Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Rumah Tangga Di Dusun V Desa Sambi Rejo Di Dusun V Desa Sambi Rejo Kec. Stabat Kab. Langkat Tahun 2008

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KEKERASAN

TERHADAP PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA

DI DUSUN V DESA SAMBI REJO KEC. STABAT

KAB. LANGKAT TAHUN 2008

DEWI KUNIA SARI

075102044

K A R Y A T U L I S I L M I A H

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2008


(2)

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KEKERASAN

TERHADAP PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA

DI DUSUN V DESA SAMBI REJO KEC. STABAT

KAB. LANGKAT TAHUN 2008

Dipersiapkan dan disusun oleh: DEWI KURNIA SARI

NIM. 075102044

Telah disetujui tanggal 16 Juni 2008, oleh:

Pembimbing

(dr. ZULKIFLI, MSi)


(3)

LEMBAR PENGESAHAM KARYA TULIS ILMIAH ( KTI )

JUDUL : Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Rumah Tangga Di Dusun V Desa Sambi Rejo Kec. Binjai Kab. Langkat

NAMA : Dewi Kurnia Sari

NIM : 075102044


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KEKERASAN

TERHADAP PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA

DI DUSUN V DESA SAMBI REJO KEC. STABAT

KAB. LANGKAT TAHUN 2008

KARYA TULIS ILMIAH

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 16 Juni 2008


(5)

Judul : Gambaran pengetahuan ibu tentang dampak kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga di Dusun V Desa Sambi Rejo Kec. Binjai Kab. Langkat Tahun 2008 Nama : Dewi Kurnia Sari

NIM : 075102044 Program : D-IV Bidan Pendidik

Pembimbing Penguji

... ...Penguji I (dr. Zulkifli, MSi) (dr. Yuki Yunanda)

...Penguji II (Sartini Bangun, S.Pd, M.Kes)

...Penguji III (dr. Zulkifli, MSi)


(6)

Program D-IV Bidan Pendidik telah menyetujui Karya Tulis Ilmiah ini sebagai dari persyaratan Kelulusan Sarjana Sains Terapan untuk D-IV Bidan Pendidik.

(Dewi Elizadiani Suza, S.Kp, MNS) (dr. Murniati Manik, MSc, SpKK) Nip: 132 258 269 Nip: 130 810 201

Koordinator Ketua Pelaksana Karya Tulis Ilmiah Program D-IV Bidan Pendidik


(7)

NAMA : DEWI KURNIA SARI NIM : 075102044

JUDUL : GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KEKERASAN

TERHADAP PEREMPUAN DALAM RUMAHTANGGA DI DUSUN V DESA SAMBI REJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2008

ABSTRAK

Perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang

Sangat panjang. Perbedaan ini dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikontruksikan secara sosial dan budaya. Perbedaan ini dianggap sebagai ketentuan yang tak bisa diubah. Konsekuensi paling merugikan bagi perempuan yang menjadi korban kekerasan dan dampak terhadap kondisi kesehatan mentalnya. Dampak ini terutama menonjol pada perempuan korban kekerasan seksual.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga di Desa Sambi Rejo Dusun V Kec. Stabat Kab. Langkat.

Jenis penelitian ini deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 80 orang, dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 59 orang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu kurang mengetahui dampak kekerasan ada sebanyak 33 oprang (55,9%) dari 59 orang responden, dan berakibat khususnya pada kesehatan reproduksinya karena si ibu beranggapan bahwa seorang ibu rumah tangga jika mendapat kekerasan dalam hidupnya adalah hal biasa.

Sehubungan dengan hasil penelitian ini dapat disarankan agar masyarakat dapat mengetahui bagaimana bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga dan mengetahui cara mengantisipasinya kekerasan dalam rumah tangga serta menindak lanjuti apabila terjadi tindakan kekerasan dalam rumah tangga.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pemurah atas limpahan rahmat dan hidayahNya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul ”Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Rumah Tangga Di Dusun V Desa Sambi Rejo Di Dusun V Desa Sambi Rejo Kec. Stabat Kab. Langkat Tahun 2008 ”.

Dalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan maka dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk mencapai hasil yang lebih baik lagi. Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. Chairuddin Lubis DTM dan Sp. A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara. 2. Prof. Gontar Alamsyah Siregar SpPD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara Medan yang telah memberi kesempatan kepada penulis mengikuti program D-IV Bidan Pendidik.

3. Prof. dr. Guslihan Dasa Djipta, Sp.A (K) selaku Ketua Departemen Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. dr. Murniati Manik, MSc, SpKK, selaku Ketua Program D-IV Bidan Pendidik FK USU.

5. Dewi Elizadiani Suza, SKp, MNS, selaku Koordinator mata kuliah Metodologi penelitian Karya Tulis Ilmiah

6. Seluruh Dosen Pengajar pada Program D-IV Bidan Pendidik FK USU yang telah membekali penulis dengan ilmu dari awal kuliah sampai selesainya pendidikan ini.

7. dr. Zulkifli, MSi, selaku dosen pembimbing sekaligus Penguji III yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan masukan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

8. dr. Yuki Yunanda, selaku Penguji I yang telah memberikan masukan dan arahan bagi penulis dalam menyelesaikan KTI ini.


(9)

9. Sartini Bangun, S. Pd, M.Kes, selaku penguji II yang telah banyak memberikan masukan dan arahan bagi penulis dalam menyelesaikan KTI ini.

10.Kepala Desa Sambi Rejo Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat Satiman S.sos

11.Kedua orang tuaku yang sangat kusayangi, Ayahanda Hermanto dan Ibunda Nurasiah yang selalu mendukung dalam doa dan moril serta materil selama mengikuti pendidikan

12.Sahabat-sahabat program D-IV bidan Pendidik FK USU, yang telah berbagai pengalaman, masukan dan dukungan dalam penyelesaian penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu penulis selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, semoga bermanfaat bagi semua pihak dan kiranya Allah SWT selalu memberikan rahmat dan hidayahNya bagi kita semua.

Medan, Mei 2008


(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Pertanyaan Penelitian ... 3

1.3Tujuan Penelitian ... 3

1.4Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS ... 5

2.1Pengetahuan ... 5

2.2Pendidikan ... 6

2.3Sumber Informasi ... 7

2.4Pekerjaan ... 8

2.5Kekerasan Dalam Rumah Tangga ... 8

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ... 19

3.1Kerangka Konsep ... 19

3.2Defenisi Operasional ... 19

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 25

4.1Desain Penelitian... 25


(11)

4.3Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

4.4Pertimbangan Etik ... 26

4.5Instrumen Penelitian ... 28

4.6Aspek pengukuran Pengetahuan ... 4.7Pengolahan dan Analisa Data ... 29

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

5.1Hasil Penelitian ... 30

5.1.1 Gambaran Umum ... 30

5.1.1.1 Distribusi umur ... 30

5.1.1.2 Distribusi pendidikan ... 31

5.1.1.3 Distribusi pekerjaan ... 32

5.1.1.4 Sumber Informasi ... 33

5.1.1.5 Pengetahuan Ibu ... 34

5.2Pembahasan ... 35

5.2.1 Data Umum ... 35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

6.1Kesimpulan ... 41

6.2Saran... 41 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal kegiatan penelitian Lampiran 2 : Persetujuan menjadi responden Lampiran 3 : Kuesuoner

Lampiran 4 : Lembar konsul ke dosen pembimbing Lampiran 5 : Rencana biaya pembuatan KTI Lampiran 6 : Izin Penelitian data pendahuluan Lampiran 7 : Izin penelitian

Lampiran 8 : Surat balasan Penelitian Lampiran 9 : Uji validitas dan reabilitas Lampiran 10 : Pengolahan data penelitian


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi umur di Dusun V Desa Sambi Rejo Kec. Stabat Kab. Langkat

Tabel 5.2 Distribusi tingkat pendidikan di Dusun V Desa Sambi Rejo Kec. Stabat Kab. Langkat Tabel 5.3 Distribusi status pekerjaan ibu di Dusun V Desa Sambi Rejo Kec. Stabat Kab. Langkat Tabel 5.4 Distribusi sumber informasi ibu di Dusun V Desa Sambi Rejo Kec. Stabat Kab. Langkat Tabel 5.5 Distribusi Pengetahuan ibu di Dusun V Desa Sambi Rejo Kec. Stabat


(14)

NAMA : DEWI KURNIA SARI NIM : 075102044

JUDUL : GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KEKERASAN

TERHADAP PEREMPUAN DALAM RUMAHTANGGA DI DUSUN V DESA SAMBI REJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2008

ABSTRAK

Perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang

Sangat panjang. Perbedaan ini dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikontruksikan secara sosial dan budaya. Perbedaan ini dianggap sebagai ketentuan yang tak bisa diubah. Konsekuensi paling merugikan bagi perempuan yang menjadi korban kekerasan dan dampak terhadap kondisi kesehatan mentalnya. Dampak ini terutama menonjol pada perempuan korban kekerasan seksual.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga di Desa Sambi Rejo Dusun V Kec. Stabat Kab. Langkat.

Jenis penelitian ini deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 80 orang, dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 59 orang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu kurang mengetahui dampak kekerasan ada sebanyak 33 oprang (55,9%) dari 59 orang responden, dan berakibat khususnya pada kesehatan reproduksinya karena si ibu beranggapan bahwa seorang ibu rumah tangga jika mendapat kekerasan dalam hidupnya adalah hal biasa.

Sehubungan dengan hasil penelitian ini dapat disarankan agar masyarakat dapat mengetahui bagaimana bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga dan mengetahui cara mengantisipasinya kekerasan dalam rumah tangga serta menindak lanjuti apabila terjadi tindakan kekerasan dalam rumah tangga.


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Perbedaan ini dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikontruksikan secara sosial dan budaya. Pada akhirnya perbedaan ini dianggap sebagai ketentuan Tuhan yang tak bisa diubah. Kekerasan dalam rumah tangga dalam berbagai bentuk sering terus berlangsung meskipun perempuan-perempuan tersebut sedang mengandung. Konsekuensi paling merugikan bagi perempuan yang menjadi korban kekerasan dan dampak terhadap kondisi kesehatan mentalnya. Dampak ini terutama menonjol pada perempuan korban kekerasan seksual. Dalam tindak perkosaan, misalnya yang diserang memang tubuh perempuan. Namun, yang dihancurkan adalah seluruh jati diri perempuan yaitu kesehatan fisik, mental psikologi dan sosialnya

(Tono Hadi, 2007).

Maraknya isu “Kekerasan Terhadap Perempuan”, menjadi rangkaian kosakata yang cukup populer dalam beberapa tahun belakangan ini, telah memasuki wilayah yang paling kecil dan ekslusif, yaitu keluarga. Di Amerika Serikat sendiri yang konon negara pengusung Hak Asasi Manusia, justru menunjukkan laporan yang cukup mengejutkan. Andrew L. Sapiro dalam bukunya berjudul “Amerika No. 1” menyebutkan bahwa kita nomor satu dalam pemerkosaan yaitu 114 per 100.000 penduduk”. Departemen kehakiman AS sampai akhir 1992 menyebutkan bahwa 20% pemerkosaan adalah bapaknya sendiri, 26% orang dekatnya, 31% orang dikenalnya, 4% orang yang tak dikenalnya.

Komnas perempuan mencatat bahwa kekerasan terhadap perempuan di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Catatan tahun 2004, misalnya menyebut 5.934 kasus kekerasan


(16)

terhadap perempuan, 2.703 adalah kasus KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Tercakup dalam kategori ini dalam kekerasan terhadap istri sebanyak 2.025 kasus (75%) kekerasan tehadap anak perempuan 389 kasus (24%) dan kekerasan terhadap keluarga lainnya 23 kasus (1%) (Emma Adji, 2006).

Rifka Annisa Women’s Crisis Center di Jogjakarta yang berkiprah dalam kenangan perempuan korban kekerasan mencatat, hingga Mei 2006 terdapat 900 kasus dan 619 diantaranya adalah kasus KDRT (Wardani Mag, 2007).

Dari data yang dihimpun IBH-APIK Medan, setidaknya ada 1520 kasus yang sialami perempuan dan anak dengan berbagai kasus, seperti kejahatan seksual sebanyak 648 kasus, kekerasan fisik dan psikis 303 kasus, perampokan terhadap perempuan 208 kasus, kematian tidak wajar 148 kasus, penganiayaan 118 kasus, trafiking 64 kasus, bayi dibunuh 19 kasus, kekerasan terhadap buruh 7 kasus dan penculikan 4 kasus (http://www.kebumen.go.id,16-08-2007)

Dari kasus perceraian yang ada di Kabupaten Langkat stabat di Pengadilan Agama tahun 2006 sebanyak 114 kasus, yaitu masalah ekonomi 5 kasus, tidak ada tanggung jawab 22 kasus, tidak ada keharmonisan 84 kasus, gangguan pihak ketiga 2 kasus dan perceraian lainnya 1 kasus. Tahun 2007 yaitu sebanyak 196 kasus, yaitu masalah tidak ada tanggung jawab sebanyak 95 kasus dan tidak ada keharmonisan 101 kasus (Pengadilan Agama, 12-11-2007).

Berdasarkan permasalahan yang tertera diatas, bahwa kekerasan dalam rumah tangga sangat terkait dengan Hak Asasi Manusia. Dan memberikan dampak yang merugikan bagi kesehatan wanita, dengan dasar itu pula penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Dampak Kekerasan Dalam Rumah Tangga

1.2. Pertanyaan penelitian

Bagaimana Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Dampak Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Desa Sambi Rejo Dusun V Kec. Binjai Kab. Langkat Tahun 2007.


(17)

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang dampak Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Rumah Tangga di Desa Sambi Rejo Dusun V Kec. Binjai Kab. Langkat.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi umur ibu tentang dampak kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga di Desa Sambi Rejo Dusun V Kec. Binjai Kab. Langkat.

2. Mengetahui distribusi pendidikan ibu tentang dampak terhadap kekerasan dalam rumah tangga di Desa Sambi Rejo Dusun V Kec. Binjai Kab. Langkat.

3. Mengetahui distribusi pekerjaan ibu tentang dampak kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga di Desa Sambi Rejo Dusun V Kec. Binjai Kab. Langkat.

4. Mengetahui distribusi sumber informasi tentang dampak kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga di Desa Sambi Rejo Dusun V Kec. Binjai Kab. Langkat.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Menambah pengalaman dan pengetahuan bagi penulis dalam melaksanakan penelitian khususnya mengenai dampak kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga.

1.4.2. Hasi penelitian ini dapat menjadi masukan bagi petugas kesehatan untuk dapat memberikan konseling tentang dampak kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga.


(18)

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, peniuman, rasa dan raba.

2.1.2. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Overt Behaviour), pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (Recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu “Tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehension)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar, orang-orang yang telah paham terhadap objek atau meteri harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh menyimpulkan dan meramalkan.


(19)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu dengan lain.

5. Sintesis (Syntesis)

Menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan kemampuan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).

2.2. Umur

Menurut gibson (1987) merupakan variabel individu yaitu semakin bertambah umur seseorang akan bertambah kedewasaannya dan akan berpikir dan semakin banyak menyerap pengetahuan dan hal-hal yang mempengaruhi keputusan.

2.3. Pendidikan

Tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang erat denga faktor sosial, ekonomi, perilaku demografi seperti pendapat, gaya hidup dan status kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi tingginya tingkat intelegensinya. Pendidikan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerime ide-ide baru (Notoatmodjo, 2003).


(20)

Pendidikan berpengaruk secara tidak langsung melalui pengingatan status sosial dan kedudukan seorang wanita, peningkatan pilihan mereka terhadap kehidupan serta menyatakan pendapat. Dan wanita yang tidak berpendidikan tidak mudah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang profesional dibanding yang berpendidikan. Karena manfaat pelayanan kesehatan tersebut tidak disadari sepenuhnya atau karena takut terhadap pelayanan kesehatan yang masih jauh dianggap asing.

(Erica Royston, 1994, hal 52-54)

Kekerasan dalam rumah tangga bukan saja terjadi pada kelompok berpendidikan dan berpenghasilan rendah, namun kasus kekerasan terjadi dikelompok berpendidikan menengah keatas (Ahmad Chusairi, 2006, hal 2).

2.4. Sumber Informasi

Informasi adalah data yang sudah diolah, dibentuk atau dimanipulasi sesuai dengan keperluan tertentu, atau hasil dari pengolahan data secara prinsip memiliki nilai atau value yang lebih dibandingkan data mentah ( Diknas, 1996).

Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam penyampaian informasi, merangsang fikiran dan kemampuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia), bebarapa sumber informasi yang ada diantara masyarakat antara lain :

2.4.1. Media Cetak

Terdiri dari brooklet sep[erti buku, kaflet, flyer (selebaran) flip chart, rubric atau tulisan pada surat-surat kabar atau majalah, dan poster yang biasanya ditempel ditembok, tempat-tampat umum, atau kendaraan umum (Notoadmodjo, 2003).

2.4.2. Media Elektrionik

Terdiri dari : televisi, radio, slide dan film strip (Notoatmoodjo, 2003) 2.4.3. Media Papan


(21)

Papan atau billboard yang dipasang ditempat-tempat umum dapat diisi dengan informasi-informasi yang akan disampaikan kepada masyarakat media papan ini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan umum (Notoatmodjo, 2003).

2.4.4. Teman atau Keluarga

Teman atau keluarga dapat menjadi sumber informasi yang menyampaikan informasi berdasarkan pengalamannya ataupun pengetahuan yang didapatnya.

Keberadaan media informasi berhubungan erat dengan komunikasi massa yang sangat berpengaruh dalam peningkatan pengetahuan dan pemahaman seseorang tentang kesehatan komunikasi massa merupakan interaksi yang berjalan secara tidak langsung melalui suatu media yang sifatnya satu arah dengan sasaran adalah massa.

2.5. Pekerjaan

Kurniati (1998) menyatakan kekerasan paling tinggi yang menimpa perempuan adalah wanita yang sudah berkeluargas. Perbedaan dan pembagian gender juga membuat kaum perempuan bekerja lebih keras dan lebih lama (Doubel Burden).

Bagi perempuan yang bekerja, selain bekerja ditempat kerja mereka juga masih harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Dampak lainnya terjadinya kekerasan dan penyiksaan terhadap kaum perempuan, baik secara fisik maupun mental. Berbagai bentuk pelecehan mental akibat perbedaan gender. Meskipun pekerjaan ibu jelas berguna dianggap sebagai pekerjaan demi cinta. Karena itu “gratis” dalam hal ini, urai Arief, perempuan adalah orang terutama menjadi korban karena perempuan yang terutama harus memelihara keluarga (Ahmad Chusairi, 2006).

Kurangnya pengetahuan ibu tentang kekerasan terhadap perempuan lebih banyak ditemukan pada ibu rumah tangga atau pada ibu yang tidak bekerja. Hal ini disebabkan ibu kurang mengetahui dampak kekerasan dan akibatnya, khususnya akibat pada kesehatan reproduksinya


(22)

karena si ibu beranggapan bahwa seorang ibu rumah tangga jika mendapat kekerasan dalam hidupnya adalah hal biasa.

Bekerja bagi perempuan yang bersuami tentu berbeda artinya dengan perempuan yang harus menjadi tiang keluarga. Beban yang disanggah tentu lebih berat dirasakan oleh perempuan yang mencari nafkah sendirian. Jasil penelitian bekerja, punya kaitanna yang sangat erat dengan kelas sosial dimana mereka berada. Perempuan yang paling risau akan kesuksesan cenderung berasal dari keluarga menengah keatas, dimana ayah mereka berhasil dan ibu mereka tak perlu bekerja secara terikat dan profesional. Situasi ini kerap kali menjadi tempat dominan tindak kekerasan terjadi (Ahmad Fauzi, 06-08-2006).

2.6. Kekerasan Dalam Rumah Tangga

2.6.1. Pengertian

Kekerasan terhadap perempuan adalah setiap tindakan yang berakibat kesengsaraan atau penderitaan- penderitaan pada perempuan secara fisik, seksual ataupun psikologi, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang- wenang baik yang terjadi di depan umum atau dalam lingkungan kehidupan pribadi.

Kekerasa dalam rumah tangga adalah kekerasan yang terjadi dalam lingkungan rumah tangga. Pada umumnya, pelaku kekerasan dalam rumah tangga adalah suami, dan korbannya adalah istri dan / atau anak- anaknya bisa terjadi dalam bentuk fisik, kekerasan psikologi / emosional, kekerasan seksual dan kekerasan ekonomi.

(Ahmad Fauzi, 6 - 8 – 2006)

Pada tahun 1993 Majelis umum PBB dalam rancangan undang – undang kekerasan dalam rumah tangga yang di susun oleh sejumlah lembaga swadaya masyarakat dengan mengadopsi pada deklarasi PBB, pengertian kekerasan dalam rumah tangga di rumuskan


(23)

sebagai berikut kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap tindakan berdasarkan jenis kelamin yang berakibat kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang- wenang, baik yang terjadi dalam masyarakat atau dalam kehidupan pribadi atau juga penekanan secara ekonomi yang terjadi dalam lingkup rumah tangga (Achie Sudiarti Luhulima, 2000, hal 148 – 150)

2.6.2. Bentuk – bentuk kekerasan terhadap perempuan 1. Kekerasan Psikis

Bentuk tindakan dapat berupa tidak diberinya suasana kasih sayang pada istri agar terpenuhi kebutuhan emosinya.

Contoh : penggunaan kata- kata kasar, merendahkan atau menghina. 2. Kekerasan Fisik

Kekerasan fisik akibat penganiayaan bila didapati perlukaan karena kecelakaan (non – accidental) pada perempuan. Perlukaan itu dapat diakibatkan oleh suatu episode kekerasan yang tinggal atau berulang – ulang dari yang ringan hingga yang fatal.

Contoh : Menendang, Memukul, Meninju, dan sampai melakukan percobaan pembunuhan dan perbuatan lainya yang mengakibatkan cedera berat tidak mampu melakukan tugas sehari- hari.

3. Penelantaran perempuan

Penelantaran adalah kelalaian dalam memberikan kebutuha hidup pada seseorang yang memiliki ketergantungan kepada pihak lain, khususnya dalam lingkungan rumah tangga, kurang menyediakan sarana perawatan kesehatan, pemberian makanan, pakaian, dan perumahan yang sesuai merupakan hak terutama dalam menentukan adanya penelantaran.


(24)

Contoh : tidak adanya tanggung jawab suami terhadap keluarga dan tidak memberikan nafkah lahir batin.

4. Pelanggaran Seksual

Pelanggaran seksual adalah setiap aktifitas sseksual yang di lakukan oleh orang dewasa dan perempuan. Pelanggaran seksual ini dapat dilakukan dengan pemaksaan atau tanpa pemaksaan. Pelanggaran seksual dengan unsur pemaksaan akan menimbulkan perlukaan yang berkaitan trauma, emosi yang dalam bagi perempuan (1) Pelanggaran seksual tanpa unsur pemaksaan

Dilakukan dengan bujukan atau tindakan lain dengan cara mengakali korban. Pada umumnya terjadi pada anak- anak. Telah diatur dalam undang- undang hukum pidana. namun pada perempuan dewasa yang belum terikat perkawinan perbuatan seksual tanpa kekerasan tidak di atur dalam KUHP dan tidak di kategorikan dalam pemerkosaan.

(2) Pelanggaran seksual dengan unsure pemaksaan.

Yaitu pemerkosaan diatur dalam pasal 285 KUHP harus memenuhi unsure adanya kekerasan atau ancaman, adanya persetubuhan, dan korban adalah perempuan yang bukan istrinya.

(Tapi Omas Ihroni, 2000, hal. 268- 270)

Contoh : melakukan pemaksaan hubungan seksual yang tidak wajar. 2.6.3. Identifikasi Perlukaan Akibat Kekerasan

1. Pemeriksaan perempuan oleh dokter.

2. Pengamatan sebab perlukaan dan sikap / perilaku perempuan.

3. Sikap suami ketika membawa istri berobat, kurang wajar, seperti terlalu khawatir berlebihan atas suatu luka kecil.


(25)

4. Pihak suami menanyakan sedikit tentang akibat lanjut perlukaan ibu, kemudian cepat- cepat meninggalkan rumah sakit.

5. Bila suatu luka ternyata dapat di jelaskan secara memuaskan oleh suami pada dokter (keterangan yang berbelit – belit).

6. Suami yang menganiaya mencoba menerangkan bahwa luka itu akibat kesalahan perempuan itu sendiri.

7. Suami sering menunda – nunda mencari pertolongan medik.

8. Suami sering membawa istrinya berobat ke dokter atau rumah sakit yang berbeda – beda.

Perlukaan ganda pada berbagai permukaan tubuh seperti memar pada muka, dada, dan punggung sekaligus harus diwaspadai akibat kesengajaan, karena dapat menimbulkan luka demikian adalah jatuh berguling – guling dari tangga atau kecelakaan lalu lintas (Tapi Omas Ihroni, 2000, hal. 271- 272).

2.6.4. Siklus Kekerasan Dalam Rumah Tangga

1. Tindakan kekerasan / pemukulan : pelaku melakukan kekerasan terhadap pasangannya.

2. Permitaan maaf : pelaku menyesali perbuatannya dan meminta maaf kepada korban. 3. Bulan madu : pelaku menunjukkan sikap mesra kepada pasangannya, seolah – olah

tidak pernah melakukan kekerasan.

4. Konplik : perilaku mesra akan berakhir ketika terjadi konflik yang kemudian membawa pelaku melakukan kekerasan.

(Depkes, 2000, hal 12)


(26)

1. Gangguan kesehatan fisik seperti : trauma, radang panggul, PMS, sakit kepala, masalah kandungan, ketergantungan alkohol dan obat, gangguan pencernaan, perilaku hidup tidak sehat dan cacat.

2. Gangguan kesehatan mental seperti : depresi, stress, kegelisahan, disfungsi seks, kelainan personal multiple dan kelainan obsesif kompulsif.

(Maria Etty, 2004, hal 26)

Menurut data World Health Organization (WHO) 1998, perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga berobat dua setengah kali lebih sering dari pada perempuan yang tidak mengalaminya. Dari segi produktifitasnya 30% ibu yang mengalami kekerasan kerap tidak dapat mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan 50% dari perempuan bekerja tidak dapat mengerjakan pekerjaan dengan baik.

(Maria Etty, 2004, hal 26)

2.6.6. Faktor- faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga 1. Faktor Masyarakat

Kemiskinan, urbanisasi yang terjadi disertainya kesenjangan pendapatan diantara penduduk kota, masyarakat, keluarga, ketergantungan obat, lingkungan dengan frekuensinya dan kriminalitas tinggi.

2. Faktor Keluarga

Adanya anggota keluarga yang sakit membutuhkan bantuan terus menerus seperti misalnya anak dengan kelainan mental, orang tua, kehidupan keluarga yang kacau tidak saling mencintai dan menghargai peran wanita, kurang ada keakraban dan hubungan jaringan sosial pada keluarga sifat kehidupan keluarga inti bukan keluarga luas.


(27)

Di Amerika Serikat mereka yang mempunyai lebih besarmengalami kekerasan dalam rumah tangga ialah : wanita yang single, bercerai atau ingin bercerai, berumur 17- 28 tahun, ketergantungan obat atau alkohol atau riwayat ketergantungan kedua zat itu, sedang hamil, dan mempunyai partner denagn sifat memiliki dan cemburu berlebihan. 2.6.7. Tanda dan Gejala Kekerasan Dalam Rumah Tangga

1. Tanda - tanda kekerasan

a. Trauma ringan atau berat meninggalkan bekas berupa memar pada tubuh, khususnya sekitar mata dan wajah.

b. Cidera akibat pemukulan/ benda tajam.

c. Gigi tanggal, biasanya berhubungan dengan kehamilan yang di terlantarkan atau akibat gizi buruk, juga dapat di sebabkan oleh tendangan atau pukulan di daerah mulut.

d. Kelainan bentuk hidung akibat patah tulang hidung.

e. Sering mengalami perdarahan dari hidung yang mungkin akibat pukulan.

f. Keputihan yang dapat di sebabkan oleh penyakit menular seksual yang sering merupakan pertanda adanya kekerasan seksual.

g. Perdarahan pervaginam yang dapat di akibatkan oleh perlakuan buruk terhadap perempuan, baik saat hamil ataupun tidak hamil.

2. Gejala kekerasan

a. Cemas, penuh rasa takut, sedih, putus asa. b. Bersifat agresif, tanpa sebab yang jelas. c. Tampak jauh lebih tua dari umurnya.

d. Merasa rendah diri, menunjukkan ketidakberdayaan dirinya dengan menganggap dirinya bodoh dan tak mampu.


(28)

f. Sering nyeri kepala atau sulit tidur.

g. Mengeluh nyeri bila bersenggama, tidak bisa menikmatinya dan menganggapnya sebagai pengorbanan.

h. Pernyataan yang sering dikatakan adalah : 1) Ia (Pasangan pria) memanfaatkan saya. 2) Ia melampiaskan kekesalannya kepada saya. 3) Ia adalah resiko perkawinan.

(www.advokasi.or.id./ruu anti kdrt, 18-08-2006)

2.6.8. Rencana Penyelamatan Diri

1. Memilih satu atau lebih tetangga yang dapat diberi tahu agar mereka dapat memberi atau mencari bila mendengar keributan didalam rumah korban.

2. Bila tidak dapat dihindari perdebatan dapat dilakukan ditempat yang memungkinkan korban dapat menghindari dengan mudah, hindari ruangan tempat penyimpanan senjata atau benda tajam.

3. Melatih diri tentang cara keluar rumah dengan aman, dengan memperlihatkan letak pintu, jendela, tangga dan lain-lain.

4. Menyiapkan sebuah tas yang berisi kunci cadangan, uang, surat-surat penting dan pakaian yang dititipkan pada kerabat atau kaean terdekat untuk mengantisipasi bila suatu saat perlu meninggalkan rumah dalam keadaan terburu-buru.

5. Menggunakan kode atau tanda tertentu untuk anak-anak,anggota keluarga teman dan tetangga bila membutuhkan bantuan darurat atau polisi.

6. Memutuskan kemana akan pergi bila harus meninggalkan rumah dan bagaimana cara mencapainya.


(29)

7. Menggunakan naluri dan pertimbangan yang tepat. Bila situasinya cukup mambahayakan perlu dipertimbangkan untuk menuruti kehendak suami agar kekerasannya sedikit mereda.

(Depkes, 2000, hal. 29)

2.6.9. Pertengkaran Dalam rumah Tangga

Tiada orang yang tak pernah bertengkar seumur hidup jarang kita temui sebuah rumah tangga yang tak pernah bertengkar. Hampir seluruh perkawinan mengalami pertengkaran, meskipun banyak orang malu mengakuinya. Perkawinan tanpa pertengkaran sama sekali membuktikan matinya emosi. Pertengkaran juga mendatangkan kebaikan dan keburukan. Jika suami istri bertengkar tidak membawa kepada pengaduan, akhirnya mereka akan merasa lebih akrab. Jika seorang suami marah terhadap seseorang ditempat kerjanya setelah pulang kerumah mungkin ia akan meluapkan marahnya pada istrinya.

(http://www.mirifa.net, 20-11-2003) 2.6.10.Cara-Cara Menghadapi Pertengkaran

1. Jika terjadi pertengkaran, maka janganlah mencari kelemahan pasangan kita. Dan tidak wajar pertengkaran hanya ingin mencari kemenangan. Tetapi usahakanlah untuk menyelesaikan masalah secara bersama.

2. Jika pertengkaran itu menyangkut tentang satu topik, janganlah masalah-masalah lain dimasukkan sama karena ia akan menjadi suatu pertengkaran yang besar yang bisa membawa bencana.

3. Batasi kekerasan jika berlaku pertengkaran. Jangan bertindak menggunakan fisik seperti memukul, melemparkan barang dan sebagainya. Cara ini tidak akan menyelesaikan masalah malah akan menimbulkan masalah yang lebih besar.

4. Setelah bertengkar jangan biasakan diri suka menyendiri, kemudian menjauhkan diri dari pasangan hidup.


(30)

5. Jangan coba menggunakan seks atau uang untuk membalas pertengkaran keluarga. Kehadiran pihak ketiga misalnya mertua, ipar, adik-beradik, hanya akan menambah kecurigaan dan mungkin menambah menyalah api pertengkaran, selesaikan secara baik antara suami istri.

6. jangan bertengkar didepan anak-anak karena ini akan menjadikan anak-anak bingung dan tertekan perasaan (Nadjlah Naqiyah, 2005).

2.6.11.Beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan untuk meminimalkan terjadinya kekerasan terhadap istri

1. Mensosialisasikan kesadaran kesetaraan gender pada calon suami istri meupun keluarga yaitu dengan langkah sosialisasi konsep kesetaraan gender dapat dilakukan dengan penyuluhan.

2. memberdayakan kelompok kegiatan kecil dalam masyarakat untuk peduli pada masalah kekerasan dalam rumah tangga yaitu dengan menggunakan pendekatan yang akrab dengan akal sehat dan agama serta melibatkan pemuka masyarakat yang terpercaya diharapkan kesadaran akan kesetaraan gender dapat utmbuh.

2.6.12.Undang-Undang yang Mengatur Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Masalah kekerasan dalam rumah tangga perlu diatur secara khusus dalam sebuah undang-undang mengingat konteks permasalahannya juga spesifik. Berdasarkan hasil rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat pada tanggal 14 September 2004 telah disahkan Undang-Undang nomor 23 tahun 2004 mengenai perhapusan kekerasan dalam rumah tangga khususnya perempuan dari segala tindak kekerasan. Sebagaimana yang diaturdalam RUU Anti KDRT sebagai berikut :

1. Pasal 351 – 356 KUHP mengatur penganiayaan yang berarti hanya terbatas pada kekerasan fisik.


(31)

3. Pasal 442 KUHP mempidana mereka yang menelantarkan orang-orang yang menurut hukum wajib ia beri nafkah, dirawat dan dipelihara.

4. Pasal 465 tentang penyanderaan dan pasal 470 perampasan kemerdekaan seseorang, dianggap telah menampung kekerasan psikis dan diajukan dalam RUU anti KDRT. 5. Pasal 351 – 356 KUHP (Pasal Penganiayaan) hanya mengatur sanksi pidana penjara

atau denda dan sanksi lebih ditujukan untuk penjaraan (Punishment).

Disahkannya Undang-Undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga bukan berarti perjuangan terhenti. Ini justru merupakan titik awal perjuangan yang sebenarnya. Pengawasan terhadap pemerintah dalam menjalankan kewajibannya untuk melaksanakan Undang-Undang.


(32)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep merupakan abstraksi yang terbentuk generalisasi dari hal-hal khusus. Konsep hanya diamati atau diukur melalui konstruk atau yang lebih dikenal dengan nama variabel.

Adapun kerangka konsep pada penelitian ini yaitu : a. Pengetahuan

b. Pendidikan c. Sumber informasi d. Pekerjaan

Bagian variabel yang akan diteliti

3.2. Defenisi Operasional

3.2.1. Pengetahuan

Defenisi Operasional : Kemampuan responden untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang dampak kekerasan dalam rumah tangga.

Umur Pendidikan

Sumber Informasi Media

Pengetahuan Ibu Tentang Kekerasan Terjhadap Perempuan Dalam Rumah Tangga


(33)

Cara ukur : Dengan menghitung jawaban responden dalam 20 soal pertanyaan.

Alat ukur : Kuesioner Skala ukur : Ordinal

Skala hasil : a. Pengetahuan baik : ≥80 b. Pengetahuan cukup : 60-79 c. Pengetahuan kurang : ≤59 3.2.2. Umur

Defenisi Operasional : Lamanya hidup dalam tahun yang terhitung sejak dilahirkan hingga saat dilakukan penelitian.

Cara Ukur : Wawancara Alat kur : Kuesioner

Skala Ukur : Ordinal

Hasil Ukur : Dikategorikan <25 Dikategorukan 25-30 Dikategorikan >30

3.2.3. Pendidikan

Defenisi Operasional : Pendidikan yang formal yang telah diselesaikan para ibu pada saat melakukan penelitian. Pendidikan yang telah diselesaikan ibu pada saat penulis melakukan penelitian ini adalah :

1. Sekolah Dasar ( SD dan SMP ) 2. Sekolah Menengah Atas (SMA) 3. Perguruan Tinggi


(34)

Skalanya : Ordinal 3.2.4. Sumber Informasi

Defenisi Operasional : Sumber informasi yang digunakan ibu untuk mendapatkan informasi tentang dampak kekerasan dalam rumah tangga. Dikategorikan dengan :

1. Media cetak 2. Media elektronik 3. Media papan

4. Teman dan keluarga Alat Ukur : Kuesioner

Skalanya : Nominal

3.2.5. Pekerjaan

Defenisi Operasional : Pekerjaan yang dilakukan ibu sehari-hari dengan kategori : 1. Formal : Ibu bekerja sebagai pegawai negri atau swasta 2. Informal : Bila bekerja sebagai ibu rumah tangga

Alat Ukur : Kuesioner


(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantatitif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang dampak kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga di Dusun V Desa Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tahun 2008.

4.2. Populasi dan Sampel

4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini diperluas adalah seluruh ibu yang tinggal di Dusun V Desa Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat, sebanyak 80 orang.

4.2.2. Sampel

Sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu sebagian ibu yang tinggal di Dusun V Desa Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dengan kriteria bersedian menjadi subjek penelitian dan pernah mendengar dan melihat bentuk kekerasan dalam rumah tangga.cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan tekhnik sampel random sampling (acak sederhana). Dari sejumlah populasi ibu yang ada yaitu sebanyak 80 orang, maka besar sampel yang dihitung dengan rumus menurut (Husani U, 1997) sebagai berikut :

Z². N. p. q


(36)

d² . ( N-1) + Z². p . q

Keterangan:

n = Besar sampel minimal N = Jumlah Populasi = 80

Z = Standar normal untuk CL 95% = 1,96

d = Derajat ketepatan yang digunakan adalah 0,1 p = Proporsi target populasi adalah 95% atau 0,95 q = Proporsi tanpa atribut (1 – 0,95 = 0,04)

(1,96)² x 373 x 0,95 x 0,05

n

=

(0,1)² x (80 -1) +(1,96)² x 0,95 x 0,4 = 59,01

= 59 orang

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 59 orang.

3.3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sambirejo dusun V Kec. Binjai Kab. Langkat dengan pertimbangan keterbatasan waktu dan belum pernah dilakukan penelitian tentang dampak kekerasan dalam rumah tangga diwilayah ini.


(37)

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan kepada program D-IV bidan pendidik FK-USU, setelah itu mengajukan permohonan penelitian kepada kepala Desa Sambirejo dan pengadilan agama Stabat, kemudian proses penelitian dilakukan.

Pada calon responden, peneliti memperkenalkan diri kemudian menjelaskan menfaat dan tujuan penelitian serta memberitahukan tidak ada pengaruh negatif yang akan terjadi selama dan sesudah pengumpulan data bagi responden.

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama calon responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner), yang dicantumkan kodenya saja. Data-data yang diperoleh akan digunakan semata-mata demi perkembangan ilmu pengetahuan dan kesehatan serta tidak akan dipublikasikan kepada pihak lain.

Setelah diberi penjelasan, calon responden diminta secara sukarela untuk menjadi responden penelitian. Jika calon responden menolak, maka penelitian tidak akan memaksa dan akan tetap menghormati hak-hak calon responden. Apabila saat pengumpulan data sedang berlangsung, responden merasa keberatan, responden boleh mengundurkan diri sebagai responden penelitian.

3.5. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data, jenis kuesioner adalah kuesioner dengan pertanyaan tertutup sehingga responden hanya perlu untuk memberikan jawaban berupa tanda (x) pada jawaban yang benar.

3.6. Aspek Pengukuran Pengetahuan

Diukur dengan cara memberi pertanyaan sejumlah 20 nomor masing-masing pertanyaan akan diberi skor sebagai berikut :

1. Jawaban yang benar diberi skor nilai (5) 2. Jawaban yang salah diberi skor (0)


(38)

Total nilai yang tertinggi untuk pengetahuan adalah : 20 x 5 = 100. Dengan demikian pengetahuan responden dapat diukur dengan menggunakan kriteria :

1. Baik : bila jumlah nilai > 75 % maka jawaban yang benar 16 – 20 dari 20 pertanyaan 2. Cukup : Bila jumlah nilai 60-75 % maka jawaban yang benar 12-15 dari 20 pertanyaan 3. Kurang baik : bila pertanyaan < 60 % maka jawaban yang benar < 12 dari 20 pertanyaan.

3.7. Pengolahan dan Analisa Data

3.7.1. Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul diolah dengan cara manual dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pengeditan (Editing)

Proses editing dengan melakukan pengolahan kelengkapan data-data yang telah terkumpul. Bila terdapat kesalahan atau kekurangan akan diperbaiki dengan dilakukan pengumpulan data kembali.

2. Pengkodean (Coding)

Memberi kode jawaban dengan angka atau kode tertentu sehingga lebih mudah dan sederhana.

3. Pentabulasian (Tabulating)

Mempermudah analisa serta mengambil kesimpulan data yang dimasukkan kedalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

3.7.2. Analisa Data

Analisa data dilakukan secara deskriptif yang bersifat kuantitatif yaitu dengan melihat hasil persentase data yang telah disajikan di tabel frekuensi. Variabel dianalisa secara komputerisasi menggunakan tehnik SPSS dengan distribusi frekuensi, dibandingkan dengan tinjauan teoritis yang ada.


(39)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Kekerasan dalam rumah tangga dalam berbagai bentuk sering terus berlangsung meskipun perempuan tersebut sedang mengandung. Konsekuensi paling merugikan bagi perempuan yang menjadi korban kekerasan adalah dampak terhadap kondisi kesehatan mentalnya ( Tono Hadi, 2007 ). Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai “Dampak Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Dusun V Desa Sambi Rejo Kec. Binjai Kab. Langkat Tahun 2008“, diperoleh hasil sebagai berikut :

5.1.1. Gambaran Umum 5.1.1.1 Umur Ibu

Umur ibu di Dusun V Desa Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2008 yang dijadikan responden dalam penelitian ini bervariasi yaitu ibu-ibu yang berumur kurang dari 25 tahun, umur 25 sampai 30 tahun, dan umur diatas 30 tahun dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 5.1

Distribusi Umur Ibu Di Dusun V Desa Sambi Rejo kecamatan Binjai Kabupaten Langkat

Tahun 2008

No Golongan Umur Ibu Jumlah Persentase (%)

1. < 25 Tahun 2 3,4

2. 25 – 30 Tahun 6 10,2


(40)

Jumlah 59 100

Pada tabel diatas dapat dilihat mayoritas ibu – ibu di Dusun V Desa Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat berdasarkan golongan umur adalah ibu yang berumur diatas 30 tahun yaitu sebanyak 51 orang (86,4%), ibu yang berumur diantara 25 tahun sampai 30 tahun ada sebanyak 6 orang (10,2%), dan minoritas golongan umur ibu dibawah 25 tahun, yaitu sebanyak 2 orang (3,4%).

5.1.1.2. Pendidikan

Ibu-ibu di Desa Sambi Rejo Dusun V Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat memiliki tingkat pendidikan yang tertinggi yaitu Perguruan Tinggi dan pendidikan yang terendah yaitu Sekolah Dasar. Distribusi tingkat pendidikan ibu di Dusun V

Desa Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2008, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.2

Distribusi Tingkat Pendidikan Ibu Di Dusun V Desa Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat

Tahun 2008

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1. SD 19 32,2

2. SMP 21 35,6

3. SMU 14 23,7

4. Perguruan Tinggi 5 8,5


(41)

Pada tabel diatas dapat dilihat mayoritas ibu – ibu di Dusun V Desa Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat berdasarkan tingkat pendidikan adalah ibu yang berpendidikan SMP, yaitu sebanyak 21 orang (35,6%), ibu-ibu yang berpendidikan SD sebanyak 19 orang (32,2%), ibu-ibu yang berpendidikan SMU ada sebanyak 14 orang (23,7%), dan minoritas pada ibu yang berpendidikan Perguruan Tinggi ada sebanyak 5 orang (8,5%).

5.1.1.3. Status Pekerjaan

Ibu-ibu yang berada di Desa Sambi Rejo Dusun V Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dibedakan berdasarkan status pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.3

Distribusi Status Pekerjaan Ibu Di Dusun V Desa Sambi Rejo KecamatanBinjaiKabupaten Langkat

Tahun 2008

No Status Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1. Bekerja 13 22,0

2. Tidak Bekerja 46 78,0

Jumlah 59 100

Pada tabel diatas dapat dilihat mayoritas ibu – ibu di Dusun V Desa Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat berdasarkan status pekerjaan adalah ibu yang tidak bekerja yaitu sebanyak 46 orang (78%), dan minoritas ibu yang bekerja ada sebanyak 13 orang (22,0%).

5.1.1.4 Sumber Informasi

Informasi adalah data yang sudah diolah, dibentuk atau dimanipulasi sesuai dengan keperluan tertentu, atau hasil dari pengolahan data secara prinsip memiliki nilai atau value yang lebih


(42)

dibandingkan data mentah ( Diknas, 1996). Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam penyampaian informasi, merangsang fikiran dan kemampuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Informasi yang diterima ibu - ibu yang berada di Dusun V Desa Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dibedakan berdasarkan sumber informasi yang diterima dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.4

Distribusi Sumber Informasi Yang Diterima Ibu Di Dusun V Desa Sambi Rejo Kec. Binjai Kab. Langkat

Tahun 2008

No Sumber Informasi Jumlah Persentase (%)

1. Media Cetak 12 20,3

2. Media Elektronika 38 64,4

3. Media Papan 6 10,2

4. Teman dan Keluarga 3 5,1

Jumlah 59 100

Pada tabel diatas dapat dilihat ibu – ibu di Dusun V Desa Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat cenderung menerima informasi mengenai kekerasan dalam rumah tangga dari media elektronika yaitu sebanyak 38 orang (64,4%), melalui media cetak sebanyak 12 orang (20,3%),


(43)

melalui media papan ada sebanyak 6 orang (10,2%), dan minoritas informasi diterima melalui teman dan keluarga ada sebanyak 3 orang (5,1%).

5.1.1.5Pengetahuan Ibu

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoadmodjo, 2003).

Pengetahuan ibu mengenai dampak kekerasan dalam rumah tangga di Desa Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2008, dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.4

Distribusi Pengetahuan Ibu Tentang Dampak Kekerasan Terhadap PerempuanDalam Rumah Tangga Di Dusun V Desa Sambi Rejo

Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2008

No Pengetahuan Ibu Jumlah Persentase (%)

1. Pengetahuan Kurang 33 55,9 2. Pengetahuan Cukup 7 11,9 3. Pengetahuan Baik 19 32,2


(44)

Mayoritas ibu yang mempunyai pengetahuan yang kurang tentang dampak kekerasan dalam rumah tangga yaitu sebanyak 33 orang (55,9%), ibu-ibu yang mempunyai pengetahuan baik ada sebanyak 19 orang (32,2%), dan minoritas ibu yang pengetahuan yang cukup ada sebanyak 7 orang (11,9%).

5.2. Pembahasan

Kekerasan dalam rumah tangga adalah kekerasan yang terjadi dalam lingkungan rumah tangga. Pada umumnya, pelaku kekerasan dalam rumah tangga adalah suami, dan korbannya adalah istri dan / atau anak- anaknya bisa terjadi dalam bentuk fisik, kekerasan psikologi / emosional, kekerasan seksual dan kekerasan ekonomi (Ahmad Fauzi, 6 - 8 – 2006).

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti memperoleh data yang merupakan keadaan nyata dengan cara menyebarkan kuisioner kepada 40 orang responden ibu mengenai dampak kekerasan dalam rumah tangga di Desa Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2008. Data tersebut dijadikan tolak ukur dalam melakukan pemmbahasan dan sebagai hasil akhir dapat dijabarkan sebagai berikut:

5.2.1. Data Umum 5.2.1.1. Golongan Umur

Ibu – ibu yang menjadi responden dalam penelitian mengenai dampak kekerasan dalam rumah tangga di Dusun VDesa Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2008, cenderung berumur diatas 30 tahun ada sebanyak 33 orang (82,5%), daripada ibu-ibu yang berumur dibawah 25 tahun ada sebanyak 2 orang (5%).


(45)

Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi tingginya tingkat intelegensinya. Pendidikan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerime ide-ide baru (Notoatmodjo, 2003).

Kekerasan dalam rumah tangga bukan saja terjadi pada kelompok berpendidikan dan berpenghasilan rendah, namun kasus kekerasan terjadi dikelompok berpendidikan menengah keatas (Ahmad Chusairi, 2006, hal 2).

Pendidikan ibu yang tinggi akan membuat minat ibu yang tinggi untuk mngetahui dampak kekerasan dalam rumah tangga. Pendidikan ibu dibedakan atas ibu yang berpendidikan rendah (SD dan SLTP), pendidikan sedang (SMU), dan pendidikan tinggi ( D3 dan S1).

Ibu-ibu di Dusun V Desa Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2008, mayoritas berpendidikan SMP ada sebanyak 21 orang (35,6%), dan minoritas berpendidikan tinggi ada sebanyak 5 orang (8,5%).

5.2.1.3. Pekerjaan

Pekerjaan ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ibu untuk mengerti mengenai dampak kekerasan dalam rumah tangga dibedakan atas ibu yang bekerja dan tidak bekerja. Ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu luang atau dapat meluangkan waktunya untuk lebih sering melihat informasi mengenai dampak kekerasan dalam rumah tangga.

Ibu-ibu di Dusun V Desa Sambi rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2008, mayoritas tidak bekerja yaitu ada sebanyak 46 orang (78%), dan minoritas bekerja yaitu ada sebanyak 13 orang (22%).

Kurangnya pengetahuan ibu tentang kekerasan terhadap perempuan lebih banyak ditemukan pada ibu rumah tangga atau pada ibu yang tidak bekerja. Hal ini disebabkan ibu kurang mengetahui dampak kekerasan dan akibatnya, khususnya akibat pada kesehatan reproduksinya karena si ibu beranggapan bahwa seorang ibu rumah tangga jika mendapat kekerasan dalam hidupnya adalah hal


(46)

biasa. Kurniati (1998) menyatakan kekerasan paling tinggi yang menimpa perempuan adalah wanita yang sudah berkeluarga. Perbedaan dan pembagian gender juga membuat kaum perempuan bekerja lebih keras dan lebih lama (Doubel Burden). Bekerja bagi perempuan yang bersuami tentu berbeda artinya dengan perempuan yang harus menjadi tiang keluarga. Beban yang disanggah tentu lebih berat dirasakan oleh perempuan yang mencari nafkah sendirian. Jasil penelitian bekerja, punya kaitanna yang sangat erat dengan kelas sosial dimana mereka berada. Perempuan yang paling risau akan kesuksesan cenderung berasal dari keluarga menengah keatas, dimana ayah mereka berhasil dan ibu mereka tak perlu bekerja secara terikat dan profesional. Situasi ini kerap kali menjadi tempat dominan tindak kekerasan terjadi (Ahmad Fauzi, 06-08-2006).

5.2.1.4. Sumber Informasi

Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam penyampaian informasi, merangsang fikiran dan kemampuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Informasi yang diterima melalui visual ataupun audio visual bagi ibu – ibu mengenai dampak kekerasan dalam rumah tangga yang diterima cenderung melalui media elektronika yaitu ada sebanyak 38 orang (64,4%), dan informasi paling sedikit diterima ibu melalui teman dan keluarga ada sebanyak 3 orang (5,1%). ibu lebih menyenangi informasi media elektronika, sebab informasi yang diterima melalui media elektronika ( audio visual) dapat lebih jelas di lihat model – model ataupun bentuk dampak kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi pada kehidupan masyarakat.

Keberadaan media informasi berhubungan erat dengan komunikasi massa yang sangat berpengaruh dalam peningkatan pengetahuan dan pemahaman seseorang tentang kesehatan komunikasi massa merupakan interaksi yang berjalan secara tidak langsung melalui suatu media yang sifatnya satu arah dengan sasaran adalah massa.


(47)

Pengetahuan merupakan dasar yang penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, pengetahuan itu sendiri penting untuk mendukung psikis dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan pengetahuan merupakan faktor yang mendukung tindakan seseorang (Notoadmojo,2007).

Pengetahuan ibu mengenai dampak kekerasan dalam rumah tangga di Dusun V Desa Sambi Rejo Kecamatan Binajai Kabupaten Langkat Tahun 2008, adalah mayoritas ibu yang mempunyai pengetahuan yang kurang yaitu sebanyak 33 orang (55,9%) dan minoritas ibu yang pengetahuan yang cukup yaitu ada sebanyak orang (11,9%). Hal ini sesuai Menurut Ancok (1997), yang mengemukakan bahwa apabila seseorang berpengetahuan baik tentang suatu objek maka akan terbentuk pula sikap positif terhadap objek tertentu, diharapkan akan terbentuk niat melakukan objek tersebut. Ibu – ibu yang mengetahui dampak kekerasan dalam rumah tangga akan lebih tahu bagaimana mengantisipasinya agar kekerasan di dalam rumah tangga tidak terjadi.


(48)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Kekerasan dalam rumah tangga adalah kekerasan yang terjadi dalam lingkungan rumah tangga. Pada umumnya, pelaku kekerasan dalam rumah tangga adalah suami, dan korbannya adalah istri dan / atau anak- anaknya bisa terjadi dalam bentuk fisik, kekerasan psikologi / emosional, kekerasan seksual dan kekerasan ekonomi (Ahmad Fauzi, 6 - 8 – 2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai “Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Dampak Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Desa Sambi Rejo Dusun V Kec. Binjai Kab. Langkat Tahun 2007, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Pendidikan ibu yang tinggi akan membuat minat ibu yang tinggi untuk mengetahui dampak kekerasan dalam rumah tangga.

2. Ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu luang atau dapat meluangkan waktunya untuk lebih sering melihat informasi mengenai dampak kekerasan dalam rumah tangga.

3. Kurangnya pengetahuan ibu tentang kekerasan terhadap perempuan lebih banyak ditemukan pada ibu rumah tangga atau pada ibu yang tidak bekerja. Hal ini disebabkan ibu kurang mengetahui dampak kekerasan karena si ibu beranggapan bahwa seorang ibu rumah tangga jika mendapat kekerasan dalam hidupnya adalah hal biasa.

4. Informasi yang diterima melalui visual ataupun audio visual bagi ibu – ibu mengenai dampak kekerasan dalam rumah tangga yang diterima cenderung melalui media elektronika. sebab informasi yang diterima melalui media elektronika ( audio visual) dapat lebih jelas di lihat model – model ataupun bentuk dampak kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi pada kehidupan masyarakat.

5. Pengetahuan ibu mengenai dampak kekerasan dalam rumah tangga mayoritas ibu mempunyai pengetahuan yang kurang.


(49)

6.2. Saran – Saran

Adapun saran-saran yang dapat disampaikan penelitian ini adalah: 1. Bagi Masyarakat

Agar masyarakat dapat mengetahui bagaimana bentuk – bentuk kekerasan dalam rumah tangga dan mengetahui cara mengantisipasinya kekerasan dalam rumah tangga serta menindak lanjuti apabila terjadi tindakan kekerasan dalam rumah tangga.

2. Bagi Instituti Penelitian

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk penelitian selanjutnya, dan menjadi bahan masukkan bagi institusi pendidikan.

3. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan, dan dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diterima, untuk dapat meningkatan pelayanan dan informasi kesehatan bagi masyarakat.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, edisi Revisi V Rineka Cipta, Jakarta Arikunto,S. 2005. Manajemen Penelitian, edisi revisi, Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta

Ahmad Chusairi, 2006. Kekerasan Terhadap Istri dan Ketidakadilan Gender, (www.indomedia.com/barnas)

Ahmad fauzi, 2006. Pedoman Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Terhadap Perempuan, Jakarta Harlock, 1998, Psikologi Perkembangan, Jakarta

Maria Etty,2004. Keharmonisan Keluarga, Penerbit Acuan, Jakarta

Nelden Djakbaban, 2005. Jaringan Kerja Korban Kekerasan, www.pulih.or.id

Notoadmojo,S,2003. Meteodologi Penelitian. Penerbit Rineka Cipta Jakarta

Notoadmojo, S, 2003. Pendidikan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Cetakan kedua, Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta

Najlah Naqiah, 2005. Suara Hati Seorang Perempuan. (www.najlah.blogspot.com) Pengadilan Agama Stabat, 2007. Stabat

Roystone Erica, 1994. Pencegahan Kematian Ibu Hamil, Bina RupaAksara, Jakarta Survei Demografi Kesehatan Indonesi, 1997.Jakarta

Tapi Omas Ihromi, 2000, Perilaku Kesehatan. Jakarta

http//advokasi.or.id/ruu anti kdrt, 2007, Bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga http//www.Kebumen.co.id,2007, RSUD Tangani 49 Korban kasus kekerasan


(1)

Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi tingginya tingkat intelegensinya. Pendidikan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerime ide-ide baru (Notoatmodjo, 2003).

Kekerasan dalam rumah tangga bukan saja terjadi pada kelompok berpendidikan dan berpenghasilan rendah, namun kasus kekerasan terjadi dikelompok berpendidikan menengah keatas (Ahmad Chusairi, 2006, hal 2).

Pendidikan ibu yang tinggi akan membuat minat ibu yang tinggi untuk mngetahui dampak kekerasan dalam rumah tangga. Pendidikan ibu dibedakan atas ibu yang berpendidikan rendah (SD dan SLTP), pendidikan sedang (SMU), dan pendidikan tinggi ( D3 dan S1).

Ibu-ibu di Dusun V Desa Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2008, mayoritas berpendidikan SMP ada sebanyak 21 orang (35,6%), dan minoritas berpendidikan tinggi ada sebanyak 5 orang (8,5%).

5.2.1.3. Pekerjaan

Pekerjaan ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ibu untuk mengerti mengenai dampak kekerasan dalam rumah tangga dibedakan atas ibu yang bekerja dan tidak bekerja. Ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu luang atau dapat meluangkan waktunya untuk lebih sering melihat informasi mengenai dampak kekerasan dalam rumah tangga.

Ibu-ibu di Dusun V Desa Sambi rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2008, mayoritas tidak bekerja yaitu ada sebanyak 46 orang (78%), dan minoritas bekerja yaitu ada sebanyak 13 orang (22%).

Kurangnya pengetahuan ibu tentang kekerasan terhadap perempuan lebih banyak ditemukan pada ibu rumah tangga atau pada ibu yang tidak bekerja. Hal ini disebabkan ibu kurang mengetahui dampak kekerasan dan akibatnya, khususnya akibat pada kesehatan reproduksinya karena si ibu beranggapan bahwa seorang ibu rumah tangga jika mendapat kekerasan dalam hidupnya adalah hal


(2)

biasa. Kurniati (1998) menyatakan kekerasan paling tinggi yang menimpa perempuan adalah wanita yang sudah berkeluarga. Perbedaan dan pembagian gender juga membuat kaum perempuan bekerja lebih keras dan lebih lama (Doubel Burden). Bekerja bagi perempuan yang bersuami tentu berbeda artinya dengan perempuan yang harus menjadi tiang keluarga. Beban yang disanggah tentu lebih berat dirasakan oleh perempuan yang mencari nafkah sendirian. Jasil penelitian bekerja, punya kaitanna yang sangat erat dengan kelas sosial dimana mereka berada. Perempuan yang paling risau akan kesuksesan cenderung berasal dari keluarga menengah keatas, dimana ayah mereka berhasil dan ibu mereka tak perlu bekerja secara terikat dan profesional. Situasi ini kerap kali menjadi tempat dominan tindak kekerasan terjadi (Ahmad Fauzi, 06-08-2006).

5.2.1.4. Sumber Informasi

Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam penyampaian informasi, merangsang fikiran dan kemampuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Informasi yang diterima melalui visual ataupun audio visual bagi ibu – ibu mengenai dampak kekerasan dalam rumah tangga yang diterima cenderung melalui media elektronika yaitu ada sebanyak 38 orang (64,4%), dan informasi paling sedikit diterima ibu melalui teman dan keluarga ada sebanyak 3 orang (5,1%). ibu lebih menyenangi informasi media elektronika, sebab informasi yang diterima melalui media elektronika ( audio visual) dapat lebih jelas di lihat model – model ataupun bentuk dampak kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi pada kehidupan masyarakat.

Keberadaan media informasi berhubungan erat dengan komunikasi massa yang sangat berpengaruh dalam peningkatan pengetahuan dan pemahaman seseorang tentang kesehatan komunikasi massa merupakan interaksi yang berjalan secara tidak langsung melalui suatu media yang sifatnya satu arah dengan sasaran adalah massa.

5.2.1.5.Pengetahuan Ibu


(3)

Pengetahuan merupakan dasar yang penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, pengetahuan itu sendiri penting untuk mendukung psikis dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan pengetahuan merupakan faktor yang mendukung tindakan seseorang (Notoadmojo,2007).

Pengetahuan ibu mengenai dampak kekerasan dalam rumah tangga di Dusun V Desa Sambi Rejo Kecamatan Binajai Kabupaten Langkat Tahun 2008, adalah mayoritas ibu yang mempunyai pengetahuan yang kurang yaitu sebanyak 33 orang (55,9%) dan minoritas ibu yang pengetahuan yang cukup yaitu ada sebanyak orang (11,9%). Hal ini sesuai Menurut Ancok (1997), yang mengemukakan bahwa apabila seseorang berpengetahuan baik tentang suatu objek maka akan terbentuk pula sikap positif terhadap objek tertentu, diharapkan akan terbentuk niat melakukan objek tersebut. Ibu – ibu yang mengetahui dampak kekerasan dalam rumah tangga akan lebih tahu bagaimana mengantisipasinya agar kekerasan di dalam rumah tangga tidak terjadi.


(4)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Kekerasan dalam rumah tangga adalah kekerasan yang terjadi dalam lingkungan rumah tangga. Pada umumnya, pelaku kekerasan dalam rumah tangga adalah suami, dan korbannya adalah istri dan / atau anak- anaknya bisa terjadi dalam bentuk fisik, kekerasan psikologi / emosional, kekerasan seksual dan kekerasan ekonomi (Ahmad Fauzi, 6 - 8 – 2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai “Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Dampak Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Desa Sambi Rejo Dusun V Kec. Binjai Kab. Langkat Tahun 2007, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Pendidikan ibu yang tinggi akan membuat minat ibu yang tinggi untuk mengetahui dampak kekerasan dalam rumah tangga.

2. Ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu luang atau dapat meluangkan waktunya untuk lebih sering melihat informasi mengenai dampak kekerasan dalam rumah tangga.

3. Kurangnya pengetahuan ibu tentang kekerasan terhadap perempuan lebih banyak ditemukan pada ibu rumah tangga atau pada ibu yang tidak bekerja. Hal ini disebabkan ibu kurang mengetahui dampak kekerasan karena si ibu beranggapan bahwa seorang ibu rumah tangga jika mendapat kekerasan dalam hidupnya adalah hal biasa.

4. Informasi yang diterima melalui visual ataupun audio visual bagi ibu – ibu mengenai dampak kekerasan dalam rumah tangga yang diterima cenderung melalui media elektronika. sebab informasi yang diterima melalui media elektronika ( audio visual) dapat lebih jelas di lihat model – model ataupun bentuk dampak kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi pada kehidupan masyarakat.

5. Pengetahuan ibu mengenai dampak kekerasan dalam rumah tangga mayoritas ibu mempunyai pengetahuan yang kurang.


(5)

6.2. Saran – Saran

Adapun saran-saran yang dapat disampaikan penelitian ini adalah: 1. Bagi Masyarakat

Agar masyarakat dapat mengetahui bagaimana bentuk – bentuk kekerasan dalam rumah tangga dan mengetahui cara mengantisipasinya kekerasan dalam rumah tangga serta menindak lanjuti apabila terjadi tindakan kekerasan dalam rumah tangga.

2. Bagi Instituti Penelitian

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk penelitian selanjutnya, dan menjadi bahan masukkan bagi institusi pendidikan.

3. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan, dan dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diterima, untuk dapat meningkatan pelayanan dan informasi kesehatan bagi masyarakat.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, edisi Revisi V Rineka Cipta, Jakarta Arikunto,S. 2005. Manajemen Penelitian, edisi revisi, Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta

Ahmad Chusairi, 2006. Kekerasan Terhadap Istri dan Ketidakadilan Gender, (www.indomedia.com/barnas)

Ahmad fauzi, 2006. Pedoman Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Terhadap Perempuan, Jakarta Harlock, 1998, Psikologi Perkembangan, Jakarta

Maria Etty,2004. Keharmonisan Keluarga, Penerbit Acuan, Jakarta

Nelden Djakbaban, 2005. Jaringan Kerja Korban Kekerasan, www.pulih.or.id Notoadmojo,S,2003. Meteodologi Penelitian. Penerbit Rineka Cipta Jakarta

Notoadmojo, S, 2003. Pendidikan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Cetakan kedua, Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta

Najlah Naqiah, 2005. Suara Hati Seorang Perempuan. (www.najlah.blogspot.com) Pengadilan Agama Stabat, 2007. Stabat

Roystone Erica, 1994. Pencegahan Kematian Ibu Hamil, Bina RupaAksara, Jakarta Survei Demografi Kesehatan Indonesi, 1997.Jakarta

Tapi Omas Ihromi, 2000, Perilaku Kesehatan. Jakarta

http//advokasi.or.id/ruu anti kdrt, 2007, Bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga http//www.Kebumen.co.id,2007, RSUD Tangani 49 Korban kasus kekerasan

http//www.mirifica.net, 2007, RUU kekerasan dalam rumah tangga “ Menggantung “.