Penyelidikan Gaya berat Tambu
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN
2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
PENYELIDIKAN GAYA BERAT DI DAERAH PANAS BUMI TAMBU, KABUPATEN
DONGGALA, PROPINSI SULAWESI TENGAH
Dendi Surya Kusuma1, Liliek R2., Asep Sugianto2
1
Kelompok Program Penelitian Panas Bumi, 2Kelompok Program Penelitian Bawah Permukaan
ABSTRAK
Penyelidikan gaya berat di daerah panas bumi Tambu terletak di wilayah Kecamatan Balaesang,
Kabupaten Donggala, Propinsi Sulawesi Tengah. Dengan luas daerah penyelidikan sekitar (17 x 12) km2,
yang terletak pada posisi geografis antara 119o 50’ 46,06 ” – 119o 57’ 19,02 ” BT dan 0o 02’ 15,57”LU
– 0o 06’ 57,29” LS atau 816.833 – 828.995 mT dan 9.987.172 – 10.004.168 mS pada sistim koordinat
UTM.
Manifestasi potensi panas bumi yang terdapat di daerah ini berupa kolam mata air panas dengan luas
kolam 7 x 5 m dan terletak pada koordinat 821242 mT – 9996452 mS, mempunyai temperatur 57,4° C,
debit ± 0,5 liter/detik dan pH 7,1 (netral).
Hasil penyelidikan Gaya Berat memperlihatkan sebaran anomali Bouguer Regional menunjukkan arah
kelurusan yang pada umumnya berarah baratdaya – timurlaut, keadaan struktur yang nampak pada
anomali Bouguer Regional ini merupakan struktur yang tegak lurus dengan struktur sesar utama dan
keberadaannya sesuai dengan struktur geologi yang ada di daerah ini. Secara umum sebaran anomali
Bouguer Sisa memperlihatkan di bagian tengah daerah penyelidikan dimana manifestasi panas bumi
Tambu berada didominasi oleh kelurusan-kelurusan berarah baratdaya-timurlaut. Dari hasil
pengamatan sebaran anomali Bouguer dan anomali Residual (Sisa) dapat diperkirakan keberadaan
sumber panas (Heat Sources) yang nampak dan keberadaannya tidak jauh ( ± 3 Km ) dari manifestasi
Tambu yaitu disekitar Kampung Baru atau sekitar titik amat RT-70. Dari hasil pengolahan model 2
Dimensi memperlihatkan struktur yang terlihat pada penampang A-B dan C-D, terdapat struktur yang
diperkirakan merupakan kontrol struktur yang berada di sekitar mata air panas Tambu (desa Mapane)
dengan arah baratdaya – timurlaut.
PENDAHULUAN
Tim penyelidikan Gaya Berat Kelompok Kerja
Penelitian Panas Bumi, Pusat Sumber Daya
Geologi pada tahun anggaran 2008 telah
melaksanakan penyelidikan Gaya Berat di daerah
panas bumi Tambu, Kecamatan Balaesang,
Kabupaten Donggala, Propinsi Sulawesi Tengah.
Berdasarkan pemunculan mata air panas akibat
proses
tektonik
pada
daerah
tersebut
mengindikasikan adanya aktivitas panas bumi,
maka daerah panas bumi Tambu dan sekitarnya
dipilih sebagai daerah penyelidikan. Hasil dari
penyelidikan ini diharapkan akan bermanfaat
untuk pengembangan sumber daya energi
sehingga mempercepat peningkatan ekonomi di
daerah tersebut dalam rangka program otonomi
daerah. Daerah panas bumi Tambu secara
administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan
Balaesang, Kabupaten Donggala, Propinsi
Sulawesi Tengah. Secara geografis posisi daerah
Tambu ini terletak antara 119o 50’ 46,06 ” – 119o
57’ 19,02 ” bujur timur dan 0o 02’ 15,57” LU – 0o
06’ 57,29” LS atau 816.833 – 828.995 mT dan
9.987.172 – 10.004.168 mS pada sistim koordinat
UTM.
Daerah panas bumi Tambu dapat dicapai dengan
menggunakan pesawat udara dengan rute
Bandung – Jakarta - Palu, kemudian dilanjutkan
dengan kendaraan roda empat sampai ke daerah
Tambu selama ± 7 - 9 jam. Tujuan penyelidikan
ini adalah untuk memberikan gambaran bawah
permukaan yang dapat digunakan untuk
penafsiran struktur, batuan alas (basement) dan
sesar yang mungkin digunakan sebagai jalur oleh
fluida-fluida panas bumi.
Alat gaya berat yang digunakan adalah
gravitimeter La Coste & Romberg tipe G-802.
Jumlah keseluruhan titik amat yang diamati
sebanyak 245 titik amat gaya berat. Koordinat dan
ketinggian dari stasiun ukur, diukur dengan cara
traversing theodolite Wild T0 buatan Switzerland
1
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN
2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
dan diikat dengan titik triangulasi sebagai titik
ikat di daerah ini dan titik-titik amat yang
terdahulu seperti titik BPN (Badan Pertahanan
Nasional) yang terletak dipinggir jalan raya
sebagai titik acuan.
120o BT
121o BT
U
0o
Peta
1o LS
Daerah
Gambar1: Peta indeks daerah Tambu, Donggala,
Sulawesi-Tengah.
GEOLOGI REGIONAL
Beberapa penyelidik terdahulu yang melakukan
penyelidikan di daerah Tambu baik langsung
maupun tidak langsung dengan penyelidikan
kepanasbumian antara lain:
1. Van Bemmelen (1949) dalam penelitiannya
tentang geologi di seluruh Indonesia, dalam “
The Geology of Indonesia”
2. Rab Sukamto (1973) dalam ; Peta Geologi
lembar Palu.
3. Nana Ratman (1976) dalam ; Peta Geologi
Lembar Toli-Toli
4. DIM (2004 dan 2005) dalam ; Penyelidikan
Panas bumi di daerah Merana serta Lompio
dan sekitarnya.
Batuan tertua yang terdapat di daerah
penyelidikan
merupakan
komplek
batuan
metamorfik yang menutupi sebagian besar daerah
penyelidikan. Komplek ini terdiri dari sekis
amfibiolit, sekis mika, gneis dan pualam. Sekis
banyak terdapat disebelah sisi barat, sedangkan
gneis dan pualam terdapat disebelah sisi timur.
Selain dari itu terdapat pula adanya intrusi diorit
dan granodiorit (tak terpetakan) dengan lebar
kurang lebih 50 meter yang menerobos komplek
batuan ini.
(Rab Sukamto, 1973) berpendapat bahwa sekis
yang tersingkap di seantero Sulawesi sebagian
berumur Paleozoikum.
Formasi Tinombo terdapat disebelah timur daerah
Tambu dan menindih tak selaras komplek batuan
metamorfik. Formasi ini mengandung bahanbahan rombakan dari batuan metamorf, serpih,
batupasir konglomerat, rijang, gamping dan
batuan gunungapi yang diendapkan dalam
lingkungan laut.
Batuan intrusi terdiri dari granit dan granodiorit
(terpetakan), sedangkan yang tak terpetakan
karena ukurannya relatif kecil (< 50 m) dilaporkan
berupa andesit dan basalt (tertua), porfiri diorit,
diorit. Batuan intrusi granit dan granodiorit
berdasarkan analisa K/Ar Gulf Oil Co. (Rab
Sukamto, 1973) berumur 31 juta tahun (MioOligosen).
Struktur di daerah ini didominasi oleh lajur sesar
palu yang berarah Utara Baratlaut, ditandai
dengan bentuk terban yang dibatasi oleh sesar
aktif, dan bertindak sebagai pengontrol
munculnya air panas di daerah ini.Selain sesar
utama tersebut juga dilaporkan adanya sesar-sesar
kecil yang tegak lurus sesar utama tersebut diatas.
Disamping itu juga dilaporkan adanya sesar naik
dengan kemiringan ke arah timur pada formasi
Tinombo dan komplek metamorfik. Sesar termuda
yang terdapat di Tambu dan terjadi akibat gempa
pada tahun 1968, merupakan sesar normal dengan
arah baratlaut dan hal tersebut juga sesuai dengan
pola kelurusan dari citra landsat lokasi
penyelidikan.
PENENTUAN DENSITAS BATUAN
Dari hasil analisa laboratorium (Tabel 1) dapat
terlihat bahwa densitas tertinggi terdapat pada
batuan Andesit, dengan nilai 2.83 gr/cm3,
sedangkan densitas terendah terdapat pada batuan
Granit dengan nilai 2.56 gr/cm3. Variasi harga
densitas batuan di daerah panas bumi Tambu
berkisar antara 2.56 – 2.83 gr/cm3. Dari hasil
analisa contoh batuan tersebut diatas dapat
diambil densitas batuan rata-rata. Hasil rata-rata
dari analisa laboratorium untuk daerah panas bumi
Tambu yaitu 2.64 gram/cm3.
Menghitung densitas batuan dengan metode
Parasnis yaitu dengan memanfaatkan anomali
Bouguer dan terrain dengan metode korelasi g-H.
Formula yang dipakai adalah anomali Bouguer
2
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN
2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
yang dapat ditulis kembali menjadi : (gObs – gN
+ 0.094h) = ( 0.01277h – Terrain)σ. Jika : (gObs –
gN + 0.094h) di plot terhadap (0.01277h –
Terrain), maka gradiennya adalah densitas.
Gambar 2 memperlihatkan grafik untuk
mendapatkan nilai estimasi densitas dan regresi
linier menggunakan seluruh data dari hasil
pengukuran gaya berat daerah Tambu ini dan
memberikan nilai densitas sebesar 2.68 gram/cm3.
Dari hasil metode Parasnis dan hasil analisa
laboratorium yang diperlihatkan mempunyai
perbedaan nilai agak berdekatan, maka penulis
akan menggunakan nilai densitas untuk daerah
Tambu ini mempergunakan hasil dari analisa
laboratorium sedangkan metode Parasnis hanya
sebagai pembanding. Dan selanjutnya untuk
menghitung anomali-anomali gaya berat untuk
daerah panas bumi Tambu ini dipergunakan
koreksi densitas sebesar 2,64 gr/cm3.
.
ANOMALI BOUGUER
menyebar kearah baratdaya, barat, baratlaut, dan
utara daerah penyelidikan. Keadaan anomali gaya
berat ini mengisyaratkan bahwa terdapat beberapa
struktur geologi skala besar yang berasosiasi
dengan suatu rentang densitas tertentu di bagian
dalam kulit bumi. Struktur dalam yang terlihat
pada anomali ini berada di bagian tengah dengan
arah baratdaya – timurlaut, dan struktur lainnya
berada dibagian baratdaya mempunyai arah barat
– timur. Seperti yang telah diutarakan diatas pola
anomali tinggi dari peta ini berada di bagian
tenggara dan timur yaitu sekitar daerah Punti dan
Kampung Baru diperkirakan diisi oleh batuan
andesit, malihan, dan granit. Sedangkan Anomali
rendah yang berada di bagian tengah kearah
baratdaya, barat, baratlaut, dan utara diperkirakan
diisi oleh batuan alluvium, endapan pantai, dan
batu pasir. Di sekitar manifestasi Tambu
diperkirakan ditempati oleh anomali rendah dan
diperkirakan diisi oleh batuan alluvium/endapan
pantai.
Zona patahan yang terbentuk di daerah Tambu ini
merupakan lajur sesar Palu yang mempunyai arah
utara – baratlaut dan merupakan sesar utama.
Selain sesar utama terdapat juga sesar-sesar
lainnya yang tegak lurus dengan sesar utama
tersebut. Beberapa sesar yang terdapat di daerah
ini merupakan sesar naik dan normal.
Nilai anomali Bouguer yang diperlihatkan
berkisar antara 53 mgal sampai 81 mgal, dimana
pola anomalinya memiliki suatu rentang anomali
Bouguer dan gradien anomali yang relatief besar.
Pola
liniasi
sebaran
anomali
Bouguer
memperlihatkan arah umum baratdaya –
timurlaut, serta di beberapa tempat seperti di
sekitar daerah Pemukiman Khusus Masyarakat
Tertinggal (PKMT), Kampung Baru, dan Punti,
terjadi pembelokan dan pengkutuban anomali
rendah dan tinggi. Peta anomali Bouguer ini
memperlihatkan kecenderungan pola regional
berarah baratdaya – timurlaut dengan nilai
gayaberat yang meninggi dari Tengah ke arah
timurlaut, timur, tenggara, dan selatan daerah
penyelidikan. Beberapa kelurusan dengan pola
yang kuat dan tegas, terutama di timurlaut, tengah,
dan baratdaya daerah penyelidikan mempertegas
keberadaan struktur-struktur berarah baratdaya –
timurlaut dan barat – timur.
Anomali tinggi muncul di bagian timur terus
menyebar kearah selatan dan tenggara, sedangkan
anomali rendah menempati sekitar daerah tengah
ANOMALI REGIONAL
Hasil sebaran Anomali Bouguer Regional
merupakan anomali permukaan polinomial (trend
surface) orde-2 sebelum dilakukan pemfilteran.
Gambar 4.2 memperlihatkan peta Sebaran
Anomali Bouguer Regional orde-2 daerah
penyelidikan untuk densitas 2.64 gr/cm3. Anomali
gayaberat Regional ini dikelompokkan menjadi
anomali paling rendah ( 50 s/d 58 mgal.), anomali
rendah ( 58 s/d 66 mgal), anomali sedang ( 66
s/d 74 mgal) dan anomali tinggi (> 74 mgal).
Anomali regional ini memperlihatkan pola liniasi
yang berarah baratdaya - timurlaut dan nilai
anomali cenderung mengecil ke arah barat dan
baratlaut, dengan nilai 50 mgal dan membesar ke
tenggara dengan nilai anomali > 74 mgal.
Permukaan polinomial Orde-2 memperlihatkan
anomali rendah berada disebelah barat – baratlaut
dari daerah penyelidikan, semakin kearah tengah
anomali semakin tinggi dan berlanjut ke arah
tenggara. Dari hasil analisa laboratorium batuan
daerah yang mempunyai nilai rendah yang berada
disebelah barat dan baratlaut diperkirakan diisi
oleh batuan alluvium dan endapan pantai,
sedangkan yang mempunyai nilai tinggi
diperkirakan diisi oleh batuan granit, Malihan, dan
Andesit. Hasil dari anomali Regional atau hasil
analisis trend surface diatas ditujukan untuk
mengektraksi informasi dangkal dari anomali
3
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN
2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Bouguer dengan maksud untuk mendapatkan
anomali gaya berat lokal atau disebut juga
anomali Sisa/Residual.
Dari kelurusan-kelurusan yang muncul dari peta
anomali Regional ini dapat ditafsirkan adanya
struktur besar yang terjadi dibagian utara–
timurlaut menuju kearah tengah dengan arah
baratdaya–timurlaut
dan
berlanjut
kearah
baratdaya daerah penyelidikan dengan arah
hampir barat – timur.
Untuk mendapatkan informasi gaya berat yang
berkaitan dengan target prospeksi panas bumi
(lokal), dilakukan pemisahan anomali Bouguer
dari
kecenderungan
regionalnya
(struktur
dalam/regional). Pemisahan dilakukan dengan
cara mensubtraksi anomali Bouguer dengan
permukaan polinom yang dianggap mewakili
kecenderungan permukaan regional. Polinom
orde-2 dianggap paling mewakili daerah
penyelidikan mengingat tidak terlalu luasnya
daerah penyelidikan dan kecenderungan pola
regional yang dapat dikenali pada anomali
Bouguer yang menunjukkan bidang sederhana
orde-2. Dari permukaan anomali regional ini
cenderung berarah baratlaut - tenggara dengan
nilai rendah kearah tinggi yaitu dari baratlaut ke
arah tenggara. Nilai yang meninggi ke arah
tenggara ini mungkin disebabkan oleh karena
daerah di bagian timurlaut, tengah, timur,
tenggara, baratdaya dan sampai ke selatan daerah
penyelidikan dominan diisi oleh batuan granit,
malihan, dan andesit yang mempunyai densitas
lebih tinggi dibandingkan dengan daerah barat dan
baratlaut yang diisi oleh batuan aluvium dan
endapan pantai serta batuan granit yang telah
mengalami pelapukan tinggi. Daerah manifestasi
panas bumi pada umumnya ditempati oleh
anomali rendah. Pada sebaran anomali Bouguer
Regional ini memperlihatkan arah kelurusan yang
pada umumnya berarah baratdaya – timurlaut,
keadaan struktur ini merupakan struktur yang
tegak lurus dengan sesar utama daerah ini dan
sesuai dengan struktur yang ada di daerah ini.
ANOMALI SISA ORDE-2
Peta Sebaran Anomali Sisa ini diperlihatkan
dengan koreksi densitas 2.64 gram/cm3, yang
ditampilkan pada gambar 4.3. Peta Sebaran
Anomali sisa ini memperlihatkan pola lineasi
yang dominan berarah baratdaya – timurlaut dan
baratlaut–tenggara,
selain
itu
juga
memperlihatkan pengkutuban anomali positif dan
anomali negatif dengan kerapatan serta
pembelokan kontur yang tajam. Kondisi demikian
mengindikasi-kan adanya struktur-struktur sesar
yang dominan berarah baratdaya – timurlaut, barat
–timur, dan baratlaut-tenggara yang salah satunya
searah dengan struktur utama daerah ini.
Sebaran Anomali ini memperlihatkan struktur
yang agak kompleks, namun pola anomali ini
relatif memiliki persamaan dengan pola sebaran
anomali Bouguernya, hal ini diperkirakan karena
pola anomali Bouguer di daerah penyelidikan
secara dominan diakibatkan oleh struktur dalam.
Zona anomali rendah yang terletak di sebelah
utara, timurlaut, baratdaya, tenggara, dan tengah
semakin terisolasi, begitu pula yang berada di
ujung sebelah barat daerah penyelidikan. Anomali
rendah ini sebagian menunjukkan kesamaannya
dengan anomali Bouguer terutama yang berada
dibagian barat, hal ini mengisyaratkan kondisi
struktur lokal searah dengan struktur dalamnya.
Zona anomali rendah yang berada di sekitar air
panas
Tambu
semakin
terfokus,
ini
memperlihatkan bahwa anomali sisa ini
kemungkinan ditimbulkan oleh struktur-struktur
dalam dan sangat kompleks. Zona anomali tinggi
muncul di sebelah tengah ke arah tenggara, timur,
dan baratdaya daerah penyelidikan, diperkirakan
sumber panas (heat sources) dari air panas Tambu
ini berada disekitar tengah ke arah tenggara yaitu
sekitar titik amat RT-70 atau sekitar Kampung
Baru.
Beberapa struktur yang muncul dari peta anomali
sisa ini digambarkan untuk bagian tengah
mempunyai tiga buah struktur yang diperkirakan
yaitu yang berarah baratlaut–tenggara terdapat
dua buah struktur, struktur ini merupakan
kepanjangan dari bagian utara dan struktur lainnya
berarah baratdaya–timurlaut yang merupakan
kontrol struktur dari manifestasi air panas Tambu.
Di bagian baratdaya terdapat dua buah struktur
yang diperkirakan dengan arah barat–timur, dan
baratdaya–timurlaut. Di bagian selatan terdapat
tiga buah struktur yang diperkirakan dengan arah
baratdaya–timurlaut mempunyai dua buah
struktur, dan arah hampir barat–timur (baratdaya –
timurlaut) mempunyai satu buah struktur.
Struktur yang diperlihatkan pada sebaran anomali
Sisa yang berada di bagian tengah, dan baratdaya
mempunyai arah yang sama dengan yang
diperlihatkan oleh anomali Bouguer dengan
demikian menunjukkan bahwa struktur lokal
searah dengan struktur dalamnya. Sedangkan di
4
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN
2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
bagian selatan dan timurlaut dari daerah
penyelidikan antara anomali Sisa dan anomali
Bouguer tidak memperlihatkan kesamaannya, hal
ini
menunjukkan
bahwa
struktur
yang
diperlihatkan pada anomali Sisa ini diperkirakan
merupakan struktur lokal/ dangkal.
Anomali residual orde-2 (Gambar 4.3) lebih
mempertegas lagi keberadaan kelurusan-kelurusan
yang dikenali dari anomali Bouguer. Kelurusankelurusan baratlaut-tenggara dan baratdayatimurlaut secara tegas terlihat di bagian utara dan
tengah daerah penyelidikan. Secara umum, di
bagian daerah tengah daerah penyelidikan dimana
manifestasi panas bumi Tambu berada didominasi
oleh kelurusan-kelurusan berarah baratdayatimurlaut.
MODEL 2–D GAYA BERAT
Dari hasil sebaran anomali sisa diatas dicoba
dibuat dua buah model dua dimensi yaitu yang
pertama mempunyai arah barat–timur (penampang
A – B) dan yang kedua berarah hampir baratlauttenggara (penampang C – D).
Model
gaya
berat
2-Dimensi
dari
irisan/penampang A – B (Gambar 4.4.a) pada
sebaran anomali sisa dengan menggunakan
densitas rata-rata 2.64 gram/cm3 dan panjang
penampang ± 6.500 meter, yang terletak di bagian
tengah daerah penyelidikan mempunyai arah barat
–timur.
Model ini memperlihatkan bodi dari mulai barat
sampai timur dengan uraian sebagai berikut ;
1) Bodi yang berada paling barat mempunyai
densitas 2,58 gram/cm3 dengan kedalaman
sekitar 2500 meter diperkirakan batuan granit
yang telah mengalami pelapukan tinggi
dan/atau alluvium.
2) Disampingnya terdapat bodi dengan densitas
2,70 gram/cm3 dengan kedalaman sekitar
2000 meter diperkirakan sebagai batuan
granit/malihan yang masih massif dan
kompak.
3) Diantara kedua bodi tersebut diatas
diperkirakan terdapat struktur patahan yang
mengontrol manifestasi air panas Tambu.
4) Bodi berikutnya mempunyai densitas 2,63
gram/cm3 dengan kedalaman sekitar 2100
meter diperkirakan batuan granit yang telah
mengalami pelapukan.
Bodi yang terletak paling timur mempunyai
densitas 2,64 gram/cm3 dengan kedalaman 3000
meter yang merupakan densitas basement.
Model
gaya
berat
2-Dimensi
dari
irisan/penampang C – D (Gambar 4.4.b) pada
sebaran anomali sisa dengan menggunakan
densitas rata-rata 2,64 gram/cm3 dan panjang
penampang ± 9.750 meter, yang terletak di bagian
tengah kea rah tenggara daerah penyelidikan
mempunyai arah baratlaut - tenggara.
Model ini memperlihatkan bodi dari mulai
baratlaut sampai tenggara dengan uraian sebagai
berikut ;
1) Bodi yang berada paling baratlaut mempunyai
densitas 2,64 gram/cm3 dengan kedalaman
sampai tidak diketahui kedalamannya dengan
densitas sama dengan densitas basement yaitu
granit.
2) Disampingnya terdapat bodi dengan densitas
2,55 gram/cm3 dengan ketebalan sekitar 1800
meter diperkirakan sebagai batuan granit yang
telah mengalami pelapukan dan/atau batuan
alluvium.
3) Selanjutnya terdapat bodi dengan densitas
2,67 gram/cm3 dengan kedalaman sekitar
1500 meter diperkirakan merupakan batuan
granit. Antara bodi kedua dan ketiga
diperkirakan ada struktur/patahan yang
terjadi.
4) Bodi berikutnya mempunyai densitas 2,61
gram/cm3 dengan kedalaman sekitar 1700
meter diperkirakan batuan granit yang telah
mengalami pelapukan.
5) Bodi selanjutnya mempunyai densitas 2,70
gram/cm3 dengan kedalaman sekitar 2500
meter diperkirakan merupakan batuan granit
dan/atau malihan serta andesit yang telah
mengalami pelapukan. Diantara bodi nomor
4) dengan bodi nomor 5) diperkirakan telah
terjadi struktur/patahan.
Bodi yang terletak paling ujung tenggara
merupakan densitas basement yang menyebar
sampai kebawah dengan kedalaman yang tidak
diketahui.
DISKUSI
Peta anomali bouguer sisa memperlihatkan
adanya kelurusan-kelurusan yang berarah
baratdaya–timurlaut
dan
baratlaut–tanggara.
Kelurusan-kelurusan
tersebut
diperkirakan
5
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN
2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
merupakan struktur yang berkembang di daerah
penyelidikan dengan panjang dan arah yang
beragam. Struktur yang paling panjang berarah
baratdaya–timurlaut, struktur ini memotong
daerah kampung Baru dan Eas. Struktur ini
diperkirakan
merupakan
struktur
yang
berkembang akibat adanya struktur Palu yang
berarah Baratlaut–Tenggara. Struktur panjang
kedua adalah struktur yang berarah baratlaut–
tenggara. Struktur ini berada di sebelah utara
daerah penyelidikan, membentang dari ujung
daerah penyelidikan yaitu sebelah utara Kampung
Melawa sampai ke sebelah timur daerah
Pemukiman Khusus Masyarakat Tertinggal
(PKMT). Struktur ini diperkirakan merupakan
struktur regional Palu yang secara umum
mempunyai pola baratlaut–tenggara.
Struktur-struktur yang lebih pendek menyebar di
dekat air panas, PKMT, Tanahruntuh, dan Punti,
dengan arah yang beragam dari mulai utara–
selatan, baratlaut–tenggara, dan baratdaya–
timurlaut. Struktur-struktur ini diperkirakan
muncul akibat adanya struktur regional atau
utama, yaitu Sesar Palu yang berarah Baratlaut–
Tenggara.
Berdasarkan penampang 2-D hasil pemodelan
terdapat dua buah struktur yang dekat dengan titik
A (pada penampang A – B) dan dekat dengan titik
C (pada penampang C – D). Struktur yang terlihat
pada kedua penampang tersebut diperkirakan
merupakan struktur yang ada di dekat air panas
dengan
arah
baratdaya–timurlaut
yang
membentang dari dekat air panas (Desa Mapane
Tambu) ke arah timurlaut memotong daerah
PKMT.
diperkirakan merupakan kontrol struktur yang
berada di sekitar air panas dengan arah
baratdaya–timurlaut yang membentang dari
dekat air panas (Desa Mapane Tambu) ke arah
timurlaut memotong daerah PKMT.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bemmelen, van R.W., 1949. The
Geology of Indonesia. Vol. I A. The
Hague, Netherlands.
2. Bakrun dkk., (2004,2005) Penyelidikan
terpadu daerah panasbumi Merawa
(Marana) dan Lompio, Kabupaten
Donggala, Propinsi Sulawesi-Tengah.
Direktorat Inventarisasi Sumber Daya
Mineral, Bandung
3. Hamilton W., 1979 Tectonic of Indonesia
Region,Geol.Surv.Prof.Papers,U.S.Govt.P
rint Off., Washington.
4. Lawless, J., 1995. Guidebook : An
Introduction to Geothermal System. Short
Course. Unocal Ltd. Jakarta.
5. Sukamto, Rab, 1973, edisi 2, Peta Geologi
Tinjau Lembar Palu, Sulawesi. Skala 1 :
250.000.
Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan Geologi, Bandung.
6. Ratman, Nana, 1976. Peta Geologi
Lembar Toli-Toli, Sulawesi Utara. Skala
1 : 250.000. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung.
7. Telford, W.M et al, 1982. Applied
Geophysics, Cambridge University Press.
Cambridge.
KESIMPULAN
2. Pada peta sebaran anomali Bouguer terdapat
beberapa kelurusan dengan pola yang kuat
dan tegas, terutama di timurlaut, tengah, dan
baratdaya daerah penyelidikan mempertegas
keberadaan
struktur-struktur
berarah
baratdaya–timurlaut, baratlaut–tenggara, dan
barat–timur.
5. Keberadaan sumber panas (heat sources) dari
hasil Anomali Bouguer dan Anomali Sisa
diperkirakan nampak tidak jauh (sekitar 3
Km) dari manifestasi Tambu yaitu disekitar
Kampung Baru atau sekitar titik amat RT-70.
6. Dari model -2D memperlihatkan struktur yang
terlihat pada penampang A-B dan C-D
6
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN
2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Tabel 1. Hasil rata-rata densitas batuan daerah panas bumi Tambu, Donggala adalah 2,64 gram/cm3
No
Nomor Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
RT 55
RT 60
G-3850
F-6850
C-4250
G-4000
RT 19
RT 51
G-4400
PB-1
Nama Batuan
Densitas gr/cm3
Granit
Granit
Sekis
Sekis
Granit
Sekis
Andesit
Granit
Andesit
Sekis
2.65
2.60
2.42
2.66
2.64
2.65
2.63
2.56
2.83
2.76
140
120
100
80
y = 2.6841x + 72.237
60
40
20
0
0
5
10
15
20
Gambar 2. Grafik untuk mendapatkan nilai estimasi densitas dan regresi linier, menghasilkan nilai
densitas 2.68 gram/cm3
7
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
10004000
PETA ANOMALI BOUGUER
DAERAH PANAS BUMI TAMBU
KABUPATEN DONGGALA,
PROVINSI SULWESI TENGAH
RT50
10002000
0
2000
4000
RT40
RT25
A2900
KETERANGAN
10000000
A1400
B4500
56
A-100
62
68
74
80 mGal
C6250
B2500
115
9998000
A 4000
48
15
Titik pengukuran gaya berat
344
Eas
B0
114
D6000
C3500
370
Mata air panas
457
343
8
45
113
C550
9996000
Kontur anomali bouguer
E7000
D3000
10
435
F7000
Silumbea
Kontur ketinggian interval 50 meter
409
6
D0
Tambu
Sungai dan anak sungai
E3500
6
G7000
F4000
9994000
335
Jalan
330
109
E0
G4500
Baru
Tanahruntuh
108
F1000
9992000
280
Sawah
G1250
351
453
RT60
106
38
460
442
RT70
107
120
Kampung
37
32
283
Melui
Peta indeks
320
INDEKS
290
9990000
Peta Indeks
Binangga Towiya
RT80
105
524
9992500
618
0ø N
Meli
Donggala
104
9992000
Palu
591
Poso
541
Abo
9991500
453
2ø S
15
103
9988000
Pulau Sulawesi
RT11
120 ø E
122 ø E
Lokasi Penyelidikan
9991000
370
0
125
250
702
419
kilometers
831000
818000
820000
822000
824000
826000
831500
832000
832500
833000
828000
Gambar 3. Peta anomali Bouguer daerah Tambu, Donggala, Sulawesi Tengah
10004000
PETA ANOMALI REGIONAL
DAERAH PANAS BUMI TAMBU
KABUPATEN DONGGALA,
PROVINSI SULWESI TENGAH
RT50
10002000
0
2000
4000
RT40
RT25
A2900
KETERANGAN
10000000
A1400
B4500
54
A-100
62
70
78
mGal
C6250
B2500
115
9998000
15
A 4000
48
Titik pengukuran gaya berat
344
Eas
B0
114
D6000
C3500
370
Mata air panas
457
343
8
45
113
C550
9996000
Kontur anomali regional
E7000
D3000
10
435
F7000
Silumbea
Kontur ketinggian interval 50 meter
409
6
D0
Tambu
6
Sungai dan anak sungai
E3500
G7000
F4000
9994000
335
Jalan
330
109
F1000
280
38
106
460
442
Sawah
RT70
G1250
107
120
Kampung
37
32
283
Melui
9992000
G4500
Baru
Tanahruntuh
E0
108
351
453
RT60
Peta indeks
320
INDEKS
290
9990000
RT80
105
Peta Indeks
Binangga Towiya
524
9992500
618
0ø N
Meli
Donggala
104
9992000
Palu
591
Poso
541
Abo
9991500
453
2ø S
15
103
9988000
Pulau Sulawesi
RT11
120 ø E
9991000
370
122 ø E
Lokasi Penyelidikan
0
125
250
702
419
kilometers
831000
818000
820000
822000
824000
826000
831500
832000
832500
833000
828000
Gambar 4. Peta Anomali Regional daerah Tambu, Donggala, Sulawesi Tengah
8
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
10004000
PETA ANOMALI SISA
DAERAH PANAS BUMI TAMBU
KABUPATEN DONGGALA,
PROVINSI SULWESI TENGAH
RT50
10002000
0
2000
4000
RT40
RT25
A2900
KETERANGAN
10000000
A1400
B4500
-4.4
A-100
C6250
B2500
A 4000
-1.2
2
5.2
mGal
Titik pengukuran gaya berat
115
9998000
C
15
48
Mata air panas
344
Eas
B0
114
D6000
C3500
370
457
343
8
Kontur anomali sisa
45
A
B
113
C550
9996000
E7000
D3000
10
Perkiraan struktur
435
F7000
Silumbea
A
B
Garis penampang
409
Kontur ketinggian interval 50 meter
6
D0
Tambu
6
E3500
G7000
F4000
9994000
Sungai dan anak sungai
335
330
109
E0
108
F1000
280
120
106
G1250
Sawah
351
453
RT60
D
9990000
Kampung
460
442
RT70
Melui
107
38
Jalan
37
32
283
9992000
G4500
Baru
Tanahruntuh
RT80
105
Peta indeks
320
INDEKS
290
Peta Indeks
Binangga Towiya
524
9992500
618
0ø N
Meli
Donggala
104
9992000
Palu
591
Poso
541
Abo
9991500
453
2ø S
15
103
9988000
Pulau Sulawesi
RT11
120 ø E
9991000
370
122 ø E
Lokasi Penyelidikan
0
125
250
702
419
kilometers
831000
818000
820000
822000
824000
826000
831500
832000
832500
833000
828000
Gambar 5. Peta Anomali Sisa daerah panas bumi Tambu, Donggala, Sulawesi Tengah
9
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Gambar 6. Model-2D gayaberat pada penampang A - B daerah panas bumi Tambu, Donggala,
Sulawesi - Tengah.
Gambar 7. Model-2D gayaberat pada penampang C - D daerah panas bumi Tambu, Donggala,
Sulawesi - Tengah.
10
2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
PENYELIDIKAN GAYA BERAT DI DAERAH PANAS BUMI TAMBU, KABUPATEN
DONGGALA, PROPINSI SULAWESI TENGAH
Dendi Surya Kusuma1, Liliek R2., Asep Sugianto2
1
Kelompok Program Penelitian Panas Bumi, 2Kelompok Program Penelitian Bawah Permukaan
ABSTRAK
Penyelidikan gaya berat di daerah panas bumi Tambu terletak di wilayah Kecamatan Balaesang,
Kabupaten Donggala, Propinsi Sulawesi Tengah. Dengan luas daerah penyelidikan sekitar (17 x 12) km2,
yang terletak pada posisi geografis antara 119o 50’ 46,06 ” – 119o 57’ 19,02 ” BT dan 0o 02’ 15,57”LU
– 0o 06’ 57,29” LS atau 816.833 – 828.995 mT dan 9.987.172 – 10.004.168 mS pada sistim koordinat
UTM.
Manifestasi potensi panas bumi yang terdapat di daerah ini berupa kolam mata air panas dengan luas
kolam 7 x 5 m dan terletak pada koordinat 821242 mT – 9996452 mS, mempunyai temperatur 57,4° C,
debit ± 0,5 liter/detik dan pH 7,1 (netral).
Hasil penyelidikan Gaya Berat memperlihatkan sebaran anomali Bouguer Regional menunjukkan arah
kelurusan yang pada umumnya berarah baratdaya – timurlaut, keadaan struktur yang nampak pada
anomali Bouguer Regional ini merupakan struktur yang tegak lurus dengan struktur sesar utama dan
keberadaannya sesuai dengan struktur geologi yang ada di daerah ini. Secara umum sebaran anomali
Bouguer Sisa memperlihatkan di bagian tengah daerah penyelidikan dimana manifestasi panas bumi
Tambu berada didominasi oleh kelurusan-kelurusan berarah baratdaya-timurlaut. Dari hasil
pengamatan sebaran anomali Bouguer dan anomali Residual (Sisa) dapat diperkirakan keberadaan
sumber panas (Heat Sources) yang nampak dan keberadaannya tidak jauh ( ± 3 Km ) dari manifestasi
Tambu yaitu disekitar Kampung Baru atau sekitar titik amat RT-70. Dari hasil pengolahan model 2
Dimensi memperlihatkan struktur yang terlihat pada penampang A-B dan C-D, terdapat struktur yang
diperkirakan merupakan kontrol struktur yang berada di sekitar mata air panas Tambu (desa Mapane)
dengan arah baratdaya – timurlaut.
PENDAHULUAN
Tim penyelidikan Gaya Berat Kelompok Kerja
Penelitian Panas Bumi, Pusat Sumber Daya
Geologi pada tahun anggaran 2008 telah
melaksanakan penyelidikan Gaya Berat di daerah
panas bumi Tambu, Kecamatan Balaesang,
Kabupaten Donggala, Propinsi Sulawesi Tengah.
Berdasarkan pemunculan mata air panas akibat
proses
tektonik
pada
daerah
tersebut
mengindikasikan adanya aktivitas panas bumi,
maka daerah panas bumi Tambu dan sekitarnya
dipilih sebagai daerah penyelidikan. Hasil dari
penyelidikan ini diharapkan akan bermanfaat
untuk pengembangan sumber daya energi
sehingga mempercepat peningkatan ekonomi di
daerah tersebut dalam rangka program otonomi
daerah. Daerah panas bumi Tambu secara
administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan
Balaesang, Kabupaten Donggala, Propinsi
Sulawesi Tengah. Secara geografis posisi daerah
Tambu ini terletak antara 119o 50’ 46,06 ” – 119o
57’ 19,02 ” bujur timur dan 0o 02’ 15,57” LU – 0o
06’ 57,29” LS atau 816.833 – 828.995 mT dan
9.987.172 – 10.004.168 mS pada sistim koordinat
UTM.
Daerah panas bumi Tambu dapat dicapai dengan
menggunakan pesawat udara dengan rute
Bandung – Jakarta - Palu, kemudian dilanjutkan
dengan kendaraan roda empat sampai ke daerah
Tambu selama ± 7 - 9 jam. Tujuan penyelidikan
ini adalah untuk memberikan gambaran bawah
permukaan yang dapat digunakan untuk
penafsiran struktur, batuan alas (basement) dan
sesar yang mungkin digunakan sebagai jalur oleh
fluida-fluida panas bumi.
Alat gaya berat yang digunakan adalah
gravitimeter La Coste & Romberg tipe G-802.
Jumlah keseluruhan titik amat yang diamati
sebanyak 245 titik amat gaya berat. Koordinat dan
ketinggian dari stasiun ukur, diukur dengan cara
traversing theodolite Wild T0 buatan Switzerland
1
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN
2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
dan diikat dengan titik triangulasi sebagai titik
ikat di daerah ini dan titik-titik amat yang
terdahulu seperti titik BPN (Badan Pertahanan
Nasional) yang terletak dipinggir jalan raya
sebagai titik acuan.
120o BT
121o BT
U
0o
Peta
1o LS
Daerah
Gambar1: Peta indeks daerah Tambu, Donggala,
Sulawesi-Tengah.
GEOLOGI REGIONAL
Beberapa penyelidik terdahulu yang melakukan
penyelidikan di daerah Tambu baik langsung
maupun tidak langsung dengan penyelidikan
kepanasbumian antara lain:
1. Van Bemmelen (1949) dalam penelitiannya
tentang geologi di seluruh Indonesia, dalam “
The Geology of Indonesia”
2. Rab Sukamto (1973) dalam ; Peta Geologi
lembar Palu.
3. Nana Ratman (1976) dalam ; Peta Geologi
Lembar Toli-Toli
4. DIM (2004 dan 2005) dalam ; Penyelidikan
Panas bumi di daerah Merana serta Lompio
dan sekitarnya.
Batuan tertua yang terdapat di daerah
penyelidikan
merupakan
komplek
batuan
metamorfik yang menutupi sebagian besar daerah
penyelidikan. Komplek ini terdiri dari sekis
amfibiolit, sekis mika, gneis dan pualam. Sekis
banyak terdapat disebelah sisi barat, sedangkan
gneis dan pualam terdapat disebelah sisi timur.
Selain dari itu terdapat pula adanya intrusi diorit
dan granodiorit (tak terpetakan) dengan lebar
kurang lebih 50 meter yang menerobos komplek
batuan ini.
(Rab Sukamto, 1973) berpendapat bahwa sekis
yang tersingkap di seantero Sulawesi sebagian
berumur Paleozoikum.
Formasi Tinombo terdapat disebelah timur daerah
Tambu dan menindih tak selaras komplek batuan
metamorfik. Formasi ini mengandung bahanbahan rombakan dari batuan metamorf, serpih,
batupasir konglomerat, rijang, gamping dan
batuan gunungapi yang diendapkan dalam
lingkungan laut.
Batuan intrusi terdiri dari granit dan granodiorit
(terpetakan), sedangkan yang tak terpetakan
karena ukurannya relatif kecil (< 50 m) dilaporkan
berupa andesit dan basalt (tertua), porfiri diorit,
diorit. Batuan intrusi granit dan granodiorit
berdasarkan analisa K/Ar Gulf Oil Co. (Rab
Sukamto, 1973) berumur 31 juta tahun (MioOligosen).
Struktur di daerah ini didominasi oleh lajur sesar
palu yang berarah Utara Baratlaut, ditandai
dengan bentuk terban yang dibatasi oleh sesar
aktif, dan bertindak sebagai pengontrol
munculnya air panas di daerah ini.Selain sesar
utama tersebut juga dilaporkan adanya sesar-sesar
kecil yang tegak lurus sesar utama tersebut diatas.
Disamping itu juga dilaporkan adanya sesar naik
dengan kemiringan ke arah timur pada formasi
Tinombo dan komplek metamorfik. Sesar termuda
yang terdapat di Tambu dan terjadi akibat gempa
pada tahun 1968, merupakan sesar normal dengan
arah baratlaut dan hal tersebut juga sesuai dengan
pola kelurusan dari citra landsat lokasi
penyelidikan.
PENENTUAN DENSITAS BATUAN
Dari hasil analisa laboratorium (Tabel 1) dapat
terlihat bahwa densitas tertinggi terdapat pada
batuan Andesit, dengan nilai 2.83 gr/cm3,
sedangkan densitas terendah terdapat pada batuan
Granit dengan nilai 2.56 gr/cm3. Variasi harga
densitas batuan di daerah panas bumi Tambu
berkisar antara 2.56 – 2.83 gr/cm3. Dari hasil
analisa contoh batuan tersebut diatas dapat
diambil densitas batuan rata-rata. Hasil rata-rata
dari analisa laboratorium untuk daerah panas bumi
Tambu yaitu 2.64 gram/cm3.
Menghitung densitas batuan dengan metode
Parasnis yaitu dengan memanfaatkan anomali
Bouguer dan terrain dengan metode korelasi g-H.
Formula yang dipakai adalah anomali Bouguer
2
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN
2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
yang dapat ditulis kembali menjadi : (gObs – gN
+ 0.094h) = ( 0.01277h – Terrain)σ. Jika : (gObs –
gN + 0.094h) di plot terhadap (0.01277h –
Terrain), maka gradiennya adalah densitas.
Gambar 2 memperlihatkan grafik untuk
mendapatkan nilai estimasi densitas dan regresi
linier menggunakan seluruh data dari hasil
pengukuran gaya berat daerah Tambu ini dan
memberikan nilai densitas sebesar 2.68 gram/cm3.
Dari hasil metode Parasnis dan hasil analisa
laboratorium yang diperlihatkan mempunyai
perbedaan nilai agak berdekatan, maka penulis
akan menggunakan nilai densitas untuk daerah
Tambu ini mempergunakan hasil dari analisa
laboratorium sedangkan metode Parasnis hanya
sebagai pembanding. Dan selanjutnya untuk
menghitung anomali-anomali gaya berat untuk
daerah panas bumi Tambu ini dipergunakan
koreksi densitas sebesar 2,64 gr/cm3.
.
ANOMALI BOUGUER
menyebar kearah baratdaya, barat, baratlaut, dan
utara daerah penyelidikan. Keadaan anomali gaya
berat ini mengisyaratkan bahwa terdapat beberapa
struktur geologi skala besar yang berasosiasi
dengan suatu rentang densitas tertentu di bagian
dalam kulit bumi. Struktur dalam yang terlihat
pada anomali ini berada di bagian tengah dengan
arah baratdaya – timurlaut, dan struktur lainnya
berada dibagian baratdaya mempunyai arah barat
– timur. Seperti yang telah diutarakan diatas pola
anomali tinggi dari peta ini berada di bagian
tenggara dan timur yaitu sekitar daerah Punti dan
Kampung Baru diperkirakan diisi oleh batuan
andesit, malihan, dan granit. Sedangkan Anomali
rendah yang berada di bagian tengah kearah
baratdaya, barat, baratlaut, dan utara diperkirakan
diisi oleh batuan alluvium, endapan pantai, dan
batu pasir. Di sekitar manifestasi Tambu
diperkirakan ditempati oleh anomali rendah dan
diperkirakan diisi oleh batuan alluvium/endapan
pantai.
Zona patahan yang terbentuk di daerah Tambu ini
merupakan lajur sesar Palu yang mempunyai arah
utara – baratlaut dan merupakan sesar utama.
Selain sesar utama terdapat juga sesar-sesar
lainnya yang tegak lurus dengan sesar utama
tersebut. Beberapa sesar yang terdapat di daerah
ini merupakan sesar naik dan normal.
Nilai anomali Bouguer yang diperlihatkan
berkisar antara 53 mgal sampai 81 mgal, dimana
pola anomalinya memiliki suatu rentang anomali
Bouguer dan gradien anomali yang relatief besar.
Pola
liniasi
sebaran
anomali
Bouguer
memperlihatkan arah umum baratdaya –
timurlaut, serta di beberapa tempat seperti di
sekitar daerah Pemukiman Khusus Masyarakat
Tertinggal (PKMT), Kampung Baru, dan Punti,
terjadi pembelokan dan pengkutuban anomali
rendah dan tinggi. Peta anomali Bouguer ini
memperlihatkan kecenderungan pola regional
berarah baratdaya – timurlaut dengan nilai
gayaberat yang meninggi dari Tengah ke arah
timurlaut, timur, tenggara, dan selatan daerah
penyelidikan. Beberapa kelurusan dengan pola
yang kuat dan tegas, terutama di timurlaut, tengah,
dan baratdaya daerah penyelidikan mempertegas
keberadaan struktur-struktur berarah baratdaya –
timurlaut dan barat – timur.
Anomali tinggi muncul di bagian timur terus
menyebar kearah selatan dan tenggara, sedangkan
anomali rendah menempati sekitar daerah tengah
ANOMALI REGIONAL
Hasil sebaran Anomali Bouguer Regional
merupakan anomali permukaan polinomial (trend
surface) orde-2 sebelum dilakukan pemfilteran.
Gambar 4.2 memperlihatkan peta Sebaran
Anomali Bouguer Regional orde-2 daerah
penyelidikan untuk densitas 2.64 gr/cm3. Anomali
gayaberat Regional ini dikelompokkan menjadi
anomali paling rendah ( 50 s/d 58 mgal.), anomali
rendah ( 58 s/d 66 mgal), anomali sedang ( 66
s/d 74 mgal) dan anomali tinggi (> 74 mgal).
Anomali regional ini memperlihatkan pola liniasi
yang berarah baratdaya - timurlaut dan nilai
anomali cenderung mengecil ke arah barat dan
baratlaut, dengan nilai 50 mgal dan membesar ke
tenggara dengan nilai anomali > 74 mgal.
Permukaan polinomial Orde-2 memperlihatkan
anomali rendah berada disebelah barat – baratlaut
dari daerah penyelidikan, semakin kearah tengah
anomali semakin tinggi dan berlanjut ke arah
tenggara. Dari hasil analisa laboratorium batuan
daerah yang mempunyai nilai rendah yang berada
disebelah barat dan baratlaut diperkirakan diisi
oleh batuan alluvium dan endapan pantai,
sedangkan yang mempunyai nilai tinggi
diperkirakan diisi oleh batuan granit, Malihan, dan
Andesit. Hasil dari anomali Regional atau hasil
analisis trend surface diatas ditujukan untuk
mengektraksi informasi dangkal dari anomali
3
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN
2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Bouguer dengan maksud untuk mendapatkan
anomali gaya berat lokal atau disebut juga
anomali Sisa/Residual.
Dari kelurusan-kelurusan yang muncul dari peta
anomali Regional ini dapat ditafsirkan adanya
struktur besar yang terjadi dibagian utara–
timurlaut menuju kearah tengah dengan arah
baratdaya–timurlaut
dan
berlanjut
kearah
baratdaya daerah penyelidikan dengan arah
hampir barat – timur.
Untuk mendapatkan informasi gaya berat yang
berkaitan dengan target prospeksi panas bumi
(lokal), dilakukan pemisahan anomali Bouguer
dari
kecenderungan
regionalnya
(struktur
dalam/regional). Pemisahan dilakukan dengan
cara mensubtraksi anomali Bouguer dengan
permukaan polinom yang dianggap mewakili
kecenderungan permukaan regional. Polinom
orde-2 dianggap paling mewakili daerah
penyelidikan mengingat tidak terlalu luasnya
daerah penyelidikan dan kecenderungan pola
regional yang dapat dikenali pada anomali
Bouguer yang menunjukkan bidang sederhana
orde-2. Dari permukaan anomali regional ini
cenderung berarah baratlaut - tenggara dengan
nilai rendah kearah tinggi yaitu dari baratlaut ke
arah tenggara. Nilai yang meninggi ke arah
tenggara ini mungkin disebabkan oleh karena
daerah di bagian timurlaut, tengah, timur,
tenggara, baratdaya dan sampai ke selatan daerah
penyelidikan dominan diisi oleh batuan granit,
malihan, dan andesit yang mempunyai densitas
lebih tinggi dibandingkan dengan daerah barat dan
baratlaut yang diisi oleh batuan aluvium dan
endapan pantai serta batuan granit yang telah
mengalami pelapukan tinggi. Daerah manifestasi
panas bumi pada umumnya ditempati oleh
anomali rendah. Pada sebaran anomali Bouguer
Regional ini memperlihatkan arah kelurusan yang
pada umumnya berarah baratdaya – timurlaut,
keadaan struktur ini merupakan struktur yang
tegak lurus dengan sesar utama daerah ini dan
sesuai dengan struktur yang ada di daerah ini.
ANOMALI SISA ORDE-2
Peta Sebaran Anomali Sisa ini diperlihatkan
dengan koreksi densitas 2.64 gram/cm3, yang
ditampilkan pada gambar 4.3. Peta Sebaran
Anomali sisa ini memperlihatkan pola lineasi
yang dominan berarah baratdaya – timurlaut dan
baratlaut–tenggara,
selain
itu
juga
memperlihatkan pengkutuban anomali positif dan
anomali negatif dengan kerapatan serta
pembelokan kontur yang tajam. Kondisi demikian
mengindikasi-kan adanya struktur-struktur sesar
yang dominan berarah baratdaya – timurlaut, barat
–timur, dan baratlaut-tenggara yang salah satunya
searah dengan struktur utama daerah ini.
Sebaran Anomali ini memperlihatkan struktur
yang agak kompleks, namun pola anomali ini
relatif memiliki persamaan dengan pola sebaran
anomali Bouguernya, hal ini diperkirakan karena
pola anomali Bouguer di daerah penyelidikan
secara dominan diakibatkan oleh struktur dalam.
Zona anomali rendah yang terletak di sebelah
utara, timurlaut, baratdaya, tenggara, dan tengah
semakin terisolasi, begitu pula yang berada di
ujung sebelah barat daerah penyelidikan. Anomali
rendah ini sebagian menunjukkan kesamaannya
dengan anomali Bouguer terutama yang berada
dibagian barat, hal ini mengisyaratkan kondisi
struktur lokal searah dengan struktur dalamnya.
Zona anomali rendah yang berada di sekitar air
panas
Tambu
semakin
terfokus,
ini
memperlihatkan bahwa anomali sisa ini
kemungkinan ditimbulkan oleh struktur-struktur
dalam dan sangat kompleks. Zona anomali tinggi
muncul di sebelah tengah ke arah tenggara, timur,
dan baratdaya daerah penyelidikan, diperkirakan
sumber panas (heat sources) dari air panas Tambu
ini berada disekitar tengah ke arah tenggara yaitu
sekitar titik amat RT-70 atau sekitar Kampung
Baru.
Beberapa struktur yang muncul dari peta anomali
sisa ini digambarkan untuk bagian tengah
mempunyai tiga buah struktur yang diperkirakan
yaitu yang berarah baratlaut–tenggara terdapat
dua buah struktur, struktur ini merupakan
kepanjangan dari bagian utara dan struktur lainnya
berarah baratdaya–timurlaut yang merupakan
kontrol struktur dari manifestasi air panas Tambu.
Di bagian baratdaya terdapat dua buah struktur
yang diperkirakan dengan arah barat–timur, dan
baratdaya–timurlaut. Di bagian selatan terdapat
tiga buah struktur yang diperkirakan dengan arah
baratdaya–timurlaut mempunyai dua buah
struktur, dan arah hampir barat–timur (baratdaya –
timurlaut) mempunyai satu buah struktur.
Struktur yang diperlihatkan pada sebaran anomali
Sisa yang berada di bagian tengah, dan baratdaya
mempunyai arah yang sama dengan yang
diperlihatkan oleh anomali Bouguer dengan
demikian menunjukkan bahwa struktur lokal
searah dengan struktur dalamnya. Sedangkan di
4
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN
2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
bagian selatan dan timurlaut dari daerah
penyelidikan antara anomali Sisa dan anomali
Bouguer tidak memperlihatkan kesamaannya, hal
ini
menunjukkan
bahwa
struktur
yang
diperlihatkan pada anomali Sisa ini diperkirakan
merupakan struktur lokal/ dangkal.
Anomali residual orde-2 (Gambar 4.3) lebih
mempertegas lagi keberadaan kelurusan-kelurusan
yang dikenali dari anomali Bouguer. Kelurusankelurusan baratlaut-tenggara dan baratdayatimurlaut secara tegas terlihat di bagian utara dan
tengah daerah penyelidikan. Secara umum, di
bagian daerah tengah daerah penyelidikan dimana
manifestasi panas bumi Tambu berada didominasi
oleh kelurusan-kelurusan berarah baratdayatimurlaut.
MODEL 2–D GAYA BERAT
Dari hasil sebaran anomali sisa diatas dicoba
dibuat dua buah model dua dimensi yaitu yang
pertama mempunyai arah barat–timur (penampang
A – B) dan yang kedua berarah hampir baratlauttenggara (penampang C – D).
Model
gaya
berat
2-Dimensi
dari
irisan/penampang A – B (Gambar 4.4.a) pada
sebaran anomali sisa dengan menggunakan
densitas rata-rata 2.64 gram/cm3 dan panjang
penampang ± 6.500 meter, yang terletak di bagian
tengah daerah penyelidikan mempunyai arah barat
–timur.
Model ini memperlihatkan bodi dari mulai barat
sampai timur dengan uraian sebagai berikut ;
1) Bodi yang berada paling barat mempunyai
densitas 2,58 gram/cm3 dengan kedalaman
sekitar 2500 meter diperkirakan batuan granit
yang telah mengalami pelapukan tinggi
dan/atau alluvium.
2) Disampingnya terdapat bodi dengan densitas
2,70 gram/cm3 dengan kedalaman sekitar
2000 meter diperkirakan sebagai batuan
granit/malihan yang masih massif dan
kompak.
3) Diantara kedua bodi tersebut diatas
diperkirakan terdapat struktur patahan yang
mengontrol manifestasi air panas Tambu.
4) Bodi berikutnya mempunyai densitas 2,63
gram/cm3 dengan kedalaman sekitar 2100
meter diperkirakan batuan granit yang telah
mengalami pelapukan.
Bodi yang terletak paling timur mempunyai
densitas 2,64 gram/cm3 dengan kedalaman 3000
meter yang merupakan densitas basement.
Model
gaya
berat
2-Dimensi
dari
irisan/penampang C – D (Gambar 4.4.b) pada
sebaran anomali sisa dengan menggunakan
densitas rata-rata 2,64 gram/cm3 dan panjang
penampang ± 9.750 meter, yang terletak di bagian
tengah kea rah tenggara daerah penyelidikan
mempunyai arah baratlaut - tenggara.
Model ini memperlihatkan bodi dari mulai
baratlaut sampai tenggara dengan uraian sebagai
berikut ;
1) Bodi yang berada paling baratlaut mempunyai
densitas 2,64 gram/cm3 dengan kedalaman
sampai tidak diketahui kedalamannya dengan
densitas sama dengan densitas basement yaitu
granit.
2) Disampingnya terdapat bodi dengan densitas
2,55 gram/cm3 dengan ketebalan sekitar 1800
meter diperkirakan sebagai batuan granit yang
telah mengalami pelapukan dan/atau batuan
alluvium.
3) Selanjutnya terdapat bodi dengan densitas
2,67 gram/cm3 dengan kedalaman sekitar
1500 meter diperkirakan merupakan batuan
granit. Antara bodi kedua dan ketiga
diperkirakan ada struktur/patahan yang
terjadi.
4) Bodi berikutnya mempunyai densitas 2,61
gram/cm3 dengan kedalaman sekitar 1700
meter diperkirakan batuan granit yang telah
mengalami pelapukan.
5) Bodi selanjutnya mempunyai densitas 2,70
gram/cm3 dengan kedalaman sekitar 2500
meter diperkirakan merupakan batuan granit
dan/atau malihan serta andesit yang telah
mengalami pelapukan. Diantara bodi nomor
4) dengan bodi nomor 5) diperkirakan telah
terjadi struktur/patahan.
Bodi yang terletak paling ujung tenggara
merupakan densitas basement yang menyebar
sampai kebawah dengan kedalaman yang tidak
diketahui.
DISKUSI
Peta anomali bouguer sisa memperlihatkan
adanya kelurusan-kelurusan yang berarah
baratdaya–timurlaut
dan
baratlaut–tanggara.
Kelurusan-kelurusan
tersebut
diperkirakan
5
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN
2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
merupakan struktur yang berkembang di daerah
penyelidikan dengan panjang dan arah yang
beragam. Struktur yang paling panjang berarah
baratdaya–timurlaut, struktur ini memotong
daerah kampung Baru dan Eas. Struktur ini
diperkirakan
merupakan
struktur
yang
berkembang akibat adanya struktur Palu yang
berarah Baratlaut–Tenggara. Struktur panjang
kedua adalah struktur yang berarah baratlaut–
tenggara. Struktur ini berada di sebelah utara
daerah penyelidikan, membentang dari ujung
daerah penyelidikan yaitu sebelah utara Kampung
Melawa sampai ke sebelah timur daerah
Pemukiman Khusus Masyarakat Tertinggal
(PKMT). Struktur ini diperkirakan merupakan
struktur regional Palu yang secara umum
mempunyai pola baratlaut–tenggara.
Struktur-struktur yang lebih pendek menyebar di
dekat air panas, PKMT, Tanahruntuh, dan Punti,
dengan arah yang beragam dari mulai utara–
selatan, baratlaut–tenggara, dan baratdaya–
timurlaut. Struktur-struktur ini diperkirakan
muncul akibat adanya struktur regional atau
utama, yaitu Sesar Palu yang berarah Baratlaut–
Tenggara.
Berdasarkan penampang 2-D hasil pemodelan
terdapat dua buah struktur yang dekat dengan titik
A (pada penampang A – B) dan dekat dengan titik
C (pada penampang C – D). Struktur yang terlihat
pada kedua penampang tersebut diperkirakan
merupakan struktur yang ada di dekat air panas
dengan
arah
baratdaya–timurlaut
yang
membentang dari dekat air panas (Desa Mapane
Tambu) ke arah timurlaut memotong daerah
PKMT.
diperkirakan merupakan kontrol struktur yang
berada di sekitar air panas dengan arah
baratdaya–timurlaut yang membentang dari
dekat air panas (Desa Mapane Tambu) ke arah
timurlaut memotong daerah PKMT.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bemmelen, van R.W., 1949. The
Geology of Indonesia. Vol. I A. The
Hague, Netherlands.
2. Bakrun dkk., (2004,2005) Penyelidikan
terpadu daerah panasbumi Merawa
(Marana) dan Lompio, Kabupaten
Donggala, Propinsi Sulawesi-Tengah.
Direktorat Inventarisasi Sumber Daya
Mineral, Bandung
3. Hamilton W., 1979 Tectonic of Indonesia
Region,Geol.Surv.Prof.Papers,U.S.Govt.P
rint Off., Washington.
4. Lawless, J., 1995. Guidebook : An
Introduction to Geothermal System. Short
Course. Unocal Ltd. Jakarta.
5. Sukamto, Rab, 1973, edisi 2, Peta Geologi
Tinjau Lembar Palu, Sulawesi. Skala 1 :
250.000.
Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan Geologi, Bandung.
6. Ratman, Nana, 1976. Peta Geologi
Lembar Toli-Toli, Sulawesi Utara. Skala
1 : 250.000. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung.
7. Telford, W.M et al, 1982. Applied
Geophysics, Cambridge University Press.
Cambridge.
KESIMPULAN
2. Pada peta sebaran anomali Bouguer terdapat
beberapa kelurusan dengan pola yang kuat
dan tegas, terutama di timurlaut, tengah, dan
baratdaya daerah penyelidikan mempertegas
keberadaan
struktur-struktur
berarah
baratdaya–timurlaut, baratlaut–tenggara, dan
barat–timur.
5. Keberadaan sumber panas (heat sources) dari
hasil Anomali Bouguer dan Anomali Sisa
diperkirakan nampak tidak jauh (sekitar 3
Km) dari manifestasi Tambu yaitu disekitar
Kampung Baru atau sekitar titik amat RT-70.
6. Dari model -2D memperlihatkan struktur yang
terlihat pada penampang A-B dan C-D
6
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN
2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Tabel 1. Hasil rata-rata densitas batuan daerah panas bumi Tambu, Donggala adalah 2,64 gram/cm3
No
Nomor Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
RT 55
RT 60
G-3850
F-6850
C-4250
G-4000
RT 19
RT 51
G-4400
PB-1
Nama Batuan
Densitas gr/cm3
Granit
Granit
Sekis
Sekis
Granit
Sekis
Andesit
Granit
Andesit
Sekis
2.65
2.60
2.42
2.66
2.64
2.65
2.63
2.56
2.83
2.76
140
120
100
80
y = 2.6841x + 72.237
60
40
20
0
0
5
10
15
20
Gambar 2. Grafik untuk mendapatkan nilai estimasi densitas dan regresi linier, menghasilkan nilai
densitas 2.68 gram/cm3
7
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
10004000
PETA ANOMALI BOUGUER
DAERAH PANAS BUMI TAMBU
KABUPATEN DONGGALA,
PROVINSI SULWESI TENGAH
RT50
10002000
0
2000
4000
RT40
RT25
A2900
KETERANGAN
10000000
A1400
B4500
56
A-100
62
68
74
80 mGal
C6250
B2500
115
9998000
A 4000
48
15
Titik pengukuran gaya berat
344
Eas
B0
114
D6000
C3500
370
Mata air panas
457
343
8
45
113
C550
9996000
Kontur anomali bouguer
E7000
D3000
10
435
F7000
Silumbea
Kontur ketinggian interval 50 meter
409
6
D0
Tambu
Sungai dan anak sungai
E3500
6
G7000
F4000
9994000
335
Jalan
330
109
E0
G4500
Baru
Tanahruntuh
108
F1000
9992000
280
Sawah
G1250
351
453
RT60
106
38
460
442
RT70
107
120
Kampung
37
32
283
Melui
Peta indeks
320
INDEKS
290
9990000
Peta Indeks
Binangga Towiya
RT80
105
524
9992500
618
0ø N
Meli
Donggala
104
9992000
Palu
591
Poso
541
Abo
9991500
453
2ø S
15
103
9988000
Pulau Sulawesi
RT11
120 ø E
122 ø E
Lokasi Penyelidikan
9991000
370
0
125
250
702
419
kilometers
831000
818000
820000
822000
824000
826000
831500
832000
832500
833000
828000
Gambar 3. Peta anomali Bouguer daerah Tambu, Donggala, Sulawesi Tengah
10004000
PETA ANOMALI REGIONAL
DAERAH PANAS BUMI TAMBU
KABUPATEN DONGGALA,
PROVINSI SULWESI TENGAH
RT50
10002000
0
2000
4000
RT40
RT25
A2900
KETERANGAN
10000000
A1400
B4500
54
A-100
62
70
78
mGal
C6250
B2500
115
9998000
15
A 4000
48
Titik pengukuran gaya berat
344
Eas
B0
114
D6000
C3500
370
Mata air panas
457
343
8
45
113
C550
9996000
Kontur anomali regional
E7000
D3000
10
435
F7000
Silumbea
Kontur ketinggian interval 50 meter
409
6
D0
Tambu
6
Sungai dan anak sungai
E3500
G7000
F4000
9994000
335
Jalan
330
109
F1000
280
38
106
460
442
Sawah
RT70
G1250
107
120
Kampung
37
32
283
Melui
9992000
G4500
Baru
Tanahruntuh
E0
108
351
453
RT60
Peta indeks
320
INDEKS
290
9990000
RT80
105
Peta Indeks
Binangga Towiya
524
9992500
618
0ø N
Meli
Donggala
104
9992000
Palu
591
Poso
541
Abo
9991500
453
2ø S
15
103
9988000
Pulau Sulawesi
RT11
120 ø E
9991000
370
122 ø E
Lokasi Penyelidikan
0
125
250
702
419
kilometers
831000
818000
820000
822000
824000
826000
831500
832000
832500
833000
828000
Gambar 4. Peta Anomali Regional daerah Tambu, Donggala, Sulawesi Tengah
8
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
10004000
PETA ANOMALI SISA
DAERAH PANAS BUMI TAMBU
KABUPATEN DONGGALA,
PROVINSI SULWESI TENGAH
RT50
10002000
0
2000
4000
RT40
RT25
A2900
KETERANGAN
10000000
A1400
B4500
-4.4
A-100
C6250
B2500
A 4000
-1.2
2
5.2
mGal
Titik pengukuran gaya berat
115
9998000
C
15
48
Mata air panas
344
Eas
B0
114
D6000
C3500
370
457
343
8
Kontur anomali sisa
45
A
B
113
C550
9996000
E7000
D3000
10
Perkiraan struktur
435
F7000
Silumbea
A
B
Garis penampang
409
Kontur ketinggian interval 50 meter
6
D0
Tambu
6
E3500
G7000
F4000
9994000
Sungai dan anak sungai
335
330
109
E0
108
F1000
280
120
106
G1250
Sawah
351
453
RT60
D
9990000
Kampung
460
442
RT70
Melui
107
38
Jalan
37
32
283
9992000
G4500
Baru
Tanahruntuh
RT80
105
Peta indeks
320
INDEKS
290
Peta Indeks
Binangga Towiya
524
9992500
618
0ø N
Meli
Donggala
104
9992000
Palu
591
Poso
541
Abo
9991500
453
2ø S
15
103
9988000
Pulau Sulawesi
RT11
120 ø E
9991000
370
122 ø E
Lokasi Penyelidikan
0
125
250
702
419
kilometers
831000
818000
820000
822000
824000
826000
831500
832000
832500
833000
828000
Gambar 5. Peta Anomali Sisa daerah panas bumi Tambu, Donggala, Sulawesi Tengah
9
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Gambar 6. Model-2D gayaberat pada penampang A - B daerah panas bumi Tambu, Donggala,
Sulawesi - Tengah.
Gambar 7. Model-2D gayaberat pada penampang C - D daerah panas bumi Tambu, Donggala,
Sulawesi - Tengah.
10