PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI DI SMK | Isnaeni | Tata Arta 9253 19680 1 SM

Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2, hlm. 132-144
Nurul Isnaeni, Sudiyanto, dan Binti Muchsini. Pengaruh Model Problem Based Learning
terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Pembelajaran Akuntansi
di SMK. Agustus, 2016.
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI
DI SMK

Nurul Isnaeni, Sudiyanto, Binti Muchsini*
*Program Studi Pendidikan Akuntansi, FKIP, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
nurulisnaeni888@gmail.com
ABSTRACT

The objective of this research is to investigate whether there is a difference of critical
thinking ability between the students instructed with the problem-based learning model and
those instructed with the conventional learning model in Accounting learning at Vocational
High School. This research used the experimental research method Quasi Experimental
Design with the Nonequivalent Control Group Design. Its population was all of the students
as many as 315 of Accounting Expertise Department. The samples of research consisted of 31

students in Grade XI.1 as the experimental group and 30 students in Grade XI.3 as the
control group. The data of research were collected through limited essay test, observation,
and documentation. They were validated by using the content validity and analyzed by using
the Independent Sample T-Test with the prerequisite tests of normality test and homogeneity
test. The results of research show that there is a difference of critical thinking ability between
the students instructed with the problem-based learning model and those instructed with
conventional learning model in Accounting learning as indicated by the result of the
Independent Sample T-Test that the value of tcount = 5.174 was greater than that of ttable =
2.001. The students instructed with the problem-based learning model have a better critical
thinking ability than those instructed with the conventional learning model.
Keywords: Problem-based learning, critical thinking ability, accounting learning.

133 Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2 (2016)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
kemampuan berpikir kritis antara peserta didik yang belajar menggunakan model problem
based learning dan peserta didik yang belajar menggunakan model konvensional pada
pembelajaran akuntansi di SMK. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen Quasi
Experimental Design dengan model Nonequivalent Control Group Design . Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh peserta didik paket keahlian akuntansi yang berjumlah 315

orang. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI.1 sebagai kelas eksperimen yang
berjumlah 31 peserta didik dan kelas XI.3 sebagai kelas kontrol yang berjumlah 30 peserta
didik. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes uraian terbatas, observasi, dan
dokumentasi. Validitas data menggunakan validitas isi. Analisis data menggunakan
Independent Sampel T-test dengan uji persyaratan yang terdiri atas uji normalitas dan uji
homogenitas data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan
berpikir kritis antara peserta didik yang belajar dengan model problem based learning dan
peserta didik yang belajar dengan model konvensional pada pembelajaran akuntansi. Hal ini
dapat dilihat dari hasil pengujian hipotesis yang menunjukkan thitung > ttabel (5,174 > 2,001).
Peserta didik yang belajar dengan model Problem Based Learning memiliki kemampuan
berpikir kritis yang lebih baik daripada peserta didik yang belajar dengan model
konvensional.
Kata Kunci: model Problem Based Learning, kemampuan berpikir kritis, pembelajaran
akuntansi.

Tahun

PENDAHULUAN
Pendidikan formal di Indonesia


1998).

Sesuai

dengan

tujuan

utamanya, yaitu mempersiapkan peserta

yaitu

didik memasuki dunia kerja dan memiliki

pendidikan dasar, pendidikan menengah,

sikap profesional, maka pembelajaran di

dan pendidikan tinggi. Sekolah Menengah


SMK mengarahkan peserta didik agar

Kejuruan (SMK) merupakan salah satu

belajar mandiri dengan segala kemampuan

lembaga

yang

dan keterampilan yang ada pada diri

mempersiapkan peserta didiknya untuk

mereka, menggali ide-ide, memecahkan

memasuki

masalah, dan menemukan solusi untuk


terbagi

menjadi

pendidikan

tingkatan,

menengah

dunia

mengembangkan
Pendidikan

3

sikap

kerja


dan

profesional.

menengah

kejuruan

penyelesaian

masalah

tersebut.

Oleh

karena itu, peserta didik harus dibekali

mengutamakan penyiapan siswa untuk


dengan

memasuki

serta

kemampuan berkomunikasi, kemampuan

mengembangkan sikap profesional yang

pemecahan masalah, dan kemampuan

disesuaikan dengan potensi lapangan kerja

berpikir jernih dan kritis.

lapangan

kerja


dan dukungan masyarakat, termasuk dunia
industri (Peraturan Pemerintah Nomor 56

berbagai

Suatu

kompetensi,

fenomena

yaitu

menunjukkan

bahwa salah satu kompetensi terpenting

Nurul Isnaeni, Sudiyanto, dan Binti Muchsini. Pengaruh Model Problem Based 134
Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Pembelajaran Akuntansi

di SMK. Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2, hlm. 132-144
dan

masih

pendidik

jarang

adalah

kritis.

Peserta

kebingungan

diperhatikan

kemampuan

didik

bahkan

oleh

Tayyeb (2013) menyatakan bahwa

berpikir

iklim pendidikan saat ini tidak hanya

sering

kali

mementingkan pengetahuan materi, tetapi

tidak


bisa

juga

mengembangkan

keterampilan

mengerjakan suatu permasalahan baru

berpikir kritis sehingga solusi untuk

yang disajikan dengan sedikit variasi soal.

memecahkan

Selama ini kemampuan yang dinilai guru

berdasarkan bukti dan alasan yang kuat.

hanya prestasi yang tertera dalam lembar

Pembelajaran yang semula fokus pada

kerja

tanpa

mengajar peserta didik untuk memberikan

proses

jawaban yang benar dengan cara meminta

Guru

peserta didik membaca, mendefinisikan,

peserta

memperhatikan
mendapatkan

didik

saja

bagaimana
nilai

tersebut.

masalah

nyata

muncul

menganggap nilai yang tertera di kertas

dan

ulangan peserta didik adalah benar-benar

menjadi mengarahkan peserta didik untuk

kemampuan peserta didik, tetapi di sisi

menganalisis, menyimpulkan, mensistesis,

lain seringkali peserta didik tidak jujur

mengevaluasi, berpikir, dan memikirkan

dalam mengerjakan soal ulangan sehingga

kembali.

menjelaskan

apa yang tertera di kertas ulangan belum

kini

harus

Salah satu SMK

dirubah

Negeri di

tentu murni cerminan kemampuan peserta

Kabupaten

didik. Lebih lanjut, guru cenderung hanya

menerapkan kurikulum 2013. Hasil belajar

memperhatikan

materi

dalam kurikulum 2013 meliputi ranah

pelajaran yang tertera di buku teks

sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

pelajaran saja dan belum mengaitkan

Pada ranah keterampilan dijelaskan bahwa

pemahaman

kualifikasi

penyampaian

peserta

didik

dengan

Karanganyar

sudah

kemampuannya

adalah

permasalahan dalam kehidupan sehari-

memiliki kemampuan pikir dan tindakan

hari. Padahal pada dasarnya peserta didik

yang efektif dan kreatif dalam ranah

dididik untuk terjun ke masyarakat dan

abstrak

menghadapi situasi-situasi yang terkadang

pengembangan dari yang dipelajari di

jauh berbeda dari apa yang tertera di buku

sekolah secara mandiri. Namun, dalam

teks. Hal ini menyebabkan kesulitan bagi

proses pembelajaran beberapa dewan guru

peserta didik apabila dihadapkan pada

masih menggunakan model konvensional

permasalahan yang baru karena mereka

yang terpusat pada guru, termasuk proses

hanya terpaku pada apa yang ada di buku

pembelajaran

teks saja.

dagang.

dan

konkret

akuntansi

Pembelajaran

sebagai

perusahaan

dengan

model

135 Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2 (2016)
konvensional mengakibatkan rendahnya

kritis antara peserta didik yang belajar

keterlibatan peserta didik dalam proses

menggunakan

pembelajaran

didik

learning dan peserta didik yang belajar

mengakibatkan

menggunakan model konvensional pada

cenderung

sehingga

pasif

dan

peserta

model

problem

potensi peserta didik belum dapat digali

pembelajaran akuntansi di SMK.

secara maksimal yang berdampak pada

Model Problem Based Learning

rendahnya

kemampuan

berpikir

kritis

Model

pembelajaran

based

Problem

peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa

Based Learning (PBL) merupakan salah

terdapat

penggunaan

satu model pembelajaran utama yang dapat

model pembelajaran yang menyebabkan

membentuk perilaku saintifik, perilaku

rendahnya

sosial,

ketidakcocokan

kemampuan

berpikir

kritis

peserta didik.

serta

mengembangkan

keingintahuan.

Model pembelajaran yang dapat

Harsono

rasa
dalam

Suprihatiningrum (2013: 216) menyatakan

berpikir

bahwa, “Problem Based Learning (PBL)

kritis peserta didik ialah model Problem

adalah suatu model pembelajaran, yang

mengembangkan

kemampuan

Penguatan

mana siswa sejak awal dihadapkan pada

Pemahaman Kurikulum 2013 SMK (2015)

suatu masalah, kemudian diikuti oleh

menjelaskan bahwa PBL merupakan salah

proses pencarian informasi yang bersifat

satu model pembelajaran utama yang dapat

student centered ”.

Based

Learning

(PBL).

membentuk perilaku saintifik, perilaku
sosial,

serta

keingintahuan.

mengembangkan
Norman

dan

rasa

Schmidt

Menurut
(2014:

Barrow

271),

pembelajaran

dalam

PBL

yang

Huda

merupakan

diperoleh

melalui

dalam Penguatan Pemahaman Kurikulum

proses menuju pemahaman akan resolusi

2013 SMK (2015) menyebutkan bahwa

suatu

tujuan

meningkatkan

pengertian PBL, Husnidar, dkk (2014: 75)

kemampuan dalam menerapkan konsep-

berpendapat bahwa dalam PBL peserta

konsep pada permasalahan baru/nyata,

didik dihadapkan pada suatu masalah yang

pengintegrasian

bertujuan melatih keterampilan berpikir

PBL

adalah

konsep

High

Order

Thinking Skills (HOTS), keinginan dalam

Tujuan yang hendak dicapai dalam

Berkaitan

dengan

untuk memecahkan masalah tersebut.

belajar, mengarahkan belajar diri sendiri
dan keterampilan.

masalah.

Cheaney dan Ingebritsen dalam
Asyari, dkk (2016: 37) menyebutkan
bahwa

tujuan

PBL

adalah

untuk

penelitian ini adalah mengetahui apakah

merangsang peserta didik berpikir kritis,

terdapat perbedaan kemampuan berpikir

meningkatkan

kompetensi

profesional,

Nurul Isnaeni, Sudiyanto, dan Binti Muchsini. Pengaruh Model Problem Based 136
Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Pembelajaran Akuntansi
di SMK. Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2, hlm. 132-144
meningkatkan kemampuan memecahkan

pembelajaran

masalah, meningkatkan kerja sama dan

pembelajaran dipandang sebagai aktivitas

keterampilan

keputusan

pemberian informasi yang harus diterima

dalam situasi yang baru, mendorong

peserta didik yang wajib diingat dan

keterampilan

dihafal. Brooks & Brooks dalam Warpala

pengambilan

belajar

seumur

hidup,

evaluasi diri, dan adaptasi.

konvensional.

Proses

(2015) berpendapat bahwa pembelajaran

Karakteristik PBL menurut Tung

konvensional lebih menekankan kepada

(2015: 228), yaitu (1) dimulai dengan

tujuan pembelajaran berupa penambahan

permasalahan; (2) masalah berhubungan

pengetahuan,

dengan dunia nyata murid; (3) pelajaran

sebagai proses meniru dan peserta didik

berkaitan dengan masalah tersebut dan

dituntut dapat mengungkapkan kembali

bukan terkait disiplin ilmu tertentu; (4)

pengetahuan yang sudah dipelajari melalui

murid bertanggung jawad atas proses

kuis atau tes standar.

sehingga

belajar

dilihat

pembelajarannya sendiri; (5) kelompok

Burrowes dalam Warpala (2015)

kecil; (6) murid mendemonstrasikan hasil

menyatakan bahwa model pembelajaran

kinerja.

konvensional memiliki ciri-ciri, yaitu: (1)

Model Konvensional

pembelajaran berpusat pada guru; (2)

Model pembelajaran konvensional
merupakan

yang

kurang; (4) tidak ada kelompok-kelompok

paling sederhana dan sering digunakan

kooperatif; dan (5) penilaian bersifat

dalam proses pembelajaran. Burrowes

sporadis.

dalam Warpala (2015) menyampaikan

Berpikir Kritis

bahwa

model

pembelajaran

pasif; (3) interaksi antarpeserta didik

pembelajaran

konvensional

Berpikir kritis merupakan berpikir

menekankan pada resitasi konten tanpa

dalam tingkatan yang lebih tinggi. Johnson

memberikan waktu yang cukup kepada

(2014: 183) menyatakan bahwa, “Berpikir

peserta didik untuk merefleksi materi yang

kritis merupakan sebuah proses yang

dipresentasikan, menghubungkan dengan

terarah dan jelas yang digunakan dalam

pengetahuan

atau

kegiatan

mengaplikasikan kepada situasi kehidupan

masalah,

nyata.

membujuk,
Freire

memberikan
pendidikan

sebelumnya,

dalam
istilah
ber-“gaya

mental

seperti

mengambil
menganalisis

memecahkan
keputusan,
asumsi,

dan

(2015)

melakukan penelitian ilmiah”. Menurut

penyelenggaraan

Ennis dalam Husnidar, dkk (2014: 73),

bank”

berpikir kritis adalah proses berpikir yang

Warpala

terhadap

137 Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2 (2016)
bertujuan

untuk

rasional

yang

memutuskan

membuat

keputusan

digunakan

apakah

meyakini

Masek

(2011:

218)

mengukur

untuk

kemampuan berpikir kritis berdasarkan

atau

kemampuan peserta didik untuk fokus dan

melakukan sesuatu.

mengklarifikasi

solusi,

menganalisis,

Johnson (2014: 185) berpendapat,

memahami,

dan

“Berpikir kritis adalah sebuah proses

berdasarkan

penilaian

sistematis

yang memungkinkan siswa

sendiri. Pendapat tersebut didukung oleh

untuk merumuskan dan mengevaluasi

Sendaq dan Odabas dalam Masek (2011:

keyakinan dan pendapat mereka sendiri”.

218) yang mengukur kemampuan berpikir

Pemikir kritis meneliti proses berpikir

kritis

mereka sendiri dan proses berpikir orang

membuat kesimpulan, pengakuan asumsi,

lain untuk mengetahui apakah proses

deduksi, interpretasi, dan mengevaluasi

berpikir mereka masuk akal. Johnson

ide-ide. Eggen dan Kauchak (2012: 119)

(2014: 185) menyatakan tujuan berpikir

menjelaskan

kritis, yaitu untuk mencapai pemahaman

kecenderungan

yang mendalam mengenai makna dibalik

berpikir kritis, yaitu meliputi hasrat untuk

suatu kejadian.

mendapatkan informasi dan mencari bukti,

Tung (2015: 224) menyatakan
bahwa

pemikiran

kritis

adalah

seni

berdasarkan

menyimpulkan
dan

asumsinya

kemampuan

bahwa

dalam

sikap

yang

dan

terkait

dengan

sikap berpikiran terbuka dan skeptisme
sehat,

kecenderungan

untuk

menunda

hormat

terhadap

menganalisis dan mengevaluasi pemikiran

penghakiman,

untuk meningkatkan mutu suatu proses

pendapat orang lain, dan toleransi bagi

dan hasil. Pemikiran kritis berfokus pada

ambiguitas.

pemikiran refleksi, produksi, dan evaluasi

Pembelajaran Akuntansi

rasa

fakta dan bukti yang ada. Kunci pemikiran

Pembelajaran Akuntansi menurut

kritis adalah mindfulness, yaitu kesiagaan

Riswani (2012: 6) merupakan rangkaian

berpikir analisis dan evaluatif.

kejadian yang memengaruhi pembelajar

Hasil konsensus Delphi dalam

sehingga

proses

belajarnya

dapat

Facione (2013: 5) menyatakan ada enam

berlangsung mudah untuk menyampaikan

aspek kemampuan berpikir kritis, yaitu

sekumpulan materi bahan ajar berdasarkan

(interpretasi),

interpretation

(analisis),
evaluation

inference

(evaluasi),

(penjelasan),
(pengaturan diri).

dan

analysis

(kesimpulan),
explanation
self-regulation

landasan

keilmuwan

Akuntansi

yang

diajarkan kepada peserta didik sebagai
beban

belajar

melalui

metode

dan

pendekatan pertentu. Dalam pembelajaran
akuntansi,

peserta

didik

diajak

Nurul Isnaeni, Sudiyanto, dan Binti Muchsini. Pengaruh Model Problem Based 138
Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Pembelajaran Akuntansi
di SMK. Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2, hlm. 132-144
mempelajari siklus-siklus akuntansi secara

dilaksanakan. Data yang terkumpul diolah

runtut

didik

dan dianalisis guna mengetahui ada atau

dituntut dapat memahami siklus akuntansi

tidaknya perbedaan pengaruh treatment

dan memposisikan dirinya sebagai akuntan

terhadap

suatu perusahaan atau institusi yang

peserta didik.

dan

sistematis.

Peserta

kemampuan

berpikir

kritis

mampu melaksanakan proses akuntansi

Teknik pengambilan sampel yang

dengan baik dan mampu mengendalikan

digunakan dalam penelitian ini adalah

masalah-masalah di luar kendali yang

Cluster Sampling (Area Sampling) karena

mungkin terjadi. Hal ini bertujuan agar

sumber data yang akan diteliti mempunyai

peserta didik terbiasa dengan situasi dunia

cakupan yang sangat luas dan tergabung

kerja dan terlatih kemampuan berpikir

dalam

kritisnya.

kelompok kelas. Populasi dalam penelitian

kelompok-kelompok,

yaitu

ini adalah seluruh peserta didik paket
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain

keahlian

Akuntansi

sembilan

kelas.

yang

Teknik

berjumlah
pengambilan

eksperimen Quasi Experimental Design

sampel dilakukan dengan cara undian dan

dengan model Nonequivalent

terpilih kelas XI.3 sebagai kelas kontrol

Group

Design.

Control

Dalam penelitian ini

dan kelas XI.1 sebagai kelas eksperimen.

terdapat dua kelompok belajar, yaitu
kelompok

pertama

kelas

digunakan adalah metode tes dan metode

kedua

non tes. Metode tes digunakan untuk

merupakan kelas kontrol. Kedua kelas

memperoleh data mengenai kemampuan

tersebut diberi pre-test untuk mengetahui

berpikir kritis peserta didik. Metode

keadaan awal kemampuan berpikir kritis

pengumpulan data non tes yang digunakan

kelompok

adalah

eksperimen

dan

merupakan

Teknik pengumpulan data yang

kelompok

eksperimen

dan

kelompok

observasi

dan

dokumentasi.

kontrol. Selanjutnya, kelas eksperimen

Observasi dilakukan untuk mengetahui

diberi treatment berupa penerapan model

keterlaksanaan model Problem Based

PBL

kontrol

Learning. Dokumentasi digunakan untuk

melaksanakan pembelajaran seperti biasa,

mengumpulkan data yang sudah ada,

yaitu menggunakan model konvensional.

meliputi data-data tentang siswa, seperti

Pada akhir penelitian, kedua kelas diberi

nilai siswa dan jumlah siswa sebagai dasar

tes akhir (post-test) guna mengukur hasil

penentuan jumlah anggota kelompok.

proses

sedangkan

pembelajaran

kelas

yang

telah

139 Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2 (2016)
Pengujian validitas yang digunakan

data dinyatakan homogen apabila nilai

adalah validitas isi. Pengujian reliabilitas

Lavene Statistic > 0,05. Berikut adalah

dilaksanakan menggunakan rumus Alpha.

ringkasan

Analisis kelayakan butir soal meliputi

homogenitas data hasil post-test.

hasil

perhitungan

uji

tingkat kesulitan dan daya pembeda.
Analisis

data

dilaksanakan

dengan

Independent Sampel T-test dengan uji

Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas
Ket.
Posttest

Hasil Uji
Homogenitas
0,347

Kriteria

Keputusan

0,347 > 0,05

Homogen

persyaratan yang terdiri atas uji normalitas
Setelah persyaratan analisis yang

dan uji homogenitas data.
terdiri

atas

uji

normalitas

homogenitas

PEMBAHASAN

selanjutnya adalah melakukan pengujian

Hasil Penelitian

hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan

Tabel 1. Ringkasan Deskripsi Data Posttest Kelas Eksperimen

untuk

Nilai
Tertinggi
96

Standar
Deviasi
3,866

menguji

terpenuhi,

uji

HASIL PENELITIAN DAN

Nilai
Rata-rata
Terendah
80
90,04

telah

dan

perbedaan

langkah

kelompok

eksperimen yang belajar dengan model

Variansi
14,946

Problem

Based

Learning

dengan

kelompok kontrol yang belajar dengan
Tabel 2. Ringkasan Deskripsi Data Posttest Kelas Kontrol
Nilai
Rata-rata
Terendah
79
84,75

Uji

Nilai
Tertinggi
93

normalitas

Standar
Deviasi
4,118

data

Variansi
16,961

dalam

penelitian ini menggunakan metode Chi
Kuadrat dan dilakukan dengan bantuan
program

SPSS

23.

Berikut

adalah

ringkasan hasil pengujian normalitas data

model konvensional. Data yang diperoleh
dari hasil post-test dianalisis dengan
bantuan

SPSS

pada

pilihan

Independent-Sampel T-Test dengan taraf

signifikansi 0,05/2. Rangkuman analisis
uji T antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol sebagai berikut.
Tabel 5. Hasil Uji T
Variabel
F
Kemampuan 0,898
Berpikir
Kritis

hasil post-test.

23

Hasil Uji T
Kriteria
thitung = 5,174 5,174 > 2,001
Pvalue = 0,001 0,001 < 0,025

Keputusan
H0 ditolak

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas
Ket.
Posttest

Hasil Uji
Kriteria
Normalitas
Asymp. Sig = 0,087
0,087 > 0,05
21, 589 < 23,685
hitung = 21,589

Keputusan
Normal

Hasil analisis data menunjukkan
bahwa μ1 ≠ μ2. Hal ini ditunjukkan dengan
perolehan nilai rata-rata kelas eksperimen

Pengujian homogenitas data pada

yang lebih tinggi dari nilai rata-rata kelas

penelitian ini menggunakan program SPSS

kontrol, yaitu 90,04 dan 84,75 dan selisih

23 dengan uji Levene Statistic. Variansi

nilai rata-rata kelas eksperimen dan kelas

Nurul Isnaeni, Sudiyanto, dan Binti Muchsini. Pengaruh Model Problem Based 140
Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Pembelajaran Akuntansi
di SMK. Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2, hlm. 132-144
kontrol

sebesar

5,29

poin.

Setelah

eksperimen

lebih

tinggi

daripada

dianalisis dengan uji T, diperoleh thitung

kemampuan berpikir kritis kelas kontrol.

sebesar 5, 174 dengan df = 59, maka ttabel

Analisis

sebesar 2,001. Berdasarkan kriteria uji

bahwa persentase keseluruhan indikator

apabila thitung > ttabel, maka H0 ditolak.

mengalami peningkatan yang signifikan.

Keputusan penolakan didukung dengan

Peningkatan tersebut dibuktikan dengan

pengujian berdasar probabilitas di mana

perolehan persentase di atas 90% pada

diperoleh Pvalue sebesar 0,001 yang lebih

indikator

kecil dari taraf signifikansi yaitu 0,05/2,

penarikan kesimpulan, sedangkan ketiga

sehingga dapat diambil keputusan H0

indikator lain memperoleh persentase di

ditolak. Dengan demikian, uji hipotesis

atas 75%. Hal ini menunjukkan bahwa

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

model

kemampuan berpikir kritis antara peserta

kemampuan berpikir kritis peserta didik.

didik yang belajar menggunakan model

Peserta didik dapat melakukan interpretasi,

problem based learning dan peserta didik

analisis, dan penarikan kesimpulan dengan

yang

sangat baik. Pembelajaran dengan model

belajar

menggunakan

model

hasil

post-test

interpretasi,

PBL

mampu

menunjukkan

analisis,

dan

meningkatkan

konvensional pada pembelajaran akuntansi

PBL

di SMK.

terpusat pada peserta didik yang memberi

Pembahasan

kesempatan kepada peserta didik untuk

Hasil analisis data menyatakan

merupakan

menyatakan

pembelajaran

maksud

yang

gagasannya,

bahwa terdapat perbedaan kemampuan

mengidentifikasi

berpikir kritis antara peserta didik yang

simpulan,

belajar dengan model Problem Based

pernyataan,

Learning dan peserta didik yang belajar

mempertahankan suatu

dengan model konvensional. Perbedaan

memonitor proses belajarnya sendiri.

kemampuan berpikir kritis antara peserta

suatu

menilai

kebenaran

membentuk

Perbedaan

maksud

dan
suatu

kesimpulan,
pendapat,

kemampuan

dan

berpikir

didik yang belajar menggunakan model

kritis antara peserta didik yang belajar

problem based learning dan peserta didik

menggunakan model PBL dengan peserta

yang

model

didik yang belajar menggunakan model

konvensional pada pembelajaran akuntansi

konvensional logis dan dapat dibuktikan

di SMK dapat dilihat dari hasil post-test

karena pembelajaran dengan model PBL

yang menunjukkan bahwa kemampuan

memberikan kesempatan kepada peserta

berpikir

didik

belajar

kritis

menggunakan

peserta

didik

kelas

untuk

menghadapi

suatu

141 Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2 (2016)
permasalahan nyata sehingga peserta didik

peningkatan kemampuan berpikir kritis

dapat menjadi lebih aktif, kolaboratif,

matematis siswa yang diajar dengan model

terampil memaknai informasi, mampu

PBL pada materi bangun ruang lebih

membentuk

pengetahuannya

sendiri

tinggi daripada siswa yang diajar secara

berdasarkan

pengalaman,

melatih

konvensional.

kemampuan berpikir kritis dan pemecahan

Penelitian yang dilakukan oleh

masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat

Tayyeb (2013) menyatakan bahwa PBL

Husnidar (2014: 75) yang menyatakan

adalah alat instruksional yang efektif untuk

bahwa

menumbuhkan kemampuan berpikir kritis

dalam

PBL,

peserta

didik

dihadapkan pada suatu masalah yang

dan

bertujuan melatih keterampilan berpikir

namun

untuk memecahkan masalah. Selain itu,

pengetahuan

keterlibatan dan otonomi peserta didik

Pembelajaran dengan model tradisional

meningkat ketika mereka memiliki pilihan

meningkatkan

dalam

mahasiswa

memutuskan

apa

yang

harus

kemampuan
tidak

pemecahan

masalah

terlalu

memengaruhi

materi

mahasiswa.

pengetahuan
namun

tidak

materi
dapat

dilakukan dan bagaimana melakukannya.

meningkatkan kemampuan berpikir kritis

Dengan demikian peserta didik akan

dan pemecahan masalah. Penelitian lain

mampu

pembelajaran

Masek (2011) menyatakan bahwa proses

menyebabkan

pembelajaran

mengarahkan

mereka

sendiri

kemandirian
berpikir

yang

belajar

kritis

dan

peserta

kemampuan
didik

dapat

meningkat.

PBL

mendukung

pengembangan kemampuan berpikir kritis
mahasiswa sesuai dengan desain yang
diterapkan, bukti empiris yang diperoleh

Secara umum hasil penelitian ini

secara umum menjelaskan pengaruh PBL

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

terhadap

penerapan model Problem Based Learning

mahasiswa, terutama di luar bidang medis,

terhadap

kritis

beberapa bukti menunjukkan bahwa PBL

peserta didik pada pembelajaran akuntansi

memerlukan jangka waktu yang panjang

di SMK. Hal ini sesuai dengan penelitian

untuk menumbuhkan kemampuan berpikir

yang dilakukan Fakhriyah (2014) yang

mahasiswa, dan ada beberapa hal lain yang

menyatakan bahwa penerapan PBL dapat

mempengaruhi pengaruh PBL terhadap

membantu

mengembangkan

kemampuan berpikir kritis, seperti usia,

kemampuan berpikir kritis mahasiswa.

jenis kelamin, prestasi akademik, dan latar

Penelitian lain dilakukan oleh Husnidar,

belakang pendidikan.

dkk

kemampuan

(2014)

dalam

berpikir

menyatakan

bahwa

kemampuan

berpikir

kritis

Nurul Isnaeni, Sudiyanto, dan Binti Muchsini. Pengaruh Model Problem Based 142
Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Pembelajaran Akuntansi
di SMK. Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2, hlm. 132-144
Hasil lebih lanjut menunjukkan

sehingga membuat peserta didik kurang

bahwa pembelajaran dengan model PBL

aktif

dapat lebih mengoptimalkan kemampuan

Peserta didik hanya menerima materi yang

berpikir

disampaikan

kritis

pembelajaran

peserta
akuntansi

didik

pada

dibandingkan

dengan model konvensional.

dalam

belajarnya

mengikuti

guru,
sempit.

sumber

Pembelajaran

ini

didik

daripada

proses

kemampuan

berpikir

pembelajaran.

SIMPULAN DAN SARAN

Persentase

Simpulan
hasil

sehingga

menekankan pada hasil capaian nilai
peserta

Berdasarkan

pembelajaran.

analisis

dan

kritis peserta didik dilihat dari enam

pembahasan yang telah diuraikan, dapat

indikator,

ditarik simpulan bahwa terdapat perbedaan

evaluasi,

kemampuan berpikir kritis antara peserta

penjelasan, dan kemandirian menunjukkan

didik yang belajar menggunakan model

hasil bahwa kelas eksperimen yang belajar

problem based learning dan peserta didik

dengan model Problem Based Learning

yang

dapat lebih mengoptimalkan kemampuan

belajar

menggunakan

model

yaitu

interpretasi,

penarikan

konvensional pada pembelajaran akuntansi

berpikir

kritisnya

di SMK. Hal ini terlihat dari hasil uji t

kontrol

yang

yang menunjukkan bahwa thitung = 5,174

konvensional.

(thitung > ttabel), dan Pvalue = 0,001 (Pvalue <

Saran

0,05/2) dengan taraf signifikansi 0,05/2.
Dengan demikian hipotesis terbukti.

dibandingkan

belajar

dengan

kelas
model

Berdasarkan hasil penelitian dan

maka dapat disampaikan saran sebagai

memberikan kesempatan kepada peserta

berikut.

didik

1. Bagi Guru

menghadapi

kesimpulan,

simpulan yang telah dipaparkan di atas,

Pembelajaran dengan model PBL

untuk

analisis,

suatu

permasalahan nyata sehingga peserta didik

Guru

diharapkan

mampu

dapat menjadi lebih aktif, kolaboratif,

menerapkan model Problem Based

terampil memaknai informasi, mampu

Learning, sehingga dapat meningkatkan

membentuk

pengetahuannya

sendiri

kemampuan

berdasarkan

pengalamannya,

melatih

didik.

kemampuan berpikir kritis dan pemecahan

berpikir

kritis

peserta

2. Bagi Pihak Sekolah

masalah. Di sisi lain, pembelajaran dengan

Sekolah diharapkan memberi

model konvensional terpusat pada guru

kebijakan dan fasilitas bagi guru untuk

143 Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2 (2016)
dapat menerapkan dan mengembangkan
model Problem Based Learning.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan
dapat menambah variabel-variabel lain
yang belum disertakan dalam penelitian
ini atau mengembangkan penggunaan
media pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Arends, R.I. (2013). Belajar untuk
Mengajar
. Jakarta Selatan:
Salemba Humanika.
Asyari, M., Muhdar, Susilo, & Ibrohim.
(2016).
Improving
Critical
Thinking Skills Trough The
Integration Of Problem Based
Learning and Group Investigation.
International Journal for Lesson
and Learning Studies, 5 (1), 36-44.
Diperoleh pada 2 Februari 2016,
dari
http://www.emeraldinsight.com/doi
/full/10.1108/IJLLS-10-2014-0042.
Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah,
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan. (2015). Penguatan
Pemahaman
Kurikulum
2013
Sekolah
Menengah
Kejuruan.
Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Eggen, P. & Kauchak D. (2012). Strategi
dan
Model
Pembelajaran
(Mengajarkan
Konten
dan
Keterampilan Berpikir. Jakarta
Barat: Indeks.
Facione, P.A. (2013). Critical Thinking:
What It Is and Why It Counts.
Milbrae, CA: Measured Reasons
and The California Academic
Press.
Fakhriyah, F. (2014). Penerapan Problem
Based Learning Dalam Upaya
Mengembangkan
Kemampuan
Berpikir Kritis Mahasiswa. Jurnal

Pendidikan IPA Indonesia, 3 (1),
95-101. Diperoleh pada 25 Januari
2016,
dari
http://journal.unnes.ac.id/artikel_nj
u/jpii/2906.
Huda,
M.
(2014).
Model-Model
Pengajaran dan Pembelajaran:
Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Husnidar, Ikhsan, & Rizal, S. (2014).
Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis
Masalah
untuk
Meningkatkan
Kemampuan
Berpikir Kritis dan Disposisi
Matematis.
Jurnal
Didaktik
Matematika,
5
(1),
71-82.
Diperoleh pada 11 Januari 2016,
dari
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/D
M/article/view/1340.
Johnson,
E.B.
(2014).
Contextual
Teaching & Learning. Bandung:
Kaifa Learning.
Masek, A. (2011). The Effect of Problem
Based Learning on Critical
Thinking Ability: A Theoretical and
Empirical Review. International
Review of Social Sciences and
Humanities, 2 (1), 215-221.
Diperoleh pada 11 Januari 2016,
dari www.irssh.com.
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 65 Tahun
2013 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun
1998 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 29
Tahun 1990 tentang Pendidikan
Menengah.
Suprihatiningrum, J. (2013). Strategi
Pembelajaran: Teori & Aplikasi.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Riswani, E. F. & Widayati, A. (2012).
Model Active Learning dengan
Teknik Learning Starts With A
Question
Dalam
Peningkatan
Keaktifan Peserta Didik pada
Pembelajaran Akuntansi Kelas XI
Ilmu Sosial 1 SMA Negeri 7

Nurul Isnaeni, Sudiyanto, dan Binti Muchsini. Pengaruh Model Problem Based 144
Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Pembelajaran Akuntansi
di SMK. Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2, hlm. 132-144
Yogyakarya
Tahun
Ajaran
2011/2012. Jurnal Pendidikan
Akuntansi Indonesia, X (2), 1-21.
Diperoleh pada 3 Maret 2016, dari
http://journal.uny.ac.id/index.php/j
pakun/article/view/910.

Tayyeb, R. (2013). Effectiveness of
Problem Based Learning as an
Instructional for Acquisition of
Content Knowledge and Promotion
of Critical Thinking Among
Medical Students. Journal of the
College
of
Physicians
and
Surgeons Pakistan, 23 (1), 42-46.
Diperoleh pada 31 Januari 2016,
dari

www.jcpsp.pk/archive/2013/Jan20
13/10.pdf.
Tung, K. Y. (2015). Pembelajaran dan
Perkembangan Belajar. Jakarta
Barat: Indeks.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional.
Warpala, I. W. S. (2015, 26 Juni).
Pendekatan
Pembelajaran
Konvensional.
Kompasiana.
Diperoleh pada 26 Januari 2016,
dari
http://www.kompasiana.com/ikpj/p
endekatan-pembelajarankonvensional_54ff3e32a33311d44a
50f9e3.

145 Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2 (2016)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas IV SDN I Sajira Pada Mata Pelajaran IPA Konsep Ekosistem,

0 7 171

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK PENGELOLAAN LINGKUNGAN

0 7 63

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH(PROBLEM BASED LEARNING)TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK PENGELOLAAN LINGKUNGAN

1 5 65

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA SISWA SMA.

0 2 24

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Pengantar Ak

0 3 16

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Pengantar Akuntans

0 2 17

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA SISWA SMK.

0 8 32

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI DI SMK NEGERI 1 KARANGANYAR.

0 0 20

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA.

0 0 18

Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Materi Kalor

0 0 7