ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGUPAHAN PENGGARAPAN SAWAH DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO.

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGUPAHAN
PENGGARAPAN SAWAH DI DESA SUMBERREJO
KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh:
Achmad Nadiful Alim
NIM. C02211003

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalah)
2015

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGUPAHAN
PENGGARAPAN SAWAH DI DESA SUMBERREJO
KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO

SKRIPSI
Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ilmu Syari’ah dan Hukum

Oleh
AchmadNadifulAlim
NIM. C02211003

Universitas Islam Negeri Sunan AmpelFakultas Syari’ah dan
HukumSurabaya
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)
2015

i

iii

iv


ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan menjawab pertanyaan diantaranya adalah:
(1) Bagaimana mekanisme terhadap pengupahan penggarapan
sawah di Desa Sumber rejo Kecamatan Wonoayu Kabupaten
Sidoarjo (2) Bagaimana analisis hokum Islam
terhadap
pengupahan penggarapan sawah di Desa Sumber rejo Kecamatan
Wonoayu Kabupaten Sidoarjo.
Untuk menjawab pertanyaan di atas, maka penulis
menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara
terhadap pihak terkait, kemudian dianalisis menggunakan teknik
verifikatif-induktif. Teknik verikatif yaitu memverifikasi (menguji)
data lapangan tentang pengupahan penggarapan sawah kemudian
ditarik kesimpulan secara umum yang telah dideskripsikan
kesesuaiannya dengan hukum Islam. Teknik induktif, yaitu cara
menyimpulkan yang diperoleh dengan mengemukakan hal-hal
yang bersifat khusus tentang pengupahan penggarapan sawah
kemudian ditarik kesimpulan secara umum.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa, pelaksanaan

kerjasama pengupahan penggarapan sawah yang telah terjadi di
Desa Sumberrejo Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo yang
dimana Bapak Sumarno memberikan modal kepada Bapak Mislan
dan Bapak Rojik sebasar Rp 1.300.000 untuk keperluan
penggarapan sawah dan Bapak Sumarno akan memberikan upah
sesudah panen, kemudian sawah Bapak Sumarno ketika panen
mendapatkan 10 karung kemudian dijual kepada tengkulak Rp
1.900.000 pemilik sawah mendapat Rp 1.000.000 sedangkan upah
penggarap sawah Rp 900.000 kalau dipersentase yaitu 60%:40%
kemudian yang 40 dibagi 2 orang yaitu 50%:50% jadi masingmasing penggarap mendapatkan Rp 450.000.Sejalan dengan
kesimpulan diatas, hukumya menjadi fasid, karena mu’jir
memberikan upah kepada musta’jir sesudah hasil panen dan dalam
prakteknya terdapat syarat yang tidak terpenuhi yaitu mengenai
syarat menjelaskan tentang ketentuan upah yang harus diberikan
kepada pekerja.
Kepada pemilik sawah, apabila dalam melakukan kerjasama
pengupahan penggarapan sawah sebaiknya pemilik sawah agar
memperhatikan
syarat-syarat,
rukun

serta
mengetahui
pelaksanaannya. Agar dalam pelaksanaan kerjasama tersebut tidak
menyimpang dari aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh agama
Islam. Jika mempekerjakan seseorang sebaiknya harus
menjelaskan jumlah upah yang akan di berikan terhadap pekerja
tersebut, supaya tidak ada pihak yang dirugikan dan supaya tidak
ada perselisihan di kemudian hari.

vii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ...................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... iii
PENGESAHAN.................................................................................... …..iv
MOTTO ................................................................................................

v
PERSEMBAHAN ................................................................................. ….vi
ABSTRAK ............................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .............................................................................. viii
DAFTAR ISI ...............................................................................................x
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii
DAFTAR TRANSLITERASI .................................................................... xiii
BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah ..................................................

1

B. IdentifikasiMasalah ........................................................

9


C. RumusanMasalah ........................................................

10

D. KajianPustaka ..............................................................

10

E. TujuanPenelitian ............................................................

14

F. KegunaanHasilPenelitian ...............................................

14

G. DefinisiOperasional ........................................................

15


H. MetodePenelitian ...........................................................

16

I. SistematikaPembahasan ...............................................

19

HUKUM ISLAM TENTANGIJA>RAH DANUJRAH
A. PengertianIja>rah ..........................................................

22

B. DasarHukumIja>rah .......................................................

25

C. RukundanSyaratIja>rah .................................................

29


D. Macam-MacamIja>rah ...................................................

33

E. SifatdanHukumIja>rah ...................................................

33

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

F. BerakhirnyaIja>rah .........................................................

35

G. PengertianUjrah .............................................................

36


H. DasarHukumUjrah .........................................................

37

I. RukundanSyaratUjrah

……………………………………...

39
J. Macam-MacamUjrah………………………………………….
44
BAB III

DESKRIPSI PENGUPAHAN PENGGARAPAN SAWAH DI
DESA
SUMBERREJO
KECAMATAN
WONOAYU
KABUPATEN SIDOARJO

A. DeskripsiTentangLokasiPenelitian .................................

47

1. KeadaanGeografisDesaSumberrejo .........................

47

2. KedaanPendudukdanSosialEkonomiDesaSumberrejo ….
49
3. SaranadanPrasanaDesaSumberrejo ........................

51

4. AasalUsulNamaDesaSumberrejo .............................

54

B. MekanismePengupahanPenggarapanSawah


Di

DesaSumberrejoKecamatanWonoayuKabupatenSidoarjo
C. PermasalahanpembagianUpahPenggarapanSawah

54
Di

DesaSumberrejoKecamatanWonoayuKabupatenSidoarjo 60
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGUPAHAN
PENGGARAPAN SAWAH DI DESA SUMBERREJO
KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO
A. AnalisisTerhadapMekanismePengupahanPenggarapanSawa
h

Di

DesaSumberrejoKecamatanWonoayuKabupatenSidoarjo …
63
B. AnalisisHukum

Islam

TerhadapPengupahanPenggarapanSawah

Di

DesaSumberrejoKecamatanWonoayuKabupatenSidoarjo .66
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................

71

xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

B. Saran ............................................................................

72

DAFTAR PUSTAKA

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

3.1 Luas Wilayah MenurutPemanfaatannya .......................................... 48
3.2 JumlahPendudukDesaSumberrejo .................................................. 49
3.3 ProfesiPendudukDesaSumberrejo ................................................... 50
3.4 Saran Pendidikan Formal DesaSumberrejo ..................................... 52
3.5 Sarana Non Formal DesaSumberrejo .............................................. 52
3.6 SaranaKesehatanDesaSumberrejo ................................................. 53
3.7 SaranaPeribadatanDesaSumberrejo ................................................. 53

xiii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR TRANSLITERASI
Di dalam naskah skripsi ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis
(technical term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin.
Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah
sebagai berikut :
A. Konsonan
No.

Arab

Indonesia

Arab

Indonesia

1

‫ا‬



‫ط‬

t}

2

‫ب‬

B

‫ظ‬

z}

3

‫ت‬

T

‫ع‬



4

‫ث‬

Th

‫غ‬

Gh

5

‫ج‬

J

‫ف‬

F

6

‫ح‬

h{

‫ق‬

Q

7

‫خ‬

Kh

‫ك‬

K

8

‫د‬

D

‫ل‬

L

9

‫ذ‬

Dh

‫م‬

M

10

‫ر‬

R

‫ن‬

N

11

‫ز‬

Z

‫و‬

W

12

‫س‬

S

‫ه‬

H

13

‫ش‬

Sh

‫ء‬



14

‫ص‬

s{

‫ي‬

Y

15

‫ض‬

d{

Sumber: Kate L. Turabin. A Manual of Writers of Term Papers,
Desertations (Chicago and London: The University of Chicago
Press, 1987).
B. Vokal
1. Vokal Tunggal (monoftong)
Tanda dan Huruf
Arab

Nama

Indonesia

xiv

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

‫ــ ـ‬

fath{ah

A

‫ـــ‬

kasrah

I

‫ــ ـ‬

d{ammah

U

Catatan: Khusus untuk hamzah, penggunaan apostrof hanya
berlaku jika hamzah berh{arakat sukun atau didahului oleh huruf
yang berh{arakat sukun. Contoh iqtid{a>’(‫ﺎء‬

‫)اﻗﺘ‬

2. Vokal Rangkap (diftong)
Tanda dan

Nama

Indonesia

Ket.

‫ـَْـﻰ‬

fath{ah dan ya’

Ay

a dan y

َ‫ْــﻮ‬

fath{ah dan

Aw

a dan w

Huruf Arab

wawu
Contoh : bayna (‫)ﺑﲔ‬
: mawd{u>‘ (‫ﻮع‬

‫)ﻮ‬

3. Vocal Panjang (mad)
Tanda dan

Nama

Indonesia

Keterangan

fath{ah dan alif

a>

a dan garis di

Huruf Arab
‫ــ َ ﺎ‬

atas
ِ‫ــ‬

kasrah{ dan ya’

i>

i dan garis di atas

‫ـ ُﻮ‬

d{ammah dan

u>

u dan garis di

wawu
Contoh

: al-jama>‘ah (‫ﺔ‬

atas

‫)اﳉ ﺎ‬

: takhyi>r (‫)ﲣﲑ‬
: yadu>ru (‫) ﺪور‬
C. Ta>’ Marbu>t}ah
xv

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Transliterasi untuk ta>’ marbu>t{ah ada dua:
1. Jika hidup (menjadi mud{a>f) transliterasinya adalah t.
2. Jika mati atau sukun, transliterasinya adalah h.
Contoh : shari> ‘at al-isla>m (‫م‬

‫)ﺷﺮ ﺔا ﺳ‬

: shari> ‘ah isla>mi>yah (‫ﺔ‬

‫)ﺷﺮ ﺔاﺳ‬

D. Penulisan Huruf Kapital
Penulisan huruf besar dan kecil pada kata, phrase (ungkapan) atau
kalimat yang ditulis dengan transliterasi Arab-Indonesia mengikuti
ketentuan penulisan yang berlaku dalam tulisan. Huruf awal (initial
latter) untuk nama diri, tempat, judul buku, lembaga dan yang lain
ditulis dengan huruf besar.

xvi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Akad mempunyai arti penting dalam kehidupan masyarakat. Akad
memfasilitasi setiap orang dalam memenuhi kebutuhan dan kepentinggannya
yang tidak dapat dipenuhinya sendiri tanpa bantuan dan jasa orang lain.
Karenanya dapat dibenarkan bila dikatakan bahwa akad merupakan sarana
sosial yang ditemukan oleh peradapan umat manusia untuk mendukung
kehidupannya sebagai makhluk sosial.
Kata akad berasal dari kata al-‘aqd, yang berarti mengikat, menyambung
atau menghubungkan (al-rabt}). Akad merupakan keterkaitan atau pertemuan
ijab dan qabul yang berakibat timbulnya akibat hukum. Ijab adalah
penawaran yang diajukan oleh salah satu pihak, dan qabul adalah jawaban
persetujuan yang diberikan mitra akad sebagai tanggapan terhadap
penawaran pihak yang pertama. Akad tidak terjadi apabila pernyataan
kehendak masing-masing pihak tidak terkait satu sama lain karena akad
adalah keterkaitan kehendak kedua pihak yang tercermin dalam ijab dan
qabul.1

1

Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 68-69.

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Akad juga membahas tentang ija>rah. Karena akad berperan penting
dalam ija>rah, dengan adanya akad tersebut maka pihak pemilik sawah

(mu’jir) dan penggarap sawah (musta’jir) bisa memiliki perjanjian yang
harus disepakati antara kedua pihak tersebut. Transaksi ija>rah dilandasi
dengan adanya perpindahan manfaat (hak guna) bukan perpindahan
kepemilikan (hak milik). Jadi pada dasarnya prinsip ija>rah sama saja dengan
perinsip jual beli, tetapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila
pada jual beli objek transaksinya barang. Pada ija>rah objek transaksinya
adalah barang maupun jasa. Pada dasarnya, ija>rah didefinisikan sebagai hak
untuk memanfaatkan barang atau jasa dengan membayar imbalan tertentu.2
Sedangkan

menurut

hukum

Islam,

ija>rah artinya mempersewakan.

Sedangkan menurut istilah, ija>rah adalah akad atas manfaat barang atau jasa
yang dilakukan oleh pihak pemilik barang atau jasa dengan pihak menyewa
menurut syarat-syarat yang dibenarkan oleh syara’.3 Dari pengertian
tersebut, maka akad ija>rah dapat diartikan dengan sewa-menyewa barang
atau jasa yang dapat diambil manfaatnya.
Akad ija>rah mempunyai sifat yang mengikat, seperti yang dijelaskan
oleh Ulama Mazhab Hanafi bahwa akad ija>rah itu bersifat mengikat, tetapi
bisa dibatalkan secara sepihak apabila terdapat uzur dari salah satu pihak
2

Karim Adiwarman, Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persad, 2006), 137138.
3
Wawan Muhwan Hariri, Hukum Perikatan Dilengkapi Hukum Perikatan dalam Islam (Bandung:
Pustaka Setia, 2011), 250.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

yang berakad, seperti salah satu pihak wafat atau kehilangan kecakapan
bertindak hukum dan manfaat akad ija>rah tidak dapat diwariskan.4
Jadi meskipun akad ija>rah itu sifatnya mengikat, tetapi bisa dibatalkan
secara sepihak dan pihak yang membatalkan terdapat uzur yang bisa
membatalkan akad ija>rah tersebut, karena manfaat akad ija>rah tidak dapat
diwariskan.
Dasar-dasar hukum atau rujukan ija>rah adalahal- Quran, al-Sunnah dan
al-Ijma’.
Dasar hukum ija>rah dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 233 adalah:
             
       
jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan.5
Jadi menurut ayat di atas, diperbolehkannya kita menyewa jasa orang
lain yang kita tidak miliki (tidak mampu kita lakukan), dengan catatan kita
harus menunaikan upahnya secara patut.

Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2006), 662.
Departemen Agama RI, al-Qur’an Terjemah 20 Baris (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2007), 37.

4
5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Dasar hukum ija>rah dari al-Hadis diriwayatkan Ibnu Majah, Rasulullah
saw. bersabda:

ِ
ْ ‫َو َسلَ َم "أ ُْعطُْوااأَجْي َر أ‬
ُ‫َجَر‬

ِ ‫ال رسو ُل اهِ صلَى اه علَي‬
َ َ‫َو َع ْن اِبْ ِن عُ َمَر َر ِض َى ا هُ َعْ ُه َما ق‬
َْ ُ َ
ْ ُ َ َ َ‫ ق‬: ‫ال‬
) ‫ف َعَرقُ ُ" (روا ا بن ماج‬
َ ََِ ‫قَ ْب َل اَ ْن‬

Ibnu Umar RA menceritakan, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Berikanlah upah sebelum kering keringatnya.6
Jadi menurut hadis di atas, keharusan untuk melakukan pembayaran
uang sesuai dengan kesepakatan atau batas waktu yang telah ditentukan,
setidaknya kita tidak menunda-nunda pemberian upah dari waktu yang telah
disepakati.
Landasan ijma’nya ialah semua umat bersepakat, tidak ada seorang
ulama pun yang membantah kesepakatan (ijma’) ini, sekalipun beberapa
orang diantara mereka yang berbeda pendapat, tetapi hal itu tidak dianggap.7
Syarat-syarat sewa-menyewa (ija>rah) adalah sebagai berikut:
1.

Manfaat yang menjadi obyek ija>rah harus diketahui secara sempurna,
sehingga tidak muncul perselisihan di kemudian hari. Apabila manfaat
yang akan menjadi obyek ija>rah itu tidak jelas, maka akadnya tidak sah.
Kejelasan manfaat itu dapat dilakukan dengan menjelaskan jenis
manfaatnya, dan penjelasan berapa lama manfaat ditangan penyewa.

Ibn Hajar Al-Asqalani, Bulu>ghul Mara>m (Jakarta: Da>r Kutu>b Al-Islamiyah, 2002), 169.
Suhendi Hendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persad, 2005), 116-117.

6
7

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

2.

Upah dalam akad ija>rah harus diketaui jumlahnya oleh kedua belah
pihak dan sesuatu yang bernilai harta. Oleh sebab itu, para ulama
sepakat menyatakan bahwa khamr dan babi tidak boleh menjadi upah
dalam akad ija>rah, karena kedua benda itu tidak bernilai dalam Islam.8

3.

Objek ija>rah itu sesuatu yang dihalalkan oleh syara’. Oleh sebab itu para
ulama fiqh sepakat mengatakan tidak boleh menyewa seseorang untuk
menyantet orang lain, menyewa seorang untuk membunuh orang lain,
demikian juga tidak boleh menyewakan rumah untuk dijadikan tempattempat maksiat.9
Jika ija>rah itu suatu pekerjaan, maka kewajiban pembayaran upahnya

adalah pada waktu berakhirnya pekerjaan. Bila tidak ada pekerjaan lain, jika
akad sudah berlangsung dan tidak disyaratkan mengenai pembayaran serta
tidak ada ketentuan penangguhannya, maka menurut Abu Hanifah, wajib
diserahkan

upahnya

secara

berangsur-angsur

sesuai

manfaat

yang

diterimanya. Sedangkan menurut Imam Syafi’i dan Ahmad, sesungguhnya ia
berhak dengan akad itu sendiri, jika mu’jir menyerahkan benda yang disewa
kepada musta’jir, ia berhak menerima bayarannya, karena penyewa

(musta’jir) sudah menerima kegunaan. Hak menerima upah bagi musta’jir
adalah sebagai berikut:

8
9

Haroen Nasrun, Fiqh Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), 232-235.
Abdul Rahman Gazaly, et al, Fiqih Muamalat (Jakarta: Kencana, 2010), 279.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

1.

Ketika pekerjaan selesai dikerjakan, beralasan kepada hadis yang
diriwayatkan Ibnu Majah, Rasulullah saw. bersabda:

ِ
‫صلَى اهُ َعلَْي ِ َو َسلَ َم "أُ ْعطُْوااأَ ِجْي َر‬
َ َ‫ ق‬: ‫ال‬
َ َ‫َو َع ْن اِبْ ِن عُ َمَر َر ِض َى ا هُ َعْ ُه َما ق‬
َ ‫ال َر ُس ْو ُل اه‬
) ‫ف َعَرقُ ُ" (روا ا بن ماج‬
َ ََِ ‫أَ ْجَرُ قَ ْب َل اَ ْن‬
Ibnu Umar RA menceritakan, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Berikanlah upah sebelum kering keringatnya.10
2.

Jika menyewa barang, uang sewaan dibayar ketika akad sewa, kecuali
bila dalam akad ditentukan lain, manfaat barang yang di-ija>rah-kan
mengalir selama penyewaan berlangsung.11
Jika dalam akad tidak terdapat kesepakatan mempercepat atau

menangguhkan, sekiranya upah itu dikaitkan dengan waktu tertentu, maka
wajib dipenuhi sesudah berakhirnya masa tersebut. Misalnya orang yang
menyewa suatu rumah untuk selama satu bulan, kemudian masa satu bulan
telah berlalu, maka ia wajib membayar sewaan. Jika akad ija>rah untuk suatu
pekerjaan, maka kewajiban pembayaran upahnya pada waktu berakhirnya
pekerjaan. Kemudian, jika akad sudah berlangsung dan tidak disyaratkan
mengenai penerimaan bayaran dan tidak ada ketentuan menangguhkannya.12
Apabila kita menyewa jasa atau benda kepada orang lain, harus ada
kesepakatan tentang ketentuan upah dari menyewa jasa atau benda tersebut,
karena upah merupakan hal yang sering menimbulkan perselisihan antara
Ibn Hajar Al-Asqalani, Bulu>ghul Mara>m...,169.
Sohari Sahrani dan Ru’fah Abdullah, Fikih Muamalah (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), 172.
12
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah13, terj Kamaluddin A. Marzuki (Bandung: PT Alma’arif, 1987), 20.
10

11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

orang yang menyuruh bekerja dengan orang pekerja. Dan apabila dia sudah
melakukan pekerjaannya maka kewajiban pembayaran upahnya pada waktu
berakhirnya pekerjaan, Karena pada dasarnya setiap transaksi kerja akan
menimbulkan kompensasi. Dan kompensasi dalam transaksi uang dengan
tenaga kerja manusia disebut dengan upah.
Penduduk Desa Sumberrejo Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo
mayoritas penduduknya sebagai petani dan bekerja di sawah. Karena lahan
pertanian di Desa Sumberrejo masih banyak dan sebagian masyarakat disana
kehidupannya bergantung pada pertanian, maka sebagian masyarakat disana
ada yang memiliki sawah dan ada yang bekerja sebagai penggarap sawah.
Tetapi yang bekerja sebagai penggarap sawah bekerja pada saat musim padi,
karena pada saat musim padi para pemilik sawah tidak mampu mengerjakan
sendiri, maka dia membutuhkan orang yang akan bekerja sebagai penggarap
sawah untuk menggarap sawah tesebut. Upah untuk penggarapan sawah
sebagai penanaman bibit padi itu diperoleh Rp 40.000 tapi sifatnya borongan
dan apabila padi sudah berumur 40 hari maka pemilik sawah menyewa jasa
penggarap sawah untuk membersikan rumput dengan upah yang disepakati
RP 35.000 tetapi sifatnya harian, selain mendapatkan upah para penggarap
sawah juga mendapat makan pagi dan minum dan penggarap sawah mulai
bekerja dari jam 07:00 sampai dengan jam 11:00.
Ada salah satu warga yang mempunyai tanah (mu’jir) yang lumayan luas

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

dan mu’jir ingin memanfaatkan tanah itu untuk dijadikan sawah yang akan
ditanami padi, tetapi mu’jir tidak faham tentang pertanian, kemudian
pemilik tanah (mu’jir) menyuruh orang untuk menggelola tanah itu untuk
menggarap sawah yang akan ditanami padi dengan kesepakatan modal
pertanian yang berupa bibit dan pupuk dari mu’jir. Kemudian penggarap
sawah (musta’jir) setuju untuk menggarap sawahnya mu’jir, dengan
kesepakan pembayaran upahnya akan diberi ketika mu’jir mendapatkan
untung dari hasil panen.
Kasus yang terdapat di Dusun Sumberrejo Kecamatan Wonoayu
Kabupaten Sidoarjo yaitu, mu’jir mendapat keuntungan dari hasil panen
sebesar Rp 1.900.000 kemudian untuk gaji 2 orang penggarap sawah sebesar
Rp 900.000 jadi setiap penggarap mendapat Rp 450.000 sedangkan mu’jir
mendapatkan sebesar Rp 1.000.000 maka dari hasil upah yang didapatkan
oleh penggarap tidak sesuai dengan pekerjaan penggarapan sawah selama 3
bulan.
Dari paparan di atas mengenai sistem pengupahan untuk penggarapan
sawah yang tidak sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan oleh penggarap,
maka

penulis

ingin

mendeskripsikan

masalah

tentang

pengupahan

penggarapan sawah yang bergantung pada kembalinya modal pemilik sawah,
dan menurut penulis belum diketahui hukumnya. Maka dari itu penulis
mempunyai keinginan untuk meneliti permasalahan tersebut melalui skripsi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

yang berjudul ‚Analisis Hukum Islam terhadap pengupahan penggarapan
sawah di Desa Sumberrejo Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo‛.

B.

Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka timbullah beberapa persoalan yang
harus diketahui oleh penulis untuk dijadikan acuan penelitian:
1.

Mekanisme pengupahan penggarapan sawah di Desa Sumberrejo
Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo.

2.

Besaran upah yang belum ditentukan

3.

Ketentuan pengupahan yang disepakati dalam penggarapan sawah di
Desa Sumberrejo Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo

4.

Analisis hukum Islam terhadap pengupahan penggarapan sawah di Desa
Sumberrejo Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo.
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, terdapat berbagai macam

permasalahan yang harus dipaparkan jawabannya, agar fokus pada penelitian
yang akan diteliti oleh penulis, maka penulis perlu memberikan batasan dari
masalah-masalah tersebut, sebagai berikut:
1.

Mekanisme

terhadap

pengupahan

penggarapan

sawah

di

Desa

Sumberrejo Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo.
2.

Analisis hukum Islam terhadap pengupahan penggarapan sawah di Desa
Sumberrejo Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

C.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dimuat dalam latar belakang di atas, maka
dapat dirumuskan beberapa permasalahan, sebagai berikut:
1.

Bagaimana mekanisme terhadap pengupahan penggarapan sawah di
Desa Sumberrejo Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo?

2.

Bagaimana analisis hukum Islam terhadap pengupahan penggarapan
sawah di Desa Sumberrejo Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo?

D.

Kajian Pustaka
Agar penelitian lebih komprehensif, maka penyusun melakukan tinjauan
terlebuh dahulu terhadap pustaka-pustaka maupun karya-karya ilmiah yang
terdapat relevansinya dengan permasalahan yang akan penyusun teliti.
Banyak kajian tentang masalahpengupahanpada penggarapan sawah
yang dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu hanya saja sudut pandang
dan pendekatan yang diambil berbeda, sehingga menyebabkan hasil yang
diperoleh juga berbeda.
Penelitian tentang permasalah pengupahan tersebut antara lain:
1.

Siti Muassomah Jurusan Muamalah Fakultas Syariah IAIN Sunan
Ampel Surabaya pada tahun 2010, dengan judul skripsi ‚Persepsi Kyai
Di Desa Mojoranu Terhadap Praktek Sewa Tanah Ladang Dengan
Pembayaran Hasil Panen Dalam Prespektif Konsep Ija>rah‛. Skripsi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

tersebut membahas tentang sewa tanah ladang dengan menggunakan
pembayaran hasil panen yang sudah menjadi adat dan kebiasaan di desa
tersebut dan sudah adanya kesepakatan antara kedua belah pihak serta
kerelaan dan kepercayaan antara keduanya dan mereka memakai prinsip

al-‘a>dda>h muhakkamah. Dan penulis menyimpulkan bahwasanya sewa
tanah ladang dengan pembayaran hasil panen batal hukumnya karena
mengandung kemadlaratan dan yang dijadikan pembayaran tidak
disesuai dengan hukum Islam (hasil panen) akan tetapi karena ini sudah
menjadi adat dan kebiasaan di Desa Mojoranu maka paratokoh agama di
desa tersebut menyarankan agar mengganti akad sewa menjadi

muza>ra’ah atau bagi hasil.13
2.

Yushiba Selvina Jurusan Muamalah Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel
Surabaya pada tahun 2010, dengan judul skripsi‚Analisis Al-Ujrah
Terhadap Pengupahan Buruh Tani Dengan Sitem Tukar Jasa (Liron

Geger) di Desa Dalegan Panceng Gersik’’. Skripsi tersebut membahas
tentang pengupahan buruh tani yang upahnya tidak berupa uang,
melainkan berupa tukar jasa (Liron Geger) pekerjaan, yaitu dengan cara
gilir kerja yang dilakukan secara kelompok yang terdiri dari 4-5 orang
yang sama-sama mempunya sawa yang sudah menjadi kesepakatan

Siti Muassomah, ‚Persepsi Kyai Di Desa Mojoranu Terhadap Praktek Sewah Tanah Ladang Dengan
Pembayaran Hasil Panen Dalam Prespektif Konsep Ija>rah‛ (Skripsi--IAIN Sunan Ampel: Surabaya,
2010), 15.
13

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

diawal. Dan penulis menyimpulkan bahwasanya hukumnya sah dan
tidak bertentangan dengan hukum Islam. Karena sudah sepadan dan
sesuai dengan syarat yang disebutkan dalam akad perjanjian, selain itu
atas dasar kerelaan. Hal tersebut dilakukan karena saling membutuhkan,
meringankan dan tolong menolong.14
3.

Wiwin Norma Yunita Jurusan Muamalah Fakultas Syariah IAIN Sunan
Ampel Surabaya pada tahun 2011, dengan judul skripsi ‚Tinjauan
Hukum Islam Terhadap Pemberian Upah Penjemuran Padi (Setudi Kasus
UD Sumber Makmur Desa Radusongo Kecamatan Gerih Kabupaten
Ngawi)‛.

Skripsi

tersebut

membahas

tentang

pemberian

upah

penjemuran padi,yang akan diberikan apabila dapat mengeringkan
sebanyak

1

ton

dan

pekerjaan

tersebut

bergantung

cuaca.

Apabilapenjemuran padi tersebut tidak kering makatidak diberikan upah
dan jika penjemuran padi tersebut kering maka akan diberi
upah.Sehingga penulis menyimpulkan bahwasanya hukum Islam
menyikapi pemberian upah dalam penjemuran padi yang berdasarkan
pada keadaan cuaca yang diperbolehkan, karena para penjemur padi
masih diberikan hak untuk menerima upah dari hasil penjualan bekatul
dan selama itu tidak bermaksud untuk merugikan kedua belah pihak.15
14

Yushiba Selvina, ‚Analisis Al-Ujrah Terhadap Pengupahan Buruh Tani Dengan Sitem Tukar Jasa

(Liron Geger) di Desa Dalegan Panceng Gersik‛, (Skripsi--IAIN Sunan Ampel: Surabaya,2010), 11.
15

Wiwin Norma Yunita, ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemberian Upah Penjemuran Padi (Setudi
Kasus UD Sumber Makmur Desa Radusongo Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi)‛ (Skripsi--IAIN

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

4.

Siti Lisah Jurusan Ahwalus Syakhsiyah Fakultas Syariah IAIN Sunan
Ampel Surabaya pada tahun 2012, dengan judul skripsi ‚Analisis Al‘Urf Terhadap Pandangan Tokoh Agama Tentang Sistem Pengupahan
BuruhTani di Desa Penyaksagan Kecamatan Klampis Kabupaten
Bangkalan‛. Skripsi ini membahas tentang pengupahan buruh tani dan
pemilik sawah yang tidak ada kesepakatan terlebih dahulu mengenai
bentuk upahnya, dalam pembayaran upahnya diberikan setelah bekerja
setiap harinya dan upah yang diberikan kepada buruh tani berupa hasil
panen. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa pandangan tokoh agama
yang membolehkan mengenai sistem pengupahan buruh tani jika
dianalisis dengan ‘urf maka termasuk al-‘urf al-fasi@d karena berlainan
dengan nas.16
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh penulis di atas,

tentunya berbeda dengan apa yang akan penulis susun. Dalam penelitian ini
penulis akan membahas tentang upah yang tidak sebanding dengan tenaga
yang dikeluarkan oleh penggarapan sawah di Desa Sumberrejo Kecamatan
Wonoayu Kabupaten Sidoarjo yang tersusun dalam sebuah skripsi yang
berjudul : ‚Analisis Hukum Islam Terhadap Pengupahan Penggarapan sawah
di Desa Sumberrejo Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo ‛.
Sunan Ampel: Surabaya, 2011), 17.
16
Siti Lisah, ‚Analisis Al-‘Urf Terhadap Pandangan Tokoh Agama Tentang Sistem Pengupahan
Buruhtani di Desa Penyaksagan Kecamatan Klampis Kabupaten Bangkalan‛ (Skripsi--IAIN Sunan
Ampel: Surabaya, 2012), 13.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

E.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka dapat ditetapkan
tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1.

Mengetahui tentang mekanisme terhadap pengupahan pengarapan sawah
di Desa Sumberrejo Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo .

2.

Mengetahui tentang analisis hukum Islam terhadap pengupahan
pengarapan sawah di Desa Sumberrejo Kecamatan Wonoayu Kabupaten
Sidoarjo.

F.

Kegunaan Hasil Penelitian
Adapun kegunaan hasil penelitian tersebut, yaitu sebagai berikut:
1.

Manfaat Secara Teoritis
a.

Hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya referensi dan

literature/kepustakaan terkait dengan kajian mengenai mekanisme
terhadap pengupahan pengarapan sawah di Desa Sumberrejo
Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo.
b.

Dari hasil penelitian ini diharapkan bisa untuk menambah wawasan
dan ilmu pengetahuan bagi penulis dan bagi pembaca pada
umumnya dan juga dapat memberikan manfaat bagi pembangunan
ilmu pengetahuan dibidang muamalat.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

2.

Manfaat Secara Praktis
Hasil penelitin ini diharapkan berguna sebagai acuan yang dapat
memberikan rujukan mengenai pengupahan dalam penggarapan sawah
agar bisa menyelesaikan masalah-masalah yang terkait dengan bidang
muamalah.

G.

Definisi Operasional
Untuk memeperoleh suatu penjelasan mengenai judul yang penulis
susun, yaitu tentang pengupahan pengarapan sawah di Desa Sumberrejo
Kecamatan

Wonoayu

Kabupaten

Sidoarjo,

maka

penyusun

perlu

mendefisikan secara jelas maksud dari judul tersebut:
Hukum Islam

: Ketentuan-ketentuan

hukum muamalah

yang bersumber dari al-Qur’an, Hadits dan
beberapa pendapat Ulama’Fikih.17
Pengupahan penggarapan sawah : Pemberian imbalan kepada seseorang atas
suatu

jasa

atau

pekerjaan

di

Desa

Sumberrejo.

17

Sudarsono, Kamus Hukum Islam (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 12.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

H.

Metode Penelitian
Mengenai metode penelitian dalam hal ini, maka penulis menggunakan
beberapa metode di bawah ini, sebagai berikut:
1. Data Yang Dikumpulkan
Data yang harus dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan yang
tercantum dalam rumusan masalah adalah data tentang penerapan
pengupahan penggarapan sawah di Desa Sumberrejo Kecamatan
Wonoayu Kabupaten Sidoarjo dan data tentang hukum Islam mengenai
pengupahan penggarapan sawah di Desa Sumberrejo Kecamatan
Wonoayu Kabupaten Sidoarjo.
2. Sumber Data
Untuk mendapatkan data-data tersebut, penulis akan menggunakan
sumber data sebagai berikut:
a. Sumber data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
langsung dari sumber pertama yang ada di lapangan melalui
penelitian.18 Untuk memperoleh data tersebut maka peneliti akan
melakukan pengamatan dan wawancara, adapun sumber data yang
akan diperoleh peneliti dalam penelitian ini adalah data atau
informasi dari:

18

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2008), 12.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

1.

Pemilik sawah

: Bapak Sumarno

2.

Penggarap sawah : Bapak Mislan dan Bapak Rojik

b. Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
oleh peneliti yang berasal dari bahan pustakaan.19 Dan merupakan
data yang brsifat membantu dalam melengkapi serta memperkuat dari
data primer tersebut, yaitu berupa buku daftar pustaka. Diantaranya
sebagai berikui:
1) Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam.
2) Abul Azis Muhammad Azzam, Fiqih Muamalat Sitem Transaksi

Dalam Islam.
3) Departemen Agama RI, al-Qur’an dan terjemahanya.
4) Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah.
5) Bambang Subandi, et al, Studi Hukum Islam
6) Sohari Sahrani dan Ru’fah Abdullah, Fikih Muamalah,
7) Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah
8) Wahbah Zuhayli>, al-Fiqh al-Isla>mi> wa adillatuhu
9) Rahmat Syafei, Fiqih Muamalah
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memeperoleh data yang diperlukan dalam penelitiian ini,
penulis menggunakan teknik sebagai berikut:

19

Masruhan, Metode Penelitian Hukum (Surabaya: Hilal,2012), 88.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

a. Wawancara atau dalam istilah lain disebut interview,20 yaitu suatu
cara mengumpulkan data untuk memperoleh informasi langsung dari
sumbernya21, yaitu dengan cara melakukan tanya jawab dengan
pihak-pihak tertentu yang bersangkutan dengan penelitian, khususnya
wawancara dengan pemilik sawah dan penggarap sawah.
b. Dokumentasi ialah setiap bahan tertulis. Pembahasan ini diarahkan
pada dokumen dalam arti jika peneliti menemukan record, tentu saja
perlu dimanfaatkan. Dokumen biasanya dibagi atas dokumen pribadi
dan dokumen resmi. Dokumen sudah lama digunakan dalam
penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen
sebagai sumber data yang dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan,
bahkan meramalkan.22 Dalam dokumen tasi tersebut berupa
kuwitansi.
4. Teknik Pengolahan Data
Setelah data-data dari lapangan telah terkumpul, maka peneliti
menggunakan teknik pengolahan data dengan tahapan sebagai berikut:
a.

Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang data yang
telah dikumpulkan.23

20

Alex MA, Kamus Ilmiah Populer Kontemporer (Surabaya: Karya Harapan, 2005), 664.
Hermawan Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1995),
71.
22
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), 216217.
23
Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum..., 253.

21

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

b.

Coding (pengkodean) yaitu data dirinci, dikonsep dan diletakkan
kembali bersama-sama dalam cara baru. Ini merupakan proses
sentral di mana teori-teori dibentuk dari data.24

c.

Organizing, yaitu menyusun kembali data yang diperoleh dalam
penelitian yang diperlukan dalam karangan paparan yang telah
direncanakan sebelumnya untuk memperoleh buktu-bukti dan
gambaran secara jelas.25

5. Teknik Analisis Data
a.

Teknik verifikatif yaitu memverifikasi (menguji) data lapangan
tentang pengupahan penggarapan sawah kemudian ditarik
kesimpulan secara umum yang telah dideskripsikan kesesuainnya
dengan hukum Islam.

b.

Teknik induktif, yaitu cara menyimpulkan yang diperoleh dengan
mengemukakan hal-hal yang bersifat khusus tentang pengupahan
penggarapan sawah kemudian ditarik kesimpulan secara umum.

I.

Sistematika Pembahasan
Guna untuk mempermudah pemahaman dalam karya tulis ilmiah ini,
maka penulis membuat susunan pembahasan menjadi lima bab yang teratur

24

Ibid. 255.
Arif Rohman,‛ Poduksi Dan Jual Beli Kopi Cacing Di Kelurahan Tumenggungan Kabupaten
Lamongan Dalam Prespektif Imam Maliki Dan Ibnu Hazm‛ (Skripsi--IAIN Sunan Ampel:
Surabaya,2013), 11.

25

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

sedemikian rupa, sehingga antara bab yang pertama dengan bab yang lainnya
yaitu bab dua, tiga, empat dan lima saling berkaitan dan berkesinambungan.
Dari beberapa bab tersebut dibagi lagi dalam sub-bab dengan perincian
sebagai berikut:
Bab pertama, merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang, latar
belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah,
kajian pustaka, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kegunaan hasil
penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika
pembahasan.
Bab kedua memuat landasan teori yang digunakan sebagai pisau analisis
terhadap hasil penelitian. Bab ini membahas tentang: pengertian dan dasar
hukum akad ija>rah, rukun dan syarat akad ija>rah, macam-macam akad ija>rah,
sifat dan hukum akad ija>rah, berakhirnya akad ija>rah, pengertian upah, dasar
hukum upah, rukun dan syarat upah, serta jenis-jenis upah.
Bab ketiga, pada bab ini diterangkan tentang hasil penelitian, yaitu:
gambaran umum Desa Sumberrejo kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo,
dan prakatik pengupahan penggarapan sawah di DesaSumberrejo kecamatan
Wonoayu Kabupaten Sidoarjo.
Bab keempat merupakan Analisis hukum Islam terhadap praktik
pengupahan penggarapan sawah di Desa Sumberrejo kecamatan Wonoayu
Kabupaten Sidoarjo yang meliputi: bagaimana pengupahan penggarapan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

sawah dan bagaimana analisis hukum Islam terhadap pengupahan
penggarapan sawah di Desa Sumberrejo Kecamatan Wonoayu Kabupaten
Sidoarjo.
Bab kelima, penutup. Bagian ini berisikan kesimpulan sebagai jawaban
dari permasalahan dan saran yang digunakan untuk acuan pada penelitian
selanjutnya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
HUKUM ISLAM TENTANG IJA>RAH DAN UJROH
A.

Pengertian Ija>rah

Ija>rah adalah transaksi sewa-menyewa atas suatu barang dan upahmengupah atas suatu jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa
atau imbalan jasa.1Menurut Dimyauddin Djuwaini, akad ija>rah identik
dengan akad jual beli, namun demikian, dalam ija>rah kepemilikan barang
dibatasi dengan waktu. Secara harfiah, al ija>rah bermakna jual beli manfaat
yang juga merupakan makna istilah syar’i. Al-ija>rah bisa diartikan sebagai
akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa dalam batasan waktu
tertentu, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang.2Sedangkan menurut hukum Islam, ija>rah artinya
mempersewakan. Sedangkan menurut istilah, ija>rah adalah akad atas
manfaat barang atau jasa yang dilakukan oleh pihak pemilik barang atau jasa
dengan pihak menyewa menurut syarat-syarat yang dibenarkan oleh syara’.3
Adapun secara terminologi, para ulama fiqh berbeda pendapatnya.
Antara lain:

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2012), 247.
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 153.
3
Wawan Muhwan Hariri, Hukum Perikatan Dilengkapi Hukum Perikatan dalam Islam (Bandung:
Pustaka Setia, 2011), 250.
1

2

22
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

1. Menurut Sayyid Sabiq, al-ija>rah adalah suatu jenis akad atau transaksi
untuk mengambil manfaat dengan jalan memberi penggantian.
2. Menurut Ulama Syafi’iyah, al-ija>rah adalah suatu jenis akad atau
transaksi terhadap suatu manfaat yang dituju, tertentu, bersifat mubah
dan boleh dimanfaatkan, dengan cara imbalan tertentu.
3. Menurut Amir Syarifuddin, al-ija>rah secara sederhana dapat diartikan
dengan akad atau transaksi manfaat atau jasa dengan imbalan tertentu.
Bila yang menjadi objek transaksi adalah manfaat atau jasa dari suatu
benda disebut Ija>rah al’Ain, seperti sewa menyewa rumah untuk
ditempati. Bila yang menjadi objek transaksi manfaat atau jasa dari
tenaga seseorang disebut Ija>rah al-Dzimah atau upah mengupah, seperti
upah mengetik skripsi. Sekalipun objeknya berbeda keduanya dalam
konteks fiqh disebut al-ija>rah.4
4. Menurut Ulama Hanafiayah, al-ija>rah adalah akad atas suatu
kemanfaatan dengan memberikan suatu imbalan.
5. Menurut Ulama Malikiyah dan Hanabilah, al-ija>rah adalah pemilik suatu
kemanfaatan yang mubah dalam waktu tertentu dengan memberikan
suatu imbalan.5
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka akad al-ija>rah tidak boleh
dibatasi oleh syarat. Akad al-ija>rah juga tidak berlaku pada pepohonan untuk
4
5

Abdul Rahman Ghazali, et al, Fiqh Muamalat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), 277.
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah (Bandung: CV Putaka Setia, 2001), 122.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

diambil buahnya, karena buah itu sendiri adalah materi, sedangkan akad al-

ija>rah itu haya ditujukan kepada manfaat. Demikian juga halnya dengan
kambing, tidak boleh dijadikan sebagai obyek al-ija>rah untuk diambil susu
atau bulunya, karena susu dan bulu kambing termasuk materi. Jumhur ulama
fiqh juga tidak membolehkan air mani hewan ternak pejantan, seperti unta,
sapi, kuda, dan kerbau, karena yang dimaksudkan dengan hal itu adalah
mendapatkan keturunan hewan, dan mani itu sendiri merupakan materi.
Demikian juga para ulama fiqh tidak membolehkan al-ija>rah terhadap
nilai tukar uang, seperti dirham dan dinar, karena menyewakan hal itu berarti
berarti menghabiskan materinya; sedangkan dalam al-ija>rah yang dituju
hanyalah manfaat dari suatu benda.6
Bila dilihat uraian di atas, mustahil manusia bisa hidup berkecukupan
tanpa hidup ber-ija>rah dengan manusia lain. Karena itu, boleh dikatakan
bahwa pada dasarnya ija>rah itu adalah salah satu bentuk aktivitas antara dua
pihak yang berakad guna meringankan salah satu pihak atau saling
meringankan, serta termasuk salah satu bentuk tolong-menolong yang
diajarkan agama. Ija>rah merupakan salah satu jalan untuk mengetahui hajat
manusia. Oleh sebab itu, para ulama menilai bahwa ija>rah ini merupakan
suatu hal yang boleh dan bahkan kadang-kadang perlu dilakukan.Walaupun
ada pendapat yang melarang ija>rah, tetapi oleh jumhur ulama pandangan

6

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), 229.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

yang ganjil itu dipandang tidak ada.7

B.

Dasar Hukum Ija>rah

Al-ija>rah merupakan akad yang diperbolehkan, hal ini berlandaskan atas
dalil-dalil yang terdapat dalam al-Qur’an, Hadits ataupun ijma ulama.namun
demikian terdapat ulama yang tidak membolehkannya, di antaranya Abu
Bakar al-Ashamm, Ismail bin ‘Aliyah, Hasan Basri dan lainnya. Dengan
alasan , jika kita gunakan qiyas, akad al-ija>rah identik dengan bai’ al ma’dum
yang dilarang, manfaat sebagai objek tidak bisa dihadirkan ketika akad.
Akan tetapi, pendapat ini disanggah Ibnu Rusyid dengan mengatakan bahwa
walaupun manfaat tidak bisa dihadirkan ketika akad, namun bisa dipenuhi
ketika akad telah berjalan.8
Adapun dasar-dasar hukum atau rujukan yang memperbolehkan dengan
adanya praktik akad ija>rah adalah al- Quran, al-Sunnah dan al-Ijma’.
Dasar hukum ija>rah dalam al-Quran:
1.

Surat al-Zukhruf ayat 32
             
            

7
8

Karim Helmi, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), 30.
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah…,153-154.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

 
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah
menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan
dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas
sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat
mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih
baik dari apa yang mereka kumpulkan.9
Jadi Maksud dari arti agar sebagian mereka dapat mempergunakan
sebagian yang lain, bila dikaitkan dengan akad ija>rah yaitu manusia itu
tidak bisah hidup sendiri tanpa bantuan orang lain dalam hal pekerjaan
taupun yang lain.
2.

Surat al- Baqarah ayat 233
              
        
jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada
dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang
patut.bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah
Maha melihat apa yang kamu kerjakan.10

Jadi menurut ayat di atas, di perbolehkannya kita menyewa jasa
orang lain yang kita tidak miliki (tidak mampu kita lakukan), dengan
catatakan kita harus menunaikan upahnya secara patut. Jadi akad ija>rah

Departemen Agama RI, al-Qur’an Terjemah 20 Baris, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2007),
491.
10
Ibid,37.
9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

menunjukkan adanya jasa yang diberikan, dan adanya kewajiban
melakukan pembayaran yang patut atas jasa yang diterima.
3.

Surat al-Qashas ayat 26
        

Dokumen yang terkait

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BAGI HASIL PENGGARAPAN TANAH SAWAH DI DESA PALUR KECAMATAN MOJOLABAN Tinjauan Hukum Islam Terhadap Bagi Hasil Penggarapan Tanah Sawah Di Desa Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.

0 13 30

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BAGI HASIL PENGGARAPAN TANAH SAWAH DI DESA PALUR KECAMATAN Tinjauan Hukum Islam Terhadap Bagi Hasil Penggarapan Tanah Sawah Di Desa Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.

0 2 18

PENDAHULUAN Tinjauan Hukum Islam Terhadap Bagi Hasil Penggarapan Tanah Sawah Di Desa Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.

0 3 4

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGARAPAN SAWAH DI DESA GEDONGAN KECAMATAN Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Penggarapan Sawah Di Desa Gedongan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.

0 2 18

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGARAPAN SAWAH DI DESA GEDONGAN KECAMATAN Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Penggarapan Sawah Di Desa Gedongan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.

0 4 18

PENDAHULUAN Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Penggarapan Sawah Di Desa Gedongan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.

0 4 4

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGGARAPAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN GERAGAI KABUPATEN Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Penggarapan Kebun Kelapa Sawit Di Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi.

0 1 13

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF USAHATANI KEDELAI DI DESA WONOKALANG KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO.

2 4 107

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA SAWAH NGGANTUNG PARI DI DESA BECIRONGENGOR KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO.

0 0 81

Analisis Hukum Islam Terhadap Penggarapan Lahan di Desa Temon Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo - Electronic theses of IAIN Ponorogo

0 0 65