UPACARA RITUAL SUNAN ANDONG WILLIS DI DESA PANYURAN KECAMATAN KABUPATEN TUBAN.

UPACARA RITUAL SUNAN ANDONG WILLIS DI DESA PANYURAN
KECAMATAN PALANG KABUPATEN TUBAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana dalam Progam Strata Satu (S1)
Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SKI)

OLEH
Dewi Sri Utami
A0.22.12.046

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2016

PERNYATAAI\ KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya :

Nama

DewiSri Utami

NIM

A02212046

Jurusan

Sejarah dan Kebudayaan Islam

Fakultas

Adab UIN Sunan Ampel SurabaYa

Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa SKRIPSI ini secara keseluruhan
adalah hasil penelitian / karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang
dirujuk sumbernya. Jika ternyata dikemudian hari skripsi ini terbukti bukan hasil
karya saya sendiri, saya bersedia mendapatkan sanksi berupa pembatalan gelar

kesarjanaan yaflg saya peroleh.

Sura[ay4 28 Desember 2015
Saya yang men

Dewi Sri Utdmi

ll

PERSETUJ TJAN PEMBI}IBING

Skripsi ini telah diserujui
Tanggal Tanggal

OIeh

Pernbimbing
I

I


@.,

ry

lll

1

1 Januari 2015

lPENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan dinyatakan lulus
Pada tanggal

:02 Februari 2016

Ketua / Perqbimbing


NrP.

19631 112006042004

Penguji I

Dr. H. Imam Ghazali. M.A
NrP. 196002211990031002

NIP. 195907171987031 110

19771221200501003

Mengetahui,

IV

ABSTRAK

Dewi Sri Utami , 2016 : Makam Sunan Andong Willis Dan Esensi Keberadaan

Tempat Sakral Panyuran Palang Tuban.

Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah (1) Bagaimana Biografi
Sunan Andong Willis dan bagaimana keadaan geografis masyarakat Panyuran
Tuban, (2) Tempat-tempat yang disakralkan oleh masyarakat disekitarnya, (3)
tradisi-tradisi apa saja yang masih dilakukan masyarakat Panyuran Palang Tuban.

Dalam menjawab permasalahan ini, penulis menggunakan metode
pendekatan Antropologi dengan menggunakan teori-teori sosial budaya karena
dalam penelitian ini penulis ingin membahas tentang tradisi yang masih ada ata
masih dilakukan sampai saat ini oleh masyarakat setempat dan tempat yang masih
sakralkan oleh masyarakat setempat dimana tempat-tempat tersebut adalah
peninggalan dari Sunan Andong Willis. Sesuai dengan permasalahn tersebut,
maka sumber yang didapat dari hasil pengamatan, wawancara dan juga
menggunakan literatur-literatur bacaan yang berhubungan dengan ini.

Hasil dari pengamatan dapat diketahui bahwa Makam Sunan Andong
Willis dan Keberadaan Tempat Sakral Panyuran Palang Tuban. Tempat-tempat
yang masih di keramatkan oleh masyarakat sekitar dan tradisi-tradisi yang masih
dilakukan dan mengalami perubahan yakni dengan adanya unsur-unsur Islam.


ix

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI .............................................. iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI................................................ iv
MOTTO ....................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ....................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ vii
ABSTRAK ................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix

BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 10

C. Tujuan Penelitian..................................................................... 10
D. Kegunaan Penelitian ................................................................ 11
E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik .......................................... 11
F. Penelitian Terdahulu ................................................................ 12
G. Metode Penelitian .................................................................... 14
H. Sistematika Pembahasan .......................................................... 16

BAB

II:

BIOGRAFI

KYAI

ANDONG

WILLIS

DI


DESA

PANYURAN PALANG TUBAN
A. Biografi Kyai Andong Willis ................................................... 19
B. Kondisi Masyarakat Di Desa Panyuran Palang Tuban .............. 24
C. Aktivitas Masyarakat Panyuran Palang Tuban ......................... 27

ix

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III: TEMPAT YANG DISAKRALKAN OLEH MASYARAKAT
PANYURAN PALANG TUBAN
A. Masjid ..................................................................................... 30
B. Makam .................................................................................... 32
C. Sumur ..................................................................................... 41

BAB


IV:

TRADISI

YANG

MASIH

DILAKUKAN

OLEH

MASYARAKAT PANYURAN PALANG TUBAN
A. Khaul Besar ............................................................................. 55
B. Burdah..................................................................................... 57
C. Manganan Perahu .................................................................... 62

BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 70
B. Saran ....................................................................................... 72


DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Allah menurunkan kitan Al-Qur’an sebagai pedoman dan Undang-undang
bagi kaum Muslimin dalam mengarungi hidupnya. Dengan pantulan sinarnya akan
menjadi terang, dengan petunjuknya, mereka akan mendatkan jalan yang lapang
dari ajaran-ajarannya yang lurus serta undang-undangnya yang bijaksana mereka
dapat memetik suatu hal yang membuat mereka dalam puncak kebahagiaan dan
keluhuran.1

Dalam hal ini banyak tokoh-tokoh penyebar agama Islam yang sangat terkenal
dan masyur di tanah Jawa. Dalam sejarah Islam terdapat banyak sekali tokohtokoh yang berperan penting dalam penyebaran agama Islam. Setiap tokoh
memiliki cara masing-masing untuk memberikan pemahaman agama ke pada
masyarakat yang dituju (masyarakat sekitar tempat tinggalnya). Oleh sebab itu
bukan suatu hal yang tabu apabila mereka di sepuhkan oleh penduduk sekitar
karena dianggap telah memberikan kontribusi nyata demi kemaslahatan
masyarakat. Adrianus Meliala yang merupakan Ketua Dewan Besar Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik Universitas Indonesia juga mengatakan bahwasannya, orang
yang ditokohkan oleh masyarakat biasanya memiliki andil yang cukup penting di

Moch. Chodlari Umar, et al. Pengantar Study Al-Qur’an (At-Tibyan) (Bandung: Al-Maarif,
1987), 199.
1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

lingkungan tersebut. Dan salah satu tokoh yang masuk dalam katageri tersebut
adalam Sunan Andong Willis.
Sunan Andong Willis adalah orang kelahiran Madura yang menetap di Desa
Panyuran Tuban Jawa Timur. Setelah kematiaannya, tempat-tempat yang ada di
sekitar makam beliau menjadi sakral bagi masyarakat sekitar; Masjid, Makam,
Sumur.
Dalam memberikan nama Andong Willis tidak diketahui, tetapi berdasarkan
pengakuan Mbah Imam mantan kepala desa Panyuran dan sekarang menjadi juru
kunci makam dinyatakan bahwa dalam mimpi-mimpinya memang didapati adanya
pengakuan bahwa orang yang dikubur itu bernama Andong Willis dan berpakaian
ala Madura. Berdasarkan mimpi itulah diyakini bahwa makam itu adalah makam
Andong Willis. Andong Willis mempunyai du orang putera, yang satu
dimakamkan di Bonang, Lasem dan satunya lagi di Baturetno.2
Islam di Jawa melalui pesisir dan terus berkelanjutan ke wilayah pedalaman.
Kontak kebudayaan antara pendatang yang sering singgah diwikayah pesisir pada
masa-masa awal Islam di Jawa menyebabkan adanya proses tarik menarik antara
budaya lokal dan budaya luar yang tak jarang menghasilkan dinamika budaya
masyarakat setempat. Manusia merupakan mahluk yang saling berinterksi, yakni
kesatuan manusia yang memiliki prasarana. Dalam kehidupannya, masyarakatmemiliki peraturan-peraturan, norma dan kebudayaan.3 Menurut Raymond

2
3

R. Soeparmo, Tjatatan Sedjarah Tujuh Ratus Tahun Tuban. (Tuban: Seruni, 1971), 101.
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Rineka Cipta,2009), 110-118.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Williams seperti yang dikutip leh Koentjaraningrat kebudayaan memiliki
pengertian yang dekat dengan kultivasi yang berarti pemeliharaan ternak, hasil
bumi dan upacara-upacara religious. Menurut Koentjaraningrat kebudayaan
berasal dari bahasa sangsekerta ykni Buddayah bentuk jamak dari kata buddhi
yang berarti budi atau akal. Budaya adalah daya dan budi yang berupa karya,
cipta, karsa dan rasa. Kata budaya dipakai sebagai kata singkatan saja dari kata
kebudayaan yang memiliki arti yang sama. 4
Cliffort Greetz mendefinisakan kebudaaan suatu pola makna-makna yang
diwujudkan dalam simbol, yitu ggasan gagasa yang di warsi dan diwujudkan
dalam bentuk simbolik (menyampaikan, melestarikan dan mengembangkan
penegtahuan) mengenai sikap pendirian dari kehidupan. 5
Menurut penulis, budaya meruakan suatu pemikiran yang bersumber dari akal
dan menghasilakn sutu benda, upacara-upacara yang di pelajari dan dipahami.
Sehingga menjadikan pencipta budaya itu mewariskan kebudayaannya itu secara
turun temurun kepada generasi selanjutnya, agar dikembangkan dan dilestarikan.
Kebudayaan biasanya terkait dengan kepercayaan, kepercayaan bisa berupa
pandangan masa lalu, masa sekarang dan pengetahuan yang lainnya. Kepercayaan
tersebut bisa jadi pengalamn pribadi ataupun pengalaman sosial, 6 kepercayaan
identik dengan mitos atau magic.

4

Koentjaraningrat, Ilmu Antropologi (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 146.
Ibid., 15.
6
Rafael Raga Maran, Manusia & Kebudayaan Dalam Prespektif Ilmu Budaya Dasar (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2008), 38.
5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Magic atupun mitos muncul karena adanya pengalaman dari suatu suku, di
Indonesia, masyarakat Jawa mengenal macam-macam tradisi lokal yang terkait
dengan upacara-upacara dalam lingkup siklus kehidupan sampai upacara
keagamaan. Istilah tradisi berhubungan dengan masa lalu dan wujudnya masih ada
sampai saat ini. Sheils seperti yang dikuti oleh Pranown berpendapat bahwa tradisi
adalh sesutu yang ditransmisikan dari masa lalu ke masa kini, jika tidak
diwariskan tradisi tersebut akan punah. 7
Dalam tradisi Islam lokal masyarakat pesisir Palang Tuban Jawa Timur ini
memiliki keunikannya sendiri. Keunikan tersebut tampak nyata dari berbagai
pelaksanaan upacara ritual yang sekarang.

Di dalam sesuatu upacar yang

diselenggarakan, akan tampak adanya sesuatu yang dianggap sakral, yang berbeda
dengan yang alami, empiris atau profan. Diantara ciri-ciri yang sakral itu adalah
adanya keyakinan, ritus, misteri dan supernatural.
Dalam komunitas lokal ini, representasi semua itu berupa pemberian
sesajiatau sesajen, bacaan suci (bacaan Al-Qur’an, tahlil, dan ratiban), dan do’a
dalam berbagai variasinya. Didalam upaya cara lingkup hidup, sarana ritus itu
berupa bahan-bahan makanan yng telah disucikan melalui cara-cara tertent, yang
tidak lazim untuk kegiatan membuat makananpada umumnya. Ada prosesi
“penyucian” yanhg terlibata di dalamnya.
Upacara dikuburan orang meninggal juga mengandung keyakinan, misteri dan
penghormatan kepda nenek moyang atau leluhurnya yang sudah meninggal.
7

Nur Syam, Islam Pesisir (Yogyakarta: PT. LkiS ,2005), 277.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Didalam tradisi manganan ternyata tidak mengandung dimensi memberikan
sesajen kepada arwah leluhur dengan bahan makanan yang disucikan melalui
do’a-do’a saja tetapi juga dengan tindakan menghormati. Perbuatan ritual juga
diberikan kepada sumur yang dianggap memiliki kekuatan gaib atau adikodrati.
Dalam kasus pemberian sesajen kepada sumur dengan kembang telon dan bukan
dengan bungga yang lainnya, tentu mengandung pemberian sesajen itu harus
sesuai dengan keinginan yang diberiya, ada proses penyamaan apa yang diberinya.
Dalam sisitem keyakinan mereka bahwa bahwa pemerian kepada kekuatan
gaib harus berbeda dengan pemberian terhadap yang lain. Jadi mereka tidak asal
memberi berangkat dari sisitem kongnitif yang diperoleh dari para pendahulunya.
Wilayah pantai utara Jawa memiliki keunukannya tersendiri dilihat dari banyaknya
makam wali sebagai penyebar Islam di tanah Jawa.
Sepanjang pantai Utara Jawa didapati brabagai makam wali.8 Dalam setiap
makam wali juga menghadirkan nuansa sakral, yang berbeda dengan makammakam suci pada umumnya. Unsur air sakral dapat ditemui di dalam sumur wali,
gentong air dan berkah air.
Unsur tempat makamsuci juga berbeda dengan makam-makam lainnya, yaitu
lokusnya selalu lebih tinggi dibanding dengan makam lainny. Kemudian undur ciri
khas makam maezan, penutup maezan, ruang makam dan cungkup makamyang

8

Hasan Muarif Ambary, Menentukan Peradaban, Jejak Arkheologis dan Historis Islam Indonesia
(Jakarta: Logos, 1998), 98.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

berbeda dengan lainnya. Semua ini menenetukan tingkatan para waliyang berbeda
dengan manusia lainnya.
Dalam kajian kehidupan beragamaan, banyak ahli yang mengunakan konsepsi
Geertz (197: 87-125) tentang agama yng melihatnya sebagai pola sebagai
tindakan. 9 Dalam hal ini, agama merupakan pedoman yang dijadikan sebagai
kerangka interpretasi tindakan manusia. Selain itu, agama juga merupakan pola
tindakan manusia yang tampak dalam kehidupan kesahariannya. Di sini agama
dianggap sebagai bagian dari sistem kebudayaan.
Pola tindakan terkait dengan sistem nilai atau sisrem evaluatif, dan pola dari
tindakan yang terkait dengan sistem kongnitif atau sistem pengetahuan manusia.
Hubungan antara pola dari tindakan terkait dengan sisitem kongnitif atau sistem
pengetahuan manusia. Hubungan antara pola bagi dan pola dari tindakan itu
terletak pada sistem simbol yang memungkinkan pemaknaan dilakukan. 10
Dalam hal ini masjid berasala dari bahasa arab sajada yang berarti tempat
sujud atau tempat menyembah Allah SWT. Bumi yang kita tempati ini adalah
masjid bagi kaum muslimin. Dari setiap muslim boleh melakukan shalat di wilyah
manapun di bumi ini kecuali di atas kuburn, tempat yang bernajis, dan tempatrtempat yang menurut ukuran syari’at Islam tidak sesuai untuk dijadikan tempat
shalat.

9

Clifford Greetz, Kebudayaan dan Agama (Yogyakarta: Kanisius, 1992), 8-9.
Ignaz Klede, Dari Etnografi ke Etnografi tentang Etnografi: Antropologi Clliford Greetz Dalam
Tiga Tahap (Yogyakarta: Kanisius, 2001), 10-12.

10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

Dalam sejarah tokoh-tokoh penyebar agama Islam khususnya di kota Tuban
terdapat makam keramat Sunan Andong Willis dimana makam beliau terletak di
Panyuran Palang Tuban. 11 Makam keramat ini berada di wilayah pantai utara Desa
Panyuran. Kesederhanaan makam ini masih sangat terasa . berbeda dengan
makam-makam wali lainnya yang sudah mengalami renovasi beberapa kali., akan
tetapi makam Sunan Andong Willis ini masih asli.
Atap aslinya terbuat dari welit12 yang masih ditempatkan pada tempat asalnya,
meskipun diatasnya sudah diatapi genteng. Bangunan utama makam juga masih
tetap terdiri dari dua buah makam membujur ke utara, maesan dikepala di tutup
kain putih, dan lantai dari pesisir laut serta kijing dari bangunan permanen yang
sudah lapuk. Untuk memasuki makam orang harus melewati pintu di sebelah
tenggara yang berukuran yang kecil, sehingga orang harus membungkuk.
Pendeknya ukuran pintu masuk, dimaksudkan orang yang akan masuk akan masuk
dalam posisi menghormat.
Di sebelah selatan makam Sunan Andong Willis di bangun sebuah masjid,
yang di berinama Masjid Astana Andongwillis. 13 Islamisasi di Jawa tidak bisa
dipisahkan dari kota Tuban sebagai bandar terbesar yang terkenal dimasa
islamisasi. Bahkan ditenggarai bahwa Islamisasi di Jawa sesungguhnya bermula
dari Tuban dan Gresik. Jika di Gresik di jumpai makam Fatimah binti Maimun dan
11

Mujib, Wawancara, Tuban, 19 September 2015.
Kata welit disini mempunyai arti daun kelapa yang dikeringkan dan ditata rapi sehingga tidak
mudah rapuh.
13
H. Ahmad Mundzir, Tuban Bumi Wali The Spirit of Harmony (Tuban: pemerintah Daerah
Kabupaten Tuban, 2013), 201.

12

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

kemudian Maulana Maghribi , maka di Tuban dijumpai makam Syeikh Ibrahim
Asmaraqandi.
Tuban menempati posisi terpenting dalam proses islamisasi awal Jawa. Secara
khusus, wilayah pesisir Palang merupkan penyebaran Islam awal di Jawa,
khusunya di Jawa Timur.14
Makam ini digolongkan makam yang sangat tertua atau digolongkan pada
awal islamisasi jawa, yakni disekitar pemerintahan Raden Patah. Makam ini
menjadi menarik karena sering dibakar oleh orang yang tidak setuju dengan
pengkultusan makam. Pada tahun 1967 makam ini pernah dibakar olejh
sekelompok orang yang tidak setuju dengan tindakan takhayul dan khurafat .
tindakan pengkultusan terhadap orang yang meninggal dalam bentuk upacaraupacara seperti khaul dan nyekar, di anggap tidak Islami, sebab tidak
menunjukkan geneinitas islam. 15
Pada dasarnya Sunan Andong Willis ini bukanlah penduduk asli dari oran
Jawa, tetapi baliau berasak dari Madura. Dalam perjalanan ke barat untuk
mendatangi putranya yng belajar agama islam di Bonang, akan tetai sesampainnya
disana ;terjadi pertempuran antara tentara demak melawan tentara majapait. Beliau
membela tentara demak dan terbunuh, dan layonnya mengambang sampai ke
Panyuran tersebut.

14
15

Nur Syam, Islam Pesisir (Yogyakarta: Lkis2005), 167.
Ibid., 154.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

Agama islam umumnya berkembang baik dikalangan masyarakat orang jawa.
Hal ini tampak nyata pada bangunan-bangunan khususnya untuk tempat beribadah
orang-orang yang beragama islam. Walaupun demikian tidak semua orang
beribadah menurut agam islam. 16
Istilah tradisi mengandung pengertian tentang adaya kaitannya dengan masa
lalu dengan masa sekarang. Ia menunjuk kepada sesuatu yang diwariskan dari
generasi ke generasi, dan wujudnya masih ada hingga sekarang. Oleh karena itu,
Sheils (1981:2) yang dikutip oleh Pranowo (2002:8) secara ringkas menyatakan
bahwa tradisi adalah sesuatu yang diwariskan atau ditransisikan dari masa lalu ke
masa kini. Jadi ketika berbicara tebtang tradisi islam berarti berbicara serangkaian
atau doktrin yang terus berlangsung dari masa lalu hingga masa sekarang, yang
masih dan tetap berfungsi di dalam kehidupan masyarakat. 17
Header Ruslan ialah seorang guru besar dipondok pesantren Darul Ma’arif
Bandung dalam tulisannya yang berjudul Dinamika Kepemimpinan Kyai atau
Sunan di Pesantren menulis tenang seluk beluk dana arti Kyai atau Sunan.
Menurutnya Kyai berasal dari bahasa Jawa kuno Kiya-Kiya yang mempunyai arti
orang yang dihormati. Sedangkan dalam pemaikannya digunakan untuk pertama,
pada benda atau hewan yang dikeramatkan seperti Kyai Plered (tombak), kyai
Rebo dan Kyai Wage (gajah yang ada di kebun binatang Gembira Loka

16
17

Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan Indonesia (Jakarta: DJAMBATAN 1970), 339.
Ibid., 277.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

Yogyakarta). Kedua, kepada orang tua yang pada umumnya. Ketiga, kepada orang
tua yang memiliki keahlian dalam agama Islam yang mengajar santri di pesantren.
Secara termonologi, menurut Manfred Ziemenk, pengertian dari kyai adalah
pendiri atau pemimpin, sebagai muslim yang terpelajar yang telah membaktikan
hidupnya demi Allah serta menyebarkan dan mendalami ajaran-ajaran dan
pandangan Islam melalui kegiatan pendidikan Islam. Namun, pada masyarakat
kata Kyai disejajarkan pengertiannya dengan ulama dalam khazanah Islam.
Melihat latarbelakang di atas yang telah penulis paparkan, mka penulis
mengangkat judul. Upacara Ritual Sunan Andong Willis Di Desa Panyuran
Kecamatan Palang Kabupaten Tuban.

Rumusan Maslah
Berdasarkan latar belakang masalh di atas selanjutnya penuli dapat
merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1.

Bagaimana latarbelakang kehidupan Sunan Andong Willis di Desa

Panyuran Palang Tuban ?
2.

Mengapa tempat-tempat yang ada disekitar makam Sunan Andong

Willis di sakralkan?
3.

Tradisi apa yang masih dilakukan hingga saat ini dimakam Andong

Willis ?

B. Tujuan Penelitian

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

Tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis, dalam penulisan proposal ini
adalah :
1.

Untuk mengetahui bagaimana kiprah Sunan Andong Willis dalam
menyebarkan agama islam di tanah Jawa khususnya di Desa Panyuran
Tuban

2.

Untuk mengetahui tradisi dan tempat-tempat yang di sakralkan oleh
masyarakat Panyuran palang Tuban

3.

Dan untuk mengetahui aktifitas apa saja yang dilakukan di makam
Sunan Andong Willis.

C. Kegunaan Penelitian
Dengan penelitian ini diharapkan membawa nilai dan kegunaan yang besar,
baik dari sisi keilmuan akademik maupun dari sisi praktis. Hasil penelitian
diharapkan dapat: 1. Aspek Akademis (keilmuan), yakni untuk menambah dan
memperluas serta memperkaya khazanah pengetahuan tentang Makam. Dalam
mengkaji Makam khususnya dalam segi Tradisi dan tempat-tempat sakral di
makam Sunan Andong Willis panyuran palang Tuban. 2. Aspek praktisi dapat
dipergunakan sebagai dokumen kearsiapan di badan Arsip Daerah Tuban dan
dokumen di Makam Sunan Andong Willis Panyuran Palang Tuban. Hasil ini

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

diharapkan dapat menarik minat peneliti lain khususnya dikalangan mahasiswa
untuk mengembangkan penelitian lanjutan tentang masalah yang serupa.

D. Pendekatan dan Kerangka Teori
Untuk dapat lebih mengetahui dan memahami tentag Makam Sunan Andong
Willis dan Esensi Keberadaan Tempat-tempat Sakral Panyuran Palang Tuban.
Penulis mencoba melakukan penelitian di Makam Sunan Andong Willis.
Merupakan penelitian budaya tentang Makam Sunan Andong Willis dan
Esensi Keberadaan tempat-tampat sakral. Maka penulis menggunakan pendekatan
Antropologi dengan teori-teori sosial karena dalam penelitian ini penulis ingin
membahas tentang tradisi yang masih ada ata masih dilakukan sampai saat ini
oleh masyarakat setempat dan tempat yang masih sakralkan oleh masyarakat
setempat dimana tempat-tempat tersebut adalah peninggalan dari Sunan Andong
Willis.
Dalam penelitian ini lebih memfokuskan pada Makam Kyai Andong Willis
dan esensi keberadaan tempat yang disakralkan oleh masyarakat Panyuran Palang
Tuban. Penelitian ini berbentuk deskriptif (mencari kejelasan tentang Makam
Sunan Andong Willis studi tentang tradisi dan tempat-tempat sakral yang ada di
makam Sunan Andong Willis).

E. Penelitian terdahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

Dalam penelitian tersebut ada hubungan kemiripan dengan penelitian
terdahulu anatar lain yang dibahas oleh :
1. Marzuki, M.Ag Jurusan PPPkn Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Yogyakarta. Tradisi Dan Budaya Masyarakat Jawa Dalam Prespektif Islam.
Dalam penelitiannya menjelskan bahwa masyarakat Jawa yang mayoritas
beragama Islam hingga sekarang belum bisa meninggalkan tradisi dan budaya
Jawanya. Di antara tradisi dan budaya ini kadang bertentangan dengan ajaranajaran Islam. Tradisi dan budaya Jawa ini sngatlah dijunjung tinggi oleh
masyarakat Jawa, terutama yang abangan. Diantara tradisi dan budaya ini adalah
keyakinan adanya dewa dewi yang berkedudukan seperti Tuhan, tradisi tentang
ziarah ke makam-makam orang yang tertentu. Melakukan upacara-upacara ritual
yang bertujuan untuk persembahan kepada tuhan atau meminta berkah serta
terkabulnya permintaan tertentu. Menurut Marzuki, dalam tulisannya mengatakan
bahwa : setelah dikaji inti dari tradisi dan budaya tersebut, terutama terlihat dari
tujuan dan tatacara melakukan ritusnya. Jelaslah bahwa semua itu tidak sesuai
dengan ajaran Islam. Tuhan yang mereka tuju dalam keyakinan mereka jelaslah
bukan Allah, tetapi dalam bentuk dewa-dewi seperti Dewi Sri, Ratu Pantai
Selatan, roh-roh para leluhur atau yang lainnya. Contohnya dalam keraton
Yogyakarta adanya penyembahan keris, dalam prespektif pemikiran mereka keris
mempunyai pengaruh dan efek yakni diyakini sebagai dewa perusak.
2. Andamari Kusuma Wardhanya, 2008, dengan judul Upacara Ruwatan
masal Kayangan Api Desa Sendangharjo Kecamatan Ngasem Kabupaten

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

Bojonegoro: Suatu Studi Komersialisasi Tradisi. Upacara ruwatan merupakan
salah satu upcar upacara yang masih dilakukan oleh masyarakat Kabupaten
Bojonegoro. Upacara ruwatan ini bertujuan untuk membuang sengkolo atau
bencana yang ada pada tubuh sesorang yang mempunyai sukerto (kotoran).
Bentuk pelaksanaan upacara ruwatan dilakukan secara masal oleh masyarakat
Kabupaten Bojonegoro dengan harapan bencana yang akan menimpa hidupnaya
bisa terlepas dan kembali menjadi orng yang bersih. Upacara ruwatan masih
dilakukan dan mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi kehidupan
masyarakat Bojonegoro. Penelitian ini bertujuan (1) menjadikan terjadinya proses
perubahan bentuk upacara ruwatan di Kabupaten Bojonegoro, (2) menjelaskan
perubahan makna upacara ruwatan dari para pelaku Upacara ruwatan, (3)
menjelaskan proses komersialisasi dana upacara ruwatan masal di Kayangan Api.

F. Metode Penelitian
Dalam menggunakan metode antropologi-budaya, tingkatan ini adalah
pengumpulan fakta mengenai kejadian-kejadian dan gejala masyarakat dan
kebudayaan untuk mengolahan secara ilmiah. Dalam kenyataan, aktivitas
pengumpulan fakta disini terdiri berbagai metode mengobservasi, mencatat,
mengolah dan mendeskripssikan fakta-fakta yang terjadi dalam masyarakat yang
hidup.18

18

Koenjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: PT. RINEKA CIPATA, 2009), 35.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

Ilmu antropologi-budaya penelitian lapangan merupakan cara terpenting untuk
mengumpulkan fakta-faktanya. Dalam melakukan penelitian dilpang peneliti
datang sendiri dan menceburkan diri dlam suatu masyarakat untuk mendapatkan
keterangn tentang gejala kehidupan manusia dalam masyarakat.
Dalam melakukan penelitian selain obsevasi sendiri sebagian besar bahan
keterangan diperoleh dari warga masyarakat setempat. Yang merupakan orangorang pemberi keterangan atau informan.
Data adalah pernyataan atau keterangan atau bahan, dasar yang di pergunakan
untuk menyusun hipotesa atau segala sesuatu yang diteliti. 19 Sedangkan yang
dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data
iperoleh.20 Menurut derajatnya, jenis data penelitian terdiri dari dua macam yaitu
data primer dan data sekunder.21
a. Data Primer
Sumber data Primer yakni data yang diperoleh dari sumber-sumber primer
yakni sumber asli yang membuat informasi22, atau data yang diperoleh langsung
dari sumbernya, diamati, dan dicatat untuk pertama kalinya. 23
b. Data Sekunder

19

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), 8.
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Preaktik (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), 107.
21
Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Media, 1995), 132.
22
Ibid., 132.
23
Cholib Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), 70.
20

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

Data Sekunder merupakan

sumber yan tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data, misalnya orang lain atau lewat dokumen, atau data yang
bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti. 24 Misalnya dari
majalah, brosur, keterangan-keterangan lainnya. Dalam data sekunder ini data
yang diperoleh adalah data tentang nilai-nilai Islam tentang tradisi.
Selain menggunakan metode di atas penulis juga menggunakan teknik
pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data.25 Sedangkan instrument pengumpulan data adalah alat
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan agar
kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. 26
c. Observasi
Observasi dapat diartikan sebagai suatu study yang bersifat sistematis tentang
fenomena sosial dan gejala-gejala yang diteliti dengan cara mengamati dan
mencatat.27

d. Interview (wawancara)
Metode Interview adalah cara pengumpulan data dengan jalan tanya jawab
sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan dengan tujuan
24

Lexy, Penelitian Kualitatif, 186.
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktiek (Jakarta: PT. Reneka Cipta,
2002), 197.
26
Ibid., 198.
27
Husaini, et al. Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 54.

25

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

penelitian. 28 Instrumennya adalah pedoman wawancara. Adapun wawancara ini
yaitu langsungtanya jawab dengan kita, kepala desa, juru kunci, serta masyarakat
yang terlibat dalam tradisi tersebut.
e.

Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto, dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang
artinya barang-barang tertulis. Didalam melaksanakan metode dokumntasi,
peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, dokumen peraturanperaturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. 29
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, observasi, dokumentasi
dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan ke orang lain. 30

G. Sistematiaka Pembahasan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh serta memudahkan
pemahaman terhadap penulisan penelitian ini, maka penulis membagi skripsi ini
menjadi saling berhubungan. Adapun sistematika pembahasan skripsi ini adalah
sebagai berikut :

28

Sutrisno Hadi, Metodologi Researceh II (Yogyakarta: Andi Offset, 1987), 193.
Ibid., 125.
30
Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1998), 85.
29

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Bab pertama ini berisi tentang gambaran secara umum yang meliputi:
Latarbelakang , B. Rumusan Masalah, C. Tujuan Penelitian, D. Kegunaan
Penelitian, E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik, F. Penelitian Terdahulu, G.
Metode Penelitian: data yang dikumpulkan, sumber data, teknik pengambilan
daat, teknik analisis data, observasi, interview, H. Sistematika Pembahasan.
Bab kedua ini berisikan tentang gambaran umum desa Panyuran Kecamatan
Tuban mencakup letak geografisnya, pendidikan, ekonomi serta dinamika
keberagamaan masyarakat serta biografi Kyai Andong willis.
Bab ketiga ini menjelaskan tentang adanya tempat-tempat yang ada di sekitar
makam Sunan Andong willis di sakralkan oleh masyarakt yakni yang
mencangkup beberapa tempat yang di sucikan sebagi berikut: Masjid, Makam dan
sumur yang masih ada sampai saat ini dan masih digunakan oleh masyarakat
setempat.
Bab keempat ini berisikan tradisi yang masih dilakukan masyarakat setempat
mulai sejak dulu dan sampai sekarang masih tetap ada di tengah-tengah
masyarakat, yang mencakup dari manganan yang diadakan setiap Mulud akan
tetapi seiring berkembangnya zaman dalam hal ini masyarakat juga mengadakan
pengajian, Khaul besar yang selalu dilaksanakan setiap setahun sekali, dan
upacara manganan perahu tradisi ini berbeda dengan larung laut karena mangan
perahu ini dilakukan di daratan bukan di tengah-tengah laut yang seperti biasanya
dilakukan masyarakat pesisir.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Bab kelima menyajikan penutup, yang berisikan kesimpulan-dan saran-saran,
yaitu kesimpulan secara menyeluruh dari uraian yang penulis kemukakan dalam
bab-bab sebelumnya sertadilanjutkan dengan saran-saran yang dapat digunakan
untuk perbaikan yang ada hubungannya dengan pembahasan skripsi ini dimasa
yang akan datang.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
SUNAN ANDONG WILLIS DAN GAMBARAN UMUM DESA
PANYURAN PALANG KABUPATEN TUBAN

A. Biografi Sunan Andong Willis
Makam Sunan Andong Willis ini terletak di dukuh Kepoh, Desa Panyuran,
Kecamatan palang Tuban dalam masyarakat setempat makam Sunan Andong
Willis sangatlah dikeramatkan. Makam ini terletak di wilyah pantai Utara desa
Panyuran. Sunan Andong Willis bukanlah termasuk dari jajaran wali atau Sunan
di Tuban akan tetapi beliau dikenal di tuban dengan sebutan Sunan Andong
Willis karena pertama masuk di tanah jawa khususnya didaerah Tuban juga
sempat menyebarkan agama Islam di daerah tersebut. Ia berasal dari Madura.
Dalam perjalananya ke barat untuk mendatangi putranya yang belajar di Bonang,
maka sesampainya di Gresik terjadi pertempuran antara tentara Demak melawan
Majapahit.1
Pada saat itu beliau ikut andil dalam pertempuran tersebut dan beliau
membela tentara Demak dan beliau terbunuh, layonya mengambang sampai di
Desa Panyuran. Oleh masyarakat setempat dimakamkan di pantai Panyuran
tersebut. Menurut R. Soeparmo dalam bukunya Catatan Sejarah 700 tahun
Tuban, pangeran Andong Willis merupakan dari Madura. Menilik nama ini ada

1

Tim penyusun, Tuban Bumi Wali The Spirit Of Harmoni (Tuban: Pemerintah Daerah Kabupaten
Tuban, 2013) 202.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

kemungkinan yang dimakamkan disitu adalah salah seorang bangsawan dari
Madura. Makam Sunan Andong willis ini merupakan makam yang tertua atau
diperkirakan pada awal Islamisasi di Jawa, yakni disekitar pemerintahan Raden
Patah.
Sebelum jasad beliau dimakamkan di Tuban, jasadnya mengambang di laut
utara desa Panyuran. Pada waktu itu jasad dari Sunan Andong Willis ditemukan
leh masyarakat setempat tanpa kepala. Jasa ini tidak dapat dipindahkan keliang
lahat meskipun diangkat oleh banyak orang. Setelah selepas sholat magrib, dari
arah utara (laut) terlihat cahaya yang sangat menyilaukan mata dan semakin
menepi akan penasaran cahaya tersebut masyarakat menunggu cahaya tersebut
sehingga menepilah cahaya tersebut. Ternayata cahaya yang di tunggu oleh
masyarakat tersebut adalah kepala manusia.
Sehingga menepilah kepala tersebut dan semakin menepi dan kemudian
tergletak di dekat mayat tanpa kepala tersebut. Oleh masyarakat yang menunggu
mayat tersebut kemudia meletakkan kepala tersebut di taruh jasad orang yang
meninggal tersebut. Tiba-tiba tanpa disangka kepala tersebut menyambung
kembali, Wallahua’lam bi Showaf. Setalah kepala dan badan itu menyambung
dapatlah jasad tersebut diangkat dan dimasukkan ke liang lahat. Untuk menandai
makam itu ditanamilah pohon kepoh.
Menurut penuturan KH. Abdul Matin, yang merupakan pengasuh Pondok
Pesantren Bejagung Semanding, Syekh Andalusy adalah seorang penyiar agama
Islam dari Andalusia, Spanyol. Beliau datang ke Nusantara bersama-sama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

rombongan Syekh Maulana Mlaik Ibrahim Asmoro, ayahanda dari Sunan
Ampel. Saat itu, para penyebar Islam yang datang ke negeri-negeri jauh telah
bersepakat, jika dintara mereka meninggal dalam perjalanan, sementara jarak
tujuan yang masih jauh, mayatnya terpaksa dilempar ke laut untuk mengurangi
beban kapal dan agar tidak menggangu para mujahid yang lainnya. Atas takdir
Allah, Syekh Andalusy meninggal dalam perjalanan menuju ke tanah Jawa.
Mayatnya pun kemudian dilempar ke laut, dan dibawa ombak hingga ketepian
pantai Demak. Masyarakat yang menemukannya lalu menguburkn mayat itu,
tidak jauh dari pantai mayat yang terdampar.
Agama Islam masuk ke Indonesia melalui

para Ulama’ yang telah

menuntut ilmu dari negara-negara yang masyur dalam bidang keilmuannya
kemudian para ulama’ tersebut berkunjung ke pulau Jawa pada abad ke-15 dan
ke-16 untuk menyebarkan agama Islam. Di samping itu. Mereka juga mengurusi
masalah kepetingan duniawi. Pengislaman pulauan indonesia merupakan jerih
payah usaha mereka mendapat sambutan yang cukup meriah sebagai ahli
spiritual dan intelektual. Mobilitas sosial kosmopolit, pergaulan luas, mempunyai
jaraingan antar negara, mempunyai daya pikir, dan penuh dengan kecakapan,
membuat daya tarik pada pihak istana Islam. Mereka direkrut sebgagai tenaga
ahl, penasehat, dan bahkan diminta untuk membantu memimpin usaha. 2
Akan tetapi belum genap sehari, makam Syekh Andalusy hilang termakan
ombak pasang, dan mayatnya terseret hingga ke pantai Lasem. Masyarakat
2

Purwadi, Babad Tanah Jawi, (Yogyakarta: Pustaka Alif, 2001), 118.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

setempat pun menguburkannya akan tetapi lagi-lagi ombak laut merusak
makamnya dan membawa jasad Syekh Andalusy hingga jauh ketepian patai
Pamanyuran (Panyuran). Warga saat itu hendak mengembalikan jasad Syekh
Andalusy ke Demak, karena masyarakat setempat telah mendengar kabar bahwa
ada jasad seorang dari daerah jauh yang hilang saat dikuburkan di Demak. Tetapi
saat diangkat tak seorang pun yang mampu mengangkatmya.
Datanglah kemudian Syekh Maulana Ishak yang sedang melacak jejak
mayat sahabat mujahidinya itu. Setelah mendengar kabar dari masyarakat
setempat, Syekh Maulana Ishak lalu memutuskan agar mayat Syekh Andalusy
dikubur saja di Dukuh Kepoh, Panyuran itu. Orang-orang tentu bertanya pada
Maulana Ishak, itu mayat siapa. Oleh Maulana Ishak menjawabnya namanya
Syekh Andalusy. Berhubung lidah orang Jawa saat itu belum terbiasa dengan
lafaz asing, maka masyarakat setempat menyebutnya dengan pangillan Andong
Willis, sampai saat ini. 3
Dari Makam Sunan Andong Willis ini banyak peristiwa yang telah
beberapa kali terjadi dan membuat unik dari makam ini karena makam dari Kyai
Andong Willis ini sudah beberapa kali dibakar oleh orang-orang tidak setuju
pengkultusan4 makam. Pada masa kepemimpinan Kepala Desa Soedirman
makam ini dibakar oleh sekelompok orang yang tidak setuju denga tindakan

3

Tim penyusun, Tuban Bumi Wali The Spirit Of Harmoni (Tuban: Pemerintah Daerah Kabupaten
Tuban, 2013) 203-204.
4
Pengkultusan dalam kamus ilmiah populer ini mempunyai arti: idola; pemujaan; pendewaan;
ibadat/penghormatan resmi (agama).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

takhayul dan khurofat. Tindakan pengkultusan terhadap orang yang meninggal
dalam bentuk upacara-upacara sperti khaul dan nyekar, dianggap tidak islami,
sehingga tidak memperhatikan geuninitas islam. 5
Dalam pendidikannya Sunan Andong Willis ini sangatlah tekun dalam
menuntut ilmu beliau dari kecil sudahlah mendalami ilmu-ilmu yang di peroleh
semas beliau menuntut ilmu di negri-negri sebrang. Sepulangnya dari menuntut
ilmu beliau banyak mencetuskan beberapa buku yang ia gunakan dalam
menyebarkan agama Islam khususnya di kota Tuban. Kyai Andong Willis ini
sangatlah haus kan pengetahuan, ia tekun dalam belajar.
Dalam menuntut ilmu Sunan Andong Willis dikenal sangatlah cepat
mengingat dan mampu menyerap pengetahuan dengan cepat. Beliau mempelajari
berbagai ilmu agama yang mampu mendukungnya dalam menyebarkan agama
Islam.
Sepulangnya dari menuntut ilmu beliau menyebarkan agama Islam dan
kemunculan dari Sunan Andong Willis sebagai ulama’ di tengah-tengah
masyarakat yang masih belum mengenal agama Islam. Sebagai ulama’ yang
sangatlah tangkap beliau mengajarkan ilmunya dengan sunguh-sunguh dan
bertekun beliau mampu mengajak masyarakat untuk memeluk agama Islam,
selain dalam menyebarkan agama islam beliau juga menulis karya-karyanya.

5

Nur Syam, Islam Pesisir (Yogyakarta: Lkis Yogyakarta, 2005), 154

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

B. Kondisi Masyarakat Desa Panyuran
1. Letak Geografis dan Kondisi Demografis
Desa panyuran merupakan desa yang terletak di daratan redah, tinggi,
pantai dan sebagian tanahnya adalah tanah kering, secara geografis Desa
Panyuran memiliki luas kuarang lebih 14,075 ha. Desa ini terletak kurang lebih
15

Km

dari

Pusat

Pemerintahan

Kecamatan,

9

Km

dari

Ibukota

Kabupaten/Kota,, 105 Km dari kota Provinsi. 6
Desa panyuran tepatnya disebelah Utara Laut Jawa da di tengah-tengah dua
desa, yakni desa Gresik Harjo dan desa Glodok. Desa Gresik Harjo berada
disebelah Barat sedangkan desa Glodok berada di sebelah Selatan dan Timur.
2. Kondisi Penduduk
Mayoritas penduduk desa palang oleh suku Jawa, ada pendatang yang
kemudian menetapa. Warga pendatang yang menetap umumnya disebabkan oleh
faktor perkawinan, dan ada juga yang disebabkan oleh faktor tugas, seperti
penugasan mengajar. Berdasarkan adat yang

diperoleh dari penduduk desa

Panyuran Kecamatan Palang Kabupaten Tuban berjumlah 3941 jiwa. 7

6

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tuban tahun 2012. Kecamatan Palang Dalam Angka
2012,2.
7
Ibid., 10.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Tabel 1
Kondisi Penduduk desa Panyuran8
Tingkat penduduk

Jumlah

Kepala Keluarga

1112 orang

Jumlah Perempuan

1990 orang

Jumlah Laki-laki

1951 orang

Agama Islam

3939 orang

Kristen

2 orang

3. Kondisi Ekonomi
Berdasarkan tingkat penghasilan warga panyuran, warga kurang mampu
menduduki peringkat pertama. Selanjutnya kepala keluarga dan yang terakhir
keluarga kaya. Klasifikasi ini berdasarkan tingkat pemenuhan kebutuhan
merupakan yang dibandingkan dengan besar pemasukan yang mereka peroleh,
disamping itu, klasifikasi ini juga melihat dari harta profit dan nonprofit yang
mereka miliki.

8

Ibid., 13.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Desa Panyuran tingkat perekonomiannya dan keadaan perumahan atau
tempat tinggal dilingkungn kehidupannya sangatlah sederhana. Dalam hal ini
antara tempat tinggal yang satu dengan yang lainnya saling berdempeetan
sehingga faktor lingkungan menjadi masalah yang cukup besar.
Tingkat mata pencarian desa Pabyuran mayoritas sebagai nelayan,
sehingga tidak salah jika mereka menggantungkan hidupmya dari hasil melaut.
Jumlah warga Panyuran yang pekerjaanya sebagai nelayan sebanyak 1,376
orang, ada juga yang sebagai pns 9 orang, ABRI 6 orang, swasta 424 orang
pedagang 275 orang, tani 5 orang, pertukangan 19 orang, buruh tani 23 orang,
pensiun 3 orang, jasa 2 orang.9
Guna meningkatkan pengahsilan dari pekerjaan sebagai nelayan serta
kesejahteraan keluargannya maka didesa panyuran perlu upaya dukungan dari
pemerintah setempat untuk didirikan sebuah koperasi agar kesejahteraan nelayan
setempat lebih sejahtera.
Tabel 2
Jumlah penduduk menurut kondisi perekonomian
Jumlah Perekonimian

Jumlah

Nelayan

1,376 orang

PNS

9 orang

ABRI

6 orang

9

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tuban tahun 2012. Kecamatan Palang Dalam Angka
2012,19

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

Swasta

424 orang

Pedagang

275 orang

Tani

5 orang

Pertukangan

19 orang

Buruh Tani

23 orang

Pensiun

3 orang

Jasa

2 orang

C. Aktivitas Masyarakat Desa Panyuran Plang Tuban
Jika ditinjau dari segi keagamaan, dapat disimpulkan bahwa penduduk
Desa Panyuran Kecamatan Palang Kabupaten Tuban adalah mayoritas agama
Islam, dan mayoritas bermadzab Syafi’i. Hal ini bisa dilihat dari kegiatankegiatan yang dilakukan masyarakat yang mengarah pada kegiatan yang
dilakukan oleh para ahlu sunnah wa al-jama’ah, biasanya ajaran ini diidentikan
dengan organisasi masyarakat Nahdhatul Ulama (NU).10
Bila ditinjau dari aktifitas keagamaan dapat dikatakan bahwa mayoritas
keIslaman penduduk Panyuran begitu kuat. Terbukti dengan antusias mereka
mengikuti berbagai aktivitas keagamaan baik berupa kegiatan harian, mingguan,
bulanan, dan tahunan. Sehingga kegiatan tersebut syi’ar Islam di Desa Panyuran

10

Wong, NU ialah sekelompok orang yang mengaku dirinya sebagai wong ahlusunnah wa jama’ah
dengan menekankan pengalaman keberagamaannya atas tradisi-tradisi masa lalu dan melakukan
tradisi keberagamaan yang bersentuhan dengan tradisi lokal, misalnya slametan dengan
berbagai variasinya. Lihat Nur Syam, Islam Pesisir, 113.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

menjadi semakin semarak. Adapun aktifits yang selalu dilakukan penduduk desa
Panyuran yakni sebagai berikut:
1. Kegiatan Harian
Ialah aktifnya penduduk Desa Panyuran yang melaksanakan sholat fardhu di
masjid, musolla bahkan di rumah-rumah sendiri baik dilakukan secara
berjama’ah maupun induvidu. Jug juga aktifnya pengajaran baca da menulis AlQur’an (mengaji) bagi anak-anak kecil dan remaja yang dilakukan sore hari dan
sesudah magrib di masjid, musollah dan di rumah para ustadz-ustadzah.

2. Kegiatan Mingguan
Ialah kegiatan keagamaan yang dilaksanakan satu minggu sekali yang
meliputi kegiatan seperti dhiba’an, yasinan dan tahlilan. Kegiatan dhiba’an yaitu
pembacaan pujian-pujian kepada Nabi Muhammad yang dibaca secara
bergantian dalam suatu kelompok yang diikuti oleh anak-anak, remaja, orang
dewasa dan orang tua baik perempuan maupun laki-laki.
Kegiatan ini dilakukan di musollah satu ke musollah yang lainnya secara
bergiliran. Sedangkan yasinan dan tahlilan yang biasanya dilaksanakan pada hari
senin malam selasa sesudah isya’ bertempat dirumah oenduduk desa secara
bergantian, kegiatan ini biasanya diikuti oleh ibu-ibu fatayat.
3. Kegiatan Bulanan
Kegiatan keagamaan satu bulan sekali ini beruapa pengajian yang biasanya
dilaksanakan dirumah penduduk desa panyuran secara bergantian pula. Sebelum

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

pengajian dimulai diawali dulu dengan bacaan surat Al-Waqiah dan pembacaan
Istigosah. Kegiatan ini diikuti oleh kaum laki-laki. Disamping pengajian,
nyekar11 juga merupakan kegiatan bulanan yang ada di desa Panyuran, kegiatan
ini dilaksanakan sesudah ashar pada hari kamis malam jum’at wage.
Semua masyarakat laki-laki maupun perempuan, baik remaja maupun orang
dewasa semua berbondong-bondong berdatangan ke makam untuk berziarah ke
makam keluarganya yang sudah meninggal.

4. Kegiatan tahunan
Kegiatan keagamaan yang dilakukan satu tahun sekali ini berupa aktifnya
masyarakat melakukan peribadatan pada bulan romadhon, selesai melakukan
ibadah puasa, penduduk desa juga aktif ibadah-ibadah yang lain seperti sholat
tarawih 20 rakaat dan sholat witir 3 rokaat dengan berjama’ah dan tadarusan baik
dimasjid ataupun di musollah. Semua kegiatan keagaman tersebut membuktikan
bahwa mayoritas masyarakat desa Panyuran merupakan masyarakat yang
religius dengan kualitas keIslama yang sangat kuat.12

11
12

Nyekar dalam bahasa indonesia mempunyai arti takziyah kekeluarganya yang sudah meninggal.
Thoha Hamim, “Merayakan Maulid Nabi Tradisi Popular di Kalangan Masyarakat Pesantren”,
(Jakarta: Regilio, 2013), 69.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

BAB III
TEMPAT YANG DISAKRALKAN OLEH MASYARAKAT PANYURAN
KABUPATEN TUBAN

A. Makam yang disakralkan
Dalam bahasa Arab, makam berasal kata maqam yang berarti tempat, status,
atau hirarki. Tempat menyimpan jenazah sendiri dalam bahasa Arab disebut Qobr,
yang dalam penyebutan orang Jawa kubur atau lebih jelasnya disebut kuburan. Baik
kata makam atau kubur yang biasanya