support.pajak.go.id - Rinci Aturan LAMPIRAN 5-FINAL

KEMENT
TERIAN K
KEUANG
GAN REPU
UBLIK IN
NDONESIIA
DIREKT
TORAT JENDERA
J
AL PAJAK
K

LAMP
PIRAN V
PER
RATURAN
N DIREKT
TUR JENDERAL P
PAJAK
NOMO
OR PER- 06 /P

PJ/2012
TEN
NTANG
TATA C
CARA PE
ENATAUS
SAHAAN,
PAJAKAN
PELAKS
SANAAN HAK DAN
N PEMEN
NUHAN KEWAJIB
K
BAN PERP
N
SEHUB
BUNGAN DENGAN
N PEMIN
NDAHAN WAJIB
W

P
PAJAK DA
AN/ATAU
U
OR PELA
AYANAN PAJAK
P
PEN
NGUSAHA
A KENA PAJAK
P
DA
ARI DAN/ATAU KE
K KANTO
T JENDER
RAL PAJA
D LINGK
DI
KUNGAN KANTOR
R WILAYA

AH DIREKTORAT
AK
AK DI LIN
NGKUNGA
W
WAJIB
PAJAK
P
BE
ESAR, KA
ANTOR PELAYANA
AN PAJA
AN
AKARTA KHUSUS
KAN
NTOR WIL
LAYAH DIREKTOR
RAT JENDERAL PAJAK
P
JA

S, DAN
DYA
K
KANTOR
PELAYAN
NAN PAJ
JAK MAD

TATA CARA PENERBITAN SURAT KETERANGAN TERDAFTAR (SKT),
NPWP DAN SURAT PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP)
SERTA SURAT KEPUTUSAN PEMUSATAN TEMPAT PPN TERUTANG

1. KPP Baru menerbitkan SKT, NPWP dan Surat Pengukuhan PKP, termasuk
cabang-cabangnya yang wajib melaporkan kewajiban perpajakannya di
KPP Baru, paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak tanggal SMT dengan
tanggal SMT sebagai tanggal mulai terdaftar dan tanggal dikukuhkan, serta
menyampaikannya dengan surat pengantar sesuai formulir pada Lampiran
V-1 kepada Wajib Pajak paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak
tanggal SMT dengan tembusan Kepala KPP lama.
2. Kepala KPP Baru di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak

Wajib Pajak Besar dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta
Khusus menerbitkan Surat Keputusan Pemusatan Tempat PPN Terutang
bagi Pengusaha Kena Pajak paling lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal SMT
untuk Wajib Pajak yang sebelumnya terdaftar pada KPP lain yang telah
melaksanakan pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang,
meliputi:
a. seluruh tempat kegiatan usaha Wajib Pajak untuk Wajib Pajak yang
sebelumnya terdaftar pada KPP di lingkungan Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar, Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus dan KPP Madya, atau
b. sesuai dengan surat keputusan pemusatan sebelumnya, untuk Wajib
Pajak yang sebelumnya terdaftar di KPP Pratama,
yang berlaku sejak tanggal SMT dengan menggunakan formulir V-2.
3. Dalam hal KPP Baru adalah KPP Madya, Kepala KPP Baru menerbitkan
surat keputusan pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang
paling lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal SMT untuk:
a. Wajib Pajak yang sebelumnya terdaftar pada KPP di lingkungan Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar dan Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus serta Kantor
Pelayanan Pajak Madya, meliputi seluruh tempat kegiatan usaha Wajib

Pajak; atau
b. Wajib Pajak yang sebelumnya terdaftar pada KPP Pratama dan telah
diterbitkan surat keputusan pemusatan tempat Pajak Pertambahan
Nilai terutang yang masih berlaku pada tanggal SMT, meliputi tempattempat kegiatan usaha Wajib Pajak sesuai dengan surat keputusan
pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang sebelumnya,
yang berlaku sejak tanggal SMT sampai dengan 31 Desember tahun SMT
dengan menggunakan formulir V-3.

4. Dalam hal KPP Baru adalah KPP Pratama, Kepala KPP Baru menerbitkan
surat keputusan pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang bagi
Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama berdasarkan Keputusan
Direktur Jenderal Pajak paling lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal SMT
yang berlaku sejak tanggal SMT sampai dengan 31 Desember tahun SMT
dengan menggunakan formulir V-3.
5. Paling lambat 2 (dua) bulan sebelum berakhirnya tahun SMT, Kepala KPP
di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar,
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus, dan KPP Madya
menerbitkan surat keputusan pemusatan Pajak Pertambahan Nilai
terutang untuk tempat-tempat kegiatan usaha sesuai dengan ketentuan
sebagai berikut:

a. bagi Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP di lingkungan Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar dan Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus, pemusatan Pajak
Pertambahan Nilai untuk seluruh tempat kegiatan usaha Wajib Pajak;
atau
b. bagi Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Madya berstatus pusat,
pemusatan Pajak Pertambahan Nilai untuk tempat-tempat kegiatan
usaha yang berada di wilayah sebagaimana ditetapkan pada Lampiran
II Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-08/PJ/2012;
yang berlaku sejak tanggal 1 Januari tahun berikutnya setelah tahun SMT
dengan menggunakan formulir V-2, kecuali untuk Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf a.
6. Kepala KPP Baru tidak menerbitkan surat keputusan pemusatan tempat
Pajak Pertambahan Nilai terutang dalam hal Wajib Pajak yang terdaftar
pada KPP Baru berasal dari KPP yang sama dan telah diterbitkan SK
Pemusatan PPN Terutang oleh Kepala KPP.
7. Dalam rangka mengadministrasikan kewajiban perpajakan Wajib Pajak di
KPP Lama sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER08/PJ/2012, KPP Lama menerbitkan SKT dan NPWP dengan kode cabang
kepada Wajib Pajak paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak tanggal SMT dan
menyampaikannya paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak tanggal

SMT.
8. Dalam hal kewajiban Pajak Pertambahan Nilai Wajib Pajak wajib
dilaporkan di KPP Lama, KPP Lama menerbitkan Surat Pengukuhan PKP
bersamaan dengan SKT dan NPWP.
9. Dalam hal pemusatan tempat Pertambahan Nilai terutang Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud pada angka 8 dilaksanakan di KPP lama, Kepala
KPP lama atas nama Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat
Keputusan Pemusatan Tempat PPN Terutang paling lambat 1 (satu) bulan
sejak tanggal SMT dengan menggunakan formulir V-3 yang berlaku sejak
tanggal SMT sampai dengan berakhirnya masa penetapan pemusatan
dalam surat keputusan pemusatan sebelumnya.

KEMENT
TERIAN K
KEUANG
GAN REPU
UBLIK IN
NDONESIIA
DIREKT
TORAT JENDERA

J
AL PAJAK
K

LAMPIRAN V-1
PER
RATURAN
N DIREKT
TUR JENDERAL P
PAJAK
NOMO
OR PER- 06 /P
PJ/2012
TEN
NTANG
TATA C
CARA PE
ENATAUS
SAHAAN,
PAJAKAN

PELAKS
SANAAN HAK DAN
N PEMEN
NUHAN KEWAJIB
K
BAN PERP
N
SEHUB
BUNGAN DENGAN
N PEMIN
NDAHAN WAJIB
W
P
PAJAK DA
AN/ATAU
U
OR PELA
AYANAN PAJAK
P
NGUSAHA

A KENA PAJAK
P
DA
ARI DAN/ATAU KE
K KANTO
PEN
T JENDER
RAL PAJA
D LINGK
DI
KUNGAN KANTOR
R WILAYA
AH DIREKTORAT
AK
AK DI LIN
NGKUNGA
W
WAJIB
PAJAK
P
BE
ESAR, KA
ANTOR PELAYANA
AN PAJA
AN
AKARTA KHUSUS
KAN
NTOR WIL
LAYAH DIREKTOR
RAT JENDERAL PAJAK
P
JA
S, DAN
DYA
K
KANTOR
PELAYAN
NAN PAJ
JAK MAD

KEM
MENTER
RIAN KEUANGAN
N REPUB
BLIK IND
DONESIA
A
DIREKTO
ORAT JEN
NDERAL P
PAJAK
KANTOR WILAYAH
H DJP .............................................. (1)

KA
ANTOR P
PELAYAN
NAN PAJA
AK ............................... (2)
...................................................................................................................... (3)
.............................................................................................................................................
.............................................................................................
.....................................................................

Nomor
Sifat
piran
Lamp
Hal

:
:
:
:

……...................…. (5)
Segera
....................... (7)
Pemberittahuan Tempat Terdaftar

(4)

…………
……………
…… (6)


........... (8))
Yth. …..............
......................................
......................................
Sehubun
ngan dengan dilakukkannya pe
emindahan tempat pendaftaran
n dan/atau
u tempat
oran usah
ha bagi Wajib
W
Pajakk Tertentu, maka de
engan ini diberitahu
ukan bahw
wa sejak
pelapo
tanggal ..........................(9
9) Saudara
a/Perusaha
aan Saudara terdafta
ar di Kantor Pelayana
an Pajak
n NPWP: .................. (11).
........................(10) dengan
aikan Suratt Keterangan Terdafttar (SKT) dan Kartu NPWP ya
ang baru
Terlampiir disampa
aan Sauda
ara, terma
asuk SKT dan karttu NPWP untuk ca
abang yan
ng wajib
untuk perusaha
porkan kew
wajiban perrpajakannyya di KPP Baru.
B
(dafta
ar terlampir).
melap
eberapa ha
al yang pe
an dengan
n hal terse
ebut di atas, maka te
erdapat be
erlu kami
Berkenaa
inform
masikan, ya
aitu:

1.

aan Saudara dihimba
demi kelanc
caran dan kemudaha
an, kepada
a Saudara
a/Perusaha
au untuk
ban perpaja
akan sejakk tanggal
menggunak
m
kan NPWP Baru dala
am seluruh pemenuha
an kewajib
.................. (12).

2.

NPWP lam
ma sampai dengan
S
yang disampaikkan ke KP
PP Lama dengan N
pelaporan SPT
enderal Pajjak pada
anggal ........................... (13), diianggap te
elah diterim
ma oleh Dirrektorat Je
ta
at yang dite
erbitkan oleh KPP
ta
anggal ses
suai denga
an tanggal pada Buk
kti Penerim
maan Sura
Lama.

3.

gan mengg
n dan penyyetoran paj
ajak oleh Wajib
W
Pajakk yang dilakkukan deng
gunakan
pembayaran
mbayaran tersebut dilakukan
N
NPWP
lama
a dinyataka
an sah dan
n dapat ditterima sepa
anjang pem
orat Jenderral Pajak
di Bank/Kan
ntor Pos ya
ang sudah terhubung
g secara on
nline dengan Direkto
memperoleh
h Nomor Transaksi
embayaran
n dan penyyetoran ters
sebut Wajib Pajak m
dan atas pe
Wajib Paja
ak memba
P
Pembayara
n Pajak (NTPP) da
ari Bank/Ka
antor Pos dimana W
ayar dan
etelah tang
ggal terseb
m
menyetor
Pajak paling
g lama tang
ggal ............................. (14). Se
but Wajib
enyetoran dengan
P
Pajak
sudah tidak dapat la
agi melak
kukan pembayaran dan pe
m
menggunak
kan NPWP Lama.

4.

Pembayaran dan pen
P
nyetoran ssebagaima
ana dimakssud pada angka 3 (tiga), diuttamakan
por yang d
dokumen im
untuk pemb
bayaran da
an penyeto
oran pajak
k dalam ra
angka imp
mpornya
ggunakan NPWP Barru.
belum meng

5.

am bentukk media
an Saudarra menyampaikan SPT dala
dalam hal Saudara/perusahaa
gubah NPWP Lama dengan
e-SPT), Sa
audara/Perrusahaan Saudara harus
h
meng
elektronik (e
N
NPWP
Baru
u pada men
nu profile W
Wajib Pajak.

6.

penggunaan formulir Faktur Pajak Lama yang telah dicetak dan belum digunakan serta
penerbitan Faktur Pajak oleh Wajib Pajak, diatur sebagai berikut:
a. Pengusaha Kena Pajak wajib menggunakan NPWP Baru sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dan melanjutkan nomor urut Faktur Pajak Lama.
b. Pengusaha Kena Pajak masih dapat menggunakan formulir Faktur Pajak Lama paling
lama sampai dengan tanggal ........................(15).
c. penggunaan formulir Faktur Pajak Lama tersebut dilakukan dengan cara
menambahkan kode KPP Baru, di atas atau di bawah Kode KPP Lama pada kolom
NPWP Lama dengan cara ditulis sedemikian rupa tanpa coretan atau koreksi apapun
yang dapat mengakibatkan Faktur Pajak menjadi cacat.
d. kode KPP Lama pada NPWP Lama adalah 3 angka setelah digit ke 9 pada NPWP
Lama dan Kode KPP Baru pada NPWP Baru adalah 3 angka setelah digit ke 9 pada
NPWP Baru.
Contoh : NPWP Lama : 01.234.567.8-001.000
Kode KPP Lama
NPWP Baru

: 01.234.567.8-052.000
Kode KPP Baru

e.

7.

Faktur Pajak yang diterbitkan oleh Pengusaha Kena Pajak atau diterima oleh
Pengusaha Kena Pajak dari penjual yang masih menggunakan NPWP Lama sampai
dengan masa pajak ......................(16), tetap dianggap sah sepanjang memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dan bagi pembeli yang
menggunakan Faktur Pajak tersebut tetap dapat mengkreditkan PPN yang tercantum
pada Faktur Pajak tersebut sepanjang memenuhi ketentuan sebagai Pajak Masukan
yang dapat dikreditkan.

Penggunaan formulir Bukti Pemotongan/Pemungutan yang telah dicetak dengan
menggunakan NPWP Lama dan belum digunakan serta penerimaan Bukti
Pemotongan/Pemungutan oleh Wajib Pajak, diatur sebagai berikut:
a. Wajib Pajak masih dapat menggunakan formulir Bukti Pemotongan/Pemungutan paling
lama sampai dengan tanggal ........................(17).
b. Penggunaan formulir Bukti Pemotongan/Pemungutan tersebut dilakukan dengan cara
menambahkan kode KPP Baru, di atas atau di bawah kode KPP Lama pada kolom
NPWP Lama pemotong pajak, dengan cara ditulis tanpa coretan atau koreksi apapun.
c. Bukti Pemotongan/Pemungutan atas objek pemotongan dan pemungutan PPh yang
masih menggunakan NPWP Lama, baik yang diterbitkan sebagai Wajib Pajak
pemotong/pemungut pajak maupun yang diterima sebagai Wajib Pajak yang
dipotong/dipungut pajak, tetap dianggap sah sepanjang memenuhi ketentuan
peraturan
perundang-undangan
perpajakan
sampai
dengan
tanggal
.............................(18).
Demikian disampaikan untuk diketahui.
Kepala Kantor

…………………… (19)
NIP ………………
Tembusan:
1. Kepala KPP..............(20)
2. Kepala KPP..............(21)
3. Kepala KPP..............(21)
4. Dst.

Lampiran Surat Nomor S-……………
Tanggal…………………..

Nama Wajib Pajak : ………………………

No.

Cabang (22)

NPWP Baru (23)

NPWP Lama (24)

PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PEMBERITAHUAN KEPADA WAJIB PAJAK
MENGENAI PEMINDAHAN TEMPAT TERDAFTAR
 

Angka 1

: Diisi dengan nama Kanwil atasan Unit KPP yang membuat dan
mengeluarkan surat pemberitahuan kepada Wajib Pajak.

Angka 2

: Diisi dengan nama Unit KPP yang membuat dan mengeluarkan
surat pemberitahuan kepada Wajib Pajak.

Angka 3

: Diisi dengan alamat lengkap Unit KPP yang membuat dan
mengeluarkan surat pemberitahuan kepada Wajib Pajak.

Angka 4

: Diisi dengan nomor telepon dan fax Unit KPP yang membuat dan
mengeluarkan surat pemberitahuan kepada Wajib Pajak.

Angka 5

: Diisi dengan nomor surat pemberitahuan kepada Wajib Pajak.

Angka 6

: Diisi dengan tanggal, bulan dan
pemberitahuan kepada Wajib Pajak.

Angka 7

: Diisi dengan jumlah lampiran surat pemberitahuan kepada
Wajib Pajak.

Angka 8

: Diisi dengan nama dan alamat Wajib Pajak.

Angka 9

: Diisi dengan tanggal SMT.

tahun

dibuatnya

surat

Angka 10 : Diisi dengan nama Unit KPP yang membuat dan mengeluarkan
surat pemberitahuan kepada Wajib Pajak.
Angka 11 : Diisi dengan NPWP Baru Wajib Pajak.
Angka 12 : Diisi dengan tanggal SMT.
Angka 13 : Diisi dengan tanggal kalender yang terhitung 2 (dua) bulan sejak
tanggal SMT.
Angka 14 : Diisi dengan tanggal kalender yang terhitung 2 (dua) bulan sejak
tanggal SMT.
Angka 15 : Diisi dengan tanggal kalender yang terhitung 3 (tiga) bulan sejak
tanggal SMT.
Angka 16 : Diisi dengan masa pajak yang terhitung 3 (tiga) bulan sejak
tanggal SMT.
contoh: Juni 2012.
Angka 17 : Diisi dengan tanggal kalender yang terhitung 3 (tiga) bulan sejak
tanggal SMT.
Angka 18 : Diisi dengan tanggal kalender yang terhitung 3 (tiga) bulan sejak
tanggal SMT.
Angka 19 : Diisi dengan nama, NIP, dan tanda tangan Kepala Kantor serta
cap jabatan.
Angka 20 : Diisi dengan Kepala KPP tempat Wajib Pajak terdaftar
sebelumnya untuk Wajib Pajak yang tercantum di dalam surat
keputusan.

Angka 21 : Diisi dengan Kepala KPP tempat Wajib Pajak cabang terdaftar
sebelumnya untuk cabang yang wajib melaporkan kewajiban
perpajakannya di KPP Baru.
Angka 22 : Diisi dengan lokasi cabang Wajib Pajak (dalam hal Wajib Pajak
mempunyai cabang).
Angka 23 : Diisi dengan NPWP cabang Baru Wajib Pajak.
Angka 24 : Diisi dengan NPWP cabang Lama Wajib Pajak.

KEMENT
TERIAN K
KEUANG
GAN REPU
UBLIK IN
NDONESIIA
DIREKT
TORAT JENDERA
J
AL PAJAK
K

LAMPIRAN V-2
PER
RATURAN
N DIREKT
TUR JENDERAL P
PAJAK
NOMO
OR PER- 06 /P
PJ/2012
TEN
NTANG
TATA C
CARA PE
ENATAUS
SAHAAN,
PAJAKAN
PELAKS
SANAAN HAK DAN
N PEMEN
NUHAN KEWAJIB
K
BAN PERP
N
SEHUB
BUNGAN DENGAN
N PEMIN
NDAHAN WAJIB
W
P
PAJAK DA
AN/ATAU
U
OR PELA
AYANAN PAJAK
P
NGUSAHA
A KENA PAJAK
P
DA
ARI DAN/ATAU KE
K KANTO
PEN
T JENDER
RAL PAJA
D LINGK
DI
KUNGAN KANTOR
R WILAYA
AH DIREKTORAT
AK
AK DI LIN
NGKUNGA
W
WAJIB
PAJAK
P
BE
ESAR, KA
ANTOR PELAYANA
AN PAJA
AN
AKARTA KHUSUS
KAN
NTOR WIL
LAYAH DIREKTOR
RAT JENDERAL PAJAK
P
JA
S, DAN
DYA
K
KANTOR
PELAYAN
NAN PAJ
JAK MAD

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR KEP-........./WPJ...../KP...../........ (1)
TENTANG
PEMUSATAN TEMPAT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TERUTANG
DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
Menimbang

: Bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 5 ayat (3) Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-49/PJ/2011 tentang
Tempat Pendaftaran dan Pelaporan Usaha bagi Wajib Pajak
pada Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar, Kantor
Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Jakarta Khusus, dan Kantor Pelayanan Pajak
Madya, maka perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal
Pajak tentang Pemusatan Tempat Pajak Pertambahan Nilai
Terutang;

Mengingat

:

5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2009;
6. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42
Tahun 2009;
7. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER49/PJ/2011 tentang Tempat Pendaftaran dan Pelaporan
Usaha bagi Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di
Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
Wajib Pajak Besar, Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus,
dan Kantor Pelayanan Pajak Madya;
8. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP- ...........(2)
tentang ..............................................................................
........................................................................ (3);

MEMUTUSKAN: ...

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN
PEMUSATAN
TERUTANG.

DIREKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG
TEMPAT
PAJAK
PERTAMBAHAN
NILAI

KESATU

: Menetapkan Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang dari
Pengusaha Kena Pajak .................(4) NPWP .......................(5)
yang beralamat di ..............................(6) untuk melaksanakan
pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang pada
Kantor Pelayanan Pajak ............................(7) atas tempat
kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha sebagai berikut:
1. Nama.......... NPWP.......... alamat....................(8);
2. ............................................................. ;
3. ........................................................ dst.

KEDUA

: Pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang
sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU mulai berlaku
sejak ....................(9).

KETIGA *)

: Dengan berlakunya Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini,
maka Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP....................(10) tentang ...................................................(11)
dinyatakan tidak berlaku.
Salinan Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini disampaikan
kepada:
1. ................... (12) di .............(13);
2. ................... (14);
3. ................... (15) dst;
4. ................... (16) dst.

Ditetapkan di ................. (17)
pada tanggal ................. (18)
a.n. DIREKTUR JENDERAL PAJAK
KEPALA KANTOR,

.................................. (19)
NIP ............................

PETUNJUK PENGISIAN SURAT KEPUTUSAN
PEMUSATAN TEMPAT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TERUTANG
(LAMPIRAN V-2)

Angka 1

Angka 2
Angka 3
Angka
Angka
Angka
Angka
Angka

4
5
6
7
8

Angka 9
Angka 10
Angka 11
Angka 12
Angka 13
Angka 14

Angka 15
Angka 16
Angka 17
Angka 18
Angka 19

: Diisi dengan nomor Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang
Pemusatan Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang, yang
akan ditetapkan.
: Diisi dengan nomor Keputusan Direktur Jenderal Pajak
mengenai penetapan Wajib Pajak terdaftar pada KPP Baru.
: Diisi dengan judul Keputusan Direktur Jenderal Pajak
mengenai penetapan Wajib Pajak terdaftar pada KPP Baru.
: Diisi dengan nama Pengusaha Kena Pajak.
: Diisi dengan NPWP.
: Diisi dengan alamat Pengusaha Kena Pajak.
: Diisi dengan unit KPP Baru.
: Diisi dengan nama, NPWP dan alamat tempat kedudukan
dan/atau kegiatan usaha Pengusaha Kena Pajak yang
dipusatkan.
: Diisi dengan tanggal SMT.
: Diisi dengan nomor Keputusan Pemusatan Tempat PPN
Terutang yang sebelumnya telah diterbitkan.
: Diisi dengan judul Keputusan Pemusatan Tempat PPN Terutang
yang sebelumnya telah diterbitkan.
: Diisi dengan nama dan NPWP Pengusaha Kena Pajak.
: Diisi dengan alamat Pengusaha Kena Pajak.
: Diisi dengan Kepala Kantor Wilayah DJP yang meliputi KPP
Baru yang menerbitkan Keputusan Pemusatan Tempat PPN
Terutang.
: Diisi dengan Kepala Kantor Wilayah DJP yang meliputi tempat
kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha yang dipusatkan.
: Diisi dengan Kepala KPP yang meliputi tempat kedudukan
dan/atau tempat kegiatan usaha yang dipusatkan.
: Diisi dengan Kota tempat ditetapkannya keputusan.
: Diisi dengan tanggal, bulan, dan tahun ditetapkannya
keputusan.
: Diisi dengan nama, NIP dan tanda tangan Kepala KPP Lama
serta cap jabatan.

KEMENT
TERIAN K
KEUANG
GAN REPU
UBLIK IN
NDONESIIA
DIREKT
TORAT JENDERA
J
AL PAJAK
K

LAMPIRAN V-3
PER
RATURAN
N DIREKT
TUR JENDERAL P
PAJAK
NOMO
OR PER- 06 /P
PJ/2012
TEN
NTANG
TATA C
CARA PE
ENATAUS
SAHAAN,
PELAKS
SANAAN HAK DAN
N PEMEN
NUHAN KEWAJIB
K
BAN PERP
PAJAKAN
N
PAJAK DA
AN/ATAU
SEHUB
BUNGAN DENGAN
N PEMIN
NDAHAN WAJIB
W
P
U
OR PELA
AYANAN PAJAK
P
NGUSAHA
A KENA PAJAK
P
DA
ARI DAN/ATAU KE
K KANTO
PEN
T JENDER
RAL PAJA
D LINGK
DI
KUNGAN KANTOR
R WILAYA
AH DIREKTORAT
AK
AK DI LIN
NGKUNGA
W
WAJIB
PAJAK
P
BE
ESAR, KA
ANTOR PELAYANA
AN PAJA
AN
AKARTA KHUSUS
KAN
NTOR WIL
LAYAH DIREKTOR
RAT JENDERAL PAJAK
P
JA
S, DAN
DYA
K
KANTOR
PELAYAN
NAN PAJ
JAK MAD

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR KEP-........./WPJ...../KP...../........ (1)
TENTANG
PEMUSATAN TEMPAT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TERUTANG
DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
Menimbang

: Bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 5 ayat (5) Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-49/PJ/2011 tentang
Tempat Pendaftaran dan Pelaporan Usaha bagi Wajib Pajak
pada Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar, Kantor
Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Jakarta Khusus, dan Kantor Pelayanan Pajak
Madya, maka perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal
Pajak tentang Pemusatan Tempat Pajak Pertambahan Nilai
Terutang;

Mengingat

: 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2009;
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42
Tahun 2009;
3. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER49/PJ/2011 tentang Tempat Pendaftaran dan Pelaporan
Usaha bagi Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di
Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
Wajib Pajak Besar, Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus,
dan Kantor Pelayanan Pajak Madya;
4. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP- ...........(2)
tentang ..............................................................................
................................................................................ (3);

MEMUTUSKAN …

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN
PEMUSATAN
TERUTANG.

DIREKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG
TEMPAT
PAJAK
PERTAMBAHAN
NILAI

KESATU

: Menetapkan Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang dari
Pengusaha Kena Pajak .................(4) NPWP .......................(5)
yang beralamat di ..............................(6) untuk melaksanakan
pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang pada
Kantor Pelayanan Pajak ............................(7) atas tempat
kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha sebagai berikut:
1. Nama.......... NPWP.......... alamat....................(8);
2. .............................................................;
3. ........................................................ dst.

KEDUA

: Penghitungan, penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan
Nilai yang dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak
.........................(9)
meliputi
seluruh
kegiatan
Tempat
Pemusatan Pajak Pertambahan Nilai Terutang yang beralamat
di ...........................(10) termasuk tempat kedudukan
dan/atau
tempat
kegiatan
usaha
yang
dipusatkan
sebagaimana tersebut dalam Diktum KESATU.

KETIGA

: Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak
oleh tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha yang
dipusatkan tetap terutang Pajak Pertambahan Nilai.

KEEMPAT

: Tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha yang
dipusatkan
tersebut
dalam
Diktum
KESATU,
tidak
diperkenankan menerbitkan Faktur Pajak, sehingga Faktur
Pajak hanya diterbitkan oleh Tempat Pemusatan Pajak
Pertambahan Nilai Terutang.

KELIMA

: Dengan berlakunya Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini,
maka Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang pemusatan
tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang atas Pengusaha
Kena Pajak ..........................(11) NPWP ..........................(12)
yang diterbitkan sebelum Keputusan Direktur Jenderal Pajak
ini dinyatakan tidak berlaku.

KEENAM ...

KEENAM

: Keputusan ini berlaku sejak Masa Pajak ......................(13)
sampai dengan Masa Pajak ..........................(14) dengan
ketentuan
bahwa
segala
sesuatu
akan
dibetulkan
sebagaimana mestinya apabila kemudian ternyata terdapat
kekeliruan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini.
Salinan Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini disampaikan
kepada:
1. ................... (15) di .............(16);
2. ................... (17);
3. ................... (18) dst;
4. ................... (19) dst.

Ditetapkan di ................ (20)
pada tanggal ................. (21)
a.n. DIREKTUR JENDERAL PAJAK
KEPALA KANTOR,

.................................. (22)
NIP ............................

PETUNJUK PENGISIAN SURAT KEPUTUSAN
PEMUSATAN TEMPAT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TERUTANG
(LAMPIRAN V-3)

Angka 1

: Diisi dengan nomor Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang
Pemusatan Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang, yang
akan ditetapkan.

Angka 2

: Diisi dengan nomor Keputusan Direktur Jenderal Pajak
mengenai penetapan Wajib Pajak terdaftar pada KPP Baru.

Angka 3

: Diisi dengan judul Keputusan Direktur Jenderal Pajak mengenai
penetapan Wajib Pajak terdaftar pada KPP Baru.

Angka 4

: Diisi dengan nama Pengusaha Kena Pajak.

Angka 5

: Diisi dengan NPWP.

Angka 6

: Diisi dengan alamat Pengusaha Kena Pajak.

Angka 7

: Diisi dengan unit KPP Baru.

Angka 8

: Diisi dengan nama, NPWP dan alamat tempat kedudukan
dan/atau kegiatan usaha Pengusaha Kena Pajak yang
dipusatkan.

Angka 9

: Diisi dengan nama Unit KPP Tempat Pemusatan PPN Terutang
terdaftar.

Angka 10

: Diisi dengan alamat tempat kedudukan dan/atau tempat
kegiatan usaha yang dipilih sebagai Pemusatan PPN Terutang.

Angka 11

: Diisi dengan nama Pengusaha Kena Pajak.

Angka 12

: Diisi dengan NPWP Pengusaha Kena Pajak.

Angka 13

: Diisi dengan Masa Pajak mulai berlakunya pemusatan tempat
PPN terutang, yaitu bulan tanggal SMT.
contoh: April 2012.

Angka 14

: Diisi dengan Masa Pajak terakhir berlakunya pemusatan tempat
PPN terutang, yaitu bulan akhir tahun SMT.
contoh: Desember 2012.

Angka 15

: Diisi dengan nama dan NPWP Pengusaha Kena Pajak.

Angka 16

: Diisi dengan alamat Pengusaha Kena Pajak.

Angka 17

: Diisi dengan Kepala Kantor Wilayah DJP yang meliputi KPP
Baru yang menerbitkan Keputusan Pemusatan Tempat PPN
Terutang.

Angka 18

: Diisi dengan Kepala Kantor Wilayah DJP yang meliputi tempat
kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha yang dipusatkan.

Angka 19

: Diisi dengan Kepala KPP yang meliputi tempat kedudukan
dan/atau tempat kegiatan usaha yang dipusatkan.

Angka 20

: Diisi dengan Kota tempat ditetapkannya keputusan.

Angka 21

: Diisi dengan
keputusan.

Angka 22

: Diisi dengan nama, NIP dan tanda tangan Kepala KPP Lama
serta cap jabatan.

tanggal,

bulan,

dan

tahun

ditetapkannya