disuarakan oleh
ahli-ahli ilmu pendidik dan ahli-ahli moral di waktu itu yaitu supaya pembentukan
tingkah laku yang baik pada anak-anak dilakukan sejak waktu kecilnya, seperti
membiasakan ia tidur lebih cepat, membiasakan ia berjalan dan melakukan
gerakan-gerakan olah raga, membiasakan supaya jangan meludah di tempattempat umum, jangan mengeluarkan ingus atau berdiri membelakang di mana ada
orang lain, jangan ongkang-kaki, jangan suka berdusta dan jangan suka
bersumpah, baik benar ataupun salah dan membiasakan anak-anak itu mentaati
ibu-bapak dan gurunya. Dikatakan bahwa :
َ ئ
َ ب عَلَى
َ ن
ه
ِ ْ اب عَلَي
ش ل
ش ل
ْ م
ٍ ْ شي
َ
“Siapa yang membiasakan sesuatu di waktu mudanya, waktu tua akan
menjadi kebiasaannya juga” (al-Abrasyi, 1987:111-112)
Sedangkan Psikologi itu mempersoalkan aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati maupun yang tidak. Secara umum aktivitas – aktivitas ( dan penghayatan)
12
itu dapat dicari hukum-hukum psikologi yang mendasarinya. Adalah penting
sekali para pendidik mengetahui hukum-hukum tersebut sehingga dengan
demikian akan dapat memahami anak didiknya dengan lebih baik. Dalam
meninjau masalah ini kita menempatkan manusia di dalam dunianya; selanjutnya
kita coba jelaskan apa yang dihayati, sebagaimana penghayatannya, dan apa yang
dikerjakannya, apa yang mendorongnya, dan sebagainya. (Sumadi Suryabrata,
1993:13)
E. Langkah – langkah Penelitian
Prosedur penelitian yang akan ditempuh penulis adalah melalui langkahlangkah sebagai berikut:
1. Menentukan Jenis Data
Penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif. Dalam penelitian kualitatif,
data yang digunakan adalah data lunak, yang berupa kata-kata, baik yang
diperoleh dari wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Data yang dihimpun
penulis mencangkup data-data tentang masalah yang akan dibahas, yakni metode
penerapan kewajiban salat terhadap anak pada usia 7 -10. Data ini meliputi data
untuk syarah al-Hadits, jenis data mengenai pembinaan anak secara Islami dan
psikologis yang berkaitan dengan masalah pembahasan serta data-data sebagai
penunjang dalam memberikan penjabaran dan kesimpulan.
2. Menentukan Sumber Data
Sumber data utama yang dipakai dalam penelitian ini adalah kitab-kitab
syarah al-Hadits yang menerangkan penafsiran al-Hadits serta literatur-literatur
13
yang lain sebagai data pelengkap, yaitu buku-buku mengenai pembinaan anak
secara Islami dan psikologis.
Adapun sumber data utama dalam penelitian ini adalah:
a. ‘Aunul ma’bud syarhu sunan abi daud wa ma’ahu haasyiyah ibnu qoyyim
: tahziibu sunan abi daud wa idhahu ‘illalihi wa musykalaatihi, Karya
Muhammad asyraf bin amir bin ‘ali bin haidar.
b. Tuhfatul Ahwadzi bisyarhi at-tirmidzi, Karya abu al-‘alaa Muhammad
Abdurrahman bin abdurrahim al-mubarakfury.
Adapun literatur lainnya sebagai sumber data pelengkap, yaitu buku-buku
mengenai pendidikan anak secara Islami dan psikologis diantaranya buku-buku
karya: thawilah 2008, Rahman 2005, Istadi 2007.
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penyelidikan yang menuturkan,
menganalisis, dan mengklasifikasikan penyelidikan. Metode penelitian deskriptif
ini, termasuk kategori penelitian kualitatif yang bersifat normatif. Dimana
penelitian yang dijadikan norma-norma dalam hal ini adalah pendapat para
mufasir serta para ahli ilmu pendidikan anak dan psikologis anak. Dengan
menggunakan metode deskriptif ini, penulis melakukan penelitian terhadap
beberapa kitab syarah hadits dan buku-buku pendidikan anak secara Islami dan
psikologi anak (book research).
4. Pengumpulan data
14
Adapun teknik pengumpulan data, penulis menggunakan cara studi
kepustakaan serta dokumentasi. Dengan melakukan penelaahan terhadap beberapa
uraian syarah hadits tersebut oleh para ahli syarah yang kitabnya telah disebutkan
di atas. Dan terhadap beberapa uraian yang ada dalam beberapa literatur lain yang
berkaitan dengan penelitian ini. Selanjutnya dicari hubungan antara penafsiran
para ulama terhadap pembahasan yang dikaji, ditambah dengan pendapat dari
pakar pendidikan.
5. Analisis data
Karena data yang digunakan penulis dalam penelitian ini merupakan data
kualitatif, penulis menggunakan analisis isi (Content Analysis). Tahap-tahapnya
yaitu
Reduksi (seleksi)
data;
display
(penyajian)
data,
dan penfikasi
(penyimpulan) data. Sebagai alat untuk menganalisisnya, penulis menggunakan
cara logika dengan berdasarkan pada ilmu pendidikan anak secara Islami.
Langkah-langkah yang digunakan oleh penulis berdasarkan pada pendapat
maleong yang mengatakan bahwa untuk menganalisis data yang bersifat kualitatif
diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Proses Satuan (Unityzing)
Proses satuan digunakan dalam rangka untuk menghaluskan data satuan
dengan membaca, mempelajari serta mengidentifikasi satuan-satuan dan analisis
serta memasukannya ke dalam kartu indeks
b. Kategorisasi
15
Proses kategorisasi dilakukan dengan maksud untuk mengelompokkan datadata yang telah ada berdasarkan pada pola pemikiran.
c. Penafsiran
Penafsiran maksudnya adalah untuk menetapkan makna fakta-fakta yang
telah diperoleh secara utuh melalui penafsiran yang dilakukan sejka pengumpulan
data pertama hingga akhir
6. Penarikan kesimpulan
Langkah ini merupakan langkah tahap akhir yang dilakukan dalam sebuah
penelitian dan merupakan jawaban kongkrit terhadap maksud atau tujuan
penelitian.
16
BAB II
LANDASAN TEORITIS TENTANG METODE PENERAPAN
KEWAJIBAN SALAT TERHADAP ANAK USIA 7-10 TAHUN
A. Pengertian Metode
Adapun Metode itu sendiri berasal dari Bahasa Yunani methodos yang berarti
cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka, metode
menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi
sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk
mencapai tujuan, atau bagaimana cara melakukan atau membuat sesuatu.
(http://id.wikipedia. org/wiki/Metode)
Ada beberapa definisi mengenai metode diantaran yaitu cara teratur yg
digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dng yg
dikehendaki; cara kerja yg bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
17
kegiatan guna mencapai tujuan yg ditentukan.( http://www.artikata.com/arti340805-metode.html) Sedangkan menurut Kamusa Besar Indonesia bahwa
metode adalah kata benda yang mempunyai arti cara sistematis dan terpikir secara
baik untuk mencapai tujuan; prinsip dan praktek-praktek pengajaran bahasa.
(Senja,dkk, t.t:565)
Selain itu Menurut Rosdy Ruslan (2003:24), Metode merupakan kegiatan
ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu
subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang
dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya.
(http://setiawantopan.wordpress.com/2012/02/22/metode-penelitian-dan-metodepenelitian/)
16
Dari beberapa definisi diatas menunjukkan bahwa metode adalah pada
dasarnya adalah alat untuk mempermudah untuk melakukan sesuatu sehingga
tidak heran apabila kalimat metode sering diiringi kata-kata sesudahnya seperti
metode penelitian, metode belajar, metode menghafal, metode mengajar dan
masih banyak lagi.
Metode pendidikan yang dilakukan oleh rasulullah saw serta dijelaskan dalam
Al-Qur’an
sangatlah
banyak
diantaranya
yaitu
(http://jailani-putra.blogspot.com/p/metode-metode-pendidiken-islam-dalamal.html) :
1. Metode Perumpaaan (ilustrasi)
Rasulullah saw biasanya dalam menyampaikan pendidikan rasulullah
saw selain dengan metode ceramah kadang-kadang juga dengan
18
menggunakan metode perumpaan (ilustrasi) dengan harapan para sahabat
lebih paham dan mengerti tentang isi risalah yang akan disampaikan oleh
rasulullah saw sebagaimana hadits dibawah ini yang melakukan
perumpaan salat dengan mandi,
َ
َ س
ه
ُ َن أَبِي
ِ ول الل ل
ِ س
َ م
ُ ع َر
َ ه
ْ ع
ُ صللى الل ل
ُ ه َري ْ َرةَ أن ل
َ ه
َ
َ َ ُ ْْق
ُ َم ي
ْْاب
َْ سْْل ل
ِ ْْْ عَلَي
ْْو أ ل
َ ْْرا بِب
َ َن ن
َ و
ْ ُ ول أ َرأيْت
ِ
ً ه
ْ َم ل
َ ه
َ
َ ِ ول ذَل
ُ َ ما ت
ُ ق
ه كُ ل
ُ س
ك
َ ٍ وم
ْ َم ي
ِ ل
ِ في
ِ َ غت
ِ ح
َ أ
ً م
َ سا
ْ خ
ْ ُ دك
ْ َل ي
َ ه
َ ه
شْْيْئًا
ِ ْ قْْالُوا َل يُب
ِ ْ يُب
ِ ِْْ ن دَ َرن
ِ قي
ِ ِْْ ن دَ َرن
ِ قي
ْ م
ْ م
َ ِ فذَل
َ ال
َ
ُ ْ مث
َ ق
ه
َ ْ ات ال
ِ ِْْ ه ب
ِ و
ِ ك
ُ م
ُ حو الل ل
ْ َس ي
ْ خ
ل ال ل
َ َ صل
ِ م
الْخَطَايَا
Dari Abu Hurairah, bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai
di depan pintu rumah salah seorang dari kalian, lalu dia mandi lima kali
setiap hari? Apakah kalian menganggap masih akan ada kotoran (daki)
yang tersisa padanya?" Para sahabat menjawab, "Tidak akan ada yang
tersisa sedikitpun kotoran padanya." Lalu beliau bersabda: "Seperti itu
pula dengan shalat lima waktu, dengannya Allah akan menghapus semua
kesalahan."(HR.Bukhari No.528 Babu as-shalati kifaaratun -)
2. Metode Teladan
Dalam al-Qur’an kata teladan disamakan pada kata Uswah yang
kemdian diberikan sifat dibelakangnya seperti sifat hasanah yang berarti
baik. Sehingga dapat terungkapkan menjadi Uswatun Hasanah yang
berarti teladan yang baik. Kata uswah dalam al-Qur’an diulang sebanyak
enam kali dengan mengambil contoh Rasullullah SAW, Nabi Ibrahim dan
kaum yang beriman teguh kepada Allah. Firman Allah SWT dalam surat
al-Ahzab :
لقد كان لكم في رسو ل الله اسوة حسنة
19
“Sesungguhnya dalam diri Rasullullah itu kamu dapat menemukan
teladan yang baik” (Q.S.al-Ahzab:21)
Muhammad Quthb, misalnya mengisyaratkan bahwa di dalam diri Nabi
Muhammad, Allah menyusun suatu bentuk sempurna metodologi Islam,
suatu
bentuk
yang
hidup
dan
abadi
sepanjang
sejarah
masih
berlangsung.metode ini dinggap sangat penting karena aspek agama yang
trpenting adalah akhlak yang termasuk dalam kawasan aektif yang
terwujud dalam tingkah laku(behavioral).
3. Metode Kisah-Kisah
Di dalam al-Qur’an selain terdapat nama suatu surat, yaitu surat alQasash yang berarti cerita-cerita atau kisah-kisah, juga kata kisah tersebut
diulang sebanyak 44 kali. Menurut Quraish Shihab bahwa dalam
mengemukakan kisah di al-Qur’an tidak segan-segan untuk menceritakan
“kelemahan
manusiawi”.
sebagaimana
adanya,
Namun,
tanpa
hal
menonjolkan
tersebut
digambarkanya
segi-segi
yang
dapat
mengundang rangsangan. Kisah tersebut biasanya diakhiri dengan
menggaris bawahi akibat kelemahan itu, atau dengan melukiskan saat
kesadaran dan kemenangannya mengalahkan kelemahan tadi.
Kemudian Quraish Shihab memberikan contoh pada surat al-Qashash
ayat 76-81. Disini, setelah dengan bangganya Karun mengakui bahwa
20
kekayaan yang diperolehnya adalah berkat kerja keras dan usahanya
sendiri. Sehingga muncul kekaguman orang-orang sekitarnya terhadap
kekayaan yang dimilkinya, tiba-tiba gempa menelan Karun dan
kekayaanya. Orang-orang yang tadinya kagum menyadari bahwa orang
yang durhaka tidak akan pernah memperoleh keberuntungan yang
langgeng. Pelajaran yang terkandung dalam kisah tersebut adalah
mengingatkan menusia agar jangan lupa bersyukur kepada Allah, jangan
lupa diri, takabbur, sombang dan seterusnya, karena itu semua hal yang
tidak disukai oleh Allah.
Kisah atau cerita sebagai metode pendidikan ternyata mempunyai daya
tarik yang menyentuh perasaan. Islam menyadari akan adanya sifat
alamiah manusia yang menyukai cerita dan menyadari pengaruh besar
terhadap perasaan. Oleh karena itu Islam mengeksploitasi cerita itu untuk
dijadikan salah satu tehnik pendidikan. Islam mengunakan berbagai jenis
cerita sejarah factual yang menampilkan suatu contoh kehidupan manusia
yang dimaksudkan agar kehidupan manusia bisa seperti pelaku yang
ditampilkan contoh tersebut(jika kisah itu baik). Cerita drama yang
melukiskan fakta yang sebenarnya tetapi bisa diterapkan kapan dan disaat
apapun.
4. Metode Nasihat
Al-Qur’an juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati
untuk mengarahkan manusia kepada ide yang dikehendakinya. Inilah
yang kemudian dikenal nasihat. Tetapi pada setiap nasihat yang
21
disampaikannya ini selalu dengan teladan dari I pemberi atau penyampai
nasihat itu. Ini menunjukkan bahwa antara satu metode yakni nasihat
dengan metode lain yang dalam hal ini keteladanan bersifat melengkapi.
Didalam al-Qur’an, kata-kata yang menerangkan tentang nasihat
diulang sebnyak 13 kali yang tersebut dalam 13 ayat didalam tujuh surat.
Diantara ayat-ayat tersebut berkaitan dengan para Nabi terhadap
umatnya. Salah satunya contoh nasihat Nabi Saleh kepada kaumnya,
dalam firman Allah:
وتولي عنهم وقال يا قومي لقْْد ابلغتكم رسْْالة
ربي ونصحت لكم ولكن ل تحبون الناصحين
“Maka berpaling dari mereka dan (Nabi Saleh) berkata:”hai kaumku aku
telah menyampaikan kepadamu amanat dari Tuhanku, dan aku telah
memberimu nasihat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang
yangmemberi nasihat.”(Q.S. al-‘Araf:79)
5. Metode Ceramah
Metode ini merupakan metode yang sering digunakan dalam
menyampaikan atau mengajak orang mengikuti ajaran yang telah
ditentukan. Metode ceramah sering disandingkan dengan kata khutbah.
Dalam al-Qur’an sendiri kata tersebut diulang sembilan kali. Bahkan ada
yang berpendapat metode ceramah ini dekat dengan kata tablih,yaitu
menyampaikan sesuatu ajaran. Pada hakikatnya kedua arti tersebut
memiliki makna yang sama yakni menyampaikan suatu ajaran.
Pada masa lalu hingga sekarang metode ini masih sering digunakan,
bahkan akan selalu kita jumpai dalam setiap pembelajaran. Akan tetapi
22
bedanya terkadang metode ini di campur dengan metode lain. Karena
kekurangan metode ini adalah jika sang penceramh tidak mampu
mewakili atau menyampaikan ajaran yang semestinya haus disampaikan
maka metode ini berarti kurang efektif. Apalagi tidak semua guru atau
pendidik memiliki suara yang keras dan konsisten, sehingga jika
menggunakan metode ceramah saja maka metode ini seperti hambar.
Didalam al-Qur’an kata tabligh lebih banyak digunakan daripada kata
khutbah, al-Qur’an mengulang kata tabligh sebanyak 78 kali. Salah
satunya adalah dalam surat Yaasin ayat 17, yang artinya berbunyi;
وما علينا ال البل غ المبين
“Dan kewajiban kami adalah menyampaikan (perintah Allah) dengan
jelas”.(Q.S. Yaasin:17)
Dalam ayat ini jelas bahwa metode ini telah digunakan sejak zaman
dahulu, untuk menjelaskan tetang suatu ajaran atau perintah.
6. Metode Tanya Jawab
Tanya jawab merupakan salah satu metode yang menggunakan basis
anak didik menjadi pusat pembelajaran. Metode ini bisa dimodif sesuai
dengan pelajaran yang akan disampaikan. Bisa anak didik yang bertanya
dan guru yang menjawab atau bisa anak didik yang menjawab pertanyaan
dari gurunya.
Didalam al-Qur’an hal ini juga digunakan oleh Allah agar manusia
berfikir. Pertanyaan-pertanyaan itu mampu memancing stimulus yang ada.
23
Adapun contoh yang paling jelas dari metode pendidikan Qur’an terdapat
didalam surat Ar-Rahman. Disini Allah SWT mengingatkan kepada kita
akan nikmat dan bukti kekuasaan-Nya, dimulai dari manusia dan
kemampuannya dalam mendidik, hingga sampai kepada matahari, bulan,
bintang, pepohonan, buah-buahan, langit dan bumi.
Pada setiap ayat atau beberapa ayat dengan kalimat bertanya itu,
manusia berhadapan dengan indera, naluri, suara hati dan perasaan. Dia
tidak akan dapat mengingkari apa yang di inderanya dan diterima oleh akal
serta hatinya. Ayat itu adalah Ar-Rahman ayat 13 :
فباي ألء ربكما تكذ بان
“Maka nikmat rabb kalian yang manakah yang kalian dustakan?”( Qs. Ar
Rahman : 13 )
Pertanyaan itu diulang sebanyak 31 kali didalam surat ini. Setiap diulang,
pertanyaan itu merangsang kesan yang berlainan sesuai dengan konteksnya
dengan ayat sebelumnya.
B. Pengertian Penerapan
Penerapan biasanya kata yang digunakan dalam mengaplikasikan sesuatu
dalam sesuatu yang sesuai dengan bidangnya masing-masing dalam kehidupan
masyarakat. Adapun penarapan itu sendiri berasal dari kata terap yang artinya
adalah berukir, sedangkan penerapan adalah pemasangan; pengenaan; perihal
memperaktekan (Senja,dkk, t.t:808–809), maka dari itu kata penerapan lebih
spesifik kepada praktek.
24
Setelah mengetahui makna dari metode dan penerapan, maka selanjutnya
akan diperinci tentang pengertian dari metode penerapan. Perlu kita ketahui
seksama bahwa antara metode penerapan dan metode pendidikan itu beda tipis
sekali sebab terkadang metode pendidikan itu mencangkup kepada penerapannya
juga walaupun hanya dibahas secara umum dan mesti sesuai dengan teori yang
ada berbeda dengan metode penerapan yang lebih fokus kepada praktek sehingga
bagaimana caranya supaya sesuatu itu dapat diterapkan dalam kehidupan seharihari walaupun terkadang berbeda dengan teori.
Sehingga dalam mendidik anak untuk melakukan salat adalah mesti langsung
diaplikasikan atau diterapkan dalam aktifitas sehari-harinya sebab terkadang anak
lebih suka praktek langsung dibandingkan dengan belajar teori terlebih dahulu
walaupun memang belajar teori penting akan tetapi itu hanya pengantar saja.
C. Pengertian Kewajiban
Kewajiban berasal dari wajib sebagaimana disebutkan dalam kamus besar
bahasa Indonesia bahwa wajib adalah kata kerja yang mempunyai arti harus
melakukan, harus dilaksanakan sedangkan kewajiban adalah kata benda yang
mempunyai arti sesuatu yang harus dikerjakan, sesuatu yang harus dilaksanakan;
sesuatu yang berkenaan dengan tugas atau pekerjaan (Senja,dkk, t.t:859).
Apabila ditinjau dari bahasa arab bahwa wajib adalah berasal dari kata
wajaba – yajibu – wujuuban sedangkan wajib adalah bentuk isim fa’il yang secara
bahasa (lughoh) mempunyai arti yaitu tetap, wajib dan mesti (A.W.Munawir,
1997:1537) sedangkan secara istilah wajib yaitu;
25
َ عا
ه
ِ اب عَلَى
ِ ِ ب عَلَى ت َ ْرك
ِ ِ عل
ُ ق
َ ُ ول َ ي
ْ ف
ُ َ مايُث
ُ اج
َ :ب
ِ الو
َ ه
َ
“Wajib adalah apa yang diberi pahala apabila mengerjakannya dan disiksa
apabila meninggalkannya”(Abdul Hamid Hakim,t.t:6)
dalam definisi tersebut sangatlah jelas bahwa makna kewajiban adalah sesuatu
yang
apabila
dilaksanakan
mendapat
pahala
dan
apabila
ditinggalkan
mendapatkan siksaan karena ini sudah termasuk dalam ketentuan ibadah.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa wajib adalah salah satu hukum dari 9
hukum ibadah yaitu wajib, haram, sunnat (mandub), makruh, mubah, shahih, batal
(bathil), rukhsah, dan ‘azimah.
Didalam hukum islam terutama mengenai ibadah, maka kita akan temui
bahwa wajib itu dibagi atas dua bagian yaitu wajib kifayah dan wajib ‘ain.
Adapun yang dimaksud dengan wajib ‘ain adalah kewajiban yang tidak dapat
diwakilkan oleh orang lain sehingga apabila ia tidak melaksanakannya maka ia
akan mendapatkan siksaan begitu pula sebaliknya jika ia melaksanakannya maka
ia akan mendapatkan pahala baginya seperti shalat lima waktu, zakat, haji dan
shaum.
Sedangkan wajib kifayah adalah kewajiban yang tidak ditunjukan kepada
seseorang saja akan tetapi kepada semua orang apabila ada salah satu dari mereka
yang melaksanakannya maka sebagian dari mereka telah gugur kewajiban untuk
melaksanakannya begitu pula sebaliknya apabila tidak ada seorang dari mereka
yang tidak melaksanakannya maka mereka semua mendapatkan siksaan atas
meninggalkan kewajibannya itu seperti shalat jenazah.
26
D. Pengertian Salat
Salat adalah salah satu kewajiban bagi umat muslim apalagi salat lima waktu
yang hukum adalah wajib untuk dilaksanakan baik bagi laki-laki ataupun
perempuan terkecuali usia anak-anak akan tetapi tetap saja seorang anak harus
dididik dari kecil tentang salat sehingga pada masa dewasa nanti sudah terbiasa
untuk melaksanakan salat.
Perlu kita ketahui bahwa kewajiban salat sudah ada sejak nabi daud hanya
saja terjadi perbedaan yaitu dari segi waktu dan jumlah raka’at dalam salat
sehingga ketika peristiwa isra mi’raj yaitu perjalanan nabi dari masjidil haram
menuju masjidil aqsa kemudian ke sidrotul muntaha untuk menerima kewajiban
salat yang dilakukan perjalanan itu selama satu malam sebagaimana dijelaskan
dalam hadits riwayat imam bukhari yang disimpan pada kitab salat dan bab
bagaimana salat diwajibkan dalam malam isra’ yaitu sebagai berikut :
َ ُ ْْال ك َْْان أَب ْْو ذَر يحْْ د
َ
َ ْْك
َ
ن
ق
ثأ ل
ّ َ ُ ّ
ُ َ
ٍ ِ مال
ْ ع
َ ن
ِ ْس ب
ِ َ َن أن
ُ ْال
َ م
َ ْق
َ س
َن
ِ ْْ ه عَلَي
ِ ول الل ل
َ ْر
َ و
ُ َر
ْ جع
َ سْل ل
ُ صللى الل ل
َ ه
َ ه
ِ ْف
َ
َ ة
ْ ْْس
ُ ْري
َ ْز
ه
َ مك ل
َ َْ فن
ِ ق
َ
ُ صْْللى الل ل
َ ِ وأن َْْا ب
َ ْل
ِ ل
َ ف بَيْتِي
ِ ْ جب
َ
ل
َ
َ م
َ ف
َ م
م
ِ ما
َْ سل
ِ ْ عَلي
َ م
َ ف َر
َ ْْز
َ غ
َ و
م ثُ ل
ْ ء َز
َ ِه ب
ُ سل
ري ث ُ ل
َ ج
َ ه
ِ ْصد
مان ًْْْا
ً ْْْم
ِ ئ
َ َن ذ
ِ ت
ٍ ْْْس
َ
ْ َجْْْاءَ بِط
ْ م
َ وإِي
َ ْ حك
ٍ ِ متَل
ْ م
ُ ب
ٍ ه
َ ة
َ
َ
َ
َ ف َر
َ دي
َ َ م أطْب
ْ فأ
َ
ج
َ مأ
ِ ه
ِ َ خذَ بِي
َ ْْر
َ ف
ه ثُ ل
ُ ق
ري ث ُ ل
ُ غ
َ في
َ ع
ِ ْصد
َ ء الدّنْيَا
ء الدّنْيَا
ِ ما
ت إِلَى
ِ ما
بِي إِلَى
ُ ْ جئ
ل
ل
َ الس
فل َ ل
َ الس
ِ ما
َ هذَا
َ ح
ْ ءا
َ
َ
َ ق
ُ ر
َ ق
ْْال
ق
ِ ما
ن
َ ن
ْ َ فت
ل
ْ م
َ ال
َ الس
ِ ال
ِ َاز
ِ ْ جب
ِ يل لِخ
َ
َ ع
َ ٌحد
َ يل
َ ق
ْ ه
َ ق
ُ ر
ِ م
َ ال
َ
ٌمد
َ م
َ َ ال ن
َ كأ
َ م
ح ل
ُ عي
َ م
ْ ع
َ ل
ِ هذَا
ِ ْ جب
ُ
َ
ل
َ
ل
ل
َ ه
َ ف
َ م
َ ْق
َ س
َ ق
م
َْ سل
ِ ْْْ ل إِلي
ِ ال أ ْر
ِ ْ ه عَلي
َ َ ْال ن
َ و
ْ ع
ُ صلى الل
َ
َ ه
َ
َ
َ
َ ل
َ ماءَ الدّنْيَا
َ ما
َ
ٌ ج
عدٌ عَلى
ْونَا
ِ قا
ُ فإِذَا َر
َ َ فت
ل
َ الس
فل ل
ْ ح عَل
َ
َ
َ َْ قب
ْل
ِ ْر
ِ ار
ِ ِ مين
ِ َي
ْ هأ
َ َ وعَلَى ي
ْ هأ
َ َْودَةٌ إِذَا نَظ
َ ٌودَة
ِ ْس
ِ ْس
ِ س
َ
َ ح
َ ف
َ ه بَكَى
َ ْْق
َ َْ قب
ال
ِ ْر
ِ ْْض
َ ه
ِ ار
ِ ِْْ مين
ِ َي
َ َ ْل ي
َ ْوإِذَا نَظ
َ ك
ِ ْْس
ُ ح
َ ْري
ْل
ن
ِ و
َ م ْر
ُ ْ قل
َ
ل
ي ال ل
ِ ِت ل
َ ح
ّ ِ حبًا بِالنلب
ِ ْ جب
ِ ِ الص ْ َال
ِ ْ الب
ِ ِ صال
ْ
َ
َ
َ
ه
َ و
َ هْ ذا قْْال
َ ن
ِ ِْ مين
ِ َ َن ي
ِ ذ
ِ ْه
ُ َهْ ذا آد
ْ ه ال
ْ ودَةُ ع
ْ م
َ
َ م
ِ ْس
27
ه َ
هْ ُ
هْ ُ
ة
م أَ ْ
فأ َ ْ
جن ل ِ
ين ِ
ْل الْي َ ِ
م بَنِي ِ
مال ِ ِ
و ِ
ْل ال ْ َ
من ْ ُ
ه نَ َ
ه ْ
س ُ
ش َ
َ
م ِ
َ
َ
َ
ل
ْ
ار َ
ه ُ
َن
هأ ْ
مال ِ ِ
َن ِ
وال ْ
فإِذَا نَظ َر ع ْ
ودَةُْ التِي ع ْ
ش َ
َ
ل الن ل ِ
س ِ
َ
َ
َ
قب َ َ
ج
حتلى َ
وإِذَا نَظ َر ِ
ض ِ
ه َ
مال ِ ِ
ل ِ
مين ِ ِ
يَ ِ
ْر َ
ه بَكى َ
شْ َ
عْ َ
حك َ
ف َ
ح َ
هْْا ا ْ
ف َ
ة َ
قْْ َ
ق َ
ال
ما ِ
بِي إِلَى
ء الثلانِي َ ِ
فت َ ْ
َازن ِ َ
ل
الس َ
ال ل َِخ ِ
َ
ْال ْ
ح َ
ف َ
ل َ
مْْا َ
قْ َ
و ُ
قْ َ
مث ْْ َ
س
هْْا ِ
فت َ َ
َازن ِ َ
ْل َ
ل َْْ ُ
ْال أن َ ٌ
ال ل
ه خ َِ
َ
وسى
في
جدَ ِ
و ِ
و َ
ات آدَ َ
م َ
ل
و ُ
الس َ
فذَك َ َر أن ل ُ
ري َ
س َ
م َ
م َ
ه َ
وإِدْ ِ
َ
ت
و ِ
ات الل ل ِ
ْرا ِ
م يُثْب ِ ْ
و ُ
ع َ
ول َ ْ
ه ْ
ه َ
يم َ
م َ
صْْل َ َ
وإِب ْْ َ
يسْْى َ
َ
ه َ عَلي ْ ِ
َ
ُ
م َ
في
م ِ
َ
من َ
و َ
كَي ْ
جْْْ دَ آدَ َ
ْْْازل ُ
ْْْر أن ل ُ
ْْْر أن ل ُ
ه ْ
ْْْف َ
ه َ
ه ذَك َ َ
غي ْ َ
ِ
ة َ
قْ َ
ْال
ء
ما ِ
في
ما ِ
يم ِ
س ِ
وإِب ْ َرا ِ
السا ِد َ
ل
ل
ل
الس َ
ه َ
الس َ
ء الدّنْيَا َ
َ
س َ
ر ُ
م
ه عَلَي ْ ِ
جب ْ
و َ
سل ل َ
صللى الل ل ُ
ما َ
فل َ ل
ي َ
أن َ ٌ
م لر ِ
ه َ
يل بِالنلب ِ ّ
ِ
ْ َ
س َ
ق َ
ح
خ
ي
م ْر َ
ال َ
ل
ل
ري َ
ح َ
حب ًْْا ب ِْْالنلب ِ ّ
بِإِدْ ِ
الصْال ِ ِ
وال ِ
الصْال ِ ِ
هذَا َ
ف ُ
َ
ق َ
وسى
ال َ
ن َ
هذَا إِدْ
م َر ْر ُ
قل ْ ُ
م َ
م ْ
ت بِ ُ
م َ
س ثُ ل
ت َ
ري ُ
ِ
ْ َ
ح ُ
ف َ
َ
ق َ
ن
م ْر َ
قل ْ ُ
م ْ
ت َ
ال َ
خ ال ل
ي ال ل
ح َ
حبًا بِالنلب ِ ّ
صال ِ ِ
وال ِ
صال ِ ِ
ف َ
يس ْى َ
هْ ذَا َ
قْ َ
قْ َ
ال
ت بِ ِ
ْال َ
َ
ْر ْر ُ
ع َ
م َ
م َ
وس ْى ث ُ ل
هْ ذَا ُ
مْ َ
َ
ْ
ح ُ
هْ ذَا
ي
خ
ن َ
م ْر َ
قل ْ ُ
م ْ
ت َ
َ
ل
ل
ح َ
والنلب ِ ّ
الصْْال ِ ِ
الصْْال ِ ِ
حبًا بِال ِ
َ
َ
َ
ُ
َ
َ
َ
حب ًْْا
هذا ِ
قال َ
ت ب ِْْإِب ْ َرا ِ
م ْر َ
م َر ْر ُ
ع َ
يم فقْ ال َ
ه َ
م َ
يسى ث ل
ْ
هْ ذَا َ
ح ُ
قْ َ
ْال
ن
ي
ن َ
و ِ
قل ُ
م ْ
ت َ
ل
ل
ح َ
بِالنلب ِ ّ
الص ْال ِ ِ
الب ْ ِ
الص ْال ِ ِ
م َ
َ
ن
ق
سْْل ل َْ
َ
ه عَلَي ْْْ ِ
ْْرا ِ
و َ
ْْال اب ْ ُ
صْْللى الل ل ُ
ه ُ
يم َ
ه َ
هْْ ذَا إِب ْ َ
َ
َ
َ
اب َ
ة
فأ ْ
ن َ
حب ل َ
ِ
ْزم ٍ أ ل
حْ ْ
وأب َْْا َ
عب ل
ن َ
ش َ
ن اب ْ َ
خب َ َرنِي اب ْ ُ
ه ٍ
اس َ
ٍ
َ
َ
ل
ل
َ
ْ
َ
ن َ
ي كا