PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI DI SMK | Isnaeni | Tata Arta 9253 19680 1 SM
Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2, hlm. 132-144
Nurul Isnaeni, Sudiyanto, dan Binti Muchsini. Pengaruh Model Problem Based Learning
terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Pembelajaran Akuntansi
di SMK. Agustus, 2016.
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI
DI SMK
Nurul Isnaeni, Sudiyanto, Binti Muchsini*
*Program Studi Pendidikan Akuntansi, FKIP, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
nurulisnaeni888@gmail.com
ABSTRACT
The objective of this research is to investigate whether there is a difference of critical
thinking ability between the students instructed with the problem-based learning model and
those instructed with the conventional learning model in Accounting learning at Vocational
High School. This research used the experimental research method Quasi Experimental
Design with the Nonequivalent Control Group Design. Its population was all of the students
as many as 315 of Accounting Expertise Department. The samples of research consisted of 31
students in Grade XI.1 as the experimental group and 30 students in Grade XI.3 as the
control group. The data of research were collected through limited essay test, observation,
and documentation. They were validated by using the content validity and analyzed by using
the Independent Sample T-Test with the prerequisite tests of normality test and homogeneity
test. The results of research show that there is a difference of critical thinking ability between
the students instructed with the problem-based learning model and those instructed with
conventional learning model in Accounting learning as indicated by the result of the
Independent Sample T-Test that the value of tcount = 5.174 was greater than that of ttable =
2.001. The students instructed with the problem-based learning model have a better critical
thinking ability than those instructed with the conventional learning model.
Keywords: Problem-based learning, critical thinking ability, accounting learning.
133 Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2 (2016)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
kemampuan berpikir kritis antara peserta didik yang belajar menggunakan model problem
based learning dan peserta didik yang belajar menggunakan model konvensional pada
pembelajaran akuntansi di SMK. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen Quasi
Experimental Design dengan model Nonequivalent Control Group Design . Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh peserta didik paket keahlian akuntansi yang berjumlah 315
orang. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI.1 sebagai kelas eksperimen yang
berjumlah 31 peserta didik dan kelas XI.3 sebagai kelas kontrol yang berjumlah 30 peserta
didik. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes uraian terbatas, observasi, dan
dokumentasi. Validitas data menggunakan validitas isi. Analisis data menggunakan
Independent Sampel T-test dengan uji persyaratan yang terdiri atas uji normalitas dan uji
homogenitas data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan
berpikir kritis antara peserta didik yang belajar dengan model problem based learning dan
peserta didik yang belajar dengan model konvensional pada pembelajaran akuntansi. Hal ini
dapat dilihat dari hasil pengujian hipotesis yang menunjukkan thitung > ttabel (5,174 > 2,001).
Peserta didik yang belajar dengan model Problem Based Learning memiliki kemampuan
berpikir kritis yang lebih baik daripada peserta didik yang belajar dengan model
konvensional.
Kata Kunci: model Problem Based Learning, kemampuan berpikir kritis, pembelajaran
akuntansi.
Tahun
PENDAHULUAN
Pendidikan formal di Indonesia
1998).
Sesuai
dengan
tujuan
utamanya, yaitu mempersiapkan peserta
yaitu
didik memasuki dunia kerja dan memiliki
pendidikan dasar, pendidikan menengah,
sikap profesional, maka pembelajaran di
dan pendidikan tinggi. Sekolah Menengah
SMK mengarahkan peserta didik agar
Kejuruan (SMK) merupakan salah satu
belajar mandiri dengan segala kemampuan
lembaga
yang
dan keterampilan yang ada pada diri
mempersiapkan peserta didiknya untuk
mereka, menggali ide-ide, memecahkan
memasuki
masalah, dan menemukan solusi untuk
terbagi
menjadi
pendidikan
tingkatan,
menengah
dunia
mengembangkan
Pendidikan
3
sikap
kerja
dan
profesional.
menengah
kejuruan
penyelesaian
masalah
tersebut.
Oleh
karena itu, peserta didik harus dibekali
mengutamakan penyiapan siswa untuk
dengan
memasuki
serta
kemampuan berkomunikasi, kemampuan
mengembangkan sikap profesional yang
pemecahan masalah, dan kemampuan
disesuaikan dengan potensi lapangan kerja
berpikir jernih dan kritis.
lapangan
kerja
dan dukungan masyarakat, termasuk dunia
industri (Peraturan Pemerintah Nomor 56
berbagai
Suatu
kompetensi,
fenomena
yaitu
menunjukkan
bahwa salah satu kompetensi terpenting
Nurul Isnaeni, Sudiyanto, dan Binti Muchsini. Pengaruh Model Problem Based 134
Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Pembelajaran Akuntansi
di SMK. Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2, hlm. 132-144
dan
masih
pendidik
jarang
adalah
kritis.
Peserta
kebingungan
diperhatikan
kemampuan
didik
bahkan
oleh
Tayyeb (2013) menyatakan bahwa
berpikir
iklim pendidikan saat ini tidak hanya
sering
kali
mementingkan pengetahuan materi, tetapi
tidak
bisa
juga
mengembangkan
keterampilan
mengerjakan suatu permasalahan baru
berpikir kritis sehingga solusi untuk
yang disajikan dengan sedikit variasi soal.
memecahkan
Selama ini kemampuan yang dinilai guru
berdasarkan bukti dan alasan yang kuat.
hanya prestasi yang tertera dalam lembar
Pembelajaran yang semula fokus pada
kerja
tanpa
mengajar peserta didik untuk memberikan
proses
jawaban yang benar dengan cara meminta
Guru
peserta didik membaca, mendefinisikan,
peserta
memperhatikan
mendapatkan
didik
saja
bagaimana
nilai
tersebut.
masalah
nyata
muncul
menganggap nilai yang tertera di kertas
dan
ulangan peserta didik adalah benar-benar
menjadi mengarahkan peserta didik untuk
kemampuan peserta didik, tetapi di sisi
menganalisis, menyimpulkan, mensistesis,
lain seringkali peserta didik tidak jujur
mengevaluasi, berpikir, dan memikirkan
dalam mengerjakan soal ulangan sehingga
kembali.
menjelaskan
apa yang tertera di kertas ulangan belum
kini
harus
Salah satu SMK
dirubah
Negeri di
tentu murni cerminan kemampuan peserta
Kabupaten
didik. Lebih lanjut, guru cenderung hanya
menerapkan kurikulum 2013. Hasil belajar
memperhatikan
materi
dalam kurikulum 2013 meliputi ranah
pelajaran yang tertera di buku teks
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
pelajaran saja dan belum mengaitkan
Pada ranah keterampilan dijelaskan bahwa
pemahaman
kualifikasi
penyampaian
peserta
didik
dengan
Karanganyar
sudah
kemampuannya
adalah
permasalahan dalam kehidupan sehari-
memiliki kemampuan pikir dan tindakan
hari. Padahal pada dasarnya peserta didik
yang efektif dan kreatif dalam ranah
dididik untuk terjun ke masyarakat dan
abstrak
menghadapi situasi-situasi yang terkadang
pengembangan dari yang dipelajari di
jauh berbeda dari apa yang tertera di buku
sekolah secara mandiri. Namun, dalam
teks. Hal ini menyebabkan kesulitan bagi
proses pembelajaran beberapa dewan guru
peserta didik apabila dihadapkan pada
masih menggunakan model konvensional
permasalahan yang baru karena mereka
yang terpusat pada guru, termasuk proses
hanya terpaku pada apa yang ada di buku
pembelajaran
teks saja.
dagang.
dan
konkret
akuntansi
Pembelajaran
sebagai
perusahaan
dengan
model
135 Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2 (2016)
konvensional mengakibatkan rendahnya
kritis antara peserta didik yang belajar
keterlibatan peserta didik dalam proses
menggunakan
pembelajaran
didik
learning dan peserta didik yang belajar
mengakibatkan
menggunakan model konvensional pada
cenderung
sehingga
pasif
dan
peserta
model
problem
potensi peserta didik belum dapat digali
pembelajaran akuntansi di SMK.
secara maksimal yang berdampak pada
Model Problem Based Learning
rendahnya
kemampuan
berpikir
kritis
Model
pembelajaran
based
Problem
peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa
Based Learning (PBL) merupakan salah
terdapat
penggunaan
satu model pembelajaran utama yang dapat
model pembelajaran yang menyebabkan
membentuk perilaku saintifik, perilaku
rendahnya
sosial,
ketidakcocokan
kemampuan
berpikir
kritis
peserta didik.
serta
mengembangkan
keingintahuan.
Model pembelajaran yang dapat
Harsono
rasa
dalam
Suprihatiningrum (2013: 216) menyatakan
berpikir
bahwa, “Problem Based Learning (PBL)
kritis peserta didik ialah model Problem
adalah suatu model pembelajaran, yang
mengembangkan
kemampuan
Penguatan
mana siswa sejak awal dihadapkan pada
Pemahaman Kurikulum 2013 SMK (2015)
suatu masalah, kemudian diikuti oleh
menjelaskan bahwa PBL merupakan salah
proses pencarian informasi yang bersifat
satu model pembelajaran utama yang dapat
student centered ”.
Based
Learning
(PBL).
membentuk perilaku saintifik, perilaku
sosial,
serta
keingintahuan.
mengembangkan
Norman
dan
rasa
Schmidt
Menurut
(2014:
Barrow
271),
pembelajaran
dalam
PBL
yang
Huda
merupakan
diperoleh
melalui
dalam Penguatan Pemahaman Kurikulum
proses menuju pemahaman akan resolusi
2013 SMK (2015) menyebutkan bahwa
suatu
tujuan
meningkatkan
pengertian PBL, Husnidar, dkk (2014: 75)
kemampuan dalam menerapkan konsep-
berpendapat bahwa dalam PBL peserta
konsep pada permasalahan baru/nyata,
didik dihadapkan pada suatu masalah yang
pengintegrasian
bertujuan melatih keterampilan berpikir
PBL
adalah
konsep
High
Order
Thinking Skills (HOTS), keinginan dalam
Tujuan yang hendak dicapai dalam
Berkaitan
dengan
untuk memecahkan masalah tersebut.
belajar, mengarahkan belajar diri sendiri
dan keterampilan.
masalah.
Cheaney dan Ingebritsen dalam
Asyari, dkk (2016: 37) menyebutkan
bahwa
tujuan
PBL
adalah
untuk
penelitian ini adalah mengetahui apakah
merangsang peserta didik berpikir kritis,
terdapat perbedaan kemampuan berpikir
meningkatkan
kompetensi
profesional,
Nurul Isnaeni, Sudiyanto, dan Binti Muchsini. Pengaruh Model Problem Based 136
Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Pembelajaran Akuntansi
di SMK. Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2, hlm. 132-144
meningkatkan kemampuan memecahkan
pembelajaran
masalah, meningkatkan kerja sama dan
pembelajaran dipandang sebagai aktivitas
keterampilan
keputusan
pemberian informasi yang harus diterima
dalam situasi yang baru, mendorong
peserta didik yang wajib diingat dan
keterampilan
dihafal. Brooks & Brooks dalam Warpala
pengambilan
belajar
seumur
hidup,
evaluasi diri, dan adaptasi.
konvensional.
Proses
(2015) berpendapat bahwa pembelajaran
Karakteristik PBL menurut Tung
konvensional lebih menekankan kepada
(2015: 228), yaitu (1) dimulai dengan
tujuan pembelajaran berupa penambahan
permasalahan; (2) masalah berhubungan
pengetahuan,
dengan dunia nyata murid; (3) pelajaran
sebagai proses meniru dan peserta didik
berkaitan dengan masalah tersebut dan
dituntut dapat mengungkapkan kembali
bukan terkait disiplin ilmu tertentu; (4)
pengetahuan yang sudah dipelajari melalui
murid bertanggung jawad atas proses
kuis atau tes standar.
sehingga
belajar
dilihat
pembelajarannya sendiri; (5) kelompok
Burrowes dalam Warpala (2015)
kecil; (6) murid mendemonstrasikan hasil
menyatakan bahwa model pembelajaran
kinerja.
konvensional memiliki ciri-ciri, yaitu: (1)
Model Konvensional
pembelajaran berpusat pada guru; (2)
Model pembelajaran konvensional
merupakan
yang
kurang; (4) tidak ada kelompok-kelompok
paling sederhana dan sering digunakan
kooperatif; dan (5) penilaian bersifat
dalam proses pembelajaran. Burrowes
sporadis.
dalam Warpala (2015) menyampaikan
Berpikir Kritis
bahwa
model
pembelajaran
pasif; (3) interaksi antarpeserta didik
pembelajaran
konvensional
Berpikir kritis merupakan berpikir
menekankan pada resitasi konten tanpa
dalam tingkatan yang lebih tinggi. Johnson
memberikan waktu yang cukup kepada
(2014: 183) menyatakan bahwa, “Berpikir
peserta didik untuk merefleksi materi yang
kritis merupakan sebuah proses yang
dipresentasikan, menghubungkan dengan
terarah dan jelas yang digunakan dalam
pengetahuan
atau
kegiatan
mengaplikasikan kepada situasi kehidupan
masalah,
nyata.
membujuk,
Freire
memberikan
pendidikan
sebelumnya,
dalam
istilah
ber-“gaya
mental
seperti
mengambil
menganalisis
memecahkan
keputusan,
asumsi,
dan
(2015)
melakukan penelitian ilmiah”. Menurut
penyelenggaraan
Ennis dalam Husnidar, dkk (2014: 73),
bank”
berpikir kritis adalah proses berpikir yang
Warpala
terhadap
137 Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2 (2016)
bertujuan
untuk
rasional
yang
memutuskan
membuat
keputusan
digunakan
apakah
meyakini
Masek
(2011:
218)
mengukur
untuk
kemampuan berpikir kritis berdasarkan
atau
kemampuan peserta didik untuk fokus dan
melakukan sesuatu.
mengklarifikasi
solusi,
menganalisis,
Johnson (2014: 185) berpendapat,
memahami,
dan
“Berpikir kritis adalah sebuah proses
berdasarkan
penilaian
sistematis
yang memungkinkan siswa
sendiri. Pendapat tersebut didukung oleh
untuk merumuskan dan mengevaluasi
Sendaq dan Odabas dalam Masek (2011:
keyakinan dan pendapat mereka sendiri”.
218) yang mengukur kemampuan berpikir
Pemikir kritis meneliti proses berpikir
kritis
mereka sendiri dan proses berpikir orang
membuat kesimpulan, pengakuan asumsi,
lain untuk mengetahui apakah proses
deduksi, interpretasi, dan mengevaluasi
berpikir mereka masuk akal. Johnson
ide-ide. Eggen dan Kauchak (2012: 119)
(2014: 185) menyatakan tujuan berpikir
menjelaskan
kritis, yaitu untuk mencapai pemahaman
kecenderungan
yang mendalam mengenai makna dibalik
berpikir kritis, yaitu meliputi hasrat untuk
suatu kejadian.
mendapatkan informasi dan mencari bukti,
Tung (2015: 224) menyatakan
bahwa
pemikiran
kritis
adalah
seni
berdasarkan
menyimpulkan
dan
asumsinya
kemampuan
bahwa
dalam
sikap
yang
dan
terkait
dengan
sikap berpikiran terbuka dan skeptisme
sehat,
kecenderungan
untuk
menunda
hormat
terhadap
menganalisis dan mengevaluasi pemikiran
penghakiman,
untuk meningkatkan mutu suatu proses
pendapat orang lain, dan toleransi bagi
dan hasil. Pemikiran kritis berfokus pada
ambiguitas.
pemikiran refleksi, produksi, dan evaluasi
Pembelajaran Akuntansi
rasa
fakta dan bukti yang ada. Kunci pemikiran
Pembelajaran Akuntansi menurut
kritis adalah mindfulness, yaitu kesiagaan
Riswani (2012: 6) merupakan rangkaian
berpikir analisis dan evaluatif.
kejadian yang memengaruhi pembelajar
Hasil konsensus Delphi dalam
sehingga
proses
belajarnya
dapat
Facione (2013: 5) menyatakan ada enam
berlangsung mudah untuk menyampaikan
aspek kemampuan berpikir kritis, yaitu
sekumpulan materi bahan ajar berdasarkan
(interpretasi),
interpretation
(analisis),
evaluation
inference
(evaluasi),
(penjelasan),
(pengaturan diri).
dan
analysis
(kesimpulan),
explanation
self-regulation
landasan
keilmuwan
Akuntansi
yang
diajarkan kepada peserta didik sebagai
beban
belajar
melalui
metode
dan
pendekatan pertentu. Dalam pembelajaran
akuntansi,
peserta
didik
diajak
Nurul Isnaeni, Sudiyanto, dan Binti Muchsini. Pengaruh Model Problem Based 138
Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Pembelajaran Akuntansi
di SMK. Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2, hlm. 132-144
mempelajari siklus-siklus akuntansi secara
dilaksanakan. Data yang terkumpul diolah
runtut
didik
dan dianalisis guna mengetahui ada atau
dituntut dapat memahami siklus akuntansi
tidaknya perbedaan pengaruh treatment
dan memposisikan dirinya sebagai akuntan
terhadap
suatu perusahaan atau institusi yang
peserta didik.
dan
sistematis.
Peserta
kemampuan
berpikir
kritis
mampu melaksanakan proses akuntansi
Teknik pengambilan sampel yang
dengan baik dan mampu mengendalikan
digunakan dalam penelitian ini adalah
masalah-masalah di luar kendali yang
Cluster Sampling (Area Sampling) karena
mungkin terjadi. Hal ini bertujuan agar
sumber data yang akan diteliti mempunyai
peserta didik terbiasa dengan situasi dunia
cakupan yang sangat luas dan tergabung
kerja dan terlatih kemampuan berpikir
dalam
kritisnya.
kelompok kelas. Populasi dalam penelitian
kelompok-kelompok,
yaitu
ini adalah seluruh peserta didik paket
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain
keahlian
Akuntansi
sembilan
kelas.
yang
Teknik
berjumlah
pengambilan
eksperimen Quasi Experimental Design
sampel dilakukan dengan cara undian dan
dengan model Nonequivalent
terpilih kelas XI.3 sebagai kelas kontrol
Group
Design.
Control
Dalam penelitian ini
dan kelas XI.1 sebagai kelas eksperimen.
terdapat dua kelompok belajar, yaitu
kelompok
pertama
kelas
digunakan adalah metode tes dan metode
kedua
non tes. Metode tes digunakan untuk
merupakan kelas kontrol. Kedua kelas
memperoleh data mengenai kemampuan
tersebut diberi pre-test untuk mengetahui
berpikir kritis peserta didik. Metode
keadaan awal kemampuan berpikir kritis
pengumpulan data non tes yang digunakan
kelompok
adalah
eksperimen
dan
merupakan
Teknik pengumpulan data yang
kelompok
eksperimen
dan
kelompok
observasi
dan
dokumentasi.
kontrol. Selanjutnya, kelas eksperimen
Observasi dilakukan untuk mengetahui
diberi treatment berupa penerapan model
keterlaksanaan model Problem Based
PBL
kontrol
Learning. Dokumentasi digunakan untuk
melaksanakan pembelajaran seperti biasa,
mengumpulkan data yang sudah ada,
yaitu menggunakan model konvensional.
meliputi data-data tentang siswa, seperti
Pada akhir penelitian, kedua kelas diberi
nilai siswa dan jumlah siswa sebagai dasar
tes akhir (post-test) guna mengukur hasil
penentuan jumlah anggota kelompok.
proses
sedangkan
pembelajaran
kelas
yang
telah
139 Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2 (2016)
Pengujian validitas yang digunakan
data dinyatakan homogen apabila nilai
adalah validitas isi. Pengujian reliabilitas
Lavene Statistic > 0,05. Berikut adalah
dilaksanakan menggunakan rumus Alpha.
ringkasan
Analisis kelayakan butir soal meliputi
homogenitas data hasil post-test.
hasil
perhitungan
uji
tingkat kesulitan dan daya pembeda.
Analisis
data
dilaksanakan
dengan
Independent Sampel T-test dengan uji
Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas
Ket.
Posttest
Hasil Uji
Homogenitas
0,347
Kriteria
Keputusan
0,347 > 0,05
Homogen
persyaratan yang terdiri atas uji normalitas
Setelah persyaratan analisis yang
dan uji homogenitas data.
terdiri
atas
uji
normalitas
homogenitas
PEMBAHASAN
selanjutnya adalah melakukan pengujian
Hasil Penelitian
hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan
Tabel 1. Ringkasan Deskripsi Data Posttest Kelas Eksperimen
untuk
Nilai
Tertinggi
96
Standar
Deviasi
3,866
menguji
terpenuhi,
uji
HASIL PENELITIAN DAN
Nilai
Rata-rata
Terendah
80
90,04
telah
dan
perbedaan
langkah
kelompok
eksperimen yang belajar dengan model
Variansi
14,946
Problem
Based
Learning
dengan
kelompok kontrol yang belajar dengan
Tabel 2. Ringkasan Deskripsi Data Posttest Kelas Kontrol
Nilai
Rata-rata
Terendah
79
84,75
Uji
Nilai
Tertinggi
93
normalitas
Standar
Deviasi
4,118
data
Variansi
16,961
dalam
penelitian ini menggunakan metode Chi
Kuadrat dan dilakukan dengan bantuan
program
SPSS
23.
Berikut
adalah
ringkasan hasil pengujian normalitas data
model konvensional. Data yang diperoleh
dari hasil post-test dianalisis dengan
bantuan
SPSS
pada
pilihan
Independent-Sampel T-Test dengan taraf
signifikansi 0,05/2. Rangkuman analisis
uji T antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol sebagai berikut.
Tabel 5. Hasil Uji T
Variabel
F
Kemampuan 0,898
Berpikir
Kritis
hasil post-test.
23
Hasil Uji T
Kriteria
thitung = 5,174 5,174 > 2,001
Pvalue = 0,001 0,001 < 0,025
Keputusan
H0 ditolak
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas
Ket.
Posttest
Hasil Uji
Kriteria
Normalitas
Asymp. Sig = 0,087
0,087 > 0,05
21, 589 < 23,685
hitung = 21,589
Keputusan
Normal
Hasil analisis data menunjukkan
bahwa μ1 ≠ μ2. Hal ini ditunjukkan dengan
perolehan nilai rata-rata kelas eksperimen
Pengujian homogenitas data pada
yang lebih tinggi dari nilai rata-rata kelas
penelitian ini menggunakan program SPSS
kontrol, yaitu 90,04 dan 84,75 dan selisih
23 dengan uji Levene Statistic. Variansi
nilai rata-rata kelas eksperimen dan kelas
Nurul Isnaeni, Sudiyanto, dan Binti Muchsini. Pengaruh Model Problem Based 140
Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Pembelajaran Akuntansi
di SMK. Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2, hlm. 132-144
kontrol
sebesar
5,29
poin.
Setelah
eksperimen
lebih
tinggi
daripada
dianalisis dengan uji T, diperoleh thitung
kemampuan berpikir kritis kelas kontrol.
sebesar 5, 174 dengan df = 59, maka ttabel
Analisis
sebesar 2,001. Berdasarkan kriteria uji
bahwa persentase keseluruhan indikator
apabila thitung > ttabel, maka H0 ditolak.
mengalami peningkatan yang signifikan.
Keputusan penolakan didukung dengan
Peningkatan tersebut dibuktikan dengan
pengujian berdasar probabilitas di mana
perolehan persentase di atas 90% pada
diperoleh Pvalue sebesar 0,001 yang lebih
indikator
kecil dari taraf signifikansi yaitu 0,05/2,
penarikan kesimpulan, sedangkan ketiga
sehingga dapat diambil keputusan H0
indikator lain memperoleh persentase di
ditolak. Dengan demikian, uji hipotesis
atas 75%. Hal ini menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
model
kemampuan berpikir kritis antara peserta
kemampuan berpikir kritis peserta didik.
didik yang belajar menggunakan model
Peserta didik dapat melakukan interpretasi,
problem based learning dan peserta didik
analisis, dan penarikan kesimpulan dengan
yang
sangat baik. Pembelajaran dengan model
belajar
menggunakan
model
hasil
post-test
interpretasi,
PBL
mampu
menunjukkan
analisis,
dan
meningkatkan
konvensional pada pembelajaran akuntansi
PBL
di SMK.
terpusat pada peserta didik yang memberi
Pembahasan
kesempatan kepada peserta didik untuk
Hasil analisis data menyatakan
merupakan
menyatakan
pembelajaran
maksud
yang
gagasannya,
bahwa terdapat perbedaan kemampuan
mengidentifikasi
berpikir kritis antara peserta didik yang
simpulan,
belajar dengan model Problem Based
pernyataan,
Learning dan peserta didik yang belajar
mempertahankan suatu
dengan model konvensional. Perbedaan
memonitor proses belajarnya sendiri.
kemampuan berpikir kritis antara peserta
suatu
menilai
kebenaran
membentuk
Perbedaan
maksud
dan
suatu
kesimpulan,
pendapat,
kemampuan
dan
berpikir
didik yang belajar menggunakan model
kritis antara peserta didik yang belajar
problem based learning dan peserta didik
menggunakan model PBL dengan peserta
yang
model
didik yang belajar menggunakan model
konvensional pada pembelajaran akuntansi
konvensional logis dan dapat dibuktikan
di SMK dapat dilihat dari hasil post-test
karena pembelajaran dengan model PBL
yang menunjukkan bahwa kemampuan
memberikan kesempatan kepada peserta
berpikir
didik
belajar
kritis
menggunakan
peserta
didik
kelas
untuk
menghadapi
suatu
141 Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2 (2016)
permasalahan nyata sehingga peserta didik
peningkatan kemampuan berpikir kritis
dapat menjadi lebih aktif, kolaboratif,
matematis siswa yang diajar dengan model
terampil memaknai informasi, mampu
PBL pada materi bangun ruang lebih
membentuk
pengetahuannya
sendiri
tinggi daripada siswa yang diajar secara
berdasarkan
pengalaman,
melatih
konvensional.
kemampuan berpikir kritis dan pemecahan
Penelitian yang dilakukan oleh
masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat
Tayyeb (2013) menyatakan bahwa PBL
Husnidar (2014: 75) yang menyatakan
adalah alat instruksional yang efektif untuk
bahwa
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis
dalam
PBL,
peserta
didik
dihadapkan pada suatu masalah yang
dan
bertujuan melatih keterampilan berpikir
namun
untuk memecahkan masalah. Selain itu,
pengetahuan
keterlibatan dan otonomi peserta didik
Pembelajaran dengan model tradisional
meningkat ketika mereka memiliki pilihan
meningkatkan
dalam
mahasiswa
memutuskan
apa
yang
harus
kemampuan
tidak
pemecahan
masalah
terlalu
memengaruhi
materi
mahasiswa.
pengetahuan
namun
tidak
materi
dapat
dilakukan dan bagaimana melakukannya.
meningkatkan kemampuan berpikir kritis
Dengan demikian peserta didik akan
dan pemecahan masalah. Penelitian lain
mampu
pembelajaran
Masek (2011) menyatakan bahwa proses
menyebabkan
pembelajaran
mengarahkan
mereka
sendiri
kemandirian
berpikir
yang
belajar
kritis
dan
peserta
kemampuan
didik
dapat
meningkat.
PBL
mendukung
pengembangan kemampuan berpikir kritis
mahasiswa sesuai dengan desain yang
diterapkan, bukti empiris yang diperoleh
Secara umum hasil penelitian ini
secara umum menjelaskan pengaruh PBL
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
terhadap
penerapan model Problem Based Learning
mahasiswa, terutama di luar bidang medis,
terhadap
kritis
beberapa bukti menunjukkan bahwa PBL
peserta didik pada pembelajaran akuntansi
memerlukan jangka waktu yang panjang
di SMK. Hal ini sesuai dengan penelitian
untuk menumbuhkan kemampuan berpikir
yang dilakukan Fakhriyah (2014) yang
mahasiswa, dan ada beberapa hal lain yang
menyatakan bahwa penerapan PBL dapat
mempengaruhi pengaruh PBL terhadap
membantu
mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, seperti usia,
kemampuan berpikir kritis mahasiswa.
jenis kelamin, prestasi akademik, dan latar
Penelitian lain dilakukan oleh Husnidar,
belakang pendidikan.
dkk
kemampuan
(2014)
dalam
berpikir
menyatakan
bahwa
kemampuan
berpikir
kritis
Nurul Isnaeni, Sudiyanto, dan Binti Muchsini. Pengaruh Model Problem Based 142
Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Pembelajaran Akuntansi
di SMK. Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2, hlm. 132-144
Hasil lebih lanjut menunjukkan
sehingga membuat peserta didik kurang
bahwa pembelajaran dengan model PBL
aktif
dapat lebih mengoptimalkan kemampuan
Peserta didik hanya menerima materi yang
berpikir
disampaikan
kritis
pembelajaran
peserta
akuntansi
didik
pada
dibandingkan
dengan model konvensional.
dalam
belajarnya
mengikuti
guru,
sempit.
sumber
Pembelajaran
ini
didik
daripada
proses
kemampuan
berpikir
pembelajaran.
SIMPULAN DAN SARAN
Persentase
Simpulan
hasil
sehingga
menekankan pada hasil capaian nilai
peserta
Berdasarkan
pembelajaran.
analisis
dan
kritis peserta didik dilihat dari enam
pembahasan yang telah diuraikan, dapat
indikator,
ditarik simpulan bahwa terdapat perbedaan
evaluasi,
kemampuan berpikir kritis antara peserta
penjelasan, dan kemandirian menunjukkan
didik yang belajar menggunakan model
hasil bahwa kelas eksperimen yang belajar
problem based learning dan peserta didik
dengan model Problem Based Learning
yang
dapat lebih mengoptimalkan kemampuan
belajar
menggunakan
model
yaitu
interpretasi,
penarikan
konvensional pada pembelajaran akuntansi
berpikir
kritisnya
di SMK. Hal ini terlihat dari hasil uji t
kontrol
yang
yang menunjukkan bahwa thitung = 5,174
konvensional.
(thitung > ttabel), dan Pvalue = 0,001 (Pvalue <
Saran
0,05/2) dengan taraf signifikansi 0,05/2.
Dengan demikian hipotesis terbukti.
dibandingkan
belajar
dengan
kelas
model
Berdasarkan hasil penelitian dan
maka dapat disampaikan saran sebagai
memberikan kesempatan kepada peserta
berikut.
didik
1. Bagi Guru
menghadapi
kesimpulan,
simpulan yang telah dipaparkan di atas,
Pembelajaran dengan model PBL
untuk
analisis,
suatu
permasalahan nyata sehingga peserta didik
Guru
diharapkan
mampu
dapat menjadi lebih aktif, kolaboratif,
menerapkan model Problem Based
terampil memaknai informasi, mampu
Learning, sehingga dapat meningkatkan
membentuk
pengetahuannya
sendiri
kemampuan
berdasarkan
pengalamannya,
melatih
didik.
kemampuan berpikir kritis dan pemecahan
berpikir
kritis
peserta
2. Bagi Pihak Sekolah
masalah. Di sisi lain, pembelajaran dengan
Sekolah diharapkan memberi
model konvensional terpusat pada guru
kebijakan dan fasilitas bagi guru untuk
143 Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2 (2016)
dapat menerapkan dan mengembangkan
model Problem Based Learning.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan
dapat menambah variabel-variabel lain
yang belum disertakan dalam penelitian
ini atau mengembangkan penggunaan
media pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R.I. (2013). Belajar untuk
Mengajar
. Jakarta Selatan:
Salemba Humanika.
Asyari, M., Muhdar, Susilo, & Ibrohim.
(2016).
Improving
Critical
Thinking Skills Trough The
Integration Of Problem Based
Learning and Group Investigation.
International Journal for Lesson
and Learning Studies, 5 (1), 36-44.
Diperoleh pada 2 Februari 2016,
dari
http://www.emeraldinsight.com/doi
/full/10.1108/IJLLS-10-2014-0042.
Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah,
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan. (2015). Penguatan
Pemahaman
Kurikulum
2013
Sekolah
Menengah
Kejuruan.
Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Eggen, P. & Kauchak D. (2012). Strategi
dan
Model
Pembelajaran
(Mengajarkan
Konten
dan
Keterampilan Berpikir. Jakarta
Barat: Indeks.
Facione, P.A. (2013). Critical Thinking:
What It Is and Why It Counts.
Milbrae, CA: Measured Reasons
and The California Academic
Press.
Fakhriyah, F. (2014). Penerapan Problem
Based Learning Dalam Upaya
Mengembangkan
Kemampuan
Berpikir Kritis Mahasiswa. Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia, 3 (1),
95-101. Diperoleh pada 25 Januari
2016,
dari
http://journal.unnes.ac.id/artikel_nj
u/jpii/2906.
Huda,
M.
(2014).
Model-Model
Pengajaran dan Pembelajaran:
Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Husnidar, Ikhsan, & Rizal, S. (2014).
Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis
Masalah
untuk
Meningkatkan
Kemampuan
Berpikir Kritis dan Disposisi
Matematis.
Jurnal
Didaktik
Matematika,
5
(1),
71-82.
Diperoleh pada 11 Januari 2016,
dari
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/D
M/article/view/1340.
Johnson,
E.B.
(2014).
Contextual
Teaching & Learning. Bandung:
Kaifa Learning.
Masek, A. (2011). The Effect of Problem
Based Learning on Critical
Thinking Ability: A Theoretical and
Empirical Review. International
Review of Social Sciences and
Humanities, 2 (1), 215-221.
Diperoleh pada 11 Januari 2016,
dari www.irssh.com.
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 65 Tahun
2013 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun
1998 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 29
Tahun 1990 tentang Pendidikan
Menengah.
Suprihatiningrum, J. (2013). Strategi
Pembelajaran: Teori & Aplikasi.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Riswani, E. F. & Widayati, A. (2012).
Model Active Learning dengan
Teknik Learning Starts With A
Question
Dalam
Peningkatan
Keaktifan Peserta Didik pada
Pembelajaran Akuntansi Kelas XI
Ilmu Sosial 1 SMA Negeri 7
Nurul Isnaeni, Sudiyanto, dan Binti Muchsini. Pengaruh Model Problem Based 144
Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Pembelajaran Akuntansi
di SMK. Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2, hlm. 132-144
Yogyakarya
Tahun
Ajaran
2011/2012. Jurnal Pendidikan
Akuntansi Indonesia, X (2), 1-21.
Diperoleh pada 3 Maret 2016, dari
http://journal.uny.ac.id/index.php/j
pakun/article/view/910.
Tayyeb, R. (2013). Effectiveness of
Problem Based Learning as an
Instructional for Acquisition of
Content Knowledge and Promotion
of Critical Thinking Among
Medical Students. Journal of the
College
of
Physicians
and
Surgeons Pakistan, 23 (1), 42-46.
Diperoleh pada 31 Januari 2016,
dari
www.jcpsp.pk/archive/2013/Jan20
13/10.pdf.
Tung, K. Y. (2015). Pembelajaran dan
Perkembangan Belajar. Jakarta
Barat: Indeks.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional.
Warpala, I. W. S. (2015, 26 Juni).
Pendekatan
Pembelajaran
Konvensional.
Kompasiana.
Diperoleh pada 26 Januari 2016,
dari
http://www.kompasiana.com/ikpj/p
endekatan-pembelajarankonvensional_54ff3e32a33311d44a
50f9e3.
145 Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2 (2016)
Nurul Isnaeni, Sudiyanto, dan Binti Muchsini. Pengaruh Model Problem Based Learning
terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Pembelajaran Akuntansi
di SMK. Agustus, 2016.
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI
DI SMK
Nurul Isnaeni, Sudiyanto, Binti Muchsini*
*Program Studi Pendidikan Akuntansi, FKIP, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
nurulisnaeni888@gmail.com
ABSTRACT
The objective of this research is to investigate whether there is a difference of critical
thinking ability between the students instructed with the problem-based learning model and
those instructed with the conventional learning model in Accounting learning at Vocational
High School. This research used the experimental research method Quasi Experimental
Design with the Nonequivalent Control Group Design. Its population was all of the students
as many as 315 of Accounting Expertise Department. The samples of research consisted of 31
students in Grade XI.1 as the experimental group and 30 students in Grade XI.3 as the
control group. The data of research were collected through limited essay test, observation,
and documentation. They were validated by using the content validity and analyzed by using
the Independent Sample T-Test with the prerequisite tests of normality test and homogeneity
test. The results of research show that there is a difference of critical thinking ability between
the students instructed with the problem-based learning model and those instructed with
conventional learning model in Accounting learning as indicated by the result of the
Independent Sample T-Test that the value of tcount = 5.174 was greater than that of ttable =
2.001. The students instructed with the problem-based learning model have a better critical
thinking ability than those instructed with the conventional learning model.
Keywords: Problem-based learning, critical thinking ability, accounting learning.
133 Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2 (2016)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
kemampuan berpikir kritis antara peserta didik yang belajar menggunakan model problem
based learning dan peserta didik yang belajar menggunakan model konvensional pada
pembelajaran akuntansi di SMK. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen Quasi
Experimental Design dengan model Nonequivalent Control Group Design . Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh peserta didik paket keahlian akuntansi yang berjumlah 315
orang. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI.1 sebagai kelas eksperimen yang
berjumlah 31 peserta didik dan kelas XI.3 sebagai kelas kontrol yang berjumlah 30 peserta
didik. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes uraian terbatas, observasi, dan
dokumentasi. Validitas data menggunakan validitas isi. Analisis data menggunakan
Independent Sampel T-test dengan uji persyaratan yang terdiri atas uji normalitas dan uji
homogenitas data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan
berpikir kritis antara peserta didik yang belajar dengan model problem based learning dan
peserta didik yang belajar dengan model konvensional pada pembelajaran akuntansi. Hal ini
dapat dilihat dari hasil pengujian hipotesis yang menunjukkan thitung > ttabel (5,174 > 2,001).
Peserta didik yang belajar dengan model Problem Based Learning memiliki kemampuan
berpikir kritis yang lebih baik daripada peserta didik yang belajar dengan model
konvensional.
Kata Kunci: model Problem Based Learning, kemampuan berpikir kritis, pembelajaran
akuntansi.
Tahun
PENDAHULUAN
Pendidikan formal di Indonesia
1998).
Sesuai
dengan
tujuan
utamanya, yaitu mempersiapkan peserta
yaitu
didik memasuki dunia kerja dan memiliki
pendidikan dasar, pendidikan menengah,
sikap profesional, maka pembelajaran di
dan pendidikan tinggi. Sekolah Menengah
SMK mengarahkan peserta didik agar
Kejuruan (SMK) merupakan salah satu
belajar mandiri dengan segala kemampuan
lembaga
yang
dan keterampilan yang ada pada diri
mempersiapkan peserta didiknya untuk
mereka, menggali ide-ide, memecahkan
memasuki
masalah, dan menemukan solusi untuk
terbagi
menjadi
pendidikan
tingkatan,
menengah
dunia
mengembangkan
Pendidikan
3
sikap
kerja
dan
profesional.
menengah
kejuruan
penyelesaian
masalah
tersebut.
Oleh
karena itu, peserta didik harus dibekali
mengutamakan penyiapan siswa untuk
dengan
memasuki
serta
kemampuan berkomunikasi, kemampuan
mengembangkan sikap profesional yang
pemecahan masalah, dan kemampuan
disesuaikan dengan potensi lapangan kerja
berpikir jernih dan kritis.
lapangan
kerja
dan dukungan masyarakat, termasuk dunia
industri (Peraturan Pemerintah Nomor 56
berbagai
Suatu
kompetensi,
fenomena
yaitu
menunjukkan
bahwa salah satu kompetensi terpenting
Nurul Isnaeni, Sudiyanto, dan Binti Muchsini. Pengaruh Model Problem Based 134
Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Pembelajaran Akuntansi
di SMK. Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2, hlm. 132-144
dan
masih
pendidik
jarang
adalah
kritis.
Peserta
kebingungan
diperhatikan
kemampuan
didik
bahkan
oleh
Tayyeb (2013) menyatakan bahwa
berpikir
iklim pendidikan saat ini tidak hanya
sering
kali
mementingkan pengetahuan materi, tetapi
tidak
bisa
juga
mengembangkan
keterampilan
mengerjakan suatu permasalahan baru
berpikir kritis sehingga solusi untuk
yang disajikan dengan sedikit variasi soal.
memecahkan
Selama ini kemampuan yang dinilai guru
berdasarkan bukti dan alasan yang kuat.
hanya prestasi yang tertera dalam lembar
Pembelajaran yang semula fokus pada
kerja
tanpa
mengajar peserta didik untuk memberikan
proses
jawaban yang benar dengan cara meminta
Guru
peserta didik membaca, mendefinisikan,
peserta
memperhatikan
mendapatkan
didik
saja
bagaimana
nilai
tersebut.
masalah
nyata
muncul
menganggap nilai yang tertera di kertas
dan
ulangan peserta didik adalah benar-benar
menjadi mengarahkan peserta didik untuk
kemampuan peserta didik, tetapi di sisi
menganalisis, menyimpulkan, mensistesis,
lain seringkali peserta didik tidak jujur
mengevaluasi, berpikir, dan memikirkan
dalam mengerjakan soal ulangan sehingga
kembali.
menjelaskan
apa yang tertera di kertas ulangan belum
kini
harus
Salah satu SMK
dirubah
Negeri di
tentu murni cerminan kemampuan peserta
Kabupaten
didik. Lebih lanjut, guru cenderung hanya
menerapkan kurikulum 2013. Hasil belajar
memperhatikan
materi
dalam kurikulum 2013 meliputi ranah
pelajaran yang tertera di buku teks
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
pelajaran saja dan belum mengaitkan
Pada ranah keterampilan dijelaskan bahwa
pemahaman
kualifikasi
penyampaian
peserta
didik
dengan
Karanganyar
sudah
kemampuannya
adalah
permasalahan dalam kehidupan sehari-
memiliki kemampuan pikir dan tindakan
hari. Padahal pada dasarnya peserta didik
yang efektif dan kreatif dalam ranah
dididik untuk terjun ke masyarakat dan
abstrak
menghadapi situasi-situasi yang terkadang
pengembangan dari yang dipelajari di
jauh berbeda dari apa yang tertera di buku
sekolah secara mandiri. Namun, dalam
teks. Hal ini menyebabkan kesulitan bagi
proses pembelajaran beberapa dewan guru
peserta didik apabila dihadapkan pada
masih menggunakan model konvensional
permasalahan yang baru karena mereka
yang terpusat pada guru, termasuk proses
hanya terpaku pada apa yang ada di buku
pembelajaran
teks saja.
dagang.
dan
konkret
akuntansi
Pembelajaran
sebagai
perusahaan
dengan
model
135 Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2 (2016)
konvensional mengakibatkan rendahnya
kritis antara peserta didik yang belajar
keterlibatan peserta didik dalam proses
menggunakan
pembelajaran
didik
learning dan peserta didik yang belajar
mengakibatkan
menggunakan model konvensional pada
cenderung
sehingga
pasif
dan
peserta
model
problem
potensi peserta didik belum dapat digali
pembelajaran akuntansi di SMK.
secara maksimal yang berdampak pada
Model Problem Based Learning
rendahnya
kemampuan
berpikir
kritis
Model
pembelajaran
based
Problem
peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa
Based Learning (PBL) merupakan salah
terdapat
penggunaan
satu model pembelajaran utama yang dapat
model pembelajaran yang menyebabkan
membentuk perilaku saintifik, perilaku
rendahnya
sosial,
ketidakcocokan
kemampuan
berpikir
kritis
peserta didik.
serta
mengembangkan
keingintahuan.
Model pembelajaran yang dapat
Harsono
rasa
dalam
Suprihatiningrum (2013: 216) menyatakan
berpikir
bahwa, “Problem Based Learning (PBL)
kritis peserta didik ialah model Problem
adalah suatu model pembelajaran, yang
mengembangkan
kemampuan
Penguatan
mana siswa sejak awal dihadapkan pada
Pemahaman Kurikulum 2013 SMK (2015)
suatu masalah, kemudian diikuti oleh
menjelaskan bahwa PBL merupakan salah
proses pencarian informasi yang bersifat
satu model pembelajaran utama yang dapat
student centered ”.
Based
Learning
(PBL).
membentuk perilaku saintifik, perilaku
sosial,
serta
keingintahuan.
mengembangkan
Norman
dan
rasa
Schmidt
Menurut
(2014:
Barrow
271),
pembelajaran
dalam
PBL
yang
Huda
merupakan
diperoleh
melalui
dalam Penguatan Pemahaman Kurikulum
proses menuju pemahaman akan resolusi
2013 SMK (2015) menyebutkan bahwa
suatu
tujuan
meningkatkan
pengertian PBL, Husnidar, dkk (2014: 75)
kemampuan dalam menerapkan konsep-
berpendapat bahwa dalam PBL peserta
konsep pada permasalahan baru/nyata,
didik dihadapkan pada suatu masalah yang
pengintegrasian
bertujuan melatih keterampilan berpikir
PBL
adalah
konsep
High
Order
Thinking Skills (HOTS), keinginan dalam
Tujuan yang hendak dicapai dalam
Berkaitan
dengan
untuk memecahkan masalah tersebut.
belajar, mengarahkan belajar diri sendiri
dan keterampilan.
masalah.
Cheaney dan Ingebritsen dalam
Asyari, dkk (2016: 37) menyebutkan
bahwa
tujuan
PBL
adalah
untuk
penelitian ini adalah mengetahui apakah
merangsang peserta didik berpikir kritis,
terdapat perbedaan kemampuan berpikir
meningkatkan
kompetensi
profesional,
Nurul Isnaeni, Sudiyanto, dan Binti Muchsini. Pengaruh Model Problem Based 136
Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Pembelajaran Akuntansi
di SMK. Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2, hlm. 132-144
meningkatkan kemampuan memecahkan
pembelajaran
masalah, meningkatkan kerja sama dan
pembelajaran dipandang sebagai aktivitas
keterampilan
keputusan
pemberian informasi yang harus diterima
dalam situasi yang baru, mendorong
peserta didik yang wajib diingat dan
keterampilan
dihafal. Brooks & Brooks dalam Warpala
pengambilan
belajar
seumur
hidup,
evaluasi diri, dan adaptasi.
konvensional.
Proses
(2015) berpendapat bahwa pembelajaran
Karakteristik PBL menurut Tung
konvensional lebih menekankan kepada
(2015: 228), yaitu (1) dimulai dengan
tujuan pembelajaran berupa penambahan
permasalahan; (2) masalah berhubungan
pengetahuan,
dengan dunia nyata murid; (3) pelajaran
sebagai proses meniru dan peserta didik
berkaitan dengan masalah tersebut dan
dituntut dapat mengungkapkan kembali
bukan terkait disiplin ilmu tertentu; (4)
pengetahuan yang sudah dipelajari melalui
murid bertanggung jawad atas proses
kuis atau tes standar.
sehingga
belajar
dilihat
pembelajarannya sendiri; (5) kelompok
Burrowes dalam Warpala (2015)
kecil; (6) murid mendemonstrasikan hasil
menyatakan bahwa model pembelajaran
kinerja.
konvensional memiliki ciri-ciri, yaitu: (1)
Model Konvensional
pembelajaran berpusat pada guru; (2)
Model pembelajaran konvensional
merupakan
yang
kurang; (4) tidak ada kelompok-kelompok
paling sederhana dan sering digunakan
kooperatif; dan (5) penilaian bersifat
dalam proses pembelajaran. Burrowes
sporadis.
dalam Warpala (2015) menyampaikan
Berpikir Kritis
bahwa
model
pembelajaran
pasif; (3) interaksi antarpeserta didik
pembelajaran
konvensional
Berpikir kritis merupakan berpikir
menekankan pada resitasi konten tanpa
dalam tingkatan yang lebih tinggi. Johnson
memberikan waktu yang cukup kepada
(2014: 183) menyatakan bahwa, “Berpikir
peserta didik untuk merefleksi materi yang
kritis merupakan sebuah proses yang
dipresentasikan, menghubungkan dengan
terarah dan jelas yang digunakan dalam
pengetahuan
atau
kegiatan
mengaplikasikan kepada situasi kehidupan
masalah,
nyata.
membujuk,
Freire
memberikan
pendidikan
sebelumnya,
dalam
istilah
ber-“gaya
mental
seperti
mengambil
menganalisis
memecahkan
keputusan,
asumsi,
dan
(2015)
melakukan penelitian ilmiah”. Menurut
penyelenggaraan
Ennis dalam Husnidar, dkk (2014: 73),
bank”
berpikir kritis adalah proses berpikir yang
Warpala
terhadap
137 Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2 (2016)
bertujuan
untuk
rasional
yang
memutuskan
membuat
keputusan
digunakan
apakah
meyakini
Masek
(2011:
218)
mengukur
untuk
kemampuan berpikir kritis berdasarkan
atau
kemampuan peserta didik untuk fokus dan
melakukan sesuatu.
mengklarifikasi
solusi,
menganalisis,
Johnson (2014: 185) berpendapat,
memahami,
dan
“Berpikir kritis adalah sebuah proses
berdasarkan
penilaian
sistematis
yang memungkinkan siswa
sendiri. Pendapat tersebut didukung oleh
untuk merumuskan dan mengevaluasi
Sendaq dan Odabas dalam Masek (2011:
keyakinan dan pendapat mereka sendiri”.
218) yang mengukur kemampuan berpikir
Pemikir kritis meneliti proses berpikir
kritis
mereka sendiri dan proses berpikir orang
membuat kesimpulan, pengakuan asumsi,
lain untuk mengetahui apakah proses
deduksi, interpretasi, dan mengevaluasi
berpikir mereka masuk akal. Johnson
ide-ide. Eggen dan Kauchak (2012: 119)
(2014: 185) menyatakan tujuan berpikir
menjelaskan
kritis, yaitu untuk mencapai pemahaman
kecenderungan
yang mendalam mengenai makna dibalik
berpikir kritis, yaitu meliputi hasrat untuk
suatu kejadian.
mendapatkan informasi dan mencari bukti,
Tung (2015: 224) menyatakan
bahwa
pemikiran
kritis
adalah
seni
berdasarkan
menyimpulkan
dan
asumsinya
kemampuan
bahwa
dalam
sikap
yang
dan
terkait
dengan
sikap berpikiran terbuka dan skeptisme
sehat,
kecenderungan
untuk
menunda
hormat
terhadap
menganalisis dan mengevaluasi pemikiran
penghakiman,
untuk meningkatkan mutu suatu proses
pendapat orang lain, dan toleransi bagi
dan hasil. Pemikiran kritis berfokus pada
ambiguitas.
pemikiran refleksi, produksi, dan evaluasi
Pembelajaran Akuntansi
rasa
fakta dan bukti yang ada. Kunci pemikiran
Pembelajaran Akuntansi menurut
kritis adalah mindfulness, yaitu kesiagaan
Riswani (2012: 6) merupakan rangkaian
berpikir analisis dan evaluatif.
kejadian yang memengaruhi pembelajar
Hasil konsensus Delphi dalam
sehingga
proses
belajarnya
dapat
Facione (2013: 5) menyatakan ada enam
berlangsung mudah untuk menyampaikan
aspek kemampuan berpikir kritis, yaitu
sekumpulan materi bahan ajar berdasarkan
(interpretasi),
interpretation
(analisis),
evaluation
inference
(evaluasi),
(penjelasan),
(pengaturan diri).
dan
analysis
(kesimpulan),
explanation
self-regulation
landasan
keilmuwan
Akuntansi
yang
diajarkan kepada peserta didik sebagai
beban
belajar
melalui
metode
dan
pendekatan pertentu. Dalam pembelajaran
akuntansi,
peserta
didik
diajak
Nurul Isnaeni, Sudiyanto, dan Binti Muchsini. Pengaruh Model Problem Based 138
Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Pembelajaran Akuntansi
di SMK. Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2, hlm. 132-144
mempelajari siklus-siklus akuntansi secara
dilaksanakan. Data yang terkumpul diolah
runtut
didik
dan dianalisis guna mengetahui ada atau
dituntut dapat memahami siklus akuntansi
tidaknya perbedaan pengaruh treatment
dan memposisikan dirinya sebagai akuntan
terhadap
suatu perusahaan atau institusi yang
peserta didik.
dan
sistematis.
Peserta
kemampuan
berpikir
kritis
mampu melaksanakan proses akuntansi
Teknik pengambilan sampel yang
dengan baik dan mampu mengendalikan
digunakan dalam penelitian ini adalah
masalah-masalah di luar kendali yang
Cluster Sampling (Area Sampling) karena
mungkin terjadi. Hal ini bertujuan agar
sumber data yang akan diteliti mempunyai
peserta didik terbiasa dengan situasi dunia
cakupan yang sangat luas dan tergabung
kerja dan terlatih kemampuan berpikir
dalam
kritisnya.
kelompok kelas. Populasi dalam penelitian
kelompok-kelompok,
yaitu
ini adalah seluruh peserta didik paket
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain
keahlian
Akuntansi
sembilan
kelas.
yang
Teknik
berjumlah
pengambilan
eksperimen Quasi Experimental Design
sampel dilakukan dengan cara undian dan
dengan model Nonequivalent
terpilih kelas XI.3 sebagai kelas kontrol
Group
Design.
Control
Dalam penelitian ini
dan kelas XI.1 sebagai kelas eksperimen.
terdapat dua kelompok belajar, yaitu
kelompok
pertama
kelas
digunakan adalah metode tes dan metode
kedua
non tes. Metode tes digunakan untuk
merupakan kelas kontrol. Kedua kelas
memperoleh data mengenai kemampuan
tersebut diberi pre-test untuk mengetahui
berpikir kritis peserta didik. Metode
keadaan awal kemampuan berpikir kritis
pengumpulan data non tes yang digunakan
kelompok
adalah
eksperimen
dan
merupakan
Teknik pengumpulan data yang
kelompok
eksperimen
dan
kelompok
observasi
dan
dokumentasi.
kontrol. Selanjutnya, kelas eksperimen
Observasi dilakukan untuk mengetahui
diberi treatment berupa penerapan model
keterlaksanaan model Problem Based
PBL
kontrol
Learning. Dokumentasi digunakan untuk
melaksanakan pembelajaran seperti biasa,
mengumpulkan data yang sudah ada,
yaitu menggunakan model konvensional.
meliputi data-data tentang siswa, seperti
Pada akhir penelitian, kedua kelas diberi
nilai siswa dan jumlah siswa sebagai dasar
tes akhir (post-test) guna mengukur hasil
penentuan jumlah anggota kelompok.
proses
sedangkan
pembelajaran
kelas
yang
telah
139 Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2 (2016)
Pengujian validitas yang digunakan
data dinyatakan homogen apabila nilai
adalah validitas isi. Pengujian reliabilitas
Lavene Statistic > 0,05. Berikut adalah
dilaksanakan menggunakan rumus Alpha.
ringkasan
Analisis kelayakan butir soal meliputi
homogenitas data hasil post-test.
hasil
perhitungan
uji
tingkat kesulitan dan daya pembeda.
Analisis
data
dilaksanakan
dengan
Independent Sampel T-test dengan uji
Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas
Ket.
Posttest
Hasil Uji
Homogenitas
0,347
Kriteria
Keputusan
0,347 > 0,05
Homogen
persyaratan yang terdiri atas uji normalitas
Setelah persyaratan analisis yang
dan uji homogenitas data.
terdiri
atas
uji
normalitas
homogenitas
PEMBAHASAN
selanjutnya adalah melakukan pengujian
Hasil Penelitian
hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan
Tabel 1. Ringkasan Deskripsi Data Posttest Kelas Eksperimen
untuk
Nilai
Tertinggi
96
Standar
Deviasi
3,866
menguji
terpenuhi,
uji
HASIL PENELITIAN DAN
Nilai
Rata-rata
Terendah
80
90,04
telah
dan
perbedaan
langkah
kelompok
eksperimen yang belajar dengan model
Variansi
14,946
Problem
Based
Learning
dengan
kelompok kontrol yang belajar dengan
Tabel 2. Ringkasan Deskripsi Data Posttest Kelas Kontrol
Nilai
Rata-rata
Terendah
79
84,75
Uji
Nilai
Tertinggi
93
normalitas
Standar
Deviasi
4,118
data
Variansi
16,961
dalam
penelitian ini menggunakan metode Chi
Kuadrat dan dilakukan dengan bantuan
program
SPSS
23.
Berikut
adalah
ringkasan hasil pengujian normalitas data
model konvensional. Data yang diperoleh
dari hasil post-test dianalisis dengan
bantuan
SPSS
pada
pilihan
Independent-Sampel T-Test dengan taraf
signifikansi 0,05/2. Rangkuman analisis
uji T antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol sebagai berikut.
Tabel 5. Hasil Uji T
Variabel
F
Kemampuan 0,898
Berpikir
Kritis
hasil post-test.
23
Hasil Uji T
Kriteria
thitung = 5,174 5,174 > 2,001
Pvalue = 0,001 0,001 < 0,025
Keputusan
H0 ditolak
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas
Ket.
Posttest
Hasil Uji
Kriteria
Normalitas
Asymp. Sig = 0,087
0,087 > 0,05
21, 589 < 23,685
hitung = 21,589
Keputusan
Normal
Hasil analisis data menunjukkan
bahwa μ1 ≠ μ2. Hal ini ditunjukkan dengan
perolehan nilai rata-rata kelas eksperimen
Pengujian homogenitas data pada
yang lebih tinggi dari nilai rata-rata kelas
penelitian ini menggunakan program SPSS
kontrol, yaitu 90,04 dan 84,75 dan selisih
23 dengan uji Levene Statistic. Variansi
nilai rata-rata kelas eksperimen dan kelas
Nurul Isnaeni, Sudiyanto, dan Binti Muchsini. Pengaruh Model Problem Based 140
Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Pembelajaran Akuntansi
di SMK. Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2, hlm. 132-144
kontrol
sebesar
5,29
poin.
Setelah
eksperimen
lebih
tinggi
daripada
dianalisis dengan uji T, diperoleh thitung
kemampuan berpikir kritis kelas kontrol.
sebesar 5, 174 dengan df = 59, maka ttabel
Analisis
sebesar 2,001. Berdasarkan kriteria uji
bahwa persentase keseluruhan indikator
apabila thitung > ttabel, maka H0 ditolak.
mengalami peningkatan yang signifikan.
Keputusan penolakan didukung dengan
Peningkatan tersebut dibuktikan dengan
pengujian berdasar probabilitas di mana
perolehan persentase di atas 90% pada
diperoleh Pvalue sebesar 0,001 yang lebih
indikator
kecil dari taraf signifikansi yaitu 0,05/2,
penarikan kesimpulan, sedangkan ketiga
sehingga dapat diambil keputusan H0
indikator lain memperoleh persentase di
ditolak. Dengan demikian, uji hipotesis
atas 75%. Hal ini menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
model
kemampuan berpikir kritis antara peserta
kemampuan berpikir kritis peserta didik.
didik yang belajar menggunakan model
Peserta didik dapat melakukan interpretasi,
problem based learning dan peserta didik
analisis, dan penarikan kesimpulan dengan
yang
sangat baik. Pembelajaran dengan model
belajar
menggunakan
model
hasil
post-test
interpretasi,
PBL
mampu
menunjukkan
analisis,
dan
meningkatkan
konvensional pada pembelajaran akuntansi
PBL
di SMK.
terpusat pada peserta didik yang memberi
Pembahasan
kesempatan kepada peserta didik untuk
Hasil analisis data menyatakan
merupakan
menyatakan
pembelajaran
maksud
yang
gagasannya,
bahwa terdapat perbedaan kemampuan
mengidentifikasi
berpikir kritis antara peserta didik yang
simpulan,
belajar dengan model Problem Based
pernyataan,
Learning dan peserta didik yang belajar
mempertahankan suatu
dengan model konvensional. Perbedaan
memonitor proses belajarnya sendiri.
kemampuan berpikir kritis antara peserta
suatu
menilai
kebenaran
membentuk
Perbedaan
maksud
dan
suatu
kesimpulan,
pendapat,
kemampuan
dan
berpikir
didik yang belajar menggunakan model
kritis antara peserta didik yang belajar
problem based learning dan peserta didik
menggunakan model PBL dengan peserta
yang
model
didik yang belajar menggunakan model
konvensional pada pembelajaran akuntansi
konvensional logis dan dapat dibuktikan
di SMK dapat dilihat dari hasil post-test
karena pembelajaran dengan model PBL
yang menunjukkan bahwa kemampuan
memberikan kesempatan kepada peserta
berpikir
didik
belajar
kritis
menggunakan
peserta
didik
kelas
untuk
menghadapi
suatu
141 Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2 (2016)
permasalahan nyata sehingga peserta didik
peningkatan kemampuan berpikir kritis
dapat menjadi lebih aktif, kolaboratif,
matematis siswa yang diajar dengan model
terampil memaknai informasi, mampu
PBL pada materi bangun ruang lebih
membentuk
pengetahuannya
sendiri
tinggi daripada siswa yang diajar secara
berdasarkan
pengalaman,
melatih
konvensional.
kemampuan berpikir kritis dan pemecahan
Penelitian yang dilakukan oleh
masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat
Tayyeb (2013) menyatakan bahwa PBL
Husnidar (2014: 75) yang menyatakan
adalah alat instruksional yang efektif untuk
bahwa
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis
dalam
PBL,
peserta
didik
dihadapkan pada suatu masalah yang
dan
bertujuan melatih keterampilan berpikir
namun
untuk memecahkan masalah. Selain itu,
pengetahuan
keterlibatan dan otonomi peserta didik
Pembelajaran dengan model tradisional
meningkat ketika mereka memiliki pilihan
meningkatkan
dalam
mahasiswa
memutuskan
apa
yang
harus
kemampuan
tidak
pemecahan
masalah
terlalu
memengaruhi
materi
mahasiswa.
pengetahuan
namun
tidak
materi
dapat
dilakukan dan bagaimana melakukannya.
meningkatkan kemampuan berpikir kritis
Dengan demikian peserta didik akan
dan pemecahan masalah. Penelitian lain
mampu
pembelajaran
Masek (2011) menyatakan bahwa proses
menyebabkan
pembelajaran
mengarahkan
mereka
sendiri
kemandirian
berpikir
yang
belajar
kritis
dan
peserta
kemampuan
didik
dapat
meningkat.
PBL
mendukung
pengembangan kemampuan berpikir kritis
mahasiswa sesuai dengan desain yang
diterapkan, bukti empiris yang diperoleh
Secara umum hasil penelitian ini
secara umum menjelaskan pengaruh PBL
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
terhadap
penerapan model Problem Based Learning
mahasiswa, terutama di luar bidang medis,
terhadap
kritis
beberapa bukti menunjukkan bahwa PBL
peserta didik pada pembelajaran akuntansi
memerlukan jangka waktu yang panjang
di SMK. Hal ini sesuai dengan penelitian
untuk menumbuhkan kemampuan berpikir
yang dilakukan Fakhriyah (2014) yang
mahasiswa, dan ada beberapa hal lain yang
menyatakan bahwa penerapan PBL dapat
mempengaruhi pengaruh PBL terhadap
membantu
mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, seperti usia,
kemampuan berpikir kritis mahasiswa.
jenis kelamin, prestasi akademik, dan latar
Penelitian lain dilakukan oleh Husnidar,
belakang pendidikan.
dkk
kemampuan
(2014)
dalam
berpikir
menyatakan
bahwa
kemampuan
berpikir
kritis
Nurul Isnaeni, Sudiyanto, dan Binti Muchsini. Pengaruh Model Problem Based 142
Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Pembelajaran Akuntansi
di SMK. Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2, hlm. 132-144
Hasil lebih lanjut menunjukkan
sehingga membuat peserta didik kurang
bahwa pembelajaran dengan model PBL
aktif
dapat lebih mengoptimalkan kemampuan
Peserta didik hanya menerima materi yang
berpikir
disampaikan
kritis
pembelajaran
peserta
akuntansi
didik
pada
dibandingkan
dengan model konvensional.
dalam
belajarnya
mengikuti
guru,
sempit.
sumber
Pembelajaran
ini
didik
daripada
proses
kemampuan
berpikir
pembelajaran.
SIMPULAN DAN SARAN
Persentase
Simpulan
hasil
sehingga
menekankan pada hasil capaian nilai
peserta
Berdasarkan
pembelajaran.
analisis
dan
kritis peserta didik dilihat dari enam
pembahasan yang telah diuraikan, dapat
indikator,
ditarik simpulan bahwa terdapat perbedaan
evaluasi,
kemampuan berpikir kritis antara peserta
penjelasan, dan kemandirian menunjukkan
didik yang belajar menggunakan model
hasil bahwa kelas eksperimen yang belajar
problem based learning dan peserta didik
dengan model Problem Based Learning
yang
dapat lebih mengoptimalkan kemampuan
belajar
menggunakan
model
yaitu
interpretasi,
penarikan
konvensional pada pembelajaran akuntansi
berpikir
kritisnya
di SMK. Hal ini terlihat dari hasil uji t
kontrol
yang
yang menunjukkan bahwa thitung = 5,174
konvensional.
(thitung > ttabel), dan Pvalue = 0,001 (Pvalue <
Saran
0,05/2) dengan taraf signifikansi 0,05/2.
Dengan demikian hipotesis terbukti.
dibandingkan
belajar
dengan
kelas
model
Berdasarkan hasil penelitian dan
maka dapat disampaikan saran sebagai
memberikan kesempatan kepada peserta
berikut.
didik
1. Bagi Guru
menghadapi
kesimpulan,
simpulan yang telah dipaparkan di atas,
Pembelajaran dengan model PBL
untuk
analisis,
suatu
permasalahan nyata sehingga peserta didik
Guru
diharapkan
mampu
dapat menjadi lebih aktif, kolaboratif,
menerapkan model Problem Based
terampil memaknai informasi, mampu
Learning, sehingga dapat meningkatkan
membentuk
pengetahuannya
sendiri
kemampuan
berdasarkan
pengalamannya,
melatih
didik.
kemampuan berpikir kritis dan pemecahan
berpikir
kritis
peserta
2. Bagi Pihak Sekolah
masalah. Di sisi lain, pembelajaran dengan
Sekolah diharapkan memberi
model konvensional terpusat pada guru
kebijakan dan fasilitas bagi guru untuk
143 Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2 (2016)
dapat menerapkan dan mengembangkan
model Problem Based Learning.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan
dapat menambah variabel-variabel lain
yang belum disertakan dalam penelitian
ini atau mengembangkan penggunaan
media pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R.I. (2013). Belajar untuk
Mengajar
. Jakarta Selatan:
Salemba Humanika.
Asyari, M., Muhdar, Susilo, & Ibrohim.
(2016).
Improving
Critical
Thinking Skills Trough The
Integration Of Problem Based
Learning and Group Investigation.
International Journal for Lesson
and Learning Studies, 5 (1), 36-44.
Diperoleh pada 2 Februari 2016,
dari
http://www.emeraldinsight.com/doi
/full/10.1108/IJLLS-10-2014-0042.
Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah,
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan. (2015). Penguatan
Pemahaman
Kurikulum
2013
Sekolah
Menengah
Kejuruan.
Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Eggen, P. & Kauchak D. (2012). Strategi
dan
Model
Pembelajaran
(Mengajarkan
Konten
dan
Keterampilan Berpikir. Jakarta
Barat: Indeks.
Facione, P.A. (2013). Critical Thinking:
What It Is and Why It Counts.
Milbrae, CA: Measured Reasons
and The California Academic
Press.
Fakhriyah, F. (2014). Penerapan Problem
Based Learning Dalam Upaya
Mengembangkan
Kemampuan
Berpikir Kritis Mahasiswa. Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia, 3 (1),
95-101. Diperoleh pada 25 Januari
2016,
dari
http://journal.unnes.ac.id/artikel_nj
u/jpii/2906.
Huda,
M.
(2014).
Model-Model
Pengajaran dan Pembelajaran:
Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Husnidar, Ikhsan, & Rizal, S. (2014).
Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis
Masalah
untuk
Meningkatkan
Kemampuan
Berpikir Kritis dan Disposisi
Matematis.
Jurnal
Didaktik
Matematika,
5
(1),
71-82.
Diperoleh pada 11 Januari 2016,
dari
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/D
M/article/view/1340.
Johnson,
E.B.
(2014).
Contextual
Teaching & Learning. Bandung:
Kaifa Learning.
Masek, A. (2011). The Effect of Problem
Based Learning on Critical
Thinking Ability: A Theoretical and
Empirical Review. International
Review of Social Sciences and
Humanities, 2 (1), 215-221.
Diperoleh pada 11 Januari 2016,
dari www.irssh.com.
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 65 Tahun
2013 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun
1998 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 29
Tahun 1990 tentang Pendidikan
Menengah.
Suprihatiningrum, J. (2013). Strategi
Pembelajaran: Teori & Aplikasi.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Riswani, E. F. & Widayati, A. (2012).
Model Active Learning dengan
Teknik Learning Starts With A
Question
Dalam
Peningkatan
Keaktifan Peserta Didik pada
Pembelajaran Akuntansi Kelas XI
Ilmu Sosial 1 SMA Negeri 7
Nurul Isnaeni, Sudiyanto, dan Binti Muchsini. Pengaruh Model Problem Based 144
Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Pembelajaran Akuntansi
di SMK. Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2, hlm. 132-144
Yogyakarya
Tahun
Ajaran
2011/2012. Jurnal Pendidikan
Akuntansi Indonesia, X (2), 1-21.
Diperoleh pada 3 Maret 2016, dari
http://journal.uny.ac.id/index.php/j
pakun/article/view/910.
Tayyeb, R. (2013). Effectiveness of
Problem Based Learning as an
Instructional for Acquisition of
Content Knowledge and Promotion
of Critical Thinking Among
Medical Students. Journal of the
College
of
Physicians
and
Surgeons Pakistan, 23 (1), 42-46.
Diperoleh pada 31 Januari 2016,
dari
www.jcpsp.pk/archive/2013/Jan20
13/10.pdf.
Tung, K. Y. (2015). Pembelajaran dan
Perkembangan Belajar. Jakarta
Barat: Indeks.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional.
Warpala, I. W. S. (2015, 26 Juni).
Pendekatan
Pembelajaran
Konvensional.
Kompasiana.
Diperoleh pada 26 Januari 2016,
dari
http://www.kompasiana.com/ikpj/p
endekatan-pembelajarankonvensional_54ff3e32a33311d44a
50f9e3.
145 Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2 (2016)