NILAI-NILAI JIHAD DALAM BULETIN AL FURQON : STUDY ANALISIS WACANA THEO VAN LEEUWEN.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh : SUPARDI B01211051

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2016


(2)

Naskah Skipsi atas nama saudara : Nama

NIM Jurusan Judul

Wacana Theo V

Supardi

B0121 1051

Komunikasi dan PenYiaran lslam

Nilai-Nilai Jihad Dalam Buletin A1 Furqon (Study Analisis an Leeuwen)

Telah diperiksa dan diadakan perbaikan untuk dapat diujikan guna memenuhi

Satuan Kredit Semester Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam pada

Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Surabaya, 18 Januari 2016 Menyetujui Pembimbing,

\P^4-\1

Drs. Muhtarom' M.Ed. Gred. Dip' Tesol NrP. 19651 220199203100s


(3)

di depan Tim penguji Skripsi Surabay4 04 Februari 2016

Mengesahkan

Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Pen

I

Prof. Dr. H. Moh. AIi Aziz, M.As NIP. 195706091983031 003

NIP. 1 9780 4A220A8012A26

Penguji

IV

,^,

H. Fahrur Razi. S.Ae. M.HI

NIP. 196906122006041 018


(4)

B i sm i llahirrahmanirahim

\-ans bertanda tangan di bawah ini, saya :

\ama

\I\1

.lurusan \lamat

Supardi

B0121 1051

Komunikasi dan Penyiaran Islam

Dsn. Gunung Malang

I RT

04 RW 03

Kel. Lenteng Barat Kec. Lenteng Kab. Sumenep

\lenyatakan dengan sesungguhnya bahwa :

1) Skripsi ini tidak pernah dikumpulkan kepada lembaga pendidikan tinggi

manapun untuk mendapatkan gelar akadamik apapun.

2)

Skripsi ini adalah benar-benar hasil karya saya secara mandiri dan bukan merupakan hasil plagiasi atas karya orang lain.

3)

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan

ini

skripsi ini

sebagai hasil plagiasi, saya akan bersedia menanggung segala konsekuensi

hukum yang teriadi.


(5)

v ABSTRAK

Supardi, NIM. B01211051, 2016. Nilai Nilai Jihad Dalam Buletin Al Furqon (Study Analisis Wacana Theo Van Leeuwen). Skripsi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Jihad Bil Qalam, Buletin Al Furqon, Analisis Wacana

Fokus masalah yang akan diteliti dalam skripsi ini adalah: Bagaimana isi

Nilai Jihad Bil Qalam dalam Buletin Al Furqon bila dianalisis melalui strategi

wacana Theo Van Leeuwen bila dianalisis melalui strategi eksklusi dan inklusi ?

Untuk mengungkap permasalahan tersebut secara mendalam dan menyeluruh, penelitian ini menggunakan metode kualitatif non kancah. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan pendekatan Analisis wacana kritis model Theo Van Leeuwen. Model ini menekankan pada analisis bahasa kritis di mana dalam pendekatan ini melihat bagaimana gramatika bahasa membawa posisi dan makna ideologi tertentu. Aspek ideologi itu diamati dengan melihat pilihan bahasa dan struktur tata bahasa yang dipakai.

Dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa, nilai jihad bil qalam secara

gramatika bahasa yang terkandung menekankan pendalaman agama dan cara

pengamalannya.

Sedangkan, dari aspek ideologi yang ada berisi mengenaiperbaikan akhlak

untuk melakukan perubahan demi mendapatkan keberuntungan di dunia maupun

di akhirat, dan mengingatkan pentingnya adab islam dalam bermu’amalah guna diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga terhindar dari bentuk kedzaliman. Serta memahami hubungan antara Islam, Iman, dan Ihsan dalam

makna pencapaiannya. Penekanan kelompok dominan tentang ajaran agama

dalam Buletin Al Furqon edisi/volume 03 dan 05 tahun ke-9 (2015) yakni sejatinya, hanya semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT dan meneladani Rasulullah SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan di dunia hingga sampai di akhirat nanti.

Karena keterbatasan pengetahuan dan literatur peneliti, maka diharapkan ada peneliti lain yang akan melanjutkan penelitian ini dengan perspektif dan metode yang berbeda, sehingga memperoleh hasil yang sempurna.


(6)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... ii

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian... 9

E. Definisi Konseptual ... 10

F. Sistematika Pembahasan ... 13

BAB II : KAJIAN TEORETIK A. Kajian Pustaka ... 15

1. Tinjauan Mengenai Jihad ... 15

a. Pengertian Jihad ... 15

b. Macam-Macam Jihad ... 18

c. Hukum Jihad... 18


(7)

ix

2. Tinjauan Mengenai Buletin ... 20

a. Pengertian, Fungsi, dan Ciri Buletin ... 20

b. Buletin Sebagai Media Dakwah ... 25

c. Pengertian dan Karakteristik Berita ... 31

d. Berita Komodifikasi Wacana ... 33

B. Kerangka Teoretik ... 39

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 40

BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 42

B. Unit Analisis ... 47

C. Tahapan Penelitian ... 47

D. Teknik Pengumpulan Data ... 48

E. Teknik Analisis Data ... 49

BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Obyek Penelitian ... 65

B. Penyajian Data ... 68

C. Analisis Data ... 80

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam sebagai agama Dakwah, yaitu agama yang menegaskan umatnya untuk menyebarluaskan dan menyiarkan islam kepada seluruh umat manusia sebagai rahmat bagi seluruh alam. Islam sebagai agama Allah yang mengatur kehidupan di dunia dan untuk mencapai kebahagiaan hidup di

akhirat.1

Dakwah sesungguhnya merupakan suatu gejala yang konkrit dan ada

di tengah-tengah masyarakat dalam bentuk penyampaian pesan amar ma’ruf

nahi munkar dari da’i (penyampai dakwah) kepada mad’u (penerima dakwah), melalui suatu saluran yang biasanya disebut media, dan

menggunakan berbagai macam metode.2

Kegiatan dakwah juga bertujuan untuk merealisasikan segala perbuatan yang telah digariskan oleh Allah SWT yaitu dengan memperjuangkan yang baik (amar ma’ruf) dan meninggalkan yang jelek (nahi munkar) guna meneruskan perjuangan Rasulullah SAW bagi setiap muslim kepada muslim yang lain. Agar dakwah Islam dapat lebih diketahui, dihayati

serta diamalkan oleh manusia dari generasi ke generasi.3 Dengan

makna-makna inilah kita dapat memakna-maknai bahwa dakwah tidak menekankan hasil,

1 Djamaludin Ancok dkk, Pers dan Penyebaran Pesan-Pesan Agama (Bandung: Puspidai Press,

1995), h. 28.

2

Masduqi Affandi, Ontologi Dasar-Dasar Filosofi Dakwah (Surabaya: Diantama, 2007), h. 2.

3


(9)

tetapi mementingkan tugas dan proses. Penelusuran makna dakwah juga menunjukkan bahwa masing-masing makna tersebut menunjuk pada kata yang membutuhkan objek. Dalam hal ini menunjuk pada adanya sasaran

dakwah. Setidaknya ada tiga komponen dakwah di dalam event dakwah, yaitu

pelaku dakwah (pendakwah), pesan dakwah, dan sasaran dakwah (mitra

dakwah).4

Pada dasarnya dakwah merupakan tugas pokok para Rasul yang diutus oleh Allah SWT untuk berdakwah kepada kaumnya, agar mereka beriman dan beribadah kepada-NYA, seperti yang digariskan dengan syariat yang dibawanya.

Kemudian setelah Rasulullah SAW tiada, maka berdakwah menjadi tanggung jawab setiap ummatnya, sebagaimana dalam Firman Allah Swt (QS. Al Imran [3] : 104) :





















“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;merekalah orang-orang yang beruntung.”5

Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim, untuk mencapai dakwah yang efektif maka diperlukan media. Merebaknya media saat ini seperti media cetak dan online merupakan salah satu wujud dari era

4

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana, 2009), h. 10

5

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci


(10)

reformasi dan keterbukaan informasi. Fungsi media itu sendiri adalah memberikan informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial.

Media mampu menggiring opini publik kepada suatu fakta tertentu melalui setting terhadap informasi yang akan dijadikan berita. Maka pada tahap inilah misi dakwah dapat berjalan, informasi yang dianggap tidak memihak kepada dunia muslim dapat ditunda pemberitaannya dan beralih kepada pemberitaan yang bernilai dakwah.

Memasuki zaman global seperti saat sekarang ini, pola dakwah bil qalam (dakwah melalui tulisan) baik dengan menerbitkan kitab-kitab, novel, buku, majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah sangat penting dan efektif.

Kelebihan dari dakwah bil qalam yakni pesan dakwahnya tetap

tersampaikan meskipun Da’inya sudah tidak ada, atau penulisnya sudah

wafat. Dan hadits yang menerangkan tentang dakwah bil qalam adalah

"Sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari pada darahnya para syuhada". Dari sabda Rasulullah SAW di atas menunjukkan betapa berartinya tinta yang ditorehkan dalam rangka berdakwah sehingga perbandingannya dengan pengorbanan para syuhada’.

Dakwah lewat tulisan sudah dimulai dan dikembangkan oleh Rasulullah SAW dengan pengiriman surat dakwah kepada kaisar, raja-raja, ataupun pemuka masyarakat yang ada. Dan tulisan tentang aktivitas kenabian Rasulullah SAW yang tulis oleh para sahabat dan diberikan kepada para tabi’in, para tabi’in kemudian memberikan kepada perawi -perawi hadits. Dengan kerjasama tersebut akhirnya lahirlah karya-karya


(11)

jurnalistik islam yang terkenal, langgeng hingga akhir zaman. Dan dakwah lewat tulisan itu semakin relevan berada di zaman yang serba modern seperti sekarang ini.

Media cetak juga sebagai salah satu media dakwah yang efektif untuk berdakwah bil qalam. Namun pada zaman sekarang ini dakwah bil qalam tidak hanya dilakukan di media cetak saja melainkan juga di internet seperti dikemas dalam blog, website dan artikel-artikel lain yang bisa diakses melalui internet. Dan majalah-majalah yang mengandung sisi dakwah juga bisa diposting di internet dan bisa dibaca oleh jutaan umat. Meskipun Internet merupakan barang baru, namun internet secara langsung berperan dalam menciptakan dunia yang mengglobal.

Inti dari dakwah bil qalam adalah menulis. Menulis laksana mendayung, berlayar dengan pikiran yang dengannya penulis akan menemukan tantangan, pengalaman dan kepuasan. Dengan menulis juga sebagai salah satu metode dakwah yang efektif dan masih relevan hingga sekarang.

Menulis berarti peduli terhadap peradaban dunia, karena tulisan bisa mempengaruhi orang lain dan menjadi referensi dalam kehidupan sehari-hari. Tidak dipungkiri juga menulis bisa mendatangkan materi dan popularitas. Hal ini menunjukkan peluang berdakwah melalui tulisan sangat prospektif dan efektif.

Salah satu media cetak yang bisa digunakan sebagai media dakwah seperti majalah adalah suatu penerbitan cetak yang ringan dan mudah dibawa kemana-mana, lebih tahan lama dan bisa dibaca kapan saja waktu


(12)

yang diinginkan termasuk materi dakwah juga bisa dimuat dan dikemas melalui majalah.

Di zaman yang serba modern ini memungkinkan orang sangat sibuk dengan aktifitas yang sangat menumpuk. Sangat sedikit kemungkinan orang untuk meluangkan waktu untuk mendengarkan

ceramah dalam majelis-majelis ta’lim, karena tenaga sudah terkuras habis

untuk segala macam kesibukan. Buletin sebagai media dakwah lebih efektif dan efisien untuk mengisi wacana religi keseharian, karena Buletin lebih praktis dan bisa tidak terikat waktu atau bisa dibaca kapan saja.

Buletin mempunyai peran yang sangat penting, di antaranya sebagai alat media informasi yang berisi macam-macam informasi dan berita-berita terbaru mengenai berbagai hal yang diterbitkan secara periodik (bukan harian) bukan mingguan, yang bertujuan sebagai pelengkap hobby yang didalamnya sasaran yang berbeda-beda menurut tujuan fungsi dan isi majalah yang akan disampaikan kepada pembaca.

Terbitan berseri yang direncanakan untuk terbit dalam jangka waktu yang panjang dan tidak terbatas, secara berkala dan umumnya lebih sering dari pada setahun sekali, dalam setiap terbitan biasanya memuat berbagai karangan. Buletin biasanya memiliki judul yang jelas dan khas, tetapi kebanyakan Buletin diterbitkan oleh suatu himpunan atau lembaga dan memuat berita, laporan konferensi dan kegiatan berkala lainya, judulnya biasanya terdiri atas istilah umum yaitu seperti bulletin, laporan, pewarta dan warta.


(13)

Alasan peneliti memilih edisi atau volume 03 dan 05 tahun 2015, karena pesan yang disampaikan sangat menarik dan bagus, serta pesannya memberikan kiat-kiat dan motivasi dalam meraih kebahagiaan di dunia sampai di akhirat nanti.

Namun tidak semua buletin mengandung pesan dakwah, saat ini buletin yang mengandung pesan dakwah masih lebih sedikit dibanding buletin yang hanya mengandung hiburan belaka tanpa ada pesan keagamaan yang diangkat di dalamnya. Banyak sekali jurnalis-jurnalis muslim yang menyumbangkan karya tulisnya dalam bidang dakwah, namun mereka harus bersaing dengan karya tulis non muslim yang isinya banyak mengandung hal-hal yang tidak menunjukkan keislamian. Cendekiawan muslim harus lebih kritis terhadap informasi dan menginvestasikan kemampuan dalam mengolah gerit pena untuk mensosialisasikan nilai islam sekaligus meng-counter serta men-filter derasnya informasi jahili dari barat.

Saat ini, dakwah melalui media massa semakin marak dilakukan kalangan umat Islam. Munculnya berbagai majalah dan situs Islam di Internet merupakan kenyataan yang tidak bisa diabaikan peranannya

adalah penyebaran dakwah Islam.6 Bahwa informasi merupakan “komoditi

primer” semakin menyadarkan kita bahwa media massa adalah lahan subur yang harus dimanfaatkan.

Meskipun kesadaran menggunakan media massa sebagai sarana dakwah mulai tumbuh, lemahnya penguasaan ummat Islam atas media

6Salah satu dari nama majalah Islam adalah Aula, Suara Muhammadiyah, Hidayatullah.

Sedangkan salah satu situs Islam yang cukup terkenal adalah situs Myquran.com, al-Islam.or.id, laskarjihad.or.id, kisdi.or.id, pesantrenvitual.com, republika.co.id dll.


(14)

massa, dan kreatifitas yang dimiliki menjadikan dakwah yang dilakukan melalui media massa kurang produktif. Hal itu terlihat kurang berimbangnya program informasi yang memiliki nilai dakwah di tengah

masyarakat dengan program informasi media massa yang

memproduksinya budaya Barat (konsumeris, hedonis, pragmatis dan individualis).

Sebagai media informasi, media massa memiliki pengaruh yang

sangat kuat dalam membentuk perilaku seseorang7 Bahkan, media massa

merupakan the new source of power (sumber kekuatan baru) yang

menguasai tatanan kehidupan berbangsa, beragama dan bernegara. Dan saat ini, media massa menancapkan ideologinya. Dalam konteks ini, media massa telah dijadikan alat bagi terbentuknya keseragamanan model

kehidupan masyarakat yang berkiblat ke Barat.

Jika realitas semacam ini dibiarkan terus menerus oleh umat Islam, maka dengan sendirinya, perilaku masyarakat akan meninggalkan nilai lama (agama dan tradisi), yang kemudian beralih pada budaya baru melalui “dunia citra” yang dikembangkan melalui media massa.8

Perubahan itu terlihat begitu terasa saat ini, jika sebelumnya media massa khususnya TV, majalah, buletin, koran dan sebagainya berfungsi hanya sebagai media hiburan, namun kini telah beralih peran menjadi pedoman dalam pola pikir masyarakat.

Dengan melihat realitas pergeseran nilai yang terjadi di tengah masyarakat kita, mempersiapkan strategi dakwah secara matang dan

7Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), h.220 8 Yasraf Amir Piliang, Posrealitas (Yogyakarta: Jalasutra), h.469


(15)

efektif merupakan sebuah keniscayaan yang harus dilakukan oleh umat Islam (khususnya pada media-media Islami). Hal ini agar fungsi media massa yang selama ini menjadi tuntunan dalam perilaku hidup seseorang, mampu dimanfaatkan bagi syiar Islam.

Kenyataan yang berkembang saat ini, dakwah yang dilakukan para Da’i tidak beranjak dari format lama. Penyampaian Islam melalui ceramah masih saja tetap dilakukan, walau tidak sedikit juga yang mengerti apa

yang disampaikan oleh Da’i. Padahal efektifitas media massa justru lebih

mengena terhadap masyarakat secara luas dan universal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena sosial dakwah, maka memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana nilai jihad bil qalam dalam buletin Al Furqon bila dianalisis melalui strategi wacana The Van Leeuwen ?

Untuk menjawab masalah tersebut, ada dua sub masalah yang harus dijawab

1. Bagaimana nilai jihad bil qalam buletin Al Furqon bila

dianalisis melalui strategi eksklusi dan inklusi ?

2. Bagaimana gramatika bahasa dan aspek ideologi nilai jihad


(16)

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan fokus penelitian yang diangkat dalam tema ini, maka peneliti memfokuskan untuk :

1. Untuk mengetahui dan memahami nilai jihad bil qalam

buletin Al Furqon bila dianalisis melalui strategi eksklusi dan

inklusi.

2. Untuk mengetahui dan memahami gramatika bahasa dan

aspek ideologi nilai jihad bil qalam yang terkandung dalam buletin Al Furqon.

D. Manfaat Penelitian

Bila tujuan penelitian ini dapat tercapai, maka diharapkan dapat memiliki dua manfaat, yaitu :

1. Secara Teoritis

a. Diharapkan dapat dijadikan sumber referensi bagi Fakultas

Dakwah, terutama untuk jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam untuk mengembangkan ilmu dakwah yang menjadi pembelajaran utama bagi jurusan tersebut.

b. Diharapkan dapat mengembangkan ilmu dalam berdakwah,

terutama dalam komponen pengalaman kerja redaksi jurnalis dakwah.


(17)

c. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi pengetahuan dalam pengembangan kajian ilmu dakwah lebih lanjut.

2. Secara Praktis

a. Sebagai bahan bacaan dan referensi bagi peneliti berikutnya

yang akan meneliti tentang buletin Al Furqon maupun buletin-buletin lainnya.

b. Diharapkan dapat dijadikan informasi dan acuan bagi

peminat atau peneliti dakwah bahwa buletin merupakan

salah media dakwah bil qalamyang efektif.

c. Hasil rekomendasi penelitian ini diharapkan dapat

digunakan sebagai pedoman dalam mengembangkan keilmuan dakwah dan keredaksian media cetak.

E. Definisi Konseptual

Pada dasarnya konsep merupakan abstraksi yang dibentuk dengan

menggeneralisasi hal-hal yang khusus.9 Menurut Koentjaraningrat konsep

merupakan unsur pokok dari suatu konsep sebenarnya. Definisi singkat

dari sejumlah fakta atau gejala yang ada. 10 Definisi konsep ini

memberikan gambaran-gambaran konsep yang khusus dan menjelaskan bagian-bagian yang terkandung dalam judul yang diambil.

Konsep – konsep yang diangkat dalam penelitian ini tidak terlepas

dari judul penelitian, supaya menghindarkan dari kesalahpahaman dalam memahami judul atau fokus penelitian, selain itu juga bermaksud agar

9 Jalaludin Rachmat, Metode Penelitian Komunikasi (Jakarta: Remaja Rosda Karya, 1995), h. 12. 10 Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,


(18)

masalah yang diajukan dapat dijelaskan atau digambarkan dengan baik.

Penelitian ini berjudul “Nilai-Nilai Jihad Dalam Buletin Al Furqon

(Study Analisis Wacana Theo Van Leeuwen)”.

Dari judul ini, maka yang menjadi bahan kajian dan perlu mendapatkan penjelasan yakni:

1. Jihad

Jihad menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki beberapa makna di antaranya; usaha dengan segala daya upaya untuk mencapai kebaikan, usaha sungguh-sungguh membela agama Islam dengan mengorbankan harta benda, jiwa, dan raga, dan perang suci melawan

orang kafir untuk mempertahankan agama Islam11.

Jihad menurut bahasa (Arab) berasal dari tiga huruf yaitu al-jim,

al-haa, ad-daa. Adapun huruf alif pada kalimat itu adalah tambahan.12

Kata jihad mempunyai makna yaitu mengerahkan segenap kemampuan di

jalan Allah SWT dalam rangka meninggikan kalimat-Nya, membela agama-Nya, memerangi musuh-Nya, dan juga dalam rangka mencegah kedzaliman, pelanggaran, dan kejahatan. Kemudian menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, makna jihad itu mengandung empat hal, yakni: 1) Berjuang melawan hawa nafsu, 2) Berjuang melawan setan, 3) Berjuang

melawan orang kafir, 4) Berjuang melawan orang munafik.13

Jihad bil qalam yang merupakan jihad dalam bentuk tulisan yang dilakukan secara berkelanjutan dan terencana dalam usaha mempengaruhi orang lain secara individual maupun komunal agar timbul dalam dirinya

11 Ahmad Baihaqi, Kamus besar bahasa Indonesia (Surabaya: Apollo, 2011), h.201 12 H.A.R Sutan Mansur, Jihad (Jakarta: Panji Masyarakat Jakarta, 1982), h. 9. 13 Haqqul Yaqin, Agama dan Kekerasan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 101.


(19)

suatu pengertian, sikap, penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama sebagai unsur pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca

tanpa ada unsur paksaan. 14 Pesan jihad bil qalam tersebut harus

disampaikan kepada orang lain baik secara lisan ataupun tulisan dalam upaya mengubah dari satu situasi ke situasi yang lebih baik dalam upaya menimbulkan pemahaman dalam diri tentang penghayatan dan pengamalan ajaran Islam.

Dalam penelitian ini jihad diartikan sebagai jihad bil qalam yang ingin merubah perilaku sosial masyarakat dengan menggunakan media buletin.

2. Buletin

Buletin adalah media cetak berupa selebaran atau majalah berisi warta singkat atau pernyataan tertulis yang diterbitkan secara periodik

oleh suatu organisasi atau lembaga.15

Salah satu media dakwah yang hingga kini dan masa yang akan datang masih perlu dikembangkan adalah media cetak atau penerbitan, salah satunya adalah Buletin. Melalui media ini, materi dakwah dapat disebarkan langsung atau diberikan langsung kepada pembaca melalui buletin.

Al Furqon adalah buletin yang diterbitkan oleh Lajnah Dakwah

Ma’had al-Furqon, tepatnya Ponpes al-Furqon al Islami. Buletin tersebut

menelaah masalah-masalah aktual dalam masyarakat yang diulas dalam

perspektif Islam.

14 Taufik Ridwan, Matahati Pers Islam (Yogyakarta : Dini Mediapro, 2012), h. 46-48.

15 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Remaja


(20)

Jadi yang dimaksud dengan judul “Nilai-Nilai Jihad Dalam Buletin Al

Furqon(Study Analisis Wacana Theo Van Leeuwen)” di sini adalah meneliti

materi nilai jihad bil qalam yang terdapat dalam buletin Al Furqon dengan

menggunakan pendekatan analisis wacana Theo Van Leeuwen, terhitung edisi atau volume 03 dan 05 tahun 2015.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan sesuatu yang menghantarkan ke tujuan skripsi. Untuk mempermudah pemahaman, maka rencana penulisan dalam skripsi analisis wacana ini akan disusun dalam lima bab yang setiap babnya mempunyai isi dan analisa tersendiri mengenai skripsi analisis wacana. Agar skripsi ini tidak keluar dari jalur yang telah ditentukan dan lebih terperinci lagi susunannya, maka perlu adanya sistematika pembahasan. Di antara susunan sistematika pembahasannya sebagai berikut :

Bab I pada bab ini memuat tentang (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, (d) manfaat penelitian, (e) definisi konseptual, dan (e) sistematika pembahasan.

Bab II Pada bab ini memuat tentang kajian pustaka, kerangka teoritik, dan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian analisis wacana.

Bab III Pada bab ini memuat tentang pendekatan dan jenis penelitian, unit analisis, tahapan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.


(21)

Bab IV pada bab ini memuat tentang penyajian dan analisis data yang meliputi deskripsi obyek penelitian, penyajian data, dan analisis data mengkonfirmasi hasil temuan dengan teori yang sudah ada guna mengetahui relevansi antara penelitian yang dilakukan dengan teori tersebut.

Bab V Penutup. Bab ini akan memuat kesimpulan sebagai penegasan jawaban atas permasalahan yang diangkat serta asumsi-asumsi yang pernah diutarakan sebelumnya, kemudian akan dilengkapi dengan saran-saran dan kata penutup.


(22)

15

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Kajian Pustaka

1. Tinjauan Mengenai Jihad a. Pengertian Jihad

Kata jihaad adalah mashdar fi’il rubaa’i (mashdar kata kerja

empat huruf) dari jaahada. Kata jihaad mengikuti wazan fi’aal yang

bermakna mufa’alah (saling melakukan dari dua belah pihak).16

Dalam pengertian lain, secara etimologi jihad adalah kepayahan, kesulitan, atau mencurahkan segala daya upaya dan kemampuan. Adapun secara terminologi, Alhafidz Ibnu Hajar mengatakan; mencurahkan segala kemampuan yang dimiliki untuk

memerangi orang-orang kafir.17

Dalam arti lain jihad secara bahasa adalah bentuk mashdar dari

jaahada yang artinya adalah mengerahkan jerih payah dalam rangka

meraih tujuan tertentu.18 Sedangkan menurut istilah syariat Islam

adalah mengerahkan jerih payah dalam rangka menegakkan masyarakat Islam, dan agar kalimat Allah menjadi yang tertinggi, serta syariat Allah berkuasa (dominan) di muka bumi.

Adapun konsep jihad dari beberapa tokoh seperti; KH. Abdurrahman Wahid mengatakan bahwa jihad hukumnya fardhu

16 Syamsuddin Ramadlan, Hukum Islam Seputar: Jihad & Mati Syahid (Surabaya: Fadillah Print,

2006), h. 1

17Fathul Bari 6/5, Hasyiah Ar-Raudh Al-Murdli 4/253, dan Nailul Autar 7/246. 18 Mushthafa al-Khin, Konsep Kepemimpinan & Jihad (Jakarta: Darul Haq, 2014), h. 3


(23)

kifayah dalam setiap tahun. Artinya, jika sudah ada yang melaksanakannya, maka gugurlah kewajiban itu bagi yang lain. Kemudian diuraikan sebagai berikut:

1) Menegaskan Eksistensi Allah SWT di muka bumi,

seperti melantunkan adzan untuk shalat berjama’ah, takbir serta berbagai macam zikir dan wirid.

2) Menegakkan syariat dan nilai-nilai agama, seperti

shalat, puasa, zakat, haji, nilai-nilai kejujuran, keadilan, kebenaran dan sebagainya.

3) Berpegang di jalan Allah. Artinya jika ada komunitas

yang memusuhi kita, maka dengan segala argumentasi yang dibenarkan agama kita bisa berperang sesuai dengan rambu-rambu yang ditetapkan Allah.

4) Mencukupi kebutuhan dan kepentingan orang yang

harus ditanggung oleh pemerintah, baik itu muslim maupun kafir dzimmi (yakni yang termasuk kaum Nasrani, Majusi, Yahudi, serta pemeluk-pemeluk agama lain yang bukan musuh).

5) Mengayomi dan melindungi orang-orang yang berhak

mendapatkan perlindungan, baik muslim maupun non muslim. Kemudian pemenuhan kebutuhan diantaranya dengan mencukupi kebutuhan sandang, pangan, papan, jaminan obat-obatan dan jaminan kesehatan bagi rakyatnya.


(24)

Sedangkan konsep jihad yang dipahami serta dibuat landasan bertindak oleh Abu Bakar Ba’asyir ialah, jihad diperbolehkan ketika Islam ditindas (defensif) atau jihad ofensif hanya berlaku ketika ada kekhalifahan Islam, konteks kekinian seperti; perang Irak melawan Afganistan. Kedua, jihad ofensif (hujumi, ibtida’I, tholabi) yaitu memulai perang. Seperti; fathul Makkah, meskipun tidak terjadi perang.

Jihad defensif dilakukan manakala pertama, negeri mereka diserang orang-orang kafir, seperti Afganistan dan Irak yang diserang oleh Amerika Serikat. Kedua, sekelompok komunitas muslim yang diperangi oleh orang-orang kafir. Karena serangan terhadap sebagian orang muslim pada hakikatnya serangan terhadap seluruh umat muslim.

Sedangkan jihad ofensif dilakukan oleh daulah Islam. Dakwah adalah seruan pemikiran non fisik. Manakala dihalangi secara fisik, wajib kaum muslim berjihad untuk melindungi dakwah dan menghilangkan halangan-halangan fisik yang dihadapinya.

Dengan demikian konsep jihad yang dipahami oleh

KH.Abdurrahman Wahid dan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir

sebenarnya ada persamaannya, hanya kemudian di tingkatan aktualisasinya berbeda, begitu juga dalam menganalisis teks-teks,


(25)

b. Macam-Macam Jihad

Dari definisi di atas, berjihad itu bisa dilakukan dengan

berbagai macam cara, yakni :19

1) Berjihad dengan lisan atau perkataan : berjihad seperti

ini dilakukan dengan cara mencurahkan segala kemampuan daya fikir dan diaologis

2) Berjihad dengan tulisan : berjihad ini dilakukan dengan

menyampaikan pesan melalui suatu media, seperti; cetak, elektronik, dan sejenisnya

3) Berjihad dengan harta : berjihad ini dilakukan dengan

cara menyediakan sebagian harta atau seluruhnya dalam rangka menyiapkan hajat kaum Muslimin untuk berjuang di Jalan Allah SWT.

4) Berjihad dengan jiwa : berjihad ini dilakukan dengan

cara bersedia mengorbankan jiwa dan raga. Seperti;

perang, atau dalam literatur agama disebut dengan qital.

c. Hukum Jihad

Hukum berjihad adalah fardhu kifayah dengan melihat

empat bentuknya (yang awal) yang telah disebutkan, yang mana bila ada kaum Muslimin yang menegakkannya dalam kadar yang memadai, maka ia gugur dari yang lain. Termasuk dalam hal ini, sebagaimana yang anda ketahui, menegakkan hujjah, menolak syubhat-syubhat dan tuduhan-tuduhan terhadap agama, amar


(26)

ma’ruf dan nahi mungkar, dan menyebarkan ilmu-imu agama

Islam.20 Adapun yang fardhu ain, wajib hukumnya atas semua

orang mukallaf (yang telah dibebani syariat) dari penduduk negeri yang diserang musuh, laki-laki dan wanita, bila diperlukan membela negeri Islam dan pemerintahnnya dari musuh.

d. Nilai Keutamaan Jihad

Di dalam Al qur’an maupun Hadist shahih banyak menjelaskan nilai keutamaan jihad di atas amal-amal shaleh yang lain, yaitu :

1) Jihad adalah amal yang paling utama

Di dalam sebuah hadist dijelaskan, bahwa Rasulullah SAW telah menetapkan kedudukan jihad sebagai amal yang utama dibandingkan dengan amal-amal yang lain, setelah beriman kepada Allah SWT. Bahkan,

jihad ditempatkan sebagai ra’s al-‘amal (pangkal dari

amal). Imam Bukhari menuturkan sebuah hadist dari Abu Dzarr ra, bahwasanya ia pernah bertanya kepada Rasulullah

SAW: “Amal apa yang paling utama? Nabi SAW

menjawab, Iman kepada Allah, dan Jihad di jalanNya”. Al -Hafidz Ibnu Hajar mengatakan, hadist ini menunjukkan bahwa jihad merupakan amal yang paling utama setelah

iman kepada Allah.21

20 Ibid, h. 12.

21

Syamsuddin Ramadlan, Hukum Islam Seputar: Jihad & Mati Syahid (Surabaya: Fadillah Print, 2006), h. 42.


(27)

2) Derajat orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya lebih tinggi beberapa derajat daripada orang-orang yang tidak melakukan apa-apa.

3) Keutamaan yang lain, antara lain; dijauhkan dari

kebinasaan, dilipatgandakan pahalanya menjadi tujuh ratus kali lipat, dinaikkan derajat kemuliaannya satu derajat, diberi pahala yang besar, tidak akan dianiaya dan tidak dirugikan, mendapatkan kemenangan yang besar, dicatat sebagai amal shaleh, dan lain

sebagainya.22

2. Tinjauan Mengenai Buletin

a. Pengertian, Fungsi, dan Ciri Buletin

Dalam tinjauan pers buletin, istilah pers berasal dari bahasa Belanda, yang berarti dalam bahasa Inggris berarti press. Secara bahasa, pers berarti cetak dan secara istilah berarti penyiar secara tercetak atau publikasi secara dicetak

(printed publication). Dalam perkembangannya, pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam pengertian luas dan pers dalam pengertian sempit. Pers dalam pengertian luas meliputi segala penerbitan, bahkan termasuk media elektronik, radio siaran, dan televisi, sedangkan pers dalam arti sempit

22


(28)

hanya terbatas pada media massa cetak, yakni surat kabar,

majalah, dan buletin kantor berita.23

Media massa adalah sarana atau alat (berupa cetak, elektronik, maupun maya) untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan yang bersifat massa, khalayak, bebas dan netral.

Di dalam penelitian ini yang dimaksud media massa ialah media cetak berupa buletin mingguan yang memiliki

beberapa fungsi, yaitu :24

1) Informasi

Menyiarkan informasi merupakan fungsi yang penting dalam media massa, khususnya media cetak, dalam hal ini berita yang diproduksi. Khalayak para jama’ah sholat jum’at biasanya memerlukan informasi mengenai berbagai hal, seperti; mengenai peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan orang lain, dan sebagainya.

Di dalam memberikan sebuah informasi, media cetak, khususnya buletin membutuhkan adanya proses jurnalisme untuk memproduksi informasi. Istilah

jurnalistik berasal dari bahasa Belanda journalistiek.

Seperti halnya dengan istilah bahasa Inggris journalism

23

Onong Uchjana Effendy (C), Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 145.

24


(29)

yang bersumber pada perkataan journal, ini merupakan

terjemahan dari bahsa latin diurnal “harian” atau

“setiap hari”.25

Di dalam kamus komunikasi, journalisme berarti kegiatan mengelola berita, mulai dari peliputan peristiwa melalui penyusunan kisah berita sampai pada

penyebaran berita yang sudah pada khalayak.26

Jadi, yang dimaksud jurnalisme ialah kegiatan atau ketrampilan mengelola bahan berita yang dimulai dari peliputan di tempat kejadian hingga penyusunan ke dalam bentuk kata-kata baik lisan, tulis maupun suara, kemudian disampaikan kepada khalayak.

2) Hiburan

Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat oleh buletin dan majalah untuk mengimbangi berita-berita

berat (hard news) dan artikel yang berbobot. Isi buletin

yang berbentuk hiburan bisa: cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, karikatur, tidak jarang juga berita yang mengandung

minat insan (human interest).27

3) Pendidikan

Fungsi berita selanjutnya adalah mendidik.

Sebagai sarana pendidikan massa (mass education),

25 Ibid, h. 151.

26 Onong Uchjana Effendy (B), Kamus Komunikasi (Bandung : Mandar Maju, 1989), h. 195. 27 Onong Uchjana Effendy (C), Ilmu Komunikasi, h.150.


(30)

media menampilkan tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga khalayak pembaca diharapkan

bertambah pengetahuannya.28

4) Mempengaruhi

Fungsi ini tidak kalah pentingnya dengan fungsi informasi maupun hiburan. Fungsi mempengaruhi ini menyebabkan media massa mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Media massa mampu menggerakkan seseorang untuk bebuat sesuatu hal dan tidak berbuat hal lain. Demikian juga media dapat menunjukkan sebuah etika. Dalam perbuatan kasus korupsi, media menawarkan etika lain bahwa pebuatan itu tidak baik dan jangan diikuti. Hal ini

mengandung sebuah pembujukan (kebohongan).29

5) Pengawasan (Surveillance)

Dalam membentuk fungsi ini, media sering kali memperingatkan kita akan bahaya yang mungkin terjadi seperti; kondisi cuaca yang ekstrim atau

berbahaya ancaman militer.30

6) Korelasi (Corellation)

Fungsi kolerasi adalah seleksi dan interpretasi informasi tentang lingkungan. Media seringkali

28 Ibid, h. 150.

29

Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 73

30

Werner J.Severin dan James W Tankard Jr, Teori Komunikasi ke-5. (Jakarta: Kencana, 2005), h. 386.


(31)

memasuki kritik dan cara bagaimana seseorang harus bereaksi terhadap kejadian tertentu. Karena itu, kolerasi merupakan bagian media yang berisi editorial dan propaganda. Fungsi kolerasi bertujuan untuk menjalankan norma sosial dan menjaga konsensus dengan mengekspos penyimpangan, memberikan status dengan cara menyoroti individu terpilih, dan dapat berfungsi untuk mengawasi pemerintah. Dalam menjalankan fungsi korelasi, media seringkali dapat menghalangi ancaman terhadap stabilitas sosial dan

memonitori atau mengatur opini publik.31

7) Penyampaian Warisan Sosial (Transmission Of The

Social Heritage)

Penyampaian warisan sosial merupakan suatu fungsi di mana media menyampaikan informasi, nilai, dan norma dari suatu generasi ke generasi berikutnya atau dari anggota masyarakat ke kaum pendatang. Dengan cara ini mereka bertujuan untuk meningkatkan kesatuan masyarakat dengan cara memperuluas dasar pengalaman umum mereka. Mereka membantu integrasi individu ke masyarakat baik dengan cara melanjutkan sosialisasi setelah pendidikan formal berakhir, ataupun dengan mengawalinya pada masa

31


(32)

pra-sekolah. Telah diketahui bahwa media dapat mengurangi perasaan terasing (anomi) pada individu atau perasaan tak menentu melalui wadah masyarakat

tempat dia dapat mengidentifikasikan dirinya.32

Karakteristik buletin menurut Onong Uchjana Effendy adalah sebagai berikut :

a) Publisitas yaitu penyebaran isi yang ditujukan

kepada khalayak bersifat umum. Dengan demikian, isi buletin itu menyangkut segala aspek yang berguna bagi kepentingan khalayak.

b) Periodisitas artinya buletin mempunyai keteraturan

saat terbitnya (berkala).

c) Universalitas artinya seluruh isinya memiliki nilai

umum. Kendati demikian nilai umum yang dimiliki buletin tidak seperti surat kabar yang meliputi aspek, biasanya buletin hanya memfokuskan pada salah satu aspek atau profesi tertentu yang ditujukan untuk kalangan tertentu. Namun bahasanya bersifat

umum.33

b. Buletin Sebagai Media Dakwah

Buletin sebagai salah satu bentuk media cetak, dapat

dijadikan sebagai media dakwah yang berfungsi tidak hanya

menyajikan informasi atau alat pendidikan moral saja, tetapi

32 Ibid, h. 388.

33


(33)

juga mampu menyajikan ide, konsep-konsep yang

memberikan arahan danbimbingan hidup kepada manusia.

Sebagai media dakwah, isi pesan (materi) harus disusun sedemikian rupa sehingga enak dibaca dan mudah dipahami.

Selain itu isi pesan juga harus mempunyai landasan atau dapat

dihubungkandengan nash-nash yang ada dalam Al-Qur’an dan

Al-Hadist.

Dalam memuat nilai jihad ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:

1) Pertimbangan Aktualitas

Aktualitas artinya buletin menyampaikan informasi yang baru tanpa mengenyampingkan kebenaran fakta. Dari segi aktualitas ini buletin seringkali kurang menyajikan informasi yang aktual dibandingkan dengan surat kabar, akan tetapi buletin mempunyai kelebihan sendiri yaitu dalam penyajian informasi dapat bersifat lebih mendetail dan berperan sebagai media yang memberikan pengetahuan mengenai hal-hal yang aktual dalam dunia ilmu pengetahuan yang belum sempat diterbitkan dalam bentuk buku.

2) Pertimbangan Bahasa

Bahasa merupakan faktor yang penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan sebuah artikel. Bahasa jurnalistik berbeda dengan penulisan bahasa ilmiah murni,


(34)

seperti dalam makalah, buku, penelitian dan lainnya. Bahasa jurnalistik harus meliputi beberapa kriteria, yaitu:

singkat, padat, jelas, lancar, lugas dan menarik. 34

Pentingnya bahasa jurnalistik itu mengingat para pembaca yang beragam latar belakang pendidikan mulai yang rendah sampai yang berpendidikan tinggi. Apabila menggunakan tulisan ilmiah murni maka mereka yang berpendidikan rendah tidak mampu memahaminya. Menurut Rasihan Anwar ada tujuh faktor yang menjadi

patokan dalam menulis artikel,35 yaitu:

a) Menggunakan kalimat-kalimat yang pendek

b) Menggunakan bahasa yang mudah dipahami

c) Menggunakan bahasa yang sederhana dan jelas

pengutaraannya

d) Menggunakan bahasa tanpa menggunakan kalimat

majemuk

e) Menggunakan bahasa aktif bukan pasif

f) Menggunakan bahasa positif bukan negatif

g) Menggunakan bahasa yang kuat dan padat

3) Pertimbangan Misi

Setiap media massa didirikan dengan idealisme dan cita-cita. Idealisme dan cita-cita antara media yang satu dengan yang lainnya berbeda. Konsekuensinya

34 Sutirman Eka Ardhana, Jurnalistik Dakwah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), h. 57. 35


(35)

masing perusahaan penerbitan surat kabar atau buletin akan mempunyai pembaca sesuai dengan idealisme yang dibangunnya. Dengan demikian sebelum memuat suatu tulisan perlu dipertimbangkan dahulu apakah sesuai dengan idealismenya ataukah bertentangan. Media cetak adalah media yang digunakan serta ditujukan untuk khalayak

umum dan isinya bersifat umum,36 seperti surat kabar,

buletin, radio, televisi dan sebagainya. Adapun yang menjadi bahasan pokok disini adalah media cetak yaitu buletin. Media massa cetak adalah media komunikasi bercetak seperti majalah, koran, buletin, pamflet dan sebagainya.

Ciri-ciri media massa :37

a) Terlembaga

Komunikator dalam komunikasi massa yang terjadi di media massa bukanlah satu orang, melainkan kumpulan dari beberapa orang. Artinya, berbagai macam unsur bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga ini menyerupai sebuah sistem yang interdependensi, yaitu komponen-komponen itu saling berkaitan, berinteraksi, dan saling tergantung secara keseluruhan.

b) Kontinyu/berlanjut

36 Masduki, Regulasi Penyiaran dari Otoriter ke Liberal (Yogyakarta: Lkis 2007), h. 67. 37


(36)

Hal ini terkait dengan keteraturan kemunculan atau terbitnya, seperti harian, mingguan, dwi mingguan atau bulanan. Kontinyuitas ini penting dimiliki media massa,

khususnya buletin jum’at. Kebutuhan akan informasi dari

masyarakat yang selalu meningkat mendorong pihak media untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

c) Umpan balik tertunda (delayed Feedback)

Ada dua macam feedback, yaitu immediate

feedback (umpan balik langsung), biasanya dilakukan

komunikasi langsung, misalnya face to face

communication. Sedangkan untuk delayed feedback

(umpan balik tertunda) dilakukan saat menggunakanmedia.

Umpan balik yang terjadidi media massa tidak akan sesegera atau sesempurna umpan balik dalam komunikasi tatap muka.

d) Khalayak bersifat heterogen dan luas

Artinya mereka (komunikan) tidak saling kenal dengan komunikator (wartawan) dan komunikan beragam, mulai dari usia, tingkat pendidikan, agama, kebudayaan, pekerjaan, dan lainnya.

e) Pesan bersifat umum

Pesan yang disampiakan tidak hanya satu orang atau satu kelompok tertentu, melainkan disampaikan kepada khalayak yang plural/beragam. Artinya, pesan yang


(37)

dikemukakan tidak bersifat khusus yang ditujukan untuk suatu golongan tertentu, melainkan bersifat umum untuk seluruh pembaca yang bersifat heterogen.

Para pembaca surat kabar, buletin yang begitu banyak, berbeda dalam usia, jenis kelamin, status sosial, tingkat pendidikan, taraf kebudayaan, agama, pandangan

hidup, dan sebagainya.38Seperti diterangkan diatas, bahwa

komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa cetak disini, maka akan disampaikan karakteristik media massa bercetak:

1) Massalitas dalam produksi artinya produk media massa

harus dapat menjangkau orang banyak.

2) Pluralitas dalam penyajian artinya harus mampu

menjadikan hal-hal beraneka ragam untuk ditujukan kepada setiap orang.

3) Simultan artinya pesan yang diterima selalu serentak.39

Komunikasi massa sebagai kegiatan masyarakat telah memainkan fungsi yang beragam dalam dinamika masyarakat, seperti menyebarkan informasi, hiburan, interpretasi, opini juga media dakwah.

38

Onong Uchjana Effendy, Op,Cit, h.72-75.

39


(38)

c. Pengertian dan Karakteristik Berita

Banyak definisi berita (news) yang terdapat di berbagai

literatur, namun karena dilihat dari bermacam sudut pandang, maka beberapa pengertian tersebut memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya.

Mitchel U Charn dalam bukunya Reporting,

mendefinisikan berita ialah laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang mengandung hal yang penting, atau

kedua-duanya bagi sejumlah penduduk.40

Di dalam media cetak seperti buletin, berita adalah

laporan atau sajian pers jurnalistik oleh wartawan, yang ditulis

berupa data, fakta ataupun peristiwa yang penting dan

mendesak untuk diketahui atau diinformasikan kepada para

pembaca.

Namun tidak setiap peristiwa, data atau fakta dapat

disajikan sebagai berita yang ditampilkan di surat kabar. Suatu

berita layak diberitakan apabila peristiwa, data atau fakta

tersebut mengandung sesuatu yang penting dan menarik atau

biasa disebut nilai berita. Secara umum, nilai berita (news

value) mengandung unsur-unsursebagai berikut:41

40

Onong Uchjana Effendy (A), Dinamika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2007), h. 67.

41 Septiawan Santana K.,Jurnalisme Kontemporer (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia,


(39)

1) Penting (Significance), yaitu apabila peristiwa, data atau fakta yang mempengaruhi atau menimbulkan akibat langsung kepada kehidupan orang banyak.

2) Besar (Magnitude), yaitu peristiwa, data atau fakta yang

menyangkut angka-angka (jumlah atau besaran) yang sangat berarti bagi kehidupan orang banyak.

3) Baru (Timelines), yaitu peristiwa, data atau fakta yang baru

terjadi.

4) Tenar (Prominance), yaitu peristiwa, data atau fakta yang

menyangkut tokoh tenar atau suatu tempat yang dikenal pembaca.

5) Dekat (Proximity), yaitu peristiwa, data atau fakta yang

dekat dengan pembaca, baik dari sisi jarak maupun emosional.

6) Manusiawi (Human Interest), yaitu peristiwa, data atau

fakta yang memberi sentuhan perasaan bagi pembaca, seperti rasa iba, kasihan, gembira atau rasa bangga.

Dalam menyajikan peristiwa, data atau fakta ke dalam bentuk laporan pers atau berita, ada beberapamacam

ragamnya, diantaranya : straight news atau berita ringkas, hard

news atau berita keras, soft news atau berita ringan, feature

atau berita kisah. Berikut penjelasannya:42

42

Patmono SK, Tehnik Jurnalistik : Tuntunan Praktis untuk Menjadi Wartawan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), h. 5-10.


(40)

1) Straight news atau berita ringkas. Materi berita disusun secara ringkas dan padat serta komunikatif.

2) Hard News atau berita keras. Peristiwa, data atau fakta penting, gempar, berbobot bagi masyarakat, dan biasanya dijadikan sebagai berita utama atau headline.

3) Soft News atau berita ringan. Peristiwa, data atau fakta yang menarik dan mengesankan.

4) Feature atau berita kisah. Berita berkisah tentang sesuatu yang unik, dramatic, mengaharukan, tragis dan menyentuh sisi kemanusiaan.

Selain itu ada berita sensasi yakni, berita yang menekankan secara berlebihan “unsur manusia” dalam pemberitaan yakni, perasaan atau emosi, mengemukakannya terlalu didasarkan pada keinginan untuk menarik perhatian, membangkitkan perasaan atau emosi. Jadi, berita sensasi harus hebat, harus menimbulkan keheranan, ketakjuban. Dengan demikian berita sensasi sedikit sekali didasarkan pada nalar atau sama sekali tidak didasarkan pada nalar yang

sehat.43

d. Berita Komodifikasi Wacana

Penelitian dalam level produksi berita, seringkali

dipusatkan pada proses penulisan berita. Penulisan berita

bukanlah sebuah aktivitas privat atau individu oleh wartawan.

43 Hikmat Kusumaningrat, jurnalistik : Teori dan Praktek. (Bandung: Remaja


(41)

Berita merupakan produk media yang melewati proses yang

kompleks dari sebuah organisasi media massa. Pembentukan

berita dipandang bukanlah ruang yang hampa, netral, dan

seakan-akan menyalurkan informasi. Akan tetapi sebaliknya,

proses tersebut rumit dan banyak faktor yang berpotensi mempengaruhinya. Mulai dari faktor individual, seperti latar belakang profesional dari pengelola berita. Juga faktor

rutinitas media yang berhubungan dengan mekanisme dan

proses penentuan media. Faktor luar media juga turut

mempengaruhi konstruksi berita. Terakhir ialah sumber berita,

yaitu sumber berita yang tidak netral dan memiliki tujuan

tertentu.44

Idealisme sebuah media dan kebijakan yang dimiliki

turut mempengaruhi proses terciptanya sebuah berita.

Idealnya, penulis berita lebih menitikberatkan kepada

kepentingan khalayak daripada kepentingan yang lain. Namun

pada kenyataannya, di dalam industri media bertarung

berbagai macam kepentingan.

Persoalan yang cukup mendasar dalam sebuah industri

media massa ialah pertentangan antara kebebasan dan

keterbatasan. Di dalam sebuah media massa, cenderung

memiliki ideologi tentang orisinalitas sebuah berita dan

tentunya kebebasan. Kedua hal ini dapat mempengaruhi

44


(42)

kredibilitas maupun kepercayaan dari masyarakat kepada sebuah media massa.

Salah satu kasus yang sering muncul adalah masalah komodifikasi berita. Berita dijadikan sebagai komoditas.

Karena itu, berita harus ditulis semenarik mungkin agar

pembaca tertarik, sehingga keuntungan finansial dapat

diperoleh. Hal inilah yang menyebabkan ada persaingan atau

kompetisi antar media massa. Persaingan ini tentunya dapat

memberikan dampak yang positif terhadap media dengan

mengembangkan kreatifitas dalam penyajian sebuah berita

untuk mendapatkan kepercayaan. Namun demikian, hal itu juga memberikan dampak negatif, di antaranya kedalaman

berita berkurang, lahirnya berita-berita yang seragam, lebih

mengusung atau menonjolkan sensasionalitas berita dan

dramatisasi berita.

Menurut Fairclough dan Wodak, wacana pemakai berita

dalam tuturan dan tulisan sebagai bentuk dari praktik sosial.

Wacanamemberi gambaran sebagai sebuah praktik sosial yang

menyebabkan sebuah hubungan dialektis diantara peristiwa

diskursif tertentu dengan situasi, institusi, dan ia dapat

memproduksi dan mereproduksi hubungan kekuasaan yang

tidak imbang antara kelas sosial, laki-laki dan perempuan,

kelompok mayoritas dan minoritas melalui mana perbedaan itu


(43)

disajikan karakteristik penting dari analisis wacana kritis dari

TeunA Van dijk, Fairclough, dan Wodak.45

Konteks. Wacana dipandang, diproduksi, dimengerti

dan dianalisis pada satu konteks tertentu, seperti latar situasi,

peristiwa dan kondisi. Menurut Guy Cook, analisa wacana

juga memeriksa konteks dari komunikasi, siapa yang

mengkomunikasikan, dengan siapa dan mengapa, dari jenis

khalayak dan situasi apa, melalui medium apa, bagaimana

perbedaan tipe dari perkembangan komunikasi, dan hubungan

untuk setiap masing-masing pihak. Guy Cook menyebut ada tiga hal yang sentral dalam pengertian wacana: teks, konteks,

dan wacana. Teks adalah semua bentuk bahasa, tidak hanya

tulisan, namun juga jenis ekspresi, komunikasi, ucapan, music

efek, gambar dan sebagainya. Konteks memasukkan semua

situasi hal yang berada diluar teks dan mempengaruhi

pemakaian bahasa, seperti partisipan, dalam bahasa, situasi di

mana konteks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksud dan

sebagainya.

Historis. Menempatkan dalamk konteks sosial tertentu, berarti wacana diproduksi dalam konteks tertentu dan tidak

dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks yang

menyertainya. Salah satu aspek penting untuk bisa mengerti teks adalah dengan menempatkan wacana itu dalam konteks

45


(44)

historis tertentu. Pemahaman mengenai wacana teks ini hanya akan diperoleh bila kita dapat memberikan konteks historis di mana teks itu diciptakan, seperti situasi politik atau yang lainnya saat wacana tersebut diciptakan.

Kekuasaan. Setiap wacana yang muncul, baik berbentuk teks, percakapan, tidak dipandang sebagai suatu yang alamiah, wajar, dan netral tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan adalah salah satu kunci hubungan antara wacana dengan masyarakat. Seperti kekuasaan laki-laki dalam wacana rasisme. Kekuasaan itu dalam hubungannya dengan wacana, penting untuk melihat apa yang disebut sebagai control. Control dalam hal ini tidak harus bertindak fisik dan langsung, tetapi juga contro secara mental atau psikis. Kelompok yang dominan mungkin membuat kelompok lain bertindak seperti yang diinginkan olehnya, berbicara dan bertindak sesuai dengan yang diinginkan.

Ideologi. Teks, percakapan, dan lainnya adalah bentuk dari praktik ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu. Teori klasik tentang ideologi diantaranya mengatakan bahwa ideologi dibangun oleh kelompok yang dominan dengan tujuan untuk mereproduksi dan dengan membuat kesadaran

kepada khalayak bahwa dominasi itu diterima secara taken for


(45)

ideologi terutama dimaksudkan untuk mengatur masalah tindakan dan praktik individu atau anggota suatu kelompok.

Tabel 1.

Konstruksi berita oleh Wartawan di media massa

Sumber : Jurnalistik & Praktek (Hikmat Kusumaningrat)

Keterangan : Lahirnya berita (8), senantiasa dimulai dengan peristiwa (1). Dalam mengkonstruksi realitas (6), hingga membentuk makna dan citra tertentu (9), didahului pada faktor sistem internal maupun eksternal media massa tersebut (2) dan (5), sehingga perangkat pembuat wawancara sendiri

(4) dan (7).46

46

Hikmat Kusumaningrat, jurnalistik : Teori dan Praktek. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005)

Sistem operasi media massa (3)

Startegi media untuk mengkontruksi (4)

Proses konstruksi realitas oleh media (6) Faktor internal:

ideologi, idealis, faktor eksternal dasar (5) Dinamika internal dan

eksternal media (2)

Fungsi bahasa, strategi framing, agenda setting (7)

Teks berita (8) Peristiwa (1)

Makna dan citra peristiwa/ pelaku opini pemilik yang terbentuk dan pelaku khalayak, motivasi dan tujuan si pembuat


(46)

B. Kerangka Teoretik

Dalam hal ini pneliti menggunakan analisis Theo Van Leeuwen yang secara umum menekankan bagaimana aktor ditampilkan dalam pemberitaan. Terkait dengan ini ada dua hal yang harus diperhatikan,

yaitu: Pertama, Ekslusi yang berkaitan dengan penghilangan aktor sosial

tertentu dari pemberitaan. Penghilangan dilakukan dengan berbagai cara,

yaitu: pasifasi, nominalisasi, dan penggantian anak kalimat.

Pengeluaran/penghilangan aktor ini berakibat macam-macam yang diantaranya dapat melindungi subjek / pelaku dalam suatu proses pemberitaan.

Kedua, Inklusi atau analisis untuk mengetahui bagaimana aktor itu

ditampilkan dalam pemberitaan. Dalam hal ini, teks dianilisis dengan beberapa cara yaitu: diferensiasi-indeferensiasi, objektivitas-abstraksi, nominasi-kategorisasi, nominasi-identifikasi, determinasi-indeterminasi, asimilasi-individualisasi, dan asosiasi-disasosiasi. Secara umum, apa yang ingin dilihat dari model Theo Van Leeuwen ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 1.

Tingkat Yang Ingin Dilihat

Eksklusi - apakah ada penghilangan aktor dalam pemberitaan.

- apakah ada upaya media untuk hanya mengedepankan suatu aktor dan menghilangkan aktor lain?

- apa efek dari penghilangan tersebut?

- bagaimana strategi yang dilakukan untuk menyembunyikan atau menghilangkan aktor sosial tersebut?

- apakah strategi tersebut dilakukan secara sengaja oleh media? Ataukah melewati suatu proses yang tidak disadari oleh penulis/wartawan?


(47)

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Kajian kepustakaan adalah suatu proses yang didahului untuk mendapatkan teori terdahulu dengan cara mencari kepustakaan yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Di Uin Sunan Ampel Surabaya sendiri penelitian yang menggunakan metode analisis Wacana masih jarang. Dan tidak banyak digunakan oleh mahasiswa Uin terutama Fakultas Dakwah. Di antara penelitian tersebut yang relevan dengan penelitian yang saya lakukan adalah :

Tabel 2.

Inklusi - bagaimana aktor ditampilkan dalam teks?

- dengan strategi apa pemarjinalan atau pengucilan para aktor dilakukan? - bagaimana aktor digambarkan dalam teks?

- apakah penggambaran tersebut berkaitan dengan proses marjinalisasi aktor tertentu dalam pemberitaan?

- bila ya, dilakukan dengan cara dan strategi bagaimana?

No Judul dan Nama Peneliti Persamaan Perbedaan

1. Pesan dakwah dalam majalah

(Analisis pesan dakwah rubrik tafakur pada majalah Asia) edisi bulan April-Agustus 2008. Karya Skripsi Fakultas Dakwah Jurusan Komunikasi Penyiaran

Islam tahun 2008 oleh

Rosidatul Ummah.

Sama-sama

menggunakan Analisis Wacana sebagai dasar penelitian

Perbedaannya terletak

pada unit analisis yang

digunakan yakni

memakai Teun Van Dijk dan obyek kajiannya, di

mana penelitian ini

meneliti pesan dakwah Majalah Asia di rubrik Tafakur.


(48)

2. Pesan dakwah tabloid hikmah

(Analisis wacana rubrik

silaturrahim) edisi 59-62 tahun 2009. Karya Skripsi Fakultas Dakwah Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2009 oleh Machfut Hidayat.

Memiliki kemiripan

atau persamaan dari segi metodenya yakni

menggunakan analisis

wacana.

Perbedaannya terletak

pada unit analisis yang digunakan yakni Teun Van Dijk dan obyek

kajiannya, di mana

penelitian ini meneliti pesan dakwah dalam tabloid Hikmah.

3. Pesan dakwah tabloid kisah

hikmah (Analisis wacana rubrik

silaturrahim) Edisi 88-91

Oktober - Desember 2010. Karya Skripsi Fakultas Dakwah Jurusan Komunikasi Penyiaran

Islam tahun 2010 oleh

Muchammad Al Hadad

Memiliki kemiripan

atau persamaan dari segi Metodenya yakni

menggunakan analisis

wacana.

Perbedaannya terletak

pada unit analisis yang digunakan yakni Teun Van Dijk dan obyek

kajiannya, di mana

penelitian ini meneliti pesan dakwah Tabloid Hikmah.

4. Pesan Dakwah dalam media

cetak (analisis wacana rubrik majalah kaki langit edisi ke- 39). Karya Skripsi Fakultas Dakwah Jurusan KPI tahun 2011 oleh Achmad Khabib

Memiliki persamaan

yakni sama-sama

menggunakan analisis

Wacana sebagai dasar metodenya.

Perbedaannya terletak

pada model analisis

wacana yang digunakan model Teun Van Dijk, serta unit analisis dan obyek kajiannya.

5. Pesan Dakwah Dalam Media

Cetak (Analisis Wacana Rubrik Hikmah Al Qur’an Majalah Nurul Hayat Edisi 100-102). Karya Skripsi Fakultas Dakwah Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2013 oleh Abal Laitsi Nasatha

Memiliki persamaan

dari segi metodenya

yakni menggunakan

analisis Wacana.

Perbedaannya terletak

pada model analisis

wacana yang digunakan model Teun Van Dijk, serta unit analisis dan obyek kajiannya.

6. Konstruksi Citra Partai

Demokrasi Indonesia

Perjuangan (PDI-P) Dalam

Pemberitaan Media Massa

(Studi Analisis Wacana seputar Rakernas IV PDI-P dalam harian Kompas edisi 20- 22

September 2014). Karya

Skripsi Fakultas Dakwah

Jurusan Ilmu Komunikasi tahun 2015 oleh Ahmad Dimyati

Memiliki persamaan

dari segi metode

analisisnya yakni

menggunakan analisis

Wacana Theo Van

Leeuwen.

Perbedaannya terletak

pada obyek kajiannya.

Dalam penelitian ini

meneliti konstruksi citra partai PDIP dari berita harian koran Kompas.


(49)

42

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yaitu seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah yang sistematis dan logis tentang pencairan data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan

selanjutnya dicarikan cara pemecahannya.47

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian merupakan suatu proses yang panjang, berawal dari minat mengetahui proses dan fenomena tertentu yang selanjutnya berkembang menjadi gagasan, teori, konseptualisasi, dan pemilihan metode penelitian yang sesuai. Sehingga hal yang terpenting bagi penelitian adalah minat untuk mengetahui suatu masalah penyiaran agama Islam dengan fenomena tertentu.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu suatu metodologi atau prosedur penelitian yang menurut Bogdan dan Taylor akan menghasilkan data deskriptif yang diarahkan pada latar atau individu secara utuh (holistik). Metode penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian analisis isi wacana kritis kualitatif, yang menekankan pada aspek bahasa yang digunakan oleh media. Analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna tertentu.

Sedangkan wacana sendiri merupakan suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subyek yang mengungkapkan suatu

47


(50)

pernyataan. Pengungkapan itu dilaksanakan di antaranya dengan menempatkan diri pada posisi sang pembicara dengan penafsiran mengikuti struktur makna dari sang pembicara.

1. Analisis Wacana

Mempelajari media merupakan tantangan yang menarik tanpa pernah habis dimakan waktu, bahkan cukup banyak penelitian sebelumnya yang berkutat pada permasalahan seputar media. Beberapa di antaranya mengangkat tema yang menarik, atau sudut pandang permasalahan yang berbeda. Akhirnya penulis menjatuhkan pilihan

pada konstruksi wacana media dengan paradigma kritis.

Analisis Wacana Kritis media, merupakan bentuk kesimpulan dari sudut pandang yang penulis kemukakan mengenai media, yang bersentuhan dengan perihal analisis isi, analisis framing, wacana, maupun semiotika.dilihat dari wujud kekuasaan, bentuk hegemoni

serta dampak idiologi dominan yang tersampaikan dalam teks.48

Namun penulis juga mulai memahami bahwa kemampuan

masyarakat dalam memilah media serta mengartikan makna, menjadi

semacam perisai yang membatasi terpaan-terpaan informasi dari

berbagai media. Tentunya sebagai bagian dari pelaku akademik,

penulis hanya berupaya memenuhi tuntutan dalam usaha untuk lebih

memahami fungsi serta peran media, dan memperlihatkan wacana

ideologi media kepada masyarakat sebagai bagian dari alur mediasi

pembentukan realitas melalui teks berita.

48

Marianne W. Jorgensen & Louise J. Philips, Analisis Wacana Teori dan Metode, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 62-64.


(51)

Penulisan ini dimaksudkan sebagai salah satu referensi dalam penulisan karya ilmiah mengenai media yang mengarah pada paradigma kritis, dengan tujuan mengkritisi konstruksi wacana media yang selama ini menjadi wadah idealisme pelaku media. Penulis berharap dapat lebih jauh melihat kekuasaan terhadap teks, dan menemukan konsep yang menarik perihal kekuatan media, serta mengungkap makna yang tersembunyi dengan pandangan kritis terhadap wacana media.

Munculnya analisis wacana, khususnya dalam bidang analisis teks media melahirkan berbagai varian analisis yang pada akhirnya memunculkan persinggungan antara model analisis yang satu dengan

yang lain. Analisis model teks media versi Norman Fairclogh dan

Teun A Van Dijk misalnya, keduanya menekankan analisis teks berdasarkan konteks sosial. Dalam versi Indonesia teori analisis teks

media disadur cukup baik oleh Eriyanto. Dalam buku Eriyanto

memaparkan berbagai kompilasi model analisis teks media dari

berbagai perspektif yang dikemukakan Foulcault, Roger Fowler, Theo

van Leeuwen, Sara Mills, Teun A Van Dijk, dan Norman Fairclouch

dengan contoh teks surat kabar Indonesia.

Sedangkan menurut Van Djik, penelitian atas wacana tidak

cukup hanya didasarkan pada teks semata karena teks hanya hasil dari produksi yang harus juga diamati bagaimana cara memproduksi suatu teks, dan penelitian wacana terdiri dari tiga aspek yaitu, dari tekstual,


(52)

konteks, dan kognisi sosial. Namun, karena keterbatasan waktu maka penelitian kali ini hanya meneliti tekstualnya saja.

Walaupun terdapat sedikit perbedaan dari ketiga faham diatas dalam memaknai analisis wacana. Namun, dengan mengkaji ketiga faham diatas secara keseluruhan analisis wacana menurut Eriyanto adalah praktik pemakaian bahasa, terutama politik bahasa. Karena aspek bahasa adalah aspek sentral dari penggambaran suatu subjek, dan lewat bahasa ideologi diserap didalamnya. Maka, aspek inilah yang dipelajari dari analisis wacana. Analisis wacana inilah yang akan dipakai menjadi pisau pembedah untuk menjawab rumusan masalah di atas dengan menganalisis teks-teks yang ada.

Pertama, aspek kata. Pada aspek ini menekankan bagaimana peristiwa dan aktor-aktor yang terlibat dalam peristiwa tersebut hendak dibahasakan. Kata-kata di sini bukan hanya penanda atau identitas tetapi dihubungkan dengan ideologi tertentu, penekanan makna pesan dan berkaitan dengan kelompok-kelompok yang diuntungkan dan dirugikan melalui penggunaan bahasa tersebut.

Kedua, aspek susunan kata atau kalimat. Aspek ini berkaitan dengan bagaimana kata-kata disusun ke dalam bentuk kalimat tertentu dimengerti dan dipahami. Menurutnya bahasa yang digunakan oleh media bukanlah sesuatu yang netral, tetapi mempunyai aspek atau nilai ideologis tertentu, permasalahan yang ditekankan adalah bagaimana realitas itu dibahasakan oleh media.


(53)

Realitas itu dapat bagaimana peristiwa itu dapat direpresentasikan dalam pemberitaan melalui bahsa yang digunakan. Bahasa sebagai representasi dari realitas tersebut dapat berubah dan berbeda sama sekali dibandingkan dengan realitas yang sesungguhnya. Analisis wacana adalah sebuah studi tentang struktur pesan dalam komunikasi atau tela’ah mengenai fungsi (fragmetik) bahasa.

Analisis wacana lahir dari kesadaran, bahwa persoalan yang terdapat dalam komunikasi tidak terbatas pada pengamatan kalimat, fungsi, ucupan, tetapi juga mencakup struktur pesan yang lebih kompleks dan inheren, yang disebut dengan wacana. Analisis wacana

(discourse analysis) adalah suatu cara atau metode untuk mengkaji

wacana (discourse) yang terdapat atau terkandung di dalam

pesan-pesan komunikasi baik secara tekstual maupun konstektual.

Analisis wacana berkenaan dengan isi pesan komunikasi, yang sebagian di antaranya berupa teks, seperti naskah pidato, artikel yang termuat dalam surat kabar, buku-buku (eassay, novel, roman) dan iklan kampanye pemilihan umum. Analisis wacana memungkinkan kita melihat bagaimana pesan-pesan diorganisasikan, digunakan dan dipahami. Di samping itu, analisis wacana juga dapat memungkinkan kita melacak variasi cara yang digunakan oleh komunikator (penulis, pembicara, sutradara) dalam upaya mencapai tujuan atau maksud tertentu yang disampaikan.


(54)

Unit analisis atau biasa yang dikenal unit penelitian adalah satuan

tertentu yang diperhitungkan sebagai subyek penelitian49 Dalam penelitian

ini, peneliti mengambil unit analisis (subyek penelitian) yaitu isi materi

dari buletin Al Furqon tersebut.

Peneliti mengambil isi materi buletin tersebut dalam dua edisi,

yakni edisi 03 dan edisi 05 tahun ke-9 (2015). Sedangkan obyek dalam

penelitian ini yakni nilai-nilai jihad bil qalam yang termuat dalam buletin Al Furqon, khususnya dalam dua edisi ini.

Unit muncul dalam interaksi antara realitas pengamatnya (observer). Unit adalah fungsi dari kata empiris, tujuan penelitian, dan tuntutan yang dibuat oleh berbagai teknik yang ada.

C. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian merupakan fase yang dilalui peneliti untuk mendapatkan data yang akurat dan mendukung penelitian, dengan adanya tahapan-tahapan dalam penelitian ini dimaksudkan agar penelitian yang dilakukan lebih efektif dan sistematis dalam menyusun tahapan berikutnya. Tahapan atau fase-fase dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Identifikasi Masalah

Tahap awal pada peneitian ini adalah mencari permasalahan yang menjadi titik tolak dalam sebuah penelitian. Permasalahan dalam penelitian ini yakni bagaimana isi nilai-nilai jihad bil qalam dalam

buletin Al Furqon.

49 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,


(55)

2. Mengenal Masalah

Selanjutnya pada tahap ini peneliti berusaha untuk mengenal permasalahan yang ada secara mendalam, dengan sering membaca

buletin Al Furqon dari setiap edisi, khususnya edisi 03 dan edisi 05 tahun ke-9 (2015) sebagai objek penelitian, dan buku-buku, web yang terkait dengan penelitian.

3. Menyeleksi Unit Analisis

Setelah mengenal permasalahan, maka peneliti harus menyeleksi data analisis, sehingga proses penelitian lebih fokus dan mudah. Kemudian, dianalisis berdasarkan analisis wacana model Theo Van Leeuwen

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah dalam suatu aktivitas, sebab kegiatan ini bisa menentukan keberhasilan suatu penelitian, dan kevaliditasan nilai sebuah penelitian sangat ditentukan akan adanya data. Apabila data yang diperoleh itu benar, maka sangat berarti sekali dalam penelitian. Namun jika sebaliknya, maka akan melahirkan sebuah laporan yang berujung pada kesalahan. Oleh sebab itu, untuk memperoleh sebuah laporan data yang tepat, maka perlu adanya teknik yang tepat pula.

Teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling strategis dalam penelitian, sebab tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.


(56)

Dalam hal ini peneliti mengumpulkan dan mendokumentasi materi yang ada di buletin tersebut yang terdiri dari dua edisi yakni edisi 03 dan edisi 05 tahun ke-9, buku-buku yang berhubungan langsung dengan penelitian, dan kajian penelitian yang relevan darin peneliti-peneliti sebelumnya. Dengan memanfaatkan perpustakaan UINSA, maupun perpustakaan di luar UINSA sebagai studi literatur.

Tidak hanya itu peneliti juga menggunakan sarana web browser,

forum, maupun blog-blog yang ada sebagai data sekunder terkait dengan

buletin Al Furqon sebagai bahan penelitian.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil wawancara, dan lain-lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dalam menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Setelah semua data tersaji, selanjutnya Peneliti menggunakan analisis wacana model Theo Van Leeuwen, yang menekankan pada analisis bahasa kritis dimana dalam pendekatan ini melihat bagaimana gramatika bahasa membawa posisi dan makna ideologi tertentu. Aspek ideologi itu diamati dengan melihat pilihan bahasa dan struktur tata bahasa yang dipakai.

Theo Van Leeuwen memperkenalkan model analisis wacana untuk mendeteksi bagaimana seseorang atau kelompok dimarjinalkan posisinya dalam sebuah wacana. Bagaimana suatu kelompok dominan memegang kendali dalam menafsirkan suatu peristiwa dan pemaknaannya, sementara


(57)

kelompok lain yang posisinya rendah cenderung dijadikan sebagai obyek pemaknaan, dan digambarkan secara buruk.

Untuk melihat bagaimana pihak-pihak dan aktor-aktor ditampilkan dalam pemberitaan, Van Leeuwen memusatkan perhatian pada dua hal, yaitu:

a) Eksklusi (Exlusion)

Ekslusi adalah proses pengeluaran kelompok-kelompok tertentu dari suatu pemberitaan dengan strategi wacana tertentu. Ekslusi ini secara tidak langsung bisa mengubah pemahaman khalayak akan suatu isu dan melegitimasi posisi pemahaman tertentu. Misalnya, dalam kasus bibit chandra, apakah masing-masing pihak ditampilkan secara utuh, atau hanya pihak-pihak tertentu yang disebutkan. Hal ini akan mempengaruhi khalayak untuk menilai siapa yang bersalah dan siapa yang tidak.

Ada beberapa strategi dalam bagaimana aktor-aktor tertentu dikeluarkan dari pembicaraan yaitu:

1) Pasifasi

Pasifasi adalah pembuatan kalimat dalam bentuk pasif. Melalui kalimat pasif aktor dapat dihilangkan dari teks, sesuatu yang tidak bisa terjadi dalam kalimat aktif. Misalnya dalam contoh berikut:

Aktif Polisi memukul mahasiswa yang demonstrasi hingga babak belur


(1)

87

2. Konfirmasi Temuan dengan Teori

Dari temuan-temuan yang dihasilkan melalui teknik analisis data, dan dikaitkan dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini yakni yang pertama mengenai pesan dakwah pada Struktur Eksklusi yang ada dalam Buletin Al Furqon edisi/volume 03 dan 05 tahun ke-9 (2015), menekankan pendalaman agama Islam dan cara pengamalannya. Sedangkan, Struktur Inklusi yang ada dalam Buletin Al Furqon edisi/volume 03 dan 05 tahun ke-9 (2015) berisi tentang materi jihad bil qalam, yakni mengenai Islam adalah ajaran yang mampu melindungi hak-hak manusia dari kedzaliman, seperti; adab dalam bermu’amalah. Serta lebih memahami hubungan antara Islam, Iman, dan Ihsan.

mengenai isi nilai-nilai jihad bil qalam dalam buletin Al Furqon, secara gramatika bahasa yang terkandung menekankan pendalaman agama dan cara pengamalannya. Sedangkan, dari aspek ideologi yang ada berisi mengenai perbaikan akhlak untuk melakukan perubahan demi mendapatkan keberuntungan di dunia maupun di akhirat, dan mengingatkan pentingnya adab islam dalam bermu’amalah guna diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga terhindar dari bentuk kedzaliman. Serta memahami hubungan antara Islam, Iman, dan Ihsan dalam makna pencapaiannya. Penekanan kelompok dominan tentang ajaran agama dalam Buletin Al Furqon edisi/volume 03 dan 05 tahun ke-9 (2015) yakni sejatinya, hanya semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT dan meneladani Rasulullah SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan di dunia hingga sampai di akhirat nanti.


(2)

88 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah, pembahasan dan data yang telah diperoleh peneliti, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pesan dakwah pada Struktur Eksklusi yang ada dalam Buletin Al Furqon edisi/volume 03 dan 05 tahun ke-9 (2015), menekankan pendalaman agama Islam dan cara pengamalannya. Sedangkan, Struktur Inklusi yang ada dalam Buletin Al Furqon edisi/volume 03 dan 05 tahun ke-9 (2015) berisi tentang materi jihad bil qalam, yakni mengenai Islam adalah ajaran yang mampu melindungi hak-hak manusia dari kedzaliman, seperti; adab dalam bermu’amalah. Serta lebih memahami hubungan antara Islam, Iman, dan Ihsan.

2. Dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa, nilai jihad bil qalam secara gramatika bahasa yang terkandung menekankan pendalaman agama dan cara pengamalannya. Sedangkan, dari aspek ideologi yang ada berisi mengenai perbaikan akhlak untuk melakukan perubahan demi mendapatkan keberuntungan di dunia maupun di akhirat, dan mengingatkan pentingnya adab islam dalam bermu’amalah guna diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga terhindar dari bentuk kedzaliman. Serta memahami hubungan antara Islam, Iman, dan Ihsan dalam makna pencapaiannya. Penekanan kelompok dominan tentang ajaran agama dalam Buletin Al Furqon edisi/volume 03 dan 05


(3)

89

tahun ke-9 (2015) yakni sejatinya, hanya semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT dan meneladani Rasulullah SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan di dunia hingga sampai di akhirat nanti.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian ini, peneliti sekiranya perlu untuk memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Untuk Pengelola Media, tetap memberikan karya yang baik bagi sumbangsih perkembangan Jurnalistik Islam di Indonesia.

2. Untuk khalayak pembaca, jangan mudah termakan isu atau tulisan dari sebuah media. Jika kurang paham, maka seyogyanya mengkroscek atau melihat lagi nilai yang terkandung dalam pesan tersebut

3. Untuk mahasiswa dakwah, agar selalu mengkaji secara kritis gagasan-gagasan yang ditawarkan oleh para peneliti dakwah, melakukan penelitian, mengkritisi kemudian dilakukan pengembangan-pengembangan terhadap teori-teori dakwah yang relevan.

4. Masih banyak kekurangan dalam penelitian ini, perlu kiranya untuk bisa menjadi acuan dalam penelitian selanjutnya sebagai upaya lebih baik lagi. Penelitian ini hanya menjawab mengenai bagaimana nilai-nilai jihad dalam buletin Al Furqon, sedangkan masih banyak hal lain yang belum diteliti mengenai buletin, khususnya buletin dakwah Al Furqon.


(4)

90

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Masduqi, Ontologi Dasar-Dasar Filosofi Dakwah Sebagai Disiplin Ilmu, Surabaya: Diantama, 2007.

Albana, Jamal, Revolusi Sosial Islam, Yogyakarta: Nuansa Aksara, 2005.

Al-Bugha, Mushthafa , Konsep Kepemimpinan & Jihad, Jakarta: Darul Haq, 2014.

Al-Khin, Mushthafa , Konsep Kepemimpinan & Jihad, Jakarta: Darul Haq, 2014.

Al-qaradhawi, Yusuf, Ringkasan Fikih Jihad, Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2011.

Ancok, Djamaludin dan Asep, S Muhtadi, Pers dan Penyebaran Pesan-Pesan Agama, Bandung: Puspidai Press, 1995.

Anwar, Rasihan, Bahasa Jurnalistik dan Komposisi, Jakarta: Pradya Paramita, 1999.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Aziz, Moh. Ali, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana, 2009.

Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Dakwah, Jakarta: Logos, 2001.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an & Terjemahan. Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an Departemen Agama, 1983.

Effendy, Onong Uchajana, Ilmu komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

Effendy, Onong Uchajana, Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju, 1989.

Eka Ardhana, Sutirman, Jurnalistik Dakwah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995.

Eriyanto, Analisis Framming Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta: LkiS, 2000.

Fathul Bari 6/5, Hasyiah Ar-Raudh Al-Murdli 4/253, dan Nailul Autar 7/246.

J.Severin, Werner & James W Tankard Jr, Teori Komunikasi ke-5, Jakarta: Kencana, 2005.


(5)

91

Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994.

Kusumaningrat, Hikmat, jurnalistik : Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.

Mansur, H.A.R Sutan, Jihad, Jakarta: Panji Masyarakat Jakarta, 1982. Masduki, Regulasi Penyiaran dari Otoriter ke Liberal, Yogyakarta: Lkis,

2007.

Mubaraq, Zulfi, Tafsir Jihad, Malang: UIN Maliki Press, 2011.

Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

Piliang, Yasraf Amir, Posrealitas, Yogyakarta: Jalasutra, 2008.

Rakhmat, Jalaludin, Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: Remaja Rosdakarya, 1995.

Rakhmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994.

Ramadlan, Syamsuddin, Hukum Islam Seputar: Jihad & Mati Syahid Surabaya: Fadillah Print, 2006

Ridwan, Taufik, Matahati Pers Islam, Yogyakarta: Dini Mediapro, 2012.

Santana K, Septiawan, Jurnalisme Kontemporer, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005.

Shihab, Alwi, Islam Inklusif, Bandung: Mizan, 1998.

SK, Patmono, Tehnik Jurnalistik: Tuntunan Praktis untuk Menjadi Wartawan,

Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.

Sobur, Alex, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001.

Sudibyo, Agus, Politik Media dan Pertarungan Wacana, Yogyakarta, Lkis, 2001.

Yaqin, Haqqul, Agama dan Kekerasan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.


(6)

W. Jorgensen, Marianne & Louise J. Philips, Analisis Wacana Teori dan Metode, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.