Analisis Wacana Berita Penyekapan di Pesantren Al-Zaytun dalam Majalah Detik Online Edisi 58 (07-13 Januari 2013)

(1)

anuari 2013)”

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

NISA CHAERANI HISAN NIM. 1110051100093

PROGRAM STUDI KONSENTRASI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

iii

Wacana Teror Keji Di Rumah Syekh Panji di Majalah detik Online

Majalah detik online edisi 58 (07-13 Januari 2013) telah menerbitkan artikel berita dengan fokus utama tentang penyekapan karyawan di Al-Zaytun. Artikel berita itu menyudutkan pesantren Al-Zaytun. Setiap paragraph yang ditulis selalu menyudutkan kelompok Pesantren Al-Zaytun memungkinkan adanya wacana tertentu yang mengarah kepada pencemaran nama baik sekaligus upaya pemarjinalan terhadap Pesantren Al-Zaytun. Artikel Berita tersebut terkesan tidak seimbang. Hal itu karena tidak ditemukan adanya bagian tulisan yang menyebutkan bahwa reporter majalah detik online telah melakukan konfirmasi kepada pihak pesantren Al-Zaytun. Maka, timbulah beberapa pertanyaan penting. Apakah benar oknum pesantren telah melakukan tindak kekerasan kepada karyawannya? Apa penyebab dilakukannnya tindak kekerasan? Apa motivasi para reporter dan ilustrator artikel berita ini?

Teori Critical Discourse Analysis (CDA) oleh Theo Van Leeuwen menyediakan parameter-parameter untuk mengukur bagaimana sebuah berita dikonstruksi dan bagaimana konstruksi berita tersebut mengandung wacana tertentu. Parameter-parameter tersebut digunakan untuk menganalisis paragraf demi paragraf yang terkandung dalam artikel berita tersebut. Hasil analisa akan menunjukkan paragraf-paragraf mana yang telah mengalami proses inclusion dan paragraf-paragraf mana yang telah mengalami proses exclusion.

Metodologi yang diggunakan adalah penggunaa paradigma konstruktivisme. Paradigma ini mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan teks berita yang dihasilkan, pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang meneliti suatu objeknya, lebih berdasarkan teori yang ada dan diperkuat dengan adanya wawancara, bukti dokumentasi yang peneliti kumpulkan untuk bahan penelitian, serta menggunakan teknik pengumpulan data dokumentasi dan observasi.

Berdasarkan hasil analisa terhadap artikel berita tersebut, dapat disimpulkan bahwa para reporter dan ilustrator majalah detik online, telah mengonstruksi tulisan yang menyudutkan pihak pondok Pesantren Zaytun. Kelompok Pesantren Al-Zaytun diletakkan sebagai kelompok yang bersalah, layaknya vonis majelis hakim yang telah meneliti fakta-fakta hukum. Padahal tidak satu pun paragraf yang menggambarkan adanya fakta atau data yang diperoleh dari pihak Pesantren Al-Zaytun. Kalimat-kalimat yang disusun dalam paragraf-paragraf tersebut menunjukkan adanya wacana tertentu dan upaya pemarjinalan suatu kelompok. Pada gilirannya, pesan dari pihak penguasa berita, dapat mengakibatkan munculnya dampak buruk serta kerugian bagi pihak Pesantren Al-Zaytun. Berdasarkan berita yang dilansir oleh detik news, dampak buruk yang menimpa Pesantren Al-Zaytun pun terjadi pada beberapa bulan setelah artikel ini diterbitkan.


(6)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah serta ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

dengan judul ANALISIS WACANA BERITA PENYEKAPAN DI PESANTREN AL-ZAYTUN DALAM MAJALAH DETIK ONLINE EDISI 58 (07-13 JANUARI 2013) sebagai salah satu syarat kelulusan dalam jenjang perkuliahan Strata I program studi Matematika fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu, pada kesempatan kali ini penulis dengan tulus menyampaikan terimakasih yang sebanyak-banyaknya dan sebesarbesarnya kepada yang terhormat dan tersayang:

1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

2. Kholis Ridho, M.Si selaku Ketua Jurusan Jurnalistik dan Ibu Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA selaku Sekretaris Jurusan Jurnalistik yang selalu membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi. 3. Drs Jumroni, M.Si selaku pembimbing tema sekaligus pembimbing skripsi

yang telah membimbing penulis hingga mampu menyelesaikan skripsi

4. Jajaran staf tata usaha Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

v

5. Staf Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang selama duabelas smester ini telah membekali penulis dengan berbagai Ilmu Pengetahuan sehingga mampu nenyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Orangtua penulis Abi Ikhsan Din Ilyas dan umi Sri Murwani yang telah membekali penulis dengan kasih sayang, motivasi, Doa dan dukungan sepenuh hati serta dukungan secara finansial selama masa pendidikan hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan tanpa hambatan yang berarti. 7. Adik penulis Ulul Azmi yang telah memberikan waktu dan tenaganya dengan

iklas untuk mengantar penulis menempuh jarak Indramayu - Jakarta guna menyelesaikan skripsi ini.

8. Keluarga penulis Qurota A’yuni, Azka Tamama, Mumtazul Alam, dan Seluruh Bani Ilyas atas dukungan sepenuh hati yang diberikan untuk penulis 9. Tante penulis Indah Murwati yang telah mengizinkan penulis tinggal di

rumahnya untuk kelangsungan penulisan skripsi.

10.Arsitta, Fitri, Ririn, Oca, Mega, Devi, Voni, yang selalu medorong penulis untuk segera menyelesaikan skripsi.

11.Seluruh sahabat Jurnalistik kelas C dan seluruh teman Jurnalistik angkatan 2010 yang yang tidak dapat disebutkan satu-satu, terimakasih atas dukungan, semangat, dan motivasi yang diberikan.


(8)

vi

12.Sahabat penulis Indah, Rakhma, Ica, Ummah, Cyntia, Dochi yang turut serta memberikan dukungan kepada penulis untuk segera menyelesaikan tugas skripsi.

13.Astri, Nita, Meila, Nikke, Anton, Ukon, Edo, dan seluruh teman GdR yang tidak dapat disebutkan satu-satu, terimakasih atas dukungan, dan semangat yang diberikan.

14.Seluruh teman KKN Lingkar Respect Bella, Dea, Arvi, Beni, Sihab, Ninu, Fika, Latif, Keke, Ilham, Tirto, Dwi, Jajang, Fadhli, terimakasih atas motivasi karena kalian lulus terlebih dahulu dan membuat penulis semangat mengejar ketertinggalan, terimakasih juga untuk semua canda, tawa serta seluruh kebersamaan kita.

15.Irlang, Sarah PL, Ichdha, Luluk, Ozi, Irfan, Banu, Rahmat, Waluyo dan seluruh guru pengajar mp4 MI MAZ yang tidak dapat disebutkan satu-satu, terimakasih atas dukungan menggantikan penulis untuk mengajar demi kelangsungan penyelesaian penulisan skripsi.

Akhir kata, semoga Allah SWT memeberikan balasan yang berlipat kepada semua yang telah ikut membantu kelancaran dalam penulisan skripsi ini. Berikutnya, saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan lapangdada. Mudah-mudahan skripsi ini dapat berguna dikemudian hari dan lebih dari bergunanya skripsi ini pada hari ini.

Ciputat, 07 September 2016 Penulis


(9)

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang masalah ... 1

B. BatasandanRumusanMasalah ... 6

1. Batasan Masalah ... 6

2. Rumusan masalah ... 6

C. TujuandanManfaatPenelitian ... 7

1. Tujuan penelitian ... 7

2. Manfaat penelitian ... 7

D. Metodologi Penelitian ... 8

1. Paradigma Penelitian ... 8

2. Pendekataan Penelitian ... 8

3. Metode Penelitian ... 9

4. Subjek dan objek Penelitian ... 10

5. Waktu dan Tempat Penelitian ... 11

6. Tenik Pengumpulan Data ... 11


(10)

viii

E. Tinjauan Pustaka ... 13

F. Sistimatika Penulisan ... 15

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 17

A. Wacana ... 17

1. DefinisiWacana ... 17

2. AnalisisWacana Model Theo Van Leeuwen ... 19

B. KonseptualisasiBerita ... 27

1. NilaiBerita ... 27

2. KategoridanJenisBerita ... 28

C. Pengertian, EfekdanFungsi Media massa ... 31

1. Pengertian Media Massa ... 31

2. Efek Media Massa ... 32

3. Fungsi Media Massa ... 32

4. Media Online ... 33

D. Paradigmakritis ... 34

BAB III GAMBARAN UMUM ... 37

A. Sejarah Berdiri Situs Berita detik.com ... 37

B. Visi dan Misi detik.com ... 39

C. Nilai detik.com ... 40

D. Struktur Managemen detik.com ... 40

E. Struktur Organisasi Redaksi detik.com ... 41

F. Situs-situs detik.com ... 41


(11)

ix

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA... 45

1. Temuan Data ... 45

2. Analisi Data ... 47

a. Exclusion ... 47

1. Pasifasi ... 47

2. Nominalisasi ... 48

b. Incluision ... 48

1. Determinasi – Indeterminasi ... 48

2. Objektifitas– Abstraksi ... 49

3. Nominasi – Kategori ... 50

4. Nominasi – Indentifikasi ... 51

5. Determinasi – Indeterminasi ... 52

6. Asimilasi – Individualisasi ... 53

7. Asosiasi – Diasosiasi ... 55

c. Berita Lain ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67


(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Majalah detik online edisi 58 (07-13 Januari 2013) telah terbit dengan berita utama, Penyekapan Sadis AL-Zaytun. Dalam majalah detik online ini terdapat beberapa rubrik. Salah satunya adalah rubrik fokus yang membahas tentang penyekapan di Al-Zaytun. Artikel berita ini diberi judul, Teror Keji di Rumah Syekh Panji. Sub judul atau intisari artikel yang ditulis di bawah judul artikel adalah, Selama Tiga Hari Lima Karyawan Al-Zaytun Disekap Di Dalam Ruang Sempit Dengan Tangan Diborgol. Mereka Ditendang, Dipukuli, Ditampar dan Dibiarkan Kelaparan. Artikel ini ditulis oleh reporter Bahtiar Rifai, M. Rizal, Deden Gunawan, dan ilustrator, Kiagoes.

Isi artikel berita pada rubrik fokus tersebut menceritakan bahwa beberapa oknum Pesantren Al-Zaytun melakukan berbagai tindakan kekerasan kepada karyawannya. Pelakunya adalah para sekuriti dan seorang bendahara pesantren. Dalam artikel berita di rubik fokus yang diunggah oleh majalah detik pada tahun 2013 ini, diceritakan bahwa tindak kekerasan tersebut terjadi diawali oleh adanya tindakan beberapa karyawan Al-Zaytun yang menyebarkan selebaran berisi kritik terhadap pesantren Al-Zaytun.


(13)

Selebaran tersebut disebarkan pada saat pesantren Al-Zaytun kedatangan tamu penting yaitu Menteri Agama, Suryadharma Ali beserta rombongan dari Departemen Agama, pada hari Jumat (14/12/2012). Kedatangannya atas dasar undangan pihak pesantren, dalam rangka memeriahkan acara peringatan Tahun Baru Islam pada Muharrom 1434 H yang diadakan pesantren tersebut. Tidak disebutkan dalam artikel tersebut penyebaran selebaran yang dimaksud ditujukan kepada siapa dan dengan motivasi apa.

Setelah membaca artikel berita ini, peneliti mencurigai adanya kemungkinan adanya wacana tertentu yang mengarah kepada pencemaran nama baik pesantren atau pemarjinalan terhadap pesantren Al-Zaytun. Kecurigaan peneliti muncul dikarenakan isi artikel berita dalam majalah detik online ini terkesan menjatuhkan nama Pesantren tersebut. Pola tulisannya adalah selalu menyudutkan dan memarjinalkan Pesantren Al-Zaytun pada posisi yang buruk dan salah. Selain itu, peneliti tidak menemukan adanya bagian tulisan yang menyebutkan telah melakukan konfirmasi kepada pihak pesantren Al-Zaytun itu sendiri. Tentunya hal tersebut, menimbulkan pertanyaan, apakah benar okum pesantren telah melakukan tindak kekerasan kepada karyawannya? Apakah benar kekerasan hanya diakibatkan oleh penyebaran selebaran yang berisi kritik? Mungkinkah para reporter dan ilustrator artikel berita dalam rubik fokus ini, hanya memenuhi dan menyesuaikan dengan pesanan pihak tertentu yang ingin menjatuhkan nama Pesantren Al-Zaytun?

Menurut peneliti, pertanyaan-pertanyaan di atas tidak akan terjawab. Karena, dalam artikel berita tersebut tidak ditemukan bagian yang menunjukan telah


(14)

dilakukannya konfirmasi kepada pihak pesantren Al-Zaytun. Artikel berita tersebut tidak memakai prinsip keseimbangan berita karena kurangnya data. Kurangnya data dan ketidak seimbangan berita memungkinkan munculnya konstruksi berita yang mengandung wacana tertentu dalam rangka memarjinalkan suatu kelompok.

Kemudian beberapa bulan setelah berita penyekapan di Pesantren Al-Zaytun diunggah, peneliti kembali menemukan berita-berita berbagai kejadian di Pesantren Al-Zaytun pada situs detik News. Berita-berita tersebut berisikan kejadian negatif yang menimpa Pesantren Al-Zaytun, yang peneliti duga sebagai akibat pemberitaan negatif tentang pesantren Al-Zaytun dalam majalah detik online yang telah diulas sebelumya.

Akibat pemberitaan yang memihak ini, masyarakat akan menerima informasi atau berita sepihak pula. Informasi sepihak mudah direkayasa menjadi berita yang sesuai dengan pesan dan kepentingan kelompok tertentu. Pesan tersebut merupakan sebuah wacana informasi, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi pola pikir dan prilaku masyarakat.

Padahal menurut Haris Samandria berita adalah salah satu unsur utama komunikasi. Berita juga berfungsi sebagai laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik, dan penting bagi sebagian besar khalayak. Informasi-informasi tersebut dikemas dan disampaikan, melalui media berkala seperti surat kabar.1 Bila benar wacana beritanya, maka akan benar dan baik pula prilaku

1 Haris Samandria, Jurnalistik Indonesia,

Menulis Berita dan Futures Panduan Praktis Jurnalis Profesional


(15)

masyarakat. Sebaliknya, bila salah dan buruk wacana beritanya maka akan buruk pula dampaknya kepada prilaku masyarakat.

Berangkat dari kecurigaan peneliti setelah membaca berita dalam majalah detik online maka peneliti memutuskan untuk meneliti berita tersebut dengan menggunakan teori critical discourse analysis (CDA) yang diteorikan oleh Theo Van Leeuwen. Teori tersebut menyediakan parameter-parameter untuk mengukur bagaimana sebuah berita dikonstruksi dan bagaimana konstruksi berita tersebut mengandung wacana tertentu untuk melakukan pemarjinalan terhadap suatu kelompok. Selanjutnya teori analisis Theo Van Leeuwen secara umum menggambarkan bagaimana pihak-pihak dan aktor (dapat seorang atau kelompok) ditampilkan atau dikeluarkan dalam pemberitaan. Ada dua pusat perhatian Pertama, proses pengeluaran (exclusion), berhubungan dengan pertanyaan bagaimana proses suatu kelompok dikeluarkan dari teks berita. Kedua adalah proses pemasukan (inclusion), berhubungan dengan pertanyaan bagaimana masing-masing pihak atau kelompok itu ditampilkan melalui pemberitaan.2

Menariknya lagi, objek penelitian ini adalah artikel yang diterbitkan pada media elektronik online. Media elektronik online termasuk kategori media baru atau

new media yang memiliki kecepatan, kebebasan, kemudahan dan keluasan akses

melebihi media lainnya. Bahkan menurut peneliti media online tidak memiliki batas lepas waktu (kadaluarsa). Argumentasinya adalah karena berita yang ditampilkan oleh media online dapat diakses oleh siapa pun, dari mana pun, dan kapan pun.


(16)

Hal itu berarti berita dan tulisan-tulisan dalam media online selalu tersedia selama berita tersebut belum atau tidak dihapus oleh media online itu sendiri. Berbeda dengan media selain online, jika tulisan dalam media selain online memakan masa yang lama maka secara otomatis tidak dapat diakses lagi kecuali oleh kalangan tertentu dan cenderung tidak mudah didapat lagi. Dengan demikian, pengaruh atau dampak yang ditimbulkan oleh media online lebih luas dan lebih lama. Begitu pula dengan berita yang akan diteliti ini tentunya pengaruh dan dampak yang ditimbulkannya akan mempunyai rentang waktu dan ruang yang lebih luas pula.

Berdasarkan latar belakang pemikiran diatas dan rasa ingin tahu, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap wacana pemberitaan Pesantren Al-Zaytun di media elektronik majalah detik online tersebut. Adapun judul penelitiannya yaitu: “Analisis Wacana Berita Penyekapan di Pesantren Al-Zaytun dalam Majalah detik Online Edisi 58 (07-13 januari 2013)”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Berdasarkan judul dan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan di atas, maka peneliti akan membatasi ruang lingkup penelitian. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah upaya mencapai tujuan penelitian dan sistematika penyusunan skripsi. Untuk itu peneliti hanya melakukan analisis kritis terhadap


(17)

artikel berita dalam rubrik fokus penyekapan di Al-Zaytun, pada majalah detik

online edisi 58 (07-13 January 2013) saja.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan menjadi objek peneliti, terangkum dalam pertanyaan yaitu :

1) Bagaimana majalah detik online mengkonstruksi artikel berita mengenai Pesantren Al-Zaytun?

2) Bagaimana artikel berita dengan rubrik fokus penyekapan di Al-Zaytun diwancanakan oleh majalah detik online tersebut?

3) Bagaimana proses pemarjinalan terhadap Pesantren Al-Zaytun dilakukan oleh para reporter dan ilustrator dalam artikel berita di majalah detik online tersebut?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka disusun tujuan penelitian ini, sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui cara majalah detik online mengembangkan dan merangkai artikel berita mengenai Pesantren Al-Zaytun.


(18)

b. Untuk mengetahui wacana tertentu yang terkandung dalam artikel berita dengan rubrik fokus penyekapan di Al Zaytun yang ditulis oleh detik.com dalam majalah detik online.

c. Untuk mengetahui proses pemarjinalan terhadap Pesantren Al-Zaytun dan dampak yang muncul akibat artikel berita dengan rubrik fokus penyekapan di Al-Zaytun, berdasarkan wacana yang terkandung di dalamnya.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu:

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi hasil riset di bidang Jurnalistik dengan memfokuskan penelitian pada teknik analisis kritis berdasarkan teori Theo Van Leeuwen.

b. Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam meningkatan kredibilitas media dan kinerja wartawan atau jurnalis, agar tidak hanya memberitakan sebuah kejadian yang hanya tergantung kepada nilai ekonomis atau sensasionalnya sebuah berita saja.


(19)

D. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian

Peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme. Paradigma ini mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan teks berita yang dihasilkan. Rancangan konstruktivisme melihat realitas pemberitaan media sebagai aktivitas kontruksi sosial.3 Paradigma konstruktivisme digunakan untuk menjelaskan suatu teori yang dapat merubah pandangan seseorang terhadap suatu realitas. Realitas tidaklah muncul begitu saja dalam bentuknya yang mentah, tetapi ia harus disaring melalui cara orang lain dalam memandang setiap hal yang ada.4

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang meneliti suatu objeknya lebih berdasarkan teori yang ada dan diperkuat dengan adanya wawancara, bukti dokumentasi yang peneliti kumpulkan untuk bahan penelitian sebagaimana yang dikatakana Lexy J Moaleong dalam bukunya ”pendekatan kualitatif adalah pendekatan dengan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistic dan secara

3

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004 ), h. 204.

4

Stephen W Littlejohn, Theories of Human Communications, 5th edition, ( Calofornia : Wadswort Publishing Company, 1999), h. 15


(20)

deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah”5

.

3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis Theo Van Leeuwen. Theo Van Leeuwen memperkenalkan model analisis wacana untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang dimarjinalkan posisinya dalam suatu teks media. Bagaimana suatu kelompok dominan lebih memegang kendali dalam menafsirkan suatu peristiwa dan pemaknaannya, sementara kelompok lain yang posisinya rendah terus menerus sebagai objek pemaknaan dan digambarkan secara buruk.

Theo Van Leeuwen menjabarkan adanya kaitan antara wacana dengan kekuasaan. Kekuasaan bukan hanya beroprasi melewati jalur-jalur formal, hukum, dan institusi Negara, dimana dengan kekuasaannya bukan hanya dapat melarang dan menghukum tetapi kekuasaan dapat beroprasi lewat serangkaian wacana untuk mendefinisikan sesuatu atau suatu kelompok, digambarkan secara buruk.6

Analisis Theo Van Leeuwen secara umum menggambarkan bagaimana pihak-pihak dan aktor (dapat seorang atau kelompok) ditampilkan atau dikeluarkan dalam pemberitaan. Ada dua pusat perhatian. Pertama, proses pengeluaran (exclusion) berhubungan dengan pertanyaan, bagaimana proses suatu kelompok dikeluarkan dari teks berita. Kedua adalah proses pemasukan (inclusion) berhubungan dengan

5Lexy J Moaleong,.

Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2006, h.6 6Eriyanto, Analisis wacana pengantar analisis teks media. Yogyakarta: LKiS. 2011. H.171


(21)

pertanyaan, bagaimana masing-masing pihak atau kelompok itu ditampilkan melalui pemberitaan.7

Seperti yang telah dijabarkan di atas, teori Theo Van Leeuwen memberitahu kepada masyarakat bagaimana media memarjinalkan sebuah kelompok yang kemudian menjadi konsumsi khalayak ramai. Pada sisi lain teori Theo Van Leeuwen juga mengajarkan bagaimana masyarakat harus kritis dalam menanggapi sebuah berita.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Untuk melakukan penelitian yang akurat serta mendapat data yang valid maka subjek penelitian adalah media elektronik majalah detik online. Adapun objek penelitian ini adalah pemberitaan negatif terhadap Pesantren Al-Zaytun pada artikel berita dengan rubrik fokus penyekapan di Al-Zaytun yang diterbitkan oleh majalah detik online.

5. Waktu dan Tempat Penelitian

Pada hakekatnya, penelitian dilakukan pada situs detik.com portal majalah detik

online. Adapun alamat pengelola majalah detik online adalah di kantor redaksi

Detik.com Aldevco Octagon Building – Lantai 2, jl. Warungbuncit Raya no.75 Jakarta Selatan 12740. Adapun waktu penelitian terhitung sejak bulan Maret 2014 sampai dengan selesai.


(22)

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan studi pustaka yaitu menggunakan buku-buku referensi yang terkait dengan teori wacana khususnya yang diteorikan oleh Theo Van Leeuwen dan berita-berita terkait melalu media detik dan majalah detik online.

a. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi data, adalah diperoleh dengan cara mencatat dokumen-dokumen. Dalam melaksanakan metode dokumentasi ini, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis berupa arsip catatan, dokumen, buku-buku, majalah, dan foto-foto sesuai dengan apa yang bisa dijadikan informasi tambahan bagi penelitian ini.8

b. Observasi teks,

Penelitian dan pengamatan yang dilakukan tidak hanya pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diselidiki. Cara yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang akan diselidiki. 9 Peneliti juga mengumpulkan tanggapan atau pemberitaan terkait dari media lain terhadap

8Dedi Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006). Cet.5.h. 195

9


(23)

Pesantren Al-Zaytun dan mencari data dalam buku-buku yang berhubungan dengan penelitian ini.

7. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisa pemberitaan mengenai Pesantren Al-Zaytun di majalah detik online dengan situs www.majalahdetik.com dan didownload melalui http://www.mediafire.com/?c3r5yz9t5i5qago ini, Peneliti menggunakan teknik analisis Critical Discourse Analysis (CDA) model Theo Van Leeuwen. Penggunaan teknik CDA model Theo Van Leeuwin ini dianggap oleh peneliti adalah teknik yang paling mendekati untuk dilakukan dalam hal mengetahui bagaimana wacana media tersebut mengemas beritanya khususnya untuk mengkritik teks media berkaitan adanya wacana dengan tujuan memarjinalkan suatu kelompok. Teori ini juga dapat digunakan dengan mudah untuk menentukan siapa aktor penguasa, bagaimana berita dikonstruksikan, dan siapa pihak yang dimarjinalkan dalam suatu wacana pemberitaan tersebut.

Menurut Van Leeuwen, CDA dalam berita diukur dengan dua parameter utama yakni: Pertama, Exclusion yaitu sebuah strategi wacana yang dilakukan untuk bagaimana actor (seseorang atau kelompok) dikeluarkan dalam pembicaraan.

Exclusion dibagi menjadi tiga strategi yakni : Privasi, nominalisasi, dan penggantian

anak kalimat. Kedua, inclusion yaitu sebuah strategi wancana yang dilakukan ketika sesuatu, seseorang, atau kelompok ditampilkan dalam teks.10 Inclusion dibagi


(24)

menjadi tujuh strategi yaitu : Diferensiasi-Indeferensiasi, Objektivitas-Abstraksi, Nominasi-Katagorisasi, Nominasi-Identifikasi, Determinasi-Indeterminasi, Asimilasi-Individualisasi dan Asosiasi-Diasosiasi.

E. Tinjauan Pustaka

Setelah melakukan penelusuran koleksi skripsi pada Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, maka didapati beberapa literatur sebagai berikut :

1. Peneliti mempelajari dan menggunakan skripsi dengan judul “Analisis Teun A. Van Dijk Pada pemberitaaan “Dodol Dolly,mas…” di rubrik Terajuh harian umum Republika” yang ditulis oleh Adjri Septiani Sudrajat. Skripsi ini membahas konten berita dengan memahami wacana yang disampaikan di dalam pemberitaan yang kemudian mencari kontroversi penutupan lokalisasi dolly yang dilihat dari struktur teks, bagaimana kognisi sosial wartawan dalam memahami kontraversi tersebut, dan bagaimana konteks sosial yang terjadi dalam masyarakat terkait kontroversi penutupan lokalisasi dolly.

2. Selanjutnya peneliti juga mempelajari skripsi dan sekaligus referensi dalam menyusun penelitian, yaitu skripsi dengan judul “Analisis Wacana Van Dijk Terhadap Berita “Kegilaan Di Simpang Kraft” di majalah Pantau” yang ditulis oleh Tia Agnes Astuti. Skripsi ini


(25)

membahas tentang pengemasan berita dalam teks sebuah majalah Pantau dan membahas bagaimna dimensi kognisi sosial dan konteks sosial yang terdapat dalam majalah Pantau.

3. Peneliti juga mempelajari skripsi dengan judul serupa “Analisis Wacana Karakteristik Islam Rubrik Mutiara Dakwah Pada Majalah Ummi Edisi Maret-Juni 2009” yang ditulis oleh Erma Mulyana. Skripsi ini, membahas tentang bagaimana karakteristik Islam, dikonstruksikan oleh majalah Ummi kemudian, bagaimana kognisi sosial dan konteks yang melatar belakangi wacana yang dibentuk oleh majalah Ummi.

Dalam hal ini yang menjadi perbedaannya adalah peneliti melakukan penelitian pada media online dan menggunakan analisis wacana model Theo Van Leeuwen. Selain itu, peneliti menggunakan analisis CDA dan meneliti pemberitaan terhadap Pesantran Al-Zaytun. Skripsi ini membahas tentang bagaimana majalah detik online mengkostruksi berita mengenai pesantren Al-Zaytun dan bagaimana majalah detik online mewacanakan berita penyekapan yang terjadi di Pesantren Al-Zaytun.


(26)

F. Sistematika Penulisan

Secara umum penulisan skripsi ini terbagi menjadi lima bab. Setiap bab terdiri dari sub-sub bab yang memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Untuk lebih jelasnya penulis uraikan sebagai berikut;

BAB I: PENDAHULUAN

Dalam bab ini, peneliti membahas tentang latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka serta sitematika penulisan.

BAB II: LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL

Dalam bab ini, peneliti membahas dan menguraikan tentang teori-teori yang digunakan dan disesuaikan dengan permasalahan.

BAB III: PROFIL MEDIA ONLINE DETIK.COM

Dalam bab ini, peneliti menjelaskan tentang sejarah dan perkembangan media detik.com, visi dan misi, serta konsep-konsep umum pada media online detik.com serta deskripsi majalah detik online yang ditemukan peneliti dalam sumber-sumber pendukung.

BAB IV: ANALISIS PENELITIAN

Dalam bab ini, peneliti menjabarkan serta menganalisa berbagai temuan data yang meliputi wacana apa yang diwacanakan dan hasil konstruksi dari artikel berita


(27)

dengan rubrik fokus Penyekapan di Al-Zaytun, majalah detik online edisi 58 (07-13 January 2013).

BAB V: PENUTUP

Dalam bab ini, peneliti menampilkan kesimpulan dari penelitian, mengenai hal-hal yang telah dibahas oleh peneliti dalam skripsi ini, saran, daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


(28)

17

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Wacana

1. Definisi Wacana

Wacana adalah komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah pertukaran diantara pembicara dan pendengar sebagai sebuah aktivitas personal dimana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya1. Dalam berkomunikasi terdapat berbagai macam cara, salah satunya adalah melalalui tulisan, komunikasi melalui tulisan terlihat dengan bagaimana sebuah berita atau informasi apa yang akan disampaikan oleh penulis kepada pembaca melalui tulisannya.

Oleh karena itu apa saja yang akan dikatakan penulis dalam tulisannya disesuaikan dengan tujuan yang akan disampaikan. Misalnya, penulis akan membahas tentang karakteristik Islam maka tulisan yang akan dibuat mengenai keunggulan Islam serta membedakannya dari agama lain. Penulis berhak menyampaikan sesuai dengan gaya tulisannya asalkan makna yang akan disampaikan dapat dipahami pembaca.

Dalam pengertian linguistik, wacana adalah unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Dalam studi linguistik ini merupakan reaksi dari bentuk linguistik formal yang lebih memperhatikan pada unit kata, frase atau kalimat semata tanpa

1

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media,(Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara Yogyakarta), Cet V , 1992, hal 2


(29)

memperhatikan keterkaitan diantara unsur tersebut.2 Berarti dalam satu kata atau dengan kata lainnya harus saling berhubungan agar terbentuk makna yang dapat dipahami. Bahasa dipakai sebagai jembatan untuk menyampaikan sesuatu dari subjek kepada objek yang akan dituju. Tanpa bahasa, semua tujuan pencapaian tidak dapat terealisasikan.

Kendati demikian, analisis wacana sebenarnya telah tumbuh sejak awal abad ke 20 khususnya setelah Franz Boas (seorang ahli linguistic dan antropologi budaya) menyarankan untuk adanya penelitian yang lebih serius mengenai saling keterkaitan yang kompleks antara bahasa dan kebudayaan. Istilah wacana (discourse), sebenarnya secara praktis, berkenaan dengan kedua bentuk bahasa lisan maupun tulis sekaligus.3 Konteks wacana adalah menyangkut “lingkungan empiris-nya, meliputi karakteristik sumber pesan, khalayak, lingkungan historis, situasional pada saat wacana tersebut muncul dan ruang lingkup serta besar efeknya”.4

Wacana merupakan praktik sosial yang menyebabkan sebuah hubungan dialektis antara peristiwa yang diwacanakan dengan konteks sosial, budaya, ideologi tertentu. Di sini bahasa dipandang sebagai faktor penting untuk mempresentasikan maksud si pembuat wacana.5

Dalam analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis / CDA), wacana tidak dipahami sebagai studi bahasa saja. Pada akhirnya, analisis wacana memang menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis. Tetapi bahasa yang dianalisis,

2 Eriyanto, Analisis Wacana (pengantar analisis teksmedia), (Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara Yogyakarta), Cet V , hal 3

3 Parwito,penelitian komunikasi kualitatif ,( Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2007), h.171. 4 Andi Bulaeng, Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer, Yogyakarta: Andi, 2004) h.180 5 Rachmat kriyantono, Taknik Praktis Riset Komunikasi, ( Jakarta: kencana, 2006)h.258.


(30)

berbeda dengan studi bahasa, dalam pengertian linguistic tradisional. Bahasa yang dianalisis bukan dengan menggambarkan aspek kebahasaan, tetapi juga menghubungkan dengan konteks. Konteks di sini berarti, bahasa itu dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu, termaksud di dalamnya praktik kekuasaan.6

2. Analisis Wacana Model Theo Van Leeuwen

Theo Van Leeuwen, memperkenalkan model analisis wacana, untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana. Bagaimana suatu kelompok dominan, lebih memegang kendali dalam menafsirkan suatu peristiwa dan pemaknaannya, sementara kelompok lain yang posisinya rendah cenderung untuk terus-menerus dijadikan objek pemaknaan. Di sini, ada kaitan antara wacana dengan kekuasaan.

Kekuasaan bukan hanya beroprasi lewat jalur-jalur formal, hukum dan institusi Negara, dimana dengan kekuasaannya dapat melarang dan menghukum. Tetapi juga kekuasaan beroprasi lewat serangkaian wacana untuk mendefinisikan sesuatu atau suatu kelompok sebagai tidak benar atau buruk. Bahkan, seringkali, tindakan kekuasaan itu, datang setelah suatu kelompok, digambarkan secara buruk.7

Theo Van Leeuwen, ingin menggambarkan bagaimana suatu kelompok yang dianggap sebagai perusak, tidak memiliki kekuatan dan kekuasaan, serta dianggap lemah dan mudah ditindas oleh kelompok yang memiliki kekuasaan, dan

6

Eriyanto, Analisis Wacana (pengantar analisis teksmedia), (Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara Yogyakarta), h. 7.

7

Eriyanto, Analisis Wacana (pengantar analisis teksmedia), (Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara Yogyakarta), Cet V , h. 171.


(31)

kekuatan yang dianggap memiliki pengaruh besar terhadap kelompok yang lainnya. Theo Van Leeuwen, juga ingin menjelaskan, bagaimana wacana bekerja, mendefinisikan sebuah berita atau membenarkan sebuah berita. Bahkan wacana, dapat menyalahkan sebuah berita.

Media adalah salah satu penyalur terpenting, dalam munculnya sebuah berita yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Melalui pemberitaan dalam medialah, masyarakat dapat menilai, bagaimana suatu peristiwa dianggap benar dan salah. Dengan memberikan berita secara terus-menerus, maka secara tidak langsung akan membentuk pemahaman kepada masyarakat. Pemahaman tersebut adalah pemahaman yang diinginkan oleh kelompok penguasa memalui media.

Analisis Theo Van Leeuwen, secara umum menampilkan bagaimana pihak-pihak dan aktor (seseorang atau kelompok) ditampilkan atau tidak ditampilkan dalam pemberitaan. Ada dua proses yang menjadi pusat perhatian dalam analisis Van Leeuwen, yaitu :

Pertama: Proses pengeluaran (exclucion). Dalam suatu teks berita, ada kelompok atau actor yang dikeluarkan dalam pemberitaan dan strategi wacana apa yang akan dipakai untuk proses pengeluaran ini. Proses ini, secara tidak langsung, dapat mengubah pemahaman khalayak akan suatu isu dan melegitimasi posisi pemahaman tertentu.

Kedua: Proses pemasukan (inclusion). Kalau proses exclution berhubungan dengan pertanyaan bagaimana proses suatu kelompok dikeluarkan dari teks berita,


(32)

maka proses inclusion, berhubungan dengan bagaimana masing-masing pihak ditampilkan lewat pemberitaan.8

Berikut ini , adalah penjelasan rinci tentang proses exclucion dan inclucion yang telah peneliti formulasikan dalam bentuk tabel dan disadur dari buku Analisis

wacana (pengantar analisis teksmedia)9.

a. Proses exclusion

Tabel berikut, menjelaskan mengenai macam-macam strategi exclusion, penjelasan dan contohnya.

Tabel 1

Penjelasan tentang strategi exclusion10

Proses exclusion

Strategi Penjelasan Contoh

Privasi

- proses bagaimana kelompok atau aktor tidak dilibatkan dalam suatu wacana.

- mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif

aktif

Polisi menembak seorang mahasiswa yang demonstrasi hingga tewas.

pasif

Seorang mahasiswa tewas tertembak saat demonstrasi

Nominasi

Mengubah kata kerja menjadi kata benda dengan memberi imbuhan “pe-an”

Verba

Direktur PT X menganiyaya karyawannya

8

Eriyanto, Analisis Wacana (pengantar analisis teksmedia), (Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara Yogyakarta),, h. 172

9

Eriyanto,analisis wacana (pengantar analisis teksmedia),(Yogyakarta:LKiS pelangi aksara yogyakarta)

10

Eriyanto, Analisis Wacana (pengantar analisis teksmedia), (Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara Yogyakarta),, h. 173-191


(33)

hingga tewas.

Nomina

Seorang karyawan PT X tewas akibat penganiyayaan.

Nomina

Penganiyayaan karyawan terjadi di PT. X.

Nomina

Lagi-lagi, terjadi penganiyayaan terhadap karyawan.

Penggantian anak

kalimat

Memakai anak kalimat yang sekaligus berfungsi sebagai pengganti aktor.

Tanpa anak kalimat

Polisi menembak seorang mahasiswa yang demonstrasi hingga tewas. Anak kalimat Untuk mengendalikan demonstrasi mahasiswa, tembakan dilepaskan.

Akibatnya seorang mahasiswa tewas.

Dalam tabel di atas, Eriyanto mengambarkan, menjelaskan, dan memberi contoh bagaimana yang disebut dengan strategi exclusion.

b. Proses inclusion

Setelah mengenal strategi exclusion yang peneliti tampilkan dalam bentuk tabel, maka berikut ini, peneliti juga menampilkan tabel strategi inclusion, untuk mempermudah pengertiannya dan juga menjelaskan mengenai macam-macam


(34)

strategi inclision. Dalam tabel berikut peneliti menampilkan strategi, penjelasan, serta contoh-contoh yang terdapat pada masing-masing kelompok teori.

Tabel 2

Penjelasan tentang strategi inclusion11

Proses inclusion

Strategi Penjelasan Contoh

Diferensiasi-Indiferensiasi

Peristiwa/actor ditampilkan dalam teks secara mandiri, sebagai peristiwa yang unik atau khas tetapi bisa juga dibuat kontras

Indiferensiasi

Buruh pabrik Maspion sampai kemarin masih melanjutkan mogok.

Diferensiasi

Buruh pabrik Maspion sampai kemarin masih melanjutkan mogok. Sementara tawaran direksi yang menawarkan perundingan tidak ditanggapi oleh buruh.

Objektivasi-Abstraksi

Wacana ini berhubungan dengan pernyataan apakah informasi mengenai peristiwa atau aktor ditunjukan dengan kongkret atau ditampilkan dengan abstraksi.

Kaliamat yang ditampilkan secara jelas dan berulanglah yang menyebabkan abstraksi dalam persepsi khalayak.

objektivasi

PKI telah dua kali melakukan

pemberontakan.

abstraksi

PKI telah

berulang-ulang kali melakukan pemberontakan.

11

Eriyanto, Analisis Wacana (pengantar analisis teksmedia), (Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara Yogyakarta),, h. 173-191


(35)

Nominasi-Kategori

Dalam suatu pemberitaan seringkali terjadi pilihan apakah masalah tersebut diberitakan

secara apa adanya atau tidak. nominasi

Seorang laki-laki ditangkap polisi karena kedapatan membawa obat-obatan terlarang.

Kategorisasi

Seorang laki-laki kulit hitam ditangkap polisi karena kedapatan membawa obat-obatan terlarang.

Nominasi-Identifikasi

Bagaimana suatu kelompok , peristiwa, atau tindakan didefinisikan. Hanya saja jika identifikasi ,proses pendefinisiannya dilakukan dengan memberikan anak kaliamat sebagai penjelasan dari kalimat pertama.

Nominasi

Seorang wanita ditemukan tewas, diduga

sebelumnya diperkosa.

Identifikasi

Seorang wanita, yang sering keluar

malam ,

ditemukan tewas. Diduga

sebelumnya di perkosa.

Determinasi-Indeterminasi

Bagaimana aktor atau peristiwa dalam pemberitaan digambarkan secara jelas atau spesifik, tetapi sering pula digambarkan secara universal karena wartawan belum mendapatkan bukti yang kuat untuk ditulis, atau merubah makna berita tunggal menjadi makna berita jamak

Indeterminasi

Menlu Alwi Shihab disebut-sebut terlibat skandal bulog.

Determinasi

Orang dekat Gusdur disebut-sebut terlibat dalam sekandal bulog.

Asimilasi-Individualisa si

Aktor sosial bukan sebagai aktor yang spesifik dalam komunitas atau kelompok sosial itu sendiri. Kesan yang timbul dalam strategi ini adalah banyak mahasiswa yang terkena tembak

..Individualisa si

Adi, Mahasiswa trisakti, tewas di tembak Parman, seorang polisi, dalam demonstrasi di cendana


(36)

demikian halnya dengan polisi, semua polisi terkesan melakukan penembakan.

kemarin.

Asimilasi

Mahasiswa tewas ditembak polisi dalam demonstrasi di cendana kemarin.

Asosiasi-Disosiasi

Strategi ini berhubungan dengan pernyataan apakah aktor atau suatu pihak ditampilkan secara sendiri atau ia dihubungkan dengan kelompok lain yang besar. Sehingga kasus yang terjadi di Ambon merupakan gambaran umum apa yang terjadi di dunia islam secara keseluruhan, dimana umat islam menjadi korban pembantaian

Disosiasi

Sebanyak 40 orang muslim meninggal dalam kasus Tobelo, Galela, dan Jailolo.

Asosiasi

Umat islam dimana-mana selalu menjadi sasaran

pembantaian. Setelah di Bosnia, sekarang di Ambon. Sebanyak

40 orang

meninggal dalam kasus Tobelo, Galela, dan Jailolo.

Dari kedua proses exclusion dan inclusion pada kedua tabel tersebut di atas, dapat kita pahami tentang arah dan kandungan teori yang dikemukakan dengan jelas oleh Theo Van Leeuwen tentang wacana.

c. Kerangka Analisi

Untuk menggunakan analisis ini kita perlu mengetahui bagaimana aktor di tampilkan dalam pemberitaan. Ada dua hal yang perlu diperhatikan ketika memeriksa


(37)

aktor sosial yang ditampilkan tersebut, berikut gambaran mengenai Teori Theo Van Leeuwen:

Tingkat Yang ingin dilihat

Eksklusi Apakah ada aktor yang dihilangkan atau disembunyikan dalam pemberitaan?.

Kemudian apakah ada upaya media untuk hanya mengedepankan satu aktor dan menghilangkan aktor lain. Selanjutnya apa efek dari pengalihan tersebut

Bagaimana strategi yang digunakan untuk menyembunyikan aktor sosial tersebut?.

Apakah strategi itu dilakukan secara sengaja atau melewati proses yang tidak disadari oleh wartawan media itu sendiri?

Inklusi Dari aktor sosial yang disebutkan dalam berita, bagaimana mereka ditampilkan? Dengan strategi apa pemarjinalan atau pengucilasn itu dilakukan?

Bagaimana penggambaran aktor tertentu dalam proses pengucilan aktor lain dalam pemberitaan?. Bagaimana strateginya?

Alasan mengenai media lebih senang menggunakan kaliamat pasif. Pertama. menonjolkan korban lebih menarik greget dan bisa memancing orang untuk membeli suratkabar tersebut. Kedua, kelemahan dan keterbatasan media yang umumnya dibatasi oleh waktu. Lebih mudah menulis tentang korbhan yang sudah ada di depan mata dari pada menulis yang harus dicari dan ditelusuri secara mendalam.12

12 Eriyanto,

Analisis Wacana (Pengantar Analisis Teksmedia), (Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara Yogyakarta),, h. 173-191


(38)

B. Konseptualisasi Berita 1. Nilai Berita

Setiap hari pasti ada peristiwa yang terjadi, kemudian dalam peristiwa tersebut ada peristiwa yang dapat diolah menjadi sebuah berita yang dapat disiarkan dan dikonsumsi oleh masyarakat. Hanya peristiwa yang memiliki ukuran atau nilailah yang layak dan dapat disebut berita. Berita berasal dari peristiwa yang dianggap memiliki nilai berita untuk produk dari konstruksi media.13

Berikut ini adalah penjelasan mengenai pengertian nilai-nilai berita, yang disajikan dalam bentuk tabel agar mudah dipahami yang dikutip dari buku analisis framing: konstruksi, Ideology,dan Politik Media.

Tabel 3 Nilai-Nilai Berita14

Prominence Nilai berita diukur dari

kebesaran peristiwanya atau arti pentingnya. Peristiwa yang diberitakan hanya kejadian-kejadian penting. Seperti berita presiden atau jatuhnya pesawat terbang yang menewaskan seluruh penumpang.

13Luwi Ishwara, seri Jurnalistik Kompas: Catatan-Catatan Jurnalisme Dasaar (Jakarta: penerbit

buku kompas,2007) h.44

14


(39)

human interest Peristiwa baru dapat disebut sebagai berita kalau peristiwa itu lebih banyak mengandung unsur haru, sedih dan menguras emosi khalayak, seperti bencana tsunami di aceh dll.

Conflict/controversy Peristiwa baru dianggap suatu

berita kalau peristiwa itu lebih banyak mengandung konflik atau kontroversi.

Unusual Peristiwa jarang atau tidak

biasa

Proximity Peristiwa yang dekat lebih

layak diberitakan, baik fisik/ emosional

2. Kategori dan Jenis Berita a. Kategori berita

Proses kerja dan produksi berita adalah sebuah konstruksi. Sebagai sebuah konstruksi, berita menentukan mana yang dianggap berita dan mana yang dianggap bukan berita. Proses kerja dan produksi berita juga menentukan mana yang penting dan mana yang tidak penting. Selain nilai berita ,prinsip lain dalam proses produksi berita adalah apa yang disebut kategori berita. Secara umum seperti dicatat Gaye Tuchman, wartawan menggunakan lima kategori berita yaitu : hard news, soft news, spot news,

developing new dan continuing news. Kategori tersebut dipakai untuk membedakan

jenis isi berita dan subjek peristiwa yang menjadi berita. Kelima kategori tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:15

15


(40)

1. Hard news adalah berita mengenai peristiwa yang terjadi saat itu. Kategori berita ini sangat dibatasi oleh waktu dan kualitas. Semakin cepat diberitakan semakin baik. Bahkan ukuran keberhasilan dari kategori berita ini adalah dipandang dari sudut kecepatan diberitakannya. Peristiwa yang masuk dalam kategori hard news ini, dapat peristiwa yang direncanakan dan dapat pula yang tidak terencana.

2. Soft news adalah kategori berita yang berhubungan dengan kisah

manusiawi (human interest). Jika berita dalam hard news, peristiwa yang diberitakan adalah peristiwa yang terjadi saat itu dan dibatasi oleh waktu, maka soft news tidak dibatasi oleh waktu. Ia dapat diberitakan kapan saja. Karena yang menjadi ukurannya adalah apakah informasi yang disajikan kepada khalayak tersebut, menyentuh emosi dan perasaan khalayak atau tidak.

3. Spot news adalah sub klarifikasi dari berita yang berkategori hard news.

Dalam spot news peristiwa yang akan diliput tidak bisa direncanakan.

Peristiwa kebakaran, kecelakaan, pembunuhan dan gempa bumi adalah jenis-jenis peristiwa yang tidak bisa diprediksikan.

4. Developing news juga merupakan sub klarifikasi dari hard news. Baik

spot news maupun developing new umumnya berhubungan dengan

peristiwa yang tidak terduga. Tetapi dalam developing news dimasukkan elemen lain. Peristiwa yang diberitakan adalah bagian dari rangkaian berita yang akan diteruskan keesokan harinya atau dalam


(41)

berita selanjutnya.

5. Continuing news adalah sub klarifikasi lain dari hard news. Dalam

continuiting news peristiwa-peristiwa dapat diprediksi dan

direncanakan. b. Jenis-jenis berita

Jenis berita diketahui ada lima, yaitu: straight news, deep news,

investigation news, interpretative news dan opinion news. Kelima jenis berita

tersebut, akan dijelaskan pada tabel agar lebih mudah dipahami. Di bawah ini adalah penjelasan, mengenai jenis-jenis berita yang telah peneliti sajikan dalam bentuk tabel yang peneliti kutip dari buku jurnalistik untuk pemula, karya Asep Syamsul Ramli yang diterbitkan di Bandung oleh PT. Remaja Rosida Karya.

Tabel 4 Jenis-jenis berita16

Straight news

Berita yang langsung pada sasaran secara singkat dan lugas. Diberitakan dengan tanpa mencampur adukkan opini penulis, disiarkan secara cepat dan biasanya disajikan sebagai berita utama.

Deep news

Berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman akan hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan.

Investigation news

Berita yang dihasilkan melalui sebuah proses penyelidikan atau investigasi yang biasanya diangkat dari kasus penting yang diketahui

16


(42)

oleh masyarakat luas. Serta berdasarkan penelitian dari berbagai sumber.

Interpretative news Berita yang dikembangkan dari

pendapat wartawan berdasarkan fakta yang ditemukan.

Opinion news

Berita mengenai pendapat seseorang. Biasanya berupa pendapat cendikiawan, mengenai suatu hal.

C. Pengertian, Efek dan Fungsi Media massa 1. Pengertian Media Massa

Pengertian semantik media massa yaitu ”segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat (untuk mencapai tujuan).17

Media massa adalah saluran atau cara pengiriman bagi pesan-pesan massa. Media massa dapat berupa surat kabar, video, CD-Room, computer, tv, radio dan sebagainya.18 Menurut Kurt Lang dan Gladys Engel Lang, media massa memaksakan perhatian pada isu-isu tertentu. Media massa, membangun citra publik tentang figur politik. Media massa, secara konstan menghadirkan objek-objek yang menunjukan apa yang hendaknya dipertimbangkan, diketahui, dan dirasakan individu dalam masyarakat.19

17asumsi Syukur, Dasar-dasar Strategi dakwah, (Surabaya: al-ikhlas,1983), h.163.

18 Lynn H turner, Pengantar Teori Komunikasi dan Aplikasi, (Jakarta: penerbit salemba humanika,2008), h.41. 19 Waner J. Severin dan James Tankard, Teori Komunikasi : Sejarah ,Metode, dan Terapan Dalam Media


(43)

2. Efek Media Massa

Menurut M chaffe media massa mempunyai efek yang berkaitan dengan perubahan sikap,perasaan dan perilaku komunikasinya. Dari pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa media massa mempunyai efek kognitif, afektif dan efek konatif/behavioral.20

Efek kognitif dalam komunikasi membahas tentang bagaimana media dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat untuk mereka. Efek afektif dari media bukan saja hanya ingin memberi informasi tapi juga khalayak diharapkan dapat merasakan apa yang tengah terjadi dalam berita tersebut. Sedangkan efek konatif/behavioral merupakan akibat yang timbul dari khalayak dalam bentuk perilaku atau kegiatan setelah membaca dan mencerna informasi yang ada.

3. Fungsi Media Massa

Ada banyak pendapat yang menjelaskan apa fungsi media massa. Definisi fungsi media massa mempunyai latar belakang dan tujuan yang berbeda satu sama lain. Walaupun satu pendapat yang lain berbeda tetapi mempunyai titik yang sama. Setelah membaca beberapa pendapat para ahli mengenai fungsi media. Penulis menarik garis besar sebagai kesimpulan bahwasanya fungsi media adalah memberi informasi, memberi pelajaran (edukasi) , memberi hiburan, penyalur aspirasi dan sebagai pewarisan nilai budaya.

20 Elvinaro adrianto dan lukiati komala erdinaya, komunikasi mssa: suatu pengantar, (bandung: simbiosa rekatama media, 2007), h. 50


(44)

4. Media Online

Internet adalah sebuah fasilitas jaringan dunia yang system komunikasinya terkait dengan pertahanan keamanan yang dikembangkan pada tahun 1960-an. Adapun salah satu manfaat system komunikasi yang berjejaringan ini, adalah dapat dengan cepat dan mudah diakses oleh peneliti dan pendidik.21

Internet kemudian menjadi suatu fenomena baru. Dengan menggunakan fasilitas internet semua orang pada seluruh belahan dunia manapun dapat berkomunikasi dengan cepat dan mudah. Media online adalah sebutan umum untuk sebuah media yang berbasis telekomunikasi dan multi media (computer dan internet). Di dalamnya terdapat portal, website, radio online, televisi online, mail online dan lain sebagainya, dengan karakteristik masing-masing yang sesuai dengan fasilitas yang memungkinkan pengguna (user) dapat memanfaatkannya.

Semenjak berkembangnya internet jurnalistik melalui dunia mayapun berkembang pesat. Kita sering menyebutnya dengan jurnalisme media online. Di Indonesia perkembangan jurnalistik media online dapat dilihat dengan banyak bermunculannya situs berita seperti detik.com, vivanews.co.id, okezone.com dan lain sebagainya. Bahkan koran-koran nasional pun, ikut juga membuat media dengan versi online.

Jurnalisme online merupakan proses penyampaian informasi dengan menggunakan media internet. Melalui jurnalisme online informasi disajikan dengan cepat, interaktif, dan bisa langsung dipublikasikan saat kejadian sedang berlangsung.

21 Werner J,severin& James W. tankard. Teori komunikasi: sejarah, metode, dan terapan dalam media massa, (Jakarta” prenada media group,2004), h. 457.


(45)

D. Paradigma kritis

Paradigma kritis (critical paradigm) adalah semua teori sosial yang mempunyai maksud dan implikassi praktis dan berpengaruh terhadap perubahan sosial. Paradigma ini tidak sekedar melakukan kritik terhadap ketidakadilan sistem yang dominan yaitu sistem sosial kapitalisme, melainkan suatu paradigma untuk mengubah sistem dan struktur tersebut menjadi lebih adil. Meskipun terdapat beberapa variasi teori sosial kritis seperti : feminisme, cultural studies dan posmodernisme, namun aliran ini tidak mau dikategorikan pada golongan kritis akan tetapi kesemuanya aliran tersebut memiliki tiga asumsi dasar yang sama.

Pertama, semuanya, menggunakan prinsip-prinsip dasar ilmu sosial

interpretatif. Ilmuan kritis harus memahami pengalaman manusia dalam

konteksnya. Secara khusus paradigma kritis bertujuan untuk menginterpretasikan dan karenanya memahami bagaimana berbagai kelompok sosial dikekang dan ditindas.

Kedua, paradigma ini mengkaji kondisi-kondisi sosial dalam usaha

untuk mengungkap struktur-struktur yang sering kali tersembunyi. Kebanyakan teori-teori kritis mengajarkan bahwa pengetahuan adalah sebuah kekuatan untuk memahami bagaimana seseorang ditindas sehingga orang lain dapat mengambil tindakan untuk mengubah kekuatan penindas.

Ketiga, paradigma kritis secara sadar berupaya untuk menggabungkan


(46)

tradisi filsafat kritis ini. Menurut Habermas (dalam Hardiman, 1993: xix), praksis bukanlah tingkah-laku buta atas naluri belaka melainkan tindakan dasar manusia sebagai makhluk sosial. Asumsi dasar yang ketiga ini, bertolak dari persoalan bagaimana pengetahuan tentang masyarakat dan sejarah bukan hanya sekedar teori melainkan mendorong praksis menuju pada perubahan sosial yang humanis dan mencerdaskan. Asumsi yang ketiga ini diperkuat oleh Jurgen Habermas (1983), dengan memunculkan teori tindakan komunikatif (The Theory of

Communication Action).

Bagi paradigma kritis tugas ilmu sosial adalah justru melakukan penyadaran kritis masyarakat terhadap sistem dan struktur sosial yang cenderung “mendehumanisasi” atau membunuh nilai-nilai kemanusiaan (Fakih, 2001: 7). Gramsci, menyebut proses penyadaran ini, sebagai counter hegemony. Dominasi suatu paradigma, harus dikonter dengan paradigma alternatif lainnya yang bisa memecahkan permasalahan dalam realitas sosial kemasyarakatan yang tidak terselesaikan oleh paradigma yang mendominasi. Proses dehumanisasi sering melalui mekanisme kekerasan baik fisik dan dipaksakan maupun melalui cara yang halus, dimana keduanya bersifat struktural dan sistemik. Artinya, kekerasan dalam bentuk dehumanisasi, tidak selalu jelas dan mudah dikenali, karena ia cendrung sulit dilihat secara kasat mata dan dirasakan. Bahkan umumnya, yang mendapatkan perlakuan kekerasan, cenderung tidak menyadarinya. Kemiskinan struktural misalnya, pada dasarnya, adalah bentuk kekerasan yang memerlukan suatu analisis yang lebih kritis


(47)

untuk menyadarinya. Tegasnya, sebagian besar kekerasan terselenggara melalui proses hegemoni, yaitu dalam bentuk mendoktrin dan memanipulasi cara pandang, cara berpikir ideology kebudayaan seseorang atau sekelompok orang Dimana semuanya sangat ditentukan oleh orang yang mendominasi. Kekuatan dominasi ini, biasa dilanggengkan dengan kekuatan ekonomi maupun kekuatan politik bahkan dengan ilmu pengetahuan. Seperti diungkapkan oleh Micheal Faucoult knowledge is

power. Barang siapa yang menguasai ilmu pengetahuan, ialah yang menguasai dunia

ini.

Bagi paradigma atau aliran kritis dunia positivisme dan empirisme dalam ilmu sosial struktural, memang tidak adil. Karena, ilmu sosial yang bertindak tidak memihak, netral dan objektif serta harus mempunyai jarak, merupakan suatu sikap ketidakadilan tersendiri. Atau dapat dikatakan melanggengkan ketidakadilan (status quo). Oleh karena itu, paradigma ini menolak bentuk objektivitas dan netralitas dari ilmu sosial. Jadi paradigma ini, mengharuskan adanya bentuk subjektifitas keberpihakan pada nilai-nilai kepentingan politik dan ekonomi golongan tertentu – terutama kaum lemah, golongan yang tertindas dan kelompok minoritas, dimana keberpihakan ini merupakan naluri yang dimiliki oleh setiap manusia.


(48)

37

GAMBARAN UMUM

Profil detik.com

Pada sub bab ini akan membahas tentang sejarah berdirinya Detik.com, kemudian struktur keredaksian Detik.com dan situs-situs pada portal berita Detik.com juga profil visual Detik.com. 1

a.

Sejarah Berdiri Situs Berita Detik.com

Server detik.com sebenarnya sudah siap diakses pada 30 Mei 1998, namun mulai Online dengan sajian lengkap pada 9 Juli 1998. Tanggal 9 Juli itu akhirnya ditetapkan sebagai hari lahir Detik.com yang didirikan Budiono Darsono (eks wartawan DeTik), Yayan Sopyan eks wartawan DeTik), Abdul Rahman (mantan wartawan Tempo), dan Didi Nugrahadi. Semula peliputan utama detik.com terfokus pada berita politik, ekonomi, dan teknologi informasi. Baru setelah situasi politik reda dan ekonomi mulai membaik, detik.com memutuskan untuk

juga melampirkan berita hiburan, dan olahraga.

Dari situlah kemudian tercetus keinginan untuk membangun detik.com yang updatenya tidak lagi menggunakan karakteristik media cetak yang harian, mingguan, dan bulanan. Yang dijual detik.com adalah breaking news. Dengan bertumpu pada

1


(49)

vivid description macam ini detik.com melesat sebagai situs informasi digital paling populer di kalangan users internet.

Pada 3 Agustus 2011CT Corp mengakuisisi detikcom (PT Agranet Multicitra Siberkom/Agrakom) . Mulai pada tanggal itulah secara resmi detikcom berada di bawahTrans Corp Chairul Tanjung, pemilik CT Corp membeli detikcom secara total (100 persen) dengan nilai US$60 juta atau Rp 521.540 miliar. Setelah diambil alih, maka selanjutnya jajaran direksi akan diisi oleh pihak-pihak dariTrans Corp — sebagai perpanjangan tangan CT Corp di ranah media.

Dan komisaris Utama dijabat Jenderal (Purn) Bimantoro,mantan Kapolri, yang saat ini juga menjabat sebagai Komisaris Utama Carrefour Indonesia, yang juga dimiliki Chairul Tanjung. Sebelum diakuisisi olehCT Corp, saham detikcom dimiliki oleh Agranet Tiger Investment dan Mitsui & Co. Agranet memiliki 59% saham di detikcom, dan sisanya dimiliki oleh Tiger 39%, dan Mitsui 2%.

Pada Juli 1998 situs detik.com per harinya menerima 30.000 hits (ukuran jumlah pengunjung ke sebuah situs) dengan sekitar 2.500 user (Pelanggan Internet). Sembilan bulan kemudian, Maret 1999,hits per harinya naik tujuh kalilipat, tepatnya rata-rata 214.000 hits per hari atau 6.240.000 hits per bulan dengan 32.000 user. Pada bulan Juni 1999, angka itu naik lagi menjadi 536.000 hits per hari dengan user mencapai 40.000. Terakhir, hits detik.com mencapai 2,5 juta lebih per harinya.

Selain perhitungan hits, detikcom masih memiliki alat ukur lainnya yang sampai sejauh ini disepakati sebagai ukuran yang mendekati seberapa besar potensi yang dimiliki sebuah situs. Ukuran itu adalah page view (jumlah halaman yang diakses). Page viewdetikcom sekarang mencapai 3 juta per harinya. Sekarang


(50)

detik.com menempati posisi ke empat tertinggi dari alexa.com untuk seluruh kontent di Indonesia.

Kisah awal media Detik ini menjadikan internet sebagai basis pemberitaan, berawal dari kisah pahit yang dialaminya. Ketika pada masa Orde Baru, media ini muncul dalam format sebagai majalah mingguan yang mengupas masalah politik sebagai pokok bahasan. Namun,kekuatan Orde Baru yang sangat ketat mengawasi pemberitaan di media massa,memaksa majalah tersebut menyudahi kiprahnya untuk terbit dalam format majalah.

Hal ini karena Detik dianggap terlalu keras dalam pemberitaannya yang dianggap menyerang penguasa saat itu. Sehingga, dengan keputusan Menteri Penerangan saat itu, majalah Detik bersama Tempo dan forum harus dicabut surat Ijin Usaha Penerbitan yang merupakan surat ijin usaha media massa. 2

b.

Visi dan Misi Detik.com 1. Visi Detik.com

Menjadi tujuan utama orang Indonesia untuk mendapatkan konten dan layanan digital, baik melalui internet mau pun selular/ mobile.3

2. Misi Detik.com

 Memiliki komitmen tinggi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan.  Memberikan kesejahteraan kepada karyawan dan menjadi tempat yang

baik untuk berkarier.

2 https://www.detik.com 3


(51)

 Memberikan hasil optimal yang berkesinambungan bagi pemegang saham.4

c.

Nilai Detik.com  Cepat dan Akurat  Kreatif dan Inovatif  Integritas

 Kerjasama  Independen5

d.

Struktur Manajemen Detik.com

 Komisaris Utama: Drs Raden Suroyo Bimantoro  Wakil Komisaris Utama: Zainal Rahman

 Komisaris:

1.Sutrisno Iwantono 2.Calvin Lukmantara  Direktur Utama: Budiono Darsono

 Direktur Sales dan Marketing: Nur Wahyuni Sulistiowati  Direktur Entertainment: -

 Direktur IT:

4 https://www.detik.com/ 5


(52)

 Direktur Keuangan dan HRD: Warnedy

e.

Struktur Organisasi Redaksi Detik.com  Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad  Wakil Pemimpin Redaksi: Ine Yordenaya

 Dewan Redaksi: Budiono Darsono, Iin Yumiyanti  Redaktur Eksekutif: Nurul Hidayati

 Redaktur Pelaksana: Andi A. Sururi (detiksport), Is Mujiarso (detikhot), Ardhi Suryadi(detikinet), Indra Subagja (detiknews), Dadan Kuswaraharja (detikoto), Nurvita Indarini (detikhealth), Fitraya Ramadhanny (detiktravel), Odilia Winneke (detikfood), Ferdy Thaeras (wolipop), Dikhy Sasra (detikfoto),Gagah Wijoseno (Koordinator Liputan), Triono Wahyu S (Koordinator Liputan Daerah/Luar Negeri).6

f.

Situs-situs Detik.com

Detikcom merupakan portal kepada situs-situs:

 detikNews (news.detik.com) Berisi informasi berita politik-peristiwa.  detikFinance (finance.detik.com) Memuat berita ekonomi dan keuangan  detikFood (food.detik.com) Informasi tentang resep makanan dan kuliner  detikHot (hot.detik.com) Berisi info gosip artis/selebriti dan infotainment  detiki-Net (inet.detik.com) Memuat informasi teknologi informasi

6


(53)

 detikSport (sport.detik.com) Berisiinfo olahraga termasuk sepakbola  detikHealth (health.detik.com) Memuat info dan artikel kesehatan

 detikTV (tv.detik.com) Memuat info mengenai berisi berita video (tv berita)  detikFoto (foto.detik.com) Yang memuat berita Foto

 detikOto (oto.detik.com) Memuat informasi mengenai otomotif

 detikTravel (travel.detik.com) Memuat informasi tentang liburan dan pariwisata

 detikSurabaya (surabaya.detik.com) Info Surabaya dan Provinsi Jawa Timur  detikBandung (bandung.detik.com) Informasi tentang Bandung dan Provinsi

Jawa Barat

 detikforum (forum.detik.com) Tempat diskusi online antar komunitas pengguna Detikcom

 blogdetik (blog.detik.com) Tempat pengakses mengisi info atau artikel, foto, video di halaman blog pribadi

 wolipop (wolipop.detik.com) Berisi informasi tentang wanita dan gaya hidup  TanyaSaja (tanyasaja.detik.com) Tempat para pengakses bertanya jawab

mengenai hal apa pun

 DetikMap (map.detik.com) Semacam alat/tool untuk melihat Peta lokasi  IklanBaris (iklanbaris.detik.com) Berisi Iklan yang langsung diisi konsumen  MyTRANS (www.mytrans.com) Live Streaming Trans TVdan Trans7, serta


(54)

 Harian Detik (harian.detik.com) Berisi berita dalam bentuk koran digitalyang diterbitkan 2x sehari pada pukul 06:00 WIB & 16:00 WIB (untuk edisi akhir pekan terbit 1x sehari pada pukul 06:00 WIB)7

g.

Profil majalah Detik

Majalah Detik lahir sebagai wujud pengembangan bisnis dari Detikcom, salah satu portal berita online di Indonesia. Berbeda dengan penyajian berita di situs Detikcom yang singkat dan padat, informasi di Majalah Detik lebih mendalam dan akurat, seperti penyajian berita dan informasi majalah pada umumnya. Yang membedakan Majalah Detik dengan majalah cetak lainnya, Majalah Detik lebih interaktif dengan menghadirkan video dan info grafis yang bergerak untuk melengkapi informasi yang disajikan.

Setiap pengunjung situs Detikcom bisa mengunduh Majalah Detik secara gratis di situs https://majalah.detik.com. Tersedia dalam empat versi, yaitu versi pdf, versi iphone, versi ipad, dan versi android. Hal ini memudahkan bagi para pembaca dari berbagai kalangan untuk mengakses Majalah Detik. Selain kemudahan yang diberikan kepada pembaca dalam mengunduh Majalah Detik, tampilan desain, sampul yang menarik, juga menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi pembaca.

Majalah Detik lahir untuk memenuhi kebutuhan berita dan informasi masyarakat dengan gaya penulisan yang menarik. Hadir tiap Sabtu dengan

7


(55)

berbagai topik mulai dari laporan utama, isu politik, ekonomi, teknologi, gaya hidup, da n traveling. Dilengkapi dengan grafis yang bagus dan interaktif. Majalah detik memberikan pengalaman baru yang berbeda dalam membaca majalah. Total unduh per Januari 2014 mencapai 10.057.480 kali unduhan.8

8


(56)

45

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Dalam temuan dan analisis data tentunya tidak terlepas dari batasan masalah yang peneliti kemukakan pada Bab I halaman 6. Karenanya temuan dan analisis data ini terkait dengan analisis wacana dari pemberitaan terjadinya kekerasan di Pondok Pesantren Al-Zaytun oleh majalah detik online edisi 58 (07-13 Januari 2013).

1. Temuan Data

Data-data yang ditemukan dalam penelitian ini adalah :

a. Artikel berita majalah detik online edisi 58 (07-13 Januari 2013) dengan fokus berita: Penyekapan di Al-Zaytun, sejumlah 7 halaman dengan alamat situs

http://www.mediafire.com/?c3r5yz9t5i5qago.

b. Aktor penguasa dalam artikel tersebut, sebagai pemesan berita yaitu para korban kekerasan yang diberitakan dalam artikel ini, mereka adalah: Sanusi, Temo, Widodo, Adi Triatmojo, Tukino dan Sutrisno.

c. Para Reporter majalah detik online: Bahtiar Rifai, M. Rizal, Deden Gunawan dan ilustrator: Kiagoes.

d. Aktor/kelompok yang dimarjinalkan, yaitu: Pondok Pesantren Al-Zaytun beserta para pengurusnya: Syekh Panji Gumilang, Iskandar Saefulloh, Rasdi, Aceng, Suwandi, Komarudin, Toni Ismawan, Edi Suwignyo, Pasaribu dan Jun Junaedi.

e. Teks judul dan sub judul.


(57)

g. Berita di detikNews, pada alamat situs news.detik.com/2404029/polisi-amankan-pelaku-pembakaran-pos-ponpes-al-zaytu tanggal 04/11/2013 22:26 WIB yang ditulis oleh Baban Gandapurnama dengan judul: Pembakaran Pos Ponpes Al Zaytun.

h. Berita di detikNews, pada alamat situs news.detik.com/berita/2137343/3-korban-penyekapan-al-zaytun-melpor-ke-komnas-ham tanggal 09/01/2013 yang ditulis oleh M Iqbal dengan judul: 3 Korban Penyekapan Al-Zaytun Melapor ke Komnas HAM.

i. Berita di detikNews, pada alamat

http://news.detik.com/berita2403274/kapolres-posko-al-zaytundibakarwarga-situs-sudah-kondusif tanggal 04/11/2013 yang ditulis oleh Indra Subagja

dengan judul: Kapolres: Posko Al Zaytun Dibakar Warga, Situasi Sudah Kondusif.

j. Berita di detikNews, pada alamat situs

http://news.detik.com/berita/2403236/ratusan-warga-bentrok-dengankeamanan-al-zaytun-soal-tanah-5-orang-luka tanggal 04/11/2013 yang ditulis oleh Indra Subagja dengan judul: Ratusan Warga Bentrok dengan

Keamanan Al Zaytun Soal Tanah, 5 Orang Luka. 2. Analisis data

Sebagaimana yang telah disampaikan pada Bab I halaman 6, bahwa teori yang digunakan dalam menalisa data pada penelitian ini adalah teori Theo Van Leuween. Hal tersebut disesuaikan pada kecurigaan peneliti akan adanya wacana tertentu,


(58)

bersamaan dengan adanya artikel berita yang memarjinalkan kelompok tertentu yaitu Pesantren Al-Zaytun.

CDA merupakan sebuah teori dimana peneliti dapat mengkritisi berita yang telah disampaikan media dengan mencocokkan dengan teori tokoh yang terdapat didalamnya yang pada penelitian ini peneliti menggunakan teori CDA yang di kemukakan oleh Theo Van Leuween. Bahwasannya media bisa saja memberitakan berita yang telah dipesan oleh aktor atau pihak penguasa untuk menjatuhkan sebuah instansi atau kelompok tertentu yang diinginkannya. Hal ini seperti menekankan kepada masyarakat bahwasannya seakan-akan pihak Pesantren Al-Zaytun memang telah melakukan tindak penyekapan kepada karyawannya.

peneliti telah meneliti berita Penyekapan di Pesantren Al-Zaytun yang diberitakan oleh majalah detik online. kemudian peneliti dapat menyimpulkan bahwa artikel berita dengan rubrik Fokus Penyekapan di Pesantren Al-Zaytun menggunakan strategi exclusion dan inclusion yang diteorikan oleh Theo Van Leuween dalam teori CDA. Hal itu diketahui dimana melalui penekanan dalam artikel berita pada majalah detik online tersebut media mampu mempengaruhi masyarakat sekitar dan pembaca pesantren Al-Zaytun untuk berpikir bahwa berita yag disampaikan oleh media tersebut benar adanya.

Analisis data menggunakan parameter Exclusion dan Inclusion. Parameter Exclusion terdiri dari 3 strategi analisa. Sedangkan parameter Inclusion melingkupi 7 strategi analisa. Kemudian analisa dilengkapi dengan data-data berita lain yang linear


(59)

dengan artikel berita yang sedang diteliti, sebagai tambahan alat bukti akan dampak yang terjadi dari upaya memarjinalkan suatu kelompok tertentu.

A. Exclusion 1. Pasivasi

Proses privasi terdapat pada paragraf ke 16 : a. Aktif :

Setelah mendapat laporan, kata Acep, beberapa petugas dari Polsek Gantar dan Koramil Gantar menyanggongi Al-Zaytun. Tidak mudah untuk dapat masuk ke dalam komplek pesantren itu. “kita butuh waktu sekitar satu jam berunding, untuk bisa masuk ke al-Zaytun”. Terang Acep

b. Pasif :

Setelah mendapat laporan, petugas dari Polsek Gantar menyanggoni al-Zaytun. Untuk dapat masuk ke area pesantren, petugas Polsek, harus melewati beberapa prosedur yang telah ditetapkan pihak pesantren.

Analisis yang peneliti temui lagi, sebagai kejanggalan yang ada dalam majalah detik online adalah penulisan berita yang seperti cerita serta tidak lengkapnya unsur 5W dan 1H terdapat lebih banyak kalimat langsung seperti percakapan di dalam berita tersebut.


(60)

2. Nominalisasi

Proses nominalisasi terdapat pada paragraf ke 11 : a. Verba :

Selain memukul, Junaedi juga menjambak rambut Widodo, Sutrisno, dan Tukino hingga mereka meringis kesakitan. “Saya ditendang di perut bagian bawah dan wajah,” ungkap Tukino kepada majalah detik.

b. Nominasi :

Seorang petugas keamanan melakukan Widodo, Sutrisno, dan Tukino meringis kesakitan akibat pemukulan dan penjambakan rambutnya.

Peneliti menghilangkan kehadiran subjek (Junaedi) selanjutnya mengganti kata menjambak dan memukul menjadi penjambakan dan pemukulan.

B. Inclusion

1. Diferensiasi-indeferensiasi

Proses inclusion diferensiasi-indeferensiasi terdapat pada paragraf ke 2 : a. Indiferensiasi : Setelah menampar, Suwandi yang ditemani

Komarudin, menyeret Sanusi dan Temo ke dalam mobil Panther, yang dikemudikan oleh Pasaribu. Keduanya dibawa ke gedung Masiqoh. b. Diferensiasi : Suwandi yang ditemani Komarudin, membawa Sanusi

dan temo kedalam mobil Panther, yang dikemudikan oleh Pasaribu. keduanya dibawa kegedung masyiqoh untuk diamankan karena sanusi


(61)

dan temo menyebarkan selebaran yang dianggap tidak pantas oleh pihak pesantren.

Pada kalimat pertama, jelas pihak majalah memojokkan pihak pesantren dengan cara memasukan kata “menampar” dan kata “menyeret” dengan tidak mencantumkan alasan mengapa mereka diperlakukan demikian.

Pada kalimat kedua, terdapat fakta bahwa keamanan, melakukan hal pengamanan, karena penyebaran selebaran yang dianggap memojokkan pihak pesantren disebarkan pada saat kedatangan tamu mentri agama.

2. Objektivitas-Abstraksi

Proses inclusion Objektivitas-Abstraksi terdapat pada paragraf ke 5 : a. Abstrak :

Dari situ sanusi tahu penyebab ia dibawa ke pos keamanan terkait selebaran yang berisi kritik terhadap Al-Zaytun , terutama masalah kesejahteraan dan gaji. Sanusi mengakui, dirinya yang pertama kali menyebarkan selebaran itu di kompleks pesantren yang memiliki santri ribuan orang tersebut.

b. Objektivitas :

Dari situ sanusi tahu penyebab ia dibawa ke pos keamanan terkait selebaran yang berisi profokasi atau tuduhan buruk terhadap Al-Zaytun terutama masalah kesejahteraan dan gaji. Sanusi mengakui,


(62)

dirinya yang pertama kali menyebarkan selebaran itu di kompleks pesantren yang memiliki santri ribuan orang tersebut.

Peneliti mengganti kata “kritik” menjadi profokasi atau tuduhan buruk karena berdasarkan selebaran yang terlampir dalam majalah detik online tersebut, peneliti melihat isi di dalam selebaran terserbut adalah kalimat-kalimat bersifat profokatif yang menjatuhkan pihak pesantren.

3. Nominasi-Katagori

Proses inclusion Nominasi-Katagori terdapat pada paragraf ke 6 :

a. Kategorisasi : Pemukulan yang dialami Sanusi tidak berhenti sampai di situ. Begitu datang Iskandar Saefullah, bendahara yayasan atau sering disebut sebagai mentri keuangan Al-Zaytun, kepala sanusi lagi-lagi dipukul menggunakan selebaran setebal satu rim.

b. Nominasi: Pemukulan yang dialami Sanusi tidak berhenti sampai di situ. Begitu datang Iskandar Saefullah, bendahara yayasan, kepala sanusi lagi-lagi dipukul menggunakan selebarab setebal satu rim.

Kata “Mentri keuangan Al-Zaytun” peneliti hilangkan karena kata mentri keuangan menggambarkan kesan subversif.

4. Nominasi-Identifikasi


(63)

a. Berita 1

1. Identifikasi :

Toni Ismawan, satpam lainnya, kemudian mengambil selebaran yang dikumpulkan Temo, salah seorang temannya. Tebal selebaran itu sekitar satu rim. Selebaran setebal 500 lembar itu kemudian ditimpakan ke kepala Sanusi.

2. Nominasi :

Toni Ismawan, satpam lainnya kemudian mengambil selebaran yang dikumpulkan Temo, salah seorang temannya, tebal selebaran itu sekitar satu rim.

Kata “yang kemudian ditimpakan ke kepala” adalah anak akliamat yang membuat pandangan pembaca menjadi negatif terhadap Pesantren al-Zaytun.

b. Berita 2 1. Identifikasi :

Menurut Sanusi, ruang itu terasa sempit. Sebab di dalam ruangan, juga terdapat tumpukan kardus dan tripleks dan yang parahnya lagi, ruangan sangat minim, fentilasi udara dan lampu redup.

2. Nominasi =

Menurut Sanusi ruangan terasa sempit, sebab di dalam ruangan juga terdapat tumpukan kardus dan tripleks.


(64)

Kata “yang parahnya lagi ruangan sangat minim fentilasi udara dan lampu redup” menambah pandangan buruk pada pembaca mengenai pesantren Al-Zaytun.

5. Determinasi-Indeterminasi

Proses inclusion determinasi-indeterminasi terdapat pada paragraf ke 12 : a. Indeterminasi :

Sore harinya, introgasi yang diseling pemukulan dihentikan. Sebab para petugas keamanan, sibuk mengurus kedatangan Menteri Agama Surya Dharma Ali ke Al-Zaytun.

b. Determinasi :

Sore harinya, introgasi dihentikan. Sebab para petugas keamanan, sibuk mengurus kujungan dari Departemen Agama.

Peneliti menghilangkan kata ”pemukulan”. Karena jika kata tersebut diulang secara terus menerus, pembaca dapat memiliki paradigma yang yang buruk dan menyebabkan penyudutan Pesantren al-Zaytun. Selain itu, peneliti menghilangkan nama tokoh untuk membuat tokoh tersebut tidak spesifik.

6. Asimilasi-Individualisasi

Proses inclusion asimilasi-individualisasi terdapat pada paragraf ke 1 dan ke 25 :

a. Berita 1


(65)

Sanusi (37) sangat terkejut ketika kamis, 14 Desember 2012, didatangi beberapa satpam pondok Pesantren Al-Zaytun tempatnya bekerja. Saat itu Sanusi sedang di gedung Ali (salah satu bangunan di kompleks Al-Zaytun) bersama Temo teman kerjanya. Sanusi dan Temo kemudian dibawa ke pos keamanan yang berada di gedung li

2. Asimilasi :

Karyawan pondok Pesantren Al-Zaytun yang sedang bekerja, didatangi satpam dan dibawa ke pos keamanan tempat ia bekerja, Kemudian karyawan tersebut dibawa ke pos keamanan yang berada di gedung Ali.

Peneliti merubah kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung. Karena dalam berita yang peneliti teliti sebagian besar terdiri dari kalimat langsung yang memojokkan pihak pesantren. Pemojokan tersebut berupa cara pemberitaan artikel secara individualisasi. Jika pihak majalah tidak bermaksud memojokkan pihak pesantren, maka dalam berita tersebut dapat saja pihak majalah menjadikan kalimat yang bersifat individualisasi menjadi asimilasi yaitu dengan cara tidak memyebutkan tokoh yang ditangkap dan yang Menangkap.

b. Berita 2

1. Individualisasi : kordinator komisi untuk orang hilang dan tindak kekerasan (KontraS) Haris Azhar menyatakan, sebenarnya kasus penyekapan dan penyiksaan itu sangat gampang untuk segera


(66)

ditangani polisi, hanya saja polisi dianggap masih sungkan dengan nama besar Panji Gumilang.

2. Asimilasi : kordinator komisi untuk orang hilang dan tindak kekerasan (kontraS) menyatakan, sebenarnya kasus tersebut sangat gampang untuk segera diatasi, hanya saja polisi dianggap masih sungkan dengan nama besar pemimpin pesantren.

Pada kalimat ini peneliti menghilangkan kata penyekapan dan penyiksaan, karena jika penyekapan dan penyiksaan disebutkan secara terus menerus akan menimbulkan berdampak dimana dalam benak pembaca berita atau konsumen dapat menyebabkan paradigma yang tidak baik mengenai Pesantren al-Zaytun. Secara tidak sadar pembaca berita ikut memarjinalkan Pesantren dalam pikirannya. Peneliti juga menghilangkan nama tokoh untuk mencegah paradigma pembaca yang mungkin salah mengenai Pesantren al-Zaytun.

7. Asosiasi-Diasosiasi

Proses inclusion asosiasi-diasosiasi terdapat pada paragraf ke 17 :

a. Diasosiasi:

Untuk masuk ke Al-Zaytun memang bukan perkara mudah. Menurut informasi yang dihimpun majalah detik, disekitar kompleks pesantren itu, tokoh setingkat Kapolres maupun bupati tidak bisa seenaknya masuk ke dalam kompleks tanpa seizin Panji.


(67)

Begitu juga kendala yang dialami polsek dan Koramil Gantar yang dipimpin Iptu Acep. Mereka harus melakukan negosiasi yang alot untuk bisa masuk kedalam kompleks tersebut.

b. Asosiasi:

Untuk masuk ke Al-Zaytun, Polsek dan Koramil Gantar yang dipimpin Iptu Acep harus melakukan negosiasi yang alot untuk bisa masuk kedalam kompleks tersebut.

Peneliti menghilangkan kalimat „memang bukan perkara mudah. Menurut informasi yang dihimpun majalah detik disekitar kompleks pesantren itu tokoh setingkat Kapolres maupun bupati tidak bisa seenaknya masuk ke dalam kompleks tanpa seizin Panji. Begitu juga kendala yang dialami‟. Kalimat-kalimat ini adalah proses penampilan aktor yang dihubungkan dengan kelompok lain yang lebih besar.

C. Berita lain

Di bawah ini adalah artikel berita lain yang terkait dengan kelompok yang dimarjinalkan yaitu Pondok Pesantren Al-Zaytun. Berita-berita di bawah ini menceritakan bagaimana kelompok yang dimarjinalkan pada kemudian hari mendapat tekanan dari masyarakat sekitar. Berita-berita tersebut ditemukan dari portal detik.com, yaitu detikNews. Menurut peneliti artikel ini, menggambarkan dampak negatif yang terjadi akibat dari upaya pemarjinalan terhadap pondok pesantren Al-Zaytun yang terjadi setelah beredarnya berita


(68)

mengenai penyekapan di Al-Zaytun dalam majalah detik online edisi 58 tersebut.

Berikut adalah berita yang terjadi di lingkungan pesantren, akibat pemberitaan yang muncul pada majalah detik online.

1. Berita 1

Polisi amankan pelaku pembakaran Pos Ponpes Al Zaytun

Baban Gandapurnama – detikNews

Indramayu, - Buntut insiden pembakaran pos di pondok pesantren (ponpes) Al Zaytun, polisi

mengamankan dua orang tersangka. Keributan antara penghuni Al Zaytun dan warga yang berujung anarki itu dipicu soal saling klaim tanah.

"Tindak lanjut penanganan aksi anarkis terkait sengketa lahan di lokasi Yayasan Al Zaytun, saat ini telah mengamankan dua tersangka inisial N dan T," jelas Kabidhumas Polda Jabar Kombes Pol Martinus Sitompul via pesan singkat, Senin (4/11/2013). Menurut Martin, situasi di lokasi kejadian sudah kondusif. Polres Indramayu terus menyelidiki perkara pembakaran tersebut. Tidak menutup kemungkinan jumlah tersangka bisabertambah. "Keduanya diduga melakukan perusakan dan pembakaran pos keamanan dan sepeda milik karyawan Al Zaytun. Saat ini penyidik masih kembangkan kasusnya untuk cari tersangka lain," jelas Martin.

Seperti yang diketahui, kericuhan berawal dari warga Al Zaytun yang berjumlah puluhan orang datang dan mengklaim lahan garapan warga. Mereka kemudian membangun posko di tanah itu.Warga yang tak terima lalu datang dan melakukan perlawanan. Bentrokan tak terhindarkan1

Kejadian yang diberitakan di atas mengenai pembakaran pos di pondok pesantren al-Zaytun yang dilakukan oleh m

asyarakat. Perlakuan anarkhis masyarakat tersebut diduga terjadi akibat banyaknya berita buruk yang muncul atau dimunculkan berkait dengan pondok Pesantren al-Zaytun.

1


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)