ANALISIS 'URF TERHADAP PEMBERIAN RUMAH KEPADA ANAK PEREMPUAN YANG AKAN MENIKAH : STUDI KASUS DESA AENG PANAS SUMENEP.

ANALISIS ‘URF TERHADAP PEMBERIAN RUMAH KEPADA ANAK
PEREMPUAN YANG AKAN MENIKAH
(Studi Kasus di Desa Aeng Panas Sumenep)

SKRIPSI
Oleh :
Khalidi Lutfi
(C01212021)

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Keluarga ( Ahwal al- Syakhsiyah)
Surabaya
2017

ABSTRAK
Skripsi ini hasil penelitian lapangan yang berjudul ‚Analisis ‘Urf
Terhadap Pemberian Rumah Kepada Anak Perempuan Yang Akan Menikah
(Studi Kasus Desa Aeng Panas Sumenep)‛, bertujuan untuk menjawab
pertanyaan tentang bagaimana deskripsi pemberian rumah kepada anak

perempuan yang akan menikah? Dan bagaimana analisis ‘urf terhadap pemberian
rumah dalam pernikahan di Desa Aeng Panas Kec. Pragaan Kab. Sumenep?
Data penelitian dihimpun dengan menggunakan teknik wawancara.
Selanjutnya data yang telah dihimpun dianalisis menggunakan metode analisis
deskriptif, yaitu suatu metode yang menggambarkan dan menafsirkan data yang
telah terkumpul dengan menggunakan pola pikir deduktif. Untuk menganalisis
tradisi pemberian rumah kepada anak perempuan ini penulis menggunakan salah
satu metode ijtihad, yaitu ‘urf.
Hasil penelitian mengatakan pemberian rumah bagi orang tua adalah
suatu tradisi bagi orang tua mempelai perempuan di desa Aeng Panas Kec.
Pragaan Kab. Sumenep untuk melakukan pernikahan dengan satu kampung
ataupun dengan orang jawa. Artinya orang tua membuatkan rumah untuk
ditempati anaknya dengan suaminya. Jika pemberian rumah oleh orang tua tidak
dilakukan diyakini oleh masyarakat desa Aeng Panas akan menimbulkan dampak
negatif, seperti: keluarga tidak harmonis, aib yang di derita oleh semua orang
tua. Akibat diatas menjadi faktor atau alasan yang melatarbelakangi masyarakat
desa Aeng Panas tidak berani melanggar terhadap tradisi pemberian rumah dalam
pernikahan tersebut. Dalam perspektif ‘Urf tradisi pemberian rumah terhadap
anak perempuan ketika akan menikah termasuk dalam al-‘urf fasid karena
pemberian rumah dalam pernikahan bukan hal yang murah tidak bisa di tempun

dalam satu bulan, sehingga bertentangan dengan dalil syara’ dan berpotensi tidak
mewujudkan maslahat sedangkan apabila tidak memberatkan dan terdapat
kerelaan serta menimbulkan keridhaan serta kedamaian bagi semua pihak maka
dapat dikategorikan sebagai ‘Urf sahih dan pantasnya kebiasaan tersebut tetap
dilaksanakan dan dilestarikan.
Masyarakat Desa Aeng Panas harus mengetahui, bahwa setiap
pernikahan agar dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam
Islam. Adanya sebuah tradisi dalam pernikahan yang tidak sesuai dengan
ketentuan Islam hendaknya tidak dianut dan dipercaya akan mendatangkan
akibat yang tidak baik, karena semua hal yang terjadi merupakan kehendak
Allah. Tokoh agama hendaknya memberikan pengertian dan penjelasan mengenai
hukum pernikahan dalam Islam di tengah-tengah masyarakat khususnya
mengenai pemberian rumah dalam pernikahan. Supaya masyarakat faham dan
melaksanakan pernikahan sesuai dengan ketentuan Islam dan tidak lagi
menganut adat yang tidak sesuai dengan ketentuan Islam.

i

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM..........................................................................................

i

PERNYATAAN KEASLIAN .........................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................

iii

PENGESAHAN ...............................................................................................

iv

MOTTO ..... ....................................................................................................

v


PERSEMBAHAN ............................................................................................

vi

ABSTRAK ....................................................................................................

vii

KATA PENGANTAR ....................................................................................

viii

DAFTAR ISI....................................................................................................

x

DAFTAR TABEL ...........................................................................................

xiii


DAFTAR TRANSLITERASI .........................................................................

xiv

BAB I

BAB II

: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................

1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ......................................

7

C. Rumusan Masalah ..............................................................


8

D. Kajian Pustaka ....................................................................

8

E. Tujuan Penelitian ...............................................................

10

F. Kegunaan Hasil Penelitian .................................................

10

G. Definisi Operasional ...........................................................

11

H. Metode Penelitian ..............................................................


13

I.

17

Sistematika Pembahasan ....................................................

: ‘URF DAN KAIDAH-KAIDAH FIQH
A. Pengertian ‘Urf .....................................................................

19

B. Dasar hukum ‘Urf ..................................................................

22

C. Kaidah-kaidah ‘Urf ................................................................

26


D. Macam-macam ‘Urf ...............................................................

28

E. Syarat ‘Urf .............................................................................

32

F. Kehujjaan ’Urf ......................................................................

34

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

G. Kedudukan ‘Urf .....................................................................

36


H. Perbenturan ‘Urf ....................................................................

37

BAB III : DISKRIPSI TRADISI PEMBERIAN RUMAH KEPADA
ANAK PEREMPUAN YANG AKAN MENIKAH DESA
AENG
PANAS
KECAMMATAN
PRAGAAN
KABUPATEN SUMENEP
A. Gambaran

Umum

Desa

Aeng


Panas

Pragaan

Kabupaten Sumenep ............................................................

41

1. Keadaan Sumber Desa Aeng Panas ..............................

42

2. Kondisi Geografis dan Perekonomian Desa..................

45

3. Keadaan Penduduk Desa Aeng Panas ...........................

47


B. Diskripsi Tradisi Pemberian Rumah Kepada Anak
Perempuan Yang Akan Menikah.........................................

53

1. Gambaran Pemberian Rumah Dalam Pernikahan ........

53

2. Faktor Yang Melatarbelakangi Pemberian Rumah
Dalam Pernikahan .........................................................

61

BAB IV : ANALISIS TERHADAP PEMBERIAN RUMAH DI DESA AENG
PANAS KECAMATAN PRAGAAN KABUPATEN SUMENEP

BAB V

A. Analisis Tradisi Pemberian Rumah Kepada Anak
Perempuan Yang Akan Menikah di Desa Aeng Panas
Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep ..........................

64

B. Analisis ‘Urf Terhadap Pemberian Rumah Kepada
Anak Perempuan Yang Akan Menikah di Desa Aeng
Panas Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep ................

71

: PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................

77

B. Saran ...................................................................................

78

C. Penutup ................................................................................

78

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR TABEL

No

Tabel

Halaman

1.

Mata Pencaharian Penduduk Desa Aeng Panas..................................45

2.

Penduduk Tamat Sekolah Berdasarkan Jenis Kelamin.............................47

3.

Sarana Pendidikan Formal Desa Aeng Panas.....................................48

4.

Sarana Pendidikan Formal Keagamaan Desa Aeng Panas................ 48

5.

Sarana Peribadatan di Desa Aeng Panas............................................50

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pernikahan adalah salah satu subsistem kehidupan beragama yang
merupakan sebuah proses berlangsungnya hidup manusia untuk meneruskan
keturunan dari generasi ke generasi selanjutnya. Pernikhan bertujuan untuk
membentuk suatu keluarga yang harmonis, Pernikahan merupakan
sunnatullah yang umum berlaku pada semua makhluk Tuhan.1
Islam menganjurkan kepada setiap umatnya untuk memiliki pasangan
hidup dan membentuk sebuah keluarga yang tentram, damai, penuh kasih
sayang, dan berkualitas.2 Pada dasarnya, perkawinan merupakan fitrah atau
naluri kemanusiaan. Sebagai naluri, tidak boleh tidak ia mesti dipenuhi.
Pernikahan adalah cara Islam untuk memenuhi naluri tersebut.3
Hidup berpasang-pasangan merupakan Sunnatullah yang umum dan
berlaku pada semua makhluk Allah, baik pada manusia, hewan, maupun
tumbuhan-tumbuhan. Sementara itu, pernikahan adalah suatu cara yang
disiplin oleh Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-Nya untuk berkembang

1

Sa’id bin Abdullah bin Thalib Al-Hamdani, Risalah Nikah (Hukum Perkawinan Islam ), (Jakarta:
Pustaka Amani, 2002), 1
2
Kementerian Agama, Tuntunan Praktis Pelaksanaan Akad Nikah dan Rumah Tangga Bahagia
(Surabaya: Bidang Urusan Agama Islam Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur,
2013),7.
3
Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqh Munakahat I (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 9.

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

biak, dan melestarikan hidupnya, oleh karena itu Allah SWT berfirman
dalam surat Az-Zariyat ayat 49 sebagaimana berikut:

ِ ْ ‫وِ ْ مك ِل َش ٍا َخلَ ْقَا َ ْو َج‬
‫ْ لَ َلا م ْ تَ َذ اك مرْو َن‬
َ
ْ

Artinya: Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan agar
kamu mengingat (kebesaran Allah) (QS Az-Zariyat: 49).4
Sedangkan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Imam Muslim (Muttafaq Alaih) Rasulullah SAW bersabda:

‫َ ْ َْ ِ هِ بْ ِ َ ْس م ْوًد َر ِ َ هِ َْهم قَ َال َر مس ْو مل هِ َ لا هم َلَْ ِه َو َسلا َ يَا‬
ِ ‫ْ َ رال ا‬
‫ض لِْلَ َ ِر َوأَ ْ َ م لِْل َف ْرِج‬
ُ ‫اع ِ ْ م م الَْااَ َ فَ ْلَتَ َزاو ْج فَِناهم أَ َغ‬
َ َ‫استَط‬
ْ ِ َ ‫اا‬
َ َ َ
‫َوَ ْ َْ يَ ْستَ ِط ْع فَ َلَْ ِه بِال ا ْوِم فَِناهم لَهم ِو َجااٌ تف ل ه‬
Artinya: ‚Dari Abdullah Ibnu Mas’ud berkata bahwa Rasulullah Saw
bersabda, wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu
berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan
pandangan dan memelihara kemaluan. Barang siapa belum mampu
hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu. (HR. Muttafaq
Alaih)‛5
Islam memandang ikatan pernikahan sebagai ikatan yang kuat
(Mitshãqan Ghalizhan) dan suci (Fitri), dengan kata lain pernikahan adalah
suatu perjanjian yang bukan hanya menghendaki adanya hubungan atau
kontrak secara biasa, tetapi lebih kepada hubungan suci di mana suatu yang
haram pada dasarnya menjadi suatu hal yang halal dan dianjurkan oleh
agama. Oleh karena itu penikahan bukan hanya bersifat biologis dalam arti

4
5

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya:AlHidayah, 2009), 156.
Ahmad Mudjab Mahalli dan Ahmad Rodli Hasbullah, Hadis-Hadis Muttafaq Alaih ,(Jakarta:
Kencana, 2004), 33-34.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

kebutuhan seksual manusia yang harus dipenuhi dalam segala aspeknya, tapi
juga berdampak teologis sebagai dimensi yang sangat urgen dalam diri
manusia. Dimensi teologis inilah yang secara fitrah akan menciptakan
sebuah relasi kongrit antara manusia dengan tuhan yang pada akhirnya
menciptakan harmoni yang tentunya sangat diharapkan dalam rumah tangga.
Dalam hal ini, dimensi teologis berfungsi sebagai kekuatan (Power) yang
menciptakan harmoni atau kesesuaian antara manusia dengan hukum alam
(Sunnatullah) yang terkafer dalam bingkai penghambaan secara total pada
Tuhan dalam segala bentuk dan ini kehidupan manusia, sehingga segala
tindak-tanduknya bernilai ibadah di hadapan tuhan semisal pernikahan.
Pada hakikatnya, perkawinan mempunyai tujuan yang sangat mulia,
yaitu membentuk suatu rumah tangga atau keluarga yang kekal dan bahagia
serta terjalin rasa kasih sayang antara suami istri, yang pada akhirnya
terbentuklah suatu keluarga yang Sakīnah, Mawadah dan Rahmah
sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ar-Rum ayat 21 sebagai
berikut:

ِ
ِ
ِِ ِ
ً ‫اجا لِتَ ْس م م ْوا إِلَْ َها َو َج َ َل بَْ َ م ْ َ َواد‬
ً ‫َو ْ آيَاته أَ ْن َخلَ َ لَ م ْ ْ أنْ مفس م ْ أَْ َو‬
ِ
ِ ‫كَي‬
ِ
‫اا لَِق ْوِم يَتَ َف َ مرْو َن‬
َ َ ‫َوَر ْ َةً إ ان ِ َل‬
Artinya: ‚Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia
menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cendrung dan merasa tentran kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kesih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir’’ (Q.S arRum: 21).6
6

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya:Al- Hidayah
2009), 110.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Pernikahan adalah karunia Allah dan sunnah Rasulullah. Bahkan, di
dalam Islam dilarang keras membujang, karena pilihan membujang adalah
pilihan yang tidak sejalan dengan kodrat dan naluri manusia yang normal.
Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan, dan melanjutkan keturunan
merupakan kebutuhan esensial manusia. Oleh karena itu, Islam mengatur
dengan baik dan detail untuk membina rumah tangga.
Dengan perkawinan manusia bisa memperbanyak dan melestarikan
keturunan. Karena hanya perkawinanlah jalan yang dibenarkan oleh Islam
dalam rangka pemenuhan kebutuhan biologisnya.7 Dengan ini, Islam telah
menolak dengan jalan lain selain pernikahan guna mempermudah dalam
kebutuhan biologis. Dalam artian, haram bagi manusia menempuh jalan
selain pernikahan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya.
Selain itu untuk memenuhi kebutuhan biologis, pernikahan mempunyai
beberapa tujuan, di antaranya:
1. Melanjutkan keturunan. Keturunan atau anak adalah penerus perjuangan
ummat manusia, dimana lewat keturunan ummat Islam masih bisa
menegakkan agama yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Sehingga Beliau
sangat bangga ketika ummat Islam banyak mempunyai keturunan.
2. Untuk menjaga diri dari perbuatan–perbuatan yang dilarang oleh Allah
SWT. Manusia di ciptakan oleh Allah SWT. Mempunyai naluri
manusiawi yang perlu mendapat pemenuhan. Di antara naluri yang harus
7

Sayyid Sabiq. Fiqih as-Sunnah, Juz II, (Kairo:Turath,2005), 108

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

di penuhi adalah kebutuhan biologisnya. Oleh karena itu dalam islam
diatur mengenai hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam sebuah
ikatan pernikah. Islam mempunyai tujuan mengajari umatnya supaya
tidak melantur terhadap dorongan seksnya tetapi memenuhi dengan cara
dan jalan yang bertanggung jawab. Islam mengakui kebutuhan seks
manusia dan percaya bahwa naluri alamiah harus dipelihara. Islam
menjelaskan bahwa bagian-bagian organ dari manusia diciptakan dengan
mempunyai beberapa maksud dan tujuan.
3. Untuk menimbulkan rasa cinta antara suami istri, menimbulkan rasa
kasih sayang antara orang tua dengan anak-anaknya dan adanya rasa
kasih sayang antara sesama keluarga.
4. Melaksanakan perintah Rasulullah SAW, karena beliau sangat menyukai
terhadap orang- orang yang melaksanakan sunnahnya ini, dan beliau
sangat tidak menyukai ummatnya yang tidak melaksanakan pernikahan.
5. Untuk menjaga kemurnian keturunan. Hanya dengan pernikahan
keturunan yang baik akan diperoleh.8
Demi mewujudkan semua itu, maka suami istri masing-masing harus
mempunyai peran yang saling melindungi, baik berupa moral, spiritual
maupun material agar tercipta keluarga yang Sakīnah, Mawadah dan

Rahmah. Hal ini demi terciptanya kehidupan rumah tangga yang ideal.
Islam juga tidak melarang pemberian lain yang manyertai mahar dan
pemberian tersebut bukan suatu paksaan akan tetapi sebuah kerelaan yang
8

Kamal Muhtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta, Bulan Bintang, 2000),
14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

bertujuan untuk mensejah terakah anaknya yang akan di pinang oleh laki-laki
serta bertujuan untuk memperkokoh persaudarann. Walaupun agama Islam
telah memberikan aturan dengan tegas dan jelas tentang pernikahan. Akan
tetapi dalam realita kehidupan masyarakat Indonesia yang pluralis masih
banyak ditemukan pelaksanaan pernikahan yang berbeda-beda di kalangan
umat Islam. Karena akibat perbedaan pemahaman tentang agama, adat
istiadat dan budaya, sehingga sehingga dalam pernikahan banyak
mempunyai corak atau adat yang unik seiring ketentuan agama.
Di desa Aeng Panas Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep ada
kebiasaan pemberikan rumah kepada anak perempuan yang akan menikah
dan ini sudah mengakar dan membudaya. Pemberian rumah oleh orang tua
terhadap anak perempuannya yang akan menikah menjadi suatu kewajiban
bagi setiap orang tua. Sampai saat ini belum ada alasan yang jelas atas
kebiasaan tersebut, akan tetapi hal ini berkaitan dengan kebiasaan bahwa
perempuan yang akan menikah harus mempunyai rumah, sedangkan laki-laki
yang akan menikahinya nanti yang akan melengkapi perlengkapan isi rumah
dengan barang-barang bawaan ketika pernikahan yang biasa di sebut ‚ben-

ghiben.‛ 9
Penulis merasa perlu untuk mendalami apa yang melatar belakangi
kebiasaan memberikan rumah kepada anak perempuan yang akan menikah
yang terjadi di desa Aeng Panas Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep.
Berkait dengan hal tersebut pada pemaparan masalah di atas, maka penulis
9

Sahliyatun pembelai laki-laki Ahmad Rofiq menikah pada tanggal 8 September di kediaman
desa Aeng Panas.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

merasa perlu melanjutkan tindakan lebih lanjut, dengan melakukan beberapa
penelitian yang tentunya. Karena ini merupakan warisan turun temurun dan
masih dilakukan hingga saat ini. Untuk itu, penulis tertarik meneliti
permasalahan tersebut dengan judul ‚Analisis ‘Urf Terhadap Pemberian
Rumah Kepada Anak Perempuan Yang Akan Menikah (Studi Kasus di Desa
Aeng Panas Sumenep)‛.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Identifikasi masalah merupakan suatu permasalahan yang terkait
dengan judul yang sedang dibahas. Berdasarkan latar belakang masalah di
atas, maka dari itu penulis memaparkan beberapa permasalahan yang
ditemukan sehingga penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Pengertian penyerahan rumah.
2. Manfaat dan tujuan pemberian rumah kepada anak perempuan.
3. Status pemberian rumah kepada anak perempuan.
4. Faktor yang melatar belakangi pemberian rumah kepada anak perempuan
yang akan menikah, di desa Aeng Panas
5. Pemberian rumah kepada anak perempuan ketika akan menikah desa
Aeng Panas
Maka penulis ini agar tidak terjadi pembahasan yang terlalu meluas
sehingga Dalam pembahasan skripsi ini penulis Analisis ‘Urf terkait
pemberian rumah di Desa Aeng Panas Kecamatan Pragaan Kabupaten
Sumenep sebagai obyek penelitian.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

1. Pemberian rumah kepada anak perempuan di Desa Aeng Panas
Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep.
2. Analisis ‘Urf Terhadap Pemberian Rumah Kepada Anak Perempuan Yang
Akan Menikah Studi Kasus di Desa Aeng Panas Sumenep.

C. Rumusan Masalah
Untuk memperjelas masalah dalam pembahasan ini maka dirumuskan
masalahnya agar lebih spesifik dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
oleh penulis, maka harus ada rumusan masalah yang benar–benar terfokus.
Hal ini dimaksudkan agar pembahasan dalam karya tulis ini tidak melebar
dari apa yang dikehendaki. Dari latar belakang yang telah disampaikan di
atas, ada beberapa rumusan masalah yang bisa diambil yaitu:
1. Bagaimana tradisi permberian rumah kepada anak perempuan yang akan
menikah di desa Aeng Panas Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep?
2. Bagaimana pemberian rumah kepada anak perempuan yang akan
menikah dari sudut pandang ‘Urf di desa Aeng Panas

Kecamatan

Pragaan Kabupaten Sumenep?

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka digunakan untuk memperoleh informasi tentang
penelitian

atau karya-karya ilmiah yang berhubungan dengan penelitian

yang akan diteliti. Penelitian penulis tentang ‚Analisis ‘Urf Terhadap
Pemberian Rumah Kepada Anak Perempuan Yang Akan Menikah (Studi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

Kasus Di Desa Aeng Panas Sumenep)‛ belum pernah dilakuan, akan tetapi
dengan titik pembahasan yang berbeda dengan penelitian yang sekarang ini.
Di antara penelitian terdahulu yang pernah dilakukan, adalah sebagaim
berikut:
1. Skripsi dengan judul Tinjaun Hukum Islam Terhadap Tradisi

Peminangan ‚lancengan‛ dan ‚parabenan‛ Di Desa Dumajah Kecamatan
Tanah Merah Kabupaten Bangkalan, yang disusun oleh, Saifie Asrori
mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surbaya. Skripsi
tersebut menjelaskan tentang prosesi tradisi lancengan dan parabenan
yang dilaksanakan sebelum akad pernikahan.10 Hasil penelitianya sudah
berjalan sehingga menjadi turun temurun dengan realita sekarang masih
berjalan di kalangan masyarakat.
2. Skripsi dengan judul Analisis ‘Urf terhadap akad pemberian bingkisan

walimah bagi guru di kecamatan prabon sidoarjo. Yang disusun oleh.
Siti Aisah mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surbaya.
Skripsi tersebut menjelaskan tentang prosesi tradisi akad dan pemberian

bingkisan yang dilaksanakan waktu

akad pernikahan.11 Hasil

penelitianya akad pemberian bingkisan dengan relita sekarang sudah
berjalan di kalangan masyarakat.

10

Saifie Asrori. ‚tinjauan hukum islam terhadap peminangan ‚ lancengan‛ dan ‚parabenan‛ Di
Desa Dumajah Kecamatan Tanah Mera Kabupaten Bangkalan . (Skripsi –UIN Sunan
Ampel, Surabya, 2012).
11
Siti Aisah. ‚Analisis ‘Urf terhadap akad pemberian bingkisan walimah bagi guru di kecamatan
prambon sidoarjo . (Skripsi –UIN Sunan
Ampel, Surabya, 2015).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

Judul yang diangkat di dalam masalah ini berbeda dengan judul yang di
atas, adapun judul yang dibahas adalah ‚Analisis ‘Urf Terhadap Pemberian
Rumah Kepada Anak Perempuan Yang Akan Menikah Studi Kasus Di Desa
Aeng Panas Sumenep.‛

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini mempunyai
tujuan:
1. Untuk mengetahui lebih mendalam tradisi pemberian rumah kepada anak
perempuan Desa Aeng Panas Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep.
2. Untuk mengetahui analisis ‘urf terhadap pemberian rumah kepada anak
perempuan yang akan menikah Desa Aeng Panas Kecamatan Pragaan
Kabupaten Sumenep.

F. Kegunaan Hasil Penelitian
Setiap usaha seseorang pasti mempuyai kegunaan yang merupakan
harapan setiap penulis bisa berguna bagi penulis pribadi khususnya dan bagi
pembaca secara umum, baik dari segi teorotis maupun praktis, adapun
kegunaan penelitian yaitu:
1. Manfaat Teoritis
a. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bagi peneliti
selanjutnya dan dapat dijadikan bahan masukan dalam memahami

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

tentang Pemberian Rumah Kepada Anak Perempuan Yang Akan
Menikah
b. Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai landasan bagi penelitian
yang sejenis.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini disamping memberikan nilai guna secara teoritis
juga diharapkan memberikan kegunaan secara praktis, manfaat praktis
yang dimaksudkan sebagai berikut:
a. Diharapkan bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan masyarakat
Desa Aeng Panas Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep dalam
pelaksanaan pernikahan.
b. Untuk memperkaya khazanah pemikiran keislaman, baik bagi civitas
akademika perguruan tinggi Islam, dalam hal ini Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Surabaya pada khususnya, dan
masyarakat luas pada umumnya.
c. Sebagai sarana informasi untuk membuka wawasan yang lebih jernih
tentang pernikahan.
d. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini dengan caranya sendiri akan
mengasah kepekaan sosial, kecakapan dan keterampilan akademis.

G. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah deretan pengertian yang dipaparkan secara
gamblang untuk memudahkan pemahaman dalam skripsi ini, yaitu:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

-‘Urf

‘Urf merupakan kebiasaan yang telah dikenal dikalangan masyarakat,
baik berupa perkataan maupun perbuatan. Oleh sebagian ulama’ fiqh, ‘Urf
sering disebut juga dengan adat. Para ulama menyatakan bahwa ‘Urf
merupakan salah satu sumber dalam istinbat hukum, menetapkan bahwa ia
bisa menjadi dalil sekiranya tidak ditemukan naṣṣ dari Alquran dan Sunnah.
- Pemberian Rumah Kepada Anak Perempuan Yang Akan Menikah
Pemberian rumah dalam pernikahan adalah suatu tradisi bagi
masyarakat desa Aeng Panas Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep
untuk

menikahkan anak perempuannya dengan Laki-laki. Artinya

seorang perempuan ketika akan menikah di berikan rumah atau dibuatkan
rumah oleh orang tua perempuan. Pernikahan yang seperti itu diyakini
oleh masyarakat desa Aeng Panas Kecamatan Pragaan Kabupaten
Sumenep, jika meninggalkan tradisi adat Madura akan mendatangkan
dampak negatif bagi pelaku.
Berdasarkan definisi operasional yang telah dipaparkan di atas,
maka penelitian dengan judul ‚Analisis ‘Urf Terhadap pemberian rumah
kepada anak perempuan di desa Aeng Panas Kecamatan Pragaan
Kabupaten Sumenep, terbatas pada pembahasan mengenai deskripsi
pemberian rumah kepada anak perempuan ketika akan menikah, yang
kemudian akan dianalisis dengan menggunakan Uṣūl fiqh (‘Urf) dan

kaidah fiqhiyah.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

H. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Adapun yang
dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar
dan individu tersebut secara holistik (utuh).12
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Aeng Panas Kecamatan
Pragaan Kabupaten Sumenep. Penulits tertarik dengan tempat yang akan
penulis teliti, karena masalah yang diteliti oleh penulis memiliki pengaruh
yang sangat besar di wilayah tersebut.
Adapun metode yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah
sebagai berikut:
1. Data yang dikumpulkan
Agar dalam pembahasan skripsi ini nantinya bisa dipertanggung
jawabkan dan relevan dengan permasalahan yang diangkat, maka
dibutuhkan data sebagai berikut:
a. Data tentang deskripsi dan faktor yang melatarbelakangi Pemberian
Rumah Kepada Anak Perempuan Yang Akan Menikah di desa Aeng
Panas Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep.
b. Data tentang praktek sebagai metode ijtihad untuk menganalisis
Pemberian Rumah Kepada Anak Perempuan Yang Akan Menikah di
desa Aeng Panas Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep.
12

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002),
3.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

2.

Sumber data
Berdasarkan data yang akan dikumpulkan di atas, maka yang
menjadi sumber data dalam penelitian ini yakni objek pemberian rumah
kepada anak perempuan yang akan menikah adanya sumber data:
a. Sumber data primer
Sumber data primer di sini adalah sumber data yang diperoleh
secara langsung dari subyek penelitian. Dalam penelitian ini sumber
data primer adalah:
1. Pelaku orang tua yang melaksanakan pernikahan anaknya di desa
Aeng Panas Pragaan Kabupaten Sumenep.
2. Tokoh masyarakat dan tokoh di desa Aeng Panas Pragaan
Kabupaten Sumenep.
3. Kedua pembelai yang akan menikah di desa Aeng Panas Pragaan
Kabupaten Sumenep.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder yaitu data yang diambil dan diperoleh
dari bahan pustaka dengan mencari data atau informasi berupa bendabenda tertulis seperti buku-buku, seperti literatur-literatur mengenai
pernikahan dan Ushul Fiqh.13 Dalam hal ini berupa bahan pustaka
yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain:
1) Abdu al-Karīm Zaidan, al-Wajīz fī Uṣūl al-Fiqh
2) Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh

13

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Rineka Cipta,
1997), 115.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

3) Nurol Aen,Djazuli, Ushul Fiqih
4) Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah.
5) Ahmad Beni Saebani, Fiqih Ushul Fiqih.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan proses yang sangat
menentukan

baik

tidaknya

sebuah

penelitian.

Maka

kegiatan

pengumpulan data harus dirancang dengan baik dan sistematis, agar data
yang dikumpulkan sesuai dengan permasalahan penelitian. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini.
a. Wawancara (interview)
Menurut Ester Berg, wawancara merupakan pertemuan dua
orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya-jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik. Ia juga
mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara
terstruktur, semi terstruktur, dan tidak terstruktur.14
Dalam wawancara ini peneliti menggunakan wawancara semi
terstruktur. Tujuannya adalah untuk menemukan permasalahan secara
lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta
pendapat dan ide-idenya. Dalam wawancara ini peneliti langsung
melakukan tanya-jawab dangan nara sumber yaitu orang tua dari
pempelai perempuan.

14

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan RND
(Bandung: CV Alfabeta, 2008), 317.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan peristiwa baik berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental. Metode ini digunakan untuk
menguatkan data-data yang telah didapatkan.
4. Teknik Pengolahan Data
Setelah data yang dikumpulkan dalam penelitian berhasil
dikumpulkan, peneliti melakukan pengolahan data (data processing),
yaitu:
a. Editing

Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah
dikumpulkan. Teknik ini digunakan untuk memeriksa kelengkapan
yang sudah penulis dapatkan di Desa Aeng Panas Kecamatan
Pragaan Kabupaten Sumenep.
b. Organizing

Organizing adalah menyusun kembali data-data yang telah didapat
dalam penelitian yang diperlukan dalam karangka paparan yang
sudah direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis.
Penulis melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk di
analisis dan menyusun data-data tersebut dengan sistematis untuk
memudahkan penulis menganalisa data.
5. Teknis Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak
merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Menurut Bogdan
dalam Sugiyono, ‚analisis data adalah proses mencari dan menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat dengan mudah
dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan pada orang lain‛.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknis analisis data
deskriptif, yaitu suatu analisis yang bersifat mendeskripsikan makna
data atau fenomena yang dapat ditangkap oleh peneliti, dengan
menunjukkan bukti-buktinya.15
Metode deskriptif-analisis ini digunakan dengan pola pikir
deduktif, yaitu untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara jelas
tentang Analisis ‘Urf Terhadap Pemberian Rumah Kepada Anak
Perempuan Yang Akan Menikah di Desa Aeng Panas Kecamatan
Pragaan Kabupaten Sumenep

I.

Sistematika Pembahasan
Untuk menghasilkan suatu karya yang teratur dan terarah, peneliti
menguraikan penelitian ini dalam lima bab sebagai berikut:
Bab pertama berupa pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah,
identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan hasil penelitian, kajian pustaka, definisi operasional, metode
penelitian, dan sistematika pembahasan.

15

Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan (Bandung: Angkasa, 1993), 161.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Bab kedua berisi teori ‘Urf yang meliputi pegertian ‘Urf, dalil ‘Urf,
sejarah ‘Urf, macam-macam ‘Urf, kedudukan ‘Urf, Serta kaidah-kaidah fiqh
tentang ‘Urf. dll.
Bab ketiga memuat diskripsi data penelitian yang berkenaan dengan
tradisi pemberian rumah kepada anak perempuan yang akan menikah di desa
Aeng Panas Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep terdiri dari, gambaran
umum Desa Aeng Panas, pandangan tokoh masyarakat terhadap pemberian
rumah kepada anak perempuan yang akan menikah.
Bab keempat berisi analisis hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti, yang mengacu pada rumusan masalah, yakni pemberian rumah
kepada anak perempuan yang akan menikah di desa Aeng Panas Kecamatan
Pragaan Kabupaten Sumenep.
Bab Kelima merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari hasil
penelitian serta saran-saran yang dapat bermanfaat bagi banyak pihak,
khususnya dalam mengetahui analisis ‘Urf terhadap pemberian rumah
kepada anak perempuan yang akan menikah di desa Aeng Panas Kecamatan
Pragaan Kabupaten Sumenep.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
LANDASAN TEORI TENTANG ‘URF

A. Pengertian ‘Urf
Secara etimologi kata ‘Urf berasal dari kata ‘arafa, ya’rifu ( ‫ رف‬-‫)ي رف‬
sering diartikan dengan al-ma’ruf (‫روف‬

‫ام‬

) dengan arti ‚sesuatu yang

dikenal‛, atau berarti yang baik. Kalau dikatakan

‫فَن اوى رفا‬

(si Fulan

lebih dikenal dari yang lain dari segi ‘Urf-nya), maksudnya bahwa si Fulan
lebih dikenal dibandingkan dengan yang lain. Pengertian ‚dikenal‛ ini lebih
dekat kepada pengertian ‚diakui‛ oleh orang lain.1
Sedangkan secara terminologi kata ‘Urf, mengandung makna sesuatu
yang telah terbiasa (di kalangan) manusia atau sebagaian mereka dalam hal

muamalat (hubungan kepentingan) dan telah melihat atau tetap dalam diridiri mereka dalam beberapa hal secara terus-menerus yang diterima oleh akal
yang sehat. ‘Urf lahir dari hasil pemikiran dan pengalaman manusia.2
Kata ‘Urf dalam pengertian terminilogi sama dengan istilah al-‘adah
(kebiasaan), yaitu:

‫استَ َقار ِ ِْ الُ مف ْو ِس ِ ْ ِج اه ِة ال م مق ْوِل َوتَلَ اقْتهم الطاَاعم ال اسلِْ َمةم بِال َقم ْوِل‬
ْ ‫َا‬
1
2

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jilid 2 (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014), 387.
A. Basiq Djalil, ilmu ushul fiqih 1&2 (Jakarta: kencana prenada media Group, 2010), 165.

19

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

Artinya: ‚sesuatu yang telah mantap di dalam jiwa dari segi dapatnya
diterima oleh akal yang sehat dan watak yang benar‛3
Kata al-‘Adah disebut demikian karena ia dilakukan secara
berulang-ulang, sehingga menjadi kebiasaan masyarakat. Ulama’ Wahbah
al-Zuhayli berpendapat bahwa ‘Urf mengandung makna: apa yang menjadi
kebiasaan manusia dan mereka ikuti dari setiap perbuatan yang umum
diantara mereka, atau lafaz yang mereka kenal secara umum atas makna
khusus bukan dalam pengertian etimologi, dan ketika mendengar kata itu,
mereka tidak memahaminya dengan pengertian lain.4
Sedangkan Abdul Karim Zaidah mendifinisikan ‘Urf seebagai sesuatu
yang tidak asing lagi suatu masyarakat karena telah menjadi kebiasaan dan
menyatu dengan kehidupan mereka baik berupa perbuatan atau perkataan.5
Menurut Abdul Wahhab Khallaf, ‘Urf adalah segala apa yang dikenal oleh
manusia dan berlaku padanya baik berupa perkataan, perbuatan ataupun
meninggalkan sesuatu.6
Para ulama’ ushul fiqh mendifinisikan ‘Urf sebagai, suatu yang telah
saling kenal oleh manusia dan mereka menjadikannya sebagai tradisi,baik
berupa perkataan, perbuatan atau sikap meninggalkan sesuatu, dimana ‘Urf
juga disebut sebagai adat istiadat.7
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa ‘Urf terdiri dari dua
bentuk yaitu, ‘Urf al-qauli (kebiasaan dalam bentuk perkataan), misalnya
3

Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2014), 209.
Wahbah al-Zuhaili, Ushul al-Fiqh al-Islami, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1999), 829.
5
Satria Effendi dan M. Zein, Ushul fiqih, (Jakarta: kencana, 2005). Hal.117.
6
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Semarang: Toha Putra Group, 1999), 123.
7
Abdul Waid, Kumpulan Kaidah Ushul Fiqh, (Jogjakarta: IRCiSoD, 2014), 152.

4

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

kalimat ‚engkau saya kembalikan kepada orang tuamu‛ dalam masyarakat
Islam Indonesia mengandung arti talak. Sedangkan ‘Urf al-fi’li (kebiasaan
dalam bentuk perbuatan) seperti transaksi jual-beli barang kebutuhan seharihari di pasar, tanpa mengucapkan lafal ijab dan qabul yang disebut jual-beli
muathah (

‫)ب ع اماطا‬.8

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan

pengertian ‘Urf adalah apa yang dikenal oleh masyarakat naik berupa
perkataan, perbuatan atau aturan-aturan yang telah menjadi kebiasaan bagi
masyarakat tersebut. Sehingga tidak menimbulkan penafsiran lain yang
berbeda kalangan masyarakat mengenai tradisi tersebut.
Para ulama’ ushul fiqh membedakan adat dan ‘Urf sebagai salah satu
dalil untuk menetapkan hukum syara’. Menurut mereka ‘Urf adalah
kebiasaan mayoritas kaum, baik dalam perkataan maupun perbuatan.
Sedangkan adat didefinisikan dengan sesuatu yang dilakukan berulang kali
tanpa adanya hubungan rasional.9
Mustafa Ahmad al-Zarqa’ sebagaimana yang dikutip oleh Nasrun
Haroen, mengatakan bahwa ‘urf merupakan bagian dari adat, karena adat
lebih umum dari pada ‘Urf. Suatu ‘Urf harus berlaku pada kebanyakan orang
di daerah tertetu, bukan pada pribadi atau kelompok tertentu dan ‘Urf
bukanlah kebiasaan alami sebagaimana yang berlaku dalam kebanyakan
adat, tetapi muncul dari suatu pemikiran dan pengalaman.10

8

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jilid 2..., 391
Abdul Waid, Kumpulan Kaidah Ushul Fiqh…., 151.
10
Nasrun Haroen, Ushul Fiqh 1 (Jakarta: logos, 1999), 138-139.
9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

Sementara itu, diantara ahli bahasa Arab ada yang menyamakan kata
adat dan ‘Urf tersebut, kedua kata itu mutaradif (sinonim). Seandainya
kedua kata itu dirangkai dalam suatu kalimat, seperti: ‚hukum itu didasarkan
kepada adat dan ‘Urf‛, tidaklah berarti kata adat dan ‘Urf itu berbeda
maksudnya meskipun digunakan kata sambung ‚dan‛ yang biasa dipakai
sebagai kata sambung yang membedakan antara dua kata. Karena kedua kata
itu memiliki arti yang sama, maka dalam contoh tersebut, kata ‘Urf adalah
sebagai penguat terhadap kata adat.11
B. Dasar Hukum ‘Urf
Pada dasarnya tidak ada dalil yang secara jelas dan pasti tentang
kebolehan ‘Urf. Namun, ada beberapa naṣṣ yang mengarahkan kepadanya,
diantaranya yaitu:
1. Al-Qur’an
Ada beberapa ayat al-Quran yang menguatkan keberadaan ‘Urf
sebagai salah satu metode istimbat hukum, di antaranya adalah:
a. Dalam surat al-A’raf (7) ayat 199 sebagai berikut:

ِ
ِ ِ ْ ِ ‫ف واَ ِرض‬
ِ
ْ
َ ْ ْ َ ‫مخذالْ َ ْف َو َوأْ م ْربِالْ مْر‬
َ ْ ‫اَْا ل‬
Artinya: ‚Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan
yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang
bodoh‛(Q.S al-A’raf: 199).12

11
12

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jilid 2..., 387
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya:AlHidayah 2000), 225.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

Wa’mur bi al-‘Urf pada ayat di atas adalah memerintahkan kaum
muslimin untuk mengerjakan yang ma’ruf. Sedangkan yang disebut

ma’ruf artinya sesuatu yang diakui baik oleh hati dan pikiran. Tidak
diragukan lagi bahwa ungkapan ini didasarkan pada pertimbangan
kebiasaan yang baik pada umat, dan hal yang menurut kesepakatan
mereka berguna bagi kemaslahatan mereka. Kata al-ma’ruf adalah
kata umum yang mencakup setiap hal yang diakui.13
Menurut Imam al-Bukhari, yang dimaksud dengan istilah al-

‘Urfu dalam ayat ini ialah perkara yang ma’ruf (bijak). Pendapat
tersebut dinukil dari nas yang dikatakan oleh ‘Urwah Ibn al-Zubair,
al-Saddi, Qatadah dan Ibnu Jarir. Ibn Jarir mengatakan, Allah telah
memerintahkan kepada Nabi-Nya agar menganjurkan semua hambaNya untuk berbuat kebijakan. Sekalipun hal ini merupakan perintah
kepada Nabi, sesungguhnya hal ini juga merupakan pelajaran bagi
semua Makhluk.14
b. Firman Allah SWT dalam surat Al-maidah (5) ayat 6 sebagai berikut:

ِ
ِ
ِ
ِ ِِ ِ ِ
ْ ‫َ ا يمِريْ م هم لَ ْج َ َل َلَْ م ْ ْ َ َرٍج َولَ ْ يمِريْ م لمطَهَرمك ْ َولمت ا ن ْ َمتَهم َلَْ م ْ لَ َلا م‬
‫تَ ْ م مرْون‬
Artinya:‚Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu,
supaya kamu bersyukur‛(Q.S al-Ma’idah: 6).15

13

Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi,(mesir: Mustafa al-Babi al-Halabi, 1946), 241.
Imam Abu al-Fida Isma’il Ibn Kathir al-Dimashqi, Tafsir Ibnu Kathir, juz 9 diterjemahkan oleh
Bahrun Abu Bakar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,2002),278
15
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya……,159.
14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

Mayurīdu Allahu liyaj’ala ‘alaykum min haraj pada ayat di atas
menegaskan bahwa Allah tidak ingin menyulitkan hambanya baik di
dalam syarak maupun yang lainnya. Allah akan melapangkan
kesempitan dan mengurangi kesusahan kerena Allah swt maha kaya
dan maha penyayang. Allah tidak memerintahkan hambanya untuk
mengerjakan sesuatu kecuali di dalamnya terdapat kebaikan dan di
dalamnya terdapat unsur kemanfaatan bagi hambanya.16 Seperti
membolehkan berbuka puasa bagi orang yang sakit, orang musāfīr
(orang yang sedang dalam perjalanan jauh),

orang yang sedang

mengandung dan orang yang sedang menyusui.
c. Dalam Surah Al-Hajj (22) ayat 78 sebagai berikut:

‫َوَ ا َج َ َل َلَْ م ْ ِ ْ ال ِيْ ِ ِ ْ َ َرٍج‬
Artinya: : ‚Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam
agama suatu kesempitan.‛(Q.S al-Hajj: 78).17

Al-Haraj pada ayat diatas berarti kesempitan. Dalam hadits Nabi
dikatakan bahwa Allah akan menghapuskan kesulitan yang dihadapi
oleh hamba-Nya dengan kebesaran-Nya. Hal ini menunjukan bahwa
Allah tidak akan menyulitkan hamba-Nya dan Allah senantiasa

16

Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Juz 6(mesir: Mustafa al-Babi al-Halabi, 1946),
64-65.
17
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya:AlHidayah 2000),523

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

memberikan kemudahan kepada hamba-Nya baik di dalam hal ibadah
maupun bermuamalah.18
2. Hadist
Adapun dalil Sunnah sebagai landasan hukum ‘Urf yakni hadits
dari Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan dari Abd Allah Ibnu
Mas’ud ra:

َ ِْ ‫فَ َم َارآ م اَلْ مم ْسلِ مم ْو َن َ َسًا فَ مه َو ِْ َ هِ َ َس ٌ َوَ َارآ م اَلْ مم ْسلِ مم ْو َن َسْئًا فَ مه َو‬
ِ
ٌ‫ه َ ْيا‬

Artinya:‚Apa yang dipandang oleh orang-orang Islam baik, maka baik
pula disisi Allah, dan apa yang dianggap orang-orang Islam jelek maka
jelek pulalah di sisi Allah‛. (HR. Ahmad).19
Hadits di atas menunjukkan bahwa perkara yang baik berlaku
dalam masyarakat yang sudah menjadi kebiasaan dan mereka anggap
baik, maka perkara tersebut baik disisi Allah. Sehingga perkara tersebut
dapat diamalkan di dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya perkara
yang sudah biasa di masyarakat namun mereka anggap buruk, maka
perkataan tersebut buruk di sisi Allah. Sehingga perkara tersebut tidak
dapat diamalkan di dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut al-Ala’i, hadits tersebut tidak menemui jalan yang
sampai kepada Rasulullah. Hadits tersebut tidak ditemukan baik dalam
hadits yang sahih maupun hadits yang dhaif setelah dilakukan penelitian
18

Muhammad Abd Allah Ibn ‘Arabī al- maliki,̄ Ahkam al-Qur’an al-Sughr,(Libanon: Dār Kutub
al-‘Ilmīyah,1999),402
19
Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal bin Asad bin Idris, Musnad Ahmad Bin Hambal,
Jilid V (Beirut: Dar al-Kutub, 1999), 323.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

yang cukup panjang dengan mencari dan bertanya, ditemukan bahwa
hadits tersebut hanya merupakan ucapan Abd Allah Ibn Mas’ud yang
diriwayatkan oleh Ahmad dalam kitab yang bernama al-Masnad.20
Ungkapan Abdullah bin Mas’ud di atas, baik dari segi redaksi
ataupun maksudnya menunjukkan bahwa kebiasaan-kebiasaan baik yang
berlaku di dalam masyarakat muslim yang sejalan dengan tuntutan
umum syariat Islam adalah merupakan sesuatu yang baik di sisi Allah.
Sebaliknya hal-hal yang bertentangan dengan kebiasaan yang dinilai
baik oleh masyarakat akan melahirkan kesulitan dan kesempitan dalam
kehidupan sehari-hari.21

C. Kaidah-kaidah ‘Urf
Berdasarkan dalil-dalil yang menerangkan kehujjahan ‘Urf, ulama
terutama Malikīyah dan Hanafīyah merumuskan kaidah hukum yang
bertentangan dengan ‘Urf tersebut. Banyak kaidah ushul fiqh yang
membicarakan tentang ‘Urf (adat istiadat) umat Islam. Hal itu dapat
dijadikan pijakan dalam merumuskan hukum positif di Indonesia. Kaidahkaidah tersebut adalah sebagai berikut:

ٌ‫اَلْ َ َاد م مَ ا َمة‬
Artinya:‚Adat kebiasaan dapat ditetapkan sebagai hukum‛.22

20

Jalal al-din Abd al-Rahman,lima kaidah Pokok Dalam Fikih Mazhab Syafi’i, diterjemahkan oleh
Asywadie Syukur,(Surabaya:PT. Bina Ilmu,1999),163
21
Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh…, 212.
22
Ibid..,, 213.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

‫َوََْ ْ مل ِ َ َاداتَِا اَْبَا َ ةم َ ا َِ ْ اَ َ ا ِر م‬
‫ف اَْبَا َ ةم‬
Artinya:‚Dan, hukum asal dalam kebiasaan (adat istiadat) adalah boleh
saja sampai ada dalil yang memalingkan dari hukum asal‛.

‫ف مْرفًا َك ْل َم ْ مرْو ِ َش ْر م‬
‫اَلْ َم ْ مرْو م‬
Artinya: ‚yang baik itu menjadi ‘Urf sebagaimana yang disyariatkan itu
menjadi syarat.‛23

ِ ‫اَللاا بِ بِالْ ر‬
ِ ‫ف َابِ بِ َ لِ ل َشر‬
ْ‫م م‬
ْ ْ ‫ٌ ْم‬
Artinya: yang berlaku berdasarkan ‘Urf, (seperti) berlaku berdasarkan
dalil syara’.24
Ketetapan-ketetapan yang didasarkan pada kebiasaan diberlakukan
seperti ditetapkan oleh naṣṣ. Misalnya kebiasaan dalam perceraian sepasang
suami, istri anak diasuh oleh ibunya, sedangkan biaya pemeliharaan anak
tersebut dibebankan kepada ayahnya.

ِ ‫مك ال ا ورد بِِه ال ارِع طْلَ َقا وََ ابِ َ لَه فِ ِه وََ ِِ اللُ َ ِه ي رِجع فِ ِه إِ َى الْ ر‬
‫ف‬
َ َ ‫ْ م‬
َََ َ
ْ ‫َْ م‬
ْ‫م‬
َ ْ ‫م‬
Artinya: Semua ketentuan syara’ yang bersifat mutlak, dan t