Arca Arca Berlanggam Sailendra Di Luar

ARCA-ARCA BERLANGGAM ŚAILENDRA DI LUAR TANAH JAWA *

Bambang Budi Utomo

Pusat Arkeologi Nasional, Jl. Condet Pejaten No. 4, Jakarta Selatan 12510 [email protected]

Abstrak: Dalam satu periode yang berlangsung sekitar satu abad lamanya (abad ke-8-9 Masehi), satu dinasti yang dikenal dengan nama Śailendra berkuasa di Jawa. Pengaruh dalam bidang politik, seni, dan ajaran (Buddha) cukup luas. Berdasarkan data arkeologi yang sampai kepada kita, bukti- bukti pengaruh dinasti ini ditemukan sampai di Sumatra, Semenanjung Tanah Melayu, dan Thailand Selatan. Sumber-sumber prasasti mengindikasikan bahwa dinasti ini telah menjalin kerjasama di bidang politik dan agama dengan kerajaan di Sumatra, Semenanjung Tanah Melayu, dan India Utara (Nālanda). Implikasi dari kerjasama tersebut tercermin dalam langgam arca-arca yang ditemukan. Makalah ini menguraikan tentang langgam arca-arca yang ditemukan di luar tempat asalnya dengan sampel arca-arca dari Sumatra dan Semenanjung Tanah Melayu. Sebagai data bantu untuk interpretasi adalah prasasti-prasasti dan ornamen dalam sebuah bangunan.

Kata Kunci: Arca, Śailendra, Sumatra, ikonografi. Abstract. The Style of Śailendra Statues Beyond the Jawa Island. A dynasty by the name Śailendra

was known as a ruler dynasty in Jawa for about a century long (8th—9th CE). Its influence in politic, art, and religion (Buddha) was quite remarkable. From archaeological data, evidences of the dynasty’s influence are found in Sumatra, Malay Peninsula, and southern Thailand. Inscription

evidences indicate the dynasty developed cooperation with the ruling kingdoms in Sumatra, Malay Peninsula, and North India (Nālanda) in politics and religion matters. The implications of this cooperation are reflected on statues’ art style. This paper is about the style of statues found outside their origin: the statues from Sumatra and Malay Peninsula. Information from inscriptions and monument ornamentations are used as supporting data.

Keywords: Statue, Śailendra, Sumatra, ikonografi.

1. Pendahuluan 1 Da l a m m a k a l a h i n i , s a y a i n g i n Data 2 sejarah yang bersumber dari mengemukakan masalah pertanggalan relatif

prasasti menyebutkan bahwa pada sekitar abad dari sisi ikonografi arca-arca dari masa Śailendra ke-8-9 Masehi, dinasti Śailendra mempunyai abad ke-8-9 Masehi. Digunakannya arca-arca “pengaruh” yang cukup luas. Prasasti-prasasti masa Śailendra karena banyaknya arca yang itu ditemukan di Jawa, Semenanjung Tanah ditemukan dalam konteksnya dengan prasasti Melayu (Ligor), dan India Utara (Nālanda) yang berangka tahun di sebuah bangunan suci di menunjukkan “keberadaan” penguasa dari Jawa. dinasti itu. Keberadaan maksudnya bukan dalam

Arca-arca dari masa Śailendra, biasanya hal penguasaan wilayah tetapi dalam bentuk tidak disebutkan secara rinci alasannya mengapa kerjasama dalam bidang kepercayaan/religi, yaitu arca tersebut dikatakan berlanggam Śailendra pembangunan trisamaya caitya dan aśrama untuk oleh para pakar. Apakah dicirikan dari bentuk para samanera (calon bhikṣu) dari Śrīwijaya.

mahkota, pakaian, atau perhiasan yang dikenakan.

*) Naskah ini pernah dipresentasikan dalam seminar “Pertarikan

Tentunya tidak semua ciri dapat menunjukkan

Terpimpin dalam Arkeologi” di Kuala Lumpur, tanggal 29-30 Desember 2010.

keśailendraan. Boleh jadi dari sebuah arca hanya

Naskah diterima tanggal 25 Januari 2013 dan disetujui tanggal 10 April 2013.

AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 31 No. 1, Juni 2013 : 1-80

dicirikan dari bentuk mahkotanya, pakaian atau bangunan suci di Ligor namun belum ada perhiasannya saja namun tidak meninggalkan satupun sumber prasasti yang menyebutkan atribut dasarnya.

bahwa Paṇamkaran membuat bangunan suci Pada makalah ini saya akan mencoba di wilayah Sumatra. Berdasarkan informasi untuk membuat kajian tentang arca-arca tersebut dari prasasti Siwagṛha hanya dapat menduga dengan melihat ciri-ciri ataupun atribut yang ada bahwa cucu dari Paṇamkaran (Bālaputra) inilah untuk mengenali identitas dari masing-masing yang membawa pengaruh Śailendra ke Sumatra arca serta memperoleh gambaran tentang gaya pada tahun 856 Masehi. Ia pergi melarikan yang dimilikinya. Perhatian dan pengamatan diri kembali ke Sumatra setelah kalah perang pada sebuah arca dipusatkan pada bagian sanggul/ melawan Rakai Pikatan. rambut, wajah, dan pakaian yang dikenakannya.

Bālaputra mulai memerintah di Sumatra Unsur dominan untuk menentukan gaya seni pada sekitar tahun 860 Masehi. Menurut Prasasti yang berkembang pada sebuah arca biasanya Nālanda yang dikeluarkan oleh Dewapāladewa

tercermin pada gaya sanggul dan pakaiannya. pada pertengahan abad ke-9 Masehi, hak Didasarkan atas gaya tersebut diharapkan dapat waris atas tahta kerajaan di Sumatra diperoleh mengetahui masalah pertanggalan arca.

dari kakek pihak ibunya (Dharmasetu) yang Seniman-seniman arca Hindu/Buddha dikatakan dari Somawangsa. Kepindahannya yang hidup dalam satu masa dan satu ke Sumatra tentunya tidak mungkin sendiri atau lingkungan masyarakat tertentu biasanya akan hanya terdiri dari beberapa orang. Apalagi ia menggambarkan ciri-ciri dari lingkungan seorang bangsawan anak raja yang memerintah tempatnya hidup, tanpa melupakan atribut sebelumnya. Mungkin saja ia membawa dasarnya. Sebagai “model” arcanya adalah pengikutnya yang terdiri dari para ahli. Setidak- raut wajah dari orang-orang di sekitarnya. Juga tidaknya ia juga membawa arsitek dan pemahat. pakaian yang dikenakannya. Karena itulah,

Pengaruh Śailendra di Sumatra yang perhatian terhadap raut wajah dan pakaian pada mungkin dibawa oleh Bālaputra pada sekitar arca perlu diperhatikan

pertengahan abad ke-9 Masehi nampak dari tinggalan budayanya. Tinggalan budaya yang

mendapat pengaruh Śailendra sebagian besar Indikator keberadaan “pengaruh” ditemukan di situs-situs arkeologi di wilayah Śailendra di Semenanjung Tanah Melayu Sumatra Selatan. dan Sumatra Barat (Sulaiman, dan Sumatra pertama-tama diketahui dari 1981: 54). Di Situs Bingin Jungut ditemukan

2. Tinggalan Budaya Śailendra

prasasti yang ditemukan di daerah-daerah sebuah arca Awalokiteśwara yang bertangan itu. Prasasti-prasasti itu menyebutkan hanya empat. Di bagian belakang arca yang diduga seorang tokoh dari keluarga Śailendra, yaitu berasal dari abad ke-8 Masehi ini terdapat tulisan Śrī Mahārāja Rakai Paṇamkaran. Tokoh ini di yang berbunyi daŋ ācāryya syuta. Arca ini Ligor disebutkan membangun trisamaya caitya digambarkan memakai kain dari kulit harimau. untuk Padmapāṇi, Śākyamuni, dan Vajrapāṇi Menurut Nik Hassan Shuhaimi (1979: 38), (Prasasti Ligor A), dan di Jawa disebutkan penggambaran arca Awalokiteśwara memakai membangun bangunan suci untuk Dewi Tārā kulit harimau dimulai dari Sumatra. Namun (Prasasti Kalasan), Stūpa Sewu untuk pemujaan pendapat ini tidak disetujui oleh Satyawati Mañjuśri (Prasasti Kelurak), Stūpa Plaosan Lor Sulaiman yang mengatakan bahwa kelaziman (Prasasti Plaosan), Stūpa Borobudur, dan salah memahat arca Awalokiteśwara seperti juga satu bangunan di Bukit Ratu Baka. Meskipun halnya dengan pemahatan arca Wiṣṇu sudah Paṇamkaran diberitakan telah membuat dimulai di Jawa Tengah selama masa Dinasti

Bambang Budi Utomo, Arca-arca Berlanggam Śailendra di Luar Tanah Jawa.

Śailendra (Sulaiman, 1981: 54). Pada waktu Bālaputra menyingkir ke Sumatra, kebiasaan ini dibawa oleh para pemahat yang mungkin ikut serta dengan Bālaputra. Memahat arca Awalokiteśwara memang sudah ada di Jawa tetapi tradisi membuat arca Awalokiteśwara dengan pakaian kulit harimau bermula di Sumatra (Nik Hassan, Shuhaimi, 1984). Di Jawa sampai saat ini tidak dijumpai arca Awalokiteśwara memakai kain kulit harimau tetapi yang ditemukan adalah arca Śiwa memakai kain kulit harimau. Kemungkinannya ikonografi ini berkembang ke Tanah Melayu dan Selatan Thailand. Perkembangan ikonografi ini disampaikan oleh Nik Hassan Shuhaimi (1984). Dari dasar sungai Komering, di kota Palembang ditemukan arca-arca perunggu yang merupakan arca-arca Buddha, Maitreya dan Awalokiteśwara (Kempers, 1959). Penggambarannya sangat indah dan mirip dengan arca-arca yang ditemukan di Jawa. Oleh Satyawati Sulaiman arca-arca ini digolongkan berlanggam Śailendra (Śailendra

style) 1 . 3 Di Situs Solok Sipin, Jambi ditemukan sebuah arca Buddha yang digambarkan berdiri. Dengan adanya petunjuk ini, beberapa pakar menduga bahwa tempat ini merupakan tempat pemukiman Bālaputra setelah menyingkir dari Jawa, dan di tempat ini rupanya para penganut Buddha membangun pusat pendidikan (Wolters, 1974: 293-297). Mungkin para musafir penganut

Buddha menuju ke sana setelah Borobudur tidak terjangkau lagi. Bisa jadi, tertutupnya jalan menuju pusat pemerintahan Kerajaan Mdaŋ

akibat dari letusan Gunung Merapi pada masa

1 Para sarjana Thailand lebih suka menganggap arca- arca yang berlanggam Śailendra sebagai arca-arca yang berlanggam Śrīwijaya (Śrīvijayan style). Istilah Śrīvijayan style dipakai juga oleh Stanley O’Connor (1972) Sebaliknya, Piriya (1977) mengusulkan bahwa arca- arca Śrīvijayan style yang disimpan di Museum Bangkok sebaiknya disebut Peninsular style karena sebagian besar arca-arca tersebut ditemukan di Semenanjung Tanah Melayu (Sulaiman, 1979: 90). Nik Hassan Shuhaimi mencadangkan arca-arca tersebut dinamakan langgam daerah dimana ianya dijumpai seperti Chaiya style, Ligor style dll. (Nik Hassan Shuhaimi, 1984).

pemerintahan Rakai Sumba (Boechari, 1976).

Penelitian arkeologi yang dilakukan di Situs Muara Jambi berhasil mengetahui bahwa kompleks percaṇḍian Muara Jambi dibangun dalam beberapa tahap. Pembangunan tahap pertama yang petunjuknya dapat diketahui dari irisan dinding Caṇḍi Gumpung, diduga dimulai pada sekitar abad ke-8-9 Masehi. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya prasasti- prasasti singkat yang dituliskan pada lempengan emas yang ditemukan pada sumuran Caṇḍi Gumpung. Berdasarkan paleografinya, tulisan pada lempengan emas ini diduga berasal dari sekitar abad ke-8-9 Masehi. Meskipun kompleks percaṇḍian Muara Jambi diduga berasal dari sekitar abad ke-8-9 Masehi namun petunjuk adanya pengaruh Śailendra tidak ditemukan. Arca Prajñāpāramitā yang ditemukan di runtuhan Caṇḍi Gumpung mempunyai langgam Siŋhasāri yang berkembang pada sekitar abad ke-13 Masehi.

Berdasarkan pada temuan arca-arca berlanggam Śailendra di Sumatra, dapat diduga bahwa pada sekitar pertengahan abad ke-9 Masehi terjadi kontak budaya antara Śailendra di Jawa dan salah satu kerajaan di Sumatra. Data prasasti memberikan informasi kepada kita bahwa pada sekitar tahun 860 Masehi, Bālaputra yang merupakan salah seorang bangsawan Mdaŋ menyingkir ke Sumatra. Keberadaannya di Sumatra ini disebabkan karena kalah berperang melawan Pikatan dan di sana ia dapat menjadi penguasa karena masih merupakan cucu Dharmasetu (raja Śrīwijaya).

3. Ciri Arca Langgam Śailendra

Berdasarkan data prasasti yang sampai kepada kita, pada sekitar abad ke-8-9 Masehi di Jawa Tengah berkuasa keluarga Śailendra. Dalam kurun waktu sekitar satu abad itu keluarga ini banyak membangun stūpa dan caṇḍi di wilayah kerajaannya. Tentu saja lengkap dengan arcanya. Kerapnya membangun tempat peribadatan beserta isinya, pada akhirnya memunculkan

AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 31 No. 1, Juni 2013 : 1-80

langgam tersendiri yang mewakili periode jamang terdapat ardhacandrakapala (tengkorak tersebut. Dapat dikatakan masa pemerintahan di atas bulan sabit). Di dahinya terdapat mata keluarga Śailendra merupakan masa kejayaan ketiga yang dilapis dengan perak. Bagian bibirnya karya seni arca dan bangunan.

dilapis dengan emas. Memakai perhiasan telinga Ciri-ciri kuat dari sebuah arca yang dibuat dan perhiasan lain seperti dua untai kalung

dalam periode Jawa Tengah atau lebih spesifik manik-manik, kelatbahu pada keempat lengan, periode Śailendra abad ke-8-9 Masehi adalah dan gelang pada keempat pergelangan tangan. pada mahkota, kain/pakaian yang dikenakan, dan Tali kastanya berupa dua utas tali, satu ke bagian perhiasan yang dikenakan. Sebagai contoh untuk atas pinggang kanan, dan satu ke bawah pusat. pengenalan awal dari arca berlanggam Śailendra

Memakai kain panjang dengan tatanan adalah arca Śiwa Mahādewa dari Adiwerna wiru pada bagian tengah dan kedua tepi kain. Kain (Tegal) (Fontein dkk., 1971: 83 dan 154) dan panjang ini berupa kulit harimau yang ditandai Bodhisattwa Awalokiteśwara dari Tekaran dengan kepala harimau pada bagian depan paha (Wonogiri) (Fontein dkk., 1971: 66 dan 149).

kanan. Ekor harimau tampak menjuntai pada paha kiri hingga ke bagian bawah lutut. Kain

3.1 Śiwa Mahādewa

panjang ini diikat dengan ikat pinggang yang Arca Śiwa Mahādewa dibuat dari bahan bentuknya seperti pilinan tali. Kain panjang kulit

dasar perunggu yang di beberapa bagian dilapisi harimau ini menjadi lazim pada arca-arca Hindu emas dan perak. Digambarkan dalam posisi maupun Buddha dari masa Śailendra. berdiri dengan kedua kaki lurus ke depan, berukuran tinggi 96 cm. Bertangan empat,

3.2 Bodhisattwa Awalokiteśwara

tangan kiri belakang memegang camara, tangan Dari Tekaran ditemukan sebuah arca kiri depan memegang kuṇḍikā, tangan kanan Bodhisattwa Awalokiteśwara yang bertangan belakang dalam sikap tarjanīmudrā, dan tangan empat. Arca ini dibuat dari perunggu dan di kanan depan memegang sesuatu.

beberapa tempat dilapis perak. Keadaannya Wajahnya digambarkan agak bulat dan sudah rusak termasuk keempat tangannya mulai

memakai jatāmukuta (mahkota dari pilinan dari siku, dan kedua kaki mulai dari lutut sudah rambut). Pilinan rambut tampak menjuntai pada hilang. Ukuran tinggi arca 83 cm. bagian kedua bahu. Di bagian atas perhiasan

Arca Bodhisattwa ini digambarkan dalam sikap berdiri tegak. Wajahya digambarkan bulat agak persegi, memakai jatāmukuta yang bagian depannya terdapat relung berisi figurin Amitābha. Bagian bawah relung tersebut terdapat hiasan jamang . Telinganya digambarkan panjang dan memakai perhiasan anting. Alis matanya digambarkan agak menyambung di bagian atas hidung. Di antara kedua alis pada kening terdapat ūrṇā yang bentuknya seperti mata ketiga pada arca Śiwa Mahādewa.

Memakai tali kasta yang berupa pita disampirkan pada pundak sebelah kiri ke arah bagian atas pinggul kanan. Perhiasan yang

Foto 1. Siwa Mahadewa dari

dipakai adalah tiga untai kalung. Seuntai di

Adiwerna, Tegal.

antaranya berukuran panjang dibuat dari untaian

Bambang Budi Utomo, Arca-arca Berlanggam Śailendra di Luar Tanah Jawa.

manik-manik. Pada keempat lengannya terdapat

4.1 Arca-arca di Wilayah Sumatra Bagian

hiasan kelatbahu .

Selatan

Memakai kain panjang yang diikat Arca-arca yang terdapat di wilayah dengan tali pinggang dengan timang yang Su m a t r a b a g i a n s e l a t a n m e n c i r i k a n berbentuk hiasan sulur daun. Dari bagian bawah penggambaran tokoh-tokoh yang dikenal dalam

timang, terdapat hiasan untaian manik-manik ajaran Hindu dan Buddha, kecuali di daerah yang menjuntai pada kedua paha dan di antara Lampung tidak satupun dijumpai arca dengan kedua kaki. Kain panjang yang dikenakan tidak ciri-ciri yang menunjukkan arca bersifat Hindu memakai kulit harimau.

(di Lampung ditemukan arca-arca perunggu yang bersifat Buddha). Arca-arca tersebut ada yang masih di lokasi penemuan tetapi ada juga yang sudah tidak diketahui asalnya, misalnya arca- arca yang sudah menjadi koleksi pribadi maupun koleksi museum di dalam dan luar negeri. Data mengenai arca yang menjadi koleksi pribadi atau koleksi museum di luar negeri diperoleh dari catatan inventaris benda-benda koleksi Museum Gemeente (Museum Rumah Bari), Palembang.

Dalam tulisan ini tidak semua arca

d i j e l a s k a n secara r i n c i , m e l a i n k a n hanya beberapa arca tokoh yang lengkap atau yang masih tampak ciri atributnya, seperti arca-arca

Foto 2. Awalokiteśwara dari

Buddha, Bodhisattwa, Śiwa, dan arca Hindu

Tekaran.

lainnya. Penjelasan tentang arca-arca yang berasal dari wilayah Sumatra bagian selatan,

4. Arca-arca Sumatra

yaitu sebagai berikut:

Tidak sedikit situs-situs arkeologi di Sumatra mulai dari wilayah Sumatra bagian

4.1.1 Awalokiteśwara

selatan, bagian tengah dan bagian utara yang Tempat penemuan : Tidak diketahui secara pasti, mengandung sisa aktivitas budaya dari masa

hanya disebutkan yaitu di klasik, khususnya berupa arca, baik yang bersifat

suatu daerah antara Pugung Hindu maupun Buddha. Temuan arca-arca yang

Raharjo dan Tanjung Karang, berasal dari wilayah Sumatra tidak semua dalam

Lampung Selatan keadaan baik, dalam arti sudah aus dan ada yang Tempat penyimpanan : Tercatat pada tahun 1980 berupa fragmen.

arca tersebut merupakan Untuk mempermudah penempatan di

koleksi pribadi seseorang dan dalam ruang dan periodenya, arca-arca yang

sekarang tidak diketahui lagi ditemukan di Sumatra dibagi dalam tiga wilayah,

keberadaan ataupun lokasi yaitu wilayah Sumatra bagian selatan yang

penyimpanannya terdiri dari Provinsi Lampung, Sumatra Selatan, Bahan

: Perunggu

dan Bengkulu; Sumatra bagian tengah terdiri Ukuran : Tinggi 15 cm dari Provinsi Jambi, Sumatra Barat, dan Riau; Keadaan

: Seluruh bagian arca telah aus/ dan Sumatra bagian utara terdiri dari Provinsi

rusak.

Sumatra Utara dan Nangroe Aceh Darussalam.

Sumber Foto

: Nik Hassan Shuhaimi, 1992

AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 31 No. 1, Juni 2013 : 1-80

Arca Awalokiteśwara digambarkan memiliki gaya seperti arca-arca Awalokiteśwara dalam sikap berdiri dengan kepala serta dada dari masa Śailendra yang berkembang di Jawa dicondongkan ke kanan, kedua kaki dalam Tengah pada sekitar abad ke-8-9 Masehi.

sikap tegak dan sejajar. Empat tangan yang Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa arca dimiliki arca tersebut, yaitu tangan kanan depan Awalokiteśwara yang ditemukan di daerah dalam sikap waramudrā dan tangan kiri depan Lampung itu berasal dari abad ke-8-9 Masehi memegang setangkai padma, sedangkan tangan- yang merupakan masa seni Śailendra. tangan belakang, sebelah kanan memegang

akṣamālā dan tangan kiri memegang pustaka.

4.1.2 Śiwa

Rambutnya dipilin membentuk sebuah mahkota Tempat penemuan : Tidak diketahui secara ( jatāmukuta) dan pada bagian depan mahkota

pasti, hanya tercatat dihiasi dengan sebuah figurin berupa Buddha

ditemukan di daerah Amitābha. Di kedua bahu terlihat rambut-rambut

Palembang, Sumatra yang menjurai. Pakaian arca di-gambarkan

Selatan. panjang yang menutupi mulai dari bagian perut Tempat penyimpanan : M u s e u m N a s i o n a l ,

hingga per-gelangan kaki, sedangkan bagian Jakarta (Inv. No. 6031) dada tampak terbuka. Kain tersebut diikat Bahan

: Perunggu dengan sebuah ikat pinggang dan pada bagian Ukuran

: Tinggi 77 cm paha sebelah kanan terlihat hiasan berupa kepala Keadaan

: Utuh harimau.

Sumber Foto

: Pusat Arkeologi Nasional

Foto 3. Awalokiteśwara.

Sebuah tali kasta berupa pita lebar tampak di bagian dada dan bahu kiri. Perhiasan yang dikenakan terdiri dari hiasan telinga, sebuah kalung berupa untaian manik, sepasang gelang

Foto 4. Arca Śiwa.

lengan dan sepasang gelang tangan. Pe r t a n g g a l a n r e l a t i f d a r i a r c a Sikap arca digambarkan berdiri dengan

telapak kaki sejajar namun tidak berhimpit. Awalokiteśwara tersebut dapat diketahui dari rambut dan pakaian. Tatanan rambut dan gaya Tangan-tangannya yang berjumlah empat

masing-masing, tangan kanan depan dalam pakaian yang dikenakan mencirikan arca tersebut

Bambang Budi Utomo, Arca-arca Berlanggam Śailendra di Luar Tanah Jawa.

sikap waramudrā, tangan kiri depan memegang Sikap arca berdiri. Kain yang dikenakan kuṇḍikā, sedangkan kedua tangan belakang, panjangnya tidak simetris, pada bagian kaki kiri sebelah kanan memegang akṣamālā dan sebelah hanya dikenakan sampai batas lutut sedangkan kiri memegang cāmara. Tatanan rambut berupa pada kaki kanan hingga pergelangan kaki. Kain sanggul berbentuk mahkota, pada bagian kiri tersebut diwiru pada bagian tengah depan. sanggul berhias tengkorak dan bulan sabit Sebagai pengikat kain digunakan ikat pinggang serta bagian dahi memakai jamang . Di bagian berhias bunga dan sampur dengan simpul di punggung dan kedua bahu tampak rambut yang bagian pinggul. Beberapa jenis perhiasan, menjurai. Kain yang dipakai sangat tipis, panjang yaitu sepasang hiasan telinga berhias bunga, hingga pergelangan kaki dengan wiru di bagian kalung berhias bunga dan gelang lengan tampak tengah depan. Dua buah ikat pinggang dikenakan dikenakan arca tersebut. guna mengikat kain tersebut.

Hiasan berupa kulit harimau terlihat melingkar di bagian pinggul dan bagian kepala harimau tampak pada paha kanan. Tali kastanya berupa ular dengan kepala ular digambarkan pada bahu kiri. Sejumlah perhiasan, yaitu dua untai kalung, sepasang gelang lengan, sepasang gelang tangan dan hiasan telinga dikenakan arca tersebut.

Mengenai pertanggalannya dapat diketahui dari pengamatan terhadap pakaian. Penggambaran arca Śiwa ini mirip seperti arca-arca Śiwa dari masa seni Śailendra yang dicirikan dari gaya pakaian. Hal ini dikemukakan

Foto 5. Arca Bodhisattwa dari Situs Gedingsuro.

oleh Suleiman bahwa arca Śiwa dari Palembang ini dapat digolongkan pada masa abad ke-8-9

Pertanggalan arca dapat diketahui dari Masihi (Sulaiman, 1981).

penggambaran pakaian. Dari penggambaran gaya pakaian menunjukkan bahwa arca ini

mempunyai gaya seperti arca-arca pada masa Tempat penemuan

4.1.3 Fragmen badan Bodhisattwa

: Di antara Caṇḍi II dan seni di Jawa Tengah, yaitu gaya Śailendra Caṇḍi VI Gedingsuro, (abad ke-8-9 Masehi). Namun bila dilihat dari

3 Ilir, Kec. Ilir Timur pengambaran perhiasan yang tampak agak

II, Palembang, Sumatra raya mencirikan arca bergaya seni Jawa Timur.

Menurut Schnitger, arca tersebut berasal dari Tempat penyimpanan : M u s e u m M a h m u d abad ke-8-10 Masehi (1937: 2) dan Shuhaimi Ba d a r u d d i n I I, mengelompokkan pada arca-arca dari abad ke-

Selatan.

12-13 Masehi (1984: 343-344). Berdasarkan Bahan

Palembang

: Batu pada ciri-ciri yang dapat menandai bahwa arca

Ukuran : Tinggi 118 cm. Bodhisattwa tersebut dipahat dalam gaya seni Keadaan

: Patah dan hilang pada seperti arca-arca di Jawa Tengah dan juga di bagian kepala, kedua Jawa Timur, maka pertanggalan yang dapat lengan dan kedua kaki.

dikemukakan adalah abad ke-9-10 Masehi yang Sumber Foto

: Pusat Arkeologi Nasional merupakan masa akhir dari seni Jawa Tengah.

AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 31 No. 1, Juni 2013 : 1-80

arca-arca dari masa seni Śailendra. Berdasarkan Tempat penemuan : Gedingsuro, 3 Ilir, Kec. hal tersebut, maka arca Buddha dari Palembang Ilir Timur II, Palembang, ini dapat dimasukkan ke dalam arca-arca yang

4.1.4 Buddha

Sumatra Selatan. berasal dari abad ke 8-9 Masehi. Tempat penyimpanan : Museum Negeri Balaputradewa, Palembang

4.1.5 Awalokiteśwara

Bahan : Perunggu Tempat penemuan : Desa Binginjungut, Kec. Ukuran

: Tinggi 10 cm. Muara Kelingi, Kab. Musi Keadaan

: Wajah agak aus, kedua kaki Rawas, Sumatra Selatan. patah dan hilang dan bagian Tempat penyimpanan : Museum Nasional, Jakarta tepi kain (pada bagian kaki

(Inv. No. 247/D.216) kiri) pecah

: Batu Sumber Foto

Bahan

: P.Y. Manguin

Ukuran

: Tinggi 172 cm.

: Keempat tangannya telah Arca ini digambarkan berdiri. Tangannya

Keadaan

berjumlah dua, tangan kanan dalam sikap abhaya, patah dan hilang. Di bagian

punggungnya terdapat sedangkan tangan kiri tidak diketahui karena sudah patah. Rambut arca berupa ikal-ikal kecil tulisan //daŋ ācāryya

syuta// yang menutupi seluruh bagian kepala dan sebuah

uṣṇīsa) tampak terletak di bagian : Pusat Arkeologi Nasional tengah atas kepala. Pakaian yang dikenakan

Sumber Foto

sanggul kecil (

Sikap arca berdiri, kedua kaki sejajar dan berupa jubah panjang hingga pergelangan kaki. telapak kaki tidak berhimpit, sedangkan badan Jubah tersebut tidak menutupi kedua bahu, tetapi dan kepala dicondongkan ke kanan. Meskipun hanya bahu kiri, sementara bahu kanan tampak keempat tangannya sudah patah, namun masih dibiarkan terbuka

dapat terlihat bahwa tangan kanan depan memegang pustaka . Rambut arca ditata dalam bentuk sanggul yang menyerupai mahkota dan pada bagian tengah depan mahkota tersebut terdapat hiasan berupa Amitābha sedang duduk di dalam sebuah relung. Jamang yang dikenakan dengan hiasan berupa bunga di bagian tengah dahi tampak seperti mengikat bagian dasar mahkota. Di atas bahu kanan dan kiri terlihat ikal-ikal ram-but yang terurai. Bagian dada arca ini tidak mengenakan pakaian, sementara kain yang dipakai sebagai penutup badan bagian bawah panjang sampai pergelangan kaki dengan wiru di bagian tengah depan. Kain tersebut diikat dengan sebuah ikat pinggang. Di samping itu

Foto 6. Arca Buddha dari

situs Gedingsuro. tampak arca tersebut memakai kulit harimau yang melingkar di bagian pinggul dan kepala harimau pada paha kanan. Tali kastanya berupa

Pertanggalan: dilihat dari penggambaran pita yang cukup lebar. Hiasan yang dikenakan gaya pakaian yang dikenakan menunjukkan

bahwa arca ini memiliki kemiripan gaya seperti hanya berupa hiasan telinga.

Bambang Budi Utomo, Arca-arca Berlanggam Śailendra di Luar Tanah Jawa.

Arca ini duduk di atas padma dengan sikap kaki kanan dilipat dengan posisi lutut di bagian atas yang sekaligus sebagai penopang tangan kanan, sedangkan kaki kiri dilipat mendatar. Tempat duduk arca ( padmāsana) disangga dengan sebuah alas berbentuk segiempat yang berpelipit pada bagian dasar. Di atas kepala arca tampak semacam payung dan di kanan serta kiri arca terdapat hiasan berupa makara. Rambutnya ditata dalam bentuk seperti mahkota dan jamang yang dipakai tampak seolah-olah mengikat bagian dasar mahkota tersebut. Tangan kanan diletakkan di atas lutut dalam sikap abhaya dan tangan kiri diletakkan di belakang lutut sambil

Foto 7. Awalokiteśwara dari Desa Binginjungut, Musi

memegang setangkai lotus.

Rawas, Palembang.

Gaya tatanan rambut arca ini mirip dengan gaya tatanan rambut arca Awalokiteśwara dari Srilanka (Sulaiman, 1981: 3). Sementara Ghosh berpendapat bahwa arca Awalokiteśwara dari Binginjungut dipahat dalam gaya seperti arca- arca pada masa seni Pāla (Ghosh, 1937: 125- 127). Dari sejumlah ciri yang dapat dijadikan sebagai penanda untuk mengetahui gaya arca, yaitu dari penggambaran pakaian dan tatanan rambut yang mencirikan adanya pengaruh gaya seni arca pada masa Śailendra. Sesuai dengan gaya seni yang terlihat, maka dapat dikatakan bahwa arca Awalokiteśwara ini ditempatkan

Foto 8. Bodhisattwa dari Benteng

ke dalam periode abad ke-8-9 Masehi yang

Kuno Besak, Palembang.

merupakan masa berkembangnya seni Śailendra. Kainnya panjang hingga pergelangan

4.1.6 Bodhisattwa

kaki dan kain tersebut diikat dengan sebuah ikat Tempat penemuan : Benteng

Besak, pinggang. Jenis perhiasan yang dipakai berupa Palembang, Sumatra Selatan. sebuah kalung, sepasang kelat bahu, sepasang Tempat penyimpanan : pada tahun 1937 merupakan gelang tangan dan sepasang gelang kaki. koleksi Museum Gemeente,

Kuto

Berdasarkan pengamatan pada sejumlah Palembang dan sekarang ciri dapat dikatakan bahwa arca Bodhisattwa tidak diketahui.

tersebut dipahat dalam gaya yang mengikuti Bahan

: Perunggu gaya arca-arca Bodhisattwa dari masa seni Ukuran

: Tinggi 17,5 cm. Śailendra di Jawa Tengah. Sesuai dengan masa Keadaan

: Utuh dan baik berkembangnya seni Śailendra, maka arca ini Sumber Foto

: P.Y. Manguin dapat ditempatkan ke dalam abad ke-8-9 Masehi.

AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 31 No. 1, Juni 2013 : 1-80

tampak dipakai sebagai tali kasta. Perhiasannya Tempat penemuan : Muara sungai Komering berupa hiasan telinga, kalung berhias bunga, dan

4.1.7 Maitreya

di Palembang pada tahun sepasang gelang lengan yang juga berhias bunga. 1929

Dari penggambaran gaya tatanan Tempat penyimpanan : Museum Nasional, Jakarta rambut menunjukkan bahwa arca Maitreya (Inv. No. 6025)

ini mempunyai persamaan gaya dengan arca- Bahan

: Perunggu arca Awalokiteśwara dari Semenanjung Tanah Ukuran

: Tinggi 24,5 cm. Melayu (Sulaiman 1984; 3-12). Kemungkinan Keadaan

: Kedua lengan dan kaki arca tersebut berasal dari abad yang sama dengan telah patah dan hilang.

arca-arca lain yang telah dijelaskan terdahulu, Sumber Foto

: Pusat Arkeologi Nasional yang juga ditemukan di dekat muara Sungai Komering, yaitu abad ke-8-9 Masehi.

4.1.8 Awalokiteśwara

Tempat penemuan : Muara sungai Komering di Palembang pada tahun 1929

Tempat penyimpanan : Museum Nasional, Jakarta (Inv. No. 6024)

: Tinggi 53 cm.

Keadaan

: Ketiga tangan kanan dan keempat tangan kiri patah

Sumber Foto

: Arne & Eva Eggebrecht,

Foto 9. Maitreya dari Muara

Sungai Komering, Palembang.

Arca ini bediri dengan sikap kaki sejajar Arca ini tampak dalam posisi duduk,

dan telapak kaki tidak namun sikap kakinya tidak dapat diketahui

berhimpit. Tangan arca karena seperti telah dijelaskan bahwa kedua

yang semula berjumlah kaki arca telah patah dan hilang. Penggambaran

delapan dan sekarang rambut terlihat disusun berbentuk mahkota yang

tersisa hanya satu, yaitu cukup tinggi dan pada bagian puncak mahkota

tangan kanan depan tampak sebuah relung yang di dalamnya terdapat

ya n g d i g a m b a r k a n stūpa kecil di atas padma. Jamang yang dipakai

memegang akṣamālā. terdiri dari untaian manik-manik dengan hiasan

Tatanan rambut dibentuk bunga di bagian tengah tampak seperti mengikat

seperti mahkota yang bagian dasar mahkota. Pakaian arca berupa

cukup tinggi dan jamang kain, panjang sehingga pergelangan kaki dan

yang dikenakan tampak bermotif. Sebuah ikat pinggang berupa untaian

seperti mengikat bagian manik-manik dan berhias bunga dikenakan Foto 10. Walokiteśwara dasar mahkota. Pada sebagai pengikat kain tersebut. Tali polos dari Muara Sungai bagian d e p a n mahkota

Komering,

berjumlah dua utas dengan hiasan bunga

Palembang.

terdapat sebuah relung

Bambang Budi Utomo, Arca-arca Berlanggam Śailendra di Luar Tanah Jawa.

kecil dan di dalam relung tersebut diletakkan Arca ini digambarkan berdiri di atas alas figurin Amitābha dalam posisi sedang duduk. berupa padma dengan posisi kaki sejajar dan Sementara ikal-ikal rambut terlihat menjurai di pinggul agak dicondongkan ke kiri. Tangannya diatas kedua bahu. Pakaiannya berupa kain tipis, berjumlah dua yang masing-masing, yaitu tangan dan panjang sampai pergelangan kaki. Selain kanan diletakkan di depan dada dengan telapak di memakai ikat pinggang yang berupa untaian arahkan ke depan dan ibu jari serta jari telunjuk manik-manik dengan hiasan bunga, arca ini saling bersentuhan. Sementara tangan kiri mengenakan pula kulit harimau yang melingkari diletakkan di depan perut dan telapak diarahkan bagian pinggulnya. Sebuah tali kasta berupa ke atas. Tatanan rambut menyerupai bentuk pita lebar terlihat pada bagian dada. Sepasang mahkota yang cukup tinggi dan ikal-ikal rambut hiasan telinga, kalung dan sepasang gelang menjurai di atas bahu kanan serta kiri. Kain yang lengan berhias bunga tampak dikenakan sebagai dikenakan tidak panjang, hanya sampai ke batas perhiasan.

lutut. Tali polos berhias bunga dipakai sebagai Menurut Suleiman, arca ini tampak seperti tali kasta. Jenis perhiasannya terdiri dari kalung, arca-arca perunggu di Jawa Tengah yang berasal sepasang gelang lengan, dan ikat dada. dari masa seni Śailendra, yang berkembang pada abad ke-8-9 Masehi. Pendapat Suleiman tersebut didasarkan pada gaya tatanan rambut dan gaya pakaian (Sulaiman 1981: 41). Selain memiliki kemiripan dengan arca-arca perunggu di Jawa Tengah, arca Awalokiteśwara dari Komering ini terlihat juga mempunyai persamaan gaya dengan arca Awalokiteśwara dari perunggu yang terdapat di Bidor, Perak, Malaysia dan pertanggalan arca Awalokiteśwara dari Bidor tersebut adalah abad ke-9 Masehi (Jacq-Hergoualc’h, 1992: 246- 247). Berdasarkan ciri-ciri ataupun gaya, maka arca dari Komering tersebut dapat ditempatkan pada abad ke-8-9 Masehi. Pertanggalan ini tidak berbeda dengan yang diusulkan oleh Nik Hasan Shuhaimi (1984: 315).

4.1.9 Awalokiteśwara

Foto 11. Awalokiteśwara dari

Tempat penemuan : Tidak diketahui dengan

daerah Palembang.

pasti, hanya disebutkan ditemukan di daerah

Gaya pakaian yang dikenakan arca ini Palembang, Sumatra Selatan. mencirikan gaya pakaian arca-arca dari masa

Tempat penyimpanan : Museum Nasional, Jakarta seni di Jawa Tengah, yaitu seni Śailendra, abad (Inv. No. 6224/C 104)

ke-8-9 Masehi.

Bahan : Perunggu Ukuran

: Tinggi 20 cm.

4.1.10 Bodhisattwa

Keadaan : Utuh tetapi agak aus. Tempat penemuan : Tidak diketahui dengan Sumber Foto

: Pusat Arkeologi Nasional pasti, hanya disebutkan ditemukan di daerah

AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 31 No. 1, Juni 2013 : 1-80

Palembang, Sumatra Arca ini dapat dikelompokkan ke dalam Selatan.

arca-arca yang berasal dari masa seni Śailendra Tempat penyimpanan : Museum Nasional, Jakarta yang berkembang di Jawa Tengah pada sekitar (Inv. No. 6034/C 103)

abad ke-8-9 Masehi. Hal ini ditunjukkan dari Bahan

: Perunggu penggambaran gaya pakaian dan gaya tatanan Ukuran

: Tinggi 19 cm.

rambut.

Keadaan : Utuh dan baik. Sumber Foto

: Pusat Arkeologi Nasional

4.1.11 Wajrapāṇi

Sikap arca digambarkan berdiri dengan Tempat penemuan : Tidak diketahui dengan posisi kaki sejajar dan telapak kaki berhimpit.

pasti, hanya disebutkan Kedua tangannya diletakkan di sisi badan

ditemukan di daerah dengan telapak di dekat pinggul. Rambut

Palembang, Sumatra disanggul menyerupai mahkota dan bagian

Selatan. dasar sanggul terlihat seperti diikat dengan Tempat penyimpanan : Museum

Nasional, jamang berhias bunga sedangkan ikal-ikal

Jakarta (Inv. No. 6611) rambut terlihat menjulur di bagian tengkuk. Bahan

: Perunggu Pakaian yang dikenakan berupa paridhana dan Ukuran

: Tinggi 46 cm. panjangnya tidak simetris (bagian sebelah kiri Keadaan

: Utuh dan baik. lebih panjang daripada sebelah kanan). Kain Sumber Foto

: Puslitbang Arkenas tersebut diikat dengan ikat pinggang berhias bunga. Selain ikat pinggang dipakai pula sampur

dengan simpul pada bagian kedua pinggul dan ujung-ujung sampur menjulur di sisi paha kanan serta kiri. Tali kastanya berupa tali polos berhias bunga. Sebuah kalung, sepasang gelang lengan, sepasang gelang tangan, sepasang gelang kaki dan ikat dada adalah sejumlah perhiasan yang dipakai arca tersebut.

Foto 13. Wajrapāni dari daerah Palembang.

Sikap arca berdiri dengan pinggul agak dicondongkan ke kanan dan kedua kaki dalam posisi tidak sejajar (posisi kaki kiri diletakkan lebih ke depan daripada kaki kanan). Tangannya berjumlah dua, yaitu tangan kanan diletakkan di depan dada dengan telapak diarahkan ke atas dan tangan kiri memegang padma . Rambut ditata

Foto 12. Bodhisattwa

dalam bentuk sanggul yang menyerupai mahkota

dari daerah,

Palembang. dan jamang berhias bunga yang dikenakan

Bambang Budi Utomo, Arca-arca Berlanggam Śailendra di Luar Tanah Jawa.

tampak seolah-olah mengikat bagian dasar

4.2.1 Awalokiteśwara

sanggul. Di kedua bahu terlihat ikal-ikal rambut Tempat penemuan : Rantaukapastuo, Kec. yang menjurai. Pakaiannya, yaitu paridhana,

Muara Tembesi, Kab. panjang sampai pergelangan kaki dan sebagai

Batanghari, Jambi tahun pengikat kain tersebut digunakan sampur dengan

1992. simpul pada bagian pinggul dan ujung-ujung Tempat penyimpanan : Museum Negeri Jambi, sampur menjurai di kanan serta kiri paha. Selain

Jambi. sampur dipakai pula ikat pinggang dari untaian Bahan

: Perunggu berlapis emas. manik-manik yang berukuran cukup besar Ukuran

: Tinggi 39 Cm. dan ikat pinggang tersebut berhias bunga. Tali Keadaan

: Rusak dengan tiga kastanya berupa tali polos. Sejumlah perhiasan

tangan telah hilang. yang dikenakan terdiri dari kalung berhias bunga, Sumber Foto

: Sugeng Riyanto hiasan telinga, sepasang gelang lengan, sepasang gelang tangan, dan sepasang gelang kaki.

Dilihat dari gaya secara keseluruhan, terlihat adanya persamaan antara arca Bodhisattwa Wajrapāṇi yang berasal dari daerah Palembang dengan arca Bodhisattwa Wajrapāṇi dari Stūpa Mendut, Jawa Tengah dengan periodisasi abad ke-8-9 Masehi (Sulaiman, 1980: 36-37). Didasarkan pada hal tersebut arca Bodhisattwa Wajrapāṇi yang ditemukan di daerah Palembang dapat dikatakan berasal dari abad ke-8-9 Masehi.

4.2 Arca-arca dari Wilayah Sumatra Bagian Tengah

Sumatra bagian tengah secara

Foto 14. Awalokiteśwara dari

administratif meliputi wilayah Provinsi Jambi,

Rantaukapastuo

Sumatra Barat, dan Riau, dan secara geografis

Jambi.

meliputi daerah lembah sungai Batanghari, Arca digambarkan dalam sikap berdiri,

dataran tinggi daerah Minangkabau, dan daerah kedua kaki sejajar dan pinggul agak dicondongkan lembah sungai Kampar dan Rokan. Dari kawasan ke kiri. Tangannya yang semula berjumlah

ini tinggalan budaya masa lampau banyak empat dan sekarang yang tersisa tangan kanan terdapat di daerah lembah sungai Batanghari

depan tampak dalam sikap abhayamudrā. mulai dari hilir hingga hulu. Namun jika

Rambutnya ditata menyerupai bentuk mahkota dibandingkan dengan kawasan Sumatra bagian yang cukup tinggi dan di bagian depan terdapat

selatan, temuan arca dari situs-situs di Sumatra hiasan berupa tokoh Amitābha duduk di dalam bagian tengah lebih sedikit. Kebanyakan dari

sebuah relung. Jamang yang dikenakan berhias arca tersebut merupakan arca Buddha. Melihat tiga bunga terlihat seolah-olah mengikat bagian

bahannya, arca-arca tersebut dibuat dari bahan dasar mahkota. Pada bagian tengkuk dan kedua perunggu. Namun ada juga arca yang bahan bahu terlihat ikal-ikal rambut yang menjurai.

dasarnya perunggu kemudian dilapis dengan Pakaian yang dikenakan berupa paridhana yang emas.

AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 31 No. 1, Juni 2013 : 1-80

tipis, bermotif garis-garis dan panjang sampai dengan telapak diarahkan ke atas. Rambut pergelangan kaki. Di bagian tengah sebelah arca digambarkan ikal-ikal besar, menutupi depan digambarkan wiru . Kain tersebut hanya seluruh bagian kepala dan sebuah sanggul menutupi badan bagian bawah dan bagian kecil berbentuk bulat terlihat di bagian tengah atas dibiarkan terbuka. Sebuah ikat pinggang atas kepala. Di dahi arca digambarkan ūrṇā. dan sampur digunakan sebagai pengikat kain Pakaiannya berupa uttarāsaṅga dan antarawāsaka. tersebut.

Pakaian antarawāsaka tidak terlihat karena tertutup Arca ini digambarkan pula memakai kulit oleh pakaian uttarāsaṅga. Pakaian tersebut menutupi harimau yang dilingkarkan pada bagian pinggul bagian dada, bahu dan tangan kiri, sementara bahu dan terlihat kepala harimau muncul di bagian kanan dibiarkan terbuka. paha kanan depan. Tali yang tidak berhias dipakai

Melihat penampilan gaya pakaian sebagai tali kasta. Jenis perhiasannya, yaitu mencirikan bahwa arca Buddha ini muncul kalung, sepasang gelang lengan dan sepasang dalam gaya seperti arca-arca Buddha dari masa gelang tangan. Dari penggambaran pakaian seni Śailendra. Berdasarkan gaya pakaian maka mencirikan bahwa arca ini memiliki gaya seni arca Buddha dari Rantaulimaumanis dapat Śailendra di Jawa Tengah.

dikelompokkan ke dalam arca yang memiliki periode dari abad ke-8-9 Masehi.

4.2.2 Buddha

Tempat penemuan : Rantaulimaumanis, Kec.

4.2.3 Buddha

Tabir, Kab. Saro-langun- Tempat penemuan : Rantaulimaumanis, Bangko, Jambi

Kecamatan. Tabir, Kab. Tempat penyimpanan : Museum Negeri Jambi,

Sarolangun-Bangko, Jambi.

Jambi Bahan

: Perunggu. Tempat penyimpanan : Museum Negeri Jambi, Ukuran

: Tinggi 10 Cm. Jambi Keadaan

: Bagian āsana sudah hilang. Bahan : Perunggu berlapis emas. Sumber Foto

: BPCB Jambi

Ukuran

: Tinggi 13,6 Cm

Keadaan

: Rusak dengan kedua tangan hilang.

Sumber Foto

: BPCB Jambi Arca ini digambarkan berdiri di atas

padma dengan kedua kaki dalam posisi sejajar. Sikap tangannya tidak dapat diketahui karena sudah patah. Rambutnya digambarkan berupa ikal-ikal kecil dan tampak menutupi seluruh bagian kepala. Di bagian tengah atas kepala terdapat sebuah sanggul kecil berbentuk bulat ( uṣṇīsa). Pakaiannya yang berupa uttarāsaṅga

Foto 15. Buddha dari Rantau Limau

menutupi bagian kedua bahu, panjang sampai

bawah lutut dan di bagian depan sebelah bawah Arca duduk dalam sikap wajraparyaṅka. berbentuk melengkung sedangkan pakaian yang Tangan kanan dalam sikap bhumisparśamudrā, berupa antarawāsaka, digambarkan panjang dan tangan kiri diletakkan di atas pangkuan hingga pergelangan kaki.

Manis, Jambi.

Bambang Budi Utomo, Arca-arca Berlanggam Śailendra di Luar Tanah Jawa.

Dari penampilan gaya pakaiannya dapat tokoh Amitābha dalam posisi duduk. Tokoh ini dikelompokkan kedalam gaya dari masa seni tidak digambarkan di dalam relung. Di bagian Śailendra, yaitu dari abad ke-8-9 Masehi.

tengkuk dan kedua bahu terlihat ikal-ikal rambut yang menjurai. Sebuah jamang berhias bunga

tampak dikenakan dan seolah-olah mengikat bagian dasar mahkota.

Foto 16. Buddha dari Rantau Limau Manis, Jambi.

4.2.4 Awalokiteśwara

Foto 17. Aw a l o k i t e św a r a dari Rantau Limau

Tempat penemuan : Rantaulimaumanis, Kec.

Manis, Jambi.

Tabir, Kab. Saro-langun- Bangko, Jambi

Arca ini memakai kain tipis dan panjang Tempat penyimpanan : Museum Negeri Jambi, hingga pergelangan kaki dengan wiru di bagian

depan. Kain tersebut hanya menutupi badan Bahan

Jambi

: Perunggu bagian bawah, sementara bagian dada dibiarkan Ukuran

: 15,5 Cm terbuka. Sebagai pengikat kain dipakai ikat

Keadaan : Rusak, kedua kaki telah pinggang berupa tali polos dan simpul di bagian

perut. Kedua ujung ikat pinggang digambarkan Sumber Foto

hilang

: Bambang Budi Utomo menjuntai di depan paha kanan dan kiri. Sebuah

tali polos digunakan sebagai tali kasta. Sikap arca digambarkan berdiri dengan Penggambaran pakaian mencirikan bahwa pinggul agak dicondongkan ke kanan. Kedua

arca tersebut tampil dalam gaya seperti arca-arca kaki tidak dapat diketahui sikapnya karena sudah dari masa seni Śailendra yang memiliki periode

patah dan hilang. Tangannya yang berjumlah

abad ke-8-9 Masehi.

dua masing-masing sebelah kanan dalam sikap abhayamudrā dan sebelah kiri memegang

4.2.5 Awalokiteśwara

setangkai padma . Penggambaran wajahnya tampak agak gemuk dengan matanya yang tidak Tempat penemuan

: Rantaulimaumanis, Kec. Tabir, Kab. Saro-langun-

proporsional (mata tampak besar). Tatanan rambut berupa mahkota dengan ukuran yang

Bangko, Jambi tidak begitu tinggi dan dibagian depan berhias Tempat penyimpanan : Museum Negeri Jambi,

Jambi

AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 31 No. 1, Juni 2013 : 1-80

Bahan : Perunggu Dilihat dari gaya pakaian dan perhiasan Ukuran

: 15,4 Cm yang sederhana, dalam pengertian tidak raya Keadaan

: agak aus, kedua telapak menunjukkan bahwa arca ini digambarkan

dalam gaya seperti arca-arca dari masa seni Sumber Foto

tangan patah dan hilang

: Bambang Budi Utomo Śailendra. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan kemungkinan arca Awalokiteśwara yang ditemukan di Rantaulimaumanis berasal dari abad ke 8-9 Masehi.

4.2.6 Awalokiteśwara

Tempat penemuan

: Sungai Rambut, Kec. Nipah Panjang, Kab. Tanjung Jabung, Jambi

Tempat penyimpanan : Museum Negeri Jambi, Jambi

: Rusak, terutama pada tangan kiri belakang

masih utuh.

Sumber Foto

: Bambang Budi Utomo

Foto 18. Awalokiteśwara dari Rantau Limau Manis, Jambi.

Arca ini berdiri dengan posisi kaki sejajar dan pinggul agak dicondongkan ke kanan. Rambut arca ditata dalam bentuk menyerupai mahkota dengan hiasan berupa tokoh Amitābha dalam posisi duduk. Ikal-ikal rambut terlihat menjurai di bagian tengkuk dan kedua bahu. Jamang yang dikenakan tampak seperti mengikat bagian dasar mahkota. Pakaiannya berupa paridhana, digambarkan tipis, panjang

h i n g g a pergelangan kaki dengan wiru di bagian tengah depan. Pakaian tersebut hanya menutupi badan bagian bawah, sedangkan bagian dada dibiarkan terbuka. Pakaian tersebut diikat dengan ikat pinggang berupa tali dengan simpul

Foto 19. Awalokiteśwara

dari Sungai Rambut, Jambi.

di bagian perut dan kedua ujungnya menjuntai

di paha kanan serta kiri. Tali kasta yang dipakai berupa tali tanpa hiasan. Jenis perhiasan yang

Sikap arca digambarkan berdiri di atas digunakan hanya kalung dan sepasang hiasan padma dengan posisi kaki sejajar tetapi telapak telinga.

Bambang Budi Utomo, Arca-arca Berlanggam Śailendra di Luar Tanah Jawa.

tidak berhimpit. Arca ini yang semula bertangan dipakai ikat pinggang berupa untaian manik- empat dan sekarang tiga tangan sudah patah serta manik berhias bunga dan sebuah sampur dengan

hilang, maka yang tersisa, tangan kiri belakang yang tampak di bagian perut. Tali kastanya dan tampak memegang sesuatu benda, namun berupa pita dengan ukuran agak lebar. Perhiasan tidak jelas. Hal ini dikarenakan keadaannya sudah yang dipakai, yaitu kalung dan sepasang gelang rusak. Rambut arca ditata dalam bentuk sanggul lengan berhias bunga. dan tokoh Amitābha dalam posisi duduk namun tidak di dalam relung tampak menghiasi bagian depan mahkota tersebut. Ikal-ikal rambut terlihat menjurai pada bagian tengkuk dan bahu kanan serta kiri. Jamang yang dipakai berhias bunga tampak digambarkan pada bagian atas kening. Pakaiannya berupa kain tipis dan panjang sampai pergelangan kaki.

Penggambaran tatanan rambut dan gaya pakaian mencirikan bahwa arca ini memiliki kemiripan gaya seperti arca-arca Awalokiteśwara dari masa seni Śailendra. Dapat dikatakan bahwa arca tersebut mungkin berasal dari abad ke-8-9 Masehi.

Foto 20. Padmapani dari daerah Kerinci.

4.2.7 Padmapāṇi

Tempat penemuan : Tidak diketahui dengan Penggambaran gaya tatanan rambut arca

pasti, hanya disebutkan Padmapāṇi ini berbeda dengan gaya tatanan dari daerah Kerinci.

rambut arca-arca perunggu Padmapāṇi yang Tempat penyimpanan : Museum

Nasional, berasal dari Jawa (Fontein, 1971: 149). Menurut

Nik Hassan Shuhaimi dilihat dari penggambaran Bahan

Jakarta (Inv. No. 6042)

: Perunggu ikat pinggang yang dikenakan arca Padmapāṇi Ukuran

: Tinggi 16 Cm yang dijumpai di Kerinci tampak adanya

Keadaan : Rusak dengan kaki kiri kemiripan dengan penggambaran ikat pinggang

pada arca-arca yang berasal dari Wihāra Sari, Sumber Foto

telah hilang.

: Pusat Arkeologi Nasional Jawa Tengah (Shuhaimi, 1982: 166-167). Dikatakan pula bahwa gaya tatanan rambut

Sikap arca digambarkan berdiri. Padmapāṇi dari Kerinci mirip seperti gaya Tangannya berjumlah dua, sebelah kanan dalam tatanan rambut arca-arca Awalokiteśwara yang

sikap waramudrā dan sebelah kiri memegang memakai kulit harimau. Sementara Suleiman

lotus. Rambut ditata dalam bentuk menyerupai mengatakan bahwa arca Padmapāṇi dari Kerinci

mahkota dan ikal-ikal rambut terlihat menjurai tampil dalam gaya seperti arca Padmapāṇi di di bahu kanan serta kiri. Arca ini mengenakan

Thailand (Sulaiman, 1981: 44; Bowie dkk., 1972: jamang yang tampak di bagian dasar mahkota. 12; Diskul, 1980: 1, 23). Bila diperhatikan pada Pakaiannya berupa kain tipis, panjang hingga penggambaran gaya pakaian arca Padmapāṇi dari pergelangan kaki. Pakaian tersebut hanya Kerinci tampak bahwa ada pengaruh dari gaya menutupi badan bagian bawah, sementara bagian seni dari masa Śailendra. Diduga arca tersebut atas dibiarkan terbuka. Sebagai pengikat kain berasal dari abad ke-8-9 Masehi.

AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 31 No. 1, Juni 2013 : 1-80

seluruh badan dan panjang jubah pada bagian Tempat penemuan

4.2.8 Buddha

: Solok, Kab. Solok, depan sampai di bawah lutut serta berbentuk

melengkung sedangkan pada bagian belakang Tempat penyimpanan : M e s e u m N e g e r i lurus, panjang sampai pergelangan kaki.

Sumatra Barat

Dalam usaha menentukan pertanggalan, Bahan

Adityawarman, Padang

: Perunggu komponen yang dilihat adalah gaya pakaian Ukuran :

yang dikenakan. Dari gaya pakaian tampak arca Keadaan

: Utuh dan baik. Buddha ini memiliki ciri-ciri seperti arca-arca Sumber Foto

: Pusat Arkeologi Nasional Buddha dari masa seni Śailendra.

4.2.9 Buddha

Tempat penemuan

: Solok Sipin, Kec. Jambi Kota, Jambi Tempat penyimpanan : Museum

Nasional, Jakarta (Inv. No. 233A)

: Rusak, kedua tangan telah hilang.

Sumber Foto

: Bambang Budi Utomo

Foto 21. Buddha dari Solok Sumatra Barat.

Arca Buddha ini digambarkan dalam sikap berdiri tegak di atas padma dengan telapak kaki sejajar namun tidak berhimpit. kedua tangannya diletakkan di samping badan, siku dilipat dan telapak tangan diarahkan ke depan dengan ibu jari dan jari telunjuk saling bertemu. Rambut arca berupa ikal-ikal kecil yang menutupi seluruh bagian kepala dan di bagian tengah atas kepala terdapat uṣṇīsa. Pada bagian belakang kepala

Foto 22. Buddha dari Solok

arca terdapat prabhā berbentuk bulat. Sebuah Sipin, Jambi.