Perencanaan program dakwah Gerakan Pelajar Tanpa Pacaran Surabaya.
PERENCANAAN PROGRAM DAKWAH GERAKAN
PELAJAR TANPA PACARAN SURABAYA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat
Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Dirasah Islamiyah
Oleh Ani Rufaidah NIM. F12915284
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
ABSTRAK
Dakwah dilakukan dengan tujuan mengajak atau menyeru umat manusia yang belum mengenal ajaran Islam agar mengikuti syariat-Nya dan menjauhi larangan-Nya atau menyempurnakan keimanan mereka yang telah beriman pada Allah sehingga bisa mendapatkan kehidupan yang bahagia baik di dunia maupun akhirat. Dalam mencapai tujuan dakwah, sebuah lembaga atau organisasi dakwah memerlukan serangkaian program atau kegiatan untuk mengantarkan organisasi mewujudkan tujuannya. Tanpa perencanaan yang jelas program dakwah menjadi tidak terarah sehingga berefek pada pelaksanaannya akan melenceng juga dari visi atau tujuan organisasi yang dibuat. Di tengah maraknya persoalan pacaran yang
kelewat batas dan mengarah pada zina yang dilarang oleh syari’at Islam, muncullah
gerakan Pelajar Tanpa Pacaran yang dipelopori oleh para pelajar dari komunitas
Da’i Berkemajuan yang berada dalam naungan Ikatan Pelajar Muhammadiyah.
Dalam menjalankan serangkaian kegiatannya, gerakan ini terlihat merencanakan betul program-program yang akan dijadikan panduan mewujudkan visi terwujudnya pelajar tanpa pacaran. Proses perencanaan program yang dilakukan oleh gerakan ini diantaranya mengidentifikasi tujuan dari serangkaian program, melakukan pemetaan kondisi gerakan, melakukan analisis SWOT untuk memunculkan program-program gerakan jangka panjang hingga menggambarkan serangkaian program yang akan dijalankan kedepannya meliputi menentukan tujuan, sasaran, penanggung jawab, dan gambaran umum kegiatannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana perencanaan program yang dilakukan oleh Gerakan Pelajar Tanpa Pacaran ini.
(7)
ABSTRACT
Dakwah is to invite or summon people who do not know the teachings of Islam in order to follow His law and avoid His prohibitions or enhance the faith of those who believe in God in order to get a happy life in this world and the hereafter. In order to achieve the purpose of propaganda, a propaganda agency or organization requires a series of activities or program to bring the organization to realize its objectives. Without a clear plan, a program of propaganda become undirected and affect to the implementation will also deviate from the vision or goals of the organization which are made. In the midst of courting problem which too far and lead to adultery which is forbidden by Islamic law, emerged Gerakan Pelajar Tanpa
Pacaran who spearheaded by students from Komunitas Da’i Berkemajuan, a
community under the auspices of Muhammadiyah Student Association. In carrying out a series of activities, this movement make a plan programs that will serve as a guide to realize their vision to realizing students without courtship. Program planning process undertaken by the movement among others identify the purpose of a series of programs, mapping the movement, do a SWOT analysis to come up with programs motion long term to describe a series of programs that will be run in the future, including setting goals, objectives, responsibility, and a sense public activities. This study aims to describe how the planning program conducted by Gerakan Pelajar Tanpa Pacaran.
(8)
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ... v
MOTTO ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
UCAPAN TERIMA KASIH ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Rumusan Masalah ... 8
D. Tujuan penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian ... 8
1. Manfaat teoritik ... 8
2. Manfaat praktis ... 9
F. Kerangka Teoritik ... 9
(9)
2. Prasyarat perencanaan ... 10
3. Tahap dasar perencanaan ... 12
4. Program ... 13
G. Penelitian Terdahulu ... 14
H. Metode Penelitian ... 18
1. Jenis Penelitian ... 18
2. Subjek dan objek penelitian ... 19
3. Lokasi Penelitian ... 19
4. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 19
5. Uji Keabsahan Data ... 23
6. Teknik Analisa Data ... 23
I. Sistematika Pembahasan ... 24
BAB II ... 26
TINJAUAN PUSTAKA ... 26
A. Pengertian Perencanaan ... 26
B. Prasyarat Perencanaan... 27
C. Bentuk – bentuk Perencanaan ... 28
1. Rencana Global ... 28
2. Rencana Strategis ... 29
3. Rencana Operasional ... 29
D. Tahap Dasar Perencanaan ... 30
1. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan ... 30
2. Merumuskan keadaan saat ini ... 31
(10)
4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk mencapai
tujuan ... 32
E. Proses Perencanaan ... 32
F. Program ... 39
G. Organisasi Dakwah ... 40
1. Pengertian organisasi dakwah ... 40
2. Unsur organisasi dakwah ... 42
BAB III ... 46
GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN ... 46
A. Latar Belakang Lahirnya Komunitas Pelajar Tanpa Pacaran Surabaya .... 46
B. Struktur Pengurus ... 49
BAB IV ... 52
DATA DAN ANALISA DATA ... 52
A. Kronologis perumusan program... 52
B. Perencanaan program dakwah Gerakan Pelajar Tanpa Pacaran ... 54
1. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan ... 54
2. Merumuskan kondisi saat ini ... 55
3. Analisa hambatan dan kemudahan ... 60
4. Mengembangkan serangkaian program untuk mencapai tujuan ... 66
i. Dakwah lewat media sosial………...…………...73
ii. Rekrutmen anggota pelajar tanpa pacaran………... 80
iii. Membuat kartu tanda anggota pelajar tanpa pacaran………...84
iv. Membuat kostum elajar tanpa pacaran……..………...89
v. Membuat koordinator PTP di tiap sekolah SMP-SMA-SMK……….92
vi. Membangun jaringan dengan organisasi dan komunitas pelajar atau umum………...…95
(11)
vii. Sosialisasi ke Sekolah-sekolah tentang Gerakan Pelajar Tanpa
Pacaran………...…..97
viii. Memasang poster di Sekolah-sekolah………...…………...99
ix. Berkerjasama dengan guru BP/BK dan kesiswaan di tiap Sekolah...101
x. Mengadakan Kajian Rutin………..103
xi. Mengadakan Tabligh Akbar……….………..109
xii. Mengadakan diskusi online (WhatsApp)……..……..………...112
xiii. Mengadakan aksi di tempat ramai……….……….114
xiv. Mengadakan audensi dengan Majelis Tarjih & Tajdid dan Majelis Dikdasmen PDM kota Surabaya dan MUI tingkat Kota Surabaya untuk membuat kebijakan (fatwa) tentang larangan Pacaran khususnya pelajar……….117
xv. Membuat surat desakan kepada PP IPM untuk melakukan audiensi dengan Majelis Tarjih & Tajdid PP Muhammadiyah dan MUI pusat untuk mengeluarkan fatwa pacaran haram……….119
xvi. Membuat buku Pelajar Tanpa Pacaran………...121
BAB V ... 125
PENUTUP ... 125
A. Kesimpulan ... 125
B. Saran ... 126
DAFTAR PUSTAKA ... 128 LAMPIRAN
(12)
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu ... 16 Tabel 1.2 Instrumen Wawancara, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data………... 22
(13)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Lingkungan Organisasi ... 34
Gambar 2.2 Analisis Portofolio Produk ... 37
Gambar 2.3 Analisis Kesenjangan Perencanaan ... 38
Gambar 4.1 Dakwah Sosmed Gerakan Pelajar Tanpa Pacaran ... 78
Gambar 4.2 Dakwah Sosmed Gerakan Pelajar Tanpa Pacaran ... 78
Gambar 4.3 Rancangan Kartu Tanda Anggota PTP ... 87
Gambar 4.4 Undangan Kajian Pelajar Kekinian ... 104
Gambar 4.5 Surat Undangan Kajian Pelajar Kekinian ... 105
Gambar 4.6 Undangan Tabligh Akbar Gerakan PTP ... 105
(14)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dakwah berasal dari bahasa Arab da’a artinya memanggil atau menyeru, mengajak atau mengundang. Jika diubah menjadi da’watun maka maknanya berubah menjadi seruan, panggilan atau undangan.1 Sedangkan arti dakwah menurut pendapat Syekh Ali Mahfudz adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.2 Menurut Asmuni Syukri, dakwah bisa dilihat dari dua sudut pandang yakni dakwah yang bersifat pembinaan dan pengembangan.
Pengertian dakwah yang bersifat pembinaan adalah suatu usaha mempertahankan, melestarikan dan menyempurnakan ummat manusia agar mereka tetap beriman kepada Allah, dengan menjalankan syariat-Nya sehingga mereka menjadi manusia yang hidup bahagia di dunia maupun di akhirat. Sedangkan pengertian dakwah yang bersifat pengembangan adalah usaha mengajak ummat manusia yang belum beriman kepada Allah SWT agar mentaati syariat Islam (memeluk Agama Islam) supaya nantinya dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhirat.3
1 Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah Kajian Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003), 25.
2 Rahmat Semesta, Metode Dakwah (Jakarta: Kencana, 2003), 6.
(15)
2
Berdasarkan pengertian di atas dapat dilihat bahwa dakwah dilakukan dengan tujuan mengajak atau menyeru umat manusia yang belum mengenal ajaran
Islam agar mengikuti syariat-Nya dan menjauhi larangan-Nya atau
menyempurnakan keimanan mereka yang telah beriman pada Allah sehingga bisa mendapatkan kehidupan yang bahagia baik di dunia maupun akhirat. Untuk mewujudkan tujuan dakwah yang mulia di atas, seorang pendakwah baik yang melakukan dakwah secara perorangan maupun dengan berorganisasi perlu membuat serangkaian perencanaan.
Robbins dan Coulter menyampaikan bahwa : “Planning is management
function that involves setting goals, establishing strategies for achieving those
goals, and developing plans to integrate and coordinate activities.”4 Hal ini berarti
perencanaan adalah fungsi manajemen yang melibatkan penentuan tujuan, penetapan strategi untuk mencapai tujuan tersebut, serta merumuskan sistern perencanaan yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengoordinasikan seluruh pekerjaan organisasi hingga tercapainya tujuan organisasi.
Perencanaan dapat menjawab tentang siapa, apa, kapan, di mana, dan bagaimana tindakan-tindakan tersebut dapat dilaksanakan.5 Apabila diterapkan dalam konteks dakwah maka perencanaan dakwah akan menjelaskan bagaimana tujuan dakwah akan dicapai, perencanaan juga lah yang akan berpengaruh pada sukses dan gagalnya pencapaian tujuan dakwah sekaligus menjadi panduan bagi para pendakwah untuk melakukan aktivitas dakwahnya pada masyarakat.
4 Robbins, Stephen P, and Mary Coulter, Management, Eleventh Edition (Prentice Hall, 2012), 9. 5 George R Terry, Prinsip-prinsip Manajemen (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), 46.
(16)
3
Untuk mewujudkan tujuan dakwah, sebuah organisasi dakwah harus membuat kegiatan-kegiatan untuk mewujudkan tujuannya. Kegiatan-kegiatan tersebut biasanya diistilahkan dengan program. Mengutip pendapat Harold Koontz,
Cyril O’Donnel, dan Heinz Weihrich, program dimaknai sebagai rangkaian dari tujuan, kebijakan, prosedur, pembagian tugas, langkah-langkah yang harus diambil, sumber-sumber yang harus dimanfaatkan, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk mencapai arah tindakan yang ditentukan.
Sebagaimana perencanaan secara umum, program dakwah pun perlu direncanakan karena tanpa perencanaan yang jelas program dakwah menjadi tidak terarah, antara apa yang ingin dicapai dan program yang dibuat tidak linier dan melenceng dari visi atau tujuan dakwah yang dibuat oleh lembaga dakwah tersebut.
Di tengah perkembangan zaman yang tidak lepas dari pengaruh hedonisme dan liberalisme, dakwah pada remaja menjadi hal yang penting. Sebagai generasi penerus bangsa, remaja tidak hanya butuh dididik secara skill saja tetapi yang tidak kalah penting adalah pendidikan moral dan keagamaan agar mereka tidak terjerumus dalam pengaruh hedonisme dan liberalisme. Salah satu pengaruh liberalisme yang berkembang di kalangan remaja adalah budaya pacaran yang tidak sehat dan mengarah pada perzinahan.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Komite Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dan Kementrian Kesehatan (Kemenkes) pada Oktober 2013 didapatkan hasil sekitar 62,7% remaja di Indonesia telah melakukan hubungan seks di luar nikah, 20% dari 94.270 perempuan yang mengalami hamil di luar nikah juga berasal dari kelompok usia remaja, dan 21% diantaranya pernah melakukan aborsi.
(17)
4
Kemudin pada kasus terinfeksi HIV dalam rentang 3 bulan sebanyak 10.203 kasus, 30% penderitanya berusia remaja.6 Penelitian sejenis yang dilakukan oleh empat mahasiswa ITS di tahun 2016 dengan menyebarkan kuesioner pada 300 responden pelajar jenjang SMA, SMK, dan MA di Surabaya, yang disebar secara acak pada 61 siswa SMA, 140 siswa SMK, dan 99 siswa MA juga menghasilhan hasil yang memprihatinkan. Sebanyak 36% menyatakan wajar berpelukan saat berpacaran dan 19% wajar berciuman. Hasil lainnya, 17% dari responden hanya ingin jalan berdua tanpa mengajak teman, 9% ingin bergandengan tangan, 5% memilih tempat sepi saat kencan, 3 persen tidak malu bermesraan di depan umum, dan 2% berhubungan seks menjadi tanda cinta.7
Fakta-fakta maraknya pacaran yang mengarah pada perbuatan zina tersebut tidak sejalan dengan ajaran Islam yang melarang keras perbuatan yang mendekati zina sebagaimana tertulis dalam Surat Al-Israa’ ayat 32.8
ًليِبس ءاسو ًةش ِحاف ناك هَنِإ ان ِ زلا اوبرْقت َو
Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk (QS. Al-Israa’ 32).Maraknya pergaulan bebas remaja yang diawali dari pacaran menjadikan dakwah untuk menyadarkan remaja agar menjaga pergaulannya sangat penting untuk dilakukan. Persoalannya adalah remaja saat ini cenderung tidak minat
6 Diolah dari
http://www.kompasiana.com/rumahbelajar_persada/63-persen-remaja-di-indonesia-melakukan-seks-pra-nikah_54f91d77a33311fc078b45f4.
7 Diolah dari
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/16/06/22/o94sk7361-astaga-remaja-surabaya-anggap-wajar-berciuman Rabu, 22 Juni 2016, 00:00 WIB Astaga, Remaja Surabaya Anggap Wajar Berciuman Red: Ilham corbis.
8 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Pustaka Agung Harapan, 2006),
(18)
5
mendatangi masjid atau majelis taklim yang notabenenya menjadi media untuk dakwah pada remaja. Remaja lebih senang mengikuti kegiatan-kegiatan yang bisa memberikan hiburan dan kesenangan pada mereka daripada mengkaji Islam. Berdasarkan pengamatan peneliti di beberapa masjid sekitar tempat tinggal peneliti di daerah Surabaya Barat, program-program dakwah yang diselenggarakan masjid-masjid untuk remaja tidak banyak, diantaranya kepanitiaan hari besar, Al-Banjari, tadarus, dan pengajian remaja. Itu pun yang berminat tidak banyak, kalaupun awalnya yang datang banyak namun berikutnya tidak datang lagi dan makin lama makin berkurang. Ketika peneliti menanyakan pada beberapa remaja di sekitar sana juga banyak yang tidak berminat ikut karena kegiatannnya itu-itu saja dan membosankan.
Begitu juga dengan kajian-kajian Islam yang peneliti amati di beberapa sekolah maupun luar sekolah di Surabaya Barat juga terlihat tidak banyak diminati remaja karena dipandang membosankan. Padahal di tengan budaya liberalisme dan hedonisme yang marak di kalangan remaja, peran lembaga dakwah baik yang berwujud masjid maupun organisasi-organisasi Islam sangat dibutuhkan untuk memberikan pengajaran agama dan moralitas agar remaja tidak terjerumus pada hal-hal yang merusak moral remaja, salah satunya pacaran yang mengarah pada perzinahan. Karena itulah dibutuhkan program dakwah yang direncanakan dengan baik agar lembaga dakwah yang ingin mendakwahi remaja bisa menjalankan misi dakwahnya dengan baik.
Ditengah maraknya budaya pacaran remaja yang mengkhawatirkan, peneliti melihat salah satu komunitas dakwah, yakni Gerakan Pelajar Tanpa Pacaran
(19)
6
Surabaya yang dalam mewujudkan misi dakwahnya membuat perencanaan tentang program-program apa yang akan dibuatnya untuk mewujudkan visi pelajar tanpa pacaran. Gerakan ini lahir sebagai bentuk keprihatinan pada nasib remaja yang mengalami degradasi moral remaja akibat pacaran yang sudah di luar batas. Untuk mencapai visi pelajar tanpa pacaran, Gerakan PTP membuat 16 program yang dalam pembuatannya berdasarkan penuturan Alfian selaku founder gerakan ini, tidak cukup satu hari bahkan satu bulan. Dalam proses perumusannya pengurus dilibatkan untuk memberikan saran tentang konsep gerakan ini kedepannya. Tiap anggota sebelum rapat diberikan tugas untuk menyiapkan 2-3 program untuk dibahas dalam rapat program inti PTP.9 Saat proses penyaringan program, menurut penuturan Ramadhani selaku Ketua Gerakan ini juga dilakukan pertimbangan-pertimbangan hingga didapatkan kelayakan bahwa program-program ini siap dijalankan di lapangan.
Program dakwah lewat media sosial misalnya, dilandasi atas pertimbangan bahwa pelajar saat ini sangat update dengan media sosial sehingga menjadi lebih efektif untuk menyampaikan gerakan PTP ini pada remaja. Dalam menjalankan program tersebut juga dirumuskan topik yang menarik dengan desain yang menarik pula dan pelaksanaannya ditangani oleh tim khusus yang paham akan media dan desain, hingga saat penelitian ini dilakukan, followers akun Instagram PTP mencapai lima ratusan dan mayoritas berasal dari kalangan remaja dari sekolah setingkat SMP sampai SMA di Surabaya.
(20)
7
Program berikutnya, yakni aksi turun ke jalan di Taman Bungkul Surabaya untuk menyebarkan stiker pelajar tanpa pacaran dan orasi agar pelajar menolak pacaran juga terlihat banyak diikuti pelajar. Terlihat ratusan pelajar antusias mengikuti aksi ini sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap nasib pelajar yang mengalami degradasi moral akibat budaya pacaran diluar batas. Kemudian di bulan Desember tahun lalu, sebanyak 500 pelajar dari berbagai sekolah terlihat mengikuti salah satu program PTP yakni deklarasi dan Tabligh Akbar bertema “Pemuda
Idaman Surga”.
Respon positif terhadap program-program gerakan ini juga terlihat banyak mengalir, mulai dari Diknas Surabaya, Wakil Walikota Surabaya Wisnu Sakti Buana10, Komunitas Pecinta Film Islami, beberapa mahasiswi STEI Tazkia Bogor, beberapa Guru SMA Muhammadiyah, IPM Al-Furqon, dan masih banyak lagi.11 Selain itu juga terlihat banyaknya permintaan dari daerah-daerah agar gerakan ini disosialisasikan pada para pelajar di daerahnya. Permintaan tersebut diantaranya dari Pontianak, Jakarta, Bandung, Medan.
Adanya antusiasme remaja tidak hanya dari Surabaya saja tapi juga daerah lain untuk mengikuti gerakan ini, serta dukungan dari berbagai pihak menunjukkan bahwa program Gerakan PTP ini cukup diminati kalangan remaja. Hasil yang positif dari beberapa program yang berjalan tersebut tentu tak lepas dari perencanaan program yang dibuat oleh Gerakan PTP ini. Karena itulah peneliti ingin meneliti lebih dalam lagi bagaimana perencanaan program Gerakan Pelajar
10Lihat Muhammad Alfian Hidayatullah, “Dukungan dari Wakil Walikota Surabaya Wisnu Sakti
Buana, S.T. Untuk gerakan pelajar tanpa pacaran” dalam https:// www. youtube.com /watch?v= KY2cB-P0F-Y (24 Januari 2017).
(21)
8
Tanpa Pacaran Surabaya yang kini telah merubah namanya menjadi Komunitas Pelajar Tanpa Pacaran Surabaya.12
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan, diantaranya :
1. Dakwah perlu direncanakan agar tujuan dakwah tercapai. Untuk mewujudkan tujuan dakwah diperlukan program-program dakwah yang tepat.
2. Pentingnya dakwah pada remaja di tengah pengaruh hedonisme dan liberalisme sedangkan di satu sisi minat remaja terhadap kegiatan keagamaan rendah. 3. Dibutuhkan program dakwah yang direncanakan secara tepat untuk menarik
minat remaja terhadap kegaiatan keagamaan.
4. Gerakan Pelajar Tanpa Pacaran Surabaya sebagai gerakan dakwah yang ingin mewujudkan pelajar tanpa pacaran terlihat merencanakan programnya dengan baik dan hasilnya diminati kalangan pelajar, terutama di Surabaya
Mengingat luasnya persoalan di atas, penelitian ini akan dibatasi pada proses perencanaan program dakwah yang dilakukan oleh Gerakan Pelajar Tanpa Pacaran ini. Penelitian ini akan mendeskripsikan secara jelas serangkaian langkah yang dilakukan oleh Gerakan Pelajar Tanpa Pacaran dalam menyusun program-programnya agar tujuan dakwah mewujudkan pelajar tanpa pacaran bisa tercapai.
12 Meskipun merubah namanya namun secara program tidak ada berubahan kecuali jika dalam
(22)
9
C. Rumusan Masalah
“Bagaimana Perencanaan Program Dakwah Gerakan Pelajar Tanpa Pacaran
Surabaya?”
D. Tujuan penelitian
Mengetahui serangkaian proses perencanaan program Gerakan Pelajar Tanpa Pacaran Surabaya.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritik
Adanya penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam pengembangan keilmuan manajemen dakwah spesifiknya dalam perencanaan program dakwah pada pelajar.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini bisa menjadi referensi bagi organisasi-organisasi dakwah pelajar lainnya yang juga akan membuat program dakwah yang sejenis dengan Gerakan Pelajar Tanpa Pacaran ini.
F. Kerangka Teoritik
1. Pengertian perencanaan
Perencanaan menurut Newman, dikutip oleh Manullang : “Planning is deciding in advance what is to be done.” Jadi, perencanaan adalah
penentuan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan.13 Sedangkan Beishline
(23)
10
menyatakan bahwa fungsi perencanaan memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang siapa, apa, apabila, dimana, bagaimana, dan mengapa.14 Robbins dan Coulter dikutip dari Ernie Tisnawati mendefinisikan perencanaan sebagai sebuah proses yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh, serta merumuskan sistem perencanaan yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengoordinasikan seluruh pekerjaan organisasi hingga tercapainya tujuan organisasi.15 Sebelum manajer dapat mengorganisasi, mengarahkan atau mengawasi, mereka harus membuat rencana-rencana yang memberikan tujuan dan arah organisasi. Dalam perencanaan, manajer memutuskan “Apa yang harus dilakukan, kapan melakukannya, bagaimana melakukannya, dan siapa yang
melakukannya”. 16
Berdasarkan pendapat di atas, terlihat bahwa perencanaan adalah gambaran tentang apa-apa yang akan dilakukan mulai dari penetapan tujuan, strategi untuk mencapai tujuan hingga sistem perencanaan untuk mengkordinasikan dan mengintegrasikan seluruh pekerjaan organisasi sehingga tujuan bisa tercapai. Hal ini sekaligus menjawab juga apa saja yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan siapa yang akan melakukannya.
2. Prasyarat perencanaan
14 Ibid., 39-40.
15 Ernie Trisnawati dan Kurniawan Sule, Pengantar Manajemen, (Jakarta : Kencana, 2005), 96. 16 Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta : BPFE, 2011), 77.
(24)
11
Perencanaan yang baik paling tidak memiliki berbagai persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu faktual atau realistis, logis dan rasional, fleksibel, komitmen, dan komprehensif.17 Berikut penjelasannya :
“Faktual Atau Realistis.” Perencanaan yang baik perlu memenuhi persyaratan faktual atau realistis. Artinya, apa yang dirumuskan oleh perusahaan sesuai dengan fakta dan wajar untuk dicapai dalam kondisi tertentu yang dihadapi perusahaan.
“Logis Dan Rasional.” Perencanaan yang baik juga perlu untuk memenuhi syarat logis dan rasional. Artinya, apa yang dirumuskan dapat diterima oleh akal, dan oleh sebab itu maka perencanaan tersebut bisa dijalankan. Menyelesaikan sebuah bangunan bertingkat hanya dalam waktu satu hari adalah sebuah perencanaan yang selain Tidak realistis, sekaligus juga tidak logis dan irasional jika dikerjakan dengan menggunakan sumber daya orang-orang yang terbatas dan mengerjakan dengan pendekatan yang tradisional tanpa bantuan alat-alat modern.
“Fleksibel.” Perencanaan yang baik juga tidak berarti kaku dan kurang fleksibel. Perencanaan yang baik justru diharapkan tetap dapat beradaptasi dengan perubahan di masa yang akan datang, sekalipun tidak berarti bahwa planning dapat kita ubah seenaknya.
“Komitmen.” Perencanaan yang baik harus merupakan dan melahirkan komitmen terhadap seluruh anggota organisasi untuk
(25)
12
bersama-sama berupaya mewujudkan tujuan organisasi. Komitmen dapat dibangun dalam sebuah perusahaan jika seluruh anggota di perusahaan "beranggapan bahwa perencanaan yang dirumuskan telah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi.
“Komprehensif.” Perencanaan yang baik juga harus memenuhi syarat komprehensif artinya menyeluruh dan mengakomodasi aspek-aspek yang terkait langsung maupun tak langsung terhadap perusahaan. Perencanaan yang baik tidak hanya terkait dengan
bagian yang harus kita jalankan, tetapi juga dengan
mempertimbangkan koordinasi dan integrasi dengan bagian lain di
perusahaan.” 18 3. Tahap dasar perencanaan :
a. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan
Perencanaan dimulai dengan keputusan-keputusan tentang kegiatan atau kebutuhan organisasi atau kelompok kerja. Tanpa rumusan yang jelas, organisasi akan menggunakan sumber dayanya secara tidak efektif. 19
b. Merumuskan keadaan saat ini
Pemahaman akan posisi perusahaan sekarang dari tujuan yang hendak dicapai atau sumber daya - sumber daya yang tersedia untuk
18 Ibid., 99.
(26)
13
pencapaian tujuan, adalah sangat penting, karena tujuan dan rencana menyangkut waktu yang akan datang. 20
c. Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan
Segala kekuatan dan kelemahan seta kemudahan dan hambatan perlu diidentifikasikan untuk mengukur kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor lingkungan intern dan ekstern yang dapat membantu organisasi mencapai tujuannya, atau yang mungkin menimbukan masalah. 21
d. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk
mencapai tujuan
Tahap terakhir dalam proses perencaan meliputi pengembangan berbagai alternative kegiatan untuk pencapaian tujuan, penilaian alternatif-alternatif tersebut dan pemilihan alternative terbaik (paling memuaskan) diantara berbagai alternative yang ada. 22 4. Program
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, program didefinisikan sebagai rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha yang akan dijalankan.23
Program dapat diartikan juga sebagai kegiatan yang memuat komponen-komponen, diantaranya : tujuan, sasaran, isi dan jenis kegiatan,
20 Ibid. 21 Ibid. 22 Ibid., 79-80.
23 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka,
(27)
14
proses kegiatan, waktu, fasilitas, alat, biaya, organisasi penyelenggaraan, dan sebagainya.24
Program adalah rangkaian dari tujuan, kebijakan, prosedur, pembagian tugas, langkah-langkah yang harus diambil, sumber-sumber yang harus dimanfaatkan, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk mencapai arah tindakan yang ditentukan. Suatu program pokok juga dimungkinkan memiliki program-program turunan. 25
Isi dari program pada umumnya memuat berbagai hal, diantaranya :26
a. Nama program
b. Unit atau departemen yang terkait program c. Penjelasan tentang maksud dan tujuan program d. Sasaran-sasaran program
e. Pengorganisasian program f. Prosedur-prosedurnya g. Jadual kegiatan
h. Anggaran masing-masing kegiatan
i. Kewenangan pengecekan yaitu siapa yang ditunjuk untuk melakukan pengecekan dan menandatangi berita acara
24 Lihat Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan
Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 3.
25 Lihat Harold Koontz, Cyril O’Donnel, dan Heinz Weihrich, Manajemen (Jakarta : Erlangga,
1994), 132-133.
(28)
15
G. Penelitian Terdahulu
1. Perencanaan Program Kegiatan Masjid Al-Hidayah Purwosari Sinduadi Mlati Sleman D.I Yogyakarta oleh Rahman Refki tahun 2016
Penelitian ini membahas tentang perencanaan program kegiatan Masjid Al-Hidayah Purwosari Sleman. Subjek penelitian ini adalah ta’mir, remaja masjid dan jamaah Masjid Al Hidayah Purwosari Sinduadi Mlati Sleman D.I. Yogyakarta. Sedangkan objek penelitian ini adalah tentang Perencanaan Program Masjid Al-Hidayah Purwosari Sinduadi Mlati Sleman D.I. Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Masjid ini telah melakukan tujuh perencanaan yang terdiri dari forecasting, objektivies, policies, programming, scheduling, procedure dan budgeting.
2. Perencanaan Dakwah Masjid Jendral Sudirman Kolombo Demangan Baru
Yogyakarta (Tahun 2014-2015) oleh Al Ambari tahun 2015
Subjek penelitian ini adalah ketua takmir harian, sekretaris takmir harian, bendahara harian takmir dan seksi dakwah dan pendidikan takmir masjid jendral sudirman yogyakarta. Sedangkan objek penelitian ini adalah perencanaan dakwah di Masjid Jendral Sudirman Kolombo Demangan Baru Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh kegiatan dakwah di Masjid ini sudah melalui mekanisme langkah-langkah perencanaan dakwah yang meliputi perkiraan dan perhitungan masa depan, penentuan dan perumusan sasaran dalam rangka pencapaian tujuan dakwah, penetapan tindakan - tindakan dakwah dan prioritas pelaksanaannya,
(29)
16
penetapan metode dakwah, penetapan dan penjadwalan waktu, penetapan lokasi, dan penetapan biaya.
3. Pengelolaan Dakwah Di Masjid Al Ikhlas PT Phapros Semarang oleh Suhono tahun 2015
Subjek penelitian ini adalah pimpinan-pimpinan masjid Al Ikhlas PT Phapros Semarang. Sedangkan objek penelitiannya adalah Pengelolaan Dakwah Di Masjid Al Ikhlas PT Phapros Semarang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Masjid al-Ikhlas melakukan fungsi pengelolaan kegiatan dakwah meliputi empat tahap, yaitu: (1) Planning
(perencanaan), (2) Organizing (pengorganisasian), (3) Actuating
(pelaksanaan), dan (4) Controlling (pengawasan) dengan menerapkan rincian prinsip - prinsip keempat tahap tersebut.
Tabel 1.1 Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu Judul
Penelitian Penulis
Subjek Penelitian
Objek
Penelitian Hasil penelitian Perencanaan Program Kegiatan Masjid Al-Hidayah Purwosari Sinduadi Mlati Sleman Rahman Refki Ta’mir, remaja masjid dan jamaah Masjid Al Hidayah Purwosari Sinduadi Mlati Sleman Perencanaan Program masjid tersebut
Masjid ini telah melakukan tujuh perencanaan yang terdiri dari
forecasting, objektivies, policies, programming, scheduling,
(30)
17
D.IYogyaka rta
procedure dan
budgeting. Perencanaan Dakwah Masjid Jendral Sudirman Kolombo Demangan Baru Yogyakarta (Tahun 2014-2015) Al -Ambari Ketua takmir harian, sekretaris takmir harian, bendahara harian takmir dan seksi dakwah dan pendidikan takmir masjid jendral sudirman yogyakarta Perencanaan
dakwah di
Masjid Jendral Sudirman Kolombo Demangan Baru Yogyakarta Seluruh kegiatan dakwah di Masjid ini sudah melalui mekanisme langkah-langkah perencanaan dakwah yang meliputi perkiraan dan perhitungan masa depan, penentuan dan perumusan sasaran dalam rangka pencapaian tujuan dakwah, penetapan tindakan - tindakan dakwah dan prioritas pelaksanaannya, penetapan metode dakwah, penetapan dan penjadwalan waktu, penetapan
(31)
18 lokasi, dan penetapan biaya. Pengelolaan Dakwah Di Masjid Al Ikhlas PT Phapros Semarang
Suhono
Pimpinan-pimpinan masjid Al Ikhlas PT Phapros Semarang Pengelolaan Dakwah Di Masjid Al Ikhlas PT Phapros Semarang Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Masjid Al-Ikhlas melakukan fungsi pengelolaan kegiatan dakwah meliputi empat tahap, yaitu : perencanaan, pengorganisasian , pelaksanaan, dan pengawasan dengan menerapkan rincian prinsip - prinsip keempat tahap tersebut. Perencanaan program Gerakan Pelajar Tanpa Pacaran Surabaya Ani Rufaidah Pengurus Gerakan Pelajar Tanpa Pacaran Surabaya Perencanaan Program Dakwah Gerakan PTP Surabaya Akan diteliti dalam penelitian ini
(32)
19
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jika dilihat dari teknik pengumpulan data dan analisis datanya, penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data kualitatif. Karena hasil yang diharapkan dari penelitian ini akan diberupakan dalam bentuk data berupa gambar dan kata-kata baik secara verbal maupun non verbal dan bukan data angka sehingga tidak menggukan prosedur statistik. Hal ini sesuai dengan pengertian penelitian kualitatif yang disampaikan Koentjoroningrat dalam kutipan HB. Sutopo bahwa Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati dalam lingkup tertentu. Data deskriptif merupakan data berupa gambar, kata-kata baik secara verbal maupun non verbal dan bukan data angka.27 Dalam penelitian ini akan dideskripsikan bagaimana perencanaan Gerakan Pelajar Tanpa Pacaran di
Surabaya yang dipelopori oleh beberapa anggota Da’i Berkemajuan dan
pelajar.
2. Subjek dan objek penelitian
Subjek penelitan ini adalah pengurus gerakan PTP Surabaya. Sedangkan objek penelitiannya adalah perencanaan program gerakan PTP ini.
3. Lokasi Penelitian
27 Lihat H.B. Sutopo, Pengantar Penelitian Kualitatif: dasar-dasar teroritis dan praktis (Surakarta:
(33)
20
Penelitian ini akan dilakukan di sekretariat Gerakan PTP di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jalan Sutorejo No. 73-77 dan SMA Muhammadiyah 1 Surabaya tempat dimana ketua dan founder Gerakan PTP berdomisili.
4. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber data dalam penelitian terbagi atas dua antara lain : sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer menurut Loftland dan Loftland berasalkan dari kata-kata dan tindakan. Sedangkan sumber data sekunder berasalkan dari dokumen dan lain – lain.28
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah para penggagas gerakan PTP dan pengurus gerakan PTP mengikuti bagaimana proses perencanaan program PTP, diantaranya :
a. Founder Gerakan PTP, M. Alfian Hidayatullah b. Ketua Gerakan PTP, Ramadhanai Jaka Samudra c. Anggota Tim Syiar, diantaranyaa Ricky dan Walidah d. Anggota Tim Konseling, Arika
Sedangkan untuk sumber data sekundernya adalah dokumen dan gambar baik yang berasal dari arsip gerakan PTP, media sosial diantaranya : instagram, youtube, facebook, maupun website yang memuat berita tentang gerakan ini.
28 Lexy Z Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bangdung: PT Remaja Rosdakarya,
(34)
21
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya :
a. Wawancara semi terstruktur
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth interview
dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemuan permasalahan lebih terbuka, dimana pihak yang diwawancarai dimintai pendapat, dan ide-idenya. 29
b. Dokumentasi
Studi Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak ditujukan langsung kepada subyek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi, bisa berupa buku harian, surat pribadi, laporan, notulen rapat, catatan khusus (case records) dalam pekerjaan social, dan dokumen lainnya. Menurut Soegiyono, studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Bahkan kredibilitas hasil penelitian ini akan semakin tinggi jika melibatkan/menggunakan studi dokumentasi dalam metode penelitian kualitatif.30 Dalam penelitian ini dokumentasi akan dihimpun dari arsip gerakan PTP maupun postingan foto, gambar, maupun tulisan yang dipublish di akun sosial media gerakan PTP ini.
29 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2014),73.
(35)
22
Tabel 1.2 Instrumen Wawancara, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data
Instrumen Wawancara Sumber data Teknik
pengumpulan data 1. Bagaimana sejarah
terbentuknya gerakan PTP?
Pengurus PTP Wawancara semi
terstruktur
2. Bagaimana proses hingga merumuskan program tersebut dan apa saja hal yang dipertimbangkan?
Pengurus PTP Wawancara semi
terstruktur
3. Apa saja program utama Gerakan PTP?
Pengurus PTP, dokumen program
Wawancara semi terstruktur dan dokumen 4. Hal-hal apa saja yang
menjadi pertimbangan dalam perumusan program-program tersebut?
Pengurus PTP Wawancara semi
terstruktur
5. Kondisi apa saja yang dianggap sebagai kemudahan dan hambatan saat
merumuskan program-program tersebut?
Pengurus PTP Wawancara semi
terstruktur
6. Bagaimana serangkaian gambaran program tersebut, meliputi :
Pengurus PTP Arsip, gambar, foto kegiatan yang dimiliki atau yang
Wawancara semi terstruktur dan dokumen
(36)
23
a. Maksud dan tujuan program
b. Sasaran-sasaran program
c. Proses kegiatan d. Departemen yang
terkait program e. Waktu pelaksanaan f. Pengorganisasian
program
g. Penanggung jawab
kegiatan
h. Anggaran kegiatan
dimuat di media online
5. Uji Keabsahan Data
Pengujian keabsahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi. Norman K. Denkin mendefinisikan triangulasi digunakan sebagai gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Untuk kepentingan analisa keabsahan data ini peneliti menggunakan metode triangulasi teknik dan sumber.
Dalam melakukan triangulasi sumber peneliti akan mengumpulkan data dari beberapa sumber dengan melakukan wawancara mendalam kemudian melakukan uji konsistensinya. Sedangkan dalam melakukan triangulasi teknik peneliti akan mengumpulkan dari dari wawancara dan dokumentasi untuk menguji keabsahan datanya.
(37)
24
6. Teknik Analisa Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.31 Miles and Huberman, dalam Sugiyono mengemukakan bahwa analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas hingga datanya sudah jenuh. Aktivitas analisis data terdiri atas data reduction, data display, dan
conclusion drawing/verification.
Dalam proses reduksi data peneliti akan memilah data-data yang pokok dan memfokuskan pada hal-hal penting yang peneliti cari terkait dengan perencanaan program gerakan PTP. Setelah data direduksi, langkah berikutnya yang peneliti lakukan adalah mendisplaykan data dalam bentuk uraian data yang bersifat naratif berdasarkan proses perumusan perencanaan yang dibuat oleh gerakan PTP. Langkah terakhir yakni penarikan kesimpulan dan verifikasi. Sebelum melakukan penarikan kesimpulan akan peneliti verifikasi kembali data-data yang sudah terkumpul terkait dengan perencanaan program gerakan PTP ini, jika dirasa masih ada data yang belum kredibel akan dilakukan pengumpulan data kembali ke lapangan hingga benar-benar dihasilkan data yang valid dan bisa ditarik kesimpulan bagaimana sesungguhnya perencanaan program yang dilakukan oleh gerakan PTP ini.
(38)
25
I. Sistematika Pembahasan
1. Bab I : Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, dan Manfaat Penelitian dan penelitian terdahulu.
2. Bab II : Tinjauan Pustaka
Berisikan tentang pengertian perencanaan, prasyarat perencanaan, bentuk-bentuk perencanaan, tahap dasar perencanaan, proses perencanaan, program, dan organisasi dakwah.
3. Bab III : Gambaran Umum Penelitian Berisikan tentang profil Gerakan PTP
4. Bab IV : Data dan Analisa terkait perencanaan program Gerakan Pelajar Surabaya
5. Bab V : Kesimpulan dan Saran terkait perencanaan program Gerakan Pelajar Surabaya
(39)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Perencanaan
Perencanaan menurut Newman, dikutip oleh Manullang : “Planning is deciding in advance what is to be done.” Jadi, perencanaan adalah penentuan
terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan.32 Sedangkan Beishline menyatakan bahwa fungsi perencanaan memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang siapa, apa, apabila, dimana, bagaimana, dan mengapa.33
Robbins dan Coulter dikutip dari Ernie Tisnawati mendefinisikan perencanaan sebagai sebuah proses yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh, serta merumuskan sistem perencanaan yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengoordinasikan seluruh pekerjaan organisasi hingga tercapainya tujuan organisasi.34 Sebelum manajer dapat mengorganisasi, mengarahkan atau mengawasi, mereka harus membuat rencana-rencana yang memberikan tujuan dan arah organisasi. Dalam perencanaan, manajer
memutuskan “apa yang harus dilakukan, kapan melakukannya, bagaimana
melakukannya, dan siapa yang melakukannya.” 35
32 Manullang, Dasar-dasar Manajemen, 39. 33 Ibid., 39-40.
34 Ernie Trisnawati dan Kurniawan Sule, Pengantar Manajemen, 96. 35 Hani Handoko, Manajemen, 77.
(40)
27
Berdasarkan pendapat di atas, terlihat bahwa perencanaan adalah gambaran tentang apa-apa yang akan dilakukan mulai dari penetapan tujuan, strategi untuk mencapai tujuan hingga sistem perencanaan untuk mengkordinasikan dan mengintegrasikan seluruh pekerjaan organisasi sehingga tujuan bisa tercapai. Hal ini sekaligus menjawab juga apa saja yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan siapa yang akan melakukannya. B. Prasyarat Perencanaan
Perencanaan yang baik paling tidak memiliki berbagai persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu faktual atau realistis, logis dan rasional, fleksibel, komitmen, dan komprehensif.36 Berikut penjelasannya:
“Faktual Atau Realistis.” Perencanaan yang baik perlu memenuhi
persyaratan faktual atau realistis. Artinya, apa yang dirumuskan oleh perusahaan sesuai dengan fakta dan wajar untuk dicapai dalam kondisi tertentu yang dihadapi perusahaan.
“Logis Dan Rasional.” Perencanaan yang baik juga perlu untuk
memenuhi syarat logis dan rasional. Artinya, apa yang dirumuskan dapat diterima oleh akal, dan oleh sebab itu maka perencanaan tersebut bisa dijalankan. Menyelesaikan sebuah bangunan bertingkat hanya dalam waktu satu hari adalah sebuah perencanaan yang selain Tidak realistis, sekaligus juga tidak logis dan irasional jika dikerjakan dengan menggunakan sumber daya orang-orang yang terbatas dan mengerjakan dengan pendekatan yang tradisional tanpa bantuan alat-alat modern.
“Fleksibel.” Perencanaan yang baik juga tidak berarti kaku dan
kurang fleksibel. Perencanaan yang baik justru diharapkan tetap dapat beradaptasi dengan perubahan di masa yang akan datang, sekalipun tidak berarti bahwa planning dapat kita ubah seenaknya.
“Komitmen.” Perencanaan yang baik harus merupakan dan
melahirkan komitmen terhadap seluruh anggota organisasi untuk bersama-sama berupaya mewujudkan tujuan organisasi. Komitmen dapat dibangun dalam sebuah perusahaan jika seluruh anggota di perusahaan "beranggapan bahwa perencanaan yang dirumuskan telah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi.
(41)
28
“Komprehensif.” Perencanaan yang baik juga harus memenuhi
syarat komprehensif artinya menyeluruh dan mengakomodasi aspek-aspek yang terkait langsung maupun tak langsung terhadap perusahaan. Perencanaan yang baik tidak hanya terkait dengan
bagian yang harus kita jalankan, tetapi juga dengan
mempertimbangkan koordinasi dan integrasi dengan bagian lain di
perusahaan.” 37
C. Bentuk – bentuk Perencanaan
Berdasarkan luas cakupan masalah dan jangkauan waktunya perencanaan dapat dibedakan menjadi tiga macam bentuk:
1. Rencana Global
Rencana global ini merupakan penentuan tujuan yang menyeluruh atau keseluruhan dan yang menyangkut jangka panjang dari organisasi tersebut sebagai keseluruhan atau totalitas.38
Perencanaan global dalam suatu perusahaan biasa diistilahkan dengan
Corporate Plan. Di dalam Corporate Plan ini diuraikan tujuan pokok yang akan dicapai perusahaan serta sasaran-sasaran jangka panjang yang akan dicapai sebagai misi yang dibawa perusahaan.
Analisis penyusunan Corporate Plan sering dinamakan analisis
“SWOT” yang berasal dari singkatan:39
a. Strength, yaitu kekuatan-kekuatan yang dimiliki. b. Weaknesses, yaitu kelemahan-kelemahan yang ada. c. Opportunity, atau kesempatan-kesempatan yang terbuka.
37 Ibid., 99.
38 Indriyo Gitosudarmo, Prinsip Dasar Manajemen (Yogyakarta : BPFE Yogyakarta, 1990), 136. 39 Ibid., 136-137.
(42)
29
d. Treath atau tekanan-tekanan yang dihadapi perusahaan. 2. Rencana Strategis
Rencana ini disusun untuk menentukan tujuan-tujuan kegiatan yang mempunyai arti strategis dan berdimensi jangka panjang. Arti strategis dalam penyusunan rencana ini adalah untuk menyusun dan memilih urutan bidang mana yang akan dicapai terlebih dahulu dan berikut-berikutnya. Untuk menyusun rencana strategis kita harus mengetahui keadaan saat ini dan dihubungkan dengan perkembangan masa depan yang paling mungkin terjadi dan bagaimana usaha kita untuk merubah keadaan sesuai tujuan yang dikehendaki. Dipandang dari dimensi waktunya perencanaan strategis merupakan perencanaan jangka panjang dan biasanya dibuat oleh tingkatan manajemen atas.
Perencanaan strategis menyangkut keputusan tujuan apa yang ingin dicapai oleh perusahaan secara keseluruhan, dan alat apa yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.40
3. Rencana Operasional
Rencana operasional meliputi perencanaan terhadap kegiatan kegiatan operasional yang berjangka pendek guna menopang pencapaian tujuan jangka panjang baik dalam perencanaan global maupun perencanaan strategis.41 Perencanaan ini biasa disebut dengan perencanaan taktis.
40 Ibid., 140. 41 Ibid., 142.
(43)
30
D. Tahap Dasar Perencanaan
1. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan
Perencanaan dimulai dengan keputusan-keputusan tentang kegiatan atau kebutuhan organisasi atau kelompok kerja. Tanpa rumusan yang jelas, organisasi akan menggunakan sumber dayanya secara tidak efektif. 42 Tujuan adalah keadaan masa depan yang diinginkan yang ingin direalisasikan organisasi. Tujuan adalah penting karena organisasi ada untuk suatu alasan, dan tujuan mendefinisikan dan menegaskan tujuan alasan tersebut. Rencana adalah cetak biru untuk pencapaian tujuan dan menentukan alokasi sumber daya yang diperlukan, jadwal, tugas, dan tindakan lainnya. Tujuan menentukan tujuan masa depan; rencana menentukan cara hari ini. Konsep perencanaan biasanya menggabungkan kedua gagasan tersebut; artinya menentukan tujuan organisasi dan menetukan untuk mencapainyanya.43
Dari segi keluasan dan waktu pencapaian, tujuan juga dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu tujuan strategis (strategic goals), tujuan taktis
(tactical goals), dan tujuan operasional (operational goals ).44
Tujuan strategis adalah tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam jangka waktu yang relatif lama, biasanya antara 3 hingga 5 tahun, atau juga lebih dan dalam pencapaiannya membutuhkan waktu yang relatif lama.
42 Hani Handoko, Manajemen, 79.
43 Diterjemahkan dari Richard L. Dhaft, Management, Ninth Edition, (Mason : South-Western
Cengage Learning, 2010),160.
(44)
31
Tujuan taktis adalah tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam jangka waktu menengah, relatif lebih singkat dari tujuan strategis.45 Dalam pencapaiannya membutuhkan waktu antara 1-3 tahun. Tujuan ini merupakan tujuan turunan dari tujuan strategis, artinya tujuan strategis akan tercapai jika tujuan taktis tercapai.
Tujuan operasional adalah tujuan yang ingin dicapai dalam satu periode kegiatan perusahaan, biasanya antara 6 bulan hingga 1 tahun. Kadangkala juga dapat hingga mencapai 2 tahun. Tujuan operasional ini, dalam evaluasinya terkait dengan masa pelaporan keuangan perusahaan yang biasanya juga antara 6 bulan hingga 1 tahun.46
2. Merumuskan keadaan saat ini
Pemahaman akan posisi perusahaan sekarang dari tujuan yang hendak dicapai atau sumber daya-sumber daya yang tersedia untuk pencapaian tujuan, adalah sangat penting, karena tujuan dan rencana menyangkut waktu yang akan datang.47 Setelah keadaan ini dianalisa barulah rencana dapat dirumuskan untuk menggambarkan rencana lebih lanjutnya. Untuk mendapatkan keadaan saat ini diperlukan informasi tentang keuangan dan data statistik perusahaan yang didapatkan melalui komunikasi dalam organisasi.
45 Ibid. 46 Ibid.
(45)
32
3. Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan
Segala kekuatan dan kelemahan serta kemudahan dan hambatan perlu diidentifikasikan untuk mengukur kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor lingkungan intern dan ekstern yang dapat membantu organisasi mencapai tujuannya, atau yang mungkin menimbukan masalah. 48
4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan
Tahap terakhir dalam proses perencaan meliputi pengembangan berbagai alternative kegiatan untuk pencapaian tujuan, penilaian alternatif-alternatif tersebut dan pemilihan alternatif terbaik (paling memuaskan) diantara berbagai alternatif yang ada. 49
E. Proses Perencanaan
Proses perencanaan adalah suatu proses tentang bagaimana suatu kegiatan itu kita rencanakan.50 Ada tiga pendekatan dalam proses perencanaan yaitu:
1. Pendekatan perkembangan yang menguntungan.
2. Pendekatan SWOT.
3. Pendekatan portofolio dan kesenjangan perencanaan.
Proses perencanaan dengan pendekatan perkembangan yang menguntungkan dilakukan dengan cara menganalisis sarana produksi yang
48 Ibid. 49 Ibid., 79-80. 50 Ibid., 120.
(46)
33
dimiliki dan dihubungkan dengan kebutuhan yang muncul dari lingkungan masyarakat. Dari situ kita bisa mengetahui kemungkinan-kemungkinan untuk memanfaatkan sarana yang dimiliki dengan kebutuhan tersebut dan mengusahakan keseimbangan antara saran yang dimiliki dan kebutuhan lingkungan masyarakat. Apabila terjadi perkembangan terus-menerus yang menjadikan keadaan bergeser dan menimbulkan ketidakseimbangan maka kita harus mencari jalan agar selalu terjadi keseimbangan karena kondisi itulah yang akan menguntungkan perusahaan.51
Proses perencanaan dengan pendekatan SWOT dilakukan dengan mempertimbangkan dan menganalisa faktor-faktor ekstern maupun intern. Lingkungan organisasi eksternal mencakup semua elemen yang ada di luar batas organisasi yang memiliki potensi untuk mempengaruhi organisasi, meliputi pesaing, sumber daya, teknologi, dan kondisi ekonomi yang memengaruhi organisasi. Dalam hal ini tidak termasuk kejadian-kejadian yang begitu jauh dari organisasi yang dampaknya tidak dirasakan oleh organisasi. Sedangkan lingkungan internal meliputi hal-hal yang mencakup unsur-unsur dalam batas-batas organisasi.
(47)
34
Gambar 2.1 Lingkungan Organisasi52
Lingkungan eksternal organisasi dapat dikonseptualisasikan lebih jauh dengan memiliki dua lapisan, yakni lingkungan umum dan lingkungan tugas sebagaimana yang tampak pada Gambar 2.1.
Lingkungan umum adalah lapisan luar yang tersebar luas dan memengaruhi organisasi secara tidak langsung. Diantaranya mencakup sosial, ekonomi, hukum / politik, internasional, alam, dan faktor teknologi yang mempengaruhi semua organisasi secara sama. Dimensi internasional merupakan bagian dari lingkungan eksternal yang merepresentasikan kejadian-kejadian yang berasal dari luar negeri yang bisa menjadi peluang bagi organisasi untuk mendirikan perusahaannya di luar negeri. Dimensi teknologi
52 Diambil dari Richard L Dhaft, Management, Ninth Edition, (Mason : South-Western Cengage
(48)
35
adalah dimensi umum yang meliputi ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi dalam industri dan masyarakat luas. Dimensi sosiokultural adalah dimensi umum yang mewakili karakteristik demografi, norma, adat istiadat, dan nilai masyarakat dimana organisasi beroperasi. Dimensi ekonomi mewakili kesehatan ekonomi negara atau wilayah dimana organisasi beroperasi. Dimensi hukum atau politik mencakup peraturan pemerintah federal, negara bagian, dan pemerintah daerah dan kegiatan politik yang didesain untuk mempengaruhi perilaku perusahaan. Dimensi alam adalah dimensi yang mencakup semua elemen yang terjadi secara alami di bumi, termasuk didalamnya tanaman, hewan, batu, sumber daya seperti udara, air, dan iklim.
Lingkungan tugas merupakan lingkungan yang lebih dekat dengan organisasi dan termasuk sektor yang melakukan transaksi sehari-hari dengan organisasi dan secara langsung berpengaruh terhadap operasi dan kinerja organisasi. Diantaranya yang termasuk lingkungan ini adalah pesaing, pemasok, pelanggan, dan pasar tenaga kerja. Pelanggan adalah orang yang mendapatkan barang atau jasa dari organisasi. Pesaing adalah organisasi lain yang memiliki industri sama atau jenis usaha yang sama yang disedikan untuk pelanggan. Pemasok adalah orang atau organisasi yang menyediakan barang mentah yang diperlukan organisasi untuk menghasilkan output produksinya. Pasar tenaga kerja adalah masyarakat yang tersedia untuk disewa organisasi.
Lingkungan internal organisasi diantaranya adalah karyawan saat ini, manajemen, dan budaya karyawan yang menggambarkan perilaku karyawan
(49)
36
di lingkungan internal organisasi dan seberapa baik organisasi akan beradaptasi dengan lingkungan eksternal.
Setelah melakukan identifikasi terhadap faktor-faktor internal dan eksternal, berikutnya adalah melakukan analisis terhadap faktor-faktor tersebut. Analisa faktor-faktor haruslah dapat menghasilkan adanya kekuatan
(strength) yang dimilliki oleh suatu organisasi, serta dapat mengetahui kelemahan yang terdapat pada organisasi itu (weaknesses). Sedangkan analisa terhadap faktor ekstern harus dapat mengetahui opportunity atau kesempatan yang terbuka bagi organisasi serta dapat mengetahui pula tekanan yang dialami oleh organisasi yang bersangkutan (treath). Setelah diketahui kekuatan, kelemahan, kesempatan serta tekanan-tekanan yang dihadapi maka kita bisa menyusun rencana strategis untuk mencapai tujuan organisasi. Rencana strategis tersebut kemudian diterjemahkan dalam rencana operasional yang mencantumkan adanya target-target yang akan dicapai dan kemudian diterjemahkan menjadi anggaran operasional. 53
Proses perencanaan dengan pendekatan portofolio dan kesenjangan perencanaan dilakukan pada konteks perusahaan dengan berbagai jenis usaha dan produk. Kondisi itu akan menimbulkan adanya perbedaan-perbedaan dalam masa umur (siklus) kehidupan produk yang diusahakannya. Analisa portofolio produk dapat digambarkan sebagai berikut:
(50)
37
Gambar 2.2 Analisis Portofolio Produk54
Pada kuadran ke-I disebut bintang (star) melambangkan produk yang sedang mengalami masa kejayaann di mana produk itu memiliki potensi pasar yang tinggi dengan kemampuan perusahaan yang tinggi pula dalam mengusahakan atau mengeksploitasikan kesempatan pasar tersebut.55
Pada kuadran ke-II yang disebut tanda tanya (Question mark) melambangkan suatu produk yang penuh tantangan untuk dikembangkan di mana potensi pasar cukup tinggi akan tetapi perusahaan belum mampu untuk mengeksploatasikannya. Produk ini sering juga disebut dalam keadaan perscalan anak-anak (problem children).56
Kuadran ke-III disebut sapi perah (cash cow). Produk ini merupakan sumber pemasukan uang yang cukup besar bagi perusahaan. Hal ini
54 Indriyo Gitosudarmo, Prinsip Dasar Manajemen (Yogyakarta : BPFE Yogyakarta, 1990), 127. 55 Ibid.
(51)
38
disebabkan karena perusahaan telah mampu menguasai pasar dengan baik sehingga dapat mengalahkan pesaing-pesaingnya.57
Kuadran ke-IV disebut anjing (dog), tau lebih tepat apabila disebut
"under dog" yaitu produk yang belum punya reputasi apa-apa di mana potensi pasamya rendah sedangkan kemampuan perusahaan untuk mengusahakannya juga rendah.58
Dari analisa Portofolio Produk itulah kemudian maka berkembang suatu proses perencanaan yang disebut dengan Kesenjangan Perencanaan atau
Planning Gap. Perencanaan ini yang pada hakekatnya adalah merupakan perencanaan strategis jangka panjang dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.3 Analisis Kesenjangan Perencanaan59
57 Ibid. 58 Ibid.
(52)
39
Planning Gap adalah potensi-potensi baru yang mungkin diusahakan, dikembangkan, dan dieksploitasikan. Potensi baru tersebut dimulai dari yang paling mudah dan sederhana yaitu mengembangkan pasar baru. Berikutnya yang lebih sulit dan megandung resiko adalah mengembangkan produk baru karena upaya ini memerlukan pemikiran dan pembahasan yang lebih terperinci. Sedangkan strategi yang paling sulit adalah mencari bentuk-bentuk usaha baru yang sama sekali berbeda dari usaha yang dilakukan sebelumnya.60 F. Program
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, program didefinisikan sebagai rancangan mengenai asas – asas serta usaha – usaha yang akan dijalankan.61 Program adalah rangkaian dari tujuan, kebijakan, prosedur, pembagian tugas, langkah-langkah yang harus diambil, sumber-sumber yang harus dimanfaatkan, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk mencapai arah tindakan yang ditentukan. Suatu program pokok juga dimungkinkan memiliki program-program turunan.62 Isi dari program pada umumnya memuat berbagai hal, diantaranya: 63
1. Nama program
2. Unit atau departemen yang terkait program 3. Penjelasan tentang maksud dan tujuan program 4. Sasaran-sasaran program
60 Lihat Indriyo Gitosudarmo, 129-130.
61 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta : Balai Pustaka,
2007), 911.
62 Lihat Harold Koontz, Cyril O’Donnel, dan Heinz Weihrich, Manajemen (Jakarta : Erlangga,
1994), 132-133.
(53)
40
5. Pengorganisasian program 6. Prosedur-prosedurnya 7. Jadual kegiatan
8. Anggaran masing-masing kegiatan
9. Kewenangan pengecekan yaitu siapa yang ditunjuk untuk melakukan pengecekan dan menandatangi berita acara
G. Organisasi Dakwah
1. Pengertian organisasi dakwah
Menurut Edgar H. Schein dalam Sutarto, organisasi adalah: “An Organization is the rational coordination of the activities of a number of people for the achievement of some common explicit purpose or goa, through division of labour and function, and through a hierarchy of authority and responsibility.”64
Sedangkan menurut Richard A. Jhonson, dkk dalam Sutarto, Organisasi
adalah : ”The Organization is an assemble of people, materials, machines, and other resources geared to task accomplishment through a series of interaction and integrated into a social system.”65
Dua pendapat di atas menunjukkan bahwa organisasi adalah kordinasi rasional dari aktivitas-aktivitas sejumlah orang untuk mencapai tujuan bersama melalui pembagian kerja yang jelas dan jenjang wewenang dan tanggung
64 Edgar Schein, dalam Sutarto, Dasar-dasar Organisasi (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 1993), 35.
65 Richard A. Johnson, dkk dalam Sutarto, Dasar-dasar Organisasi (Yogyakarta: Gajah Mada
(54)
41
jawab. Didalam sebuah organisasi juga terdapat barang, mesin, dan sumber-sumber lain yang menghubungkan penyempurnaan tugas organisasi dalam mewujudkan perwujudan tujuan bersama.
Dakwah secara etimologis (kebahasaan) merupakan bentuk mashdar (verbal noun) berasal dari kata kerja da'a (madli pasttense), yad'u (mudlari', presenttense), da'watan (mashdar, verbalnoun) yang berarti memanggil, mengundang, mengajak, menyeru dan mendorong (to call, to invite, to summon, to propagate and to urge).66
Secara terminologis (istilah) dakwah berarti mengajak dan menyeru umat manusia baik perorangan maupun kelompok kepada agama Islam, pedoman hidup yang diridlai oleh Allah dalam bentuk amar ma'ruf, nahi mungkar dan amal sholeh dengan cara lisan (lisanul maqal) maupun perbuatan
(lisanul hal) guna mencapai kebahagiaan hidup kini di dunia dan nanti di akhirat. 67
Dari pendekatan kebahasaan dan istilah tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa tujuan dakwah adalah untuk mengajak perorangan maupun kelompok pada ajaran Islam sehingga bisa mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.
Organisasi dakwah berarti kordinasi rasional dari aktivitas-aktivitas sejumlah orang untuk mencapai tujuan dakwah mengajak perorangan maupun
66 Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah (Yogyakarta: AL Amin Press, 1996), 14. 67 Ibid.
(55)
42
kelompok pada ajaran Islam melalui pembagian kerja yang jelas dan jenjang wewenang dan tanggung jawab.
2. Unsur organisasi dakwah
Menurut Muhtarom, unsur-unsur organisasi dakwah diantaranya sebagai berikut:
a. Terdapat sejumlah orang untuk melakukan kegiatan dakwah.
b. Ada kehendak saling bekerjasama melakukan amar ma'ruf,
nahi mungkar dan amal sholeh.
c. Pembagian pekerjaan berdasarkan kemampuan dan keahlian
menurut ketentuan yang disepakati.
d. Terdapat tujuan bersama yang ingin dicapai, yaitu terwujudnya umat yang baik, sejahtera dan bahagia.
e. Kadar umat yang disebut baik adalah berdasarkan nilai-nilai dan ajaran Islam.
f. Arah yang dituju setiap usaha adalah aktualisasi nilai dan ajaran Islam.
g. Tujuan mudah dipahami oleh semua pihak didalam dan
diluar organisasi.
Sedangkan jika unsur organisasi dilihat secara lengkap terdiri dari Man
(orang-orang), kerjasama, tujuan bersama, peralatan, lingkungan, kekayaan alam, dan kerangka atau konstruksi mental organisasi.68
68 Lihat Ig. Wursanto dalam Dasar-dasar Ilmu Organisasi (Yogyakarta : Penerbit Andi, 2002),
(56)
43
Man (orang-orang) adalah seluruh anggota atau warga organisasi yang menurut tingkatannya terdiri dari unsur pimpinan tertinggi organisasi (administrator), manager yang memimpin satuan kerja sesuai fungsinya masing-masing, dan pekerja. Administrator dan para manajer merupakan unsur pimpinan yang diserahi tugas untuk mengelola, menjalankan dan menggerakkan organisasi guna mencapai tujuan yang ditetapkan.69
Kerjasama adalah perbuatan bantu-membantu untuk mencapai tujuan bersama organisasi. Tujuan bersama ini menggambarkan apa yang atentang apa yang akan dicapai dan merupakan titik akhir tentang apa yang harus dikerjakan. Tujuan juga menggambarkan tentang apa yang harus dicapai melalui prosedur, program, pola, kebijaksanaa, strategi, anggaran, dan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.70
Unsur keempat, peralatan dari organisasi adalah peralatan yang terdiri atas semua sarana/ tool, berupa materi, mesin-mesin, uang, dan barag modal lainnya (tanah/gedung/bangunan/kantor).
Berikutnya adalah unsur lingkungan. Yang termasuk dalam unsur ini diantaranya adalah:71
a. Kondisi yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada daya gerak dan kehidupan organisasi.
b. Tempat atau lokasi, erat kaitannya dengan komunikasi dan transportasi yang dilakukan organisasi.
69 Ibid., 55. 70 Ibid., 55-56. 71 Ibid., 56.
(57)
44
c. Wilayah operasi yang dijadikan sasaran kegiatan organisasi. Wilayah operasi dibedakan menjadi:
i. Wilayah kegiatan, menyangkut jenis kegiatan apa yang boleh dilakukan sesuai dengan tujuan organisasi.
ii. Wilayah jangkauan, wilayah teritorial dimana organisasi beroperasi.
iii. Wilayah personil, menyangkut pihak baik orang maupun lembaga yang mempunyai hubungan dan kepentingan dengan orgaisasi.
iv. Wilayah kewenangan atau kekuasaan, menyangkut semua persoalan, kewajiban, tugas, tanggung jawab dan kebijaksanaan yang harus dilakukan dalam batas-batas tertentu yang tidak boleh dilampaui sesuai dengan aturan main yang ditetapkan dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Unsur kelima yakni kekayaan alam, misalnya keadaan iklim, udara, cuaca (geografi, hidrologi, geologi, klimatologi), flora dan fauna. Unsur terakhir yakni kerangka atau konstruksi mental organisasi yang berisikan prinsip-prinsip organisasi, diantaranya:
a. Pembagian tugas
b. Pendelegasian wewenang c. Disiplin
(58)
45
e. Kesatuan arah
f. Rentang pengawasan
g. Koordinasi
h. Jenjang organisasi i. Sentralisasi
j. Inisiatif, dan k. Kesatuan jiwa
(59)
BAB III
GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN
A. Latar Belakang Lahirnya Komunitas Pelajar Tanpa Pacaran Surabaya
Gerakan Pelajar Tanpa Pacaran ini merupakan salah satu program utama dari Komunitas Da’i Berkemajuan yang lahir sebagai follow up Pelatihan Da’i Pelajar Muhammadiyah (PDPM) yang diselenggarakan PD IPM Kota Surabaya pada bulan Mei 2016. Da’i Berkemajuan sendiri merupakan wadah bagi pelajar se-Surabaya yang nantinya ingin memperdalam ilmu tentang Islam, agama, dan berdakwah.
Pasca bulan Ramadhan tahun lalu, komunitas ini mengumpulkan semua anggotanya untuk membahas tentang komunitas karena mereka melihat banyak komunitas vakum karena tidak tahu hal apa yang harus dilakukan. dalam pembahasan itu dikumpulkan-lah saran dan ide untuk membuat gerakan apa.
Sebelum dibentuk Gerakan PTP ini, anggota dari komunitas Da’i Berkemajuan terlebih daluhu melakukan analisis sosial di Taman Bungkul untuk mencari persoalan remaja. Dari tiap orang yang diwawancarai akhirnya disimpulkan kalau masalahnya adalah masalah moral, terus kan dikerucutkan lagi masalahnya adalah pacaran.72 M. Alfian selaku founder Gerakan PTP ini juga mengatakan bahwa pada tahun 2011 KPAI merilis 62,7 % remaja SMP itu
(60)
47
sudah kehilangan kegadisannya dan hal tersebut dia pandang bermula dari yang namanya pacaran.73
Dari sanalah kemudian di bulan September 2016 dikumpulkan anggota
komunitas Da’i Berkemajuan untuk membahas tentang gerakan apa yang akan dilakukan oleh komunitas hingga akhirnya dibentuklah Gerakan Pelajar Tanpa Pacaran. Dalam proses pembentukannya juga sempat terjadi penolakan dari anggota karena ada yang beranggapan bahwa kalau membuat gerakan itu harus dimulai dari internal, sedangkan dari internal sendiri masih ada yang pacaran. Namun hal tersebut bukan dipandang sebagai halangan untuk mendakwahkan penolakan terhadap pacaran tapi sebagai sentilan untuk menjalankan perbaikan kedepannya.
Gerakan ini baru dideklarasikan pada bulan Desember meskipun sudah dibentuk pada bulan September. Hal ini dikarenakan pengurus gerakan ini menginginkan agar pada saat deklarasi sudah memiliki aksi nyata sehingga tidak dipandang sebagaimana gerakan-gerakan pada umumnya yang vakum setelah melakukan deklarasi.
Tujuan gerakan ini adalah sebagai sarana untuk memberikan pemahaman bagi para pelajar agar tidak salah kaprah dalam mengartikan soal cinta. Menurut Alfian banyak remaja dan pelajar salah dalam mengartikan cinta. Mereka tidak bisa membedakan antara cinta dan nafsu sehingga terjerumus kepada perbuatan dosa.74
73 M. Alfian, Wawancara, Surabaya, 14 Desember 2016.
74 Diolah dari sumber : Redaksi, “Bersama MUI-Disdik, IPM Deklarasikan Gerakan Pelajar tanpa
Pacaran” dalam https:// www.pwmu.co/20737/2016/12/bersama-mui-disdik-ipm-deklarasikan-gerakan-pelajar-tanpa-pacaran/ (5 Mei 2016).
(61)
48
Sasaran utama gerakan ini adalah pelajar SMP dan SMA, namun jika mahasiswa dan masyarakat umum ikut dalam gerakan ini juga tidak apa-apa karena mereka juga perlu tahu tentang pacaran itu tidak baik, sebagaimana penuturan Alfian berikut : “Memang secara tersurat pada pelajar yakni pelajar SMP dan SMA. Tapi makna tersiratnya ya masyarakat umum, mahasiswa. bahkan orang tua juga perlu tahu. Karena banyak orang tua nggak tahu tentang
pacaran bahkan mendukung pacaran.”75
Dalam perkembangannya Gerakan ini berubah nama menjadi Komunitas Pelajar Pacaran Pusat dan melepaskan diri dari Da’i Berkemajuan, tepatnya setelah pelaksanaan KPK (Kajian Pelajar Kekinian) pada tanggal 8 April 2017 karena makin banyaknya partisipasi dari luar dan anggotanya juga semakin banyak. tidak hanya itu, di luar daerah juga banyak yang mau
mendirikan cabang sehingga tidak mungkin dibawah naungan Da’i
Berkemajuan karena Da’I Berkemajuan dibawahi oleh IPM. Berikut Penuturan Ramadhani selaku ketua Komunitas PTP: “Kan awalnya programnya da’i berkemajuan tapi karena banyak partisipasi dari luar, banyak anggota kan otomatis kita kewalahan, dari luar juga banyak yang mau mendirikan cabang,
kalau Da’i berkemajuan saja kan ndak bisa. Akhirnya temen-temen misah.
Kalau da’I Berkemajuan itu kan anggota IPM, kalau PTP ini umum.”
Meskipun telah merubah namanya menjadi Komunitas Pelajar Tanpa Pacaran Pusat namun secara program umum masih sama yakni 15-16 program yang telah dirumuskan di awal.
(62)
49
B. Struktur Pengurus76
Susunan Kepengurusan Komunitas Pelajar Tanpa Pacaran Penanggung Jawab & Founder : M. Alfian Hidayatullah Ketua DB & PTP : Ramadhani Jaka Samudera
Sekretaris : Azmi Izudin
Bendahara : Maslichatus Sholichah
Tim Syiar
Tim ini adalah tim yang bertugas mengurusi kajian. Anggotanya diantaranya: 1. Ricky
2. Azizah 3. Ranti
4. Indah Oktaviyati 5. Joko
6. Walidah 7. Dwi purwati 8. Aliando 9. Fattah
Tim Media dan Desain
Tim ini bertanggung jawab terhadap desain yang akan digunakan oleh PTP dan mengelola media sosial. Anggotanya diantaranya:
1. Izzudin 2. Rudi 3. Vredy
(63)
50
4. Zidan 5. Rehan 6. Rafi
Tim Kewirausahaan (KWU)
Merupakan tim yang mengurusi kewirausahaan, yang membuat baju, stiker, dan pin. Anggotanya diantaranya:
1. Siti Fatimah 2. Okta
3. Ririn 4. Afrizal 5. Ferdiansyah 6. Mustakim 7. Choliqul
Tim Redaksi
Merupakan tim yang mengurusi penulisan dan peliputan acara PTP serta mengirimkannya ke website PWMU (Pimpinan Wilayah Muhammadiyah). Anggotanya diantaranya:
1. Dinda 2. Shelsa 3. Afrida 4. Khusnun
(64)
51
Tim Konseling
Merupakan tim yang mengurusi konseling dan sharing anggota yang baru putus atau memiliki persoalan lainnya terkait pacaran. Anggotanya diantaranya: 1. Arika W.
2. Ubay
(65)
BAB IV
DATA DAN ANALISA DATA
A. Kronologis perumusan program
Alfian mengatakan bahwa dalam proses perumusan program tersebut tidak cukup satu dua hari, bahkan satu bulan juga tidak cukup. Ditambahkan oleh Rama bahwa selama rapat 3 bulan itulah baru didapatkan 16 program. Hal ini berarti bahwa proses rapat hingga memunculkan 16 program tersebut memakan waktu selama 3 bulan.
Dalam proses perumusannya, Rama menyampaikan bahwa yang terlibat ada sekitar sepuluh anggota. Hal ini dikarenakan dalam proses rapat tersebut tidak semua anggota yang ikut menggagas lahirnya PTP hadir dan banyak juga yang menghilang.
Pada saat merumuskan program-program tersebut Alfian
menyampaikan bahwa anggota juga dilibatkan untuk ikut serta memberikan pendapatnya tentang konsep gerakan PTP kedepannya seperti apa. Pada saat rapat pertama yang membahas tentang program hanya didapatkan dua program saja, yakni program kajian dan media sosial. Karena memandang gambaran program hingga kedepannya masih belum kongkrit, diadakan rapat selang dua minggu berikutnya. Dalam rapat tersebut setiap yang hadir diberikan tugas untuk menyiapkan dua hingga tiga saran program PTP kedepannya. Berikut pernyataan Alfian:
… Rapat pertama membahas tentang rencana program. Ini kan masih belum jelas gambarannya, dari rapat pertama itu hanya ada
(66)
53
gambaran tentang kajian sama media sosial. Waktu rapat saya sampaikan ke temen-temen untuk rapat yang akan datang ditunggu tiap orang dari PTP ini untuk mengusulkan idenya sekitar 2-3 ide tentang program kerja yang ditawarkan untuk PTP kedepan. Setelah itu barulah tiap teman menyampaikan ide-idenya dan terkumpullah lebih dari 16 waktu itu. Ada yang sama, hanya namanya aja yang beda tapi konsepnya sama. Akhirnya kita jadikan 1 kita rapikan bahasannya. Jadi munculnya 16 program itu dari yang namanya proses menanyakan ke teman-teman.77
Alfian menyampaikan bahwa dalam rapat tersebut ada lebih dari 16 program yang didapatkan lalu kemudian dirapikan, program yang sama dijadikan satu dan dirapikan redaksionalnya. Saat itu ada program yang tidak diterima yakni mendirikan PTP di komunitas-komunitas organisasi lain. Hal ini dikarenakan untuk membentuk PTP di komunitas-komunitas organisasi lain akan membuat PTP semakin banyak yang ditangani dan tidak mungkin jika setiap organisasi ada PTP di dalamnya. Alfian menambahkan bahwa jika ada organisasi yang mau bergabung maka dipersilahkan untuk bergabung tanpa membawa nama organisasinya.
Dalam wawancara di waktu yang berbeda, Rama menambahkan bahwa ada juga ide untuk melakukan dakwah on the street di jalanan pada malam hari, misalnya kerjasama dengan kepolisian untuk ikut dakwah saat razia. Namun karena banyak ancaman dari sisi keselamatan dan juga perijinan dari orang tua sedangkan sumber daya PTP masih kecil akhirnya program ini dipending dulu. Berdasarkan kronologis di atas terlihat bahwa dalam proses perumusan programnya dilakukan selama beberapa kali rapat dan melibatkan anggota untuk ikut dalam proses perumusannya. Setiap anggota dalam rapat kedua
(1)
124
Sedangkan dalam hal anggaran Rama menyampaikan bahwa secara gambaran anggaranya juga belum ditentukan. Alfian menyampaikan bahwa targetnya tahun ini akan dilaunching bukunya
Bila dikaitkan dengan isi program menurut pendapat Heidjrachman, maka program ini sudah berisikan nama program yakni membuat buku pelajar tanpa pacaran. Unit atau departemen yang bertanggung jawab yakni tim redaksi. Maksud dan tujuan program yakni untuk syiar PTP pada masyarakat luas. Sasaran program yakni masyarakat luas. Untuk pengorganisasian program hingga detail bagaimana pembagian kewenangannya belum digambarkan, hanya sekedar penanggung jawab programnya saja. Terkait dengan jadual kegiatannya, untuk gambaran pelaksanaannya terlihat bahwa anggota akan dilibatkan dalam proses pembuatannya dan isinya nanti akan membahas seputar pacaran dan pelajar, untuk anggarannya belum digambarkan.
(2)
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian di atas didapatkan kesimpulan bahwa gerakan ini telah melakukan serangkaian proses perencanaan program dimulai dengan menentukan tujuan keseluruhan program. Tujuan yang dijadikan pijakan perumusan program ini adalah tujuan akhir PTP yakni mewujudan pelajar tanpa pacaran. Langkah berikutnya yakni melakukan identifikasi keadaan internal dan eksternal. Keadaan atau kondisi internal yang dilihat meliputi jumlah SDM yang dimiliki, pengalaman dan kemampuan SDM, serta waktu yang dimiliki oleh SDM. Sedangkan dalam hal dana yang dilihat adalah posisi dana dan sumber pendanaannya. Kondisi eksternal yang dilihat meliputi lingkungan eksternal umum yang berkaitan dengan sosiokultural dan hukum terkait pacaran, dimana pacaran dianggap sebagai hal yang biasa dan tidak ada aturan-aturan yang secara tegas melarang pacaran baik dari lembaga pendidikan maupun MUI sebagai pembuat fatwa hukum Islam di Indonesia. Berikutnya lingkungan eksternal tugas yang dilihat hanya variabel pasar saja yakni adanya kebiasaan pelajar terhadap pacaran dan minat pelajar terhadap kegiatan masjid yang menurun dan lebih sibuk dengan smart phone-nya.
Setalah dilakukan pemetaan kondisi, gerakan ini kemudian melakukan analisis terhadap kondisi-kondisi yang dijadikan sebagai pertimbangan dalam perumusan program, diantaranya analisis kelemahan, kekuatan, peluang, dan
(3)
126
ancaman. Kekuatan dari gerakan ini ada pada dasar geakan ini yang dianggap kuat dan SDM yang memiliki pengalaman keorganisasian, idealisme, dan kerjasamanya. Kelemahannya yakni terkait dengan pendanaan, anggota yang jumlahnya sedikit dan waktunya terbatas, serta belum adanya sekretariat. Peluangnya yakni pertama adanya kesamaan gagasan antara PTP dengan Diknas, MUI, dan Gerakan dakwah di sosial media yang juga menolak pacaran. Terakhir yang dipandang sebagai ancaman adalah potensi penolakan bahkan cacian dari masyarakat pasti akan ada karena kebiasaan pacaran sudah menjadi hal yang dilakukan oleh mayoritas masyarakat.
Setelah dilakukan analisis SWOT barulah kemudian dilakukan pengembangan serangkaian program hingga memunculkan enam belas program. Setelah didapatkan enam belas program tersebut kemudian digambarkan lagi kongkritnya bagaimana. Hal yang digambarkan secara konsisten pada semua program diantaranya meliputi tujuan, sasaran program, gambaran umum pelaksanaan, dan penanggung jawab program. Sedangkan anggaran, penggambaran detail pembagian kerja detail dalam menjalankan tiap-tiap program belum digambarkan.
B. Saran
Dalam merumuskan perencanaan program hendaknya diperdalam lagi dalam hal analisis untuk mengembangkan serangkaian program. Setelah dipetakan mana kelemahan, kelebihan, peluang, dan ancaman program-program yang dimunculkan perlu dianalisis juga apakah program-program benar-benar
(4)
127
dapat dilaksanakan berdasakan kondisi-kondisi yang telah dipertimbangkan. Kemudian dalam menggambarkan kongkrit program, karena sifat programnya adalah program jangka panjang maka variabel anggaran juga perlu digambarkan agar pada saat dijalankan tidak ada lagi persoalan-persoalan kekurangan dalam hal anggaran.
Untuk penelitian kedepannya ada baiknya dilakukan juga penelitian implementasi dan penilaian terhadap pelaksanaan program sehingga bisa diketahui sejauh mana hasil dari serangkaian rencana program yang telah dibuat oleh organisasi dakwah.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
______, “63 Persen Remaja Melakukan Seks Pra Nikah”, dalam http://www.kompasiana.com/rumahbelajar_persada/63-persen-remaja-di-indonesia-melakukan-seks-pra-nikah_54f91d77a33311fc078b45f4 (28 Desember 2014).
Al-Mukaffi, Abdurrahman. Pacaran dalam kacamata Islam. Jakarta : Media Da’wah, 1994.
Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Ambari, Al. “Perencanaan Dakwah Masjid Jendral Sudirman Kolombo Demangan Baru Yogyakarta (Tahun 2014-2015)” Skripsi--UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2016.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Pustaka Agung Harapan, 2006.
Dhaft, Richard L. Management, Ninth Edition. Mason : South-Western Cengage Learning, 2010.
Gitosudarmo, Indriyo. Prinsip Dasar Manajemen. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta, 1990.
Koontz, Harold, Cyril O’Donnel, dan Heinz Weihrich. Manajemen. Jakarta :
Erlangga, 1994
Handoko, Hani. Manajemen. Yogyakarta : BPFE, 2011.
Hidayatullah, Muhammad Alfian, “Dukungan dari Wakil Walikota Surabaya
Wisnu Sakti Buana, S.T. Untuk gerakan pelajar tanpa pacaran” dalam https:// www. youtube.com /watch?v= KY2cB-P0F-Y (24 Januari 2017).
Ilham, “Astaga, Remaja Surabaya Anggap Wajar Berciuman” dalam http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/16/06/22/o94sk7 361-astaga-remaja-surabaya-anggap-wajar-berciuman (22 Juni 2016). Manullang. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press, 2015.
Moleong, Lexy Z. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bangdung: PT Remaja Rosdakarya, 2015.
Muchtarom, Zaini. Dasar-dasar Manajemen Dakwah. Yogyakarta: Al Amin Press, 1996.
(6)
129
Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
Ranupandojo, Heidjrachman. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta : UPPAMPY, 1996.
Refki, Rahman. “Perencanaan Program Kegiatan Masjid Al-Hidayah Purwosari
Sinduadi Mlati Sleman D.I Yogyakarta”. Skripsi--UIN Sunan Kalijaga,
Yogyakarta, 2016.
Robbins, Stephen P, and Mary Coulter. Management, Eleventh Edition. Prentice Hall, 2012
Santrock, John W. Remaja. Jakarta : Erlangga, 2007.
Semesta, Rahmat. Metode Dakwah. Jakarta: Kencana, 2003.
Suhono. “Pengelolaan Dakwah Di Masjid Al Ikhlas PT Phapros Semarang” Skripsi--UIN Walisongo, Semarang, 2015.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2014.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2010.
Sutarto, Dasar-dasar Organisasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993.
Sutopo, H.B. Pengantar Penelitian Kualitatif: dasar-dasar teroritis dan praktis. Surakarta: UNS press, 1998.
Sulthon, Muhammad. Desain Ilmu Dakwah Kajian Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003.
Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: al-Ikhlas, 1983.
Trisnawati, Ernie dan Kurniawan Sule. Pengantar Manajemen. Jakarta : Kencana, 2005.
Terry, George R. Prinsip-prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara, 1990. Wursanto, Ig. Dasar-dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta : Penerbit Andi,