Pengaruh pacaran terhadap remaja pelajar

Pengaruh “pacaran” terhadap remaja pelajar disekolah

Masa remaja adalah masa yang indah. Banyak hal yang terjadi pada masa transisi remaja
dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Satu proses masa yang semua anak manusia sedang dan
akan terjadi dalam sebuah proses tumbuh kembang remaja. Dunia remaja memang unik, sejuta
peristiwa terjadi dan sering diciptakan dengan ide-ide cemerlang dan positif. Namun demikian
tidak sedikit juga hal-hal negatif yang terjadi.
Salah satu hal yang menarik dan terjadi dalam dunia remaja adalah trend pacaran yang digemari
sebagian remaja walau tidak sedikit juga orang dewasa gemar melakukannya. Bahkan ada rumor
yang menarik, bahwasannya bila ada remaja yang belum punya pacar berarti belum mempunyai
identitas diri yang lengkap. Memang tidak dapat dipungkiri bila pacaran merupakan fenomena
tersendiri dikalangan remaja, serta menjadi salah satu penumbuh rasa percaya diri untuk
beberapa anak remaja.
Tidak jarang terlihat siswa-siswa berjalan berpasangan saling berpegangan tangan. Mereka
bilang itu adalah suatu hal yang biasa. Hal itu mereka anggap sebagai suatu hubungan cinta yang
biasa disebut “pacaran”. Pada masa sekarang ini tidak hanya sisiwa-siswa SMA yang banyak
melakukan pacaran bahkan yang mengenakan putih biru pun sudah mengenal dan menjalani
yang namanya pacaran. sebenarnya boleh-boleh saja kita pacaran dan bergaul dengan siapapun
hanya saja cara dalam berpacaran itu sendiri ditakutkan salah kaprah yang malah akan
menjerumuskan kita.
Pacaran itu timbul karena ada rasa ketertarikan dengan lawan jenis atau adanya rasa cinta

diantara mereka. Selain itu pacaran dapat dilakukan karena pengaruh lingkungan yang seolah-

olah membebaskan kita untuk bisa berpacaran. Dan yang paling banyak dilakukan oleh anak
sekolah, berpacaran tanpa sepengetahuan orang tua. Pasalnya mereka takut tidak diizinkan
karena mereka harus belajar dengan sungguh-sungguh dan belum cukup umur /menurut orang
tua belum pantas.
Menurut DeGenova & Rice (2005) pengertian pacaran adalah menjalankan suatu
hubungan dimana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat
saling mengenal satu sama lain. Menurut Saxton (dalam Bowman, 1978), pacaran adalah suatu
peristiwa yang telah direncanakan dan meliputi berbagai aktivitas bersama antara dua orang
(biasanya dilakukan oleh kaum muda yang belum menikah dan berlainan jenis). Kyns (1989)
menambahkan bahwa pacaran adalah hubungan antara dua orang yang berlawanan jenis dan
mereka memiliki keterikatan emosi, dimana hubungan ini didasarkan karena adanya perasaanperasaan tertentu dalam hati masing-masing.
Penyebab Pacaran di Usia Remaja


Globalisasi
Globalisasi pada masa sekarang ini tidak dapat lagi dibendung. Globalisasi yang paling
mempengaruhi para remaja sekarang adalah globalisasi akibat berkembangnya internet. Dari
situlah para remaja mendapat dorongan untuk mencontoh budaya bangsa barat yang tidak sesuai

diterapkan di Indonesia seperti konsumtif, hedonisme dan gonta-ganti pasangan hidup. Sehingga
mendorong para remaja untuk berpacaran di usia remaja.



Membuktikan diri cukup menarik
Pada saat ini, para remaja sudah melewati batas bergaul yang telah di tetapkan oleh orang tua.
Mereka sudah mengenal pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka merupakan salah
satu bentuk gensi yang membanggakan. Selain itu, pacar merupakan sesuatu yang dapat
membuktikan bahwa mereka cukup menarik dan patut untuk mendapat perhatian dari lingkungan
sekelilingnya.



Adanya pengaruh kawan
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan merupakan salah satu bentuk prestasi tersendiri.
Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya.

Akan tetapi, jika tidak dapat dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan kekecawaan. Sebab
kawan dari kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup tertentu pula seperti halnya

berpacaran. Apabila si remaja berusaha mengikuti tetapi tidak sanggup memenuhinya maka
remaja tersebut kemunginan besar akan di jauhi oleh teman-temannya.
Dampak Pacaran Di Usia Remaja
Dampak Positif
Belajar bersosialisasi
Dengan berpacaran kita akan mampu bersosialisasi dengan pasangan kita, sehingga kita
mampu mengetahui karakteristik seseorang dan membuat kita tidak canggung dalam
bersosialisasi dengan orang asing yang baru kita jumpai. Karena kita telah belajar bersosialisasi
dengan pasangan kita.
Mempelajari karakteristik berbagai macam orang
Namun, kalau kita perhatikan apa yang dapat remaja lakukan ketika dia mendapati bahwa
pasangannya itu tidak cocok dengannya? Kata yang keluar adalah ‘putus’! Bukannya mencoba
untuk bisa mengerti satu sama lain, para remaja hanya mempelajari untuk bercerai. Bagaimana
tidak? Karena faktor usia yang dibawakan dalam diri hanya emosi sesaat. Jika dikatakan
alangkah lebih menyenangkan untuk mempelajari diri sendiri dulu, membenahi diri, dan
berupaya untuk bisa beradaptasi dengan banyak orang. Ketimbang mengikatkan diri dengan satu
orang yang kadang kala membuat sakit hati, lebih baik seorang remaja mencoba untuk berbaur
dengan yang lainnya. Di situ dia bisa ‘mempelajari karakteristik orang lain’. Dan, dia juga
sedang mempelajari dirinya sendiri tentunya.
Dampak Negatif

Kekerasan fisik
Koalisi Anti Kekerasan di Alabama menyebutkan bahwa satu dari tiga anak mengalami
kekerasan fisik selama pacaran usia dini. Bentuknya seperti mendorong, memukul, mencekik,
dan membunuh. Kejahatan tersebut sangat tertutup karena pihak korban ataupun pelaku tidak
mengakui adanya masalah selama hubungan kencan. Penyebab kekerasan fisik pada remaja
diantaranya kecemburuan, sifat posesif, dan temperamen dari pasangan si anak remaja. Pelaku,

misalnya, mengontrol cara berpakaian si anak. Hal itu sebenarnya adalah bentuk kekerasan yang
sering kali dilihat oleh si anak sebagai bentuk perhatian.
Kekerasan seksual
Pemerkosaan dalam pacaran adalah bentuk kekerasan seksual dalam pacaran. Komisi
Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Indonesia mengategorikan
kekerasan jenis itu sebagai kekerasan dalam pacaran (KDP). KDP secara seksual terjadi ketika
seseorang diserang secara seksual oleh orang lain yang dikenal dan dipercaya, seperti teman
kencan. Kekerasan seksual dapat juga terjadi saat korban mabuk di suatu pesta, misalnya Pesta
menjadi ajang yang paling mudah bagi pelaku untuk mengincar remaja dengan lebih dahulu
memberikan narkoba, kemudian menjadikannya korban kekerasan seksual.
Cenderung menjadi pribadi yang rapuh
Anak remaja yang mulai pacaran sejak usia dini lebih banyak mengalami sakit kepala,
perut dan pinggang. Mereka juga lebih banyak depresi dibanding rekan seusianya yang belum

pernah pacaran. Seseorang yang mengenal cinta lebih dini cenderung menjadi pribadi yang
rapuh, sakit-sakitan, merasa tidak aman dan mudah depresi, contohnya remaja akan memiliki
alarm rasa sakit yang lebih tinggi, terutama jika remaja itu menjalin hubungan yang buruk
dengan pasangannya.
Mereka punya kecenderungan tingkat rasa sakit yang lebih mendalam. Mereka benarbenar meresapi perasaan buruk seperti sedih atau kesal karena secara psikologi mereka sudah
mengenalnya ketika berhubungan dengan pasangannya. Akibat terlalu mendalami perasaan sedih
dan emosional itu adalah depresi dan penyakit lainnya. Karena terlalu sedih atau marah, perasaan
depresi pun bisa muncul. Akibatnya mereka jadi tidak mau makan, kurang tidur atau tidak mau
melakukan apa-apa. Dari situlah muncul penyakit-penyakit seperti pusing, sakit perut dan
lainnya
Kehamilan dan penularan penyakit menular seksual
Anak yang berpacaran di usia dini mengarah pada kemungkinan yang lebih besar untuk
melakukan hubungan seksual. Hal itu sangat memungkinkan terjadinya kehamilan dan penularan
penyakit menular seksual (PMS). Menurut The Centers for Disease Control (CDC), kelompok

remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling
tinggi untuk tertular PMS.
Menurunkan konsentrasi
Hal ini terjadi jika remaja telah mengakhiri hubungan dengan pacarnya sehingga
emosinya menjadi labil, konsentrasi menjadi buyar karena terus memikirkan pacarnya sehingga

remaja tersebut tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang di berikan kepadanya dan
mengerjakan ulangan dengan baik sehingga dapat menurunkan prestasi remaja tersebut.
Menguras harta
Akan menguras harta, karena orang yang pacaran akan selalu berkorban untuk pacarnya,
bahkan uang yang seharusnya untuk ditabung bisa habis untuk membelikan hadiah untuk
pacarnya.
Dampak Berpacaran Terhadap Prestasi Belajar
Bagi remaja (siswa) pacaran merupakan sesuatu yang sudah biasa dilihat atau juga
dilakukan oleh para remaja (siswa), secara langsung maupun tidak langsung hal tersebut dapat
berpengaruh terhadap prestasi belajar mereka menjadi menurun atau semakin giat belajar,
Berpacaran dapat membuat prestasi belajar seorang siswa menurun antara lain contoh-contoh
tersebut adalah sebagai berikut, ketika belajar seorang siswa yang berpacaran pasti akan
terganggu konsentrasinya untuk belajar karena pasanganya selalu mengirim SMS kepadanya dan
siswa tersebut pasti hanya fokus untuk membalas SMS pasangan dan melupakan waktu
belajarnya, kemudian siswa yang berpacaran juga dapat membuat malas untuk masuk sekolah di
saat bertengkar dengan pasangan atau berpisah dengan pasangan karena malas bertemu denganya
di sekolah, mungkin beberapa contoh tadi dapat mewakili dampak negative yang ditimbulkan
berpacaran pada saat usia remaja mesi masih banyak contoh-contoh lainya.
KESIMPULAN
Pada dasarnya berpacaran saat remaja merupakan hal yang tidak baik karena secara usia

dan psikologi seorang remaja belum siap, tetapi apabila hanya untuk mengenal satu-sama lain
dan dalam batas sewajarnya hal tersebut tidak apa-apa dilakukan terutama untuk meningkatkan

prestasi belajar mereka sendiri selain itu peran orang tua dan guru sangat penting agar mereka
tidak terjerumus dalam perilaku-perilaku tidak baik yang ditimbulkan.