Penyelidikan Geolistrik Tambu
POTENSI PANAS BUMI BERDASARKAN SURVEI GEOLISTRIK DAN HEAD-ON DI
DAERAH PANAS BUMI TAMBU, KABUPATEN DONGGALA,
PROVINSI SULAWESI TENGAH
Oleh :
B a k r u n, Mochamad Kholid
Kelompok Program Penelitian Panas Bumi
SARI
Daerah panas bumi Tambu termasuk wilayah kecamatan Balaesang, Kabupaten Donggala,
Sulawesi Tengah, manifestasinya terletak di desa Mapane Tambu, berupa kolam air panas dengan
temperatur 57.4 oC.
Air panas Tambu muncul di dataran aluvium pada elevasi 3 meter dari permukaan laut yang
dikontrol oleh sesar Tambu berarah utara–selatan. Area prospek berada di daerah depresi dan di
batasi oleh tahanan jenis rendah (< 25 Ohm-m) memanjang mengikuti struktur di sekitar airpanas,
dengan luas daerah prospek 6 Km².
Reservoir diperkirakan berkaitan dengan batuan metamorf (skis) dengan tahanan jenis 70 – 150
Ωm, lapisan ini diduga berada pada kedalaman > 600 meter, diikuti oleh lapisan batolit granit
yang mendominasi lapisan batuan di daerah ini dengan tahanan jenis 800-900 Ωm.
Struktur geologi yang mengontrol airpanas Tambu adalah sesar Tambu berarah utara-selatan yang
kemungkinan teraktifkan kembali, dan diketahui bahwa struktur yang berarah barat timur hanya
terdapat pada kedalaman dangkal.
Berdasarkan luas daerah prospek 6 km², dan temperatur bawah permukaan sebesar 140 °C
(geotermometer Na, K, Mg), dengan asumsi tebal reservoir 1000 m, maka potensi cadangan
terduga di daerah panas bumi Tambu adalah sebesar 14 Mwe.
Kabupaten Donggala, Propinsi Sulawesi
Tengah.
Terletak pada koordinat antara 119º 50’
46,06” – 119º 57’ 19,02” BT dan 0º 2’
15,57” LU - 0º 6’ 57,29” LS atau 816.833 –
828.995 mT dan 9.987.172 – 10.004.168 mS
(Gambar 1).
PENDAHULUAN
Potensi panas bumi bisa diketahui
berdasarkan penghitungan yang luas daerah
prospeknya diambil dari hasil survei
geolistrik tahanan jenis. Survei geolistrik
dimaksudkan untuk mengetahui penyebaran
tahanan jenis secara lateral dan vertikal
dengan menggunakan bentangan simetris
(Schlumberger), sehingga nantinya akan
diperoleh potensi panas bumi berdasarkan
luas dari daerah prospek berdasarkan luas
anomali tahanan jenis rendah.
Daerah panas bumi Tambu sebagian besar
termasuk wilayah Kecamatan Balaesang,
METODE
Metode geolistrik terdiri dari dua metode
yaitu pemetaan tahanan jenis (Mapping),
dan pendugaan tahanan jenis (Sounding)
dengan
menggunakan
konfigurasi
Schlumberger
(bentangan
simetris).
Pengukuran dilakukan pada titik-titik ukur
1
Satuan batuan di daerah survei dapat
dikelompokkan menjadi lima satuan, dengan
urutan dari tua ke muda adalah Satuan
Granit (Tmg), Diorit (Tpd), Batupasir (Qpb),
Endapan Pantai (Qs), dan Satuan Aluvium
(Qa).
yang telah ditentukan. Hasil pengukuran
mapping akan berupa peta-peta tahanan
jenis semu untuk berbagai bentangan
elektroda arus, sedangkan pengukuran
sounding akan berupa profil-profil nilai
tahanan
jenis
sebenarnya.
Metode
penyelidikan ini menggunakan arus bolakbalik yang dialirkan melalui dua buah
elektroda arus A dan B yang menghasilkan
beda potensial diantara kedua titik tersebut
dan selanjutnya diukur besar beda potensial
MN yang terletak di antara A dan B.
Pengukuran didaerah penyelidikan ini
dilakukan dalam konfigurasi bentangan
AB/2 = 250, 500, 800 dan 1000 meter untuk
mapping, sedangkan untuk pengukuran
sounding dimulai pada bentangan AB/2 =
1,6 meter sampai AB/2 = 2000 meter
dengan jarak elektroda potensial MN < 1/5
AB. Semakin besar AB/2 semakin dalam
penetrasi arus ke dalam bumi, yang berarti
semakin dalam informasi yang didapat.
Untuk Head-On ditambah satu elektroda
yaitu C pada jarak 4 km tegak lurus lintasan,
dimana terletak elektroda A dan B.
Pengukuran Head-On dilakukan pada
bentangan AB/2 = 200, 400, 500, 600 dan
800 meter dengan bentangan MN = 100
meter
Konfigurasi untuk pengukuran Head-On
yang digunakan masih tetap Schlumberger
tetapi
perbedaannya
terletak
pada
penempatan elektroda arus, dimana pada
pengukuran Head-On elektroda arus
ditambah satu elektroda C pada jarak yang
relatif jauh di luar lintasan yang berarah
tegak lurus terhadap lintasan sehingga
OC⊥AB dan OC >> AB.
Sesar normal Balaesang dan sesar normal
Tambu diperkirakan sesar yang membentuk
zona depresi (menangga) di sisi bagian barat
yang saat ini sudah terisi oleh endapan
batupasir dan aluvium. Sama halnya dengan
kedua sesar tersebut, blok bagian barat dari
sesar normal Batukanjai merupakan bagian
yang bergerak relatif turun dan saat ini terisi
oleh sedimen batupasir dan aluvium. Dalam
perkembangannya semua sesar tersebut
diperkirakan teraktifkan kembali bersamaan
dengan terbentuknya beberapa sesar normal
mengiri yang memotong barat - timur. Pada
beberapa tempat sesar Balaesang maupun
sesar Tambu terpotong dan bergerak ke arah
timur sebagai akibat pergeseran dari sesar
normal mengiri lebih muda yang
memotongnya. Pergeseran jalur sesar
Balaesang tersebut menghasilkan beberapa
pola kelurusan kontur di bagian timurnya.
Sesar Tambu diperkirakan sebagai struktur
geologi yang mengontrol pemunculan
manifestasi kolam air panas Tambu.
Mata air panas di daerah Tambu hanya
terdapat di satu lokasi dan masih berada di
dalam peta kerja Tambu, yaitu air panas
Tambu, selebihnya berada di luar lokasi
peta, yaitu air panas Roras, dan air panas
Ponggerang terletak pada posisi klorida,
sedangkan air panas Budi mukti, dan air
panas Ranang, terletak pada posisi
bikarbonat.
GEOLOGI DAN GEOKIMIA
Berdasarkan diagram segi tiga Na-K-Mg ,
mata air panas,
terletak pada partial
equilibrium, sebagai indikasi manifestasi
yang muncul ke permukaan mungkin ada
pengaruh interaksi antara fluida dengan
batuan dalam keadaan panas sebelum
bercampur dengan air permukaan (meteoric
water), kecuali air panas budi mukti pada
immature water. Berdasarkan diagram segi
tiga Cl, Li, B, posisi mata air panas terletak
pada posisi pojok atas klorida. Air panas
Morfologi yang terbentuk di daerah panas
bumi Tambu dipengaruhi oleh kegiatan
tektonik, pelapukan, dan erosi yang
membentuk pedataran
dan perbukitan
memanjang dengan ketinggian antara 100650 m di atas permukaan laut.
Morfologi daerah survei terbagi menjadi tiga
satuan
morfologi
yaitu:
morfologi
perbukitan curam, perbukitan bergelombang
sedang, dan morfologi pedataran.
2
Pada peta tahanan jenis semu bentangan
AB/2=500 meter mempunyai pola kontur
hampir sama dengan pola kontur anomali
pada bentangan AB/2=250m, anomali
rendah < 25 masih tetap konsisten berada di
bentangan ini, dan diikuti oleh tahanan jenis
semu 25-100 Ωm, dan masih tetap membuka
kearah barat dengan luas yang sedikit
menyempit. Anomali tahanan jenis 100-250
Ωm mengikuti pola kontur sebelumnya
dengan penyebaran cukup luas. Kontur
dengan tahanan jenis > 250 Ωm
penyebarannya cukup luas ke arah timur.
Tahanan jenis semu pada AB/2=800 meter
mempunyai pola hampir sama dengan pola
anomali tahanan jenis semu sebelumnya.
Anomali rendah < 25 Ωm diikuti oleh
anomali dengan nilai kontur 25-100 Ωm,
anomali tersebut membuka ke arah barat (ke
arah laut). Selanjutnya adalah anomali
dengan nilai kontur 100-250 Ωm menempati
bagian tengah yang mempunyai penyebaran
cukup luas ke arah utara-selatan. Anomali
tahanan jenis tinggi yaitu >250 berada di
bagian timur dengan kontur membuka ke
arah timur, selatan dan utara dengan
penyebaran yang makin luas.
Pada bentangan AB/2=1000 meter (Gambar
3), harga tahanan jenis rendah 250 Ωm dengan
penyebaran cukup luas, kontur membuka ke
arah baratlaut, selatan dan timur.
yang terbentuk, terkontaminasi air laut di
daerah penyelidikan, yang diindikasikan
oleh rasa air panas agak asin, daya hantar
listrik relatif tinggi (2000-9600 µm/cm), Na
relatif tinggi (337-1226 mg/l) dan Cl (5943339 mg/l) dan Silika rendah (34-61 mg/l).
MANIFESTASI PANAS BUMI
Manifestasi berupa kolam air panas dengan
temperatur 57.4 oC pada temperatur udara di
lokasi 27.1oC, air panas mengalir dengan
debit air 0.5 l/detik, pH netral (pH = 7.10),
pemunculannya dikontrol oleh sesar normal
Tambu yang berarah utara baratlaut –
selatan tenggara. Sesar Tambu ini
merupakan sesar tua yang diperkirakan
teraktifkan kembali, sehingga memfasilitasi
fluida panas yang ada dalam reservoir untuk
mengalir menuju permukaan.
Hal ini
diperkirakan karena manifestasi Tambu
berada di atas suatu tubuh batuan beku
dalam (poket magma) yang diduga sebagai
sumber panas (heat source) dari sistem
panasbumi Tambu.
PEMETAAN TAHANAN JENIS SEMU
Hasil pemetaan tahanan jenis semu pada
bentangan AB/2 = 250 meter (Gambar 2),
memperlihatkan anomali tahanan jenis semu
rendah < 25 Ωm, selanjutnya diikuti oleh
anomali tahanan jenis semu 25-100 Ωm
mempunyai pola kontur hampir sama yaitu
membuka ke arah barat, memotong hampir
semua lintasan. Kontur tahanan jenis semu
100 Ωm memotong lintasan A, B, C, D
lintasan E, F, dan G.
Anomali tahanan jenis semu 100 - 250 Ωm
masih mengikuti kontur sebelumnya dan
memotong lintasan A sampai G di tengah
daerah penyelidikan dengan kontur tahanan
jenis membuka ke arah utara dan selatan.
Anomali tahanan jenis ini juga ditemui di
ujung lintasan D, E, dan F dengan kontur
tertutup. Anomali tahanan jenis >250 Ωm
menempati
bagian
timur
daerah
penyelidikan dengan penyebaran cukup luas
ke arah timur, utara dan selatan.
PENAMPANG TAHANAN JENIS
SEMU
Pada penampang tahanan jenis semu
lintasan D tahanan jenis rendah < 25 Ωm
berada pada titik amat D-1000, D-1500 dan
D-2100 dengan kemiringan ke arah barat,
diikuti oleh tahanan jenis 25-100 Ωm
dengan penyebaran tidak begitu luas.
Sebaran tahanan jenis semu 100-250 Ωm
3
batupasir. Selanjutnya adalah nilai tahanan
jenis antara 125-200 Ωm pada lapisan ke
dua dan tahanan jenis 300-500 Ωm pada
lapisan ke empat merupakan batu granit
yang sudah mengalami pelapukan. Di bagian
timurlaut lapisan ke dua tersebut tersingkap
di permukaan, batuan granit tersebut
dipermukaan
kemungkinan
sudah
mengalami pelapukan sehingga harga
tahanan jenisnya agak rendah. Lapisan ke
lima ditempati oleh tahanan jenis 70-150
Ωm, lapisan ini diperkirakan ada kaitannya
dengan batuan metamorf yaitu skis dan
lapisan yang ke enam dengan tahanan jenis
800-900 Ωm merupakan batolit granit yang
mendominasi lapisan batuan di daerah ini
(gambar 5).
berada di bagian timur laut berada pada titik
amat D-3000 sampai D-5000, tahanan jenis
ini berada tipis di permukaan dan menujam
pada titik amat D-3500. Harga tahanan jenis
pada penampang ini umumnya makin ke
dalam mempunyai tahanan jenis yang makin
membesar, seperti pada titik amat D-5500.
Adanya anomali tinggi pada penampang
tahanan jenis tersebut mengindikasikan
adanya batuan dengan resistivitas besar di
bawah permukaan, kemungkinan batuan
dengan resistivitas besar di daerah ini adalah
granit.
Untuk
penampang
lainnya
perlapisannya
hampir
sama
dengan
penampang D ini (gambar 4).
PENDUGAAN TAHANAN JENIS
Hasil sounding pada umumnya diperoleh 4
buah lapisan; terdiri dari lapisan pertama
yaitu lapisan permukaan dengan tahanan
jenis 12-40 Ωm, kemudian lapisan kedua
dengan tahanan jenis 250-600 Ωm,
selanjutnya adalah lapisan ke 3 dengan
tahanan jenis 70-200 Ωm dan lapisan
terakhir adalah lapisan dengan tahanan jenis
700-1100 Ωm . Lapisan pertama dengan
tahanan jenis 12-40 Ωm diduga merupakan
lapisan permukaan yang didominasi oleh
alluvium dengan ketebalan sekitar 25
sampai 100 meter, diikuti oleh batuan
dengan tahanan jenis lebih besar yaitu antara
250-600 Ωm diperkirakan batuan granit
yang sudah dekat permukaan dan
diperkirakan sedikit mengalami pelapukan
dengan ketebalan 300-400 meter. Pada
lapisan ke tiga terdapat tahanan jenis yang
sedikit lebih kecil yaitu 70-200 Ωm, lapisan
ini diduga batuan metamorf yaitu skis yang
merupakan batuan dasar di daerah ini yang
terintrusi oleh batuan granit dengan tahanan
jenis 700-1100 Ωm.
PENDUGAAN HEAD-ON
Hasil pengukuran head-on pada lintasan X
(Gambar 6) dan Y (Gambar 7), tidak
memperlihatkan struktur dalam, melainkan
hanya ditemukan struktur dangkal pada
bentangan AB/2=200 m, sesar tersebut tidak
menerus ke arah yang lebih dalam. Hasil
pengamatan head-on bahwa struktur yang
didapat hanya pada kedalaman dangkal, hal
ini diduga pengontrol airpanas tambu bukan
struktur tersebut, melainkan sesar tua
Tambu yang berarah utara-selatan yang
teraktifkan kembali.
DISKUSI
Tahanan jenis rendah < 25 Ohm-m terdapat
secara konsisten berada di ujung lintasan B,
C, D yaitu disekitar airpanas Tambu dan
diharapkan merupakan indikasi adanya
aktifitas panas di bawah permukaan bukan
dari batuan sedimen/aluvium atau intrusi
airlaut yang mendominasi daerah disekitar
airpanas.
Tahanan
jenis
rendah
tersebut
keberadaannya disekitar struktur yang
berarah balatlaut-tenggara dan utara-selatan,
hampir sejajar dengan aktifitas Tektonik
Sulawesi. Daerah prospek berada disekitar
tahanan jenis rendah < 25 Ohm-m yang
masih membuka ke arah barat dengan
Pada penampang CD penampang ini terdiri
dari 6 lapisan yaitu lapisan pertama
merupakan lapisan permukaan dengan nilai
tahanan jenis 6 sampai 60 Ωm yang terbagi
menjadi dua lapisan yaitu lapisan pertama
dan ketiga, lapisan ini merupakan lapisan
permukaan yang terdiri dari aluvium dan
4
Terima kasih penulis sampaikan kepada para
pejabat Badan Geologi yang telah
memberikan fasilitas berupa kegiatan survei
terpadu di wilayah Tambu, dan panitia
kolokium yang memuat makalah ini. Ucapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada
anggota tim penyelidikan panas bumi
Tambu, telah bekerja secara serius dan
bertanggung jawab.
reservoir berada disekitar struktur, diduga
berupa poket sehingga kedalamannya tidak
bisa diketahui pasti.
Hasil pengukuran sounding tidak diperoleh
tahanan jenis rendah yang diperkirakan
sebagai clay cap, ini disebabkan oleh tidak
adanya titik pengamatan sounding di area
tahanan jenis rendah < 25 Ohm-m karena
ujung lintasan sudah dilaut, sedangkan zona
tahanan jenis rendah mengarah ke laut.
Walaupun demikian pada pengamatan
sounding di lintasan D (D 2100 dan D 2600)
yang berada di bagian barat sesar Tambu,
reservoir diperkirakan berada pada lapisan
ke lima dengan tahanan jenis 70-150 Ohmm, pada kedalaman > 600 m, walaupun clay
cap nya tidak didapatkan.
Potensi terduga daerah panas bumi Tambu
adalah 14 MWe, dengan asumsi tebal
reservoir 1000 meter, temperatur bawah
adalah 140 °C.
DAFTAR PUSTAKA
Bakrun, 2004, Penyelidikan Terpadu
Geologi,Geokimia dan Geofisika di
daerah Panas Bumi Marana-Marawa,
Kecamatan
Sindue,
Kabupaten
Donggala, Sulawesi Tengah.
Bemmelen, van R.W., 1949. The Geology of
Indonesia. Vol. I A. General Geology
Of
Indonesia
And
Adjacent
Archipelagoes. Government Printing
Office. The Hague. Netherlands.
Dede Iim, dkk, 2008, Penyelidikan Geologi
di daerah panas bumi Tambu, Kab.
Donggala, Sulawesi Selatan.
Dedi K, dkk, 2008, Penyelidikan Geokimia
di daerah panas bumi Tambu, Kab.
Donggala, Sulawesi Selatan.
Yohana, T., 2003, Resty 2003 : Program
Pengolahan Data Geolistrik
Mahon K., Ellis, A.J., 1977. Chemistry and
Geothermal System. Academic Press
Inc. Orlando.
Saefudin,1994, Batuan Granitik daerah Palu
dan sekitarnya, Sulawesi Tengah, Jurnal
Geologi dan Sumberdaya Mineral, Vol –
IV.
Simanjuntak, dkk., 1973. Peta Geologi
Lembar Palu - 2015 & 2115, Sulawesi,
Skala 1: 250.000. Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Geologi. Bandung.
Telford, W.M. et al, 1982. Applied
Geophysics. Cambridge University
Press. Cambrid.
KESIMPULAN
Tahanan jenis rendah di permukaan diduga
diakibatkan oleh batuan alluvium dan
batupasir.
Daerah prospek diduga berada disekitar
tahanan jenis rendah < 25 Ohm-m yang
masih membuka ke arah barat dan disekitar
struktur yang mengontrol airpanas Tambu
adalah struktur yang berarah hampir utaraselatan.
Potensi terduga daerah panas bumi Tambu
adalah 14 MWe, dengan temperatur bawah
permukaan 140 °C (Geothermometer Na, K,
Mg).
Reservoir diduga berupa poket yang berada
disekitar struktur sesar dengan kedalaman
diperkirakan lebih besar dari 600 m.
UCAPAN TERIMA KASIH
5
120o BT
121o BT
U
0o
Lokasi Daerah
Penyelidikan
Peta index
1o LS
Daerah
Gambar 1 Peta Lokasi Daerah Penyelidikan
PETA TAHANAN JENIS SEMU
AB/2 =250 m
DAERAH PANAS BUMI TAMBU
KABUPATEN DONGGALA,
PROVINSI SULAWESI TENGAH
10004000
U
10002000
0
2000
4000
10000000
KETERANGAN
250 Ohm meter
113
9996000
435
10
A 5000
Titik Pengukuran Geolistrik
Silumbea
Mata air panas
409
6
Tambu
Kontur ketinggian interval 50 meter
6
9994000
335
330
109
Sungai dan anak sungai
Baru
Tanahruntuh
108
Jalan provinsi, jalan kabupaten
37
32
460
442
283
Melui
9992000
280
107
351
453
120
38
106
INDEKS
320
Peta Indeks
290
Binangga Towiya
9990000
9992500
524
0ø N
105
618
Donggala
9992000
Palu
Meli
104
Poso
591
9991500
541
Abo
2ø S
Pulau Sulawesi
453
120 ø E
15
103
9988000
9991000
0
370
831000
419
820000
125
250
kilometers
702
818000
122 ø E
Lokasi Penyelidikan
822000
824000
826000
831500
828000
Gambar 2 Peta Tahanan Jenis Semu AB/2=250 meter
6
832000
832500
833000
PETA TAHANAN JENIS SEMU
AB/2 =1000 m
DAERAH PANAS BUMI TAMBU
KABUPATEN DONGGALA,
PROVINSI SULAWESI TENGAH
10004000
U
10002000
0
2000
4000
10000000
KETERANGAN
250 Ohm meter
113
9996000
435
10
A 5000
Titik Pengukuran Geolistrik
Silumbea
Mata air panas
409
6
Tambu
Kontur ketinggian interval 50 meter
6
9994000
335
330
109
Sungai dan anak sungai
Baru
Tanahruntuh
108
Jalan provinsi, jalan kabupaten
37
32
460
442
283
Melui
9992000
280
107
351
453
120
38
106
INDEKS
320
Peta Indeks
290
Binangga Towiya
9990000
9992500
524
0ø N
105
618
Donggala
9992000
Palu
Meli
104
Poso
591
9991500
541
Abo
2ø S
Pulau Sulawesi
453
120 ø E
15
103
9988000
9991000
0
831000
419
820000
125
250
kilometers
702
818000
122 ø E
Lokasi Penyelidikan
370
822000
824000
826000
831500
828000
Gambar 3 Peta Tahanan Jenis Semu AB/2=1000 meter
7
832000
832500
833000
LINTASAN A
Barat Daya
200
A400
A900
A1400
60
69
270
98
141
318
208
93
153
503
0
-200
-400
0
500
0
Timur Laut
A2400
A1900
25
100
150
250
300
490
244
646
575
1000
200
188
400
635
1500
500
600
700
800
2000
2500
900 1000 1100 1200 1300 1400 1500
LINTASAN B
Barat Daya
Timur Laut
B4000
40
51
31
70
82
92
99
112
122
137
23
46
40
73
-500
120
114
146
129
138
168
184
237
256
277
150
173
178
251
313
726
237
232
263
923
1000
0
50
907
286
1500
25
842
253
349
500
247
681
695
98
214
561
480
115
304
0
B3500
B3000
B2500
120
108
93
123
112
117
130
B2000
B1500
19
13
12
23
62
57
47
B1000
B500
0
2000
2500
3000
3500
4000
4500
100 150 200 250 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500
LINTASAN C
Barat Daya
Timur Laut
C1000
0
4
7
7
14
-500
1000
45
44
64
102
127
171
196
235
289
308
327
31
38
56
76
97
120
147
156
186
200
16
17
13
19
21
25
30
41
56
72
C3600
96
85
97
63
51
58
82
119
160
286
294
407
423
729
550
555
444
C4000
C4500
471
462
572
502
26
95
240
342
436
621
404
37
86
246
358
496
653
445
108
251
381
484
89
276
431
452
313
474
353
479
4000
4500
-1000
500
C3100
63
83
48
41
28
31
34
C2600
34
35
33
32
31
C2100
24
26
22
21
12
17
C1500
1500
2000
0
25
50
2500
3000
3500
C5000
C5500
1580
780
1123
941
1217
986
1553
5000
5500
6000
100 150 200 250 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500
LINTASAN D
Barat Daya
Timur Laut
D5000
D2100
30
26
34
50
43
36
31
D2600
126
127
69
47
25
31
D3000
47
53
48
40
46
57
56
D3500
66
67
57
76
95
131
132
D4000
D500
D1000
41
21
9
20
13
13
27
22
36
186
218
330
352
21
35
47
192
238
366
418
53
208
257
382
378
58
216
274
447
D1500
15
13
7
10
14
20
24
30
31
30
0
-500
34
36
48
75
74
87
94
107
142
151
57
73
95
151
133
148
168
191
237
216
172
222
259
267
351
390
406
321
341
394
D5500
D4500
178
225
316
197
666
869
333
341
421
379
241
373
408
57
333
-1000
0
500
1000
1500
0
25
2000
50
2500
3000
3500
4000
4500
5000
100 150 200 250 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500
Gambar 4 Penampang Tahanan Jenis Semu Lintasan A, B, C dan D
8
5500
6000
PENAMPANG TAHANAN JENIS SEBENARNYA CD
C
D
D2600
D3000
48
22
4
230
125
45
D2100
0
D3500
200
60
0
55
-100
250
-200
6
-100
500
325
-300
-200
-300
450
-400
100
250
-400
85
-500
-500
-600
-600
-700
-700
70
55
900
800
75
-800
-800
-900
-900
?
?
-1000
-1000
5-65 Ohm m
70-150 Ohm m
300-900 Ohm m
Gambar 5 Penampang CD, Tahanan Jenis Sebenarnya Lintasan D
9
PENAMPANG TAHANAN JENIS SEMU DAN CURVA HEAD ON
LINTASAN X
X500
X600
X700
X800
X900
X1000
X1100
X1200
X1300
X1400
X1500
X1600
X1700
X1800
X1900
X2000
13
11
9
8
5
4
5
4
5
6
6
6
7
8
9
12
22
0
-200
7
9
9
8
7
7
8
10
11
13
12
10
12
15
19
8
11
11
10
8
8
11
11
15
18
16
13
16
19
25
13
13
12
7
10
12
15
18
21
19
16
18
23
16
12
13
16
19
25
28
26
21
-400
0
5
10
15
20
25
HEAD-ON 200
5
0
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
-5
10
HEAD-ON 400
0
400
600
-10
10
HEAD-ON 500
0
400
600
-10
10
HEAD-ON 600
0
400
500
600
700
800
900
1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000
-10
HEAD-ON 800
10
0
400
600
800
1000
1200
1400
1600
-10
Gambar 6 Penampang Head-On , Lintasan X
10
1800
2000
PENAMPANG TAHANAN JENIS SEMU DAN CURVA HEAD ON
LINTASAN Y
Y400
Y1000 Y1100 Y1200 Y1300 Y1400 Y1500 Y1600 Y1700 Y1800 Y1900 Y2000
Y500
Y600
Y700
Y800
Y900
39
40
49
70
98
76
94
79
108
129
120
134
118
122
155
139
171
48
45
64
112
138
100
89
93
145
194
190
176
158
168
233
209
222
45
75
131
147
103
98
91
147
200
197
188
167
175
234
219
89
132
142
110
103
94
138
193
206
206
189
173
216
152
114
105
101
148
193
201
190
181
0
-200
-400
0
40
20
0
-20400
25
50
100
150
200
250
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
50
0
400
-50
10
0
-10400
50
0
400
-50
50
0
400
-50
Gambar 7 Penampang Head-On , Lintasan Y
11
DAERAH PANAS BUMI TAMBU, KABUPATEN DONGGALA,
PROVINSI SULAWESI TENGAH
Oleh :
B a k r u n, Mochamad Kholid
Kelompok Program Penelitian Panas Bumi
SARI
Daerah panas bumi Tambu termasuk wilayah kecamatan Balaesang, Kabupaten Donggala,
Sulawesi Tengah, manifestasinya terletak di desa Mapane Tambu, berupa kolam air panas dengan
temperatur 57.4 oC.
Air panas Tambu muncul di dataran aluvium pada elevasi 3 meter dari permukaan laut yang
dikontrol oleh sesar Tambu berarah utara–selatan. Area prospek berada di daerah depresi dan di
batasi oleh tahanan jenis rendah (< 25 Ohm-m) memanjang mengikuti struktur di sekitar airpanas,
dengan luas daerah prospek 6 Km².
Reservoir diperkirakan berkaitan dengan batuan metamorf (skis) dengan tahanan jenis 70 – 150
Ωm, lapisan ini diduga berada pada kedalaman > 600 meter, diikuti oleh lapisan batolit granit
yang mendominasi lapisan batuan di daerah ini dengan tahanan jenis 800-900 Ωm.
Struktur geologi yang mengontrol airpanas Tambu adalah sesar Tambu berarah utara-selatan yang
kemungkinan teraktifkan kembali, dan diketahui bahwa struktur yang berarah barat timur hanya
terdapat pada kedalaman dangkal.
Berdasarkan luas daerah prospek 6 km², dan temperatur bawah permukaan sebesar 140 °C
(geotermometer Na, K, Mg), dengan asumsi tebal reservoir 1000 m, maka potensi cadangan
terduga di daerah panas bumi Tambu adalah sebesar 14 Mwe.
Kabupaten Donggala, Propinsi Sulawesi
Tengah.
Terletak pada koordinat antara 119º 50’
46,06” – 119º 57’ 19,02” BT dan 0º 2’
15,57” LU - 0º 6’ 57,29” LS atau 816.833 –
828.995 mT dan 9.987.172 – 10.004.168 mS
(Gambar 1).
PENDAHULUAN
Potensi panas bumi bisa diketahui
berdasarkan penghitungan yang luas daerah
prospeknya diambil dari hasil survei
geolistrik tahanan jenis. Survei geolistrik
dimaksudkan untuk mengetahui penyebaran
tahanan jenis secara lateral dan vertikal
dengan menggunakan bentangan simetris
(Schlumberger), sehingga nantinya akan
diperoleh potensi panas bumi berdasarkan
luas dari daerah prospek berdasarkan luas
anomali tahanan jenis rendah.
Daerah panas bumi Tambu sebagian besar
termasuk wilayah Kecamatan Balaesang,
METODE
Metode geolistrik terdiri dari dua metode
yaitu pemetaan tahanan jenis (Mapping),
dan pendugaan tahanan jenis (Sounding)
dengan
menggunakan
konfigurasi
Schlumberger
(bentangan
simetris).
Pengukuran dilakukan pada titik-titik ukur
1
Satuan batuan di daerah survei dapat
dikelompokkan menjadi lima satuan, dengan
urutan dari tua ke muda adalah Satuan
Granit (Tmg), Diorit (Tpd), Batupasir (Qpb),
Endapan Pantai (Qs), dan Satuan Aluvium
(Qa).
yang telah ditentukan. Hasil pengukuran
mapping akan berupa peta-peta tahanan
jenis semu untuk berbagai bentangan
elektroda arus, sedangkan pengukuran
sounding akan berupa profil-profil nilai
tahanan
jenis
sebenarnya.
Metode
penyelidikan ini menggunakan arus bolakbalik yang dialirkan melalui dua buah
elektroda arus A dan B yang menghasilkan
beda potensial diantara kedua titik tersebut
dan selanjutnya diukur besar beda potensial
MN yang terletak di antara A dan B.
Pengukuran didaerah penyelidikan ini
dilakukan dalam konfigurasi bentangan
AB/2 = 250, 500, 800 dan 1000 meter untuk
mapping, sedangkan untuk pengukuran
sounding dimulai pada bentangan AB/2 =
1,6 meter sampai AB/2 = 2000 meter
dengan jarak elektroda potensial MN < 1/5
AB. Semakin besar AB/2 semakin dalam
penetrasi arus ke dalam bumi, yang berarti
semakin dalam informasi yang didapat.
Untuk Head-On ditambah satu elektroda
yaitu C pada jarak 4 km tegak lurus lintasan,
dimana terletak elektroda A dan B.
Pengukuran Head-On dilakukan pada
bentangan AB/2 = 200, 400, 500, 600 dan
800 meter dengan bentangan MN = 100
meter
Konfigurasi untuk pengukuran Head-On
yang digunakan masih tetap Schlumberger
tetapi
perbedaannya
terletak
pada
penempatan elektroda arus, dimana pada
pengukuran Head-On elektroda arus
ditambah satu elektroda C pada jarak yang
relatif jauh di luar lintasan yang berarah
tegak lurus terhadap lintasan sehingga
OC⊥AB dan OC >> AB.
Sesar normal Balaesang dan sesar normal
Tambu diperkirakan sesar yang membentuk
zona depresi (menangga) di sisi bagian barat
yang saat ini sudah terisi oleh endapan
batupasir dan aluvium. Sama halnya dengan
kedua sesar tersebut, blok bagian barat dari
sesar normal Batukanjai merupakan bagian
yang bergerak relatif turun dan saat ini terisi
oleh sedimen batupasir dan aluvium. Dalam
perkembangannya semua sesar tersebut
diperkirakan teraktifkan kembali bersamaan
dengan terbentuknya beberapa sesar normal
mengiri yang memotong barat - timur. Pada
beberapa tempat sesar Balaesang maupun
sesar Tambu terpotong dan bergerak ke arah
timur sebagai akibat pergeseran dari sesar
normal mengiri lebih muda yang
memotongnya. Pergeseran jalur sesar
Balaesang tersebut menghasilkan beberapa
pola kelurusan kontur di bagian timurnya.
Sesar Tambu diperkirakan sebagai struktur
geologi yang mengontrol pemunculan
manifestasi kolam air panas Tambu.
Mata air panas di daerah Tambu hanya
terdapat di satu lokasi dan masih berada di
dalam peta kerja Tambu, yaitu air panas
Tambu, selebihnya berada di luar lokasi
peta, yaitu air panas Roras, dan air panas
Ponggerang terletak pada posisi klorida,
sedangkan air panas Budi mukti, dan air
panas Ranang, terletak pada posisi
bikarbonat.
GEOLOGI DAN GEOKIMIA
Berdasarkan diagram segi tiga Na-K-Mg ,
mata air panas,
terletak pada partial
equilibrium, sebagai indikasi manifestasi
yang muncul ke permukaan mungkin ada
pengaruh interaksi antara fluida dengan
batuan dalam keadaan panas sebelum
bercampur dengan air permukaan (meteoric
water), kecuali air panas budi mukti pada
immature water. Berdasarkan diagram segi
tiga Cl, Li, B, posisi mata air panas terletak
pada posisi pojok atas klorida. Air panas
Morfologi yang terbentuk di daerah panas
bumi Tambu dipengaruhi oleh kegiatan
tektonik, pelapukan, dan erosi yang
membentuk pedataran
dan perbukitan
memanjang dengan ketinggian antara 100650 m di atas permukaan laut.
Morfologi daerah survei terbagi menjadi tiga
satuan
morfologi
yaitu:
morfologi
perbukitan curam, perbukitan bergelombang
sedang, dan morfologi pedataran.
2
Pada peta tahanan jenis semu bentangan
AB/2=500 meter mempunyai pola kontur
hampir sama dengan pola kontur anomali
pada bentangan AB/2=250m, anomali
rendah < 25 masih tetap konsisten berada di
bentangan ini, dan diikuti oleh tahanan jenis
semu 25-100 Ωm, dan masih tetap membuka
kearah barat dengan luas yang sedikit
menyempit. Anomali tahanan jenis 100-250
Ωm mengikuti pola kontur sebelumnya
dengan penyebaran cukup luas. Kontur
dengan tahanan jenis > 250 Ωm
penyebarannya cukup luas ke arah timur.
Tahanan jenis semu pada AB/2=800 meter
mempunyai pola hampir sama dengan pola
anomali tahanan jenis semu sebelumnya.
Anomali rendah < 25 Ωm diikuti oleh
anomali dengan nilai kontur 25-100 Ωm,
anomali tersebut membuka ke arah barat (ke
arah laut). Selanjutnya adalah anomali
dengan nilai kontur 100-250 Ωm menempati
bagian tengah yang mempunyai penyebaran
cukup luas ke arah utara-selatan. Anomali
tahanan jenis tinggi yaitu >250 berada di
bagian timur dengan kontur membuka ke
arah timur, selatan dan utara dengan
penyebaran yang makin luas.
Pada bentangan AB/2=1000 meter (Gambar
3), harga tahanan jenis rendah 250 Ωm dengan
penyebaran cukup luas, kontur membuka ke
arah baratlaut, selatan dan timur.
yang terbentuk, terkontaminasi air laut di
daerah penyelidikan, yang diindikasikan
oleh rasa air panas agak asin, daya hantar
listrik relatif tinggi (2000-9600 µm/cm), Na
relatif tinggi (337-1226 mg/l) dan Cl (5943339 mg/l) dan Silika rendah (34-61 mg/l).
MANIFESTASI PANAS BUMI
Manifestasi berupa kolam air panas dengan
temperatur 57.4 oC pada temperatur udara di
lokasi 27.1oC, air panas mengalir dengan
debit air 0.5 l/detik, pH netral (pH = 7.10),
pemunculannya dikontrol oleh sesar normal
Tambu yang berarah utara baratlaut –
selatan tenggara. Sesar Tambu ini
merupakan sesar tua yang diperkirakan
teraktifkan kembali, sehingga memfasilitasi
fluida panas yang ada dalam reservoir untuk
mengalir menuju permukaan.
Hal ini
diperkirakan karena manifestasi Tambu
berada di atas suatu tubuh batuan beku
dalam (poket magma) yang diduga sebagai
sumber panas (heat source) dari sistem
panasbumi Tambu.
PEMETAAN TAHANAN JENIS SEMU
Hasil pemetaan tahanan jenis semu pada
bentangan AB/2 = 250 meter (Gambar 2),
memperlihatkan anomali tahanan jenis semu
rendah < 25 Ωm, selanjutnya diikuti oleh
anomali tahanan jenis semu 25-100 Ωm
mempunyai pola kontur hampir sama yaitu
membuka ke arah barat, memotong hampir
semua lintasan. Kontur tahanan jenis semu
100 Ωm memotong lintasan A, B, C, D
lintasan E, F, dan G.
Anomali tahanan jenis semu 100 - 250 Ωm
masih mengikuti kontur sebelumnya dan
memotong lintasan A sampai G di tengah
daerah penyelidikan dengan kontur tahanan
jenis membuka ke arah utara dan selatan.
Anomali tahanan jenis ini juga ditemui di
ujung lintasan D, E, dan F dengan kontur
tertutup. Anomali tahanan jenis >250 Ωm
menempati
bagian
timur
daerah
penyelidikan dengan penyebaran cukup luas
ke arah timur, utara dan selatan.
PENAMPANG TAHANAN JENIS
SEMU
Pada penampang tahanan jenis semu
lintasan D tahanan jenis rendah < 25 Ωm
berada pada titik amat D-1000, D-1500 dan
D-2100 dengan kemiringan ke arah barat,
diikuti oleh tahanan jenis 25-100 Ωm
dengan penyebaran tidak begitu luas.
Sebaran tahanan jenis semu 100-250 Ωm
3
batupasir. Selanjutnya adalah nilai tahanan
jenis antara 125-200 Ωm pada lapisan ke
dua dan tahanan jenis 300-500 Ωm pada
lapisan ke empat merupakan batu granit
yang sudah mengalami pelapukan. Di bagian
timurlaut lapisan ke dua tersebut tersingkap
di permukaan, batuan granit tersebut
dipermukaan
kemungkinan
sudah
mengalami pelapukan sehingga harga
tahanan jenisnya agak rendah. Lapisan ke
lima ditempati oleh tahanan jenis 70-150
Ωm, lapisan ini diperkirakan ada kaitannya
dengan batuan metamorf yaitu skis dan
lapisan yang ke enam dengan tahanan jenis
800-900 Ωm merupakan batolit granit yang
mendominasi lapisan batuan di daerah ini
(gambar 5).
berada di bagian timur laut berada pada titik
amat D-3000 sampai D-5000, tahanan jenis
ini berada tipis di permukaan dan menujam
pada titik amat D-3500. Harga tahanan jenis
pada penampang ini umumnya makin ke
dalam mempunyai tahanan jenis yang makin
membesar, seperti pada titik amat D-5500.
Adanya anomali tinggi pada penampang
tahanan jenis tersebut mengindikasikan
adanya batuan dengan resistivitas besar di
bawah permukaan, kemungkinan batuan
dengan resistivitas besar di daerah ini adalah
granit.
Untuk
penampang
lainnya
perlapisannya
hampir
sama
dengan
penampang D ini (gambar 4).
PENDUGAAN TAHANAN JENIS
Hasil sounding pada umumnya diperoleh 4
buah lapisan; terdiri dari lapisan pertama
yaitu lapisan permukaan dengan tahanan
jenis 12-40 Ωm, kemudian lapisan kedua
dengan tahanan jenis 250-600 Ωm,
selanjutnya adalah lapisan ke 3 dengan
tahanan jenis 70-200 Ωm dan lapisan
terakhir adalah lapisan dengan tahanan jenis
700-1100 Ωm . Lapisan pertama dengan
tahanan jenis 12-40 Ωm diduga merupakan
lapisan permukaan yang didominasi oleh
alluvium dengan ketebalan sekitar 25
sampai 100 meter, diikuti oleh batuan
dengan tahanan jenis lebih besar yaitu antara
250-600 Ωm diperkirakan batuan granit
yang sudah dekat permukaan dan
diperkirakan sedikit mengalami pelapukan
dengan ketebalan 300-400 meter. Pada
lapisan ke tiga terdapat tahanan jenis yang
sedikit lebih kecil yaitu 70-200 Ωm, lapisan
ini diduga batuan metamorf yaitu skis yang
merupakan batuan dasar di daerah ini yang
terintrusi oleh batuan granit dengan tahanan
jenis 700-1100 Ωm.
PENDUGAAN HEAD-ON
Hasil pengukuran head-on pada lintasan X
(Gambar 6) dan Y (Gambar 7), tidak
memperlihatkan struktur dalam, melainkan
hanya ditemukan struktur dangkal pada
bentangan AB/2=200 m, sesar tersebut tidak
menerus ke arah yang lebih dalam. Hasil
pengamatan head-on bahwa struktur yang
didapat hanya pada kedalaman dangkal, hal
ini diduga pengontrol airpanas tambu bukan
struktur tersebut, melainkan sesar tua
Tambu yang berarah utara-selatan yang
teraktifkan kembali.
DISKUSI
Tahanan jenis rendah < 25 Ohm-m terdapat
secara konsisten berada di ujung lintasan B,
C, D yaitu disekitar airpanas Tambu dan
diharapkan merupakan indikasi adanya
aktifitas panas di bawah permukaan bukan
dari batuan sedimen/aluvium atau intrusi
airlaut yang mendominasi daerah disekitar
airpanas.
Tahanan
jenis
rendah
tersebut
keberadaannya disekitar struktur yang
berarah balatlaut-tenggara dan utara-selatan,
hampir sejajar dengan aktifitas Tektonik
Sulawesi. Daerah prospek berada disekitar
tahanan jenis rendah < 25 Ohm-m yang
masih membuka ke arah barat dengan
Pada penampang CD penampang ini terdiri
dari 6 lapisan yaitu lapisan pertama
merupakan lapisan permukaan dengan nilai
tahanan jenis 6 sampai 60 Ωm yang terbagi
menjadi dua lapisan yaitu lapisan pertama
dan ketiga, lapisan ini merupakan lapisan
permukaan yang terdiri dari aluvium dan
4
Terima kasih penulis sampaikan kepada para
pejabat Badan Geologi yang telah
memberikan fasilitas berupa kegiatan survei
terpadu di wilayah Tambu, dan panitia
kolokium yang memuat makalah ini. Ucapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada
anggota tim penyelidikan panas bumi
Tambu, telah bekerja secara serius dan
bertanggung jawab.
reservoir berada disekitar struktur, diduga
berupa poket sehingga kedalamannya tidak
bisa diketahui pasti.
Hasil pengukuran sounding tidak diperoleh
tahanan jenis rendah yang diperkirakan
sebagai clay cap, ini disebabkan oleh tidak
adanya titik pengamatan sounding di area
tahanan jenis rendah < 25 Ohm-m karena
ujung lintasan sudah dilaut, sedangkan zona
tahanan jenis rendah mengarah ke laut.
Walaupun demikian pada pengamatan
sounding di lintasan D (D 2100 dan D 2600)
yang berada di bagian barat sesar Tambu,
reservoir diperkirakan berada pada lapisan
ke lima dengan tahanan jenis 70-150 Ohmm, pada kedalaman > 600 m, walaupun clay
cap nya tidak didapatkan.
Potensi terduga daerah panas bumi Tambu
adalah 14 MWe, dengan asumsi tebal
reservoir 1000 meter, temperatur bawah
adalah 140 °C.
DAFTAR PUSTAKA
Bakrun, 2004, Penyelidikan Terpadu
Geologi,Geokimia dan Geofisika di
daerah Panas Bumi Marana-Marawa,
Kecamatan
Sindue,
Kabupaten
Donggala, Sulawesi Tengah.
Bemmelen, van R.W., 1949. The Geology of
Indonesia. Vol. I A. General Geology
Of
Indonesia
And
Adjacent
Archipelagoes. Government Printing
Office. The Hague. Netherlands.
Dede Iim, dkk, 2008, Penyelidikan Geologi
di daerah panas bumi Tambu, Kab.
Donggala, Sulawesi Selatan.
Dedi K, dkk, 2008, Penyelidikan Geokimia
di daerah panas bumi Tambu, Kab.
Donggala, Sulawesi Selatan.
Yohana, T., 2003, Resty 2003 : Program
Pengolahan Data Geolistrik
Mahon K., Ellis, A.J., 1977. Chemistry and
Geothermal System. Academic Press
Inc. Orlando.
Saefudin,1994, Batuan Granitik daerah Palu
dan sekitarnya, Sulawesi Tengah, Jurnal
Geologi dan Sumberdaya Mineral, Vol –
IV.
Simanjuntak, dkk., 1973. Peta Geologi
Lembar Palu - 2015 & 2115, Sulawesi,
Skala 1: 250.000. Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Geologi. Bandung.
Telford, W.M. et al, 1982. Applied
Geophysics. Cambridge University
Press. Cambrid.
KESIMPULAN
Tahanan jenis rendah di permukaan diduga
diakibatkan oleh batuan alluvium dan
batupasir.
Daerah prospek diduga berada disekitar
tahanan jenis rendah < 25 Ohm-m yang
masih membuka ke arah barat dan disekitar
struktur yang mengontrol airpanas Tambu
adalah struktur yang berarah hampir utaraselatan.
Potensi terduga daerah panas bumi Tambu
adalah 14 MWe, dengan temperatur bawah
permukaan 140 °C (Geothermometer Na, K,
Mg).
Reservoir diduga berupa poket yang berada
disekitar struktur sesar dengan kedalaman
diperkirakan lebih besar dari 600 m.
UCAPAN TERIMA KASIH
5
120o BT
121o BT
U
0o
Lokasi Daerah
Penyelidikan
Peta index
1o LS
Daerah
Gambar 1 Peta Lokasi Daerah Penyelidikan
PETA TAHANAN JENIS SEMU
AB/2 =250 m
DAERAH PANAS BUMI TAMBU
KABUPATEN DONGGALA,
PROVINSI SULAWESI TENGAH
10004000
U
10002000
0
2000
4000
10000000
KETERANGAN
250 Ohm meter
113
9996000
435
10
A 5000
Titik Pengukuran Geolistrik
Silumbea
Mata air panas
409
6
Tambu
Kontur ketinggian interval 50 meter
6
9994000
335
330
109
Sungai dan anak sungai
Baru
Tanahruntuh
108
Jalan provinsi, jalan kabupaten
37
32
460
442
283
Melui
9992000
280
107
351
453
120
38
106
INDEKS
320
Peta Indeks
290
Binangga Towiya
9990000
9992500
524
0ø N
105
618
Donggala
9992000
Palu
Meli
104
Poso
591
9991500
541
Abo
2ø S
Pulau Sulawesi
453
120 ø E
15
103
9988000
9991000
0
370
831000
419
820000
125
250
kilometers
702
818000
122 ø E
Lokasi Penyelidikan
822000
824000
826000
831500
828000
Gambar 2 Peta Tahanan Jenis Semu AB/2=250 meter
6
832000
832500
833000
PETA TAHANAN JENIS SEMU
AB/2 =1000 m
DAERAH PANAS BUMI TAMBU
KABUPATEN DONGGALA,
PROVINSI SULAWESI TENGAH
10004000
U
10002000
0
2000
4000
10000000
KETERANGAN
250 Ohm meter
113
9996000
435
10
A 5000
Titik Pengukuran Geolistrik
Silumbea
Mata air panas
409
6
Tambu
Kontur ketinggian interval 50 meter
6
9994000
335
330
109
Sungai dan anak sungai
Baru
Tanahruntuh
108
Jalan provinsi, jalan kabupaten
37
32
460
442
283
Melui
9992000
280
107
351
453
120
38
106
INDEKS
320
Peta Indeks
290
Binangga Towiya
9990000
9992500
524
0ø N
105
618
Donggala
9992000
Palu
Meli
104
Poso
591
9991500
541
Abo
2ø S
Pulau Sulawesi
453
120 ø E
15
103
9988000
9991000
0
831000
419
820000
125
250
kilometers
702
818000
122 ø E
Lokasi Penyelidikan
370
822000
824000
826000
831500
828000
Gambar 3 Peta Tahanan Jenis Semu AB/2=1000 meter
7
832000
832500
833000
LINTASAN A
Barat Daya
200
A400
A900
A1400
60
69
270
98
141
318
208
93
153
503
0
-200
-400
0
500
0
Timur Laut
A2400
A1900
25
100
150
250
300
490
244
646
575
1000
200
188
400
635
1500
500
600
700
800
2000
2500
900 1000 1100 1200 1300 1400 1500
LINTASAN B
Barat Daya
Timur Laut
B4000
40
51
31
70
82
92
99
112
122
137
23
46
40
73
-500
120
114
146
129
138
168
184
237
256
277
150
173
178
251
313
726
237
232
263
923
1000
0
50
907
286
1500
25
842
253
349
500
247
681
695
98
214
561
480
115
304
0
B3500
B3000
B2500
120
108
93
123
112
117
130
B2000
B1500
19
13
12
23
62
57
47
B1000
B500
0
2000
2500
3000
3500
4000
4500
100 150 200 250 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500
LINTASAN C
Barat Daya
Timur Laut
C1000
0
4
7
7
14
-500
1000
45
44
64
102
127
171
196
235
289
308
327
31
38
56
76
97
120
147
156
186
200
16
17
13
19
21
25
30
41
56
72
C3600
96
85
97
63
51
58
82
119
160
286
294
407
423
729
550
555
444
C4000
C4500
471
462
572
502
26
95
240
342
436
621
404
37
86
246
358
496
653
445
108
251
381
484
89
276
431
452
313
474
353
479
4000
4500
-1000
500
C3100
63
83
48
41
28
31
34
C2600
34
35
33
32
31
C2100
24
26
22
21
12
17
C1500
1500
2000
0
25
50
2500
3000
3500
C5000
C5500
1580
780
1123
941
1217
986
1553
5000
5500
6000
100 150 200 250 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500
LINTASAN D
Barat Daya
Timur Laut
D5000
D2100
30
26
34
50
43
36
31
D2600
126
127
69
47
25
31
D3000
47
53
48
40
46
57
56
D3500
66
67
57
76
95
131
132
D4000
D500
D1000
41
21
9
20
13
13
27
22
36
186
218
330
352
21
35
47
192
238
366
418
53
208
257
382
378
58
216
274
447
D1500
15
13
7
10
14
20
24
30
31
30
0
-500
34
36
48
75
74
87
94
107
142
151
57
73
95
151
133
148
168
191
237
216
172
222
259
267
351
390
406
321
341
394
D5500
D4500
178
225
316
197
666
869
333
341
421
379
241
373
408
57
333
-1000
0
500
1000
1500
0
25
2000
50
2500
3000
3500
4000
4500
5000
100 150 200 250 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500
Gambar 4 Penampang Tahanan Jenis Semu Lintasan A, B, C dan D
8
5500
6000
PENAMPANG TAHANAN JENIS SEBENARNYA CD
C
D
D2600
D3000
48
22
4
230
125
45
D2100
0
D3500
200
60
0
55
-100
250
-200
6
-100
500
325
-300
-200
-300
450
-400
100
250
-400
85
-500
-500
-600
-600
-700
-700
70
55
900
800
75
-800
-800
-900
-900
?
?
-1000
-1000
5-65 Ohm m
70-150 Ohm m
300-900 Ohm m
Gambar 5 Penampang CD, Tahanan Jenis Sebenarnya Lintasan D
9
PENAMPANG TAHANAN JENIS SEMU DAN CURVA HEAD ON
LINTASAN X
X500
X600
X700
X800
X900
X1000
X1100
X1200
X1300
X1400
X1500
X1600
X1700
X1800
X1900
X2000
13
11
9
8
5
4
5
4
5
6
6
6
7
8
9
12
22
0
-200
7
9
9
8
7
7
8
10
11
13
12
10
12
15
19
8
11
11
10
8
8
11
11
15
18
16
13
16
19
25
13
13
12
7
10
12
15
18
21
19
16
18
23
16
12
13
16
19
25
28
26
21
-400
0
5
10
15
20
25
HEAD-ON 200
5
0
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
-5
10
HEAD-ON 400
0
400
600
-10
10
HEAD-ON 500
0
400
600
-10
10
HEAD-ON 600
0
400
500
600
700
800
900
1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000
-10
HEAD-ON 800
10
0
400
600
800
1000
1200
1400
1600
-10
Gambar 6 Penampang Head-On , Lintasan X
10
1800
2000
PENAMPANG TAHANAN JENIS SEMU DAN CURVA HEAD ON
LINTASAN Y
Y400
Y1000 Y1100 Y1200 Y1300 Y1400 Y1500 Y1600 Y1700 Y1800 Y1900 Y2000
Y500
Y600
Y700
Y800
Y900
39
40
49
70
98
76
94
79
108
129
120
134
118
122
155
139
171
48
45
64
112
138
100
89
93
145
194
190
176
158
168
233
209
222
45
75
131
147
103
98
91
147
200
197
188
167
175
234
219
89
132
142
110
103
94
138
193
206
206
189
173
216
152
114
105
101
148
193
201
190
181
0
-200
-400
0
40
20
0
-20400
25
50
100
150
200
250
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
50
0
400
-50
10
0
-10400
50
0
400
-50
50
0
400
-50
Gambar 7 Penampang Head-On , Lintasan Y
11